Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI

“ ETIKA PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA “

Disusun Oleh :
1. YUDI WIDIANTO E1A004118
2. ARIF R.P E1A004120
3. HERI I.M E1A004176
4. PUTHUT D.S E1A004194
5. TRI AJI W E1A004204
6. ABDUL MANAN E1A004234
7. RICKY P E1A004240
8. VIANDA Y E1A004252
9. PRADANADITYA L.M E1A004262
10. MERLIN W E1A005006

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2008
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
POLRI berkedudukan sebagai aparat penegak hukum sesuai
dengan prinsip diferensiasi fungsional yang digariskan dalam KUHAP.
POLRI mempunyai peran berupa kekuasaan umum menangani kriminal
(general policing authorithy in criminal mater) diseluruh wilayah negara.
Didalam melaksanakan kewenangan tersebut, POLRI berperan melakukan
kontrol kriminal (crimie control) dalam bentuk investigasi - penangkapan -
penahanan - penggeledahan – penyitaan, sesuai dengan otoritas kepolisian
tersebut, semestinya POLRI harus mengembangkan peran pelayanan atau
civil servicel, diantara fungsi pelayanan polisi yang dianggap perlu
dikembangkan pada saat sekarang, antara lain: mengatur lalu lintas,
mengontrol keributan, memberi pertolongan medis dalam keadaan darurat,
pengaturan jam malam.
Dengan semakin berkembangnya fungsi tersebut, cukup beralasan
untuk meningkatkan jumlah personel yang dianggap proporsional dengan
tingkat perkembangan fungsi. Namun, penambahan jumlah harus
dibarengi dengan peningkatan “profesioalisme”. Profesi polisi adalah
profesi mulia (mobile officum) sebagaimana profesi-profesi terhormat
lainnya yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. POLRI
senantiasa diharapkan jasanya untuk melindungi rakyat dari gangguan
orang-orang jahat, memelihara ketertiban umum dan membimbing
masyarakat agar taat hukum. Namun profesi semulia apapun kerap kali
dikotori oleh para oknum dari kalangan profesi mereka sendiri, yang
kelamaan akan menurunkan derajat kemuliaan profesi yang bersangkutan.
Dengan kekuasaan diskresi fungsional, hukum ditangan POLRI
menjadi hidup. Namun hal tersebut secara sosiologis diterjemahkan "it
doesn't matter what the law says, what matters is what the guy (police)
interprests the, law to say. Terjemahan-terjemahan polisi atas hukum
kedalam tindakan-tindakan nyata itu merupakan realitas hukum yang
sebenarnya.
B. Rumusan masalah
Dari pemaparan diatas, dapat ditarik suatu permasalahan sebagai berikut
1. Seperti apakah tugas dan wewenang Kepolisian Negara Republik
Indonesia?
2. Bagaimanakah kode etik profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia?
3. Bagaimanakah penerapan kode etik profesi Kepolisian dalam
pelaksanaan tugas Kepolisian?

II. PEMBAHASAN
Sebelum pemisahan TNI dan POLRI dalam satu nama yaitu ABRI,
pertanggungjawaban POLRI tumpang tindih dalam alam dua doktrin yang
berbeda. Tidak jelas apakah bertanggung jawab sebagai ABRI dengan doktrin
pertahanan keamanan ataukah sebagai polisi dalam melaksanakan fungsi
penegakan hukum sesuai dengan doktrin ketertiban masyarakat.
Setelah pemisahan TNI dan POLRI sesuai peran masing-masing maka
POLRI semakin independen. Selain pemisahan dari TNI (ABRI), maka
cakupan independensi POLRI meliputi beberapa aspek:
1. POLRI independen melakukan fungsi operasional ketertiban umum
tanpa campur tangan dan kontrol dari kekuasaan pemerintah manapun.
Dalam hal ini harus dijaga kebebasan polisi dari politik, dimana
operasional dan penggunaan diskresi tidak boleh didiktekan oleh/untuk
kepentingan pemerintah maupun partai politik tertentu.
2. Mengenai aspek supervisi, POLRI ditempatkan dibawah
supervisi mendagri atau presiden namun organisasi POLRI dan
operasional tetap independen.
Mengenai susunan dan kedudukan Kepolisian Negara Republik
Indonesia di dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia diatur dalam pasa16 sampai dengan pasal 12.
Pasal 6
a. Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan peran dan fungsi
kepolisian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan 5 nmeiiputi seluruh
wilayah negara Republik Indonesia.
b. Dalam rangka pelaksanaan peran dan fungsi kepolisian, wilayah negara
Republik Indonesia dibagi dalam daerah hukum menurut kepentingan
pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.
c. Ketentuan mengenai daerah hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 8
a. Kepolisian Negara Republik Indonesia berada di bawah Presiden.
b. Kepolisian Negara Republik Indonesia dipimpin oleh Kapolri yang dalam
pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Presiden sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 11
a. Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat.
b. Usul pengangkatan dan pemberhentian Kapolri diajukan oleh Presiden
kepada Dewan Perwakilan Rakyat disertai dengan alasannya.
c. Persetujuan atau penolakan Dewan Perwakilan Rakyat terhadap usul
Presiden sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus diberikan dalam
jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari terhitung sejak tanggal
surat Presiden diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
d. Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat tidak memberikan jawaban dalam
waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), calon yang diajukan oleh
Presiden dianggap disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
e. Dalam keadaan mendesak, Presiden dapat memberhentikan sementara
Kapolri dan mengangkat pelaksana tugas Kapolri dan selanjutnya
dimintakan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
f. Calon Kapolri adalah Perwira Tinggi Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang masih aktif dengan memperhatikan jenjang kepangkatan dan karier.
g. Tata cara pengusulan atas pengangkatan dan pemberhentian Kapolri
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (6) diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Presiden.
h. Ketentuan mengenai pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan selain
yang dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.

Tugas dan Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia


Pasal 13
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. Menegakkan hukum; dan
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat,
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 13
tersebut, Kepolisan Negara Republik Indonesia mempunyai tugas dan wewenang
yang diatur dalam pasal 14, 15 dan 16.
Pasal 17
Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia menjalankan tugas dan
wewenangnya di seluruh wilayah negara Republik Indonesia, khususnya di
daerah hukum pejabat yang bersangkutan ditugaskan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 18
(l) Untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik
Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat
bertindak menurut penilaiannya sendiri.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya
dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan, serta Kode Etik Profesi
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pasal 19
(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, pejabat Kepolisian
Negara Republik Indonesia senantiasa bertindak berdasarkan norma
hukum dan mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan, serta
menjunjung tinggi hak asasi manusia.
(2) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), Kepolisian Negara Republik Indonesia mengutamakan
tindakan pencegahan.

Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia


Pembinaan kemampuan profesi anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia dalam mengemban tugas pokoknya sebagaimana diatur dalam UU No. 2
Tahun 2002 mengenai pembinaan profesi yang diatur dalam pasa131 s.d. 35.
Pasal 34
(1) Sikap dan perilaku pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
terikat pada Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(2) Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat
menjadi pedoman bagi pengemban fungsi kepolisian lainnya dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku di lingkungannya.
(3) Ketentuan mengenai Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia diatur dengan Keputusan Kapolri.
Pasal 35
(1) Pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia oleh pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
diselesaikan oleh Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
(2) Ketentuan mengenai susunan organisasi dan tata kerja Komisi Kode
Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur dengan Keputusan
Kapolri.
Etika Profesi Kepolisian memuat 3 (tiga) substansi yaitu etika pengabdian,
kelembagaan dan kenegaraan yang dirumuskan dan disepakati oleh seluruh
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sehingga menjadi kesepakatan
bersama sebagai kode etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
memuat komitmen moral setiap anggota kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai kristalisasi nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Tribrata
dan dilandasi oleh nilai-nilai luhur PancasiIa. Kode etik profesi Kepolisian
Negara Republik Indonesia merupakan pedoman perilaku dan sekaligus pedoman
moral bagi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai upaya
pemuliaan terhadap profesi kepolisian, yang berfungsi sebagai pembimbing
pengabdian sekaligus menjadi pengawas hati nurani setiap anggota agar
terhindar dari perbuatan tercela dan penyalahgunaan wewenang. Kode etik
Kepolisian Negara Republik Indonesia ditetapkan oleh KAP (JLRI dengan surat
Keputusan KAPOLRI No. Pol Kep/05/III/2001 tanggal 7 Maret 2001.
1. Etika Pengabdian
Merupakan komitmen moral setiap anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia terhadap profesinya sebagai pemelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegak hukum serta pelindung, pengayom dan
pelayan masyarakat Etika pengabdian diatur dalam bab I pasal I s.d. pasal 7.
Pasal 5
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat senantiasa :
a. Memberikan pelayanan terbaik ;
b. Menyelamatkan jiwa seseorang pada kesempatan pertama ;
c. Mengutamakan kemudahan dan tidak mempersulit;
d. Bersikap hormat kepada siapapun dan tidak menunjukkan
sikap congkak/arogan karena kekuasaan ;
e. Tidak membeda-bedakan cara pelayanan kepada semua orang ;
f. Tidak mengenal waktu istirahat selama 24 jam, atau tidak
mengenal hari libur;
g. Tidak membebani biaya, kecuali diatur dalam peraturan
perundang undangan ;
h. Tidak boleh menolak permintaan pertolongan bantuan dari
masyarakat dengan alasan bukan wilayah hukumnya atau
karena kekurangan alat dan orang ;
i. Tidak mengeluarkan kata-kata atau melakukan gerakan-
gerakan anggota tubuhnya yang mengisyaratkan meminta
imbalan atas bantuan Polisi yang telah diberikan kepada
masyarakat.
Pasal 6
(l) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam menggunakan
kewenangannya senantiasa berdasarkan pada norma hukum dan
mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan dan nilai-nilai
kemanusiaan.
(2) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa memegang
teguh rahasia sesuatu, yang menurut sifatnya atau menurut perintah
kedinasan perlu dirahasiakan
Pasal 7
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa menghindarkan
diri dari perbuatan tercela yang dapat merusak kehormatan profesi dan
organisasinya, dengan tidak melakukan tindakan-tindakan berupa :
a. Bertutur kata kasar dan bernada kemarahan ;
b. Menyalahi dan atau menyimpang dari prosedur
tugas ;
c. Bersikap mencari-cari kesalahan masyarakat ;
d. Mempersulit masyarakat yang membutuhkan
bantuan pertolongan ;
e. Menyebarkan berita yang dapat meresahkan
masyarakat ;
f. Melakukan perbuatan yang dirasakan merendahkan
martabat perempuan;
g. Melakukan tindakan yang dirasakan sebagai
perbuatan menelantarkan anak-anak di bawah
umur .
h. Merendahkan harkat dan martabat manusia.
2. Etika Kelembagaan
Merupakan komitmen moral setiap anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia terhadap institusinya yang menjadi wadah pengabdian dan
patut dijunjung tinggi sebagai ikatan lahir batin dari semua insan bhayangkara
dengan segala martabat dan kehormatannya. Diatur dalam bab II pasal 8 s.d.
pasal 12.

Pasal 8
Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menjunjung tinggi
institusinya dengan menempatkan kepentingan organisasi di atas kepentingan
pribadi.
Pasal 9
(1) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia memegang
teguh garis komando, mematuhi jenjang kewenangan, dan bertindak
disiplin berdasarkan aturan dan tata cara yang berlaku.
(2) Setiap atasan tidak dibenarkan memberikan perintah yang
bertentangan dengan norma hukum yang berlaku dan wajib
bertanggung jawab atas pelaksanaan perintah yang diberikan kepada
anggota bawahannya.
(3) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dibenarkan
menolak perintah atasan yang melanggar norma hukum dan untuk itu
anggota tersebut mendapatkan perlindungan hukum.
(4) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
melaksanakan perintah kedinasan tidak dibenarkan melampaui batas
kewenangannya dan wajib menyampaikan pertanggungjawaban
tugasnya kepada atasan langsungnya.
(5) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia daiam
melaksanakan tugas dan wewenangnya tidak boleh terpengaruh oleh
istri, anak dan orang-orang lain yang masih terikat hubungan keluarga
atau pihak lain yang tidak nda hubungannya dengan kcdinasan.

3. Etika Kenegaraan
Merupakan komitmen moral setiap anggota Keplisian Negara
Republik Indonesia dan institusinya untuk senantiasa bersikap netral, mandiri
dan tidak terpengaruh oleh kepentingan politik, golongan, dalam rangka
menjaga tegaknya hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Diatur dalam
bab Ill pasal 13 s.d. 16.
Pasal 13
Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia selalu siap sedia
menjaga keutuhan wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, memelihara
persatuan dalam kebhinekaan bangsa dan menjunjung tinggi kedaulatan
rakyat.
Pasal 14
Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menjaga jarak yang
sama dalam kehidupan politik dan tidak melibatkan diri pada kegiatan
politik praktis, serta tidak dipengaruhi oleh kepentingan politik golongan
tertentu.
Pasal 15
Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa
berpegang teguh pada konstitusi dalam menyikapi perkembangan
situasi yang membahayakan keselamatan bangsa dan negara.
Pasal 16
Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menjaga keamanan.
Presiden Republik Indonesia dnn menghormati serta menjnlankan segala
kebijakannya sesuai dengan jiwa konstitusi maupun hukum yang berlaku
demi keselamatan negara dan keutuhan bangsa.

Penegakan Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia


Pasal 17
Setiap pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Kepolisian Negara
Republik Indonesia dikenakan sanksi moral, berupa :
1. Perilaku pelanggar dinyata.kan sebagai perbuatan
tercela,
2. Kewajiban pelanggar untuk menyatakan penyesalan
atau meminta maaf secara terbatas ataupun secara
terbuka
3. Kewajiban pelanggar untuk mengikuti pembinaan
ulang profesi,
4. Pelanggar dinyatakan tidak layak lagi untuk
menjalankan profesi Kepolisian.
Pasal 18
Pemeriksaan atas pelanggaran Kode Etik Profesi Kepolisian Negara
Republik Indonesia dilakukan oleh Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan organisasi pembina
profesi Kepolisian yang berwenang membentuk komisi kode etik Kepolisian
Negara Republik Indonesia di semua tingkat organisasi, selanjutnya berfungsi
untuk menilai dan memeriksa pelanggaran yang dilakukan oleh anggota terhadap
ketentuan kode etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pelanggaran terhadap kode etik profesi Kepolisian republik Indonesia
harus dipertanggungjawabkan dihadapan sidang komisi kode etik profesi
Kepolisian Negara Republik Indonesia guna kemuliaan profesi Kepolisian.
Komisi kode etik adalah suatu wadah yang dibentuk dilingkungan POLRI
bertugas untuk memeriksa dan menyidangkan pelanggaran kode etik POLRI (pasal
1 ayat 2 Keputusan KAPOLRI tentang tata cara sidang komisi kode etik
Kepolisian Negara Republik Indonesia). Sedangkan yang dimaksud dengan
pelanggaran kode etik profesi POLRI adalah setiap perbuatan yang dilakukan
oleh anggota POLRI yang bertentangan dengan kode etik profesi POLRI (pasal 1
ayat 3).
Setiap pelanggaran terhadap kode etik profesi dikenakan sanksi moral
yang disampaikan dalam bentuk putusan sidang komisi secara tertulis kepada
terperiksa, dimana sanksi moral tersebut bisa berupa pernyataan putusan yang
menyatakan tidak terbukti atau pemyataan putusan yang menyatakan terperiksa
terbukti melakukan pelanggaran kode etik profesi POLRI.

Tugas dan Wewenang Komisi


Pasa14
1. Komisi Kode Etik POLRI bertugas menyelenggarakan sidang untuk :
a. Memeriksa apakah pelanggaran Kode Etik Profesi
yang dilakukan oleh anggota POLRI telah terjadi
atau tidak terjadi.
b. Menyatakan terperiksa tidak terbukti melakukan
pelanggaran Kode Etik Profesi POLRI jika dalam
pemeriksaan tidak cukup bukti.
c. Memberikan sanksi moral sebagaimana diatur dalam
pasal 17 Kode Etik Profesi POLRI jika terperiksa
terbukti melaknkan pelanggaran Kode Etik Profesi
POLRI.
2. Komisi Kode Etik POLRI berwenang untuk :
a. Memanggil anggota POLRI untuk didengar
keterangannya sebagai terperiksa.
b. Menghadirkan saksi, saksi ahli dan pendamping
untuk didengar keterangannya guna kepentingan
pemeriksaan sidang pelanggaran Kode Etik Profesi
POLRI.
c. Mengajukan pertanyaan secara langsung kepada
terperiksa mengenai sesuatu yang diperlukan dan
berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik Profesi
POLRI.
d. Dapat mengumumkan putusan sidang komisi
apabila dipandang perlu pada papan pengumuman
sidang.
Pasal 5
Komisi Kode Etik POLRI sesuai dengan peraturan perundang-undangan
lainnya, berwenang:
a. Melaksanakan Sidang Komisi Kode Etik Profesi POLRI
sebagaimana diatur dalam pasal 12, 13 dan 14 Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor I Tahun 2003.
b. Melaksanakan Sidang Komisi Kode Etik Profesi POLRI
sebagaimana diatur dalam pasal 13 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003.

Penerapan Kode Etik Kepolisian dalam Pelaksanaan Tugas Kepolisian


Berkaitan dengan tugas dan wewenang Kepolisian, maka kepolisian/polisi
mempunyai beberapa peran/fungsi, antara lain:
1. Fungsi fundamental polisi dalam hal ini fungsi penegakan hukum,
2. Fungsi menjaga tata tertib dan
3. Fungsi pelayanan (Engstad, 1980:141).
Pertama, berdasarkan fungsi polisi sebagai penegak hukum, maka tugas
polisi difokuskan pada penegakan peraturan perundang-undangan. Menurut Masters
dan Roberson, tugas khusus sebagai penegak hukum ini disebut juga sebagai tugas
memerangi kejahatan crime-fighting function of the police (Master dan Roberson,
1990:2).
Kedua, apabila polisi diharapkan berfungsi sebagai petugas yang
mempertahankan tata tertib, maka tugas poiisi ditekankan untuk mempertahankan
kedamaian dalam masyarakat. Dalam kapasitas ini polisi dapat mengabaikan
pelanggaran-pelanggaran yang terjadi demi untuk mempertahankan
kedamaian (Masters dan Roberson, 1990:3). Kelihatannya dalam fungsi
mempertahankan tata tertib ini polisi bebas mengkategorikan tindak pdana yang
dilakukan oleh seseorang, polisi bisa menindak dengan tegas pembuat kejahatan
tersebut, menahan pembuat kejahatan atau membebaskan pembuat kejahatan
dengan menggunakan “dasar pembenar” mempertahankan tata-tertib. Namun
demikian fungsi polisi untuk menjaga tata tertib tersebut mengandung kelemahan.
Dasar pembenar seperti ini memudahkan oknum polisi menyimpangi peraturan
perundang-undangan.
Secara substansial pengaturan dalam pasal 18 ayat (1) UU No. 2 tahun 2002
tersebut juga dapat dijadikan dasar pembenar bagi seorang polisi yang melakukan
tindakan yang sewenag-wenang dalam menjalankan tugasnya. Dalam
penjelasan pasal tersebut dijelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan
”bertindak menurut penilaiannya sendiri” adalah suatu tindakan yang dapat
dilakukan oleh anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dalam
bertindak harus mempertimbangkan manfaat serta resiko dari tindakannya dan
betul-betul untuk kepentingan umum. Meskipun demikian, dalam
pelaksanannya masih sangat tergantung dari subyektivitas polisi yang
bersangkutan.
Penerapan kode etik kepolisian dalam pelaksanaan tugas kepolisian
memang belum berjalan seperti apa yang diharapkan. Keberhasilan
pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum dan melindungi,
mengayomi serta melayani masyarakat, selain ditentukan oleh kualitas
pengetahuan dan ketrampilan teknis kepofisian yang tinggi juga sangat
ditentukan oleh ketaatan dari setiap anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia untuk tunduk dan patuh pada hukum dan segala peraturan yang
berlaku di Indonesia.
Untuk mewujudkan sikap kedisiplinan Kepolisian, maka setiap anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya senantiasa menghayati dan menjiwai etika profesi kepolisian
yang tercermin dalam setiap sikap dan perilakunya, sehingga terhindar dari
perbuatan (pelanggaran) yang dapat merusak citra korp.

III.PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tugas dan wewenang Kepolisian Negara
Republik Indonesia adalah sebagaimana
telah disebutkan dalam UU No. 2 Tahun
2002 tentang Kepulisian Negara
Republik Indonesia dalam pasal 14, 15
dan 16. tugas dan wewenang tersebut
adalah untuk menjalankan tugas pokok
kepoiisian, yaitu:
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. menegakkan hukum; dan
c. membenikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.
2. Kode etik profesi Kepolisian Negara
Republik Indonesia merupakan
pedoman perilaku dan sekaligus
pedoman moral bagi anggota Kepolisian
Negara Republik.

Anda mungkin juga menyukai