Anda di halaman 1dari 13

1 PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

KEPANJEN MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS UNTUK DIBANGUN DI
ACEH Nama Mahasiswa : YOGA GUNAWANTO NRP : 3105 109 615 Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS
Dosen Pembimbing : Ir. Kurdian Suprapto, MS Abstrak Struktur gedung Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Kepanjen Malang telah direncanakan dengan menggunakan metode daktilitas terbatas
dengan pemilihan daerah gempa sedang, sesuai dengan kondisi kota Surabaya dan sekitarnya.
Struktur gedung ini dimodifikasi dan dirancang kembali untuk diaplikasikan didaerah yang memiliki
resiko gempa tinggi (Wilayah gempa 6) dengan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK). Modifikasi yang dilakukan pada gedung ini diantaranya jumlah lantai dari 2 lantai
menjadi 8 lantai. Perancangan gedung ini berdasarkan ”Tata Cara Perencanaan Perhitungan Struktur
Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002)” dan ”Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002)”. Hasil perancangan struktur gedung Rumah Sakit
terdiri dari portal beton dengan tulangan utama diameter 22 mm (D22), tulangan geser diameter 10
mm (Ø10) untuk balok dan diameter 12 mm (Ø 12) untuk kolom, atap beton, dan pondasi
menggunakan tiang pancang beton pracetak. Kata kunci : Modifikasi, RSDU Kepanjen, Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah sebuah
kebutuhan utama bagi setiap manusia, karena dengan kesehatan manusia dapat melakukan segala
aktivitas dalam kehidupannya. Oleh karena itulah manusia akan mengorbankan apapun yang
dimilikinya hanya untuk kesehatan bagi dirinya. Maka untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dan peningkatan daya tampung serta kualitas bangunan di daerah Kabupaten Malang,
maka dibagunlah Rumah Sakit Umum Daerah di Kepanjen Kabupaten Malang. Perencanaan
pembangunan gedung bertingkat harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan,
untuk daerah dengan resiko gempa rendah (WG 1 dan 2) menggunakan sistem rangka pemikul
momen biasa, untuk daerah dengan resiko gempa menengah (WG 3 dan 4) menggunakan sistem
rangka pemikul momen menengah atau khusus dan untuk daerah dengan resiko gempa tinggi (WG 5
dan 6) menggunakan sistem rangka pemikul momen khusus. (Tata Cara SNI 03– 2847–2002) Sistem
rangka pemikul momen adalah Sistem struktur yang pada dasarnya memikul rangka ruang pemikul
beban gravitasi secara lengkap. Beban lentur dipikul rangka pemikul momen terutama melalui
mekanisme lentur. (Tata Cara SNI 03–1726–2002) SRPMK harus dipakai di wilayah gempa 5 dan 6
dan harus memenuhi persyaratan desain pada pasal 23.2 sampai degan pasal 23.8 disamping pasal-
pasal sebelumnya yang masih berlaku. (Rachmat Purwono, 2005) Proyek pembangunan gedung
Rumah Sakit Umum Daerah Kepanjen Malang akan digunakan sebagai bahan Tugas Akhir, modifikasi
yang dilakukan antara lain : zone gempa dalam Tata Cara Perencanaan Ketahanaan Gempa Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002) daerah gempa menengah (Zone 3) dimodifikasi menjadi
daerah dengan gempa resiko tinggi (Zone 6), perubahan lantai dari 2 menjadi 8. 1.2 Perumusan
Masalah Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, permasalahan yang perlu diperhatikan adalah : 2 1.
Analisa perhitungan untuk struktur bangunan Gedung dengan Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK) pada kasus daerah gempa tinggi, untuk struktur utama dan struktur sekunder
(Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 Dilengkapi Penjelasan dan SNI 03 -1726 -2002 Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung) 2. Perencanaan struktur bawah yang
menyalurkan beban gempa. 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan Tugas
Akhir ini adalah : 1. Merencanakan struktur gedung pada kasus daerah gempa tinggi (Sesuai dengan
SNI 03- 2847-2002 Dilengkapi Penjelasan dan SNI 03 – 1726-2002). 2. Merencanakan struktur bawah
meliputi kebutuhan jumlah tiang pancang dan merencanakan Pile Cap. 1.4 Batasan Masalah Didalam
penulisan Proposal Tugas Akhir ini, Perancangan struktur gedung ini ditinjau dari segi teknis saja,
yaitu : 1. Perencanaan struktur Sekunder, yaitu : perencanaan pelat lantai, pelat atap, perencanaan
tangga, perencanaan balok anak. 2. Perencanaan struktur Utama, yaitu : perencanan balok induk,
perencanaan kolom, pertemuan balok-kolom. 3. Perhitungan menggunakan metoda Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus pada daerah gempa kuat. 4. Perancangan ini tidak meninjau analisa biaya
dan manajemen konstruksi didalam penyelesaian pekerjaan proyek. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.
Peraturan Yang Digunakan Perencanaan dalam tugas akhir ini menggunakan peraturan yang berlaku
yaitu : SNI 03-1726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk bangunan
gedung. SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Beban untuk bangunan Gedung.
Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI
1971). 2. Pemodelan Struktur Adapun pemodelan struktur yang digunakan dalam gedung ini adalah :
a) Struktur Utama Gedung yang akan direncanakan ini adalah suatu struktur gedung yang
menggunakan sistem Rangka Pemikul Momen Khusus. Dimana dalam perhitungannya struktur
utama yang akan dianalisa adalah meliputi balok induk memanjang, balok induk melintang dan
kolom. b) Struktur sekunder Struktur Sekunder adalah struktur pendukung yang hanya menyalurkan
beban gempa yang ada. Adapun dalam gedung ini struktur sekunder yang akan dianalisa adalah
balok anak, tangga dan pelat. Dimana dalam perhitungannnya harus dipisahkan dengan struktur
utama. c) Struktur Bawah Adapun struktur bawah merupakan struktur yang menghubungkan antara
gedung dengan tanah. Dimana dalam perhitungannya harus bisa mengakomodasi seluruh beban
yang ada dan disalurkan ke tanah. Struktur bawah yang dimaksudkan disini adalah pondasi. Pondasi
yang digunakan adalah pondasi tiang pancang. Dimana dalam sistem ini meliputi tiang pancang,
sloof dan poer. 3. Pembebanan Adapun dalam perhitungan beban yang ada mengacu pada
Peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung 1983. Dimana didalamnya disebutkan bahwa
struktur gedung akan menerima 3 beban yang terdiri dari beban mati, beban hidup, beban angin,
dan beban gempa. Kombinasi Pembebanan : Untuk perhitungan dengan cara SNI 03 – 2847 – 2002
kombinasi yang digunakan adalah pasal 11.2 : U = 1,4 D U = 1,2 D + 1,6 L U = 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E U =
0,9 D + 1,0 E U = 1,2 D + 1,0 L + 1,6 W U = 0,9 D + 1,6 W dimana : D: beban mati E: beban gempa L:
beban hidup W:beban angin BAB III METODOLOGI Diagram alur penyelesaian perancangan struktur
gedung Rumah Sakit Pelabuhan (PHC) Surabaya : Selesai Kesimpulan Gambar Detail Perencanaan
Struktur dan Penulangan Syarat-syarat Terpenuhi Perhitungan Penulangan Struktur Utama dan
Struktur Bawah, meliputi : 1. Balok 2. Kolom 3. Pertemuan Balok Kolom 4. Pondasi (poer), dan Sloof
Perhitungan Penulangan Struktur Sekunder, meliputi : 1. Pelat Lantai 2. Tangga 3. Balok Anak Output
Gaya Dalam Analisa Struktur dengan SAP 2000 Beban Gravitasi Preliminari Permodelan Struktur
Preliminari Design Modifikasi dan Pemilihan Kriteria Design Pengumpulan Data dan Studi Literatur
Mulai Beban Gempa TIDAK BAB IV PERENCANAAN DIMENSI STRUKTUR 4.2.1 Perencanaan Dimensi
Balok Sesuai dengan SNI 03 – 2847 – 2002 Ps. 11.5 tabel 8 untuk dimensi balok (minimum) pada : 1.
Dua tumpuan sederhana : hmin = × Lb 16 1 2. Dua tumpuan menerus : hmin = × Lb 21 1 Dengan
persyaratan y f diambil 400 MPa persyaratan dimensi balok ekonomis menurut (Wang–Salmon)
sebagai berikut : 1,5 ≤ b h ≤ 2,0 Dimensi Balok Induk Memanjang dan Melintang : • Dimensi Balok
Induk Memanjang dan Melintang : Balok dengan Lb = 6,00 m, dengan persyaratan y f diambil 400
MPa. hmin = 600 16 1 × = 37,50 cm dipakai h = 50 cm 1,5 ≤ b 50 ≤ 2 b = h 3 2 = 30 cm…….dipakai b =
30 cm Dimensi balok 30/50 4.2.2 Perencanaan Dimensi Plat Didalam penentuan tebal pelat lantai,
digunakan sample plat tipe S4 dengan datadata sebagai berikut : Ln = 600 – + 2 30 2 30 =
570 cm Sn = 300 – + 2 25 2 30 = 272,5 cm β = 272,5 570 = 2,09 Untuk balok Melintang
30/50 dengan panjang 300 cm t = 12 cm bw = 30 cm h = 50 cm 4 be1 = Lb 4 1 = 300 4 1 × be1 = 75 cm
be2 = b t w +8 = 30+ (8×12) be2 = 126 cm be3 = ( ) 2 1 Lb − bw = (300 30) 2 1 − be3 = 135 cm bemin =
75 cm (menentukan) k = + + +
+ h t x bw be h t x bw be h t h t x h t bw be 1 1- 1 1- 4 - 6 4 1- 2 3 =
+− +− + −
+ − 50 12 1 30 75 1 50 12 1 30 75 50 12 4 50 12 4 6 50 12 1 30 75 1 2 3 x x x x = 2,81 Ib = 12 1
× bw × h 3 × k = 12 1 × 30 × 503 × 2,81 = 878125 cm4 Is = 12 1 × bs × t 3 = 12 1 × 300 × 123 = 43200
cm4 α1 = Is Ib = 30 32, 43200 878125 = Untuk balok Memanjang 30/50 dengan panjang 600 cm t =
12 cm bw = 30 cm h = 50 cm be1 = Lb 4 1 = 600 4 1 × be1 = 150 cm be2 = bw+8t = 30+ (8×12) be2 =
126 cm be3 = ( ) 2 1 Lb − bw = (600 30) 2 1 − be3 = 285 cm bemin = 126 cm (menentukan)
+ + + −
+ = h t x b b h t x b b h t h t x h t x b b K w e w e w e 1 1- 1 1- 4 6 4 1- 2 3 =
+− +− + − + − 50
12 1 30 126 1 50 12 1 30 126 50 12 4 50 12 4 6 50 12 1 30 126 1 2 3 x x x x = 1,857 Ib = 12 1 × bw × h
3 × k = 12 1 × 30 × 503 × 1,857 = 580312,5 cm4 Is = 12 1 × bs × t 3 = 12 1 × 600 × 123 = 86400 cm4 α2
= Is Ib = 75,6 86400 580312,5 = Untuk balokAnak Memanjang 30/50 dengan panjang 600 cm t = 12
cm bw = 25 cm h = 30 cm be1 = Lb 4 1 = 600 4 1 × be1 = 150 cm be2 = bw+8t = 25 + (8×12) be2 = 121
cm be3 = ( ) 2 1 Lb − bw = (600 25) 2 1 − be3 = 287 5, cm bemin = 121 cm (menentukan)
+ + + −
+ = h t x b b h t x b b h t h t x h t x b b K w e w e w e 1 1- 1 1- 4 6 4 1- 2 3 =
+− +− + − + − 30 12
1 25 121 1 30 12 1 25 121 30 12 4 30 12 4 6 30 12 1 25 121 1 2 3 x x x x = 1,899 Ib = 12 1 × bw × h 3 ×
k = 12 1 × 25 × 303 × 1,899 = 106818,75 cm4 Is = 12 1 × bs × t 3 = 12 1 × 600 × 123 = 86400 cm4 α3 =
Is Ib = 23,1 86400 106818,75 = 4 α1 α 2 α 3 α 4 α + + + m = 17,155 2 4 30 32, 75,6 23,1 30 32, = > + +
+ = 5 Pada SNI 03-2847-2002 Pasal 11.5 .3.3 : Tebal pelat dengan balok yang menghubungkan
tumpuan pada semua sisinya harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : Untuk α m lebih besar
dari 2,0, ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang dari h = 36 9β 1500 8,0 + +ynf
L h = 36 9( 09,2 ) 1500 400 570 8,0 + × + = 11,09 cm ≈ 110,9mm tebal pelat rencana 120
mm > 110,9mm dan tidak boleh kurang dari 90 mm Jadi tebal pelat 120 mm telah memenuhi syarat
Sehingga : Dipakai tebal pelat lantai 120 mm dan atap 100 mm. 4.2.3 Perencanaan Dimensi Kolom
Pada perencanaan kolom diambil pada As 2-B 1. Beban Mati (DL) Lantai 2 – 8 2. Beban Hidup (LL)
Pada pelat : Lantai : 6 × 6 × 250 kg/m2 × 7 tk= 63000 kg Lantai Atap : 6 × 6 × 100 kg/m2 × 1 tk = 3600
kg + Berat Total = 66600 kg Jadi Berat Total : Wlantai = 1,2 DL + 1,6 LL = 1,2 (162338,4) + 1,6 (63000)
= 295606,08 kg Watap = (1,2 × 16596) + (1,6 × 3600) = 25675,2 kg Wtotal = 295606,08 kg + 25675,2
kg = 321281,28 kg Mutu Beton = 30 MPa = 300 Kg/cm2 (1MPa = 10 kg/cm2 ). A P 33,0 × fc'= Dimensi
: 2 3245 27, cm 33,0 ' 33,0 300 321281,28 = × = × = fc P A Dimensi: b2 = 3245 cm 27, 2 maka b =
56,97 cm ≈ 60 cm Jadi Dimensi Kolom 60/60 cm Perencanaan dimensi tangga Syarat perencanaan
tangga: .2 t +i = 64 s/ d 67 .2 t + i = 66 i = 30 cm Direncanakan : Lebar injakan (i) : 30 cm Tanjakan (t)
: 16 cm Tebal Pelat Tangga : 14 cm Tebal Pelat Bordes : 14 cm Jumlah tanjakan tangga kebawah =
keatas ( n.t )= 16 200 = 12,50 buah ~ 13 buah ( n.i ) = n.t – 1= 13 - 1 = 12 buah Panjang Horisontal
Tangga: 30 x 12 =360 cm Lebar Bordes : 500 – 360 = 140 cm Sudut Kemiringan:Arc tg (200 360) =
29,05° Tebal pelat rata-rata Tebal rata-rata = ( ) sinα 2 i × (injakan dan tanjakan) = ( ) sin 29 05, 2 30
× = 7,28 cm Tebal rata – rata pelat tangga = 14 + 7,28 = 21,28 cm BAB V PERENCANAAN STRUKTUR
SEKUNDER 5.1 Perencanaan Pelat Peraturan yang digunakan dalam menentukan besar beban yang
bekerja pada struktur pelat adalah Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 (PPIUG
1983). Perletakan pada pelat diasumsikan sebagai perletakan jepit elastis. (2×18) + i = 66 6 5.1.1
Pembebanan pelat Pembebanan Pelat Atap (PPIUG 1983 tabel 2.1 hal 11) 1 - Beban Mati (DL) - Berat
sendiri pelat0,10 x 2400 =240 kg/m2 - Plafon + penggantung 11 + 7 = 18 kg/m2 - Finishing (2 cm)2 x
21 =42 kg/m2 - Aspal (2 cm) 2 x 14 =28 kg/m2 - Ducting AC + pipa =40 kg/m2 DL = 368 kg/m2 2
Beban Hidup (LL) (PPIUG 1983 Ps 3.2.1 hal 13) Untuk gedung rumah sakit digunakan LL = 100 kg/m2
3 Kombinasi Pembebanan Kombinasi pembebanan yang digunakan berdasarkan SNI 03-2847-2002
pasal 11.1(1) qu = 1.2DL + 1.6LL qu = (1,2 x 368) + (1,6 x 100) = 601,6 kg/m2 Pembebanan Pelat
Lantai 1. Beban Mati (DL) (PPIUG 1983 tabel 2.1 hal 11) - Berat sendiri pelat 0,12 x 2400= 288 kg/m2
- Plafon + penggantung11 + 7 = 18 kg/m2 - Spesi (2 cm)2 x 21 =42 kg/m2 - Keramik /Finishing (1 cm)
1x24=24 kg/m2 - Ducting AC + pipa = 40 kg/m2 DL =412 kg/m2 2. Beban Hidup (LL) (PPIUG 1983
Tabel 3.1 hal 17) Untuk gedung rumah sakit digunakan LL = 250 kg/m2 3. Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang digunakan berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 11.1(1) qu = 1.2DL +
1.6LL qu = (1,2 x 412) + (1,6 x 250) = 894,4 kg/m2 Penulangan Pelat Atap • Qu = 601,6 kg/m2 •
Dimensi pelat 6 x 3 m2 • Tebal pelat 100 mm, Tebal decking 40 mm • Diameter tulangan rencana 8
mm • Mutu tulangan baja fy = 400 MPa • Mutu beton fc’ = 30 MPa, β1 = 0.85.........SNI 03–2847–
2002 Ps.12.2.7 • dx = 100-40-1 /2(8) = 56 mm • dy = 100 40 8 ( 8) 2 1 − − − × = 48 mm ,0 0325 600
400 600 400 85.0 85.0 30 = + = x x b ρ ρ max = 75,0 x ,0 0325 = ,0 0244 ,0 0018 ρ min =
(SNI-03-2847-2002 Ps 9.12.2.1 hal 49) Ln = 600 - + 2 2 30 30 = 570 cm Sn = 300 -
+ 2 2 25 30 = 272,5 cm β = Sn Ln = 272 5, 570 = 2,0 < 2 (plat 2 arah) Penulangan arah x Tulangan
Tumpuan = Tulangan Lapangan (Mtx = Mlx) (PBI 1971 tabel 13.3.1 hal 202) Mutx (-) = Mulx (+)=
0,001 x 601,6 x 2,7252 x 56 = 250,1663 kgm = 2501663 Nmm 99,0 2 8,0 1000 56 2 8,0 1000 2501663
= = = x x dx x x Mu Rn 15 69, 85.0 30 400 85.0 ' = = = fc x fy m ,0 0025 400 2 15 69, 99,0 1 1 15 69, 1 =
××=−− ρ > ρmin = 0,0018 Maka digunakan ρ = 0,0025 Asperlu = ρ b d = 0,0025 x
1000 x 56 = 140 mm2 Menurut SNI03-2847-2002 pasal 12.5(4) hal 72 disebutkan: Jarak tulangan ≤ 3
x tebal pelat = 3 x 100 = 300 mm ≤ 450 mm Digunakan tulangan lentur ∅8-150 Aspakai =
× × 200 1000 8 4 1 2 π = 251,32 mm2 > 140 mm2…......................Ok Kontrol Kekuatan ,0
0045 1000 56 251 = = = b x d x pakai As ρ > ρmin = × − 2 a Mn As fy d fc b As fy a × × × =
85.0 ' 94,3 85,0 30 1000 251 400 = × × × a = Mn 5424612 Nmm 2 251 400 56 94,3 = × − = 7
Mu = φ Mn = 6,0 ×5424621 = 4339689 6, Nmm > 2501663 Nmm (ok) Tulangan susut dan suhu (SNI-
03-2847-2002 Ps 9.12.2.b) As susut = ρ × b × h = 0,0018 × 1000 × 100 = 180 mm2 Jadi dipasang
tulangan ∅ 8 – 250 mm (As = 201,06 mm2 ) Penulangan arah y Tulangan Tumpuan = Tulangan
Lapangan (Mty = Mly) (PBI 1971 tabel 13.3.1 hal 202) Muty (-) = Muly (+) = 0,001 x 601,6 x 2,7252 x
48 = 214,4282 kgm =2144282 Nmm 16,1 2 8,0 1000 48 2 8,0 1000 2144282 = = = x x dy x x Mu Rn 15
69, 85.0 30 400 85.0 ' = = = fc x fy m ,0 0029 400 2 15 69, 16,1 1 1 15 69, 1 = × × = − − ρ
> ρmin = 0,0018 Maka digunakan ρ = 0,0029 Asperlu = ρ b d = 0,0029 x 1000 x 48 = 139,2 mm2
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 12.5(4) disebutkan: Jarak tulangan≤ 3 x tebal pelat = 3 x 100 = 300
mm ≤ 450 mm Digunakan tulangan lentur ∅8-150 Kontrol Kekuatan ,0 0052 1000 48 251 = = = b x d x
pakai As ρ > ρmin = × − 2 a Mn As fy d fc b As fy a × × × = 85.0 ' 94,3 85,0 30 1000 251 400
= × × × a = Mn 4621412Nmm 2 94,3 251 400 48 = = × − Mu = φ Mn = 8,0 ×4621412 =
3697129 6, Nmm > 2414282 Nmm (ok) Tulangan susut dan suhu (SNI-03-2847-2002 Ps 9.12.2.b) As
susut = ρ ×b×h= 0,0018×1000×100 = 180 mm2 Jadi dipasang tulangan ∅ 8 – 250 mm (As = 201,06
mm2 ) 5.2.2 Penulangan Pelat Lantai Data-data untuk perhitungan pelat adalah : • Qu = 894,4 kg/m2
• Dimensi pelat 6 x 3 m2 • Tebal pelat 120 mm • Tebal decking 20 mm • Diameter tulangan rencana
8 mm • Mutu tulangan baja fy = 400 MPa • Mutu beton fc’ = 30 MPa, β1 = 0,85 • dx = 120-20-1 /2(8)
= 96 mm dy = 120-20-8-1 /2(8) = 88 mm ρ b = 0,0325 ρ max = 0,0244 ρ min = 0,0018 (SNI-03-2847-
2002 Ps 9.12.2.1 hal 49) Ln = 600 - + 2 2 30 30 = 570 cm Sn = 300 - + 2 30 2 25 =
272,5 cm Β = Sn Ln = 272 5, 570 = 2,0 ≤ 2 (plat 2 arah) Penulangan arah x Tulangan Tumpuan =
Tulangan Lapangan (Mtx = Mlx) (PBI 1971 tabel 13.3.1 hal 202) Mutx (-) = Mulx (+) = 0,001 x 894,4 x
2,7252 x 96 = 637,5819 kgm = 6375819 Nmm 86,0 2 8,0 1000 96 2 8,0 1000 6375819 = = = x x dx x x
Mu Rn 15 69, 85.0 30 400 85.0 ' = = = fc x fy m ,0 0021 400 2 15 69, 86,0 1 1 15 69, 1 = × × = − −
ρ > ρmin = 0,0018 Maka digunakan ρ = 0,0021 Asperlu = ρ b d = 0,0021 x 1000 x 96 = 201,6
mm2 Menurut SNI03-2847-2002 pasal 12.5(4) hal 72 disebutkan: Jarak tulangan ≤ 3 x tebal pelat = 3
x 120 = 360 mm ≤ 450 mm Digunakan tulangan lentur ∅8-150 8 Kontrol Kekuatan ,0 0026 1000 96
251 = = = b x d x pakai As ρ > ρmin = × − 2 a Mn As fy d fc b As fy a × × × = 85.0 ' 94,3 85,0
30 1000 251 400 = × × × a = Mn 9440612 Nmm 2 94,3 = 251×400 96 − = Mu = φ Mn = 8,0
×9440612 = 7552489 6, Nmm > 6375819 Nmm (ok) Tulangan susut dan suhu (SNI-03-2847-2002 Ps
9.12.2.b) As susut = ρ × b × h = 0,0018 × 1000 × 120 = 216 mm2 Jadi dipasang tulangan ∅ 8 – 250 mm
(As = 201,06 mm2 ) Penulangan arah y Tulangan Tumpuan = Tulangan Lapangan (Mty = Mly) (PBI
1971 tabel 13.3.1 hal 202) Muty (-) = Muly (+) = 0,001 x 894,4 x 2,7252 x 88 = 584,4501 kgm =
5484501 Nmm 9,0 2 8,0 1000 88 2 8,0 1000 5484501 = = = x x dx x x Mu Rn 15 69, 85.0 30 400 85.0 '
= = = fc x fy m ,0 0022 400 2 15 69, 9,0 1 1 15 69, 1 = × × = − − ρ > ρmin= 0,0018 Maka
digunakan ρ = 0,0022 Asperlu = ρ b d = 0,0022 x 1000 x 88 =193,6 mm2 Menurut SNI 03-2847-2002
pasal 12.5(4) disebutkan: Jarak tulangan ≤ 3 x tebal pelat = 3 x 120 = 360 mm≤ 450 mm Digunakan
tulangan lentur ∅8-150 Kontrol Kekuatan (buku ajar Str. Beton II hal 7-12) ,0 0029 1000 88 251 = = =
b x d x pakai As ρ > ρmin = × − 2 a Mn As fy d fc b As fy a × × × = 85.0 ' 94,3 85,0 30 1000
251 400 = × × × a = Mn 8637412 Nmm 2 94,3 251 400 88 = = × − Mu = φ Mn = 8,0
×8637412 = 6909929 6, Nmm > 5844501 Nmm (ok) Tulangan susut dan suhu As susut = ρ ×b×h=
0,0018×1000×120 = 216 mm2 Jadi dipasang tulangan ∅ 8 – 250 mm (As = 201,06 mm2 ) Perhitungan
tipe yang lain ditabelkan. 5.2 Perencanaan Balok Anak Balok anak adalah salah satu struktur
sekunder yang berfungsi untuk memperkecil lendutan pada pelat sehingga dapat mengurangi
ketebalan dari struktur pelat. Beban yang bekerja pada balok anak adalah berat daripada balok anak
itu sendiri ditambah dengan semua beban merata pada pelat (termasuk berat sendiri pelat dan
beban hidup diatasnya) yang ditopang oleh balok anak dibawahnya. Distribusi beban pada balok
pendukung bisa berupa beban segitiga pada lajur pendek serta beban trapezium pada lajur yang
panjang yang kemudian beban-beban tersebut di ekivalensikan menjadi beban merata. Adapun
perumusan beban ekivalen tersebut adalah : Penulangan balok anak melintang (D-C) Data-data
perencanaan : Direncanakan tulangan balok anak D 16 mm. Direncanakan tulangan sengkang φ 8
mm. d = h – t.selimut – t.sengkang – (diameter/2) = 400 – 40 – 8 – (16/2) = 344 mm d0 = 400 – 344 =
56 mm b = 300 mm ,0 0325 600 400 600 400 85,0 85,0 30 = + × × ρ b = 75,0 ,0 0325 ,0
0244 ρ max = × = ,0 0035 400 4,1 ρ min = = 9 15 69, 85,0 30 400 85,0 ' = × = = fc fy m Tumpuan
Mutump = 12154,1 kgm =121541000 Nmm (Output SAP2000) 4,0 As As' δ = = 57,2 8,0 300 344 (1-
0,4) x121541000 8,0 1( ) 2 2 = × × = × × − = b d Mu Rn δ N/mm2 ,0 0068 400 2 15 69, 57,2 1 1 15 69, 1
= × × ρδ = − − 8,0 400 (344 56) 300 344 (0,4)x121541000 8,0 ( ) ' 0 fyx d d dxb x x Mu ×
− × = × − × = δ ρ ρ' = 0,0051 ρ = ρδ + ρ' = 0,0068 + 0,0051 = 0,0119 Tulangan tumpuan atas : Asperlu =
ρ b d = 0,0119 x 300 x 344 = 1228,08 mm2 Pasang 7 D16 ( As = 1390 mm² ) Tulangan tumpuan
bawah: As’ = ρ ’ b d = 0,0051 x 300 x 344 = 526,32 mm2 Tulangan pasang 3 D16 (As’ = 596 mm2 )
Periksa Lebar Balok Jarak minimum yang disyaratkan antara dua batang adalah 25 mm. Minimum
lebar balok yang diperlukan akan diperoleh sebagai berikut : 2 x penutup beton (cc = 40 mm) :2x 40
= 80 mm 2 x sengkang, ∅sengkang = 8 mm :2 x8 = 16 mm 7 x D16 : 7 x16 = 112 mm 6 kali jarak
antara 25 mm: 6 x25 = 150 mm Total = 358 mm Kelebaran sebesar 300 mm tidak memadai untuk
pemasangan 1 baris, jadi pemasangan tulangan disusun 2 baris. 5.3 Perencanaan Tangga
Perencanaan struktur tangga dapat mengambil beberapa macam alternatife, baik itu konstruksi
maupun perletakannya. Konstruksi tangga dapat direncanakan sebagai balok tipis, pelat, maupun
sebagai konstrtuksi balok dan pelat. Perbedaan asumsi menentukan besarnya gaya reaksi yang
terjadi pada struktur tangga. Dalam perencanaan ini tangga diasumsikan sebagai frame 2 dimensi,
yang kemudian dianalisa untuk menentukan gayagaya dalamnya dengan perencanaan struktur statis
tertentu. Perletakan dapat diasumsikan sebagai sendi-sendi, sendi-jepit, sendi-rol, ataupun jepit-
jepit. Perbedaan asumsi akan menentukan cara penulangan konstruksi serta pengaruhnya terhadap
struktur secara keseluruhan. Dalam perhitungan ini perletakan diasumsikan sebagai sendi-rol.
1.Beban mati (DL)(PPIUG1983Tabel2.1 hal 12) Berat sendiri: ( ,0 2128× 2400) cos 29 05, =584,22
kg/m2 Spesi ( 2 cm ) : 2 × 21 = 42 kg/m2 Tegel ( 1 cm ) : 1× 24 = 24 kg/m2 Sandaran = 30 kg/m2 DL =
680,22 kg/m2 Beban Hidup (PPIUG 1983 Tabel 3.1 hal 17) LL = 300 kg / m2 Kombinasi Qu = ( 2,1 ×
DL) + ( 6,1 × LL) = ( 2,1 × 680 22, ) + ( 6,1 × 300) = 1296,26 kg/m2 5.4.2.1 Pembebanan Pelat Bordes
Beban Mati (PPIUG 1983 Tabel 2.1 hal 12) Berat sendiri : 0,14 x 2400 = 336 kg/m2 Spesi ( 2 cm ) : 2 x
21 = 42 kg/m2 Tegel ( 1 cm ) : 1 x 24 = 24 kg/m2 Sandaran : = 30 kg/m2 + DL = 432 kg/m2 Beban
Hidup (PPIUG 1983 Tabel 3.1 hal 17) LL = 300 kg / m2 Kombinasi Qu = ( 2,1 × DL) + ( 6,1 × LL) = ( 2,1 ×
432)+ ( 6,1 × 300) = 998,4 kg/m2 seperti dibawah ini : q = 998,4 kg/m 140 360 200 A B C q = 1296,26
kg/m Gambar 5.10 Skema Pembebanan Struktur Tangga Perhitungan Momen : • ΣMC = 0 Ra . 5 –
998,4 (1,40) (4,30) – 1296,26 (3,6) (1,8) = 0 Ra = 2861,54 kg 10 • ΣMA = 0 -Rc . 5 + 998,4(1,40) (0,7) +
1296,26 (3,6) (3,20) = 0 Rc = 3145,84 kg • Cek Ra + Rc = qu1 . L + qu2 . L 2861,54 + 3145,84 = 998,4
(1,40) + 1296,26 (3,6) 6007,38 = 6007,38 OK 2 . 2 1 Mx = Rc.x − q x = 2 1280 45, 2 1 3145 84, × x − × ×
x Dx = Mx1 Dx = -3145,84 + 1280,45 . x x = 2,5 (Momen Maksimum) Mmax = 3145 (2,5) - (1/2 .
1280,45 . (2,52 )) = 3861,09 kgm MB = 3145,84 . 3,6 – (1/2 . 1280,45 . (3,62 )) = 3027,71 kgm
Penulangan tangga Penulangan pelat tangga Data Perencanaan : fc’ : 30 MPa fy : 400 MPa Mu :
3861,09 kgm φ tul : 14 mm dx =140 - 20 - (14/2) = 113mm .0 0325 600 400 600 400 85.0 85.0 30 =
+ = x x ρ b 75,0 ,0 0325 ,0 0244 ρ max = x = ρ min = ,0 0018 15 69, 85.0 30 400 85.0 ' = = = fc
x fy m Arah X Mu = 3861,09 kgm = 38610900 Nmm 8,3 2 8,0 1000 113 38610900 2 = × × = × × = b d
Mu Rn ϕ ,0 0103 400 2 8,3 15 69, 1 1 15 69, 1 = × × ρ = − − → ρmin < ρ < ρmax Asperlu
= ρ b d = 0,0103 x 1000 x 113 = 1163,90 mm2 Digunakan tulangan lentur ∅14-100 Aspakai = 1539,40
mm2 ≥ 1163,90 mm2 Arah Y Penulangan arah y di pasang tulangan sebesar : As susut + suhu dimana
fy 400 ; ρ = 0,0018 (SNI 03-2847-2002 Ps. 9.12(2(1))) Asp = ρ b h = 0,0018 . 1000. 140 = 252 mm2
Digunakan tulangan lentur ∅10-250 Aspakai = 314,16 mm2 > 252 mm2 5.7.2 Penulangan Plat Bordes
Data Perencanaan : fc’ : 30 MPa fy : 400 MPa Mu : 3027,71 kgm φ tul : 14 mm dx = 140-20-(14/2) =
113 mm .0 0325 600 400 600 400 85.0 85.0 30 = + = x x ρ b 75,0 ,0 0325 ,0 0244 ρ max = x
= ρ min = ,0 0018 15 69, 85.0 30 400 85.0 ' = = = fc x fy m Arah X Mu = 3027,71 kgm = 30277100
Nmm 96,2 8,0 1000 113 30277100 2 2 = × × = × × = b d Mu Rn ϕ ,0 008 400 2 96,2 15 69, 1 1 15 69, 1
= × × ρ = − − → ρmin < ρ < ρmax Asperlu= ρ b d = 0,008 x 1000 x 113 = 904 mm2
Digunakan tulangan lentur ∅14-100 Aspakai = 1539,40 mm2 > 904 mm2 Arah Y Penulangan arah y di
pasang tulangan sebesar : As susut + suhu dimana fy 400 ; ρ = 0,0018 (SNI 03-2847-2002 Ps.
9.12(2(1))) Asp = ρ b h = 0,0018 . 1000. 140 = 252 mm2 Digunakan tulangan lentur ∅10-250 Aspakai
= 314,16 mm2 > 252 mm2 BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR PRIMER 6.8.2.1 Penulangan lentur
balok memanjang 30/50 cm Pada tulangan lentur balok, dijumpai momen yang berbalik arah akibat
pengaruh gempa. Apabila kondisi ini terjadi maka momen pada tumpuan bisa berharga negatif
(akibat gravitasi) ataupun positif (akibat gempa yang cukup besar). 11 Data-data yang digunakan
untuk penulangan balok : o fc’ = 30 MPa o fy = 400 Mpa (tul. utama) o fy = 320 Mpa (tul. sengkang) o
Dia. tul. utama= D 22 mm (As = 387 mm2 ) o Dia. tul.sengkang= ∅10mm (As = 79 mm2 ) o Decking =
40 mm o d = 500 – 40 – 10 –22/2 = 439 mm (1baris) o d” = 40 + 10 + 22/2 = 61 mm Beberapa
persyaratan yang perlu dipenuhi untuk komponen struktur pada System Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK) yang memikul gaya akibat beban gempa dan direncanakan untuk memikul lentur,
seperti yang disyaratkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.1 adalah: 1. Gaya aksial tekan terfaktor pada
komponen struktur tidak boleh melebihi 0,1.Ag.fc’ = 0,1x500x700x30 =1.050.000 N Beban aksial
tekan kecil sekali, sehingga direncanakan untuk memikul lentur saja 2. Bentang bersih komponen
struktur tidak boleh kurang dari empat kali tinggi efektifnya. Bentang bersih minimum ≥ 4 d = (600-
60) cm ≥ 4d = 4 x 43,9 = 175,6 cm = 540 cm ≥ 175,6 cm...............................Ok 3. Perbandingan
Lebar/tinggi balok tidak boleh kurang dari 0,3 bw/h ≥ 0,3 30/50 = 0,71 > 0,3 ................................. Ok
4. Lebarnya tidak boleh kurang dari 250 mm bw ≥ 250 mm 300 mm ≥ 250
mm..................................Ok Lebarnya tidak boleh lebih dari lebar komponen dtruktur pendukung
(diukur pada bidang tegak lurus terhadap sumbu longitudinal komponen struktur lentur) ditambah
jarak pada tiap sisi komponen struktur pendukung yang tidak melebihi tiga perempat tinggi
komponen struktur lentur. bw ≤ lebar kolom + 1,5 d 300 ≤ 750 + (1,5 x 439) 300 mm ≤ 1408,5
cm..............................Ok 5. Luasan tulangan sepanjang balok tidak boleh kurang dari : - As min = 300
439 4 400 30 . .4 ' x x x b d fy fc w = = 450,844 mm2 - As min = 4,1 b d fy w = 300 439 400 4,1 x x =
460,95 mm2 (menentukan) - ρbalance = 600 + fy 600 fy 0,85.fc'.β1 SNI 03-2847- 2002
PS. 10.4(3) ρbalance= 600 + 400 600 400 0,85.30.0,85 = 0,0325 - ρmax= 0,75.ρbalance =
0,75 . 0,0325= 0,0244 - ρmin= fy 1,4 = 400 1,4 = 0,0035 - m= 0,85.fc' fy = 0,85.30 400 = 15,686 a.
Penulangan Lentur Tumpuan Balok Tumpuan 1 Mu = 159131.5 Kgm = 159131500 Nmm (Output SAP
2000) Direncanakan dengan tulangan rangkap, maka langkah-langkah perencanaan sebagai berikut :
T1 = Asc.fy d-d" d-a/2 Cs' Cc' x εs' a d As b As' h εc'=0,003 εs=e d" 0,85.f'c T2 = Ass.fy d' Gambar 6.11
Diagram Tegangan Regangan Tulangan Rangkap Contoh perhitungan diambil pada balok As B 4- 5
lantai 2 : Untuk mengantisipasi perubahan arah gaya gempa yang bekerja,) Mn = 0,8 Mu = 0,8
159131500 = 198914375 Nmm x ≤ 0,75 xb dimana xb = x d 600 fy 600 + = x 439 600 400 600 + =
263,4 mm x ≤ 0,75 x 263,4 = 197,55 mm → diambil harga x = 75 mm Asc = fy 0,85. .fc'.b.x β1 = 400
0,85 0. ,85.30.400.75 = 1219.22 mm2 Mnc= 2 . Asc.fy d - 1 β x = 2 85,0 75.
1219,22.400 439 - = 198549977 Nmm Mn–Mnc =198914375-19854997=364398 Nmm Mn – Mnc > 0
→ maka perlu tulangan tekan (tulangan rangkap) Karena perlu tulangan tekan maka direncanakan
dengan tulangan rangkap : " ' 2 d d Mn Mnc Cs T − − = = 964 01, N 439 61 364398 = − = 12 600 " ' 1
= − x d fs 600 112MPa 75 61 1 = = − < fy = 400 Tidak Leleh (pakai fs’) ' 85.0 . ' ' ' fs
fc Cs As − = 2 1114, 112 0.85.30 964 01, = mm − = 4,2 400 964 01, 2 = = = fy T Ass mm2 As = Asc + Ass
= 1219.22 + 2,4 = 1221,62 mm2 As`= 562,67 mm2 Tulangan pasang 4-D22 (As = 1520 mm2 )
Tulangan pasang 2-D22 (As’ = 774 mm2 ) Periksa lebar balok Jarak minimum yang disyaratkan antar
dua batang tulangan adalah 25 mm. Minimum lebar balok yang diperlukan akan diperoleh sebagai
berikut : 2 x penutup beton (p = 40 mm) : 2x40 = 80 mm 2 x sengkang, φ sengkang = 10 mm : 2 x10
=20 mm 4 x D22 : 4 x 22 = 88 mm 4 kali jarak antara 25 mm: 4 x 25 = 100 mm Total = 288 mm Lebar
balok 300 mm memadai untuk pemasangan tulangan dalam 1 baris, jadi pemasangan tulangan
disusun 1baris. Kontrol kekuatan a= 0,85 b '. fc . As fy . = 0,85 . 30.300 1520 x 400 = 79,48 mm
Mn=As.fy − 2 a d =1520.400 − 2 439 79,48 = 242750080 Nmm Mu = φ x Mn =
0,8 x 242750080 =194200064Nmm>159131500 Nmm .......Ok Perhitungan Momen Probabel (Di
Tumpuan) Momen Probabel Negatif ( Mpr - ) Tulangan terpasang 4 D22 As = 1520 mm2 1 25 1 25
234888640 293610800 Nmm 234888640 Nmm 2 99 34, 1520 400 439 2 99 34, mm 0 85 30 300 1520
1 25 400 Mpr , .Mnak , x ) x x ( ) a Mnak As.fy(d , x x ( , . ) a - - = = = = = − = − = = Momen Probabel
Positif (Mpr+ ) Tulangan terpasang 2 D22 As = 774 mm2 1 25 1 25 131231700 164039625 Nmm
131231700 Nmm 2 30 35, 774 400 439 2 30 35, mm 0 85 30 500 774 1 25 400 Mpr , .Mnak , x ) x x( )
a Mnak As.fy(d , x x ( , . ) a = = = = = − = − = = + Tumpuan 2 Mu = 15895.79 Kgm = 158957900 Nmm
(Output SAP 2000) Direncanakan dengan tulangan rangkap, maka langkah-langkah perencanaan
sebagai berikut : Contoh perhitungan diambil pada balok As B 4- 5 lantai 2 : Untuk mengantisipasi
perubahan arah gaya gempa yang bekerja,) Mn = 0,8 Mu = 0,8 158957900 = 198697375 Nmm x ≤
0,75 xb dimana xb = x d 600 fy 600 + = x 439 600 400 600 + = 263,4 mm x ≤ 0,75 x 263,4 = 197,55 mm
→ diambil harga x = 75 mm Asc = fy 0,85. .fc'.b.x β 1 = 400 0,85 0. ,85.30.300.75 = 1219,2 mm2 Mnc
= 2 . Asc.fy d - 1 β x = 2 85,0 75. 1219,2 .400 439 - = 198546720 Nmm Mn–
Mnc=198697375-198546720=150655Nmm Mn – Mnc > 0 → maka perlu tulangan tekan (tulangan
rangkap) Karena perlu tulangan tekan maka direncanakan dengan tulangan rangkap : " ' 2 d d Mn
Mnc Cs T − − = = 398 56, N 439 61 150655 = − = 600 " ' 1 = − x d fs 600 142 5, MPa 80 61 1
= = − < fy = 400 Tidak Leleh (pakai fs’) ' 85.0 . ' ' ' fs fc Cs As − = 2 41,3 142 5, 85.0 30. 398
56, = mm − = 99,0 400 398 56, 2 = = = fy T Ass mm2 As = Asc + Ass = 1219,2 + 0,99 = 120,19 mm2
As`= 356,88 mm2 Tulangan pasang 4-D22 (As = 1520 mm2 ) Tulangan pasang 2-D22 (As’ = 774 mm2 )
Periksa lebar balok Jarak minimum yang disyaratkan antar dua batang tulangan adalah 25 mm.
Minimum lebar balok yang diperlukan akan diperoleh sebagai berikut : 2 x penutup beton (p = 40
mm) : 2 x 40=80 mm 2 x sengkang, φ sengkang = 10 mm : 2 x 10=20 mm 4 x D22 : 4 x 22=88 mm 13 4
kali jarak antara 25 mm : 4 x 25=100 mm Total = 288 mm Lebar balok 300 mm memadai untuk
pemasangan tulangan dalam 1 baris, jadi pemasangan tulangan disusun 1baris. Kontrol kekuatan a =
0,85 b '. fc . As fy . = 0,85 . 30.300 1520 x 400 = 79,48 mm Mn=As.fy − 2 a d =1520. 400
− 2 439 79,78 = 242652800 Nmm Mu= φ x Mn = 0,8 x 242652800 = 194122240 Nmm >
158957900 Nmm.. Ok Penulangan Lentur Lapangan Balok Menurut SNI-2847-2002 pasal 23.3.2(2)
menyatakan bahwa baik nilai momen positif maupun negatif sepanjang balok tidak boleh kurang
dari 25% nilai momen maksimum pada kedua muka tumpuan. Untuk balok pada As B 4-5 lantai 2
dari output SAP 2000 diperoleh nilai momen maksimum pada lapangan 132979400 Nmm > 25% x
159131500 Nmm = 39782875 Nmm. Jadi dipakai momen lapangan 37986900 Nmm. Untuk
penulangan lapangan, balok akan dianalisa sebagai balok T, dimana lebar flens ( ) e b sesuai dengan
SNI 03-2847-2002 Ps.10.10.2), diambil yang terkecil dari : be = ¼ x Lb = ¼ x 540 = 135 cm be = (8.t) =
(8.12) = 96 cm be = ½ x (Lb – bw) = ½ x (540 – 30) = 255 cm be diambil 96 cm (menentukan) Mu =
37986900 Nmm (Output SAP 2000) Mn= 0,8 Mu = 0,8 37986900 Nmm =47483625 Nmm x ≤ 0,75 xb
dimana xb = x d 600 fy 600 + = x 439 600 400 600 + = 263,4 mm x ≤ 0,75 x 263,4 = 197,25 mm →
diambil harga x = 95 mm Asc = fy 0,85. .fc'.b.x β1 = 400 0,85 0. ,85.30.300.95 = 1544,34 mm2 Mnc =
2 . Asc.fy d - 1 β x = 2 85,0 95. 11544,34.400 439 - = 1840745013 Nmm Mn – Mnc
= 47483625 – 1840745013 = - 1793261388 Nmm Mn – Mnc < 0 → tidak perlu tulangan tekan
(tulangan tunggal) Karena tidak perlu tulangan tekan maka direncanakan dengan tulangan tunggal :
d-a/2 a h 0,85.f'c b As d' x d εs=e εc'=0,003 T = As.f y Cc' Gambar 6.12 Diagram Tegangan Regangan
Tulangan Tunggal C = T s y 85,0 . f c a..' b = A . f y 85,0 . f c a..' b = ρ b.. d. f ( ) = − 2 atau a
M C T d n d f f a c y . 85,0 . ' =ρ =−dffMbdfdcyny.
2 85,0 . ' .. . ρ ρ , dibagi dengan 2 b.d dan menuliskan c y , .f' f m 0 85 = ==f−mbxdMR
y n n . 2 1 . 1 2 ρ , sehingga = − − y f x m x Rn m ρ 2 1 1 1 Rn = 2 b x d Mn = 2 500 x 639
166224250 = 0,81 N/mm2 15 69, 85,0 30 400 0 85 = = = , .f' x f m c y ρ = − − fy 2 x m x
Rn 1 1 m 1 ρ = − − 400 2 x 15,69 x 0,81 1 1 15,69 1 = 0,0021 < ρmin As= ρmin x b x d =
0,0035 x 300 x 439 = 460,95 mm2 Tulangan lapangan bawah : → pasang 3 D22 (1160 mm2 )
Tulangan lapangan atas : → pasang 2 D22 (774 mm2 ) 14 Analisa penampang balok T C1 = 85,0 . f c .'
bw .a →gaya tekan beton di luasan badan tertekan C2 = 85,0 . f c .' (be − bw )t . → gaya tekan beton
di luasan sayap '= '. ' →gaya tekan pada tulangan tekan S s s C A f T = As . f y →gaya tarik pada
tulangan tarik Kontrol balok T Dipakai be yang terkecil = 800 mm As = 1160 mm2 a = mm f b A f c e s
y 22 75, 85,0 30 800 1160 400 85,0 . .' . = × × × = x = 26 75, mm 0,85 a 22,75 = = β 26,75 mm < 100
mm ⇒ x ≤ t ; termasuk balok T palsu Periksa lebar balok Jarak minimum yang disyaratkan antar dua
batang tulangan adalah 25 mm. Minimum lebar balok yang diperlukan akan diperoleh sebagai
berikut : 2 x penutup beton (p = 40 mm) :2x40 = 80 mm 2 x sengkang, φ sengkang = 10 mm : 2x10 =
20 mm 3 x D22 : 3 x 22 = 66 mm 2 kali jarak antara 25 mm: 2 x 25 = 50 mm Total = 216 mm Lebar
balok 500 mm memadai untuk pemasangan tulangan dalam 1baris, jadi pemasangan tulangan
disusun 1 baris. Kontrol kekuatan daktual = 500-40-10-(22/2) = 439 mm (1 baris) ρ= aktual b x d As =
500 x 639 1160 = 0,0036 > ρmin a= 0,85 b '. fc . As fy . = 0,85 . 30.300 1160 x 400 = 60,65 mm
Mn=As.fy − 2 a d =1160 . 400 − 2 439 60,65 = 1896225200 Nmm Mu= φ x Mn =
0,8 x 1896225200 = 151700160 Nmm > 37986900 Nmm..Ok 6.8.2.2 Perhitungan Momen Probabel
(Momen Kapasitas) Mpr harus dihitung berdasarkan tulangan terpasang dengan tegangan tarik y
25,1 . f dan faktor reduksi φ = 1. Mpr harus dianggap bekerja pada muka-muka tumpuan, dan
komponen struktur tersebut dibebani dengan beban gravitasi sepanjang bentangnya. Rumus berikut
dapat digunakan untuk menghitung Mpr. Untuk balok: 2 1 2 W L L M M Ve pr pr u ± + = Untuk Kolom
H M M Ve pr3 + pr 4 = Beban gravitasi Wu = 1,2 D + 1,0 L , f b A ( , )f a c y s 0 85. .' 1 25. = =
− + − 2 1. 25. a Mpr As , fy d / M pr 3 M pr 4 Pu Pu V e V e M pr 2 V e V e h M pr 1 l Gambar 6.13
Perencanaan Geser Untuk BalokKolom Dari perhitungan sebelumnya didapat : Mpr 295890800 Nmm
- = Mpr =16010385 Nmm + Penulangan Geser Tumpuan Balok V = (Mpr + + Mpr - ) / L + WuL/2 Wu =
beban gravitasi (1.2D + 1.0 L) Syarat spasi maksimum tulangan geser balok menurut SNI-2847-2002
pasal 23.3.3(2) : s < d/4 = 439/4 = 109,75 mm (menentukan) s < 8Ø tulangan memanjang = 8 x 22 =
176 mm s < 24Ø tulangan sengkang = 24 x 10 = 241 mm Sengkang pertama harus dipasang tidak
lebih dari 50 mm dari muka tumpuan. Pada daerah lapangan syarat maksimum tulangan geser balok
menurut SNI-2847-2002 pasal 23.3.3(4) : s < d/2 = 439/2 = 219,5 mm (menentukan) Gaya geser total
didaerah sendi plastis (muka kolom s/d 2h) : Wu.L/2 = 42419,9 N (Output SAP2000 Comb 1.2D+1L)
Ve,A = Wu.L/2 L Mpr- Mpr + + + = 424199, 6000 295890800 16010385 + + = 93423,43 N Ve,B =
Wu.L/2 L Mpr- Mpr − + + = 41429 9, 6000 295890800 16010385 − + = 10563,63 N Biasanya kuat
geser ditahan oleh beton (Vc ) dan tulangan dalam bentuk tulangan transversal. 15 Namun pada
komponen struktur penahan SPBL berlaku ketentuan SNI 03–2847–2002 Ps. 23.3.4.2 yang
menyatakan = 0 Vc apabila : Gaya geser akibat gempa saja (yaitu akibat Mpr) > 0,5 total geser
(akibat Mpr + beban gravitasi) dan Gaya aksial tekan < 20 ' g c A × f Dalam hal ini gaya geser akibat
gempa = Vgempa = L Mpr- + Mpr+ > 0,5 (93423,43) 51983 53, > 46711 72, N Dan gaya aksial yang
kecil sama sekali maka = 0 Vc sehingga : φ = 0,75 (SNI 03-2847-2002 ps.11.3.1)(3) Vs= Vc φ Ve − = 0
0,75 93423,43 − = 124564,57 N Diameter sengkang = 10 mm, direncanakan 2 kaki Av= 3 x ¼.π.102 =
236 mm2 ; fy = 320 Mpa S= Vs Av x fy x daktual = 124564 57, 236 x 320 x 439 = 266 mm Jadi
dipasang 3Ø10-150 mm sepanjang 2h = 2.500 = 1000 mm dari muka kolom, dimana tulangan geser
pertama dipasang 5 cm dari muka kolom di kedua ujung balok. Penulangan Geser Lapangan Balok
Pemasangan tulangan geser di luar sendi plastis (>2h = 1000 mm) Vu,2h = 30100,7 N (output
SAP2000 Comb 1.2D+1L) Untuk daerah di daerah luar sendi plastis ini, kuat geser beton
diperhitungkan yakni sebesar : Vc = (1 / 6) √f’c bw daktual = (1 / 6) √30 . 300 . 439 = 120225,10 N Vs
= Vc φ Vu,2h − = 120225,10 75,0 30100,7 − = 80090,83 N φ= 0,75 SNI-2847-2002 pasal 11.3.2(3)
Diameter sengkang = 10 mm, direncanakan 2 kaki Av= 2 x ¼.π.102 = 157 mm2 ; fy = 320 Mpa S= Vs
Av x fy x daktual = 180090,83 157 x 320 x 439 = 122 mm Dipasang 2Ø10 – 150 mm pada daerah luar
sendi plastis (>2h) 4 D 22 4 D 22 2 D 22 2 D 22 2 D 22 3 D 22 6000 5500 40 120 40 2-D22 3Ø10-150
220 40 300 340 500 300 220 40 3-D22 40 Lapangan 2Ø10-150 4-D22 2-D22 4-D22 300 220 40 3Ø10-
150 2-D22 40 Gambar 6.14 Penulangan balok melintang 30/50 As B 4 – 5 6.8.2.3 Penulangan torsi
balok memanjang 30/50 cm Contoh perhitungan diambil pada balok As B 4- 5 lantai 2 Tu= 37986900
Nmm(OutputSAP2000 Comb3) Vu= 29812,6 N (Output SAP2000 Comb3) 500 600 300 150 120
Gambar 6.15 Persegi – persegi komponen balok T Dari gambar 6.13, dengan mengasumsikan
penutup bersih 40 mm dan sengkang ∅10 dan bahwa flens tersebut tidak dikekang dengan pengikat
tertutup, Acp = 2 300 × 500 =150000 mm cp p = 2(x0 + y0 ) = 2(300 + 500) =1600 mm 1 x = 300 − 2(40
+ 5) = 210 mm 1 y = 500 − 2(40 + 5) = 410 mm h p = 2(x1 + y1 ) = 2(210 + 410) =1240 mm Aoh = 2 210
× 410 = 86100 mm Ao = 2 85,0 Aoh = 85,0 × 86100 = 73185 mm d = 439 mm θ = 450 , cot = 1,0 θ Cek
Keperluan Torsi Tc= Pcp fc A cp 2 12 φ ' SNI-2847-2002 pasal 13.6.1 Tc=
1600 150000 12 75,0 30 2 = 4813967,79 Nmm Tu > φTc 37986900 Nmm > 4813967,79 Nmm → Torsi
diperhitungkan 16 3Ø10-150 2 - D16 2 - D16 2 - D16 40 2-D22 3Ø10-150 220 40 300 Tumpuan 4-D22
2-D22 4-D22 2Ø10-150 Tumpuan Lapangan 40 3-D22 220 40 300 500 340 300 220 40 40 2-D22 120
40 2-D22 = 774 mm2 Ø10-150 300 500 4-D22 = 1520 mm2 120 150 150 Ø8-150 Cek Penampang
Balok SNI-2847-2002 pasal 13.6.3.1 Vc = (1 / 6) √f’c bw d = (1 / 6) √30 . 300 . 439 = 120225,1 N
××+ × oh u h w u A T p b d V 2 2 7,1 ≤ +×32'cwcfbdVφ
×× + × 2 2 7,1 86100 37986900 1240 300 439 29812,6 ≤ + × 3 2 30
300 439 120225,1 75,0 1,95 Mpa ≤ 3,42 Mpa(Penampang Ok) Kebutuhan Tulangan Torsi SNI-2847-
2002 pasal 13.6.3.5-6 Tn perlu = = = 0,75 37986900 φ Tu 50649200 Nmm s At = 2 × o × yv × cot θ n A
f T = 2 73185 400 1 50649200 × × × = 0,86 mm2 /mm/satu kaki Aλ= θ t 2 cot s A yt yv h
f f P SNI-2847-2002 pasal 13.6.3.7 = 0,86 x 1240 x 400 400 x 1 = 1066,4 mm2 Pasang Tulangan Torsi
Longitudinal Gunakan Aλ = 550,8 mm2 . Untuk mendistribusikan Aλ secara sama di semua empat
muka balok tersebut, gunakan ¼Aλ di dua sudut teratas dan ¼Aλ di dua sudut terbawah. 2 Aλ 4
=1066,4 4 = 266 6, mm Gunakan batang 2-D16 mm = 402,12 mm2 di setiap sisi samping kiri kanan
balok baik di sepanjang tumpuan maupun lapangan bentang. Gambar 6.16 Detail penulangan balok
memanjang 30/50 dengan torsi As B 4 – 5 6.2 Perencanaan Penulangan Kolom Dalam perencanaan
ini kolom direncanakan dengan sistem cor di tempat, sebagai contoh perhitungan diambil kolom
tengah As C – 5 dengan data-data sebagai berikut: o Dimensi Kolom = 600 x 600 mm2 o Mutu Beton,
f’c = 30 Mpa o Mutu Baja, fy = 400 Mpa o Selimut Beton = 40 mm o Ø Tul. Utama = D 22 mm o Ø Tul.
Sengkang = Ø 12 mm o d=6000-40-12-(22/2) = 537 mm (1 baris) o Dimensi Balok = 300 x 500 mm2 o
Selimut Beton = 40 mm o Ø Tul. Utama = D 22 mm o Ø Tul. Sengkang = Ø 10 mm o Asatas = 1940
mm2 o Asbawah = 774 mm2 o d = 500 – 40 – 10 –22/2 = 439 mm (1baris) o Tebal Plat Lantai = 120
mm o be = 800 mm o Tul. Plat Lantai = Ø8-150 mm Perhitungan tulangan memanjang kolom Dengan
diagram interaksi yang dibuat dengan program PCACOL. Prosentase kolom ini sesuai syarat SNI 03 –
2847 – 2002 Ps. 23.4.3.1 yaitu antara 1 % – 6 % telah dipenuhi. Gambar Tulangan kolom terpasang
Lt.1 & 2 Persyaratan strong column weak beam Persyaratan ”strong column weak beam” dipenuhi
dengan persamaan 121 SNI 03 – 2847 – 2002 Ps.23.4.2.2. yaitu : Mg 5 6 ∑ Mc ≥ ∑ Nilai ∑ Mg adalah
jumlah Mg+ dan Mg- balok yang menyatu dengan kolom, yang dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut Mg = 80,0 2 × × × − a As f y d a = f b A f c s y × × × 85,0 ' Karena balok yang
menyatu pada kolom terdapat pelat lantai yang menyatu juga, maka perhitungan Mg- ,
mengikutsertakan luas tulangan pelat selebar b efektif. Gambar 6.22 Tulangan Balok yang menyatu
dengan kolom Lt.1 & 2 Asatas = 1520 + (4 x 1/4.π.82 ) = 1721,06 mm2 d” = 40 + 10 + 22/2 = 61 mm
17 Jarak antar As tulangan balok dan pelat (atas) : = d”- 20 - 4 = 37 mm Jarak antar As tulangan balok
dan pelat (bawah) = 120-d” = 59 mm = 59- 20 - 4 = 35 mm datas=d’balok-((Asplat/Asatas)x37)+
((Asplat/Asatas)x35) =439-((201,06/1721,06)x37)+ ((201,06/1721,06)x35)) datas = 439 – 4,32 + 4,09
= 438,71 mm dbawah = d’balok = 439 mm Besar Mg(-) adalah : a = 0,85 x 30 x 300 1721,06 x 400 =
89,99 mm Mg(-) = 1721,06 x 400 x 2 89,99 438,71- = 271042885,2 Nmm = 271,04 kNm
Besar Mg(+) adalah : a = 0,85 x 30 x 300 774 x 400 = 40,47 mm Mg(+) = 774 x 400 x 2 439 -
40,47 = 129649644 Nmm = 129,65 kNm ΣMg = Mg(+) + Mg(-) = 129,65 + 271,04 = 400,69 kNm Nilai
ΣMc diperoleh dengan bantuan diagram interaksi kolom (PCACOL-Lihat Gambar 6.21 & Gambar
6.22), yaitu mencari momen yang dihasilkan dari kombinasi beban aksial terkecil dari kolom atas dan
kolom bawah. Dimana diperoleh : ΣMc = Mckolom bawah + Mckolom atas = 520 + 525 = 1045 kNm
ΣMc > 5 6 ΣMg → 1045 kNm > 5 6 x 400,69 = 480,83 kNm...Ok Persyaratan ”Strong Coloumn Weak
Beam” terpenuhi. Daerah sendi plastis kolom Daerah sendi plastis ditentukan berdasarkan SNI 03-
2847-2002 Ps. 23.4.4.4 yang menyatakan panjang o l tidak kurang dari o h = 600 mm o n l 6 1 = (4000
500) 6 1 × − = 583,33 mm o 500 mm Digunakan daerah sendi plastis o l sepanjang 600 mm. Jarak
sengkang sepanjang sendi plastis diatur dalam SNI 03-2847-2002 Ps.23.4.4.2 yang menyatakan, spasi
maksimum tulangan transversal : o × b terkecil 4 1 = 500 4 1 × = 125 mm o 6 db = 6× 22 = 132 mm o
sx = 3 350 100 − hx + = ( ( )) 3 2 12 350 5,0 600 2 40 100 − × − × + + = 132 mm o Nilai sx tidak perlu
lebih besar dari 150 mm dan tidak perlu lebih kecil dari 100 mm. Digunakan jarak sengkang begel (s)
= 100 mm (minimum) Pengekangan kolom didaerah sendi plastis Kebutuhan pengekangan di daerah
sendi plastis ditentukan dari SNI 03 – 2847 – 2002 Ps. 23.4.4.1.b, yang menyatakan luas sengkang
tidak boleh kurang dari rumus 123 dan 124 berikut : Ash = ×− ×××1'
3,0 ch g yh c c A A f s h f ......................123 Ash = × × × yh c c f f s h ' 09,0
..............................124 Dengan : s = spasi tulangan transversal pada arah longitudinal (mm) hc =
dimensi penampang inti kolom dihitung dari sumbu – sumbu tulangan pengekang (mm) Ag = Luas
bruto penampang (mm2 ) Ach = Luas penampang komponen struktur dari sisi luar ke sisi luar
tulangan transversal luas bruto penampang (mm2 ) Dengan jarak sengkang, s = 100 mm, diperoleh
Ash = ×− × × × 1 ' 3,0 ch g yh c c A A f s h f = ( ( ) ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
−−××−×× × × − × − × × 1 600 2 40 600 2 40 600 600 400 100 600 2 40 12 30 3,0 =
378,75 mm2 Atau Ash = × × × yh c c f f s h ' 09,0 = ( ( ) ) × − × − × × 400 100
600 2 40 12 30 09,0 = 342,9 mm2 (menentukan) Dipakai sengkang sepanjang sendi plastis 4∅12 –
100 mm 18 (As = 452,39 mm2 ) > Ash 6.9.5 Penulangan tranversal untuk beban geser Tulangan geser
kolom menurut ketentuan SNI 03-2847- 2002 Ps. 23.4.5.1 harus ditentukan dari kuat momen
maksimum Mpr, dari setiap ujung komponen struktur yang bertemu di HBK. Mpr ini ditentukan
berdasarkan rentan beban axial terfaktor yang terjadi dengan φ = 1,0. Mpr ini diambil dari momen
balance diagram interaksi kolom dengan fs = 1,25 fy (Lihat Gambar 5.24). Gambar 6.23 Diagram
interaksi kolom Lantai 1 dengan φ = 1 & fs = 1.25 fy Dari diagram interaksi kolom diatas didapat nilai
Mpr akibat tulangan terpasang kolom sebesar 1368 kNm. Bila dianggap Mpr untuk kolom atas dan
bawah sama besar maka : Ve = in pr h 2 x M = 4,0 - 0,5 2 x 754 = 430,86 kN Sedangkan untuk Mpr
akibat tulangan terpasang balok yang berada pada HBK bisa dilihat di sub bab 6.7.2.1, yaitu : Mpr (-)
= 295,89 kNm Mpr (+) = 160,10 kNm Vu= in ( ) pr ( ) pr h M M − + + = 4,0 - 0,5 295 89, + 16010, =
130,28 kN Karena Ve = 430,86 kN > Vu = 130,28 kN, maka perencanaan geser memenuhi syarat.
Besarnya Vu tersebut akan ditahan oleh kuat geser beton (Ve) dan kuat tulangan geser (Vs). Nilai Vc
harus dianggap = 0 sesuai SNI 03 – 2847 – 2002 Ps. 23.4.5.2 apabila : o 50 % × Ve > Vu o 20 ' c Ag f Pu
× < Karena : % Ve Vu 50 × > = 215,43 kN > 130,28 kN dan Pu =1147.59kN > 20 ' c Ag × f = 20 60 x 60 x
3000 = 540000 N = 540 kN Sehingga Vc ≠ 0 Untuk komponen yang kena beban aksial berlaku Vc
sesuai SNI 03-2847-2002 Ps. 13.3.1.2 yaitu : Vc = b d 6 f' 14 Ag Nu 1 w c × × ×
+ Vc= ( ) 600 537 6 30 14 600 600 1147,59 10 1 3 × × × ×××+=
361098,68 N = 361,09 Kn Besarnya Vs dihitung berdasarkan tulangan confinement Ash terpasang
(4Ø12 = 4 x ¼ . π . 122 = 452,39 mm2 ). Vs = s A f d s × y × = 100 452 39, × 400 × 537 = 971733,72 N =
971,73 kN Maka : ( ) φ Vc +Vs = 75,0 ×(36109, + 971,73) = 999,62 kN > Vu = 130,28 kN ........Ok Sisa
panjang kolom sendi plastis, dipasang sengkang sesuai ketentuan SNI 03 – 2847 – 2002 Ps. 23.4.4.6
yaitu : s ≤ 6 db s ≤ 6 × 22 = 132 mm atau ≤ 150 mm Jadi sengkang diluar sendi plastis digunakan
4Ø12-150 mm Panjang lewatan pada sambungan tulangan kolom Sambungan tulangan kolom yang
diletakkan ditengah tinggi kolom harus memenuhi ketentuan panjang lewatan yang ditentukan dari
SNI 03 – 2847 – 2002 Ps. 14.2.3 yang dihitung dengan rumus : b d d l = ( ) b tr c y d f c K f + × × × × × α
β γ λ 10 ' 9 dimana : c = spasi atau dimensi selimut beton, mm Ktr = indeks tulangan transversal = s n
A f tr yt × × × 10 α = 1,0 2 22 c = 40 +12 + = 63 mm β = 1,0 ( ) 4 2 600 2 40 12 22 x c − × + − = = 59,25
mm γ = 1,0 684 kNm 2825 kN 19 35 38 e d b c a Standard Penetration Test Light Brownish Grey to
Greyish Light Brown Clay 36 37 Soil Description Depth (m) 35 34 33 0 10 Ujung Tiang 20 30 40 50 D
60 4D = 2,00m Greyish Brown to Brownnish Grey Silky Sand With Some Dark Grey Clay Nodule L =
1,00 m Digunakan nilai c = 59,25 mm (terkecil) λ = 1,0 Ktr = s n A f tr yt × × × 10 = ( ) 10 100 4 22 400
4 1 4 2 × × × ×π × × = 152,05 b tr d c + K = 22 59 25, +152,05 = 9,6 → Diambil 2,5 nilai maksimum
Maka : b d d l = ( ) b tr c y d f c K f + × × × × × α β γ λ 10 ' 9 = 5,2 1 1 0,1 1 10 30 9 400 × × × × × = 26,29
d l = b 26,29× d = 26,29× 22 = 578,38 mm Karena seluruh tulangan pada panjang lewatan disambung,
maka sambungan lewatan termasuk kelas B SNI 03 – 2847 – 2002 Ps. 14.15.1 – 2 . Panjang lewatan =
d 3,1 = 38, × l 3,1 ×578 = 751,89 mm ≈ 760 mm Gambar 6.24 Detail penulangan kolom lantai 1 BAB
VII PERENCANAAN PONDASI Pondasi adalah elemen struktur yang meneruskan reaksi terpusat dari
kolom dan atau dinding ataupun beban-beban lateral dari dinding penahan tanah, ke tanah tanpa
terjadinya penurunan tak sama (differential settlement) pada sistem strukturnya, juga tanpa
terjadinya keruntuhan pada tanah. Untuk merencanakan pondasi harus memperhatikan beberapa
hal diantaranya jenis tanah, kondisi tanah dan struktur tanah, karena sangat berkaitan dengan daya
dukung tanah tersebut dalam memikul beban yang terjadi diatasnya. Penyelidikan atas tanah
tersebut sangatlah perlu dilakukan agar mendapatkan parameter-parameter sebagai masukan dalam
perencanaan, agar didapatkan pondasi yang aman, ekonomis dan efisien. Direncanakan
menggunakan tiang pancang : Diameter tiang pancang (D) = 50 cm Panjang tiang pancang = 36 m
Luas tiang pancang (Ab) = ¼ π D2 = 0,196 m 2 Keliling tiang pancang (U) = π D = 1,57 m Menghitung
Daya Dukung Pada Ujung Tiang Pancang N = 2 N1 + N2 ≤ 40 di mana : N = Nilai N rata-rata untuk
perencanaan tahan ujung tiang N1 = Nilai N pada ujung tiang N2 = Nilai N rata-rata sepanjang 4D dari
ujung tiang Daya dukung ijin pondasi dalam dihitung berdasarkan data nilai SPT-N dari hasil boring
dengan menggunakan metode Meyerhoff dan faktor keamanan 3. Dari data SPT-N titik BH I dengan
kedalaman 37,5 m didapat : a) N1 = 38 b) N2 = 32 3 38 30 28 = + + N = 2 38 + 32 = 35 ≤
40........dipakai N = 35 Gambar Diagram untuk mencari L (data SPT 1) 20 0 0 10 fb/N 20 30 40 Untuk
tiang pipa baja yang terbuka ujungnya L/D 5 10 15 Untuk tiang pancang biasa 14 2 Y My Mx X 280 75
130 75 Hy 80 My Mx P Hy 1 2 3 4 Hx Hx Gambar Diagram Perhitungan Dari Intesitas Daya Dukung
Ultimate Tanah Pondasi Pada Ujung Tiang (fb) Dari gambar di atas dengan : L/D = 00,1 50,0 = 2,00
Didapatkan fb/ N = 14 fb = 14 N = 14×35= 490 t/m2 Kemampuan daya dukung ujung tiang Qp = fb
Ab= 2 2 490 t / m × ,0 196m = 96,04 ton Total gaya geser maksimum pada dinding tiang pancang Qf=
i si U × ∑l . f = 57,1 ×277 90, t / m =436,30 ton Qsp = ( ) Qp + Qf 3 1 = ( ) 96 04, 436 30, 3 1 + = 177,45
ton = 177450 kg Daya Dukung Pondasi Berdasarkan Mutu Bahan Tiang pancang yang digunakan
adalah tiang pancang produk PT. HUME SAKTI INDONESIA PC PILES dengan data-data sebagai berikut
: Diameter = 50 mm Qbahan = 160 ton Karena daya dukung Qtanah > Qbahan , maka : Qbahan =
160000 kg (menentukan) Perhitungan pondasi kolom interior As B-4 Dari hasil analisa SAP 2000
V10.0.1 didapatkan gaya dalam sebagai berikut (DL + LL + SPEC 2): Axial : P = 254903,32 kg Momen :
Mx = 40765,15 kg m ; My = 10887,76 kgm Gaya Horisontal : Hx = 3183,45 kg ; Hy = 9417,47 kg Beban
Nominal yang bekerja : Berat sendiri poer : 80,2 × 80,2 × 80,0 × 2400 = 15052,8 Berat sloof : 30,0 ×
60,0 × 4,8 × 2400 = 3628,8 Beban aksial kolom : = 254903,32 + Σ P = 273584,92 Kontrol kebutuhan
tiang pancang : = = ≈ ⇒ ∑ = buah Pijin P n 71,1 4 160000 273584,92 dipakai n = 4 buah Perhitungan
jarak tiang berdasarkan Dirjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum 2,5 D < S < 3 D dimana : S =
jarak antar tiang pancang 2,5.50 < S < 3.50 S1 = jarak tiang pancang ke tepi 125 < S < 150 Dipakai S =
130 cm Untuk jarak tepi tiang pancang : 1,5 D < S1 < 2 D 1,5.50 < S1 < 2.50 75 < S1 < 100 Dipakai S1 =
75 cm Gambar Gambar perletakan tiang pancang Daya dukung pondasi kelompok menurut Converse
Labarre adalah : Efisiensi : ( ή ) = 1 - −+− m n m n n m S D arc tg 90.
. ( ).1 ( ).1 Dimana : D = diameter tiang pancang S = jarak antar tiang pancang m = jumlah tiang
pancang dalam 1 baris = 2 n = jumlah baris tiang pancang dalam kolom = 2 Efisiensi : (η )=1- ( ) ( )
××−×+−× 90 2 2 2( )1 2 2( )1 2 1300 500 arctg = 0,76 Sehingga Qijin =
76,0 ×160000 = 121600 kg = 121,6 ton 21 Momen yang bekerja pada poer akibat adanya gaya
horisontal : M x = 40765,15 + (9417,47 x 0,80) = 48299,13 kgm ( ) M y = 10887,76 + (3183,45 x 0,80)
= 13434,52 kgm ( ) ∑ ∑ ± ± Σ = 2 y i 2 x i M .Y M .x n Pi i i Y x P Dimana : Pi = Total beban yang bekerja
pada tiang yang ditinjau Yi = jarak tiang yang ditinjau dalam arah y xi = jarak tiang yang ditinjau
dalam arah x Σ xi 2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang dalam arah x Σ yi 2 = jumlah kuadrat jarak
tiang pancang dalam arah y Σ xi 2 = 4.(0,65)2 = 1,69 m2 Σ yi 2 = 4.(0,65)2 = 1,69 m2 Didapatkan: ∑ p =
p1 + p2 + p3 + p4 = 268591 32, kg = 268 59, ton Jadi beban maksimal yang diterima 1 tiang adalah
91141,54 kg Pmaks = 91141,54 kg < Qijin = 121600 kg...Ok DAFTAR PUSTAKA − Bowles, Joseph E.
1991. Analisis Dan Desain Pondasi Jilid 1. Jakarta : Erlangga. − Bowles, Joseph E. 1991. Analisis Dan
Desain Pondasi Jilid 2. Jakarta : Erlangga. − Brosur PT Hume Sakti Indonesia PC Piles. Table of
Standard Dimensions of PT Hume Sakti Indonesia PC Piles. − Direktorat Penyelidikan Masalah
Bangunan.1981. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983. Bandung: Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan. − Handout Struktur Baja I dan II. Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan ITS. − Husin, Nur Ahmad. 2002. Buku Ajar Struktur Beton Dasar.
Surabaya: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS. − Kusuma, Gideon. H dan
Takim Andriono. 1994. Desain Struktur Rangka Beton Bertulang di Daerah Rawan Gempa. Jakarta :
Erlangga. − Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan. 1992. Tabel Grafik dan Diagram Interaksi
Untuk Perhitungan Struktur Beton. Surabaya: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan ITS. − Nawy, Edward G. 1990. Beton Bertulang: Suatu Pendekatan Dasar. Bandung :
Refika Aditama. − Panitia Pembaharuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia. 1971. Peraturan
Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I – 2. Bandung: Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. −
Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan. 2002. SNI-03-1726-2002 Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Bangunan Gedung. Badan Standardisasi Nasional. − Panitia Teknik Konstruksi dan
Bangunan. 2002. SNI-03-1729-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
Badan Standardisasi Nasional − Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan. 2002. SNI-03-2847-2002
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Badan Standardisasi Nasional. −
Purwono, Rachmat. 2005. Perencanaan Struktur beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya: its press.
− Salmon, Charles G. dan John E. Johnson.1991. Struktur Baja Jilid 2. Jakarta : Erlangga. −
Sosrodarsono, Suyono dan Kazuto Nakazawa.1994. Mekanika Tanah & Teknik Pondasi. Jakarta : PT
Pradnya Paramita. − Wang, C. K. dan Charles G Salmon. 1985. Desain Beton Bertulang Jilid 1. Jakarta
: Erlangga. − Wang, C. K. dan Charles G Salmon. 1985. Desain Beton Bertulang Jilid 2. Jakarta :
Erlangga. 22 ” Halaman ini sengaja di kosongkan” ” Halaman ini sengaja di kosongkan”

Anda mungkin juga menyukai