Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN PRAKTIKUM
MATERIAL TEKNIK
UJI IMPAK
Disusun Oleh:
Nama Praktikan : Peris Gultom
NPM : 3333170032
Kelompok :4
Rekan : 1. Firyal Aqilla Putri Alivani
2. Lula Salsabila
3. Muhammad Syaifullah
Ramadhan
Tanggal Praktikum : 15 September 2018
Tanggal Pengumpulan Lap. : 19 September 2018
Asisten : Ridwan Kurniawan
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1.
2.
(Ridwan Kurniawan)
ii
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan ................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah ................................................................................. 2
1.4 Sistematika Penulisan .......................................................................... 2
iii
iv
LAMPIRAN
LAMPIRAN A. CONTOH PERHITUNGAN ......................................................... 22
LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS ................ 24
LAMPIRAN C. GAMBAR ALAT DAN BAHAN .................................................. 28
LAMPIRAN D BLANKO PERCOBAAN .............................................................. 31
iv
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
v
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A. CONTOH PERHITUNGAN ......................................................... 22
LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS ................ 24
LAMPIRAN C. GAMBAR ALAT DAN BAHAN .................................................. 28
LAMPIRAN D BLANKO PERCOBAAN .............................................................. 31
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Pengujian yang dilakukan dalam skala kecil pada umumnya adalah uji impact metode
charpy.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan Percobaan dari uji impak ini adalah untuk mengetahui pengaruh
temperature terhadap Harga Impak (HI) serta jenis patahan dan sifat patahan
berdasarkan persen patahan.
1.3 Batasan Masalah
Pada praktikum uji impak ini terdapat batasan masalah yang terdiri dari dua
variabel, yaitu:
variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel terikatnya adalah harga impak
(HI) energi. serta persen (%) patahan. Sedangkan untuk variabel bebasnya adalah
bahan material yang akan diuji dan temperatur pengujian.
1.4 Sistematika Penulisan
Untuk memahami lebih jelas laporan ini, maka materi-materi yang terdapat
pada laporan ini dikelompokkan menjadi beberapa bab dengan sistematika penulisan.
Sistematika penulisan pada laporan ini terdiri dari lima bab.
BAB 1 PENDAHULUAN menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan
percobaan, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA menjelaskan mengenai pengertian metode uji
impak, macam-macam metode yang dibagi menjadi metode 1 dan metode 2, yang
berisi teori-teori yang dapat mendukung percobaan yang telah dilakukan.
BAB 3 METODE PERCOBAAN menjelaskan mengenai metode percobaan
yang berupa diagram alir percobaan, alat dan bahan, dan prosedur percobaan.
BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN menjelaskan mengenai data-data
percobaan yang telah dicatat saat melakukan praktikum beserta pembahasannya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN memaparkan kesimpulan percobaan
dan saran untuk praktikum selanjutnya. Di akhir laporan juga disertakan lampiran
yang berisi contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas khusus, gambar alat
dan bahan, dan blanko percobaan.
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil uji impak juga tidak dapat membaca secara langsung kondisi perpatahan batang
uji, sebab tidak dapat mengukur komponen gaya-gaya tegangan tiga dimensi yang
terjadi pada batang uji. Hasil yang diperoleh dari pengujian impak ini, juga tidak ada
impak batang uji bertakik dengan berbagai desain telah dilakukan dalam menentukan
perpatahan rapuh pada logam. Metode yang telah menjadi standar untuk uji impak ini
ada 2, yaitu uji impak metode Charpy dan metode Izod. Metode Charpy banyak
sebagian besar dataran Eropa. Batang uji metode Charpy memiliki spesifikasi, luas
metode Charpy dan metode izod dengan sudut 45° , kedalaman takik 2 mm dengan
radius pusat 0.25 mm. Batang uji Charpy kemudian diletakkan horizontal pada
batang penumpu dan diberi beban secara tiba-tiba di belakang sisi takik oleh
pendulum berat berayun (kecepatan pembebanan ±5 m/s). Batang uji diberi energi
3
4
untuk melengkung sampai kemudian patah pada laju regangan yang tinggi hingga
orde 10 3 s -1. Batang uji izod, lebih banyak dipergunakan saat ini, memiliki luas
penampang berbeda dan takik berbentuk v yang lebih dekat pada ujung batang. Dua
metode ini juga memiliki perbedaan pada proses pembebanan. (Dieter, George E.,
1988).
merupakan standar pengujian laju regangan tinggi yang menentukan jumlah energi
yang diserap oleh bahan selama terjadi patahan. Energi yang diserap adalah ukuran
ketangguhan bahan tertentu dan bertindak sebagai alat untuk belajar bergantung pada
suhu transisi ulet getas. Metode ini banyak digunakan pada industri dengan
keselamatan yang kritis, karena mudah untuk dipersiapkan dan dilakukan. Kemudian
hasil pengujian dapat diperoleh dengan cepat dan murah. Tes ini dikembangkan pada
1905 oleh ilmuwan Perancis Georges Charpy. Pengujian ini penting dilakukan dalam
memahami masalah patahan kapal selama Perang Dunia II. Metode pengujian
material ini sekarang digunakan di banyak industri untuk menguji material yang
4
5
keadaan alam (badai, gempa bumi, dan lain-lain) akan mempengaruhi bahan yang
digunakan dalam berbagai macam aplikasi industri. Tujuan uji impact Charpy adalah
untuk mengetahui kegetasan atau keuletan suatu bahan (spesimen) yang akan diuji
dengan cara pembebanan secara tiba-tiba terhadap benda yang akan diuji secara
statik. Dimana benda uji dibuat takikan terlebih dahulu sesuai dengan standar ASTM
E23 05 dan hasil pengujian pada benda uji tersebut akan terjadi perubahan bentuk
seperti bengkokan atau patahan sesuai dengan keuletan atau kegetasan terhadap
benda uji tersebut. Percobaan uji impact Charpy dilakukan dengan cara pembebanan
secara tiba-tiba terhadap benda uji yang akan diuji secara statik, dimana pada benda
uji dibuat terlebih dahulu sesuai dengan ukuran standar ASTM E23 05 [2].
Secara skematik alat uji impak Charpy seperti gambar 2.2 dibawah ini:
5
6
kedudukan fungsi akhir pada ketinggian h2 yang juga hampir sama dengan tinggi
Usaha yang dilakukan pendulum waktu memukul benda uji atau energi yang diserap
= m. g. h1 – m. g. h2
= m . g (h1 – h2)
= m. g . λ (cos β – cos α)
Em = Energi Mekanik
6
7
𝑊 𝑚
K= (𝐾𝑔. 𝑚𝑚2 ) ............................................ (2)
𝐴
Bila pendulum dengan berat G dan pada kedudukan h1 dilepaskan, maka akan
mengayun sampai kedudukan fungsi akhir 4 pada ketinggian h3 yang juga hampir
sama dengan tinggi semula h1 dimana pendulum mengayun bebas. Pada mesin uji
yang baik, skala akan menunjukkan usaha lebih dari 0,05 kilogram meter (kg m),
Bila batang uji dipasang pada kedudukannya dan pendulum dilepaskan, maka
pendulum akan memukul batang uji dan selanjutnya pendulum akan mengayun
sampai kedudukan 3 pada ketinggian h2. Usaha yang dilakukan pendulum waktu
memukul benda uji atau usaha yang diserap benda uji sampai patah yaitu:
W1 = G x h 1 (kg m) ........................................(3)
Sedangkan sisa usaha setelah mematahkan benda uji adalah sebagai berikut. dan
7
8
Takik (notch) dalam benda uji standar ditujukan sebagai suatu konsentrasi
berbentuk V dengan sudut 45o, takik dapat pula dibuat dengan bentuk lubang kunci
(key hole). Pengukuran lain yang biasa dilakukan dalam pengujian impak Charpy
terjadi. Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik
bidang-bidang kristal di dalam bahan (logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan
permukaan patahan berserat yang berbentuk dimple yang menyerap cahaya dan
berpenampilan buram.
butir-butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). Ditandai dengan permukaan
patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul cahaya yang tinggi
(mengkilat).
8
9
perpatahan di atas.
Informasi lain yang dapat dihasilkan dari pengujian impak adalah temperatur
perubahan jenis perpatahan suatu bahan bila diuji pada temperatur yang berbeda-
beda. Pada pengujian dengan temperatur yang berbeda-beda maka akan terlihat
bahwa pada dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih mudah dan benda uji
menjadi lebih mudah dipatahkan dengan energi yang relatif lebih rendah serta
temperatur tinggi material akan bersifat ulet sedangkan pada temperatur rendah
material akan bersifat rapuh atau getas. Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-
atom bahan pada temperatur yang berbeda dimana pada temperatur kamar vibrasi itu
berada dalam kondisi kesetimbangan dan selanjutnya akan menjadi tinggi bila
temperatur dinaikkan. Vibrasi atom inilah yang berperan sebagai suatu penghalang
terhadap pergerakan dislokasi pada saat terjadi deformasi kejut/impak dari luar.
Dengan semakin tinggi vibrasi itu maka pergerakan dislokasi menjadi relatif sulit
sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk mematahkan benda uji.
Sebaliknya pada temperatur di bawah nol derajat celcius, vibrasi atom relatif sedikit
sehingga pada saat bahan dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih mudah dan
benda uji menjadi lebih mudah dipatahkan dengan energi yang relatif lebih rendah [3].
9
10
BAB III
METODE PERCOBAAN
Benda Uji
10
11
Data Pengamatan
Pembahasan
2. Termometer
3. Jangka sorong
4. Palu
impak:
11
12
benda uji
7. Menghitung harga impak (HI) yang didapatkan pada setiap benda uji
12
13
BAB IV
1. 95 125 1,5625 47
2. BSN-375 80 30 86 1,025 69
3. 0 80 1 75
4.2 Pembahasan
Pengukuran yang bisa dilakukan dalam pengujian impak Charpy adalah penelaahan
permukaan perpatahan untuk menentukan jenis perpatahan (fractografi) yang terjadi.
Secara umum perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis perpatahan, yaitu :
1. Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme pergeseran
bidang-bidang kristal di dalam material / logam (logam) yang ulet (ductile).
2. Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan
(cleavage) pada butir-butir dari material / logam (logam) yang rapuh (brittle).
13
14
14
15
15
16
misalnya dari temperatur dibawah 0oC hingga temperatur tinggi di atas 100oC.
Contoh sistem penukar panas (heat exchanger). Hampir semua logam berkekuatan
rendah dengan struktur kristal FCC seperti tembaga dan aluminium bersifat ulet pada
semua temperatur sementara bahan dengan kekuatan luluh yang tinggi bersifat rapuh.
Bahan keramik, polimer dan logam-logam BCC dengan kekuatan luluh yang
rendah dan sedang memiliki transisi rapuh-ulet bila temperatur dinaikkan. Hampir
semua baja karbon yang dipakai pada jembatan, kapal, jaringan pipa dan sebagainya
bersifat rapuh pada temperatur rendah [5].
Bentuk dan posisi kurva DBTT menetukan letak titik temperatur transisi, yang
mana memegang peranan penting dalam pertimbangan desain suatu struktur/
komponen. Sedangkan bentuk dan posisi kurva DBTT dipengaruhi oleh:
1. Struktur kristal
Hanya material yang memiliki struktur kristal BCC yang dapat mengalami
temperatur transisi. Hal ini dikarenakan slip system yang terbatas pada temperatur
rendah. Semakin tinggi suhu, semakin leluasa slip systemnya. Pada material dengan
struktur kristal HCP maupun FCC, ketangguhan relatif sama diseluruh temperatur
(tidak ada perbedaan mencolok sebagaimana BCC)
16
17
2. Interstisi atom
Atom interstisi disini biasanya adalah karbon. Walaupun mangan juga dapat
memengaruhi kurva DBTT, semakin sedikit kandungan karbon, semakin curam kurva
DBTT, atau dengan kata lain semakin ulet perpatahannya pada temperatur tinggi.
3. Ukuran butir
Semakin kecil ukuran butir, kurva DBTT semakin bergeser ke kiri. Sehingga
memiliki temperatur transisi yang lebih rendah yang berarti lebih aplikatif (makin
tinggi temperatur transisi, makin jelek suatu materialk karena pada saat digunakan
makin mudah mencapai perpatahan ductile yang mana dibenci orang-orang material).
17
18
4. Perlakuan panas
Semakin tinggi temperatur temper, semakin tinggi ketangguhan sehingga
kurva DBTT makin bergeser keatas.
18
19
6. Ketebalan specimen
Semakin tebal spesimen, semakin susah untuk berdeformasi plastis sehingga
semakin brittle.
19
20
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berikut adalah kesimpulan yang didapat dari hasil praktikum uji impak yaitu:
1. Adanya pengaruh suhu terhadap Harga Impak (HI) yang didapat, semakin
tinggi suhu yang dipakai maka semakin besar pula Harga Impak (HI) yang
didapat.
2. Harga Impak pada temperature 95oC adalah 1,5625 J/mm2 dengan persen
patahan sebesar 47%
Harga Impak pada temperature 30oC adalah 1,025 J/mm2 dengan persen
patahan sebesar 69%
Harga Impak pada temperature 0oC adalah 1 J/mm2 dengan persen patahan
sebesar 75%
Ketiga harga impak menggunakan bahan dengan luas penampang 80 mm2
3. Jenis patahan yang didapat dari uji impak yaitu jenis patahan ulet
5.2 Saran
Berikut adalah saran yang dapat diberikan dari praktikum uji impak, yaitu:
1. Asisten dapat menyediakan specimen dengan jenis logam yang berbeda
2. Asisten dapat memberikan kesempatan kepada praktikum untuk mencoba
melakukan praktikum dengan transisi temperature yang telah ditentukan
20
21
DAFTAR PUSTAKA
[4] Tanpa nama. 2018. Material Teknik Pengujian Impak. . [terhubung berkala]
21
22
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN
22
23
𝐸 80 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
𝐻𝐼 = = 2
= 1 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒/𝑚𝑚2
𝐴 80 𝑚𝑚
𝐸 86 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
𝐻𝐼 = = = 1.025 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒/𝑚𝑚2
𝐴 80 𝑚𝑚2
𝐸 125 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
𝐻𝐼 = = = 1.5625 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒/𝑚𝑚2
𝐴 80 𝑚𝑚2
23
24
LAMPIRAN B
24
25
1. Ketangguhan adalah jumlah energi yang diserap material sampai terjadi patah,
yang dinyatakan dalam Joule. Energi yang diserap digunakan untuk berdeformasi,
menyebabkan bahan menjadi patah. Kekuatan ini ada beberapa macam, tergantung
pada jenis beban yang bekerja atau mengenainya. Contoh kekuatan tarik, kekuatan
geser, kekuatan tekan, kekuatan torsi, dan kekuatan lengkung. Kekerasan adalah
ukuran ketahanan suatu material terhadap deformasi plastis lokal. Nilai kekerasan
sedangkan pada tempat lain bisa jadi kekerasan suatu material berbeda dengan tempat
yang lainnya. Tetapi nilai kekerasan suatu material adalah homogen dan belum
dapat merubah suatu specimen dari getas menjadi ulet ataupun sebaliknya
25
26
4.
temperatur pada saat material bersifat 100% ductile menuju brittle. Suhu
b. Kriteria kedua adalah T2 yaitu temperatur transisi ada pada titik dimana
5. Takik tipe A (V notch) Takik tipe ini memiliki satu sudut sehingga takik ini
merupakan jenis takik yang paling efektif untuk melakukan uji impak.
26
27
Takik tipe B (key hole) Takik ini memiliki bentuk seperti lubang kunci. Takik tipe C
27
28
LAMPIRAN C
28
29
Gambar C.1 Specimen Gambar C.2 Alat Charpy Gambar C.3 Penjepit
Gambar C.4 Sarung Tangan Gambar C.5 Piala Gelas Gambar C.6 Penggaris
29
30
LAMPIRAN D
BLANKO PERCOBAAN
30