Anda di halaman 1dari 71

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN NILAI

MODUL CLINICAL REASONING I PADA MAHASISWA


PENDIDIKAN DOKTER UIN SYARIF HIDAYATULLAH
ANGKATAN 2013

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Rhandy Septianto

NIM : 1111103000051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435H / 2014M
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan penelitian ini dengan judul ―Hubungan antara Tingkat
Depresi Dengan Nilai Modul Clinical Reasoning I Pada Mahasiswa Pendidikan
Dokter UIN Syarif Hidayatullah Angkatan 2014‖. Dalam pelaksanaan penulisan
hasil penelitian ini, peneliti telah banyak memperoleh bimbingan dan pengarahan
daripada pelbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And, dr. HM. Djauhari
Widjajakusumah, AIF.,PFK, Dr. H. Arief Sumantri, SKM, M.Kes, dan Dr.
Delina Hasan, M.Kes, Apt selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. dr.Witri Ardhini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter.
3. dr. Ahmad Azwar Habibie, M. Biomed, dan dr. Marita Fadhillah, Ph. D
selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga,
dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyusunan penelitian ini.
4. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggungjawab modul Riset yang selalu
mengingatkan peneliti untuk segera menyelesaikan penelitian.
5. Mahasiswa PSPD 2014 yang secara turut aktif membantu dalam pengerjaan
Penelitian ini, yang telah meluangkan waktu nya untuk membantu dalam
pengisian kuesioner Penelitian ini.
6. Ayah dan Ibu, dan keluarga saya yang telah memberikan doa, saran dan
dorongan baik moril maupun materiil
7. Kepada teman sekelompok penulis Faizal Rachmadi dan Leily Badrya yang
telah membantu memberikan masukan kepada penulis.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga penelitian ini
dapat terselesaikan.

v
Akhir kata, peneliti bersedia menerima saran dan kritik yang membangun untuk
penyempurnaan penulisan hasil penelitian ini.

Ciputat, 12 September 2014

Rhandy Septianto

vi
ABSTRAK

Rhandy Septianto. Hubungan antar Tingkat Depresi dengan Nilai Modul


Clinical Reasoning I pada Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013

Depresi merupakan salah satu masalah gangguan psikologis terbesar pada


Mahasiswa. Setiap tahunnya meningkat, bahkan di prediksi akan menjadi
masalah utama dalam kesehatan jiwa. Dimana masalah tersebut akan
menimbulkan banyak efek dalam berbagai hal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan nilai Modul Clinical
Reasoning I. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif analitik dengan
desain cross sectional pengumpulan data dilakukan di Kampus Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (
FKIK UIN ), dan data diambil dengan metode consecutive sampling. L-MMPI (
Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory ) untuk menilai validitas
responden, dan untuk menilai tingkat depresi dengan kuesioner BDI (Beck
Depression Inventory), lalu Nilai Modul Clinical Reasoning I diperoleh dari
Medical Education Unit ( MEU ) Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah. Dari 89 mahasiswa termasuk kriteria inklusi sebanyak 49
responden.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah depresi lebih banyak pada
wanita dengan jumlah 17 responden, dan pada laki laki 9 responden. Untuk
tingkatan depresi paling banyak berada pada tingkatan depresi ringan dengan 19
responden (38,8%), dan untuk tingkatan depresi sedang, dan depresi berat
sejumlah 5 responden (10,2%). Analisis bivariat antara tingkatan depresi dengan
nilai modul tidak ditemukan ada nya korelasi signifikan karena nilai p=0,4995
(p<0,05). Kesimpulan, bahwa tingkat depresi lebih banyak ditemukan pada
wanita, dan tidak ada hubungan antara tingkat depresi dengan nilai pada
Mahasiswa Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013

Kata kunci : Depresi, Jenis Kelamin, Nilai Modul Clinical Reasoning I.

vii
ABSTRACT

Rhandy Septianto. Relationship between Depression Level with Score of


Clinical Reasoning Module I in the Medical Student UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Class 2013

Depression is one of the biggest problems on student psychological


disorders. Each year increased, even in the predictions will become a major issue
in mental health. Where the problem will cause a lot of effects in a variety of
ways. This study aims to determine the relationship between levels of depression
with the score of Clinical Reasoning Module I. This research was conducted by
the method of descriptive analytic cross sectional design of the data collection is
done at the Faculty of Medicine and Health Sciences Syarif Hidayatullah State
Islamic University (FKIK UIN), and the data retrieved with a consecutive
sampling method. L-MMPI (Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory) to
assess the validity of the respondent, and to assess the level of depression with the
BDI (Beck Depression Inventory) questionnaire, and score of Clinical Reasoning
Module I obtained from the MEU (Medical Education Unit) Medical Education
Program of UIN Syarif Hidayatullah. Of the 89 students, including the inclusion
criteria were 49 respondents.
The results showed that the depression is more common in females with 17
respondents, and in men 9 respondents. For most levels of depression at the level
of mild depression with 19 respondents (38.8%), and for levels of depression are,
and severe depression number five respondents (10.2%). Bivariate analysis
between levels of depression with the value of the module is not found no
significant correlation because its p-value = 0.4995 (p <0.05). Conclusion, that
the rate of depression is more common in women, and there is no relationship
between the level of depression with score of Clinical Reasoning Module I on
Medical Students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Class 2013.

Keywords: Depression level, Gender, Grade Value Module I. Clinical Reasoning

viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1.4. Hipotesis .......................................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Landasan Teori
2.1.1. Depresi ................................................................................ 6
2.1.1.1. Pengertian Depresi ................................................. 6
2.1.1.2. Epidemiologi tumor payudara ................................ 7
2.1.1.3. Gejala Depresi ....................................................... 8
2.1.1.4 Etiologi Depresi ..................................................... 9
2.1.1.5. Klasifikasi Depresi ................................................. 12
2.1.1.6. Faktor Resiko Depresi ........................................... 13
2.1.1.7. Faktor Pencetus Depresi pada Mahasiswa ............. 13
2.1.1.8. Diagnosis ............................................................... 17
2.1.1.9. Penatalaksanaan Depresi ....................................... 20
2.1.2. Modul Clinical Reasoning I ................................................ 23
2.1.2.1. Tujuan Pembelajaran ............................................. 24
2.1.2.2. Sasaran Pembelajaran ............................................ 24
2.1.2.3. Metode Pembelajaran ............................................ 25
2.1.2.4. Evaluasi Hasil Pembelajaran ................................. 26
2.2. Kerangka Teori ............................................................................... 27

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian ............................................................................... 28
3.2. Lokasi dan waktu penelitian ........................................................... 28
3.3. Subjek Penelitian ............................................................................ 28
3.4. Teknik Sampling ............................................................................. 28
3.5. Kriteria Sample ................................................................................ 28
3.6. Variabel Penelitian .......................................................................... 29
3.7. Definisi Operasional Variabel ........................................................ 29
3.8. Desain Analisis Data ....................................................................... 30
3.9. Instrumen Penelitian ....................................................................... 30

ix
3.10. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data .................................. 30
3.11. Skema Penelitian .......................................................................... 30

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Persiapan Penelitian. ..................................................................... 32
4.2. Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 33
4.3. Hasil Penelitian ............................................................................. 33
4.3.1. Analisis Data Penelitian ...................................................... 33
4.3.2. Demografi Penelitian........................................................... 33
4.3.3. Analisis Skor Kuesioner BDI. ............................................. 34
4.3.4. Analisis Kuesioner BDI Prioritas ........................................ 36
4.3.5. Analisis Kuesioner BDI ...................................................... 36
4.3.6. Analisis Nilai Modul Clinical Reasoning I ......................... 39
4.3.7. Analisis Bivariat .................................................................. 40
4.4. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 43

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN


5.1. Simpulan ......................................................................................... 44
5.2. Saran ............................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 45


LAMPIRAN ................................................................................................... 50

x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Bobot Penilaian Modul ............................................................. 26
Tabel 2.2. Kategori Penilaian Mahasiswa ................................................. 26
Tabel 4.1. Analisis Validitas Responden ................................................... 33
Tabel 4.2. Distribusi berdasarkan Jenis Kelamin ...................................... 33
Tabel 4.3. Distribusi Berdasarkan Usia Responden ................................. 34
Tabel 4.4. Distribusi berdasarkan Skor Kuesioner BDI ........................... 34
Tabel 4.5. Distribusi berdasarkan Kategori Tingkatan Depresi ............... 35
Tabel 4.6. Distribusi berdasarkan Poin BDI Prioritas ............................... 36
Tabel 4.7. Distribusi Berdasarkan Poin 1 Kuesioner BDI ......................... 37
Tabel 4.8. Distribusi Berdasarkan Poin 16 Kuesioner BDI ....................... 37
Tabel 4.9. Distribusi Berdasarkan Poin 20 Kuesioner BDI ....................... 38
Tabel 4.10. Distribusi Berdasarkan Nilai Modul Clinical Reasoning I ...... 38
Tabel 4.11. Analisis Nilai Modul Clinical Reasoning I ............................ 39
Tabel 4.12. Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin...................................... 40
Tabel 4.13. Uji Normalitas Data .................................................................. 40
Tabel 4.14. Uji Normalitas Transformasi .................................................... 41
Tabel 4.15. Analisis Tingkat Depresi terhadap Nilai Modul ...................... 41

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar riwayat hidup .............................................................. 50
Lampiran 2 Lembar Kuesioner ................................................................. 51
Lampiran 3 Surat Permohonan Nilai Modul Clinical Reasoning .............. 59

DAFTAR SINGKATAN
MEU Medical Education Unit
STP Satuan Tim Pelaksana
L-MMPI Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory
BDI Beck Depression Inventory
FKIK Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
PSPD Program Studi Pendidikan Dokter
UIN Universitas Islam Negeri
MAO Mono Amino Oxide
WHO World Health Organization
IPK Indeks Prestasi Kumulatif

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Depresi merupakan kelainan kejiwaan yang paling banyak ditemukan
dalam masyarakat. Depresi merupakan kelainan mood yang berupa
munculnya perasaan sedih. Setiap orang dapat mengalami depresi, segala
macam usia dapat mengalami hal tersebut. Secara gender pada wanita lebih
banyak ditemukan adanya depresi dibandingkan pada pria, kemudian tekanan
sosio-ekonomi turut mempunyai andil dalam munculnya depresi, tak
terkecuali para mahasiswa yang dapat mengalami depresi selama masa
perkuliahan mereka. Pada mahasiswa yang mengalami depresi mempunyai
dampak yang buruk untuk pencapaian hasil belajar karena mempengaruhi
tingkat konsentrasi dalam belajar.1
Depresi merupakan gangguan yang terjadi pada kejiwaan yang
meliputi alam perasaan, yang menimbulkan gejala seperti kemurungan, sulit
berhubungan dengan orang lain, kekecewaan yang mendalam, rasa putus asa,
dan perasaan ingin bunuh diri.2
Depresi muncul tidak disebabkan karena satu hal, namun dapat
disebabkan karena berbagai macam faktor. Faktor resiko yang dapat muncul
pada seseorang seperti bawaan genetik, maupun gangguan keadaan sosial
yang dapat mempengaruhi munculnya depresi pada anak.3
Depresi dapat disebabkan karena faktor biologis seperti adanya
gangguan pada neutransmitter – neurotransmitter monoamine, seperti :
norephinefrin, serotonin, dopamin, dan histamin yag merupakan titik fokus
munculnya depresi pada seseorang.4
Secara genetik, pada orang tua yang mengalami depresi pada
umumnya anak juga akan mengalami depresi serupa seperti yang dialami oleh
orang tua mereka. Dimana pada orang tua yang memiliki gejala – gejala
kelainan mood 10%-25% anak mereka mengalami gangguan mood, salah satu
contohnya adalah depresi.4

1
2

Organisasi kesehatan dunia WHO menyatakan bahwa prevalensi kejadian


depresi di dunia adalah sekitar 3%. Namun, penelitian yang dilakukan di
Eropa dan Amerika Serikat menyatakan bahwa laki laki yang mengalami
depresi dalam hidupnya adalah sekitar 5-12%, sedangkan pada wanita yang
mengalami depresi dalam hidupnya sekitar 9- 26%. Tahun 2020, WHO
memprediksi bahwa depresi akan menjadi penyakit kedua terbesar di dunia di
bawah penyakit tentang kardiovaskular.5
Data yang dikemukakan oleh Christensen prevalensi pada penderita
depresi seumur hidup secara epidemiologi adalah pada pria 7-12%,
sedangkan pada wanita 20-25%. Penjelasan lebih lanjut mengenai perbedaan
angka tersebut belum dapat dijelaskan lebih lanjut, namun faktor yang banyak
mempengaruhi adalah faktor psiko-sosial, dan faktor biologi banyak
berpengaruh. Pada tingkat pelayanan primer ditemukan 5-10% angka
prevalensi dari depresi.6
Pada tahun 2009, American College Health Association - National
College Health Assessment (ACHA - NCHA), pada dua dan empat lembaga
menyatakan bahwa sekitar 30% pada mahasiswa merasa depresi, sehingga
sulit melakukan fungsi normalnya secara maksimal, hal ini menyimpulkan
bahwa bahwa depresi mampu menurunkan performa dalam bidang
akademik.1
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dirilis pada
tahun 2007 bahwa keadaan gangguan mental emosional, seperti : gangguan
kecemasan, dan juga depresi jumlahnya adalah 11,6% dari total populasi
orang dewasa.7
Depresi merupakan hal yang sangat rentan terjadi pada mahasiswa.
Stressor psikososial adalah setiap keadaan dimana muncul perubahan dalam
hidup kemudian menimbulkan proses adaptasi dari seseorang tersebut untuk
menanggulangi stressor tersebut. Perubahan lingkungan belajar merupakan
salah satu yang menjadi pencetus depresi pada mahasiswa. Akhirnya
didapatkan kesimpulan bahwa kecerdasan bukanlah satu satu nya hal dalam
menentukan sukses atau tidak nya sesorang dalam belajar, namun ketenangan
jiwa juga berpengaruh dalam menentukan kesuksesan tersebut.8
3

Pada mahasiswa, angka kejadian depresi banyak muncul pada


mahasiswa angkatan pertama dibandingkan angkatan yang lebih senior. Hal
ini dikarenakan, tinggal jauh dari orang tua, hal ini banyak dialami oleh
mahasiswa perantauan yang kuliah jauh dari kampung halaman mereka,
kemudian merindukan teman – teman mereka saat di tempat asal mereka,
namun penyebab yang paling banyak adalah mengahadapi kehidupan,
lingkungan, dan pergaulan yang baru serta kemampuan mereka dalam
beradaptasi dengan lingkungan mereka.1
Mahasiswa Kedokteran merupakan mahasiswa dengan tingkat depresi
lebih tinggi dibanding mahasiswa lain nya.5
Penelitian yang dilakukan di Universitas Atma Jaya pada Angkatan
2007 mahasiswa Fakultas Kedokteran bahwa pada 126 mahasiswa yang turut
serta dalam penelitian tersebut bahwa ditemukan pada 82 responden (65,1%)
dalam keadaan tak depresi, kemudian yang mengalami depresi ringan sebesar
36 responden (28,6%), dan ditemukan 8 responden (6,3%) mengalami depresi
sedang, sedangkan pada keadaan mahasiswa yang mengalami depresi berat
tidak ditemukan dalam penelitian tersebut.5
Sindrom depresi setelah dilakukan pengkajian ternyata
mempengaruhi proses belajar pada remaja. Dalam hasil penelitian tersebut
dikatakan bahwa depresi mempengaruhi proses belajar pada remaja yang
mana akan mempengaruhi hasil pembelajaran. Faktor gender juga memainkan
peran dimana remaja wanita mempunyai faktor moderasi hubungan antara
depresi dan kesulitan belajar.9
Pada penelitian yang dilakukan oleh Eric Chan, et al (2008)
menyatakan bahwa ada hubungan antara depresi dengan hasil belajar, bahwa
pada anak memiliki angka gejala depresi yang tinggi memiliki nilai belajar
yang rendah. Kemudian depresi juga menimbulkan hasil kinerja yang buruk
pada anak yang mengalami depresi.10
Namun, penelitian yang dilakukan di Universitas Syiahkuala,
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara gejala depresi dengan prestasi
belajar dengan tolak ukur IPK yang diraih oleh mahasiswa, tingkat depresi
lebih tinggi ditemukan pada mahasiswa non eksakta disbanding mahasiswa
4

eksakta. Gejala depresi pada mahasiswa umumnya adalah gejala depresi


sedang dan ringan, namun tidak ada kaitannya dengan nilai IPK.11
Dalam penelitian ini, peneliti memiliki ketertarikan untuk mencari
hubungan antara tingkat depresi dengan Nilai Modul Clinical Reasoning I
mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2013, hal
ini dikarenakan modul tersebut merupakan metode pembelajaran yang beru
pada mahasiswa, dan dikarenakan angkatan pertama lebih memiliki
kecenderungan untuk depresi lebih tinggi, dan pelaksanaan kegiatan
dilakukan pada tahun 2014.
1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara tingkat depresi dengan nilai akhir Modul Clinical
Reasoning I depresi pada Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah angkatan 2013?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat depresi dengan
nilai akhir Modul Clinical Reasoning I Mahasiswa Pendidikan Dokter
UIN Syarif Hidayatullah Angkatan 2013

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui tingkat depresi pada Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN
Syarif Hidayatullah angkatan 2013.
b. Mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan nilai akhir
Modul Clinical Reasoning I pada Mahasiswa Pendidikan Dokter
UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2013.
1.4 Hipotesis
Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter yang mempunyai tingkat depresi yang
tinggi memiliki kecenderungan mendapatkan nilai akhir Modul Clinical
Reasoning I yang rendah.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Peneliti.
5

Manfaat untuk peneliti dalam hal ini adalah untuk menambah


ilmu pengetahuan mengenai melakukan penelitian, guna
mengamalkan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi terdapat poin
Penelitian.
Kemudian di lain sisi manfaat penelitian ini untuk peneliti
adalah untuk meraih Sarjana Kedokteran dimana syarat untuk
memperoleh hal tersebut Mahasiswa diwajibkan untuk melakukan
penelitian.
1.5.2. Bagi Mahasiswa Kedokteran.
Manfaat penelitian ini untuk Mahasiswa Kedokteran itu sendiri
ialah membantu untuk mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal,
dimana sejauh ini tingkat keberhasilan belajar dinilai dari Indeks
Prestasi Kumulatif nilai Modul
Penelitian ini membantu untuk mengetahui bagaimana kaitan
depresi dengan Nilai Modul Clinical Reasoning I pada Mahasiswa
PSPD 2014, guna untuk meraih hasil belajar yang maksimal.
1.5.3. Bagi Institusi.
Manfaat penelitian ini untuk Universitas Islam Negeri Syarief
Hidayatullah Jakarta yang pertama untuk membuka cakrawala dalam
mewujudkan proses pembelajaran yang baik guna meraih hasil
pembelajaran yang baik. Dimana sejauh ini hasil pembelajaran yang
baik dalam suatu proses pembelajaran adalah melalui Nilai Akhir
Modul.
1.5.4. Bagi Masyarakat.
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi
tentang bagaimana menjaga keadaan psikologis yang baik untuk
meraih hasil pembelajaran yang baik, informasi yang akan diberikan
akan berguna untuk : mahasiswa kedokteran, masyarakat yang akan
menempuh pendidikan dalam dunia kedokteran.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Teori


2.1.1. Depresi
2.1.1.1. Pengertian.
Depresi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
gangguan alam perasaan, yaitu gangguan suasana hati dan mood,
dan biasanya ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, tak
mempunyai gairah, merasa tak berharga, dan terkadang dirinya tak
mempunyai harapan, kemudian dalam pemikirannya selalu
berpusat pada kesalahan dirinya, dan merasa dirinya tak
mempunyai harapan dan pikiran untuk bunuh diri. Banyak
penderita depresi ini mengalami perubahan minat dalam
12
penampilan diri dan aktivitas dalam kehidupan sehari hari.
Depresi merupakan kelainan afek dan kelainan emosi.
Kelainan afek merupakan kelainan yang menyangkut perasaan
senang maupun tidak senang, dan mempengaruhi pada pikiran,
berlangsung cukup lama, dan kurang terkait pada proses biologis.
Sedangkan emosi adalah kelainan afek yang muncul, dan
mempunyai kaitan kaitan biologis (ketakutan, depresi, dan
kegembiraan). Kelainan emosi, dan afek merupakan saling
mempengaruhi keduanya, dan mempengaruhi keadaan psikologis
seseorang.13
Keadaan depresi itu sendiri dapat muncul pada situasi yang
normal pada seseorang dan merupakan perjalanan menuju
kematangan dari emosi, sehingga depresi dapat diartikan sebagai
berikut :
a. Pada keadaan normal keadaan ini adalah kelainan
kemurungan, perasaan yang tak sesuai kegiatan, menurunnya
aktivitas, dan adanya pesimisme pada situasi yang akan
dialami.

6
7

b. Pada keadaan patologis, adalah keadaan ketidakmauan yang


sangat ekstrim untuk melakukan reaksi atas rangsangan yang
ada, diikuti dengan menurunnya nilai diri, delusi akan
ketidakpuasan, ketidakmampuan, dan perasaan putus asa.14
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan
depresi adalah keadaan dimana seseorang mengalami perubahan
dalam mood nya, yang dapat menimbulkan perasaan sedih, dan
penurunan dalam gairah untuk melaksanakan aktivitas sehari hari.
2.1.1.2. Epidemiologi
Depresi merupakan masalah yang cukup banyak dalam praktik
klinik sehari-hari. Lembaga WHO menyatakan bahwa penyakit
depresi ini merupakan penyakit dengan urutan keempat pada tahun
2000.15
Angka epidemiologi depresi di Indonesia yaitu sekitar 17-
27%,, dibandingkan dengan angka epidemiologi di dunia adalah 5-
10% dalam tiap tahunnya, sedangkan life time prevalence dapat
mencapai dua kali lipatnya. Data yang disampaikan WHO bahwa
depresi akan menjadi beban global penyakit kedua pada tahun
2020, dan akan menjadi urutan penyakit kedua setelah penyakit
jantung. Pada tahun 1990 dilakukan survey pada 14 negara
dinyatakan bahwa depresi merupakan masalah kesehatan dengan
peringkat keempat terbesar di dunia dan akan menimbulkan beban
sosial.16
Penelitian yang dilakukan oleh American College Health
Association-National College Health Assesment (ACHA-NCHA)
pada tahun 2009 dengan koresponden para mahasiswa
menyimpulkan bahwa sekitar 30% bahwa mahasiswa mengalami
gangguan depresi.1
Pada saat pubertas, maka angka prevalensi akan meningkat
sekitar dua sampai empat kali lipat, dan perbandingan gender 1:1
sama pada pria dan juga wanita, kemudian pada wanita akan
meningkat setelah masa pubertas, dengan usia rata rata mengalami
depresi sekitar 25-44 tahun, dengan puncak pada saat kehamilan,
8

faktor yang banyak mempengaruhi ini adalah faktor keluarga, dan


faktor pekerjaan, selain itu dimungkinkan karena pada wanita
memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi, dapat muncul
depresi karena ditinggal oleh pasangan hidup.17
Pada penelitian yang lain ditemukan bahwa 14% dari 701
mahasiswa yang dilakukan pemeriksaan di Universitas Boston
menyatakan bahwa para mahasiswa mengalami gangguan depresi dan
sebagian dari mereka mempunyai potensi untuk mengalami depresi
mayor.17
Pada kondisi saat ini, depresi itu sendiri menempati urutan
kedua dalam penyakit terbanyak pada kelompok usia 15-44 tahun, hal
ini dikarenakan tekanan pada usia tersebut sangat banyak, sehingga
banyak menimbulkan depresi.15 Pada tahun 2020, diperkirakan depresi
ini akan menempati urutan kedua dalam penyakit terbanyak didunia.15

2.1.1.3. Gejala Depresi


Gejala depresi dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu gejala
afektif, gejala somatik, dan juga gejala kognitif.
2.1.1.3.1. Gejala Afektif :
1. Jiwa yang tertekan.
2. Perasaan benci (bitterness).
3. Perasaan kesal atau patah hati (dejection)
4. Perasaan kesepian (loneliness)
5. Penyangkalan atas apa yang dirasakan.
6. Kesedihan.
7. Menangis.
8. Murung.
9. Patah semangat (depodency)
10. Perasaan tak berdaya.
11. Apatis.
12. Harga diri rendah (low self-esteem).20
2.1.1.3.2. Gejala Kognitif :
1. Berfikir tentang tak berdayaan.
9

2. Menyalahkan diri sendiri.


3. Hilangya minat, dan motivasi dalam diri.
4. Hilangnya kesenangan dalam bekerja.
5. Pemikiran merusak diri sendiri (self destructive thought).
6. Perasaan tak menentu.20
2.1.1.3.3. Gejala Somatik :
1. Hilangnya semangat.
2. Tak adanya nafsu makan.
3. Gangguan dalam pola tidur.
4. Adanya kelelahan.20
2.1.1.3.4. Perubahan Fisiologi :
1. Nyeri Abdomen.
2. Sakit Punggung.
3. Nyeri Dada.
4. Ketidakmampuan mencerna (Indigestion).
5. Insomnia.
6. Perubahan menstruasi mual.
7. Tak responsif pada seksual.
8. Impoten.20
Dalam penelitian lain dikatakan bahwa secara umum
gejala dari depresi mayor adalah berupa jiwa yang mengalami
tekanan, kesedihan berkepanjangan, gangguan psikomotorik,
kehilangan kesenangan dalam pekerjaan, kehilangan
konsentrasi dalam bekerja, gangguan pola tidur, selalu
memikirkan tentang kematian, dan melakukan percobaan
bunuh diri.21

2.1.1.4. Etiologi Depresi.


2.1.1.4.1. Faktor Genetik.
Studi genetik menyatakan bahwa, sekitar 40% depresi
dapat diturunkan, dan sekitar 60% lainnya karena faktor
individu dan keadaan lingkungan lainnya. Depresi memang
10

tidak akan terjadi tanpa ada sebuah peristiwa dalam kehidupan,


namun pengembangan dalam terjadinya depresi sangat
ditentukan secara genetik, namun untuk melakukan identifikasi
kontribusi gen tertentu sulit untuk diidentifikasi.22

Meskipun peranan genetik sangat kompleks dalam


menimbulkan depresi, dharapkan kedepannya perkembangan
genetik menjadi lebih maju dibanding saat ini.22

2.1.1.4.2. Teori Biologis.


Pada beberapa penelitian yang dilakukan banyak
gangguan biologis yang terjadi pada pasien dengan depresi.
Pada penelitian akhir-akhir ini, monoamine neurotransmitter
seperti norephinefrin, dopamin, serotonin, dan histamin
merupakan teori utama yang menyebabkan gangguan mood.4
2.1.1.4.3. Biogenik Amin.
Pada pasien dengan gangguan mood neurotransmitter yang
mengalami gangguan umumnya adalah neurotransmitter
4
norephinefrin, dan pada serotonin.
2.1.1.4.4. Teori Serotonin.
Pada pasien yang mengalami gangguan depresi banyak
ditemukan bahwa kadar serotonin yang ada pada cairan
serebrospinal mengalami penurunan, dan banyak menimbulkan
perasaan ingin bunuh diri pada penderita.4
Pada pasien yang mengalami depresi bila diberikan obat
obatan serotonergic banyak menimbulkan perbaikan, hal ini
menyatakan bahwa pada pasien yang mengalami depresi
mempunyai kaitan dengan hormon serotonin.23
2.1.1.4.5. Gangguan Neurotransmitter lainnya.
Pada korteks serebri banyak ditemukan adanya
neurotransmitter Ach yang distribusinya tersebar merata dan
menyeluruh. Pada neuron-neuron yang bersifat kolinergik
terdapat hubungan yang interaktif terhadap semua sistem yang
mengatur monoamine neurotransmitter. Kadar choline yang
11

abnormal yang dimana merupakan prekursor untuk


pembentukan Ach ditemukan abnormal pada pasien-pasien yang
menderita gangguan depresi.4
2.1.1.4.6. Faktor Neuroendokrin.
Gangguan pada hormon telah banyak dilakukan
penelitian banyak mempunyai kaitan dengan kejadian depresi,
maupun gangguan mood lainnya. Gangguan sistem hormon akan
mempengaruhi fungsi dasar, seperti :
1. Gangguan tidur
2. Gangguan makan
3. Gangguan seksual
4. Kesulitan dalam mengungkapkan perasaan senang
Komponen neuroendokrin yang paling banyak
menimbulkan kelainan adalah :
1. Hipothalamus
2. Pituitary Gland
3. Adrenal Gland.4
2.1.1.4.7. Kelainan Cerebral.
Area pada otak yang umumnya menimbulkan kelainan
pada depresi maupun pada gagguan mood lainnya :
1. Korteks prefrontal
2. Hippocampus
3. Korteks cingulate anterior
4. Amygdala
Adanya reduksi pada proses metabolik yaitu adanya
penurunan volume pada gray matter pada bagian prefrontal kiri
banyak menimbulkan gangguan berat pada depresi maupun
gangguan bipolar. Pemeriksaan yang dilakukan untuk
memeriksa adanya kelainan cerebral :
1. Computerized Tomography Scan (CT-Scan).
2. Positron-emission Tomography (PET).
3. Magnetic Resonance Imaging ( MRI ).4
12

2.1.1.5. Klasifikasi Depresi.


Menurut Gejalanya, depresi dibagi menjadi :
2.1.1.5.1. Gangguan depresi mayor
Muncul perubahan perubahan pada gejala dibawah ini
dan berlangsung kurang lebih dari 2 minggu :
1. Nafsu makan.
2. Perubahan berat badan.
3. Perubahan aktivitas.
4. Kekurangan energi.
5. Perasaan bersalah.
6. Pikiran untuk melakukan bunuh diri.4
2.1.1.5.2. Gangguan dysthmic.
Pada gangguan depresi tipe disthmia ini adalah
kumpulan kumpulan dari gejala mayor yang telah berlangsung
sangat lama, yaitu selama 2 tahun, pada gangguan tipe ini
umunya muncul lebih berat dibandingkan gangguan depresi
mayor. Namun, pada penderita gangguan depresi disthmia masih
mampu untuk berkomunikasi dengan lingkunganya.1
2.1.1.5.3. Gangguan depresi minor.
Pada gangguan depresi tipe ini mempunyai kumpulan
kumpulan gejala yang mirip dengan gangguan depresi mayor
maupun gangguan depresi disthmia, namun hanya berlangsung
singkat.1
2.1.1.5.4. Gangguan depresi psikotik.
Pada gangguan depresi tipe ini mempunyai gejala yang
sama dengan gangguan depresi mayor dan gangguan depresi
disthmia, namun mempunyai gejala tambahan berupa :
Halusinasi, Delusi.1
2.1.1.5.5. Depresi musiman.
Keadaan depresi pada tipe ini umumnya mempunyai
keterkaitan dengan adanya musim yang sedang dialami oleh
penderita, misalnya seseorang yang mengalami depresi pada
13

saat musim dingin, dan akan menghilang pada musim semi


maupun pada musim panas.4
2.1.1.6. Faktor Resiko Depresi.
2.1.1.6.1. Dampak Peristiwa dalam kehidupan.
Pengaruh adanya stress kronik, dan dampak yang
dimunculkan dari kejadian dalam kehidupan pada terjadinya
depresi telah menjadi banyak subjek penelitian, bahwa
peristiwa dalam kehidupan banyak menimbulkan.24
Kejadian dalam kehidupan yang terlalu banyak sebelum
terjadinya onset depresi, sangat memungkinkan munculnya
depresi, kejadian tersebut merupakan kejadian yang tak
diinginkan oleh seseorang tersebut.24
2.1.1.6.2. Jenis Kelamin.
Secara epidemiologi ditemukan bahwa angka kejadian
depresi lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding pada
pria. Banyak pendapat yang dikemukakan, yang pertama
adalah kaitan dengan siklus hormonal, bahwa pada wanita
kadar hormon cenderung lebih fluktuatif, selain itu faktor
psikososial juga memegang peranan dalam munculnya
depresi.4
2.1.1.6.3. Faktor Sosio-ekonomi.
Belum banyak diketahui pada sesorang yang mengalami
depresi dengan kaitanya dengan faktor sosio-ekonomi, namun
pada gangguan bipolar I sangat mempunyai kaitan dengan
sosio-ekonomi yang rendah.4
2.1.1.7. Faktor pencetus Depresi pada Mahasiswa Kedokteran.
Pada penelitian yang dilakukan di Universitas Maranatha
pada tahun 2009 menyimpulkan bahwa faktor yang menimbulkan
depresi pada mahasiswa adalah besarnya tuntutan dari keluarga
ketika mereka lulus menjadi dokter nanti, dan faktor suasana hati
dari masing masing pribadi yang berubah ubah.25
14

Pada awal masuk kuliah kedokteran, mahasiswa kedokteran


mempunyai status kesehatan metal yang sama dengan rekan rekan
nya yang kuliah non-kedokteran. Sekolah dalam dunia kedokteran
mempunyai tujuan untuk memberikan pelatihan medis untuk
meningkatkan kemampuan dalam bidang kesehatan, dan
mempersiapkan diri untuk berkarir, dan profesi yang dipandang
baik dalam lingkungan sosial. Hal ini menimbulkan spekulasi
bahwa mahasiswa kedokteran akan tumbuh dengan kesehatan
mental yang baik. Namun, hal yan terjadi adalah sebaliknya,
dengan berbagai studi menyatakan bahwa mental mahasiswa
kedokteran selama menjalani pendidikan kesehatan mental mereka
memburuk.26
Survey yang dilakukan di AS, dan luar negeri menyatakan
bahwa pada mahasiswa kedokteran teridentifikasi frekuensi tinggi
depresi, dan kesehatan mental lainnya. Pada mahasiswa kedokteran
lebih dari sepertiga mahasiswa kedokteran tahun pertama memiliki
kesehatan mental yang buruk.27
Pada studi lain menyatakan bahwa pada General Health
Questionnare menyatakan bahwa pada tahun pertama mahasiswa
kedokteran mengalami depresi meningkat dua kali lipat dari 25%
menjadi 52% , dan secara keseluruhan mahasiswa kedokteran
mengalami penurunan kesehatan status mental.28
Dalam sebuah survey yang dilakukan tahun 2002 di AS,
menyatakan bahwa pada tahun pertama mahasiswa kedokteran
29
yang mengalami depresi sekitar 24% sesuai dengan BDI ,
kemudian secara bertahap mengalami perbaikan selama tahun
ketiga dan tahun keempat masa perkuliahan.30
Meskipun tingginya angka depresi pada mahasiswa
kedokteran, namun akses pelayanan kesehatan mental pada
mahasiswa kedokteran tak lebih baik daripada populasi umum
lainnya.31 Mereka banyak mencari pusat pelayanan kesehatan
15

mental, bukan mencari dukugan dari rekan rekan mereka dan


dukungan keluarga.32,33
Namun, mahasiswa kedokteran mempunyai hambatan
dalam mendapatkan akses pelayanan kesehatan mental, antara lain :
1. Kurangnya waktu.
2. Persepsi bahaya akademik.
3. Perhatian mengenai kerahasiaan.
4. Stigma penyakit mental.
5. Biaya.29,32
2.1.1.7.1. Hal-hal yang menimbulkan potensi depresi pada Mahasiswa,
antara lain:
1. Masa Penyesuaian dengan lingkungan.
Pada mahasiswa baru mereka akan mengalami
perubahan pada pola belajar, dan juga lingkungan
pembelajaran, selain itu mereka akan jauh dari keluarga dan
merasakan rindu dengan teman lama mereka terutama untuk
mahasiswa perantauan, hal ini banyak diakui mahasiswa
akan menimbulkan depresi pada.1
Penyebab depresi lain adalah meningkatnya kinerja
belajar pada proses pembelajaran pada mahasiswa
kedokteran.1
Kemudian mereka untuk mendapatkan banyak
pengetahuan tentang ilmu pengetahuan dalam dunia
kedokteran mereka harus bergabung dalam kelompok
belajar kecil, dimana mereka dituntut untuk bersaing, hal ini
pun dapat menjadi pencetus dalam depresi.27
2. Konflik etika dengan dosen maupun teman kuliah.
Interaksi saat di dunia perkuliahan baik dengan teman
sejawat, dosen, maupun pegawai kampus lainnya bisa
mempengaruhi keadaan psikologis dari mahasiswa. Hal
yang perlu mendapatkan perhatian, bahwa depresi dan
gangguan psikologis lainnya dapat menimbulkan perilaku
16

sinis dan perilaku tidak etis yang bertentangan dari


kurikulum yang telah diajarkan.27
Dalam sebuah studi dilakukan bahwa pada
mahasiswa ketiga dan keempat menyatakan bahwa pada
98% dokter merujuk dengan cara yang tak sopan, dan 60%
diantara nya melaporkan hal tersebut.27
3. Paparan terhadap kematian,dan penderitaan yang dialami
pasien.
Sebagian besar mahasiswa melakukan perawatan
kesehatan pada pasien yang sudah mencapai tahap akhir
penyakit, dan bertahun tahun mahasiswa kedokteran
diahadapkan pada kondisi yang berkaitan dengan kematian
pada pasien. Hal yang cukup disayangkan bahwa pada
kurikulum mahasiswa hanya diberikan pembelajaran
tentang diagnosis penyakit, tidak diberikan materi
pelayanan , dan pendidikan masalah di akhir kehidupan
seseorang. Dengan adanya hal tersebut, maka mahasiswa
merasa takut, cemas, cenderung depresi untuk berinteraksi
dengan pasien yang dalam keadaan menjelang akhir
hidupnya, sehingga mahasiswa merasa canggung, khawatir
menghadapi pasien seperti ini.27
4. Pelecehan terhadap mahasiswa.
Pada mahasiswa persepsi untuk dimanfaakan maupun
dilecehkan adalah hal yang biasa diantara kalangan
mahasiswa. Mahasiswa perempuan lah yang paling banyak
mengalami pelecehan, tetapi tidak ada variasi ras yang
ditemukan dalam sebuah studi yang telah dipublikasikan,
pelecehan ini paling banyak dialami mahasiswa saat dalam
tahapan klinis. Pelecehan verbal adalah yang baling banyak
dialami oleh mahasiswa kedokteran selama menjalani
proses klinis, kemudian penyalahgunaan kelembagaan
seperti : nilai yang tidak adil, beban tugas berlebihan, tugas
17

yang belum pernah diajarkan, dan lainnya, selain itu ada


diskriminasi, pelecehan seksual, dan juga kekerasan fisik
yang menjadi masalah cukup serius.27
Pengaruh pelecehan terhadap mahasiswa adalah hal
yang serius, dari lima ratus mahasiswa kedokteran, 40%
diantaranya mengalami pelecehan, dan menurut mereka hal
tersebut mempengaruhi mereka dalam mengalami depresi
dalam menjalani pendidikan.27
5. Peristiwa penting dalam kehidupan pribadi.
Sumber permasalahan dalam keadaan psikologis pada
mahasiswa dapat disebabkan karena peristiwa tertentu yang
terkait masalah pribadi mereka. Dalam sebuah studi 1000
mahasiswa kedokteran banyak dilaporkan kejadian tersebut
berupa kematian anggota keluarga (15%), penyakit pribadi
maupun cidera (25%), maupun perubahan kesehatan yang
dialami mahasiswa dalam satu tahun terakhir (42%).27
6. Biaya pendidikan.
Biaya pendidikan dapat menimbulkan depresi pada
mahasiswa pada umumnya.4 Demikian juga yang terjadi
pada mahasiswa kedokteran, terkadang mereka menunggak
biaya pendidikan, dan bila tunggakan sudah semakin
banyak, maka akan menjadi masalah untuk mahasiswa
tersebut.27
2.1.1.8. Diagnosis.
2.1.1.8.1. Tes Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI)
Sejak tahun 1942, tes ini merupakan tes kepribadian
yang paling banyak digunakan. Uji kepribadian ini
dikembangkan oleh seorang psikolog bernama Hathaway, dan
juga seorang ahli psikiatri Mc Kinley dari Universitas
Minnesota, Minneapolis, USA.33
Pada uji ini menggunakan skala L (Lie), dimana skala ini
digunakan untuk menilai adanya unsur kesengajaan pada diri
18

subjek penelitian dalam menjawab pertanyaan pertanyaan dalam


kuesioner supaya diri mereka terlihat baik.33
Kuesioner ini digunakan untuk rentang usia mulai dari
12 tahun. Kemudian dalam penggunaannya kuesioner MMPI
yang paling memiliki popularitas yang paling tinggi adalah
MMPI-2. 34
Hingga saat ini MMPI dikembangkan untuk melakukan
diagnosis pada pasien. Kuesioner ini digunakan untuk menyaring
individu yang berusaha untuk mencoba tampil perfeksionis ataupun
tampil idealis untuk mempertahankan martabatnya. Skala L paling
banyak digunakan dibanding skala lainnya.34
Keuntungan dari penilaian dengan menggunakan kuesioner
ini adalah sangat mudah untuk digunakan , dan cepat untuk
disebarkan, dan hasilnya dapat dihitung secara cepat, dan
menggunakan biaya yang sangat murah.34
Namun yang menjadi kekurangan adalah tidak semua orang
dapat memahami semua maksud dari pertanyaan dalam kuesioner,
sedangkan untuk kontradiksi belum ditemukan penjelasan yang
pasti.34
2.1.1.8.2. Kuesioner Beck Depression Inventory (BDI)
Beck Depression Inventory (BDI) adalah instrumen yang
digunakan untuk mengukur tingkat depresi pada sesorang.
Instrumen ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Aaron T.
Beck pada tahun 1961, instrumen ini mengandung 21
pertanyaan mengenai bagaimana perasaan pasien terkait tanda
dan gejala depresi. Instrumen BDI paling banyak digunakan
dalam mengukur tingkat depresi seseorang, namun instrumen ini
hanya bisa digunakan untuk penderita depresi diatas usia 13
tahun. Pertanyaan pada BDI mengenai pertanyaan yang
berhubungan dengan depresi seperti marah, merasa putus asa,
kognisi seperti perasaan bersalah atau dihukum, serta gejala fisik
lainnya seperti kelelahan, penurunan berat badan, dan menurun
nya hasrat seksual.35
19

Instrumen BDI-II meliputi bagian yang sangat luas pada


uji validitas. Instrument ini dirancang untuk memenuhi semua
aspek depresi yang tertera dalam DSM IV.46
Pada Uji Konvergen dan Validitas diskriminatif
dinyatakan bahwa BDI II memiliki kesamaan dengan versi
terdahulunya, pada BDI IA dinyatakan bahwa BDI II dengan
BDI IA memiliki korelasi yang tinggi (0,91). 46
Instrumen BDI II mempunyai 21 item pertanyaan yang
akan menjelaskan tingkat tingkat depresi. Gejala depresi yang
akan diketahui melalui instrument BDI II ini antara lain :
1. Kesedihan
2. Pesimis
3. Kegagalan masa lalu
4. Kehilangan kesenangan
5. Perasaan bersalah
6. Perasaan dihukum
7. Ketidaksukaan terhadap diri sendiri
8. Kritikan terhadap diri
9. Keinginan bunuh diri
10. Menangis
11. Gelisah
12. Kehilangan ketertarikan
13. Sulit ambil keputusan
14. Perasaan tidak berharga
15. Kehilangan energi
16. Perubahan pola tidur
17. Sensitivitas
18. Perubahan pola makan
19. Sulit konsentrasi
20. Kelelahan
21. Hilangnya gairah seksual.36
20

Temuan awal dari BDI ini ditampilkan menjadi faktor


kognitif, afektif, dan somatik. Gejala depresi yang menjadi
bagian dari faktor kognitif antara lain:
1. Kesedihan
2. Pesimis
3. Kegagalan masa lalu
4. Perasaan bersalah
5. Perasaan dihukum
6. Ketidak sukaan terhadap diri sendiri
7. Kritikan terhadap diri sendiri
8. Keinginan bunuh diri
9. Perasaan tak berharga36
Total dari semua penilaian dengan instrument BDI
menunjukan tingkat keparahan seseorang dalam mengalami
depresi. Instrument ini memberikan hasil yang berbeda untuk
diagnosis pada populasi umum, dan diagnosis depresi klinis.
Untuk orang dengan diagnosis klinis mempunyai interpretasi
tingkatan depresi sebagai berikut :
1. 0-9, tak ada gejala depresi
2. 10-15, gejala depresi ringan
3. 16-23, gejala depresi sedang
4. 24-63, gejala depresi berat.37
2.1.1.9. Penatalaksanaan Depresi.
Pada seseorang yang mengalami depresi seharusnya
mendapat penatalasanaan segera mungkin, hal ini dikarenakan bila
seseorang yang mengalami depresi tak mendapat penatalaksanaan
secara langsung maka hal terburuk yang dialami seseorang tersebut
dapat melakukan bunuh diri.38
Salah satu penatalaksanaan dalam depresi adalah dengan
melakukan konseling. Konseling merupakan proses penyelesaian
masalah dengan proses tatap muka secara langsung yang dilakukan
oleh tenaga professional. Konseling dilakukan dengan pendekatan
21

kesehatan holistik, dimana memperhatikan enam aspek


kesejahteraan, yaitu :
1. Kesejahteraan Akademik.
2. Kesejahteraan Emosional.
3. Kesejahteraan Sosial.
4. Kesejahteraan Fisik.
5. Kesejahteraan Spiritual.
6. Kesejahteraan Okupasional.39
Pendekatan yang paling banyak dilakukan pada konseling
depresi adalah konseling tingkah laku kognitif. Pendekatan
konseling ini merupakan pendekatan konseling yang
memfokuskan pada proses mental dan efek terhadap kesehatan
mental dan juga terhadap tingkah laku seseorang. Pendekatan
konseling tipe ini juga mempunyai premis bagaimana
mempengaruhi sesorang dalam bertindak.40
Terapi lain yang digunakan untuk penderita depresi adalah
dua terapi biologis dan dua terapi psikologis, dimana terapi ini
memiliki kekurangan dan kelebihan masing masing. Terapi
biologis merupakan penatalaksanaan depresi dengan memberikan
obat terhadap penderita, dan keadaan ini memungkinkan untuk para
penderita minum obat obatan secara terus menerus, dan tidak
mennangani permasalah secara mendasar, dan gejala depresi
memungkinkan untuk muncul kembali. Ada dua cara
penatalaksanaan dalam terapi biologis, yaitu terapi obat, dan terapi
Electroconvulsive Syok (ECS). Jenis utama terapi obat pada
depresi adalah :
1. Obat trisiklik, terdiri dari : Elavil, Tofranil, Sinequan.
2. Inhibitor MAO, terdiri dari : Marplan, Nardil, Parnate.
3. Serotonin reuptake inhibitor, dengan sediaan Prozac.41
Obat yang tercantum diatas membutuhkan waktu sekitar
sepuluh hari sampai empat belas hari untuk mulai bekerja. Obat
obatan tersebut memberikan efek yang nyata pada penderita sekitar
22

65% mengalami perbaikan setelah meminum obat obatan tersebut,


dimana sisanya tidak mengalami perbaikan biasanya karena efek
samping yang dimunculkan sehingga para penderita tidak
menuntaskan pengobatan dengan obat tersebut. Kemudian terappi
biologis lainnya adalah terapi dengan menggunakan ECS, dengan
terapi ECS ini penderita yang mengalami perbaikan sebanyak
75%, namun terapi ini banyak menimbulkan kontroversi dimana
banyak menimbulkan efek samping yang cukup berbahaya, seperti:
1. Kehilangan memori.
2. Perubahan kardiovaskular.
3. Kebingungan.41
Kemudian dua terapi berikutnya adalah terapi psikologis,
dimana terapi ini dibagi menjadi dua yaitu terapi kognitif dan terapi
interpersonal. Yang pertama terapi kognitif yaitu terapi yang
dilakukan untuk mengubah pola pikir penderita depresi mengenai
kegagalan, kekalahan, kerugian, dan ketidakberdayaan.
Keberhasilan terapi ini cukup baik dengan memberikan
keberhasilan pengobatan sekitar 70%. Yang kedua, yaitu terapi
interpersonal (IPT), yaitu terapi yang mempunyai tujuan
penatalaksanaan terhadap hubungan sosial, dan memiliki
penatalaksanaan psiko-analitik jangka panjang, dimana dalam
pelaksanaannya dilakukan pertemuan sebanyak 12 sampai 16 sesi,
minimal pertemuan dilakukan sekali dalam seminggu. Dimana
dalam IPT ini pasien diminta untuk melakukan evaluasi mengenai
peran sosial yang hilang, Melakukan ekspresi atas kerugian,
mengembangkan peran sosial dalam masyarakat, membangun
dukungan sosial baru. Terapi IPT ini sangat singkat dan murah, dan
tak ada efek samping yang ditimbulkan, dan angka keberhasilan ini
cukup baik sekitar 70%.41
Namun, menurut Davison dan Naela (2001), dalam buku
Fausiah dan Widury (2005) dijelaskan bahwa pada penderita
deoresi dapat dilakukan empat hal berikut, yaitu :
23

1. Pendekatan psikodinamik.
Dalam pelaksanaan nya pendekatan ini mempunyai
tujuan untuk memperoleh hikmah dari konflik maupun
masalah yang dihadapi pasien penderita depresi, dan
mendorong untuk melepaskan kemarahan yang ada dalam diri
pasien untuk dikeluarkan. Pada akhirnya pendekatan ini
membantu pasie untuk membuka motivasi dalam diri pasien
yang tersembunyi.14
2. Pendekatan Keterampilan Sosial.
Pada pendekatan ini mempunyai tujuan untuk membantu
pasien dalam meningkatkan interaksi social nya dengan
lingkungan sekitar.14
3. Pendekatan Cognitive Behavioral.
Pada proses pendekatan ini membutuhkan seorang
konselor yang akan mencoba pasien untuk melakukan
persuasive pada pasien untuk merubah pandangannya terhadap
diri pasien itu sendiri dan peristiwa yang negative.14
4. Pendekatan Biologis.
Bentuk terapi ini yang banyak digunakan Adalah terapi
Electroconvulsive therapy (ECT). Tindakan ECT dianggap
pengobatan yang paling ampuh pada penderita depresi yang
sudah berat. Namun ada pengobatan lain, yaitu dengan obat
obatan,, antara lain : pemberian obat depresi deperti tricyclis
(imipramine, dan amitriptyline), selective serotonin reuptake
inhibitor (fluoxetine, dan sertraline), dan monoamine oxidase
inhibitor (parnate).14
2.1.2. Modul Clinical Reasoning I
Modul Clinical resoning bertujuan untuk meletakkan dasar dasar
komunikasi efektif, dan bersikap dengan baik sehingga membentuk
hubungan antara dokter-pasien dengan baik. Tujuan lainnya modul ini
adalah bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir kritis dengan
24

landasan klinis yang baik dengan membuat alur pikir dalam setiap kasus
yang telah dipelajari paa tahun pertama.
2.1.2.1. Tujuan Pembelajaran.
2.1.2.1.1. Tujuan umum :
Lulusan dokter mampu memahami dan melaksanakan
komunikasi efektif, dan membangun pola pikir kritis dalam
menganalisa suatu masalah dalam kasus.
2.1.2.1.2. Tujuan khusus :
1. Berpikir kritis dan membuat alur pikir dalam menganalisa
suatu kasus dengan mengintegrasikan ilmu dasar (biomedik),
2. Melakukan komunikasi yang baik dengan pasien, dan dengan
teman sejawat.
3. Memperoleh informasi akurat tentang pasien dan
keluarganya.
2.1.2.2. Sasaran Pembelajaran.
2.1.2.2.1. Sasaran Pembelajaran Terminal.
Mahasiswa dapat melakukan hubungan dokter-pasien
dengan baik, dan membangun pola pikir dengan baik dalam
menganalisa sebuah masalah.
2.1.2.2.2. Sasaran Pembelajaran Penunjang.
1. Area Komunikasi Efektif.
Mampu melakukan komunikasi efektif yang baik pada
pasien dan anggota keluarganya.
2. Area Keterampilan Klinis.
a. Membangun hubungan antara dokter-pasien.
b. Melakukan prosedur klinik ( prosedur septik, aseptic,
cuci tangan, penjahitan luka, pengenalan sirkumsisi ).
3. Area Etika, Moral, Medikolegal, dan Profesionalisme :
a. Memiliki rasa empati seorang dokter.
b. Mempunyai sikap professional.
c. Mempunyai sikap kritis, dan mawas diri dalam
menghadapi permasalahan.
25

2.1.2.3. Metode Pembelajaran.


2.1.2.3.1. Kuliah Interaktif.
Kuliah dilaksanakan pada kelas besar dengan
mengedepankan prinsip student centered learning di Gedung FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.1.2.3.2. Diskusi Kelompok.
Diskusi untuk membentuk pola kritis yang baik dengan
memberkan pemicu. Dalam pemicu ini diberikan dua pemicu, yang
bertujuan untuk mengintegrasikan antara fisiologis dan patologis.
2.1.2.3.3. KKD (Keterampilan Klinik Dasar) Komunikasi.
Metode pembelajaran seperti ini bertujuan untuk melakukan
komunikasi efektif dengan menggunakan pemicu.
2.1.2.3.4. Review KKD (Keterampilan Klinik Dasar).
Metode dilakukan untuk melatik kembali keterampilan klinis
pasien guna mempersiapkan diri dalam melaksanakan ujian OSCE
yang dilaksanakan pada minggu kedua modul.
2.1.2.3.5. Mandiri.
Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memberikan waktu
tambahan pada mahasiswa guna menambah wawasan mengenai
ilmu kedokteran dengan tahapan :
1. Mengkaji bahasan modul yang belum terbahas dalam
pembelajaran.
2. Mencari sumber pemblajaran guna menambah ilmu
pengetahuan sesuai tujuan modul.
3. Melaksanakan penerapan konsep yang telah dipelajari dalam
proses belajar.
2.1.2.3.6. Temu Pakar.
Metode pembelajaran dilakukan untuk memberikan umpan
balik kepada mahasiswa mengenai hasil yang telah dikerjakan.
2.1.2.4. Evaluasi hasil pembelajaran.
2.1.2.4.1. Kriteria kelulusan.
26

Dalam pelaksanaan Modul Clinical Reasoning I standar


kelulusan nya nilai ≥60.
2.1.2.4.2. Bobot Nilai.
Tabel 2.1. Bobot Penilaian Modul
Evaluasi Pembobotan
Observasi DK 15%
Observasi Pleno 5%
KKD Komunikasi 10%
Ujian Tulis Refleksi 10%
Ujian OSCE 20%
Ujian SOCA 40%

2.1.2.4.3. Kategori Nilai.


Tabel 2.2. Kategori Penilaian Mahasiswa
Kategori Nilai
A 80-100
B 70-79
C 60-69
D 50-59
E <50
27

2.2. Kerangka Teori

Faktor Risiko

Dampak Peristiwa Kehidupan Jenis Kelamin Faktor Sosio-ekonomi

Penyesuaian lingkungan

pendidikan

Konflik etika di lingkungan Nilai Modul


Tingkat Depresi
pendidikan pada mahasiswa Clinical Reasoning

Penderitaan yang dialami

Pelecehan Mahasiswa

Alat Ukur
Peristiwa Kehidupan Pribadi

Validitas Pasien Tingkatan Depresi


Biaya Pendidikan

L-MMPI Kuesioner BDI


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian.


Jenis penelitian ini adalah analitik, dengan desain studi cross sectional,
dan diambil dalam satu waktu, hal ini untuk mengetahui tingkat depresi
Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan
2013 selama menjalani Modul Clinical Reasoning 1.

3.2. Lokasi, dan Waktu Penelitian.


Lokasi penelitian dilakukan di Kampus FKIK UIN Jakarta, Ciputat,
Tangerang Selatan dalam waktu bulan Juli – September tahun 2014

3.3. Subjek Penelitian.


3.3.1. Populasi.
Pada penelitian ini Populasi adalah Mahasiswa Pendidikan
Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013 yang
berjumlah 89 orang.

3.3.2. Sampel.
Subjek pada penelitian ini adalah Mahasiswa Pendidikan
Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013 yang
memenuhi kriteria inklusi untuk diikutsertakan dalam penelitian
ini.

3.4. Teknik Sampling.


Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
consecutive sampling atau biasa disebut pengambilan sampel jenuh.
Consecutive sampling adalah pengambilan subjek yang ditentukan sesuai
dengan kriteria yang diinginkan oleh peneliti.43 Kriteria pada penelitian ini
menggunakan kuesioner L-MMPI supaya data yang ada menjadi valid.

3.5. Kriteria Sample


3.5.1. Kriteria Inklusi

28
29

1. Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta Angkatan 2013.
2. Usia diatas 13 tahun.
3. Mahasiswa mengikuti Modul Clinical Reasoning I.
4. Mahasiswa bersedia menjadi responden dalam penelitian.
5. Data valid dengan skor pada kuesioner L-MMPI <10.
3.5.2. Kriteria Eksklusi :
1. Mahasiswa tak ikut pelaksanaan Modul Clinical Reasoning I.
2. Mahasiswa tak hadir saat pengisian kuesioner.
3.6. Variabel Penelitian
3.6.1. Variabel bebas : Tingkat Depresi Mahasiswa Pendidikan Dokter
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013.
3.6.2. Variabel terikat : Nilai Modul Clinical Reasoning 1 Mahasiswa
Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan
2013.
3.7. Definisi Operasional Variabel
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur
1 Tingkat Depresi, adalah keadaan Kuesioner BDI Kategorik
Depresi dimana seseorang mengalami
gangguan alam perasaan,
yaitu gangguan suasana hati
dan mood, dan biasanya
ditandai dengan perasaan
sedih yang berlebihan
1. 0-9, tak ada gejala depresi
2. 10-15, gejala depresi
ringan
3. 16-23, gejala depresi
sedang
4. 24-63, gejala depresi berat

2 Nilai Modul Nilai Modul Hasil Hasil Numerik


Pembelajaran selama Pembelajaran
menjalani Modul Clinical
Reasoning I
30

3.8. Desain Analisis Data


Data yang didapatkan secara statistik lalu diuji dengan uji one way
anova, dengan dilakukan normalisasi data numerik terlebih dahulu, namun
bila data dinyatakan tidak normal, maka digunakan uji. Kemudian uji non
parametric Kruskal Walis dapat digunakan pada data kategorik-numerik,
untuk menilai adanya korelasi antara tingkat depresi dengan Nilai Modul
Clinical Reasoning I.44

3.9. Instrument Penelitian


Alat dan bahan penelitian :

1. Formulir Penjelasan.
2. Formulir Persetujuan.
3. Kuesioner L-MMPI.
4. Kuesioner BDI.
3.10. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data
1. Responden menerima penjelasan Pengisian Kuesioner.
2. Responden mengisi Formulir Persetujuan.
3. Responden melakukan pengisian pada kuesioner L-MMPI untuk
menilai angka kejujuran ingin terlihat baik pada kuesioner, bila angka
≥10, maka responden itu invalid, dan keluar dari sample.
4. Responden melakukan pengisian BDI untuk menilai angka depresi,
klasifikasi adalah :
a. 0-9, tak ada gejala depresi
b. 10-15, gejala depresi ringan
c. 16-23, gejala depresi sedang
d. 24-63, gejala depresi berat
5. Memperoleh data dari STP tentang nilai Modul Clinical Reasoning 1
PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013.

3.11. Skema Penelitian


31

Mahasiswa FKIK UIN-SH

Mahasiswa PSPD angkatan 2013

Memberikan Penjelasan petunjuk


Kuesioner

Kuesioner L-MMPI

Memenuhi Kriteria Inklusi

Kuesioner BDI

Skala depresi

Memperoleh Nilai Modul Clinical Reasoning I PSPD


Angkatan 2013

Analisis depresi, dan Nilai Modul


Clinical Reasoning
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Persiapan Penelitian.


4.1.1. Uji Validitas
Uji validitas merupakan uji yang dilakukan supaya kuesioner yang
digunakan saat penelitian menjadi valid dan layak digunakan. Dalam
bahasa latin kata valid berasal dari kata validus yang berarti kuat. Dalam
sebuah penelitian dikemukakan bahwa ada dua konsep dalam validitas,
yaitu :
a. Validitas penelitian.
b. Validitas pengukuran.45
Validitas pengukuran sebuah instrument adalah hasil yang
menyatakan bahwa derajat kesesuaian sebuah instrument penelitian
dengan apa yang ingin dicapai oleh peneliti tersebut.45
Hasil validitas sebuah instrument penelitian menentukan hasil dari
sebuah penelitian, bila pengukuran salah, maka kesimpulan pada sebuah
penelitian juga salah.44
Pada Peneltian ini, peneliti tidak melakukan validasi, dikarenakan
kuesioner yag digunakan yaitu kuesioner BDI-II telah digunakan oleh
peneliti sebelumnya, baik di dunia Internasional maupun digunakan di
Indonesia dengan hasil validitas yang baik.
Penelitian yang telah dilakukan menggunakan kuesioner L-MMPI
adalah Penelitian yang dilakukan oleh Yuke Wahyu Widosari pada tahun
2010 dengan judul ―Perbedaan Derajat Kecemasan dan Depresi
Mahasiswa Kedokteran Preklinik dan Ko-Asisten di FK UNS Surakarta―.
Penelitian yang telah menggunakan kuesioner BDI adalah sama
seperti penelitian yang dilakukan oleh Yuke Wahyu Widosari, dan
penelitian yang dilakukan oleh Mona Rahmi Rulianti pada tahun 2013
dengan judul ―Hubungan Depresi dan Sindrom Dispepsia pada Pasien
Penderita Keganasan Yang Menjalani Kemoterapi di RSUP DR. M.
Djamil Padang‖

32
33

4.2. Pelaksanaan Penelitian.


Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juli—September tahun 2014. Setelah dilakukan
penyebaran kuesioner terkumpul 84 kuesioner.

4.3. Hasil Penelitian.


4.3.1. Analisis Validitas Responden.
Pada penelitian ini dilakukan seleksi responden dengan menilai
tingkat kejujuran pasien pada saat dilakukan penelitian dengan kuesioner L-
MMPI, yang menilai keadaan pasien ingin tampak ideal atau tampak apa
adanya saat melakukan pengisian kuesioner.
Tabel 4.1. Analisis Responden Valid
Jumlah Persentase
( n=49 )

Valid 49 58,3%

Invalid 35 41,7%

4.3.2. Demografi Penelitian


4.3.2.1. Demografi Jenis Kelamin.
Pada penelitian ini diikutsertakan responden sejumlah 49,
dengan demografi Laki-laki sejumlah 20 mahasiswa, dan Perempuan
sejumlah 29 mahasiswa.
Tabel 4.2. Distribusi berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah Persentase
( n=49 )

Pria 20 40.8%

Wanita 29 59.2%

4.3.2.2. Demografi Usia.


34

Penelitian ini diikuti oleh responden dengan rata rata usia 18.53
tahun, dengan rentang usia 17 tahun sampai 20 tahun. Distribusi usia
paling dominan adalah pada usia 19 tahun dengan jumlah responden
25 responden (51%), kemudian usia 18 tahun dengan jumlah 19
responden (38,8%), kemudian usia 17 tahun dengan 3 responden
(6,1%), dan terakhir usia 20 tahun dengan 2 responden (4,1%).
Tabel 4.3. Distribusi berdasarkan Usia Responden.
Kategori Usia Jumlah Persentase
( n=49 )

17 3 6,1%

18 19 38,8%

19 25 51%

20 2 4,1%

4.3.3. Analisis Skor Kuesioner BDI.


Tabel 4.4. Distribusi berdasarkan Skor Kuesioner BDI

Skor Kuesioner BDI-II Jumlah Persentase


( n=49 )

0 1 2.0

3 5 10.2

4 3 6.1

6 3 6.1

7 3 6.1

8 4 8.2

9 4 8.2

10 5 10.2

11 2 4.1

12 2 4.1

13 4 8.2

14 1 2.0
35

15 2 4.1

16 3 6.1

17 2 4.1

25 1 2.0

26 1 2.0

27 1 2.0

31 1 2.0

34 1 2.0

Pada penelitian ini didapatkan hasil pada pengukuran dengan skor


BDI bahwa nilai minimum adalah 0, dan hasil maksimal pada skor BDI-II
adalah 34.
Kemudian untuk distribusi hasil penilaian skor BDI-II sebelum
dikategorikan terbanyak adalah pada skor penilaian poin ke-3 dan pada poin
ke-10 (10.2%), untuk rata rata keadaan tingkat depresi mahasiswa PSPD
2013 adalah 11,24 atau dalam keadaan depresi ringan.
Setelah dikategorikan menjadi tingkat depresi tertentu, maka
muncul hasil bahwa responden yang tidak mengalami depresi sejumlah 23
responden (46,9%), kemudian yang mengalami depresi ringan sejumlah 16
responden (32,7%), kemudian yang mengalami depresi sedang sebanyak 5
responden (10.2%), dan yang mengalami depresi berat sebanyak 5
responden (10,2%).
Hal tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan di Universitas
Atma Jaya, dimana tingkatan depresi paling banyak berada pada tingkatan
Depresi ringan dengan jumlah responden 36 responden ( 28,6%), kemudian
pada tingkat depresi sedang 8 responden (6,3%), dan tidak ada yang
mengalami depresi berat.5
Tabel 4.5. Distribusi berdasarkan Kategori Tingkatan Depresi.
Kategori Depresi Frekuensi Persentase
( n= 49 )

Normal 23 46,9%

Depresi ringan 16 32,7%


36

Depresi sedang 5 10,2%

Depresi berat 5 10,2%

4.3.4. Analisis Kuesioner BDI Prioritas


Dalam kuesioner BDI-II responden ditujukan untuk memilih satu poin
pada kuesioner tersebut yang menurut responden paling menunjukan
keadaan diri pasien, pada data yang diperoleh menghasilkan pilihan
terbanyak pada poin ke-16, yaitu perubahan pola tidur, dan pada poin ke-20
, yaitu perasaan lelah dengan jumlah sebanyak 8 responden (16,3%).
Tabel 4.6. Distribusi berdasarkan Poin BDI-II Prioritas
Poin Skor Frekuensi Persentase
BDI ( n=49 )

0 1 2.0

1 7 14.3

2 2 4.1

3 4 8.2

4 2 4.1

5 3 6.1

6 1 2.0

7 1 2.0

8 5 10.2

9 1 2.0

10 1 2.0

11 1 2.0

12 1 2.0

13 1 2.0

16 8 16.3

17 1 2.0

18 1 2.0

20 8 16.3

4.3.5. Analisis Kuesioner BDI


37

Dalam pembahasan ini akan dijelaskan tentang analisis dari masing


masing poin Skor BDI untuk mengetahui dimanakah poin masalah depresi
terbesar dalam Populasi responden.
4.3.5.1. Poin 1

Pada pertanyaan pertama, bahwa pada populasi menyatakan


hasil terbanyak pada keadaan ―Tidak merasa sedih‖ paling dominan
dengan jumlah 27 responden (55,1%), dan paling sedikit pada keadaan
―Saya merasa sangat sedih atau tak gembira, sampai saya tak dapat
menahannya.‖ sebanyak 0 responden (0%).

Hal tersebut sesuai dengan gejala penderita depresi, dimana


kesedihan termasuk dalam gejala afektif pada seseorang yang
mengalami depresi.20

Tabel 4.7. Distribusi Berdasarkan Poin 1 Kuesioner BDI

Poin Kuesioner ke-1 Frekuensi Persentase


( n=49 )

Saya tidak merasa sedih 27 55,1%

Saya sering merasa sedih 18 36,7%

Saya sedih sepanjang waktu 0 0%

Saya merasa sangat sedih atau tak gembira, 4 8,2%


sampai saya tak dapat menahannya.

4.3.5.2. Poin 16.

Pada pertanyaan ke-16, bahwa pada populasi menyatakan hasil


terbanyak pada keadaan ―Saya kadang kadang tidur lebih dari
biasanya, dan saya kadang kadang kurang tidur dari biasanya‖, paling
dominan dengan jumlah 24 responden (49%), dan ―Saya tidur hampir
setiap hari, dan saya terbangun 1-2 jam lebih awal dan tak dapat tidur
lagi‖ sebanyak 2 responden (4,1%).

Hal tersebut serupa dengan gejala pada penderita depresi,


dimana gangguan pola tidur umumnya terjadi pada penderita depresi,
38

dan termasuk dalam perubahan fisiologi seseorang, pada penderita


depresi dapat menjadi kurang tidur maupun bertambah jumlah tidur
nya tergantung respons seseorang dalam menghadapi depresi.20

Tabel. 4.8. Distribusi Berdasarkan Poin Kuesioner Poin 16 BDI

Poin Kuesioner ke-16 Frekuensi Persentase


( n=49 )

Saya tidak mengalami perubahan dalam pola tidur 15 30,6

Saya kadang kadang tidur lebih dari biasanya 24 49

Saya kadang kadang kurang tidur dari biasanya

Saya lebih sering tidur dari biasanya 8 16,3

Saya lebih kurang tidur dari biasanya

Saya tidur hampir setiap hari 2 4,1

Saya terbangun 1-2 jam lebih awal dan tak dapat tidur
lagi

4.3.5.3. Poin 20.


Pada pertanyaan pertama, bahwa pada Populasi menyatakan
hasil terbanyak pada keadaan ―Saya mudah capek atau lelah daripada
yang biasanya‖, paling dominan dengan jumlah 21 responden
(42,9%), dan ―Saya terlalu capek atau lelah untuk melakukan hampir
semua aktivitas daripada yang biasanya‖ sebanyak 2 responden
(4,1%).
Hal tersebut termauk dalam gejala somatic pada penderita
depresi, dimana umumnya seseorang yang mengalami depresi
mengalami gejala kelelahan.20
Tabel 4.9. Distribusi Berdasarkan Poin 20 Kuesioner BDI
Poin Kuesioner Frekuensi Persentase
( n=49 )

Saya tidak merasa capek atau lelah disbanding keadaan 19 38,8


sebelumnya

Saya mudah capek atau lelah daripada yang biasanya 21 42,9


39

Saya merasa sangat lelah atau capek untuk melakukan 7 14,3


apapun, daripada biasanya

Saya terlalu capek atau lelah untuk melakukan hampir 2 4,1


semua aktivitas daripada yang biasanya

4.3.6. Analisis Nilai Modul Clinical Reasoning I.


Nilai Modul Clinical Reasoning I PSPD 2014 nilai terendah muncul
pada angka 63 sedangkan nilai tertinggi pada angka 86, dan untuk nilai rata
rata pad Modul Clinical Reasoning I PSPD 2014 adalah 78,42 (B).
Tabel 4.10. Distribusi Nilai Modul Clinical Reasoning I
Nilai Modul Frekuensi Persentase (%)
( n=49 )

63 1 2

68 2 4,1

70 1 2

72 1 2

73 2 4,1

74 2 4,1

76 5 10,2

77 5 10,2

78 5 10,2

79 3 6,1

80 4 8,2

81 5 10,2

82 3 6,1

83 3 6,1

84 1 2

85 4 8,2

86 2 4,1

Tabel 4.11. Analisis Nilai Modul Clinical Reasoning I


40

Minimum Maksimum Rata rata

Nilai Modul 63 86 78,42

Namun setelah dikategorikan Nilai Modul Mahasiswa, maka muncul


data Mahasiswa yang mendapatkan Nilai A sebanyak 22 Mahasiswa
(44.9%), yang mendapatkan Nilai B 24 Mahasiswa (49%), dan yang
mendapatkan Nilai C 3 orang (6,1%).
4.3.7. Analisis Bivariat.
4.3.7.1. Analisis Jenis Kelamin dengan Tingkat Depresi.
Tabel 4.12. Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin
Kategori Total

Normal Depresi Depresi Depresi


Ringan Sedang Berat
N % n % n % n % n %

Laki Laki 11 55 3 15 2 10 4 20 20 100

Perempuan 12 41,4 13 44,8 3 10,3 1 3,4 29 100

Jumlah 23 46,9 16 32,7 5 10,2 5 10,2 49 100

Berdasarkan tabel dinyatakan bahwa prevalensi depresi paling


banyak terdapat pada perempuan dengan jumlah 17 responden, dan
pada pria ditemukan jumlah responden depresi sebanyak 9 responden.
Hal ini sama dengan apa yang tertera dalam National Institute of
Mental Health (2008), bahwa pada wanita memiliki kecenderungan untuk
mengalami depresi lebih besar dari pada laki-laki 1.
Kemudian, dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Susan
(2001) di Departemen Psikologi Universitas of Michigan, menyatakan
bahwa wanita lebih rentan mengalami depresi karena kemampuan
menanggung stress yang ada, dan terkait kemampuan mengendalikan
lingkungan47
4.3.7.2. Analisis Hubungan antara Depresi dengan Nilai Modul.
Tabel 4.13. Uji Normalitas Data

Uji Normalitas
41

Nilai_Modul Shapiro-Wilk

Statistic df sig

.948 49 .032

Didapatkan nilai p = .032

Jadi dapat disimpulkan bahwa data yang ditemukan berdistribusi


tidak normal.

Tabel 4.14. Uji Normalitas Transformasi

Uji Normalitas

Hasil_Trans Shapiro-Wilk

Statistic df sig

.940 49 .014

Didapatkan nilai p = 0.28.

Jadi dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal,


sehingga tidak dapat dilakukan uji One way Annova. Sehingga, uji
dilakukan dengan Kruskal-wallis.

Tabel 4.15. Analisis Tingkat Depresi terhadap Nilai Modul

Nilai Kategori Total


Modul
Normal Depresi Depresi Depresi (n=49) p value
Ringan Sedang Berat

63 1 0 0 0 1 0,066

68 1 0 0 1 2

70 1 0 0 0 1

72 1 0 0 0 1

73 1 0 0 1 2

74 0 1 0 1 2
42

76 1 1 2 1 5

77 5 0 0 0 5

78 2 2 1 0 5

79 1 2 0 0 3

80 2 2 0 0 4

81 1 3 1 0 5

82 1 0 1 1 3

83 2 1 0 0 3

84 1 0 0 0 1

85 2 2 0 0 4

86 0 2 0 0 2

Dengan analisis Kruskal Walis diperoleh nilai significancy


adalah 0,066, karena nilai p>0.05 maka, dinyatakan bahwa tidak
ada korelasi antara depresi pada Mahasiswa Pendidikan Dokter
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013 dengan Nilai
Modul Clinical Reasoning I yang dilaksanakan pada tahun 2014.
Namun Hasil Berbeda muncul Penelitian yang dilakukan
oleh Fayegh (2010) di Malaysia menunjukan adanya korelasi
antara depresi dengan Prestasi Belajar. Pada seseorang yang
mengalami depresi cenderung mengalami kesulitan untuk focus
terhadap apa yang dipelajari sehingga tidak mendapatkan hasil
yang maksimal.47
Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh
Subhan Rio (2012) menyatakan bahwa pada Penelitian tersebut
dimana dilakukan dengan menggunakan metode cross sectional,
menyatakan bahwa tidak ada korelasi antara Tingkatan Depresi
dengan prestasi belajar, prestasi belajar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang
diambil dari Pusat Informasi Universitas Syiahkuala, dan pada
Penelitian tersebut juga digunakan Instrumen penelitian Beck
43

Depression Inventory (BDI) serupa dengan apa yang digunakan


pada penelitian ini. 11

4.4. Keterbatasan Penelitian.


1. Penelitian menggunakan kuesioner, dimana pemeriksaan tanpa ada
pemeiksaan fisik, dan keadaan psikologis lainnya.
2. Nilai modul yang didapat adalah nilai setelah dilakukannya perbaikan,
sehingga nilai modul telah berada di angka kelulusan.
3. Penelitian hanya menggunnakan metode cross sectional, dimana penelitian
ini tidak mengikuti perkembangan psikologis responden.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1.1. Simpulan
1. Dari 84 responden yang mengikuti pengisian kuesioner, didapati 49
responden, yang dinyatakan termasuk kriteria inklusi, dan diikutkan dalam
penelitian, terdiri dari 20 laki-laki, dan 29 wanita.
2. Jenis depresi yang paling banyak adalah depresi ringan.
3. Jenis depresi paling sedikit adalah depresi sedang, dan depresi berat.
4. Kejadian depresi paling banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki
5. Terjadi hubungan yang tak bermakna antara tingkat depresi dengan nilai
modul Clinical Reasoning I pada mahasiswa PSPD UIN Syarif
Hidayatullah Angkatan 2013
1.2. Saran
1. Penelitian sebaiknya dilakukan dengan metode kohort untuk mengetahui
perubahan gejala gejala depresi pada mahasiswa.
2. Nilai Modul yang didapat sebaiknya sebelum remedial, supaya nilai murni
yang lebih menggambarkan saat perjalanan modul.
3. Penelitian selanjutnya menilai keadaan psikologis pada gangguan kejiwaan
yang lainnya, supaya kaitan masalah keadaan psikologis mahasiswa untuk
mendapat prestasi dalam pembelajaran lebih maksimal.

44
45

DAFTAR PUSTAKA

1. National Institute of Mental Health. Depression [Internet]. NIMH


publications; 2008 [ cited 2013 April 20 ] . Available from: URL :
http://www.nimh.nih.gov/health/publications/depression/nimhdepression.p
df.
2. Hawari D. Psikopatologi Bunuh diri. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
3. Nevid JS. Psikologi Abnormal Jilid I. Jakarta : Penerbit Buku Erlangga;
2005.
4. Wagner KD, Brent DA. Depressive Disorders and Suicide. In : Sadock BJ,
Sadock VA. Kaplan & Sadock‘s Comprehensive Textbook of Psychiatry.
9ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 2007. h.527-530.
5. Hariyanto AD. Prevalensi depresi dan factor yang mempengaruhi pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya Angkatan
2007. Jakarta : Karya tulis Ilmiah Kedokteran; 2010.
6. Christenson SL. Best Practices in fostering student engangement. In A.
Thomas , J. Grimes (Eds), Best practices n school psychology 5th Edition.
Bethesda, MD: National Association of School Psychologist; 2008.
7. Departemen Kesehatan RI . Kesehatan Jiwa sebagai prioritas Global
[Internet]. Depkes RI; 2009 [ cited 2014 Maret 14 ] . Available from: URL
:http://www.depkes.go.id/index.php/component/content/article/37infokese
hatan/52-kesehatan-jiwa-sebagai-prioritas-global.html.
8. Daradjat. Kesehatan Mental. Jakarta: CV Aji Masagung; 1998. h:106.
9. Kiuru N, Leskinen E, Nurmi JE, Salmela AK. Depressive symptoms
during adolescence: Do learning difficulties matter?. International Journal
of Behavioral Development. Vol 35(4); 2011. h . 298–306.
10. Eric C, Zohreh Y, Zadeh, Namsook J, Maggie MMA. Depression and
Academic Achievement: A Meta‐Analysis [Internet]. Canadian Council on
Learning; 2008 [ cited 2014 April 25 ] . Available from : URL:
http://www.cclcca.ca/pdfs/ResearchReports/CACAP_depressionpresentati
on.pdf.
46

11. Pamungkas RP. Hubungan tingkat sindrom depresi dengan indeks prestasi
belajar pada Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Banda Aceh [Internet].
Unsyiah Press; 2012 [ cited 2014 April 26 ]. Available from : URL :
http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/ searchkatalog/byId/294250.
12. Jiwo T. Depresi : Panduan Bagi Pasien, Keluarga, Teman Dekat. Jawa
Tengah : Pusat Pemulihan dan Pelatihan Bagi Penderita Gangguan Jiwa;
2012.
13. Maramis WF. Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9., Surabaya: Airlangga
University Press; 2005.
14. Fausiah, Fitri, Widury, Julianti. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia; 2007.
15. World Health Organization. Depression [Internet]. Barcelona; 2005 [ cited
2014 April 16 ]. Available from : URL :
http://www.who.int/mental_health/ management/depression/definition/en/.
16. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004 [Internet]. Data
Prevalensi Depresi di Dunia dan Indonesia; 2004 [ cited 2013 November 7
]. Available from : www.depkes.go.id.
17. National Academy On an Aging Society. Depression A treatable disease;
2000 [ cited 2014 May 2014 ]. Available from : URL :
http://www.agingsociety.org/agingsociety/pdf/depression.pdf&prev=/searc
h%3Fq%3DNational%2BAcademy%2Bon%2Ban%2BAging%2BSociety
%2B2000%2Bjournal%2Bdepression%26biw%3D1366%26bih%3D653.
18. Furr S, Westefeld JS. McConnell GN, Jenkins, JM.. Suicide and
depression among college students: A decade later. Professional
Psychology: Research and Practice; 2001. h. 32, 97-100.
19. Maramis AS. Darmono. M. Depresi. Dalam: Penanganan Depresi dan
Anxietas di Pelayanan Primer. Surabaya: Indopsy; 2003. H. 20-25.
20. Laraia S. Principles and practice of psychiatric nursing. USA: Mosby
Company; 2001.
21. Deshotels TH. Enganging a debate : an exploration of depression,
engangement, stress and gender in nursing home. A Dissertation submitted
47

to the Departement of Sociology. Arizona. ProQuest Information and


Learning Company; 2005.
22. Paykel ES. The evolution of life events research in psychiatry [Internet]. J
Affect Disord A; 2001 [ cited 2014 juli 15 ]. Available from :
URL:http://www.blackdoginstitute.org.au/public/depression/causesofdepre
ssion/genetics.cfm.
23. Rottenberg J. The Serotonin Theory of Depression Is Collapsing.
Pyschology Today. New York; 2010, 11-12.
24. Association of American Medical Colleges. Medical School Graduation
Questionnaire [Internet]. Summary Report for All School; 1995 [ cited
2013 Oktober 13]. Available from : URL : www.aamc.org/data/gq/
allschoolsreports/1995.pdf.
25. Atur AGP. Derajat dan Faktor Penyebab Depresi pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Angkatan 2008
[Internet]. Repository Maranatha; 2009 [ cited 2014 Januari 14] .
Available from : URL : http://repository.maranatha.edu/2147/.
26. Carson AJ, Dias S, Johnston A. Mental health in medical students: a case
control study using the 60 item General Health Questionnaire. Scott Med
J; 2000. H. 45:115-116
27. Dyrbye, Matthew R, Thomas, Tait D, Shanafelt. Medical Student Distress:
Causes, Consequences, and Proposed Solutions [Internet]. Mayo Clin
Proc; 2005. [ cited 2014 Juni 22]. Available from: URL:
http://healthsciences.ucsd.edu/som/hear/Documents/medical-student-
distress-consequences-solutions-2005.pdf
28. Guthrie E, Black D, Bagalkote H, Shaw C, Campbell M, Creed F.
Psychological stress and burnout in medical students: a five-year
prospective longitudinal study. J R Soc Med.; 2002. h. 91:237-243.
29. Givens JL, Tjia J. Depressed medical students‘ use of mental health
services and barriers to use. Acad Med; 2002. h. 77:918-921.
30. Rosal MC, Ockene IS, Ockene JK, Barrett SV, Ma Y, Hebert JR. A
longitudinal study of students‘ depression at one medical school. Acad
Med; 1997.
48

31. Chew-Graham CA, Rogers A, Yassin N. ‗I wouldn‘t want it on my CV or


their records‘: medical students‘ experiences of help-seeking for mental
health problems. Med Educ. 2003;37:873-880.
32. Roberts LW, Warner TD, Lyketsos C, Frank E, Ganzini L, Carter D,
Collaborative Research Group on Medical Student Health. Perceptions of
academic vulnerability associated with personal illness: a study of 1,027
students at nine medical schools. Compr Psychiatry. 2001;42:1-15
33. Butcher, James N .A Beginner‘s Guide To The MMPI-2.2nd ed.
Washington D.C: American Psychological Association; 2005
34. Robert M, Gordon. Common Mistakes Made With the MMPI/MMPI-
2/MMPI-A [Internet]. University of Minnesota Press; 2005 [ dikutip 3
Agustus 2014 ]. Available from : http://debunkingthemmpi2.
zxq.net/Bibliography/11%20%20Common%20Mistakes%20Made%20wit
h%20the%20MMPI.pdf
35. Beck AT. Depression: Causes and treatment. Philadelphia: University of
Pennsylvania Press; 2006.
36. Cooper E. Depression among African female college student : Exploratory
factor analysis of the Beck Depression Inventory II. ProQuest Dissertasion
and Theses; 2010.
37. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical Manual of
Mental Disorder. Washington : American Psychiatric Association; 2000.
38. Hawari D. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
39. Wanda D, Mustikasari NAY, Rahmah H. Sukmarini L. Buku Pedoman
Bimbingan dan Konseling Mahasiswa 2008. Depok: FIK UI; 2008.
40. Lesmana, JM. . Dasar Dasar Konseling. Jakarta : UIP; 2006.
41. Seligman, MEP. What you can change : The Complete Guide to
Sucsessful Self-Improvement. New York : Fawcett Columbine; 2003.
42. Tim Modul PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Buku Modul Clinical
Reasoning I PSPD Angkatan 2013. Jakarta : UIN Press; 2014.
43. Sudigdo S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung Seto;
2010.
49

44. Dahlan MS. Statistik Untuk Kedokteran dan Kedokteran. Edisi 5. Seri
Evidence Based Medicine 1. Jakarta: Salemba Medika: 2013.
45. Community‐University Partnership for the Study of Children, Youth, and
Families. Review of the Beck Depression Inventory 2nd Edition (BD-II).
Canada : Edmonton Alberta, Canada; 2011.
46. Arbor A. Gender Differences in Depression Susan Nolen-Hoeksema
Department of Psychology. Michigan : University of Michigan; 2001.
47. Yousefi F. The Relationship between Gender, Age, Depression and
Academic Achievement. Malaysia : Department of Human Development
and Family Studies University Putra Malaysia; 2010.
50

LAMPIRAN

Lampiran 1

Daftar riwayat hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rhandy Septianto.


Jenis Kelamin : Laki laki.
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 26 September 1993
Agama : Islam
Alamat :Jl. Tanah Merdeka 1 RT 009/RW
004 No: 67. Kp. Rambutan, Ciracas, Jakarta
Timur, DKI Jakarta.
Nomor Telepon/HP : 085773224779
Email : septianto.rhandy@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 01 Cileungsi 1(1999-2005)
2. SMP Negeri 174 Jakarta (2005-2008)
3. SMA Negeri 58 Jakarta (2008-2011)
4. Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2011-
sekarang)
51

Lampiran 2

Lembar Kuesioner

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Assalamualaikum Wr. Wb

Saya sedang meneliti tentang ― Hubungan antara Depresi dengan Nilai


Modul Clinical Reasoning 1 pada Mahasiswa PSPD UIN 2013‖. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat depresi yang dialami
Mahasiswa PSPD 2013 dengan nilai modul Clinical Reasoning 1. Manfaat
penelitian ini adalah untuk membuka cakrawala dalam mewujudkan proses
pendidikan yang baik, tentang bagaimana kondisi psikologis yang baik untuk
mendapat hasil dari proses pembelajaran yang dijalani.

Penelitian ini tidak berbahaya, dan tidak memiliki efek samping yang akan
terjadi. Penelitian ini menggunakan kuesioner L-MMPI, dan kuesioner Beck
Depression Inventory (BDI). Partisipasi subjek penelitian bersifat sukarela, sadar,
maupun tanpa adanya tekanan dari pihak manapun.

Setelah mempertimbangkan berbagai hal, maka responden terpilih sebagai


subyek penelitian. Responden dimohon mengisi lembar persetujuan dan mengisi
kuesioner penelitian yang telah disediakan. Bila selama penelitian ada hal hal
yang kurang jelas, maka dapat menghubungi saya : Rhandy Septianto, NIM :
1111103000051, nomor handphone : 085773224779.

Terima kasih

Hormat Saya

Rhandy Septianto

NIM : 1111103000051
52

Lembar Persetujuan
(Informed Concent)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

NIM :

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian ― Hubungan antara Depresi


dengan Nilai Modul Clinical Reasoning 1 pada Mahasiswa PSPD UIN 2013‖, dan
memahami tujuan penelitian tersebut , serta risiko yang akan terjadi, maka saya
secara sukarela/sadar, tanpa paksaan bersedia menjadi subyek penelitian tersebut.

Jakarta…- ….……..-2014

Peneliti Yang membuat Pernyataan

Rhandy Septianto (……………………………………)

NIM : 1111103000051
53

Kuesioner Penelitian
Nama :

NIM :

Kuesioner L-MMPI

Instruksi

Petunjuk : Berilah tanda (X) pada kolom jawaban (YA) bila anda setuju dengan
pertanyaan ini, atau bila anda merasa pertanyaan ini berlaku bagi atau mengenai
anda. Sebaliknya berilah tanda (X) pada kolom jawab (Tidak) bila anda merasa
setuju pertanyaan ini, atau bila anda merasa pertanyaan ini tidak berlaku bagi atau
tidak mengenai anda.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Sekali-sekali saya berfikir tentang hal-hal yang buruk untuk diutarakan.
2 Kadang-kadang saya ingin mengumpat atau mencaci maki
3 Saya tidak selalu mengatakan yang benar
4 Saya tidak membaca setiap tajuk rencana surat kabar harian
5 Saya kadang-kadang marah
6 Apa yang saya kerjakan hari ini kadang-kadang tunda sampai besok
7 Bila saya tidak enak badan kadan-kadang saya mudah tersinggung.
8 Sopan santun saya dirumah tidak sebaik jika saya bersama orang lain.
9 Bila saya yakin tidak seorang pun melihatnya mungkin sekali-sekali yang
akan menyelundup nonton tanpa karcis
10 Saya lebih senang menang daripada kalah dalam suatu permainan.
11 Saya ingin mengenal orang-orang penting karena dengan demikian saya
merasa lebih penting juga
12 Saya tidak selalu menyukai setiap orang yang saya kenal
13 Kadang-kadang saya mempergunjingkan orang lain
14 Saya kadang- kadang memilih orang-orang yang saya tidak kenal dalam
suatu pemilihan.
15 Sekali-sekali saya tertawa juga mendengar lelucon porno
54

Kuesioner BDI II

Instruksi

Kuesioner ini terdiri dari 21 kelompok petanyaan. Silahkan membaca pertanyaan


dengan seksama, kemudian pilih satu pertanyaan yang paling menggambarkan
kondisi adik adik selama dua minggu terakhir termasuk hari ini. Lingkari nomor
kelompok yang paling sesuai dengan pilihan adik-adik. Bila ada beberapa
pertanyaan yang Memiliki bobot yang sama, maka pilihlah salah satu yang paling
tinggi, termasuk item 16 dan 18.

1. Kesedihan.
0. Saya tidak merasa sedih
1. Saya sering merasa sedih
2. Saya sedih sepanjng waktu
3. Saya merasa sangat sedih atau tak gembira, sampai saya tak dapat
menahannya.
2. Pesimistik.
0. Saya yakin dengan masa depan saya
1. Saya merasa takut dengan masa depan saya daripada biasanya
2. Saya tidak berharap segalanya menjadi lebih baik untuk saya
3. Saya merasa putus asa dengan masa depan saya dan keadaan hanya
menjadi semakin memburuk
3. Kegagalan masa lalu.
0. Saya tidak merasa saya gagal
1. Saya telah lebih gagal dari sebelumnya
2. Saat saya menoleh ke belakang, saya melihat banyak kegagalan
3. Saya merasa orang yang sepenuhnya penuh akan kegagalan
4. Kehilangan kesenangan.
0. Saya tidak merasa bersalah sama sekali
1. Kadang kadang saya merasa bersalah
2. Saya sering merasa bersalah
3. Saya selalu merasa bersalah
5. Perasaan bersalah.
55

0. Saya sama sekali tak merasa bersalah


1. Saya merasa bersalah pada kebanyakan hal yang saya lakukan atau
seharusnya saya lakukan
2. Saya merasa bersalah pada kebanyakan waktu
3. Saya merasa bersalah setiap waktu
6. Perasaan merasa dihukum.
0. Saya merasa tidak seperti dihukum
1. Saya merasa mungkin saya dihukum
2. Saya mengharapkan untuk dihukum
3. Saya merasa sedang dihukum
7. Benci diri sendiri.
0. Saya merasa sama dengan diri saya selama ini
1. Saya kehilangan kepercayaan terhadap diri saya
2. Saya kecewa dengan diri saya
3. Saya tidak menyukai diri saya
8. Pengkritikan terhadap diri sendiri.
0. Saya tidak mengkritik atau menyalahkan diri saya lebih dari seperti
biasanya
1. Saya lebih kritis terhadap diri saya lebih dari biasanya
2. Saya mengkritik diri saya untuk semua kesalahan saya
3. Saya menyalahkan diri saya atas semua kejadian buruk yang terjadi
9. Pikiran atau keinginan bunuh diri.
0. Saya tidak mempunyai pikiran apapun untuk membunuh diri saya
sendiri
1. Saya mempunyai pikiran untuk membunuh diri saya sendiri, tapi saya
takut
2. Saya merasa ingin bunuh diri
3. Saya ingin bunuh diri bila ada kesempatan
10. Menangis.
0. Saya tidak menangis lagi seperti biasanya
1. Saya menangis lebih dari biasanya
2. Saya menangis pada masalah masalah yang kecil
56

3. Saya sudah tak sanggup lagi untuk menangis


11. Tidak bisa istirahat.
0. Saya bisa istirahat seperti biasanya
1. Saya merasa kurang bisa istirahat seperti biasanya
2. Saya tidak bisa istirahat atau sangat sulit untuk diam
3. Saya sangat tidak bisa beristirahat atau saya harus bergerak atau
melakukan sesuatu
12. Kehilangan minat.
0. Saya tidak kehilangan minat terhadap orang lain atau aktivitas tertentu
1. Saya sedikit berminat terhadap orang lain atau sesuatu hal daripada
keadaan sebelumnya
2. Saya kehilangan hampir seluruh minat terhadap orang lain atau hal lain
3. Sangat sulit untuk berminat terhadap apapun
13. Keragu raguan.
0. Saya membuat keputusan sebaik keadaan sebelumnya
1. Saya sedikit kesulitan dalam membuat keputusan daripada sebelumnya
2. Saya lebih sulit dalam membuat keputusan daripada seperti biasanya
3. Saya kesulitan membuat keputusan apapun
14. Ketidak-berartian.
0. Saya menganggap diri saya berarti
1. Saya tidak menganggap diri saya berarti dan berguna seperti biasanya
2. Saya merasa sangat tidak berarti dibandingkan dengan orang lain
3. Saya merasa diri saya sama sekali tidak berarti
15. Kehilangan energi
0. Saya mempunyai banyak energi seperti biasanya
1. Saya kekurangan energi disbanding keadaan biasanya
2. Saya tidak mempunyai energi yang cukup untuk melakukan banyak
hal
3. Saya tidak mempunyai cukup energi untuk melakukan apapun
16. Perubahan pola dalam tidur.
0. Saya tidak mengalami perubahan dalam pola tidur
1a. saya kadang kadang tidur lebih dari biasanya
57

1b. saya kadang kadang kurang tidur dari biasanya


2a. saya lebih sering tidur dari biasanya
2b. saya lebih kurang tidur dari biasanya
3a. saya tidur hampir setiap hari
3b. saya terbangun 1-2 jam lebih awal dan tak dapat tidur lagi
17. Mudah tersinggung.
0. Saya tidak mudah tersinggung seperti sebelumnya
1. Saya lebih mudah tersinggung daripada sebelumnya
2. Saya lebih sering tersinggung daripada biasanya
3. Saya tersinggung setiap waktu
18. Perubahan dalam selera makan.
0. Saya tak mengalami perubahan selera makan
1a. Selera makan saya kadang kadang berkurang daripada biasanya
1b. selera makan saya kadang kadang bertambah daripada biasanya
2a. selera makan saya kurang daripada biasanya
2b. selera makan saya lebih daripada biasanya
3a. saya tidak selera makan sama sekali
3b. saya gila makan setiap saat
19. Kesulitan berkonsentrasi.
0. Saya dapat berkonsentrasi baik seperti biasanya
1. Saya tidak berkonsentrasi sebaik sebelumnya
2. Sangat sulit untuk berkonsentrasi untuk jangka lama
3. Saya tidak dapat berkonsentrasi pada apapun
20. Capek atau lelah.
0. Saya tidak merasa capek atau lelah disbanding keadaan sebelumnya
1. Saya mudah capek atau lelah daripada yang biasanya
2. Saya merasa sangat lelah atau capek untuk melakukan apapun,
daripada biasanya
3. Saya terlalu capek atau lelah untuk melakukan hampir semua aktivitas
daripada yang biasanya
21. Kehilangan minat seks.
0. Saya tidak punya perubahan dalam minat seksual
58

1. Saya sedikit kurang tertarik terhadap seks dibandingkan biasanya


2. Saya kurang tertarik dengan seks sekarang
3. Saya kehilangan minat seks sepenuhnya
59

Lampiran 3

Surat Permohonan Nilai Modul Clinical Reasoning

SURAT PENGANTAR PERMOHONAN

NILAI MODUL CLINICAL REASONING I PSPD ANGKATAN 2013

Kepada Yth.
Pengurus Medical Education Unit (
MEU )
Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Di Tempat
Assalamualaikum wr.wb.
Dengan hormat,
Sehubungan dengan dibutuhkannya Nilai Modul Clinical Reasoning I PSPD
Angkatan 2013 untuk penelitian mahasiswa kami dengan :
Judul : Hubungan antara Depresi dengan Nilai Modul Clinical
Reasoning 1 pada Mahasiswa PSPD UIN 2013
Peneliti : Rhandy Septianto
Program Studi : Pendidikan Dokter
NIM : 1111103000051
Maka dengan ini disampaikan permohonan Nilai Modul Clinical Reasoning I
PSPD Angkatan 2013 untuk penelitian tersebut. Atas bantuannya kami sampaikan
terima kasih
Ciputat, 7 Agustus 2014

Peneliti Pembimbing I

Rhandy Septianto dr. Ahmad Azwar Habibi, M. Biomed


NIM: 1111103000051 NIP: 198005222009121005

Anda mungkin juga menyukai