Anda di halaman 1dari 22

L3 Sk2 Kedkom KLB dll

Fahira A lubis (1102015068)

LI1. Gizi buruk (lebih dan kurang)


LI2. klb yang ditentukan angka mortalitas dan morbiditas
LI3. gaya hidup tidak sehat
LI4. sistem rujukan kesehatan masyarakat
LI5. pemanfaatan faskes dari aspek sosbud
LI6. hukum berobat dalam islam

LI1. Gizi buruk (lebih dan kurang)


Gizi Buruk adalah kekurangan gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi 
energi dan protein dari makanan sehari – hari dibanding kebutuhan dan terjadi dalam jangka 
waktu yang lama. Gizi buruk diketahui dengan cara pengukuran antropometri yaitu berat 
badab (BB) menurut tinggi badan (TB) atau umur dibanding dengan standar, dengan atau 
tanpa tanda – tanda klinis (marasmus, kwarshiorkor, dan marasmus­kwarshiorkor). Batas gizi
buruk ada balita adalah kurang dari ­3,0 SD standar baku WHO (Persagi, 2009).

Alur pemeriksaan gizi buruk

Standar baku antropometri yang paling banyak digunakan adalah standar baku Harvard dan
standar baku WHO-NCHS. Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) pada tanggal19

1
Januari 2000 menetapkan bahwa penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U (Berat Badan
per Umur), TB/U (Tinggi Badan per Umur), dan BB/TB (Berat Badan per Tinggi Badan) di
sepakati penggunaan istilah status gizi dan baku antropometri yang dipakai dengan
menggunakan Z-score dan baku rujukan WHO-NCHS (WNPG VII, 2004). Untuk
menentukan klasifikasi status gizi digunakan Z-score (simpang baku) sebagai batas ambang.
Kategori dengan klasifikasi status gizi berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau BB/TB dibagi
menjadi 3 golongan dengan batas ambang sebagi berikut :
1. Indeks BB/U
a. Gizi lebih, bila Z-score terletak > + 2SD
b. Gizi baik, bila Z-score terletak ≥ -2SD s/d +2SD
c. Gizi kurang, bila Z-score terletak ≥ -3 SD s/d <-2SD
d. Gizi buruk, bila Z-score terletak < -3SD
2. Indeks TB/U
a. Normal, bila Z-score terletak ≥ -2SD
b. Pendek, bila Z-score terletak < -2SD
2. Indeks BB/TB
a. Gemuk, bila Z-score terletak > +2SD
b. Normal, bila Z-score terletak ≥ -2SD s/d +2SD
c. Kurus, bila Z-score terletak ≥ -3SD s/d < -2SD
d. Kurus sekali, bila Z-score terletak < -3SD (Sumber :WNPG VII, 2004)
Pertimbangan dalam menetapkan cut off point status gizi didasarkan pada asumsi resiko
kesehatan :
1. Antara -2SD sampai +2SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan untuk
menderita masalah kesehatan
2. Antara -2SD sampai -3SD atau antara +2SD sampai +3SD memiliki resiko cukup
tinggi untuk menderita masalah kesehatan
3. Di bawah -3SD atau diatas +2SD memiliki resiko tinggi untuk menderita masalah
kesehatan
Klasifikasi dan penentuan status gizi berdasarkan antropometri yaitu :
1. gizi lebih : overweight dan obesity
2. gizi baik : wellnourished
3. gizi kurang : underweight (mild dan moderate malnutrition)
4. gizi buruk : severe malnutrition (marasmus, kwashiorkor dan marasmic kwasiokor)
Menurut buku pedoman pemantauan status gizi (PSG) melalui posyandu, Depkes RI (2010)
indeks dan baki rujukan yang digunakan dalam pengolahan data adalah indeks BB menurut
umur dengan menggunakan baku rujukan antropometri WHO-NCHS, dengan menentukan 4
kategori sebagai berikut:
1. gizi baik : ≥ 80% terhadap bakuan median.
2. gizi sedang : 70-79,9% terhadap bakuan median.
3. gizi kurang : 60-69,9% terhadap bakuan median.
4. gizi buruk : < 60%terhadap bakuan median (Soegianto, 2007).

2
Z-Score atau simpangan baku digunakan untuk menilai seberapa jauh
penyimpangannya dari angka median (nilai tengah). Perhitungan Z-Score berbeda
untuk populasi yang distribusinya normal atau tidak normal.
- Pengukuran Distribusi Normal.
Konsep distribusi normal sangat membantu untuk memahami apa itu z-score.
Dlam satu distribusi normal, sebagian besar nilai dikelompokan di tengah, dan
distribusi pengukuran berada disekitar angka median yang berbentuk lonceng. Pada
kurva normal, satu z-score menggambarkan seberapa jauh penyimpangan baku
seorang anak dari angka median.
Kurva tersebut dihasilkan dari pengukuran Panjang/Tinggi Badan anak-anak
yang dibuat dalam grafik, hasilnya menyerupai distribusi normal. Setiap segmen
pada sumbu horizontal menggambarkan satu simpangan baku atau z-score. Pada
distribusi normal, z-score -1 dan +1 mempunyai jarak yang sama dari angka median (
0 ). Jarak dari angka median ke +1 z-score adalah setengah dari jarak ke +2 z-score.
Cara perhitungan Z-Score adalah sebagai berikut :
Z score =

Keterangan :
Xi : Nilai yang diamati atau hasil pengukuran yang sebenarnya
Mi : Nilai Referensi Median
SBi : Z-Score (standar baku) dari populasi referensi/rujukan
Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan
(TB). Berat badan anak ditimbang dengan timbangan dacin yang memiliki presisi 0,1
kg, panjang badan diukur dengan length-board dengan presisi 0,1 cm, dan tinggi
badan diukur dengan menggunakan microtoise dengan presisi 0,1 cm. Variabel BB
dan TB anak ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB).
Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap
balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan
menggunakan baku antropometri WHO 2005. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-Score
masing-masing indicator tersebut ditentukan status gizi balita dengan batasan
sebagai berikut :
a) Berdasarkan indikator BB/U :

3
Berat badan adalah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa
tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena
terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya nafsu makan atau
memnurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri
yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan
antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti
pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan
perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat badan menurut
umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat
badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
 Kelebihan
a. Lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat
b. Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis
c. Indikator status gizi kurang saat sekarang
d. Sensitif terhadap perubahan kecil
e. Growth monitoring
f. Pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth
g. Failure karena infeksi atau KEP
h. Dapat mendeteksi kegemukan (overweight)
 Kekurangan
a. Kadang umur secara akurat sulit didapat
b. Dapat menimbulkan interpretasi keliru bila terdapat edema maupun asites
c. Memerlukan data umur yang akurat terutama untuk usia balita
d. Sering terjadi kesalahan dalam pengukruan, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak saat
ditimbang
e. Secara operasional: hambatan sosial budaya misalnya tidak mau menimbang anak karena
dianggap seperti barang dagangan

Kategori BB/U :
1. Kategori Gizi Buruk, jika Z-score < -3,0
2. Kategori Gizi Kurang, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
3. Kategori Gizi Baik, jika Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0
4. Kategori Gizi Lebih, jika Z-score >2,0

b) Berdasarkan indikator TB/U:

4
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah
kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tingii badan
akan nampak dalam waktu yang relatif lama.
Berdasarkan karakteristik tersebut diatas, maka indeks ini menggambarkan status gizi
masa lalu. Menurut Beaton dan Bengoa (1973) indeks TB/U dapat memberikan status gizi
masa lampau dan status sosialekonomi.
 Kelebihan
a. Baik untuk menilai status gizi masa lampau
b. Alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa
c. Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa
 Kekurangan
a. TB tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
b. Diperlukan 2 orang untuk melakukan pengukuran, karena biasanya anak relatif sulit berdiri
tegak
c. Ketepatan umur sulit didapat
Kategori TB/U :
1. Kategori Sangat Pendek, jika Z-score < -3,0
2. Kategori Pendek, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
3. Kategori Normal, jika Z-score >=-2,0
c) Berdasarkan indikator BB/TB:
1. Kategori Sangat Kurus, jika Z-score < -3,0
2. Kategori Kurus, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
3. Kategori Normal, jika Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0
4. Kategori Gemuk, jika Z-score >2,0

Perhitungan angka prevalensi dilakukan sebagai berikut :


 Prevalensi gizi buruk = (Jumlah balita gizi buruk/jumlah seluruh balita) x 100%
 Prevalensi gizi kurang = (Jumlah balita gizi kurang/jumlah seluruh balita) x 100%
 Prevalensi gizi baik = (Jumlah balita gizi baik/jumlah seluruh balita) x 100%
 Prevalensi gizilebih = (Jumlah balita gizi lebih/jumlah seluruh balita) x 100%

d) IMT / U
Pengukuran status gizi dilakukan dengan metode antropometri melalui
perhitungan indeks IMT/U. IMT/U digunakan untuk anak yang berumur 5-19
tahun, dengan menggunakan z-score.

5
Kategori IMT/U :
1. Kategori Sangat Kurus, jika Z-score < -3,0
2. Kategori Kurus, jika Z-score < - 2SD
3. Kategori Normal, jika Z-score -2SD sampai +1SD
4. Kategori Gemuk, jika Z-score > + 1SD
5. Kategori Obese I, jika Z-score >+2SD
6. Kategori Obese II jika, Z-score >+3SD

- Cara Penilaian Status Gizi dalam Program Kesehatan Masyarakat.


Salah satu cara yang digunakan dalam penentuan status gizi masyarakat adalah
dengan cara pengukuran terhadap nilai-nilai dari indeks antropometri. Dalam
penentuan status gizi suatu kelompok masyarakat, lebih baik kita
mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
1. Nilai-nilai indeks antropometri (BB/U, TB/U atau BB/TB) dibandingkan dengan
nilai RUJUKAN yang dalam hal ini digunakan Rujukan WHO-2005).
2. Dengan menggunakan batas ambang (“cut-off point”) untuk masing-masing indeks,
maka status gizi seseorang atau anak dapat ditentukan.
Didasarkan pada asumsi resiko kesehatan :
a) Antara -2 SD s/d +2 SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan untuk menderita
masalah kesehatan
b) Antara -2 s/d -3 atau antara +2 s/d +3 memiliki resiko cukup tinggi (“mode-rate”)
untuk menderita masalah kesehatan
c) Di bawah -3 SD atau di atas +3 SD memiliki resiko tinggi untuk menderita masalah
kesehatan
3. Istilah status gizi dibedakan untuk setiap indeks yang digunakan agar tidak terjadi
kerancuan dalam interpretasi.
4. Bila dalam masyarakat ada lebih dari 2,5% balita berada <-2 SD tetapi kurang dari
0,5% berada <-3 SD kemungkinan besar penyebabnya masa-
lahnya adalah kekurangan zat gizi karena berbagai faktor (kemiskinan, ketidak
tahuan, pola asuh yang berkaitan dengan penyakit)
5. Bila dalam suatu masyarakat ada lebih dari 2,5 % balita <-2 SD dan lebih dari 0,5%
anak < -3 SD, maka masyarakat tersebut masih memiliki masalah
gizi yang perlu penanganan secara komprehensif terhadap akar masalahnya.

6
7
LI2. klb yang ditentukan angka mortalitas dan morbiditas
 Definisi
- Kejadian luar biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah
tertentu (Depkes RI,2000).
- Menurut UU : 4 Tahun 1984, kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

 Kriteria
Suatu penyakit dikatakan sebagai kejadian luar biasa apabila memenuhi criteria sebagai
berikut : (Efendi & Makhfudli, 2009)
1. Timbulnya suatu penyakit /kesakitan yang sebelumnya tidak ada/tidak diketahui
2. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian terus menerus selama tiga kurun waktu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, bulan, tahun)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya ( hari, minggu, bulan, tahun)
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata per per bulan dalam satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
6. Case Fertility Rate(CFR) dari suatu penyakit dalam satu kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan CFR dari periode
sebelumnya.
7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunujukkan kenaikan
dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu atau tahun sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus: kolera, DHF/DSS :
- Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)
- Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4minggu sebelumnya
daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
9. Beberapa penyakit yang dialami oleh satu atau lebih penderita (Keracunan makanan,
keracunan pestisida)

 Klasifikasi
Tiga aspek penyebaran penyakit ini yang perlu dibicarakan adalah masa generasi,
imunitas kelompok, dan secondary attack rate.
a) Masa generasi
Interval waktu penyebaran penyakit dari orang ke orang ditentukan oleh masa generasi,
yakni periode antara terkenanya infeksi oleh seseoarang dan saat penularan paling
maksimal. Pada umumnya masa generasi adalah sama dengan waktu inkubasi yakni
waktu antara terkenanya infeksi dan timbulnya penyakit.( Sutrisna, 1986)
b) Imunitas kelompok (herd immunity)
Imunitas kelompok adalah keadaan dimana sebuah agen infektif tidak dapat masuk atau
menyebar di kalangan suatu kelompok orang atau masyarakat oleh karena sebagian besar
anggota kelompok atau masyarakat imun terhadap penyebab infeksi tersebut. Imunitas
kelompok adalah faktor penting sekali dalam menentukan penyebaran maupun
periodisitas wabah, dapat digambarkan dalam contoh hipotesis sebagai berikut ini.
(Sutrisna, 1986). Sekelompok masyarakat yang berdiam di suatu daerah terpencil,
terserang wabah pertama kali oleh suatu penyakit, katakanlah campak. Mereka yang tidak
meninggal akan merupakan orang-orang yang imun terhadap campak. Dua minggu tiga

8
bulan sesudah wabah berhenti masuklah ke daerah itu beberapa penderita campak. Tetapi
tidak ada orang lain yang terserang, wabah tidak dapat timbul oleh karena sebagian
besar(barangkali juga semua) orang di tempat tersebut imun. Sesudah lima tahun sudah
banyak pula anak yang dilahirkan di daerah itu sehingga katakanlah presentasi mereka
yang imun menurun hingga di kalangan anak-anak di bawah umur 10 tahun hanya 50%
yang imun, seseorang berpenyakit campak yang masuk ked lam wilayah itu dalam fase
sangat menular dapat menyebabkan wabah kedua di daerah itu. Dikatakan bahwa tidak
perlu mempunyai imunitas kelompok tinggi 100% untuk menghentikan atau memberantas
wabah; contoh: 90-95% untuk cacar dan kurang lebih 70% untuk diphtheria.
c) Secondary attack rate; keluarga, rumah tangga, asrama,sekolah, hotel dan tempat tinggal
serupa adalah unit epidemiologi dimana penyakit infeksi mempunyai kecenderungan
untuk menyebar. Kasus yang pertama-tama ditemukan di dalam unit-unit tersebut yang
diketahui oleh keluarga, orang lain, atau petugas kesehatan disebut kasus indeks(‘indeks
case’), dari kasus indeks inilah diselidiki bagaimana terjadi penyebaran kepada lain
anggota keluarga lain anak sekolah, dan seterusnya. Kita sekarang ingin mengetahui
berapa besar attack rate akibat penularan yang disebabkan oelh kasus indeks, yang
disebut Secondary Attack Rate

Menurut Sumber KLB


a) Manusia : jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni,
muntahan, seperti : Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus,Protozoa,
Virus Hepatitis.
b) Kegiatan manusia : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe
bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan
racun).
c) Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh :
Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan
ikan/plankton. Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella,
Staphylokok, Streptokok.
d) Udara : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran
udara.
e) Permukaan benda-benda/alat-alat misal : Salmonella.
f) Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella.
g) Makanan/minuman : Keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.

 Pengukuran epidemiologi
- ANGKA MORBIDITAS
Angka morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun per 1000 jumlah
penduduk pertengahan tahun. Angka ini dapat digunakan untuk menggambarakan keadaan
kesehatan secara umum, mengetahui keberahasilan program program pemberantasan
penyakit, dan sanitasi lingkungan. Secara umum ukuran yang banyak digunakan dalam
menentukan morbiditas adalah angka, rasio, dan pororsi
a) RATE
Rate atau angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus perbandingan antara
pembilang dengan penyebut atau kejadian dalam suatu populasi teterntu dengan jumlah
penduduk dalam populasi tersebut dalam batas waktu tertentu. Rate terdiri dari berbagai jenis
ukuran diataranya adalah :
1. Proporsi atau jumlah kelompok individu yang terdapat dalam penduduk suatu wilayah
yang semula tidak sakit dan menjadi sakit dalam kurun waktu tertentu dan pembilang

9
pada proporsi tersebut adalah kasus baru.Tujuan dari Insidence Rate adalah sebagai
berikut
a. Mengukur angka kejadian c. Perbandinagan antara berbagai populasi
penyakit dengan pemaparan yg berbeda
b. Untuk mencari atau mengukur d. Untuk mengukur besarnya risiko yang
faktor kausalitas ditimbulkan oleh determinan tertentu
Rumus:
P= Estimasi incidence rate
d d= Jumlah incidence (kasus baru)
P= ()n
×K n= Jumlah individu yang semula tidak sakit
( population at risk)

2. PR ( Prevalence)
Ukuran prevalensi suatu penyakit dapat digunkan
a. Menggambarkan tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit
b. Untuk penyusunan perencanaan pelayanan kesehatan. Misalnya, penyediaan obat-
obatan, tenaga kesehatan, dan ruangan
c. Menyatakan banyaknya kasus yang dapat di diagnosa
d. Digunakan untuk keperluan administratif lainnya
e. Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya sakit. Lamanya
sakit adalah suatu periode mulai dari didiagnosanya suatu penyakit hingga
berakhirnya penyakit teresebut yaitu sembuh, kronis, atau mati

3. PePR (Periode Prevalence Rate)


PePR yaitu perbandingan antara jumlah semua kasus yang dicatat dengan jumlah
penduduk selama 1 periode
Rumus:
P P = jumlah semua kasus yang dicatat
PePR=
R( )
×K R = jumlah penduduk
k = pada saat tertentu

4. PoPR (Point Prevlene Rate)


Point Prevalensi Rate adalah nilai prevalensi pada saat pengamatan yaitu perbandingan
antara jumlah semua kasus yang dicatat dengan jumlah penduduk pada saat tetentu.
Rumus:

P = jumlah semua kasus yang dica

Po perbandingan antara jumlah semua kasus


PoPR= ( )
R
×K
yang dicatat tat
R = jumlah penduduk
k = pada saat tertentu

Point prevalensi meningkat pada Point prevalensi menurun pada


 Imigrasi penderita  Imigrasi orang sehat
 Emigrasi orang sehat  Emigrasi penderita
 Imigrasi tersangka penderita atau mereka  Meningkatnya angka
dengan risiko tinggi untuk menderita kesembuhan
 Meningkatnya masa sakit  Meningkatnya angka

10
 Meningkatnya jumlah penderita baru kematian
 Menurunnya jumlah penderita
baru
 Masa sakit jadi pendek

5. AR (Attack Rate)
Attack rate adalah andala angaka sinsiden yang terjadi dalam waktu yang singkat
(Liliefeld 1980) atau dengan kata lain jumlah mereka yang rentan dan terserang penyakit
tertentu pada periode tertentu. Attack rate penting pada epidemi progresif yang terjadi
pada unit epidemi yaitu kelompok penduduk yang terdapat pada ruang lingkup terbatas,
seperti asrama, barak, atau keluarga.

b) RASIO
Rasio adalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantittif yang
pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut. Contoh:Kejadian Luar Biasa(KLB)
diare sebanyak 30 orang di suatu daerah. 10 diantaranya adalah jenis kelamin pria. Maka
rasio pria terhadap wanitaadalah R=10/20=1/2

c) PROPORSI
Proporsi adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan bagian
dari penyebut. Penyebaran proporsi adalah suatu penyebaran persentasi yang meliputi
proporsi dari jumlah peristiwa-peristiwa dalam kelompok data yang mengenai masing-
masingkategori atau subkelompok dari kelompok itu.Pada contoh di atas, proporsi pria
terhadap permapuan adalahP= 10/30=1/3

- ANGKA MORTALITAS
a) Case Fatality Rate (CFR) Angka kefatalan kasus
CFR adalah perbandingan antara jumlah kematian terhadap penyakit tertentu yang terjadi
dalam 1 tahun dengan jumlah penduduk yang menderita penyakit tersebut pada tahun yang
samaRumus:

P = Jumlah kematian terhadap penyakit


P tertentu
CFR= ( )
T
×K
T = jumlah penduduk yang menderita
penyakit tersebut pada tahunyang sama

Perhitungan ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat penyakit dengan tingkat kematian
yang tinggi. Rasio ini dapatd ispesifikkan menjadi menurut golongan umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan dan lain-lain

b) Crude Death Rate (CDR) Angka Kematian Kasar


Angka keamtian kasar adalah jumlah angka kematian dicatat selama 1 tahun per 1000
penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Disebut kasar karena angka ini dihitung secra
menyeluruh tanpa memperhatikan kelompok-kelompok tertentu di dalam populasi dengan
tingkat kematian yang berbeda-beda. Rumus:

D= jumlah keamtian yang dicata selama 1


CDR= ( DP ) × K tahun

11
P=Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
yang sama

Manfaat CDR
 Sebagai gambaran status kesehatan masyarakat
 Sebagai gambaran tingkat permasalahan penyakit dalam masyarakat
 Sebagai gambaran kondisi sosial ekonomi
 Sebagai gambaran kondisi lingkungan dan biologis
 Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk

c) Age Spesific Death Rate (ASDR) angka kematian menurut golongan umur
Angka kematian menurut golongan umur adalah perbandingan antara jumlah kematian
yang dicatat selama 1 tahun padas penduduk golongan umur x dengan jumlah penduduk
golongan umur x pada pertengaha n tahun. Rumus:

dx = jumlah kematian yang dicatat selama 1


ASDR= ( dxpx ) × K tahun pada golongan umur x
px = jumlah penduduk pada golonga umur x
pada pertengahan tahun yang sama

Manfaat ASDR sebagai berikut:


 untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesahatan masyarakat dengan melihat
kematian tertinggi pada golongan umur
 untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di bebagai wilayah
 untuk menghitung rata-rata harapan hidup
 Under Five Mortality Rate (UFMR) Angka kematian Balita
d) Angka kematian Balita adalah gabungan antara angka kematian bayi dengan angka
kematian anak umur 1-4 tahun yaitu jumlahkematian balita yang dicatat selam satu tahun
per 1000 penduduk balita pada tahun yang sama. Rumus:

M = Jumlah kematian balita yang dicatat


M
UFMR=
R ( )
×K selama satu tahun
R = Penduduk balita pada tahun yang sama

Angka kematian balita sangat penting untuk mengukur taraf kesehatan masyarakat karena
angka ini merupakan indikator yang sensitif untuk sataus keseahtan bayi dan anak
e) Neonatal Mortality Rate (NMR) Angka Kematian Neonatal
Neonatal adalah bayi yang berumur kurang dari 28 hari. Angka Kematian Neonatal
adalah jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 28 hari yang dicatata selama 1 tahun
per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Rumus:

di = Jumlah kematian bayi yang berumur


di
NMR=
B ( )
×K kurang dari 28 hari
B = Kelahiran hidup pada tahun yang sama

Manfaat dari angka kematian neonatal adalah sebgai berikut;


 untuk mengetahuai tinggi rendahnya perawatan post natal

12
 Untuk mengetahui program Imuninsasi
 Untuk pertolongan persalina
 untuk mengetahui penyakit infeksi

f) Perinatal Mortality Rate (PMR) angka kematian perinatal


Angka kematian perinatal adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia
kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ditambah kematian bayi yang berumur kurang dari
7 hari yang dicatat dalam 1 tahun per 1000 kelahiran kelahiran hidupn pada tahun yang
sama.Rumus:
P = ∑ kematian janin yg dilahirkan pdusia
kehamilan berumur 28 mg
P+ M M =ditambah kematian bayi yang berumur kurang
PMR=
R( ×K ) dari 7 har
R = 1000 kelahiran kelahiran hidupn pada tahun
yang sama
Manfaat dari angka kematian perinatal adalah untuk menggambarkan keadaan kesehatan
masyarakat terutama kesehatan ibu hamil dan bayi. Faktor yang mempengaruhi tinggnya
PMR adalah sebagai berikut:
a. Banyak bayi dengan berat badan  Penyakit infeksi terutama ISPA
lahir rendah  Pertolongan persalinan
 Status gizi ibu dan bayi
 Keadaan sosial ekonomi

g) Infant Mortality Rate (IMR) Angka Kematian Bayi


Angka Kematian Bayi adalah perbandingan jumlah penduduk yang berumur kurang dari
1 tahun yang diacat selama 1 tahun dengan1000 kelahiran hidup pada tahun yang
sama.Rumus:

d0 = Jumlah penduduk yang berumur kurang

IMR= ( dB0 ) × K dari 1 tahun


B = Jumlah lahir hidup pada thun yang sama

Manfaat dari perhitungan angka kematian bayi adalah sebagai berikut:


- Untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yg
berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi
- Untuk Mengetahui tingkat pelayanan antenatal
- Untuk mengetahui status gizi ibu hamil
- Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
dan Program Keluaga berencana (KB)
- untuk mengetahui kondisi lingkungan dan social ekonomi
h) Maternal Mortality Rate (MMR) Angka Kematian Ibu
Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat komplikasi kehamilan, persalinan,
dan masa nifas yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Rumus:
I I = adalah jumlah kematian ibu akibat
MMR= ( )
T
×K
komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa

13
nifas
T = Kelahiran hidup pada tahun yang sama
Tinggi rendahnya angka MMR tergantung kepada:
- Sosial ekonomi - Pelayanan terhadap ibu hamil
- Kesehatan ibu sebellum hamil, - Pertolongan persalinan dan
persalinan, dan masa nasa perawatan masa nifas
nifas
 Penanggulangan
Penaggulangan KLB Adalah kegiatan yg dilaksanakan utk menangani penderita, mencegah
perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu KLB yg
sedang terjadi

Tujuan penanggulangan KLB :


 Mengenal dan mendeteksi sedini mungkin terjadinya KLB
 Melalukan penyelidikan KLB
 Memberikan petunjuk dalam mencari penyebab dan diagnose KLB
 Memberikan petunjuk pengiriman dan penanggulangan KLB
 Mengembangkan sistem pengamatan yang baik dan menyeluruh, dan menyusun
perencanaan yang mantap untuk penanggulangan KLB

Upaya Penanggulangan KLB :


 Penyelidikan epidemiologis
 Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan
karantina
 Pencegahan dan pengendalian
 Pemusnahan penyebab penyakit
 Penanganan jenazah akibat wabah
 Penyuluhan kepada masyarakat

Indikator Program penanggulangan KLB adalah :


 Terselenggaranya system kewaspadaan dini KLB di unit-unit pelayanan wilayan
puskesmas, kabupaten/kota, propinsi dan nasional.
 Deteksi dan respon dini KLB
 Tidak terjadi KLB besar.

Indikator Keberhasilan Penanggulangan KLB :


 Menurunnya frek KLB
 Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB
 Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB
 Memendeknya periode KLB
 Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB

Penanggulangan pasien saat KLB :

14
1. Jangka pendek
 Menemukan dan mengobati pasien
 Melakukan rujukan dengan cepat
 Malakukan kaporasi sumber air dan disinfeksi kotoran yang tercemar
 Memberi penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi lingkungan
 Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral
2. Jangka panjang
 Memperbaiki faktor lingkungan
 Mengubah kebiasaan tidak sehat menjadi sehat
 Pelatihan petugas

Upaya penaggulangan KLB DBD :


 Pengobatan/ perawatan penderita
 Penyelidikan epidemiologi
 Pemberantasan vector
 Penyuluhan kepada mayarakat
 Evaluasi/ penilaian penanggulangan KLB

Indikator keberhasilan penanggulangan KLB


1. Menurunnya frekuensi KLB.
2. Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB.
3. Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB.
4. Memendeknya periode KLB.
5. Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB.

LI3. gaya hidup tidak sehat


Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Bentuk
dari perilaku tersebut ada dua yaitu pasif dan aktif. Perilaku pasif merupakan respon internal
dan hanya dapat dilihat oleh diri sendiri sedangkan perilaku aktif dapat dilihat oleh orang
lain. Masyarakat memiliki beberapa macam perilaku terhadap kesehatan. Perilaku tersebut
umumnya dibagi menjadi dua, yaitu perilaku sehat dan perilaku sakit. Perilaku sehat yang
dimaksud yaitu perilaku seseorang yang sehat dan meningkatkan kesehatannya tersebut.
Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindari dari penyakit
dan penyebab penyakit atau masalah, atau penyebab masalah (perilaku preventif). Contoh
dari perilaku sehat ini antara lain makan makanan dengan gizi seimbang, olah raga secara
teratur, dan menggosok gigi sebelum tidur.

Yang kedua adalah perilaku sakit. Perilaku sakit adalah perilaku seseorang yang sakit
atau telah terkena masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan
masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health
seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang bila
terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan melalui sarana pelayanan
kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.
Secara lebih detail, Becker (1979) membagi perilaku masyarakat yang berhubungan dengan
kesehatan menjadi tiga, yaitu:
1. perilaku kesehatan : hal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatannya. Contoh : memilih makanan yang sehat, tindakan-
tindakan yang dapat mencegah penyakit.

15
2. perilaku sakit : segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individuyang
merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
Contoh pengetahuan individu untuk memperoleh keuntungan.
3. perilaku peran sakit : segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang
sedang sakit untuk memperoleh kesehatan.

Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan paradigma
sehat.Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah sakit adalah
tempatnya orang sakit. Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke rumah sakit. Ini
adalah paradigma yang salah yang menitikberatkan kepada aspek kuratif dan rehabilitatif.
Sedangkan paradigma sehat Menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif,
berpandangan bahwa tindakan pencegahan itu lebih baik dan lebih murah dibandingkan
pengobatan.

Model treatment seeking behavior dan factor-faktornya


1. Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance) : Adalah perilaku atau usaha-
usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
penyembuhan bila sakit. Oleh karena itu, perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek
yaitu:
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan bila telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu
dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang
yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal
mungkin.
c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara
serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman
dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat
mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap
makanan dan minuman tersebut.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering
disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah
menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau
kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini di mulai dari mengobati sendiri (self treatment)
sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku kesehatan lingkungan.


Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya
sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakat. Misalnya
bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah,
pembuangan limbah, dan sebagainya.

Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini.
a. Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.Perilaku ini mencakup antara lain:

16
1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang disini dalam arti
kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti
jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi tidak juga
lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan 4 sehat 5
sempurna.
2) Olahraga teratur, juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti
frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua
aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.
3) Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai
macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia, seolah-
olah sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok.
Bahkan dari hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja kita telah merokok. Inilah
tantangan pendidikan kesehatan kita.
4) Tidak minum minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minum miras dan
mengonsumsi narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya, juga
cenderung meningkat). Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah
mempunyai kebiasaan minum miras ini.
5) Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidu akibat tuntutan untuk
penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras
dan berlebihan, sehingga waktu istirahat berkurang. Hal ini juga dapat
membahayakan kesehatan.
6) Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-
macam bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras
seperti diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang.
Stres tidak dapat kita hindari, yang penting dijaga agar stres tidak menyebabkan
gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres dengan
kegiatan-kegiatan yang positif.
7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya: tidak berganti-
ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaiaan diri kita dengan lingkungan,
dan sebagainya.
b. Perilaku sakit (illness behavior)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya
terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan
sebagainya.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran yang mencakup hak-hak orang
sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus
diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang
selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role). Perilaku ini meliputi:
1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
2) Mengenal/ mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/ penyembuhan penyakit yang
layak
3) Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan
kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan
penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter/ petugas kesehatan, tidak
menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya).

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan,
serta lingkungan.

17
LI4. sistem rujukan kesehatan masyarakat
Rujukan medis dan kesehatan
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik
atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat)
maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi. (Kebidanan Komunitas: hal 207)

Rujukan dalam pelayanan kebidanan merupakan kegiatan pengiriman orang sakit dari
unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap berupa rujukan kasus
patologis pada kehamilan, persalinan dan nifas masuk didalamnya, pengiriman kasus masalah
reproduksi lainnya seperti kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan penanganan
spesialis. Termasuk juga didalamnya pengiriman bahan laboratorium.

Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan dan
kirimkan ke unit semula, jika perlu disertai dengan keterangan yang lengkap (surat balasan).

Rujukan informasi medis membahas secara lengkap data-data medis penderita yang
dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim. Kemudian Bidan menjalin kerja
sama dalam sistem pelaporan data-data parameter pelayanan kebidanan, terutama mengenai
kematian maternal dan pranatal. Hal ini sangat berguna untuk memperoleh angka-angka
secara regional dan nasional pemantauan perkembangan maupun penelitian.

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan rujukan
eksternal.
 Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke
puskesmas induk.
 Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik dan
rujukan kesehatan.
 Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus)
ke rumah sakit umum daerah. Jenis rujukan medik:
a. Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik,
pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain.
b. Transfer of specimen. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang
lebih lengkap.

18
c. Transfer of knowledge/personel. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau
ahli untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat. Pengiriman
tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan
melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus dan demonstrasi operasi
(transfer of knowledge). Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan mereka ke rumah sakit yang lebih
lengkap atau rumah sakit pendidikan, juga dengan mengundang tenaga medis
dalam kegiatan ilmiah yang diselenggarakan tingkat provinsi atau institusi
pendidikan (transfer of personel).

 Rujukan Kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan


bahan ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya
berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan
pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke
klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah
kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).

Alur rujukan kasus kegawat daruratan:


1. Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke:
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin atau bidan di desa
c. Puskesmas rawat inap
d. Rumah sakit swasta / RS pemerintah
2. Dari Posyandu
Dapat langsung merujuk ke:
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin atau bidan di desa

19
LI5. pemanfaatan faskes dari aspek sosbud
Aspek Pelayanan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Sosbud
Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat Tantangan berat yang masih
dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalahsebagai berikut.
1. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta penyebaran
penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah.
2. Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai terutama pada golongan wanita.
3. Kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan perilaku yang kurang
menunjang dalam bidang kesehatan.
4. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan.Aspek sosial
budaya yang berhubungan dengan kesehatanAspek soaial budaya yang berhubungan
dengan kesehatan anatara lain adalah faktorkemiskinan, masalah kependudukan, masalah
lingkungan hidup, pelacuran dan homoseksual.

Kemiskinan
Konsep dasar kemiskinana.
Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang saling berkaitan antara lain tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, aksesterhadap
barang dan jasa, lokasi, geografi, gender dan kondisi lingkungan.
Mengacu pada Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan. Kemiskinan
adalahkondisi dimana seseorang atau sekelompok orang baik laki-laki maupun
perempuanyang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkankehidupan yang bermatabat. Definisi ini beranjak dari pendekatan berbasis
hak yangmengakui bahwa masyarakat miskin mempunyai hak-hak dasar yang sama
dengananggota masyarakat lainnya.
Kemiskinan membahayakan kesehatan, baik secara fisik dan mental. Penyakit
umumyang sering terjadi berkaitan dengan faktor kemiskinan adalah kekurang
vitamin,penyakit cacing, gusi berdarah, beri-beri, penyakit mata, Kurang Kalori
Protein(KKP), busung lapar, dan lain-lain.
Miskin adalah mereka yang tidak mendapatkan makanan yang cukup sehat dan
akancukup kandungan gizinya. Fakta saat ini derajat kesehatan penduduk miskin masih
rendah, hal ini ditandaidengan:
a. Kematian penduduk miskin tiga kali lebih tinggi daripada penduduk yangtidak miskin.
b. Pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan pendidikan belummendukung.
c. Perilaku hidup bersih di masyarakat belum membudaya.
d. Angka kematian bayi (AKB), angka kematian anak, serta angka kematian ibu
(AKA/AKI) pada penduduk miskin jauh lebih tinggi dari yang tidak miskin.

LI6. hukum berobat dalam islam


 Hukum menjaga kesehatan dalam islam
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa,
akal, jasmani, harta, dan keturunan.Setidaknya tiga dari yang disebut berkaitan
dengankesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat kayadengan tuntunan

20
kesehatan. Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk
menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalampandangan Islam.
1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat;
2. Afiat.
Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesra, kata "afiat" dipersamakan dengan "sehat". Afiat
diartikan sehat dan kuat,sedangkan sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai keadaan
baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit).Kalau sehat diartikan sebagai
keadaan baik bagi segenap anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan bahwa mata
yang sehat adalah mata yang dapat melihat maupun membaca tanpa menggunakan
kacamata. Tetapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek
yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah
fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata. Dalam konteks kesehatan fisik, misalnya
ditemukan sabda Nabi Muhammad Saw.:

“Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu.”

Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui


batas beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu.
Pembicaraan literatur keagamaan tentang kesehatan fisik, dimulai dengan meletakkan
prinsip:
“Pencegahan lebih baik daripada pengobatan.”

Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan sekian banyak petunjuk Kitab
Suci dan Sunah Nabi Saw. yang pada dasarnya mengarah pada upaya pencegahan.
Salah satu sifat manusia yang secara tegas dicintai Allah adalah orang yang menjaga
kebersihan. Kebersihan digandengkan dengan taubat dalam surat Al-Baqarah (2): 222:
Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat,dan senang kepada orang yang
membersihkan diri. Tobat menghasilkan kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriah
menghasilkan kesehatan fisik.Wahyu kedua (atau ketiga) yang diterima Nabi Muhammad
Saw. adalah: “ Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan segala macam kekotoran (QS Al-
Muddatstsir [74]: 4-5)”.

 Hukum berobat dalam islam


- Pendapat pertama mengatakan bahwa berobat hukumnya wajib, dengan alasan
adanya perintah Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berobat dan asal
hukum perintah adalah wajib, ini adalah salah satu pendapat madzhab Malikiyah,
Madzhab Syafi’iyah, dan madzhab Hanabilah.
- Pendapat kedua mengatakan sunnah/ mustahab, sebab perintah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam untuk berobat dan dibawa kepada hukum sunnah karena ada
hadits yang lain Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan
bersabar, dan ini adalah madzhab Syafi’iyah.
- Pendapat ketiga mengatakan mubah/ boleh secara mutlak , karena terdapat
keterangan dalil- dalil yang sebagiannya menunjukkan perintah dan sebagian lagi
boleh memilih, (ini adalah madzhab Hanafiyah dan salah satu pendapat madzhab
Malikiyah).
- Pendapat kelima mengatakan makruh, alasannya para sahabat bersabar dengan
sakitnya, Imam Qurtubi rahimahullah mengatakan bahwa ini adalah pendapat
Ibnu Mas’ud, Abu Darda radhiyallahu ‘anhum, dan sebagian para Tabi’in.

21
- Pendapat ke enam mengatakan lebih baik ditinggalkan bagi yang kuat
tawakkalnya dan lebih baik berobat bagi yang lemah tawakkalnya, perincian ini
dari kalangan madzhab Syafi’iyah.

22

Anda mungkin juga menyukai