Disusun Oleh :
1. YUDI WIDIANTO E1A004118
2. ARIF R.P E1A004120
3. HERI I.M E1A004176
4. PUTHUT D.S E1A004194
5. TRI AJI W E1A004204
6. ABDUL MANAN E1A004234
7. RICKY P E1A004240
8. VIANDA Y E1A004252
9. PRADANADITYA L.M E1A004262
10. MERLIN W E1A005006
II. PEMBAHASAN
Sebelum pemisahan TNI dan POLRI dalam satu nama yaitu ABRI,
pertanggungjawaban POLRI tumpang tindih dalam alam dua doktrin yang
berbeda. Tidak jelas apakah bertanggung jawab sebagai ABRI dengan doktrin
pertahanan keamanan ataukah sebagai polisi dalam melaksanakan fungsi
penegakan hukum sesuai dengan doktrin ketertiban masyarakat.
Setelah pemisahan TNI dan POLRI sesuai peran masing-masing maka
POLRI semakin independen. Selain pemisahan dari TNI (ABRI), maka
cakupan independensi POLRI meliputi beberapa aspek:
1. POLRI independen melakukan fungsi operasional ketertiban umum
tanpa campur tangan dan kontrol dari kekuasaan pemerintah manapun.
Dalam hal ini harus dijaga kebebasan polisi dari politik, dimana
operasional dan penggunaan diskresi tidak boleh didiktekan oleh/untuk
kepentingan pemerintah maupun partai politik tertentu.
2. Mengenai aspek supervisi, POLRI ditempatkan dibawah
supervisi mendagri atau presiden namun organisasi POLRI dan
operasional tetap independen.
Mengenai susunan dan kedudukan Kepolisian Negara Republik
Indonesia di dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia diatur dalam pasa16 sampai dengan pasal 12.
Pasal 6
a. Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan peran dan fungsi
kepolisian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan 5 nmeiiputi seluruh
wilayah negara Republik Indonesia.
b. Dalam rangka pelaksanaan peran dan fungsi kepolisian, wilayah negara
Republik Indonesia dibagi dalam daerah hukum menurut kepentingan
pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.
c. Ketentuan mengenai daerah hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 8
a. Kepolisian Negara Republik Indonesia berada di bawah Presiden.
b. Kepolisian Negara Republik Indonesia dipimpin oleh Kapolri yang dalam
pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Presiden sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 11
a. Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat.
b. Usul pengangkatan dan pemberhentian Kapolri diajukan oleh Presiden
kepada Dewan Perwakilan Rakyat disertai dengan alasannya.
c. Persetujuan atau penolakan Dewan Perwakilan Rakyat terhadap usul
Presiden sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus diberikan dalam
jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari terhitung sejak tanggal
surat Presiden diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
d. Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat tidak memberikan jawaban dalam
waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), calon yang diajukan oleh
Presiden dianggap disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
e. Dalam keadaan mendesak, Presiden dapat memberhentikan sementara
Kapolri dan mengangkat pelaksana tugas Kapolri dan selanjutnya
dimintakan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
f. Calon Kapolri adalah Perwira Tinggi Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang masih aktif dengan memperhatikan jenjang kepangkatan dan karier.
g. Tata cara pengusulan atas pengangkatan dan pemberhentian Kapolri
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (6) diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Presiden.
h. Ketentuan mengenai pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan selain
yang dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.
Pasal 8
Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menjunjung tinggi
institusinya dengan menempatkan kepentingan organisasi di atas kepentingan
pribadi.
Pasal 9
(1) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia memegang
teguh garis komando, mematuhi jenjang kewenangan, dan bertindak
disiplin berdasarkan aturan dan tata cara yang berlaku.
(2) Setiap atasan tidak dibenarkan memberikan perintah yang
bertentangan dengan norma hukum yang berlaku dan wajib
bertanggung jawab atas pelaksanaan perintah yang diberikan kepada
anggota bawahannya.
(3) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dibenarkan
menolak perintah atasan yang melanggar norma hukum dan untuk itu
anggota tersebut mendapatkan perlindungan hukum.
(4) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
melaksanakan perintah kedinasan tidak dibenarkan melampaui batas
kewenangannya dan wajib menyampaikan pertanggungjawaban
tugasnya kepada atasan langsungnya.
(5) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia daiam
melaksanakan tugas dan wewenangnya tidak boleh terpengaruh oleh
istri, anak dan orang-orang lain yang masih terikat hubungan keluarga
atau pihak lain yang tidak nda hubungannya dengan kcdinasan.
3. Etika Kenegaraan
Merupakan komitmen moral setiap anggota Keplisian Negara
Republik Indonesia dan institusinya untuk senantiasa bersikap netral, mandiri
dan tidak terpengaruh oleh kepentingan politik, golongan, dalam rangka
menjaga tegaknya hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Diatur dalam
bab Ill pasal 13 s.d. 16.
Pasal 13
Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia selalu siap sedia
menjaga keutuhan wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, memelihara
persatuan dalam kebhinekaan bangsa dan menjunjung tinggi kedaulatan
rakyat.
Pasal 14
Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menjaga jarak yang
sama dalam kehidupan politik dan tidak melibatkan diri pada kegiatan
politik praktis, serta tidak dipengaruhi oleh kepentingan politik golongan
tertentu.
Pasal 15
Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa
berpegang teguh pada konstitusi dalam menyikapi perkembangan
situasi yang membahayakan keselamatan bangsa dan negara.
Pasal 16
Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menjaga keamanan.
Presiden Republik Indonesia dnn menghormati serta menjnlankan segala
kebijakannya sesuai dengan jiwa konstitusi maupun hukum yang berlaku
demi keselamatan negara dan keutuhan bangsa.
III.PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tugas dan wewenang Kepolisian Negara
Republik Indonesia adalah sebagaimana
telah disebutkan dalam UU No. 2 Tahun
2002 tentang Kepulisian Negara
Republik Indonesia dalam pasal 14, 15
dan 16. tugas dan wewenang tersebut
adalah untuk menjalankan tugas pokok
kepoiisian, yaitu:
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. menegakkan hukum; dan
c. membenikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.
2. Kode etik profesi Kepolisian Negara
Republik Indonesia merupakan
pedoman perilaku dan sekaligus
pedoman moral bagi anggota Kepolisian
Negara Republik.