Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pabrik kimia merupakan susunan atau rangkaian berbagai unit pengolahan yang
terintegrasi satu sama lain secara sistematik dan rasional. Tujuan pengopersian pabrik
secara keseluruhan adalah mengubah (menggonversi) bahan baku menjadi produk
yang lebih bernilai guna. Dalam pengoperasianya, pabrik akan selalu mengalami
gangguan (disturbace) dari lingkugan eksternal. Selama beroperasi, pabrik harus terus
menggembangkan aspek keteknika, keekonomisan, dan kondisi sosial agar tidak
terlalu signifikan terpegaruh oleh perubahan-perubahan eksteral tersebut.
Dinamika proses menunjukkan untuk kerja proses yang profilnya selalu
berubah terhadap waktu. Dinamika proses selalu terjadi selama sistem proses belum
mencapai kondisi tunak. Keadaan tidak tunak terjadi karena adanya gangguan
terhadap kondisi proses yang tunak. Agar proses stabil, karakteristik dinamika sistem
proses dan sistem pemisahan harus di identifikasi. Jika dinamika peralatan dan
perlengkapan operasi sudah dipahami, akan mudah dilakukan pengendalian,
pencegahan kerusakan, dan pemonitoran tempat terjadi kendali apabila untuk kerja
peralatan berkurang dan peralatan bekerja tidak sesuai dengan spesifikasi operasinya.
Pembelajarn tentang dinamika proses penting untuk menggambarkan kelakuan proses
dalam suatu kondisi tertentu.

1.2 Tujuan Percobaan

1. Menghitung laju alir berdasarkan perubahan level pada tangki

2. Menurunkan model neraca massa proses dinamika pada sistem tangki

3. Menganalisis kelakuan dinamik pada sistem tangki proses

4. Menganalisis pengaruh perubahan parameter-parameter pengaduk penegndali


dan berbagai gangguan (disturbance) terhadap kinerja sistem kendali

1
5. Bekerja seacara tim dan profesional

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Valve
Valve atau katup adalah sebuah perangkat yang terpasang pada sistem
perpipaan, yang berfungsi untuk mengatur, mengontrol dan mengarahkan laju aliran
fluida dengan cara membuka atau menutup sebagian aliran fluida. Katup/Valve
memiliki peran penting dalam suatu industri seperti industri migas yang meliputi
pengaliran kedalam kolom distilasi dan mengontrol pengapian pada furnace
(tungku). Valve dapat dioperasikan secara manual, baik dengan menggunakan
pegangan, tuas pedal dan sebagainya. Selain dioperasikan secara manual, ada juga
jenis valve yang dioperasikan secara otomatis, yakni pengendaliannya dilakukan
dengan menggunakan prinsip perubahan aliran, tekanan dan suhu di dalam pipa.
Ketiga perubahan tersebut akan mempengaruhi diafragma, pegas ataupun piston
sehingga secara otomatis akan menggerakkan katup dengan sistem buka tutup.
Fungsi valve Terdapat berbagai macam jenis valve yang digunakan pada
kilang minyak maupun di pabrik-pabrik lain. Setiap jenis katup memiliki fungsi dan
prinsip kerja masing-masing, seperti berikut:
1. Untuk menutup dan membuka aliran dengan syarat, ketika terbuka memiliki
hambatan aliran dan pressure loss yang minimum. Contohnya: gate valve, ball,
plug dan butterfly valve.
2. Untuk keperluan mengatur aliran, dengan cara menahan aliran dengan
perubahan arah atau menggunakan suatu hambatan, bisa juga dengan kombinasi
keduanya.
3. Untuk mencegah aliran balik (back flow), biasanya menggunakan check valve
(lift check dan swing check). Valve ini akan tetap terbuka dan akan tertutup
apabila terdapat aliran yang berlawanan arah.
4. Untuk keperluan mengatur tekanan, beberapa pengaplikasian valve di lapangan,
tekanan yang masuk (line pressure) harus dikurangi untuk mencapai tekanan

3
yang diinginkan. Biasanya menggunakan pressure-reducing valve atau
regulator.
5. Untuk pressure relief (pelepasan tekanan) dengan menggunakan relief valve dan
safety valve. Relief valve digunakan untuk mengatasi bila adanya tekanan yang
berlebihan yang dapat mengganggu proses pengaliran atau bahkan kegagalan
proses pengaliran. Sedangkan safety valve mengunakan per (spring loaded),
valve ini akan membuka jika tekanan melebihi batas yang sudah ditentukan
(Baskerville, 2002).

2.2 Pipa dan Tabung


Fluida dapat dialirkan dalam pipa atau tabung yang berpenampang bundar dan
dijual dipasaran dengan berbagai ukuran, tebal dinding, dan bahan konstruksi. Pada
umumnya pipa berdinding tebal, berdiameter relatif besar, dan tersedia dalam panjang
antara 20-40 ft. Sedangkan tabung berdinding tipis dan biasa tersedia dalam bentuk
gulungan yang panjangnya sampai beberapa ratus kaki. Ujung pipa logam biasanya
berulir. Dinding pipa umumnya kesat, sedangkan dinding tabung licin. Potongan-
potongan pipa disambung dengan menggunakan ulir (screw), flens (flange), atau las
(weld), sedangkan tabung disambung dengan sambungan kompresi (compression
fitting), flare fitting, atau sambungan solder (soldered fitting). Tabung biasanya
dibuat dengan teknik ekstrusi atau cold drawn, sedangkan pipa logam biasanya dibuat
dengan teknik las, cor (casting), dan piercing.
Pipa dan tabung dapat dibuat dengan berbagai material seperti logam, alloy,
keramik, gelas, dan polimer. Untuk praktikum ini digunakan pipa dari PVC dan
logam. Pada indsutri kimia umumnya digunakan pipa dari baja berkarbon rendah.
Ukuran pipa ditentukan oleh diameter dan tebal dindingnya. Tebal pipa ditunjukkan
dengan schedule number. Hal ini berkaitan dengan allowabel stress dan ultimate
strength-nya. Ukuran pipa yang optimum ditentukan oleh biaya relatif untuk
investasi, daya, pemeliharaan, persediaan dan fleksibilitas sambungan. Untuk
instalasi kecil, umumnya kecepatan rendah lebih menguntungkan terutama dalam
aliran gravitasi dari tekanan tinggi.

4
2.3 Pompa
Pompa adalah suatu peralatan mekanik yang digerakkan oleh suatu
sumber tenaga yang digunakkan untuk memindahkan cairan (fluida) dari suatu tempat
ketempat lain, dimana cairan tersebut hanya mengalir apabila terdapat perbedaan
tekanan. Pompa juga dapat diartikan sebagai alat untuk memindahkan energi dari
suatu pemutar atau penggerak ke cairan ke bejana yang bertekanan yang lebih tinggi.
Selain dapat memindahkan cairan, pompa berfungsi untuk meningkatkan kecepatan,
tekanan dan ketinggian cairan.
Secara umum pompa dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu :
1. Pompa Positive Displacement
Pompa positive displacement bekerja dengan memberikan gaya tertentu pada
volume fluida tetep dari sisi inlet menuju outlet pompa. Kelebihan dari penggunaan
pompa ini adalah dapat menghasilkan power density (gaya per satuan berat), dan juga
memberikan perpindahan fluida yang tetap atau stabil disetiap putarannya.
2. Pompa Sentrifugal
Sebuah pompa sentrifugal tersusun atas sebuah impeller dan saluran
inlet ditengah-tengahnya. Dengan desain ini maka pada saat impeller berputar, fluida
mengalir menuju casing disekitar impeller sebagai akibat dari gaya sentrifugal.
Casing ini berfungsi untuk menurunkan kecepatan aliran fluida, sementara kecepatan
putar impeller tetap tinggi. Kecepatan fluida dikonversikan menjadi tekanan oleh
casing sehingga fluida dapat menuju titik outlet nya.

2.4 Perilaku Dinamik Sistem Order Satu


Sistem Order satu adalah proses yang keluarannya mengikuti persamaan
diferensial order satu.
dy
a1 +a =b x f (t ) (1.1)
dt 0
Proses order satu dicirikan oleh :
1. Kemampuan menyimpan material, energi, atau momentum.
2. Memiliki tahanan terhadap aliran massa, energi, dan momentum.

5
Respons dinamik tangki yang memiliki kemampuan menyimpan cairan atau
gas mengikuti model order gas. Tahanannya mewakili pompa, perpipaan, bendungan,
baik dalam aliran masuk ataupun aliran keluar. Padatan, cairan ataupun gas yang
dapat menyimpan kalor (kapasitas kalor, Cp), juga mengikuti model order satu.
Tahanannya terkait dengan perpindahan kalor melalui dinding, gas maupun cairan.
Proses-proses yang memiliki kemampuan menyimpan massa atau energi dapat
bertindak sebagai buffer antara aliran masuk dengan aliran keluar, dapat dimodelkan
sebagai sistem order satu, seperti tangki pemanas berpengaduk.
Uraian ini menunjukan bahwa komponen dalam pabrik kimia umumnya
adalah sistem order satu dengan keterlambatan yang memiliki kemampuan terutama
menyimpan massa maupun energy (Sebong, 2004).

2.5 Sistem Order Satu


Sistem orde satu adalah suatu system yang outputnya dapat dimodelkan oleh
suatu persamaan differensial orde pertama. Contoh sistem yang mempunyai
karateristik orde pertama adalah sistem lag orde pertama (first order lag) dan sistem
kapasitif murni (pure capasitive).

Gambar 2.1. Sistem dengan Kemampuan Menyimpan Massa


(a) First Order Lag (b) Pure Capasitive (Frans Gunterus, 1994)

Pada Gambar 2.1, dapat dilihat laju alir masuk volumetrik Fi dan laju alir
keluar volumetrik Fo. Laju alir keluar dianggap linier terhadap arus cairan dalam
tangki h dengan tahanan R.

6
h gaya penggerak aliran
Fo= = (1.2)
R tahanan terhadapaliran
Tangki memiliki kemampuan menyimpan massa setiap saat. Neraca massa total
tangki diberikan oleh persamaan :
dh h
A =Fi−Fo=Fi−
dt R
Atau
dh
AR +h=R x Fi (1.3)
dt
A adalah luas penampang tangki. Pada keadaan tunak :
hs=R x F is (1.4)
Pengurangan persamaan (1.3) oleh (1.4) menghasilkan persamaan dalam variabel
penyimpangan :
dh
AR +h=R x Fi
dt
Dengan h = h – hs dan Fi = Fi – Fis
AR=τ p =konstanta waktu proses
R = Kp = Steady state gain process
Sehingga diperoleh fungsi transfer :
h(s) Kp
G(s )= = (1.5)
Fi (s) τ p s+ 1
Luas penampang tangki, A adalah ukuran kemampuan menyimpan massa. Makin
besar A, makin besar kemampuan tangki untuk menyimpan massa. p = AR, dapat
dikatakan bahwa untuk tangki :
Konstanta waktu = kemampuan menyimpan x tahanan terhadap aliran.
Menentukan parameter k dan n , dapat ditentukan dengan Regresi Linier :
dh khn
= (1.6)
dt A

k
ln ( −dh
dt ) =ln + n ln h
A
(1.7)

7
2.6 Proses Orde Dua Non-Interacting Capacities
Proses orde dua merupakan gabungan dua proses orde satu. Pada proses orde
dua non-interacting capacities, ketinggian level di kedua tangki tidak saling
mempengaruhi. Level di tangki kedua tidak akan mempengaruhi besar kecilnya laju
alir yang keluar dari tangki pertama. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Proses Orde Dua Non-Interacting (Frans Gunterus, 1994)

Seperti pada proses orde satu, transfer function proses orde dua non-
interacting juga merupakan persamaan diferensial fungsi waktu. Bahkan, persamaan
diferensialnya berpangkat dua karena prosesnya memang mempunyai dua lag time
yaitu τ dan τ. Hubungan antara input-output proses orde dua non-interacting dapat
dilihat pada Gambar 2.3.

8
Gambar 2.3. Kurva Waktu Proses Orde Dua
Non-Interacting
(Frans Gunterus, 1994).

Kurva waktu tersebut menunjukkan


tahap demi tahap perubahan yang terjadi
pada level di tangki pertama (h1) atas perubahan
Fi dan perubahan level di tangki kedua (h2) atas
perubahan level di tangki pertama (h1). Karena
sifat prosesnya tetap self-regulation, setelah ada
gangguan keseimbangan dengan bertambahnya Fi
sebanyak fi, level di tangki pertama (h1) akan
naik seperti layaknya proses orde satu self-regulation. Tangki kedua akan menerima
penambahan flow dari tangki pertama yang naiknya sebanding dengan kenaikan level
di tangki pertama (h1). Akibatnya, level di tangki kedua (h2) akan naik juga, tetapi
secara jauh lebih lambat lagi (Frans Gunterus, 1994).

2.7 Proses Orde Dua Interacting Capacities


Pada proses orde dua non-interacting, flow yang keluar dari tangki pertama
tidak berpengaruh pada tingginya level di tangki kedua (h2). Sedangkan pada proses
orde dua interacting-capacities, flow yang keluar dari tangki pertama akan
berpengaruh pada tinggi level di tangki kedua (h2). Hal ini disebabkan flow yang
awalnya mengalir karena beda tekanan h2 dengan atmosfir, sekarang mengalir karena
beda tekanan h2 dikurangi h1. Karena keadaan saling mempengaruhi itulah, proses itu
disebut proses orde dua interacting-capacities. Contoh proses orde dua interacting-
capacities dapat dilihat pada Gambar 2.4.

9
Gambar 2.4. Proses Orde Dua Interacting-Capacities
(Frans Gunterus, 1994).

Perbedaan transfer function proses orde dua non-interacting dengan transfer


functionproses orde dua interacting-capacities ada pada faktor R1C2. Kalau R1C2
kecil, dapat diharapkan bahwa dinamika proses orde dua interacting akan sama
dengan dinamika proses orde dua non-interacting. Faktor R1C2 akan menjadi kecil
jika salah satu di antara R1 dan C2 kecil. Kesamaan itu jelas bukannya tergantung
pada lag time atau time constant masing-masing elemen, R1C1 dan R2C2, melainkan
lebih tergantung pada unsur kapasitas, C2. Secara kualitatif, suatu proses orde dua
interacting dapat disetarakan dengan proses orde dua non-interacting apabila
perbandingan C1 dan C2 lebih kecil dari 10 : 1 (Frans Gunterus, 1994).

10
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat – alat yang Digunakan


1. Gelas Ukur
2. Corong

3. Penggaris

4. Busur

5. Stopwach

6. Satu unit alat dinamika proses

3.2 Bahan – bahan yang Digunakan


1. Air

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Kalibrasi Luas Penampang Tangki
1. Tangki 1 dikosongkan.
2. Air sebanyak 100 ml dimasukkan kedalam tangki 1.
3. Tinggi permukaan air dalam tangki pada setiap volume air 100 ml dicatat.
4. Pengisian air diulang sampai minimal 6 kali.
5. Data yang didapat dari percobaan ialah volume (v) dan tinggi permukaan air (h)
maka untuk menghitung luas penampang tangki dapat digunakan rumus
(A=v/h).
3.3.2 Menghitung Laju Alir Input
1. Tangki 1 dikosongkan lalu Valve 2 ditutup dan Valve 1 dibuka dengan bukaan
60,70, 80 dan 90⁰.
2. Air dari reservoar tank dialirkan ke tangki 1, dicatat ketinggian permukaan air
pada setiap 5 detik.

11
3. Data yang didapat dari percobaan ialah waktu (t) dan tinggi permukaan air (h)
maka dihitung laju alir input dengan rumus (Q=v/t).
3.3.3 Menghitung Laju Alir Output
1. Tangki 1 diisi penuh lalu Valve 2 dibuka dengan bukaan 60,70, 80 dan 90⁰.
2. Dicatat penurunan ketinggian permukaan air pada setiap 5 detik.
3. Data yang didapat dari percobaan ialah waktu (t) dan tinggi permukaan air (h)
maka dihitung laju alir output dengan rumus (Q=v/t).
4. Setelah didapatkan data-data dan percobaan, maka dapat dilakukan parameter k
dan n dengan menggunkan persamaan linier.
y = ax + b
−dh
ln = dt ) = n ln h + ln k
¿

3.3.4 Simulasi Gangguan


a. Percobaan dengan Model Tangki Non-interaksi
1. Model tangkin non – interaksi menggunakan tangki 1 dan 2.
2. Tangki reservoar diisi penuh hingga kondisi overflow.
3. Valve 1 ditutup lalu Valve 2 dan Valve 4 diatur.
4. Percobaan tangki non-interaksi dimulai saat Valve 1 dibuka dengan bukaan
tertentu hingga tercapai kondisi tunak, waktu dan tinggi permukaan air didalam
tangki dicatat.
5. Sistem tercapai kondisi tunak, gangguan dilakukan dengan merubah bukaan
Valve 1.
b. Percobaan dengan Model Tangki Interaksi
1. Valve 1 ditutup
2. Aliran Q1 diubah ke tangki 2.
3. Bukaan Valve 3 dan Valve 4 diatur.
4. Tangki reservoir dipastikan terisi penuh hingga mencapai kondisi overflow.
5. Valve 1 dibuka pada bukaan tertentu hingga mencapai kondisi tunak, waktu dan
tinggi permukaan air didalam tangki dicatat.

12
6. Gangguan dilakukan dengan merubah bukaan Valve 1.
7. Percobaan diulangi untuk variasi bukaan Valve 1.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kalibrasi Luas Penampang Tangki


Tabel 4.1 Data Pengamatan Hubungan Volume terhadap Tinggi Air
Volume
Tinggi (cm)
(ml)
100 1,2
200 2,3
300 3,4
400 4,5
500 5,6
600 6,7
700 7,7
800 8,9
900 9,9
1000 11
1100 12,1
1200 13,2
1300 14,3

Luas penampang tangki dapat diketahui menggunakan persamaan sebagai


berikut:
V rata−rata
A=
hrata −rata
Dimana:
A = Luas penampang (cm2)
V = Volume (mL)
h = Ketinggian tangki (cm)
Pada kalibrasi luas penampang tangki, tangki mula-mula diisi air dengan
volume 100 ml dan dilanjutkan dengan penambahan 100 ml sebanyak 13 kali,
sehingga didapatkan volume rata-rata tangki adalah 700 ml dan didapat rata-rata

13
tinggi air dalam tangki 7,753846 cm. Sehingga dari persamaan diatas dapat diketahui
bahwa luas penampang tangki sebesar 90,27778 cm2. Hasil ini menunjukkan bahwa
luas penampang pada setiap sisi tangki tidak sama, sehingga harus dilakukan kalibrasi
untuk mendapatkan hasil yang akurat.

4.2 Laju Alir Input pada Bukaan Valve Sudut 60o, 70 o, 80 o dan 90o
Hubungan perubahan volume air terhadap selang waktu dapat dilihat pada
Gambar 4.1.

Laju Alir Input pada Bukaan Valve Sudut 60o, 70 o, 80 o dan 90o
1400

1200 f(x) = 34.76x +22.88


59.33
f(x) == 3.94x
f(x) 9.66x ++ 20.26
4.72x 20.22
R² =
R² = 11 i nput sudut 60
1000
Li nea r (i nput s udut 60)
volume (cm3)

800 i nput sudut 70


Li nea r (i nput s udut 70)
600 i nput sudut 80
400 Li nea r (i nput s udut 80)
i nput sudut 90
200 Li nea r (i nput s udut 90)
0
0 50 100 150 200 250 300 350
waktu(detik)

Gambar 4.1 Hubungan Antara Perubahan Volume Air terhadap Waktu

Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa semakin besar bukaan sudut Valve maka pada
selang waktu yang sama volume air yang didapat semakin meningkat. Ketika bukaan
Valve sudut 60o volume air yaitu 1263,889 cm3 pada detik ke 315; ketika bukaan
Valve 70o volume air yaitu 1254,861 cm3 pada detik ke 260; ketika bukaan Valve 80o
volume air yaitu 1236,806 cm3 pada detik ke 125; ketika bukaan Valve 90o volume air
yaitu 1263,889 cm3 pada detik ke 35. Dapat dilihat bahwa volume dari Valve bukaan
60o, 70o dan 80o nilainya semakin menurun dikarenakan semakin besar bukaan sudut
maka semakin besar volume air yang mengalir dalam waktu tertentu. Namun, pada
Valve 90o nilai volume mengalami sedikit peningkatan dikarenakan kesulitan
pembacaan data pada saat percobaan.

14
Laju alir input dapat dicari melalui persamaan sebagai berikut:
V
Qi=
t
Dimana:
Qi = Laju Alir input (cm3/detik)
V = Volume (cm3)
t = Waktu (detik)
Laju alir input pada bukaan Valve sudut 60o adalah 30888,05556 cm3/det; laju
alir input pada bukaan Valve 70o adalah 267,1234509 cm3/detik; laju alir input pada
bukaan Valve 80o adalah 254,7963669 cm3/detik; dan laju alir input pada bukaan
Valve 90o adalah 273,1203704 cm3/detik . Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar
bukaan sudut Valve pada selang waktu yang sama maka volume air yang didapat
semakin meningkat sehingga laju alir yang dihasilkan juga semakin besar.

4.3 Laju Alir Output pada Bukaan Valve Sudut 60o, 70 o, 80 o dan 90o
Hubungan perubahan volume air terhadap selang waktu dapat dilihat pada
Gambar 4.2.

15
Laju Alir Output pada Bukaan Valve Sudut 60o, 70 o,
80 o dan 90o
1400

1200 f(x)
f(x) == 6.2x + 36.58
12.01x
12.93x + 4.3
33.42

R² == 1
1 Sudut 60
1000 Linear (Sudut 60)
volume (cm3) f(x) = 26.37x - 34.82
R² = 0.98 Sudut 70
800
Linear (Sudut 70)
600 Sudut 80
Linear (Sudut 80)
400 Sudut 90
Linear (Sudut 90)
200

0
0 50 100 150 200 250

waktu (detik)

Gambar 4.2 Hubungan Antara Perubahan Volume Air terhadap Waktu

Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa semakin besar bukaan sudut Valve maka pada
selang waktu yang sama volume air yang didapat semakin meningkat. Ketika bukaan
Valve sudut 60o volume air yaitu 1254,861 cm3 pada detik ke 205; ketika bukaan
Valve 70o volume air yaitu 1245,833 cm3 pada detik ke 105; ketika bukaan Valve 80o
volume air yaitu 1245,833 cm3 pada detik ke 95; ketika bukaan Valve 90o volume air
yaitu 1047,222 cm3 pada detik ke 40. Dapat dilihat bahwa volume dari Valve bukaan
60o 70o 80o dan 90o nilainya semakin menurun dikarenakan semakin besar bukaan
sudut maka semakin besar volume air yang mengalir dalam waktu tertentu.
Laju alir output dapat dicari melalui persamaan sebagai berikut:
V
Q o=
t
Dimana:
Qo = Laju Alir output (cm3/detik)
V = Volume (cm3)
t = Waktu (detik)

16
Laju alir input pada bukaan Valve sudut 60o adalah 275,3391827 cm3/det; laju
alir input pada bukaan Valve 70o adalah 250,4392256 cm3/detik; laju alir input pada
bukaan Valve 80o adalah 265,4549371 cm3/detik; dan laju alir input pada bukaan
Valve 90o adalah 190,125 cm3/detik . Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar
bukaan sudut Valve pada selang waktu yang sama maka volume air yang didapat
semakin meningkat sehingga laju alir yang dihasilkan juga semakin besar.

4.4 Menghitung Parameter k dan n


Hubungan antara laju perubahan ketinggian air terhadap selang waktu
ditunjukkan dengan rumus:
−dh
= k x hn
dt
Dengan h adalah ketinggian air (cm), t adalah waktu (detik), k dan n adalah
parameter. Hubungan yang ditunjukkan rumus tersebut dapat dilinierkan menjadi:
−dh
ln = n x ln h x ln k
dt
Dari hubungan linierisasi tersebut, didapatkan grafik hubungan antara ln (-
dh/dt) terhadap ln h dan menghasilkan gradien yang bernilai n dan titik potong yang
dapat digunakan untuk menghitung nilai k.
Hubungan antara laju perubahan ketinggian air terhadap selang waktu dapat
dilihat pada Gambar 4.3.

17
Sudut 60
-2.4
-3 -2 -1 -2.45 0 1 2 3
Ln dh/dt -2.5
-2.55 Sudut 60
f(x) = 0.04x - 2.65
-2.6 Linear (Sudut 60)
R² = 0.75
-2.65
-2.7
-2.75

Ln h

Sudut 70
-1.7
-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
-1.8
-1.9
Ln dh/dt

-2
f(x) = - 0.01x - 2.01
R² = 0.03 -2.1 Linear ()

-2.2
-2.3
-2.4
Ln h

18
Sudut 80
0
-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
-0.5

-1
Ln dh/dt

Sudut 80
Linear (Sudut 80)
-1.5

f(x) = 0.04x-2- 1.93


R² = 0.27
-2.5
Ln h

Sudut 90
0
-0.2 0.5 1 1.5 2 2.5 3
-0.4
-0.6
Ln dh/dt

-0.8
-1 Sudut 90
-1.2 Linear (Sudut 90)
f(x) = - 0.19x - 0.98
-1.4 R² = 0.26
-1.6
-1.8
-2

Ln h

Gambar 4.3 Hubungan Antara ln h tergadap ln(dh/dt) bukaan Valve Sudut 60o, 70o, 80
o
dan 90o
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa hasil perhitungan harga parameter n untuk
bukaan Valve sudut 60o adalah 0,0353; bukaan Valve sudut 70o adalah -0,0124;
bukaan Valve sudut 80o adalah 0,0369; dan bukaan Valve sudut 90o adalah -,01944.
Sedangkan harga parameter k untuk bukaan Valve sudut 60o adalah 0,070574; bukaan
Valve sudut 70o adalah 0,134378; bukaan Valve sudut 80o adalah 0,145832; dan

19
bukaan Valve sudut 90o adalah 0,376928. Perhitungan harga parameter k didapat dari
nilai ln k, yaitu -2,6511; -2,0071; -1,9253dan -0,9757.
Pada percobaan pengukuran laju alir output, diperoleh hasil percobaan nilai
parameter n dan k. Harga k yang didapat dari bukaan Valve sudut 90o lebih besar dari
bukaan Valve sudut 60o; 70o; 80o. Hal ini disebabkan karena besarnya debit air
keluaran. Semakin besar bukaan Valve maka gesekan antara fluida dengan dinding
semakin kecil dan akan menghasilkan harga parameter k yang semakin besar. Laju
alir yang keluar berpengaruh terhadap harga parameter k.

4.5 Menghitung Nilai R


R merupakan nilai tahanan aliran yang menghubungkan nilai laju alir (q) dan

h
tinggi air (h) secara linier ( q= ). Dari data, didapatkan nilai R pada output 60o
R
sebesar 0,926120603 s/cm3; output 70o sebesar 0,544401 s/cm3; output 80o sebesar
0,453511 s/cm3; dan output 90o sebesar 0,363659 s/cm3.

4.6 Simulasi Gangguan


Pada percobaan simulasi gangguan pada tangki, kondisi awal air yang ada
pada tangki berada pada keadaan unsteady state, sesuai dengan rentang waktu untuk
mencapai keadaan steady state. Selanjutnya diberi gangguan dengan cara merubah
bukaan Valve aliran input (Q1) sehingga tinggi permukaan air yang berada dalam
tangki sebagai indikator berubah menjadi unsteady state. Hal ini disebabkan
perubahan bukaan Valve yang berarti merubah debit alir input (Q1) merupakan
gangguan yang menyebabkan tinggi permukaan air bertambah dan menjadikan
keadaan unsteady state. Akan tetapi dalam rentang waktu tertentu air pada tangki
kembali menjadi steady state.
Pada percobaan simulasi gangguan ini lakukan pada dua jenis sistem tangki,
yaitu tangki sistem non-interaksi dan tangki sistem interaksi. Tangki sistem non-
interaksi melibatkan tangki 1 dan tangki 3, sedangkan tangki sistem interaksi
melibatkan tangki 2 dan tangki 3. Pada tangki sistem non-interaksi digunakan bukaan
pada Valve 1, Valve 2 dan Valve 3 berurutan sebesar 60 o, 70o, 80o dan 90o. Waktu

20
yang dibutuhkan tangki sistem non-interaksi untuk mencapai kondisi steady state
pada percobaan pertama adalah 105 detik yaitu dengan tinggi permukaan air 0,3 cm
dilakukan gangguan dengan merubah bukaan Valve 1 menjadi 60o. Pada percobaan
kedua adalah 75 detik dengan tinggi permukaan air 0,4 cm dilakukan dengan
merubah Valve 1 menjadi 70o. Pada percobaan ketiga adalah 90 detik dengan tinggi
permukaan air 0,7 cm dilakukan dengan merubah Valve 1 menjadi 80o. Dan pada
percobaan keempat adalah 85 detik dengan tinggi permukaan air 5,3 cm dilakukan
dengan merubah Valve 1 menjadi 90o.
Sedangkan pada tangki sistem interaksi digunakan bukaan pada Valve 1, Valve
3 dan Valve 4 berurutan sebesar 60o, 70o dan 90o. Pada percobaan pertama adalah 660
detik yaitu dengan tinggi permukaan air ditangki 2 adalah 14,9 cm dan tangki 3
adalah 0,6 cm dilakukan gangguan dengan merubah bukaan Valve 1 menjadi 60o.
Pada percobaan kedua adalah 580 detik dengan tinggi permukaan air ditangki 2
adalah 14,9 cm dan tangki 3 adalah 0,5 cm dilakukan dengan merubah Valve 1
menjadi 70o. Pada percobaan ketiga adalah 90 detik dengan tinggi permukaan air
pada tangki 2 13,8 cm dan tangki 3 adalah 3,4 cm dilakukan dengan merubah Valve 1
menjadi 90o .
Pada tangki sistem interaksi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi
steady state lebih cepat dibandingkan waktu pada tangki sistem non-interaksi. Hal ini
dikarenakan pada tangki sistem non-interaksi dipengaruhi oleh ketinggian letak
tangki 1 terhadap tangki 2. Dimana pada letak ketinggian tangki yang lebih tinggi
menyebabkan perbedaan tekanannya bertambah dibandingkan letak tangki yang
sejajar seperti pada tangki sistem interaksi yaitu antara tangki 2 dan tangki 3.
Perbedaan tekanan yang lebih tinggi akan menyebabkan laju alir output juga
bertambah sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk tercapai kondisi
steady state.

21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Dari percobaan didapatkan laju alir input pada bukaan Valve 60o adalah
sebesar 30888,05556 cm3/s, sedangkan pada bukaan 90o adalah sebesar
273,1203704 cm3/s.
2. Dari percobaan didapatkan laju alir output pada bukaan Valve 60o adalah
273,1203704 cm3/s, sedangkan pada bukaan 90o adalah 190,125 cm3/s
3. Nilai parameter n dan k pada laju alir output bukaan Valve 60o berurutan adalah
sebesar 0,0353 dan 0,070574 , sedangkan pada bukaan 90o adalah
-0,1944 dan 0,376928.
4. Perubahan bukaan Valve 1 sebagai gangguan yang sebelumnya telah dalam
kondisi steady state berarti merubah debit air input F1 merupakan gangguan
yang menjadikan keadaan unsteady state akan tetapi dalam rentang waktu
tertentu air pada tangki akan kembali steady state.

5.2 Saran
1. Diharapkan kepada setiap praktikan agar mengukur bukaan Valve dengan teliti
dikarenakan akan mempengaruhi hasil yang didapatkan.
2. Praktikan harus cermat dalam mengamati ketinggian air dan waktu.

22
DAFTAR PUSTAKA

Australian Pump Technical Handbook, 3rd edition, 1987, Australian Pump


Manufacturers' Association Ltd.
Baskerville, N, 2012, Valve: Handbook for New Employees First Editions, Valve
Corporation: Washington U.S.A.
Departemen Teknik Kimia ITB, 2008 : Panduan Pelaksanaan Laboratorium
Instruksional I/II, ITB, Bandung.
Gunterus, Frans, 1994, Falsafah Dasar : Sistem Pengendalian Proses. Jakarta:
PT.Elex Media Komputindo.

23
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

A.1 Mengkalibrasi Luas Penampang


Tabel A.1 Data Karakteristik Tangki

Volume (mL) Tinggi (cm)


100 1.2
200 2.3
300 3.4
400 4.5
500 5.6
600 6.7
700 7.7
800 8.9
900 9.9
1000 11
1100 12.1
1200 13.2
1300 14.3
700 7.753846
A rata-rata 90.27778

V
A=
h
A rata-rata = 90.27778 cm2

24
A.2 Menghitung Laju Alir Input
Tabel A.2 Laju Alir Input Tangki 1 pada Bukan Valve 60

Data input 60
waktu tinggi air volume laju alir input
5 0.4 36.11111 31.11111111
10 0.6 54.16667 44.16666667
15 0.9 81.25 66.25
20 1.1 99.30556 79.30555556
25 1.3 117.3611 92.36111111
30 1.6 144.4444 114.4444444
35 1.8 162.5 127.5
40 2 180.5556 140.5555556
45 2.3 207.6389 162.6388889
50 2.4 216.6667 166.6666667
55 2.7 243.75 188.75
60 2.9 261.8056 201.8055556
65 3.1 279.8611 214.8611111
70 3.3 297.9167 227.9166667
75 3.5 315.9722 240.9722222
80 3.7 334.0278 254.0277778
85 3.9 352.0833 267.0833333
90 4 361.1111 271.1111111
95 4.4 397.2222 302.2222222
100 4.6 415.2778 315.2777778
105 4.8 433.3333 328.3333333
110 5 451.3889 341.3888889
115 5.2 469.4444 354.4444444
120 5.4 487.5 367.5
125 5.7 514.5833 389.5833333
130 5.9 532.6389 402.6388889
135 6.1 550.6944 415.6944444
140 6.3 568.75 428.75

25
145 6.5 586.8056 441.8055556
150 6.8 613.8889 463.8888889
155 7 631.9444 476.9444444
160 7.2 650 490
165 7.4 668.0556 503.0555556
170 7.6 686.1111 516.1111111
175 7.8 704.1667 529.1666667
180 8 722.2222 542.2222222
185 8.3 749.3056 564.3055556
190 8.5 767.3611 577.3611111
195 8.7 785.4167 590.4166667
200 8.9 803.4722 603.4722222
205 9.1 821.5278 616.5277778
210 9.4 848.6111 638.6111111
215 9.6 866.6667 651.6666667
220 9.8 884.7222 664.7222222
225 10 902.7778 677.7777778
230 10.3 929.8611 699.8611111
235 10.5 947.9167 712.9166667
240 10.7 965.9722 725.9722222
245 10.9 984.0278 739.0277778
250 11.2 1011.111 761.1111111
255 11.4 1029.167 774.1666667
260 11.6 1047.222 787.2222222
265 11.8 1065.278 800.2777778
270 12 1083.333 813.3333333
275 12.2 1101.389 826.3888889
280 12.4 1119.444 839.4444444
285 12.7 1146.528 861.5277778
290 12.9 1164.583 874.5833333
295 13.1 1182.639 887.6388889
300 13.4 1209.722 909.7222222
305 13.5 1218.75 913.75
310 13.7 1236.806 926.8055556

26
315 14 1263.889 948.8888889
Q total 30888.05556

Tabel A.3 Laju Alir Input Tangki 1 pada Bukan Valve 70

Data input 70
waktu tinggi air volume laju alir input
5 0.5 45.13889 9.027777778
10 0.8 72.22222 7.222222222
15 1.1 99.30556 6.62037037
20 1.4 126.3889 6.319444444
25 1.6 144.4444 5.777777778
30 1.9 171.5278 5.717592593
35 2.1 189.5833 5.416666667
40 2.3 207.6389 5.190972222
45 2.6 234.7222 5.216049383
50 2.9 261.8056 5.236111111
55 3.1 279.8611 5.088383838
60 3.4 306.9444 5.115740741
65 3.6 325 5
70 3.9 352.0833 5.029761905
75 4.2 379.1667 5.055555556
80 4.4 397.2222 4.965277778
85 4.7 424.3056 4.991830065
90 4.9 442.3611 4.915123457
95 5.2 469.4444 4.941520468
100 5.4 487.5 4.875
105 5.7 514.5833 4.900793651
110 5.9 532.6389 4.842171717
115 6.2 559.7222 4.867149758
120 6.5 586.8056 4.890046296
125 6.8 613.8889 4.911111111
130 7 631.9444 4.861111111
135 7.3 659.0278 4.881687243
140 7.6 686.1111 4.900793651
145 7.9 713.1944 4.918582375
150 8.1 731.25 4.875

27
155 8.4 758.3333 4.892473118
160 8.6 776.3889 4.852430556
165 9 812.5 4.924242424
170 9.2 830.5556 4.885620915
175 9.5 857.6389 4.900793651
180 9.8 884.7222 4.915123457
185 10 902.7778 4.87987988
190 10.2 920.8333 4.846491228
195 10.5 947.9167 4.861111111
200 10.8 975 4.875
205 11 993.0556 4.844173442
210 11.1 1002.083 4.771825397
215 11.3 1020.139 4.744832041
220 11.4 1029.167 4.678030303
225 12 1083.333 4.814814815
230 12.4 1119.444 4.867149758
235 12.6 1137.5 4.840425532
240 12.8 1155.556 4.814814815
245 13.1 1182.639 4.827097506
250 13.4 1209.722 4.838888889
255 13.7 1236.806 4.850217865
260 13.9 1254.861 4.826388889
Q total 267.1234509

Tabel A.4 Laju Alir Input Tangki 1 pada Bukan Valve 80


Data Input 80

waktu tinggi air volume laju alir input


5 0.6 54.16667 10.83333333
10 1.2 108.3333 10.83333333
15 2 180.5556 12.03703704
20 2.4 216.6667 10.83333333

28
25 3 270.8333 10.83333333
30 3.5 315.9722 10.53240741
35 4.1 370.1389 10.57539683
40 4.5 406.25 10.15625
45 5 451.3889 10.0308642
50 5.5 496.5278 9.930555556
55 6.1 550.6944 10.01262626
60 6.7 604.8611 10.08101852
65 7.1 640.9722 9.861111111
70 7.7 695.1389 9.930555556
75 8.2 740.2778 9.87037037
80 8.7 785.4167 9.817708333
85 9.3 839.5833 9.87745098
90 9.8 884.7222 9.830246914
95 10.3 929.8611 9.788011696
100 10.9 984.0278 9.840277778
105 11.4 1029.167 9.801587302
110 12 1083.333 9.848484848
115 12.6 1137.5 9.891304348
120 13.1 1182.639 9.855324074
125 13.7 1236.806 9.894444444
Q total 254.7963669

Tabel A.5 Laju Alir Input Tangki 1 pada Bukan Valve 90

Data Input 90
waktu tinggi air volume laju alir input
5 2.5 225.6944 45.13888889
10 4.5 406.25 40.625
15 6.5 586.8056 39.12037037
20 8.4 758.3333 37.91666667
25 10.3 929.8611 37.19444444
30 12.3 1110.417 37.01388889

29
35 14 1263.889 36.11111111
Q total 273.1203704

Laju alir input total pada setiap bukaan Valve :


Jumlah F keseluruhan
F=
jumlah Data

A.3 Menghitung Laju Alir 0utput


Tabel A.6 Laju Alir Input Tangki 1 pada Bukan Valve 60

Data output 60
waktu tinggi volume laju alir output delta (H) dh/dt ln dh/dt Ln H
5 13.6 36.11111 7.222222222 0.4 0.08 -2.52573 2.61007
10 13.2 72.22222 7.222222222 0.8 0.08 -2.52573 2.580217
15 12.8 108.3333 7.222222222 1.2 0.08 -2.52573 2.549445
20 12.4 144.4444 7.222222222 1.6 0.08 -2.52573 2.517696
25 12 180.5556 7.222222222 2 0.08 -2.52573 2.484907
30 11.6 216.6667 7.222222222 2.4 0.08 -2.52573 2.451005
35 11.2 252.7778 7.222222222 2.8 0.08 -2.52573 2.415914
40 10.8 288.8889 7.222222222 3.2 0.08 -2.52573 2.379546
45 10.6 306.9444 6.820987654 3.4 0.075556 -2.58289 2.360854
50 10.2 343.0556 6.861111111 3.8 0.076 -2.57702 2.322388
55 9.8 379.1667 6.893939394 4.2 0.076364 -2.57225 2.282382
60 9.4 415.2778 6.921296296 4.6 0.076667 -2.56829 2.24071
65 9 451.3889 6.944444444 5 0.076923 -2.56495 2.197225
70 8.7 478.4722 6.83531746 5.3 0.075714 -2.58079 2.163323
75 8.4 505.5556 6.740740741 5.6 0.074667 -2.59472 2.128232
80 8 541.6667 6.770833333 6 0.075 -2.59027 2.079442
85 7.6 577.7778 6.797385621 6.4 0.075294 -2.58635 2.028148
90 7.4 595.8333 6.62037037 6.6 0.073333 -2.61274 2.00148
95 7 631.9444 6.652046784 7 0.073684 -2.60797 1.94591
100 6.6 668.0556 6.680555556 7.4 0.074 -2.60369 1.88707
105 6.2 704.1667 6.706349206 7.8 0.074286 -2.59984 1.824549
110 5.9 731.25 6.647727273 8.1 0.073636 -2.60862 1.774952
115 5.5 767.3611 6.672705314 8.5 0.073913 -2.60487 1.704748
120 5.1 803.4722 6.695601852 8.9 0.074167 -2.60144 1.629241

30
125 4.8 830.5556 6.644444444 9.2 0.0736 -2.60911 1.568616
130 4.4 866.6667 6.666666667 9.6 0.073846 -2.60577 1.481605
135 4.1 893.75 6.62037037 9.9 0.073333 -2.61274 1.410987
140 3.8 920.8333 6.577380952 10.2 0.072857 -2.61925 1.335001
145 3.5 947.9167 6.537356322 10.5 0.072414 -2.62536 1.252763
150 3.2 975 6.5 10.8 0.072 -2.63109 1.163151
155 2.9 1002.083 6.465053763 11.1 0.071613 -2.63648 1.064711
160 2.6 1029.167 6.432291667 11.4 0.07125 -2.64156 0.955511
165 2.2 1065.278 6.456228956 11.8 0.071515 -2.63785 0.788457
170 2 1083.333 6.37254902 12 0.070588 -2.65089 0.693147
175 1.6 1119.444 6.396825397 12.4 0.070857 -2.64709 0.470004
180 1.3 1146.528 6.369598765 12.7 0.070556 -2.65135 0.262364
185 1.1 1164.583 6.295045045 12.9 0.06973 -2.66313 0.09531
190 0.7 1200.694 6.319444444 13.3 0.07 -2.65926 -0.35667
195 0.4 1227.778 6.296296296 13.6 0.069744 -2.66293 -0.91629
200 0.2 1245.833 6.229166667 13.8 0.069 -2.67365 -1.60944
205 0.1 1254.861 6.121273713 13.9 0.067805 -2.69112 -2.30259
Q total 275.3391827

Tabel A.7 Laju Alir Input Tangki 1 pada Bukan Valve 70

Data output 70
laju alir delta
waktu tinggi volume dh/dt ln dh/dt Ln H
output H
5 13.5 45.1388 9.027777778 0.5 0.1 -2.30259 2.60269
10 12.8 108.333 10.83333333 1.2 0.12 -2.12026 2.549445
15 12 180.555 12.03703704 2 0.1333 -2.0149 2.484907
20 11.3 243.75 12.1875 2.7 0.135 -2.00248 2.424803
25 10.8 288.888 11.55555556 3.2 0.128 -2.05573 2.379546
30 10 361.111 12.03703704 4 0.1333 -2.0149 2.302585
35 9.2 433.333 12.38095238 4.8 0.1371 -1.98673 2.219203

31
40 8.5 496.527 12.41319444 5.5 0.1375 -1.98413 2.140066
45 7.8 559.722 12.4382716 6.2 0.1377 -1.98211 2.054124
50 7 631.944 12.63888889 7 0.14 -1.96611 1.94591
55 6.5 677.083 12.31060606 7.5 0.13636 -1.99243 1.871802
60 5.8 740.277 12.33796296 8.2 0.13666 -1.99021 1.757858
65 5.3 785.416 12.08333333 8.7 0.13384 -2.01106 1.667707
70 4.5 857.638 12.25198413 9.5 0.13571 -1.9972 1.504077
75 4 902.777 12.03703704 10 0.13333 -2.0149 1.386294
80 3.3 965.972 12.07465278 10.7 0.13375 -2.01178 1.193922
85 2.7 1020.13 12.00163399 11.3 0.13294 -2.01785 0.993252
90 2 1083.33 12.03703704 12 0.13333 -2.0149 0.693147
95 1.4 1137.5 11.97368421 12.6 0.13263 -2.02018 0.336472
100 0.8 1191.66 11.91666667 13.2 0.132 -2.02495 -0.22314
105 0.2 1245.83 11.86507937 13.8 0.1314 -2.02929 -1.60944
Q total 250.4392256

Tabel A.8 Laju Alir Input Tangki 1 pada Bukan Valve 80

Data Output 80
wakt laju alir
tinggi volume delta H dh/dt ln dh/dt Ln H
u input
5 13 90.27778 18.05555556 1 0.2 -1.60944 2.564949
10 12.4 144.4444 14.44444444 1.6 0.16 -1.83258 2.517696
15 11.9 189.5833 12.63888889 2.1 0.14 -1.96611 2.476538
20 10.8 288.8889 14.44444444 3.2 0.16 -1.83258 2.379546
25 10 361.1111 14.44444444 4 0.16 -1.83258 2.302585
30 9.2 433.3333 14.44444444 4.8 0.16 -1.83258 2.219203
35 8.5 496.5278 14.18650794 5.5 0.157143 -1.8506 2.140066
40 7.7 568.75 14.21875 6.3 0.1575 -1.84833 2.04122

32
45 7 631.9444 14.04320988 7 0.155556 -1.86075 1.94591
50 6.3 695.1389 13.90277778 7.7 0.154 -1.8708 1.84055
55 5.7 749.3056 13.62373737 8.3 0.150909 -1.89108 1.740466
60 4.9 821.5278 13.69212963 9.1 0.151667 -1.88607 1.589235
65 4.1 893.75 13.75 9.9 0.152308 -1.88185 1.410987
70 3.4 956.9444 13.67063492 10.6 0.151429 -1.88764 1.223775
75 2.9 1002.083 13.36111111 11.1 0.148 -1.91054 1.064711
80 2.2 1065.278 13.31597222 11.8 0.1475 -1.91393 0.788457
85 1.7 1110.417 13.06372549 12.3 0.144706 -1.93305 0.530628
90 1 1173.611 13.04012346 13 0.144444 -1.93486 0
95 0.2 1245.833 13.11403509 13.8 0.145263 -1.92921 -1.60944
Q total 265.4549371

Tabel A.9 Laju Alir Input Tangki 1 pada Bukan Valve 90

Data Output 90
wakt delta
tinggi Volume laju alir input dh/dt ln dh/dt Ln H
u H
5 13.2 72.22222 14.44444444 0.8 0.16 -1.83258 2.580217
10 11 270.8333 27.08333333 3 0.3 -1.20397 2.397895
15 10.4 325 21.66666667 3.6 0.24 -1.42712 2.341806
20 8 541.6667 27.08333333 6 0.3 -1.20397 2.079442
25 7.6 577.7778 23.11111111 6.4 0.256 -1.36258 2.028148
30 5 812.5 27.08333333 9 0.3 -1.20397 1.609438
35 4.9 821.5278 23.47222222 9.1 0.26 -1.34707 1.589235
40 2.4 1047.222 26.18055556 11.6 0.29 -1.23787 0.875469
Q total 190.125

33
Laju alir output total pada setiap bukaan Valve :
Jumlah F keseluruhan
F=
jumlah Data

A.4 Simulasi Gangguan


A.4.1 Non Interaksi
Tabel A.10 Data simulasi Gangguan Model Tangki Non Interaksi

Bukaan Valve 60 Bukaan Valve 70


V1 = 60 V1 = 70
V3 = 80 V3 = 90
V4 = 70 V4 = 80
wakt wakt
u H 1 (Cm) H2 u H 1 (Cm) H2
5 0.5 0.2 5 0.6 0.1
10 0.8 0.3 10 1.4 0.1
15 0.8 0.6 15 1.2 0.1
20 0.9 0.7 20 0.1 0.1
25 1 0.6 25 0.6 1.2
30 1.1 0.7 30 0.4 0.8
35 1.1 0.6 35 0.4 0.5
40 1.3 0.5 40 0.4 0.5
45 1.3 0.4 45 0.4 0.7
50 1.4 0.7 50 0.4 0.8
55 1.4 0.7 55 0.4 0.5
60 0.4 0.7 60 0.4 0.4
65 0.2 0.9 65 0.4 0.4
70 0.2 0.6 70 0.4 0.4
75 0.2 0.4 75 0.4 0.4
80 0.2 0.4
85 0.3 0.4
90 0.3 0.3
95 0.3 0.3
100 0.3 0.3
105 0.3 0.3

34
Bukaan Valve 80 Bukaan Valve 90
V1 = 80 V1 = 90
V3 = 90 V3 = 80
V4 = 90 V4 = 80
wakt wakt
u H1 (Cm) H2 u H1 (Cm) H2
5 0.5 0.2 5 2.5 0.4
10 1.5 0.7 10 3.2 0.8
15 1.4 0.8 15 4.2 1
20 1.3 0.8 20 5 1.3
25 1.3 0.8 25 6 1.6
30 1.2 0.8 30 7 1.2
35 1.2 0.7 35 8.5 2.2
40 1 0.7 40 8.5 3.4
45 1 0.8 45 9.5 3
50 0.9 0.8 50 10.2 3.5
55 0.8 0.8 55 11 3.6
60 0.8 0.8 60 11.4 4
65 0.7 0.7 65 12.3 4
70 0.6 0.7 70 12.8 4.3
75 0.7 0.7 75 13 4.7
80 0.7 0.7 80 13.7 5
85 0.7 0.7 85 14 5.3
90 0.7 0.7

A.4.2 Interaksi
Tabel A.11 Data simulasi Gangguan Model Tangki Interaksi

V1 = 60
V2 = 80
V3 = 80
t h2 h3 t h2 h3
5 1.3 0.2 355 9.4 0.6
10 1.5 0.4 360 9.5 0.6
15 1.6 0.6 365 9.5 0.6
20 1.8 0.8 370 9.5 0.6
25 2.1 1 375 9.5 0.6

35
30 2.4 1.2 380 9.6 0.6
35 2.6 0.8 385 9.6 0.6
40 2 0.8 390 9.6 0.6
45 3.2 0.8 395 9.7 0.6
50 3.5 0.8 400 9.8 0.6
55 3.6 0.7 405 10 0.6
60 3.6 0.7 410 10.7 0.6
65 3.6 0.6 415 10.9 0.6
70 3.8 0.6 420 11 0.6
75 3.9 0.6 425 11.2 0.6
80 4 0.6 430 11.4 0.6
85 4.2 0.6 435 11.5 0.6
90 4.2 0.7 440 11.7 0.6
95 4.5 0.7 445 11.8 0.6
100 4.6 0.7 450 12 0.6
105 4.7 0.7 455 12.1 0.6
110 4.8 0.6 460 12.2 0.6
115 4.9 0.6 465 12.3 0.6
120 4.9 0.6 470 12.4 0.6
125 5 0.6 475 12.6 0.6
130 5.2 0.6 480 12.6 0.6
135 5.4 0.6 485 12.7 0.6
140 5.4 0.6 490 12.9 0.6
145 5.4 0.6 495 12.2 0.6
150 5.6 0.6 500 12.2 0.6
155 5.7 0.6 505 12.3 0.6
160 5.8 0.6 510 12.3 0.6
165 5.8 0.6 515 12.3 0.6
170 6 0.6 520 12.4 0.6
175 6 0.6 525 12.5 0.6
180 6.3 0.6 530 12.5 0.6
185 6.5 0.6 535 12.5 0.6
190 6.7 0.6 540 12.6 0.6
195 6.8 0.6 545 12.6 0.6
200 7 0.6 550 12.6 0.6
205 7.1 0.6 555 12.6 0.6
210 7.3 0.6 560 12.8 0.6

36
215 7.5 0.6 565 12.8 0.6
220 7.5 0.6 570 12.9 0.6
225 7.5 0.6 575 13 0.6
230 7.5 0.6 580 13.1 0.6
235 7.5 0.6 585 13.1 0.6
240 7.6 0.6 590 13.2 0.6
245 7.8 0.6 595 13.4 0.6
250 7.9 0.6 600 13.6 0.6
255 8 0.6 605 13.7 0.6
260 8.1 0.6 610 13.8 0.6
265 8.1 0.6 615 13.9 0.6
270 8.2 0.6 620 14 0.6
275 8.2 0.6 625 14.1 0.6
280 8.2 0.6 630 14.3 0.6
285 8.4 0.6 635 14.4 0.6
290 8.4 0.6 640 14.5 0.6
295 8.5 0.6 645 14.7 0.6
300 8.5 0.6 650 14.8 0.6
305 8.7 0.6 655 14.9 0.6
310 8.8 0.6 660 14.9 0.6
315 8.8 0.6
320 8.9 0.6
325 9 0.6
330 9 0.6
335 9.1 0.6
340 9.2 0.6
345 9.2 0.6
350 9.3 0.6

Tabel A.12 Data simulasi Gangguan Model Tangki Interaksi Pada Bukaan Valve 70

Bukaan Valve 70
V1 = 70
V2 = 70
V3 = 90
t h2 h3 t h2 h3
5 1.2 0.2 265 8.3 0.5

37
10 2 0.4 270 8.4 0.5
15 2.4 0.6 275 8.4 0.5
20 3 0.8 280 8.5 0.5
25 3.4 1 285 8.7 0.5
30 3.8 1.2 290 8.7 0.5
35 4 0.8 295 8.8 0.5
40 4 0.5 300 8.8 0.5
45 4.4 0.5 305 8.8 0.5
50 4.5 0.5 310 8.9 0.5
55 4.6 0.5 315 8.9 0.5
60 4.7 0.5 320 9 0.5
65 4.9 0.5 325 9.1 0.5
70 5.1 0.5 330 9.1 0.5
75 5.2 0.5 335 9.3 0.5
80 5.4 0.5 340 9.3 0.5
85 5.5 0.5 345 9.4 0.5
90 5.6 0.5 350 9.5 0.5
95 5.6 0.5 355 9.7 0.5
100 5.7 0.5 360 9.8 0.5
105 5.8 0.5 365 9.8 0.5
110 5.8 0.5 370 9.9 0.5
115 5.8 0.5 375 10 0.5
120 5.8 0.5 380 10.1 0.5
125 5.8 0.5 385 10.2 0.5
130 5.8 0.5 390 10.2 0.5
135 5.8 0.5 395 10.4 0.5
140 5.8 0.5 400 10.5 0.5
145 5.8 0.5 405 10.6 0.5
150 5.9 0.5 410 10.7 0.5
155 5.9 0.5 415 10.9 0.5
160 5.9 0.5 420 11 0.5
165 6 0.5 425 11.2 0.5
170 6.2 0.5 430 11.4 0.5
175 6.3 0.5 435 11.5 0.5
180 6.4 0.5 440 11.7 0.5

38
185 6.5 0.5 445 11.8 0.5
190 6.7 0.5 450 12 0.5
195 6.8 0.5 455 12.1 0.5
200 7 0.5 460 12.2 0.5
205 7.1 0.5 465 12.3 0.5
210 7.3 0.5 470 12.4 0.5
215 7.5 0.5 475 12.6 0.5
220 7.5 0.5 480 12.6 0.5
225 7.5 0.5 485 12.7 0.5
230 7.5 0.5 490 12.9 0.5
235 7.5 0.5 495 12.2 0.5
240 7.6 0.5 500 13 0.5
245 7.8 0.5 505 13.1 0.5
250 7.9 0.5 510 13.2 0.5
255 8 0.5 515 13.4 0.5
260 8.1 0.5 520 13.6 0.5
525 13.7 0.5
530 13.8 0.5
535 13.9 0.5
540 14 0.5
545 14.1 0.5
550 14.3 0.5
555 14.4 0.5
560 14.5 0.5
565 14.7 0.5
570 14.8 0.5
575 14.9 0.5
580 14.9 0.5

39
Tabel A.12 Data simulasi Gangguan Model Tangki Interaksi Pada Bukaan Valve 80

Bukaan Valve 80
V1 = 80
V2 = 80
V3 = 60
t h2 h3 t h2 h3
5 2 0.1 80 10.1 1
10 3 0.3 85 10.5 1.1
15 4 0.6 90 11 1.1
20 4.5 0.9 95 11.4 1.1
25 5.1 1.1 100 11.8 1.1
30 5.5 1 105 12.3 1.3
35 6 1 110 12.6 1.3
40 6.5 0.9 115 13 1.3
45 7 0.9 120 13.4 1.4
50 7.5 1 125 14 1.4
55 8 0.9
60 8.4 1
65 8.8 1
70 9.3 1
75 9.7 1

40
Tabel A.13 Data simulasi Gangguan Model Tangki Interaksi Pada Bukaan Valve 90

Bukaan Valve 90
V1 = 90
V2= 80
V3 = 60
t h2 h3
5 3.3 0.5
10 6.5 1
15 7.4 1.5
20 9.2 2
25 11.3 2.4
30 12.9 2.8
35 13.8 3.4

41
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI

Gambar B.1 Peralatan Dinamika Proses Tangki

42

Anda mungkin juga menyukai