Oleh :
dr. Dicky Taruna
RS AL dr. Midiyato S
Laporan Kasus dr. Internship 2016
RS AL dr. Midiyato S
Oleh: dr. Dicky Taruna
IDENTITAS PASIEN
ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis. Tanggal : 30 November 2016 ,Jam : 09.45
2
- Kolestrol (-)
- Asam Urat (+)
- Sakit jantung (-)
- Sakit Asma (-)
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Tinggi Badan : 170 cm
Berat Badan : 65 kg
KU : Tampak sakit berat
Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4 V5 M6
Tekanan Darah : 200/120 mmHg
Nadi : 143 kali/menit
Suhu : 36 oC
Pernapasan : 32 kali/menit, abdomino-torakal
Saturasi O2 : 89%
Keadaan gizi : Cukup (BMI : 22,41 kg/m2)
Oedem umum : Tidak ada
Cara berjalan : Tidak dapat dinilai
Mobilitas ( aktif / pasif ) : Aktif
Umur menurut taksiran pemeriksa : 65 tahun
Kulit
Warna : Sawo matang
Effloresensi : Tidak ada
Jaringan Parut : Tidak ada
Pertumbuhan rambut : Lebat
Lembab/Kering : Kering
Suhu Raba : Afebris
Keringat : Biasa
Turgor : Baik
Ikterus : Tidak ada
Lapisan Lemak : Normal
3
Kelenjar Getah Bening
Submandibula : Tidak teraba Leher : Tidak teraba
Supraklavikula : Tidak teraba Ketiak : Tidak dilakukan
Lipat paha : Tidak dilakukan
Kepala
Ekspresi wajah : Biasa Simetri muka : Simetris
Rambut : Lebat Pembuluh darah temporal : Tidak diketahui
Mata
Exophthalamus : Tidak ada Enopthalamus: Tidak ada
Kelopak : Tidak bengkak Lensa : Jernih
Konjungtiva : CA (-), SI (-) Visus :Tidak diperiksa
Sklera : Jernih Gerakan Mata : Normal
Lapangan penglihatan : Normal Tekanan bola mata : tidak diperiksa
Deviatio Konjugae : Tidak diperiksa Nistagmus : Tidak ada
Telinga
Tuli : Tidak ada Selaput pendengaran: Tidak diperiksa
Lubang : Tidak diperiksa Penyumbatan : Tidak diperiksa
Serumen : Tidak diperiksa Pendarahan : Tidak diperiksa
Cairan : Tidak diperiksa
Mulut
Bibir : Normal Tonsil : T1-T1
Langit-langit : Tidak ada kelainan Bau pernapasan: Tidak ada
Gigi geligi : Tidak ada kelainan Trismus : Tidak ada
Faring : Tidak ada kelainan Selaput lendir : Tidak ada kelainan
Lidah : Tidak ada kelainan
Leher
Tekanan Vena Jugularis (JVP) : 5-2cm H2O
Kelenjar Tiroid : Tidak membesar
Kelenjar Limfe : Tidak teraba
4
Kaku Kuduk : Tidak ada
Dada
Bentuk : Simetris, tidak ada bagian yang tertinggal
Pembuluh darah : Tidak terlihat
Paru – Paru
Depan Belakang
Inspeksi Kanan Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis dinamis
Kiri Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis dinamis
Palpasi Kanan Tidak teraba benjolan, sela iga Tidak teraba benjolan, sela iga
normal, nyeri tekan (-) normal, nyeri tekan (-)
Kiri Tidak teraba benjolan, sela iga Tidak teraba benjolan, sela iga
normal, nyeri tekan (-) normal, nyeri tekan (-)
Perkusi Kanan Redup di bagian bawah lapang Redup di bagian bawah lapang
paru paru
Kiri Redup di semua lapang paru Redup di semua lapang paru
Auskultasi Kanan Suara vesikuler Suara vesikuler
Wheezing (+), Ronki (+) Wheezing (+), Ronki (+)
Kiri Suara vesikuler Suara vesikuler
Wheezing (+), Ronki (+) Wheezing (+), Ronki (+)
Jantung
Inspeksi Tidak terlihat ictus cordis
Palpasi Ictus cordis teraba pada 2cm medial dari Axilaris Anterior kiri ICS 5
Perkusi 1. Batas Jantung kanan : Parasternal kanan ICS 4
2. Batas Jantung Kiri : 2cm medial dari Axilaris Anterior kiri
ICS 5
3. Batas Atas Jantung : Parasternal kiri ICS 3
4. Batas pinggang jantung : Parasternal kiri ICS 4
Auskultasi BJ I-II murni, reguler, murmur negatif, gallop negatif
Perut
Inspeksi : bentuk rata
Auskultasi : bising usus normal ( 10 x/menit )
Perkusi : timpani
5
Palpasi :
Hati : tidak teraba membesar
Limpa : tidak teraba membesar
Ginjal : tidak teraba
Anggota Gerak
Umum : Akral atas dan bawah hangat, Edema (- - / + + ), Sianosis (-)
Neurologis
Lengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal Normal Normal Normal
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Normal Normal Normal Normal
Kekuatan 5 5 5 5
Klonus - - - -
Reflek fisiologis Tidak Tidak Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Reflek patologis - - - -
Sensibilitas Normal Normal Normal Normal
Tanda meningeal - - - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
30 November 2016
Laboratorium:
Hb 13,8 g/dL (Normal, L: 14-18; P: 13-16)
Leukosit 13700 /uL (Normal: 4.000-10.000)
Eritrosit 4,4 (106/ uL) (Normal, 4-6 juta/mm3)
Hematokrit 42% (Normal, L: 40-48; P: 37-43%)
Trombosit 195.000 /uL (Normal: 150.000-450.000)
GDS 132 mg/dl ( Normal: 80 – 120 mg/dl)
Cholesterol 215 mg/dL (Normal: 150-220 mg/dL)
HDL Cholesterol 47 mg/dL (Normal: 35-55 mg/dL)
6
LDL Cholesterol 154 mg/dL (Normal: <150 mg/dL)
Trigliserida 70 mg/dL (Normal: <200 mg/dL)
Asam Urat 8.5 mg/dl (Normal: L 3,4-7,0mg/dl , P: 2,4-5,7mg/dl)
Ureum 35 mg/dL (Normal: 10-50 mg/dL)
Creatinin 0,56 mg/dL (0,5-1,5 mg/dL)
SGOT 100 U/L (Normal, L: < 37 U/L, P: < 31 U/L)
SGPT 90 U/L (Normal, L: < 42 U/L, P: < 32 U/L)
BUN 18.1 (Normal: 4.66 – 23.3 mg/dl)
Natrium 139 mmol / L (Normal 136-145 mmol / L )
Kalium 3,7 mmol / L ( Normal 3,5 – 5,1 mmol / L )
Cloride 103 mmol / L (Normal 97 – 111 mmol / L )
Albumin 2,5 g/dl (3,8 – 5,1 g/dl)
02 Desember 2016
Natrium 141mmol / L ( Normal 136-145mmol / L )
Kalium 3,1 mmol / L (Normal 3,5 – 5,1 mmol / L )
Cloride 93 mmol / L (Normal 97 – 111 mmol / L )
X-Foto Thorax AP
30 November 2016
7
Kesan :
- Cardiomegaly disertai dilatasi, elongasi dan atherosclerosis aorta
- Efusi pleura minimal dextra
- Suspek edema paru awal, diferensial dengan bronchopneumonia
- Aspek bronchitis
Elektrokardiogram
30 November 2016 (IGD)
8
Kesan : Sinus Takikardi, LAD, STEMI Anterior, Left Ventricular Hypertropy
9
30 November 2016-12-13 ( ICU )
RINGKASAN
Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 1 jam SMRS dan kemudian datang ke IGD
RS AL dr. Midyato Suratani dan dengan keluhan tambahan batuk sejak 2 minggu ini
dan sering terbangun pada malam hari karena sesak. Pasien juga mengatakan kaki
bengkak karena kecapean . Selain itu pasien juga mengatakan sedikit pusing dan
terasa lelah. Kemudian pasien dirawat di ICU.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan:
KU : Tampak sakit berat
Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4 V5 M6
Tekanan Darah : 200/120 mmHg
Nadi : 143 kali/menit
Suhu : 36 oC
Pernapasan : 36 kali/menit, abdomino-torakal
Saturasi O2 : 89 %
Keadaan gizi : cukup (BMI : 22.41 kg/m2)
Kesadaran : Compos mentis
Kekuatan Otot : Lengan : Kanan Kiri
5 5
10
Tungkai: Kanan Kiri
5 5
Paru
Depan Belakang
Inspeksi Kanan Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis dinamis
Kiri Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis dinamis
Palpasi Kanan Tidak teraba benjolan, sela iga Tidak teraba benjolan, sela iga
normal, nyeri tekan (-) normal, nyeri tekan (-)
Kiri Tidak teraba benjolan, sela iga Tidak teraba benjolan, sela iga
normal, nyeri tekan (-) normal, nyeri tekan (-)
Perkusi Kanan Redup di bagian bawah lapang Redup di bagian bawah lapang
paru paru
Kiri Redup di semua lapang paru Redup di semua lapang paru
Auskultasi Kanan Suara vesikuler Suara vesikuler
Wheezing (+), Ronki (+) Wheezing (+), Ronki (+)
Kiri Suara vesikuler Suara vesikuler
Wheezing (+), Ronki (+) Wheezing (+), Ronki (+)
Jantung
Inspeksi Tidak terlihat ictus cordis
Palpasi Ictus cordis teraba pada 2cm medial dari Axilaris Anterior kiri ICS 5
Perkusi 1. Batas Jantung kanan : Parasternal kanan ICS 4
2. Batas Jantung Kiri : 2cm medial dari Axilaris Anterior kiri
ICS 5
3. Batas Atas Jantung : Parasternal kiri ICS 3
4. Batas pinggang jantung : Parasternal kiri ICS 4
Auskultasi BJ I-II murni, reguler, murmur negatif, gallop negatif
11
GDS 132 mg/dl ( Normal: 80 – 120 mg/dl)
LDL Cholesterol 154 mg/dL (Normal: <150 mg/dL)
Asam Urat 8.5 mg/dl (Normal: L 3,4-7,0mg/dl , P: 2,4-5,7mg/dl)
SGOT 100 U/L (Normal, L: < 37 U/L, P: < 31 U/L)
SGPT 90 U/L (Normal, L: < 42 U/L, P: < 32 U/L)
Albumin 2,5 g/dl (3,8 – 5,1 g/dl)
X- Foto thorax :
- Cardiomegaly disertai dilatasi, elongasi dan atherosclerosis aorta
- Efusi pleura minimal dextra
- Suspek edema paru awal, diferensial dengan bronchopneumonia
- Aspek bronchitis
Elektrokardiogram
Kesan : Sinus Takikardi, LAD, STEMI Anterior, Left Ventricular Hypertropi
12
lapang paru kanan. Pada pemeriksaan X-foto thorax didapatkan gambaran awal
udem paru.
4. Coronary Artery Disesae
Dasar yang mendukung : STEMI anterior pada EKG tanggal 30 November 2016
(IGD)
5. Efusi Pleura Minimal : pada lab menunjukan hipoalbumin dan pada X-Foto Thorax
menunjukan adanya efusi pleura minimal
6. Hiperurisemia
Dasar yang mendukung: pasien dulu memiliki riwayat asam urat , dan hasil
laboratorium pada tanggal 30 November 2016 nilai asam urat 8.5 mg/dl
Diagnosis Banding
Acute Heart Failure
PENATALAKSANAAN
Farmakologi:
IVFD NaCl 0,9% 1000 cc/24 jam ( 14 tpm )
Captopril tablet 25 mg SL
Aspilet tablet 100 mg 1 x 4
CPG tablet 75 mg 1 x 3
Omeprazol 40mg Inj 1 x 1
Laxadin syr 3 x 2C
Bisoprolol tablet 2,5mg 1 x 1
Amiodaron 300mg
Fluxum 1 x 0,4mg
Nonfarmakologi:
Total Bed Rest
13
NRM O2 6LPM
Elevasi Kepala 45o
PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad malam
Ad fungtionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
14
- Diazepam tab 0-0-0,5mg
- EKG Serial
- Monitor Fungsi urin 24 jam
1 Desember 2016
S : Sesak nafas berkurang, Batuk (+), Nyeri dada (-)
O : Kes : Compos Mentis, KU : Tampak sakit ringan
TD : 106/69 mmHg Nadi : 56 x/m RR : 24 x/m S : 36,7 oC SaO2 : 98%
Kepala : Konjungtiva Anemis (-/-) Sklera Ikterik (-/-)
Thorax : Simetris, Suara Napas Vesikular (+/+), Rhonki (-/+),
Wheezing (-/+)
BJ I – II murni, reguler, mur-mur (-), gallop (-)
Abdomen : Bising Usus (+) normal, supel, nyeri tekan (-)
Urine Output : 1000cc
A : Congestif Heart Failure , Udem Paru , CAD, Hiperurisemia
P : - NaCl 500 cc/ 24 jam
- O2 NRM 6 LPM
- Captopril tab 25mg 3 x 25mg
- Aspilet tab 1 x 100mg
- Clopidogrel tab 1 x 75 mg
- Omeprazole inj 2 x 40 mg
- Laxadine Syrup 3 x C2
- Bisoprolol tab 1 x 2,5mg
- Amiodaron 300mg
- Fluxum 1 x 0,4 ml
- Artovastatin tab 1 x 20mg
- Allopurinol Tablet 1 x 100 mg
- Furosemid Pump 10mg/jam/24jam
- Diazepam tab 0-0-0,5mg
- EKG Serial
- Monitor Fungsi urin 24 jam
2 Desember 2016
S : Sesak nafas berkurang, Batuk (+), Nyeri dada (-)
15
O : Kes : Compos Mentis, KU : Tampak sakit ringan
TD : 81/59 mmHg Nadi : 59 x/m RR : 22 x/m S : 36,5 oC SaO2 : 98%
Kepala : Konjungtiva Anemis (-/-) Sklera Ikterik (-/-)
Thorax : Simetris, Suara Napas Vesikular (+/+), Rhonki (-/+),
Wheezing (-/-)
BJ I – II murni, reguler, mur-mur (-), gallop (-)
Abdomen : Bising Usus (+) normal, supel, nyeri tekan (-)
Urine Output : 800cc
A : Congestif Heart Failure , Udem Paru , CAD, Hiperurisemia
P : - Injeksi Ceftriaxon 2 x 1gr
- Terapi lain di lanjutkan
3 Desember 2016
S : Sesak nafas berkurang, Batuk (+), Nyeri dada (-)
O : Kes : Compos Mentis, KU : Tampak Sakit Ringan
TD : 97/60 mmHg Nadi : 57 x/m RR : 24 x/m S : 36,5 oC SaO2 : 97%
Kepala : Konjungtiva Anemis (-/-) Sklera Ikterik (-/-)
Thorax : Simetris, Suara Napas Vesikular (+/+), Rhonki (-/+),
Wheezing (-/-)
BJ I – II murni, reguler, mur-mur (-), gallop (-)
Abdomen : Bising Usus (+) normal, supel, nyeri tekan (-)
Urine Output : 800cc
A : Congestif Heart Failure , Udem Paru , CAD, Hiperurisemia
P : Terapi di lanjutkan dan pasien boleh pindah ruangan biasa.
16
Congestive Heart Failure
Pendahuluan
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seorang pasien
harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal saat
istrahat atau saat melakukan aktifitas disertai / tidak kelelahan); tanda retensi cairan
(kongesti paru atau edema pergelangan kaki); adanya bukti objektif dari gangguan
struktur atau fungsi jantung saat istrahat
17
Tabel 2. Manifestasi Klinis Gagal Jantung
Gejala Tanda
Tipikal Spesifik
Cepat Lelah
Depresi takikardia
nadi ireguler
nafas cepat
hepatomegali
asites
kakheksia
Oligouria
18
Klasifikasi
Stadium A
Memiliki resiko tinggi untuk berkembang menjadi gagal jantung. Tidak terdapat
gangguan struktural atau fungsional jantung, tidak terdapat tanda atau gejala
Stadium B
Stadium C
Gagal jantung yang simtomatik berhubungan dengan penyakit struktural jantung yang
mendasari
Stadium D
Penyakit jantung struktural lanjut serta gejala gagal jantung yang sangat bermakna
saat istirahat walaupun sudah mendapat terapi medis maksimal
Kelas I
Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik sehari-hari
tidak menimbulkan kelelahan , palpitasi atau sesak nafas
Kelas II
Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istirahat , namun
19
aktifitas fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan , palpitasi atau sesak nafas
Kelas III
Terdapat batasan aktifitas bermakna. Tidak terdapat keluhan saat istirahat , tetapi
aktifitas fisik ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak
Kelas IV
Tidak dapat melakukan aktifitas fisik tanpa keluhan. Terdapat gejala saat istirahat.
Keluhan meningkat saat melakukan aktifitas
Patofisiologi
Teknik Diagnostik
Uji diagnostik biasanya paling sensitif pada pasien gagal jantung dengan
fraksi ejeksi rendah. Uji diagnostik sering kurang sensitif pada pasien gagal jantung
dengan fraksi ejeksi normal. Ekokardiografi merupakan metode yang paling berguna
dalam melakukan evaluasi disfungsi sistolik dan diastolik
20
Gambar 1. Algoritma untuk mendiagnosis penyakit gagal jantung
1. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG harus dikerjakan pada semua pasien diduga gagal jantung.
Abnormalitas EKG sering dijumpai pada gagal jantung. Abnormalitas EKG
memiliki nilai prediktif yang kecil dalam mendiagnosis gagal jantung, jika EKG
normal, diagnosis gagal jantung khususnya dengan disfungsi sistolik sangat kecil
( <10%)
2. Foto Toraks
Merupakan salah satu komponen penting dalam mendiagnosis gagal jantung.
Rontgen torak dapat mendeteksi kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura dan
dapat mendeteksi penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan atau
memperberat sesak nafas. Kardiomegali dapat tidak ditemukan pada gagal
jantung akut dan kronik.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien diduga gagal jantung adalah darah
perifer lengkap (hemo-globin, leukosit, trombosit), elektrolit, kreatinin, laju
21
filtrasi glomerulus (GFR), glukosa, tes fungsi hati dan urinalisis. Pemeriksaan
tambahan laindipertimbangkan sesuai tampilan klinis. Gangguan hematologis
atau elektrolit yang bermakna jarang dijumpai pada pasien dengan gejala ringan
sampai sedang yang belum diterapi, meskipun anemia ringan, hiponatremia,
hiperkalemia dan penurunan fungsi ginjal sering dijumpai terutama pada pasien
dengan terapi menggunakan diuretik dan/atau ACEI.
4. Peptida Natriuretik
Terdapat bukti - bukti yang mendukung penggunaan kadar plasma
peptidanatriuretik untuk diagnosis, membuat keputusan merawat atau
memulangkan pasien, dan mengidentifikasi pasien pasien yang berisiko
mengalami dekompensasi. Konsentrasi peptida natriuretik yang normal sebelum
pasien diobati mempunyai nilai prediktif negatif yang tinggi dan membuat
kemungkinan gagal jantung sebagai penyebab gejala- gejala yang dikeluhkan
pasien menjadi sangat kecil
Kadar peptida natriuretik yang tetap tinggi walaupun terapi optimal
mengindikasikan prognosis buruk.Kadar peptidanatriuretik meningkat sebagai
respon peningkatan tekanan dinding ventrikel. Peptida natriuretik mempunyai
waktu paruh yang panjang, penurunan tiba-tiba tekanan dinding ventrikel tidak
langsung menurunkan kadar peptida natriuretik.
5. Troponin I atau T
Pemeriksaan troponin dilakukan pada penderita gagal jantung jika gambaran
klinisnya disertai dugaan sindroma koroner akut. Peningkatan ringan kadar
troponin kardiak sering pada gagal jantung berat atau selama episode
dekompensasi gagal jantung pada penderita tanpa iskemia miokard.
6. Ekokardiografi
Istilah ekokardiograf digunakan untuk semua teknik pencitraan ultrasound
jantung termasuk pulsed and continuous wave Doppler, colour Doppler dan tissue
Doppler imaging (TDI). Konfirmasi diagnosis gagal jantung dan/atau disfungsi
jantung dengan pemeriksaan ekokardiografi adalah keharusan dan dilakukan
secepatnya pada pasien dengan dugaan gagal jantung. Pengukuran fungsi
ventrikel untuk membedakan antara pasien disfungsi sistolik dengan pasien
dengan fungsi sistolik normal adalah fraksi ejeksi ventrikel kiri (normal > 45 -
50%).
22
Tatalaksana Non-Farmakologi
23
7. Latihan fisik
Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien gagal jantung kronik stabil.
Program latihan fisik memberikan efek yang sama baik dikerjakan di rumah sakit
atau di rumah (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti A).
8. Aktvitas seksual
Penghambat 5-phosphodiesterase (contoh: sildenafil) mengurangi tekanan
pulmonal tetapi tidak direkomendasikan pada gagal jantung lanjut dan tidak
boleh dikombinasikan dengan preparat nitrat (kelas rekomendasi III, tingkatan
bukti B).
Tatalaksana Farmakologi
Tujuan diagnosis dan terapi gagal jantung yaitu untuk mengurangi morbiditas
dan mortalitas . Tindakan preventif dan pencegahan perburukan penyakit jantung
tetap merupakan bagian penting dalam tata laksana penyakit jantung. Sangatlah
penting untuk mendeteksi dan mempertimbangkan pengobatan terhadap kormorbid
kardiovaskular dan non kardiovaskular yang sering dijumpai.
24
Remodelling miokard
Rawat inap
25
ARB mengurangi angka kematian karena penyebab kardiovaskular.
5. HYDRALAZINE DAN ISOSORBIDE DINITRATE (H-ISDN)
Pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %, kombinasi
H-ISDN digunakan sebagai alternatif jika pasien intoleran terhadap ACEI dan
ARB.
6. DIGOKSIN
Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin dapat digunakan untuk
memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain (seperti penyekat
26
beta) lebih diutamakan. Pada pasien gagal jantung simtomatik, fraksi ejeksi
ventrikel kiri ≤ 40 % dengan irama sinus, digoksin dapat mengurangi gejala,
menurunkan angka perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung,tetapi
tidak mempunyai efek terhadap angkakelangsungan hidup
Daftar Pustaka
27