Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN TEORITIS
1. PENGERTIAN HERNIA SCROTALIS
Hernia atau hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis
yang lemah (defek) pada dinding rongga itu. Dimana dinding rongga yang lemah itu
membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin (Rizal, 2007 ).
Hernia scrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis dan turun ke kanalis
pada sisi funikulus spermatikus pada bagian anterior dan lateral, yang dapat mencapai
scrotum (Samsudin, 2006)
Hernia scrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis dan turun ke kanalis
pada sisi funikulus spermatikus pada bagian anterior dan lateral, yang dapat mencapai
scrotum, hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect (Sachdeva, 2008).
Kanalis inguinalis dibatasi dikranio lateral oleh anulus inguinalis internus yang
merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis tranversus
abdominis. Dimedial bawah, diatas tuberkulum tubkum, kanal ini dibatasi oleh anulus
inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis moblikus eksternus. Atapnya
adalah aponeurosis moblikus eksternus, dan didasarnya terdapat ligamentum inguinale.
Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar
dari peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut,
tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. (Sjamsuhidayat, 2004)
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan
menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya
prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui
kanalis tersebut namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup.
Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam
keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. (Mansjoer,
2002).
3. ETIOLOGI
Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia, prosentase lebih banyak terjadi
pada pria, berbagai faktor penyebab berperan pada pembukaan pintu masuk hernia pada
anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi hernia,
disamping itu disebabkan pula oleh faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati
pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Faktor yang dapat memicu terjadinya hernia srotalis adalah
1) adanya peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot
dinding perut karena usia.
2) Hernia inguinalis
3) Kerja otot yang terlalu kuat.
4) Mengangkat beban yang berat.
5) Batuk kronik
6) Peninggian tekanan intra abdomen
4. MANIFESTASI KLINIS
1. Adanya benjolan dalam lipatan paha
2. Muncul saat penderita berdiri, batuk, bersin, mengangkat barang berat dan
menghilang saat penderita berbaring
3. Nyeri disertai muntah
4. Mencapai scrotum pada hernia scrotalis
5. Mengejan mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali
(Mansjoer, 2010)
5. KLASIFIKASI HERNIA
Klasiikasi hernia scrotalis adalah sebagai berikut :
1. Hernia Menurut Lokasinya.
a) Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Batang usus melewati
cincin abdomen dan mengikuti saluran sperma masuk ke dalam kanalis inguinalis.
Jenis ini merupakan yang tersering ditemukan atau terjadi pada pasien dan dikenal
dengan istilah turun berok atau burut.
b) Hernia Scrotalis adalah hernia yang terjadi apabila usus masuk kedalam kantung
scrotum ini terjadi bila batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti
saluran sperma masuk ke dalam kanalis inguinalis kemudian masuk kedalam
kantong scrotum dan menekan pada isi kantung scrotum sehingga scrotum
membesar.
c) Hernia umbilikus adalah hernia yang tejadi apabila usus masuk melalui prosecus
discus pada pusat atau sering disebut hernia di pusat, hernia jenis ini terjadi pada
bayi yang baru lahir yang disebabkan karena kelainaan kongenital.
d) Hernia femoralis adalah hernia yang tejadi apabila usus masuk melalui prosecus
discus di paha.
2. Hernia Menurut Sifatnya
a) Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika mengejan dan masuk jika
berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri/gejala.
b) Hernia Ireponibel
Kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga, ini disebabkan oleh
perlengketan isi kantong pada peritonial.Penatalaksanaan harus dengan operasi.
c) Hernia Inkaserata/Hernia Stragulata
Isi hernia terjepit oleh cincin hernia/terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam
rongga perut.
7. PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti
tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk
yang kuat, bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang
berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan,
mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah
tersebut dimana kondisi itu ada sejak terjadinya dari proses perkembangan yang cukup
lama, pembedahan abdominal dan kegemukan.
Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian
terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan
mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung
yang terdapat dalam perut menjadi dan mengalami kelemahan jika suplai darah
terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk
ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut
juga hernia scrotalis (Mansjoer, 2000).
8. WOC
9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan darah lengkap
2) Pemeriksaan Rontgen Spinal dan Endoskopi
3) Test Leseque (mengangkat kaki lurus keatas)
4) CT-Scan dan MRI
10. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan medis
Penanganan bisa dengan pengobatan konservatif, maupun tindakan definitif
berupa operasi.
Tindakan konservatif antara lain:
1. Tindakan konservatif
Pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi.
2. Operatif:
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan herniorapi serta
herniograpi.
Herniotomi: pembebasan kantung hernia sampai pada lehernya, kantung
dibuka dan isi hernia dibebaskan
Hernioplasti: memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis.
Herniografi: membuat plasty di abdomen sehingga LMR (Locus Minorus
Resisten) menjadi kuat.
b. Penatalaksanaan keperawatan
Penanganan pasca opersi:
1. Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya hematoma.
2. Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut ditekuk)
agar diding abdomen tidak tegang.
3. Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis serta mengejan.
4. Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.
5. Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat
menaikkantekanan intra abdomen. Setelah dilakukannya tindakan pembedahan
maka dilakukan perawatan luka dan penderita makan dengan diit tinggi kalori dan
protein (Romi, 2006 ).
e. Data pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Biasanya terdapat atropi otot , gangguan dalam berjalan riwayat pekerjaan yang
perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.
2. Eliminasi
Biasanya terjadi konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya
inkontinensia atau retensi urine.
3. Integritas ego
Biasanya pasien cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya paralysis,
ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
4. Neuro sensori
Biasanya terjadi penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia, nyeri
tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki.
5. Nyeri atau ketidaknyamanan
Biasanya terjadi perubahan sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk
paku, semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
6. Keamanan
Biasanya adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi (Doenges,
1999).
2. DIAGNOSA
1. Nyeri kronis b.d Agen cedera fisik
2. Ansietas b.d gejala terkait penyakit
3. Gangguan rasa nyaman b.d perubahan ungsi tubuh
4. Gangguan citra tubuh b.d
5. Kurangnya pengetahuan
6. Ketidakseimbangan nutrisi b.d
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DX. KEP NOC NIC
1. Nyeri kronis 1. Kontrol nyeri 1. Menajemen pengobatan
Indikator : Aktivitas – aktivitas :
Mengenali kapan Monitor efektifitas cara
terjadi nyeri pemberian obat yang sesuai
Mengambarkan faktor Monitor pasien mengenai
penyebab efekterapeutik obat
Menggukantindakan Monitor tanda dan gejala
pencegahan toksitositas
Menggunakna tindakan Monitor efek samping obat
pengurangan nyeri Monitor non integrasi obat
tanpa analgetik yang non spesifik
Menggunakan Fasilitas perubahn pengobatan
analgetik yang dengan dokter
direkomendasikan Monitor respon terhadap
Melaporkan perubahan perubahna pengobatan dengan
terhadap gejala nyeri cara yang tepat
pada profesional Pertimbangkan pengetahuan
Melaporkan gejala pasien mengenai obat – obatan
yang tidak terkontrol Kembangkan strategi untuk
pada profesional mengelola efek samping obat
kesehatan Tentukan dampak pengguanan
Menggunakan sumber pada gaya hidup pasien
daya yang tersedia
Melaporkan nyeri yang 2. Menajemen nyeri
terkontrol Aktivitas – aktivitas :
Lakukan perawatan nyeri yang
2. Nyeri : efek yang komprehensif yang meliputi
menganggu lokasi, karakteristik, onset /
Indikator : durasi, frekuensi, kualitas,
Ketidaknyamanan itensitas atau beratnya nyeri
Gangguan dan faktor pencetus
interpersonal Pastikan perawatan analgetik
Gngguan penampilan bagi pasien dilakukan dengan
peran pemantauan yang ketat
Gangguan kosentrasi Gali pengetahuan dan
Gangguan dalam kepercayaan pasien mengenai
perasaan mengontrol nyeri
Gangguan alam Pertimbangkan pengaruh
perasaan budaya terhadap respon nyeri
Kurang kesabaran Gali bersama pasien faktor –
Gangguan dalam faktor yang dapat menurunkan
rutinitas atau memperberat nyeri
Gangguan Bantu keluarga dalam mencari
penampilan disekolah dan menyediakan dukungan
Keputusasaan Ajarkan prinsip – prinsip
Gangguan aktivitas menajemen nyeri
fisik Pertimbangkan tipe – tipe dan
sumber nyeri ketika memilih
3. Tingkat nyeri strategi penurunan nyeri
Indikator : Dorong pasien untuk
Nyeri yang dilaporkan memonitor nyeri dan mengenai
Panjangnya episode nyerinya dengan tepat
nyeri
Mengosok area yang
terkena dampak
Mengerang dan
menaggis
Ekspresi nyeri wajah
Agitasi
Iritabilitas
Mengeluarkan
keringat
Berkeringat
berlebihan
Mondar – mandir
Frekuensi nafas
Denyut jantung apikal
Denyut jantung radial
Tekanan darah
Berkeringat
2 Gangguan rasa 1. Status kenyamanan 1. Menajemen lingkungan :
nyaman Indikator : kenyamanan
Kesejahteraan fisik aktivitas –aktivitas :
Kontrol terhadap gejala Tentukan tujuan pasien dan
Kesejahteraan keluarga pasien dalam
psikologis mengelola lingkungan dan
Lingkungan fisik kenyaman yang optimal
lingkungan istirahat
b.majemen nutrisi
aktifitas-aktifitas :
Tentukan apa yang menjadi
preferensi makanan bagi
pasien
Tentukan jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan
untuk memenuhi persyaratan
gizi
Lakukan atau bantu pasien
terkait dengan perawatan
mulut sebelum makan
Tawarkan makanan ringan
yang padat gizi
Mulai pemberian cairan yang
bersih dan bebas karbonasi
Tentukan status gizi pasien dan
kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan gizi