Anda di halaman 1dari 3

GEOLOGI KEBENCANAAN

TSUNAMI SAMUDERA HINDIA (2004)


Gita Cahyani (1606884022)

PENDAHULUAN
Tsunami Samudera Hindia atau yang
dikenal Tsunami Aceh dipicu oleh gempa
bumi yang terjadi pada 26 Desember 2004.
Besar gempa terukur magnitude 9,1 – 9,3
dengan episenter gempa berada 300 km di
bagian barat Medan pada kedalaman 30 km
bawah permukaan bumi. Kemudian pada 28
Maret 2005 kembali terjadi gempa dengan
kekuatan magnitude 8,6. Gempa bumi ini
dikenal dengan sebutan gempa bumi
Sumatra – Andaman.

KETERJADIAN
Tsunami dan gempa Samudera
Hindia merupakan respon dari aktivitas
tektonik (thrust fault) pada zona subduksi
antara lempeng Hindia dan mikrokontinen
Burma. Megathrust fault menjalar dari barat
laut Sumatera hingga ke utara pulau
Andaman sepanjang 1200 km dengan Gambar 1 Lokasi gempa bumi Sumatera – Andaman
kecepatan 2,5 km/s. Gelombang tsunami (walrus.wr.usgs.gov)
bergerak lebih lambat daripada gerak sesar.
Sesar dengan batuan kerak samudera menindih kerak benua disebut dengan subduksi.
Zona subduksi aktif sehingga menyebabkan adanya gempa subduksi. Pergerakan batuan
sekitar sesar menyebabkan air berpindah secara vertikal dan membuat gelombang tsunami
berbentuk N. Gelombang N ini akan bergerak menuju dua arah, tsunami lokal dan tsunami
jauh (distant tsunami). Tsunami lokal mengarah ke Indonesia, Thailand, dan kepulauan
bagian barat patahan. Sedangkan tsunami jauh menuju India, Sri Lanka, samudera Atlantik
dan Pasifik. Tsunami muncul dengan ketinggian gelombang mencapai 30 meter di Banda
Aceh (Indonesia) yang merupakan arah tujunya tsunami lokal. Gempa memiliki skala 9 di
Banda Aceh, skala 8 di Meulaboh, skala 4 di Medan, dan skala 3 sampai 5 di beberapa negara
seperti India, Thailand, Malaysia, Myanmar, Singapura, Sri Lanka, dan Maladewa
Gambar 1 Skema tsunami akibat inter-plate fault slip (walrus.wr.usgs.gov)

SEJARAH BENCANA
Tercatat Samudera Hindia telah terjadi tiga kali tsunami besar dalam kurun waktu
2.800 tahun yang lalu dibuktikan dengan penanggalan karbon di serpihan kulit pohon yang
terendapkan di lapisan pasir kedua dan penelitian di pulau Phra Thong, Thailand. Penelitian
ini membuktikan bahwa telah terjadi tsunami sekitar 1300 – 1450 M yang lalu sebelum
terjadinya tsunami 2004.

EFEK BENCANA ALAM


Korban jiwa yang diakibatkan dari tsunami ini mencapai 227.898 (U.S. Geological
Survey), lebih dari 500.000 penduduk Sumatera Utara kehilangan tempat tinggal, 1,7 juta
orang diungsikan ke tempat yang aman.

MITIGASI BENCANA
Mitigasi menurut FEMA (2000) adalah aksi yang mengurangi atau menghilangkan resiko
jangka panjang bahaya bencana alam dan akibatnya terhadap manusia dan harta-benda.
Upaya mitigasi bencana tsunami yang dapat di lakukan oleh ahli geologi meliputi langkah -
langkah berikut.
1. Penilaian bahaya (Hazard Assessment)
Dalam upaya melihat potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bencana tsunami
diperlukan data rekaman tsunami meliputi paleotsunami, penyelidikan pasca tsunami,
dan pemodelan bencana. Hasil akhir yang didapat berupa peta potensi bahaya yang
meliputi zonasi daerah yang terkena dampak tsunami.

2. Peringatan (Warning)
Peringatan bencana diharuskan cepat, tepat, dan dipercaya. Untuk memberikan
peringatan yang akurat diperlukan data berupa data seismik, permukaan air laut,
rekaman tsunami dan gempa bumi, dan model numerik. Selain itu, jaringan
komunikasi sangat diperlukan supaya penduduk sekitar mendapatkan data real time.

3. Persiapan (Preparation)
Persiapan dilakukan dalam menghadapi bencana tersebut. Beberapa hal yang perlu
disiapkan adalah evakuasi. Masyarakat perlu mengetahui tanda – tanda tsunami akan
terjadi. Pendidikan kebencanaan dan sosialisasi umum kepada masyarakat sangat
dibutuhkan. Tata guna lahan yang tepat dapat mengurangi resiko kerugian bencana
baik materil maupun non materil. Selain itu, keteknikan dalam segi bangunan pun
dapat mendukung mitigasi bencana.

4. Penelitian (Research)
Penelitian merupakan mendukung ketiga aspek diatas. Penelitian perlu dilakukan
untuk mendapatkan data rekaman bencana yang baik sehingga akurat. Penelitian
dapat dilakukan mulai dari sejarah bencana hingga pada pembuatan bahan bangunan
yang tahan terhadap dampak tsunami.

Referensi

Christopher S. Meisl, Sahar Safaie, Kenneth J. Elwood, Rishi Gupta, and Reza Kowsari
(2006) Housing Reconstruction in Northern Sumatra after the December 2004 Great
Sumatra Earthquake and Tsunami. Earthquake Spectra: June 2006, Vol. 22, No. S3,
pp. 777-802.
Frank I. González, 1999, Tsunami!, Scientific American, May ed..
Federal EmergencyManagement Agency (FEMA)., 2000, What Is Mitigation?, Mitigation:
Reducing Risk through Mitigation. Washington.
Palmer, Jason (29 October 2008). "Tsunami in 2004 'not the first'". BBC News. Diakses
tanggal 08 Sept 2018.
"Scientists Find Evidence of Tsunamis on Indian Ocean Shores Long Before 2004".
Newswise.com. 2008-10-27. Diakses tanggal 2018-09-08.
Thorne Lay et al. (2005). The Great Sumatra-Andaman Earthquake of 26 December 2004.
Science Vol. 308, Issue 5725, pp. 1127-1133. DOI: 10.1126/science.1112250
U.S. Geological Survey. 2005. Magnitude 9.1 OFF THE WEST COAST OF NORTHERN
SUMATRA. World Data Center for Seismology, Denver.
U.S. Geological Survey. 2016. Tsunami Generation from the 2004 M=9.1 Sumatra-Andaman
Earthquake. U.S. Department of the Interior.

Anda mungkin juga menyukai