MENINGIOMA
A. Pengertian
B. Etiologi
1. Trauma
2. Kehamilan
3. Virus
4. Radiasi
C. Manifestasi Klinis
1. Lobus Frontalis
2. Kortekpresentalis Posterior
3. Lobus parasentralis
Kelemahan/kelumpuhan pada ekstremitas bawah
4. Lobus Oksipitalis
5. Lobus Temporalis
6. Lobus Parietalis
7. Cerebellum
1. Nyeri kepala berat pada pagi hari, semakib bertambah bila batuk atau
membungkuk
2. Kejang
4. Perubahan kepribadian
5. Gangguan memori
D. Patofisiologi
Meningioma juga berhubungan dengan hormon seks dan seperti halnya faktor
etiologi lainnya mekanisme hormon sex hingga memicu meningioma hingga saat
ini masih menjadi perdebatan. Pada sekitar 2/3 kasus meningioma ditemukan
reseptor progesterone. Tidak hanya progesteron, reseptor hormon lain juga
ditemukan pada tumor ini termasuk estrogen, androgen, dopamine, dan reseptor
untuk platelet derived growth factor. Beberapa reseptor hormon sex diekspressikan
oleh meningioma. Dengan teknik imunohistokimia yang spesifik dan teknik biologi
molekuler diketahui bahwa estrogen diekspresikan dalam konsentrasi yang rendah.
Reseptor progesteron dapat ditemukan dalam sitosol dari meningioma. Reseptor
somatostatin juga ditemukan konsisten pada meningioma.
Pada meningioma multiple, reseptor progesteron lebih tinggi dibandingkan
pada meningioma soliter. Reseptor progesteron yang ditemukan pada meningioma
sama dengan yang ditemukan pada karsinoma mammae. Jacobs dkk (10)
melaporkan meningioma secara bermakna tidak berhubungan dengan karsinoma
mammae, tapi beberapa penelitian lainnya melaporkan hubungan karsinoma
mammae dengan meningioma.
E. Komplikasi
a. Edema serebral
c. Syok hipovolemik
d. Hydrocephalus
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tengkorak dengan sinar X, CT scan atau MRI dapat dengan cermat
mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan
perubahan jaringan otak. Untuk mengetahui adanya infark/iskemia jangan
dilakukan pada 24-72 jam setelah injuri.
b. Angiografi serebral
c. EEG berkala
Adalah suatu test diagnostic untuk menentukan status respirasi. Status respirsi
dapat digambarkan melalui pemeriksaan AGD ini adalah oksigenasi dan status
asam basa.
G. Penatalaksanaan
H. Pengkajian Primer
1. Airway
Perlu dikaji apakah ada sumbatan/benda asing, massa leher, tonsil yang
membesar yang dapat menghambat jalan napas pasien.
2. Breathing
Kaji apakah terjadi perubahan pola nafas, adanya bunyi napas tambahan, stridor,
tersedak, ronkhi, mengi, positif.
3. Circulation
Pantau adanya perubahan tekanan darah atau perubahan frekuensi jantung dan
klasifikasi perdarahan yang terjadi.
4. Disability
Yang dikaji adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil. Dalam mengkaji
dapat menggunakan GCS maupun AVPU. Biasanya pasien mengalami
kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo, sirkope,
tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstremitas. perubahan dalam
penglihatan, gangguan pengecapan dan juga penciuman. Selain itu juga
kehilangan penginderaan seperti pengecapan, penciuman, pendengaran, sangat
sensitif terhadap sentuhan dan getaran, kehilangan sensasi sebagian tubuh,
kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
5. Exposure
Kaji adanya jejas atau luka lain di seluruh tubuh pasien, ukur suhu tubuh pasien.
I. Pengkajian Sekunder
2. Aktivitas / istirahat
3. Sirkulasi
4. Integritas Ego
Perasaan tidak berdaya, putus asa, emosi yang labil, kesulitan untuk
mengekspresikan diri
5. Eliminasi
Perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urin, anuria, distensi abdomen,
bising usus
6. Makanan/cairan
7. Neurosensori
a. Fungsi serebral meliputi status mental, fungsi intelektual, daya pikir, status
emosional, persepsi, kemampuan motorik, kemampuan bahasa.
b. Fungsi syaraf cranial meliputi nervus cranial I sampai XII
c. Fungsi sensori meliputi sensasi taktil, sensasi nyeri dan suhu, vibrasi dan
propiosepsi, merasakan posisi, dan integrasi sensasi
d. Fungsi motorik meliputi ukuran otot, tonus otot, kekuatan otot,
keseimbangan dan koordinasi
e. Fungsi Refleks meliputi refleks brakoiradialis, patella, ankle, kontraksi
abdominal, dan babinski.
8. Nyeri / kenyamanan
9. Keamanan
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani
keluarganya selama di RS
K. Rencana Keperawatan
2. Gangguan perfusi Setelah dilakukan 1. Ukur TIK dengan akurat dan pantau
jaringan cerebral tindakan keperawatan hasil pengukuran secara kontinyu
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, 2. Tinggikan bagian kepala tempat
edema jaringan gangguan perfusi tidur 15o - 30o sepanjang waktu
cerebral, penurunan jaringan cerebral dapat 3. Gunakan sistem pengkajian
perfusi sistemik atau teratasi dengan kriteria neurologi secara konsisten, misal
hilangnya perfusi hasil: skala koma Glasglow
cerebral karena 4. Evaluasi hal-hal berikut setiap 1
embolus atau 1. Tingkat kesadaran jam:
sumbatan aliran darah meningkat (GCS > a. Tingkat kesadaran
cerebral. 9) b. Ukuran pupil, reaksi pupil
2. Tidak ada tanda- terhadap cahaya
tanda peningkatan c. Kesamaan pupil
tekanan itrakranial d. Gerakan ekstremitas
( ≤ 15 mmHg) e. Beri sedikit stimlasi untuk
3. Tekanan darah mendapatkan reaksi pasien
dalam rentang f. Kesesuaian respon pasien
normal (120/80 – terhadap lingkunagan atau
130/90 mmHg) stimulasi
g. Ada tidaknya refleks – refleks
h. Semua gerakan involunter
seperti kejang, kedutan atau
fungsi motorik asimetris
i. Tekanan darah
j. Frekuensi dan irama jantung
k. Frekuensi dan irama pernafasan
l. Parameter hemodinamik
5. Hindari peningkatan tekanan
intrathoraks, batuk, muntah dan
valsava manuver
6. Jika ventilasi dikontrol oleh
ventilator mekanik, pertahankan
PCO2 yang rendah (18-25) untuk
mencegah vasodolatasi cerebral
7. Berikan obat kontikosteroid sesuai
instruksi dokter
8. Beri diuretik yang menurunkan
volume jaringan (seperti manitol)
sesuai instruksi dokter
4. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan 1. Kaji derajat imobilisasi pasien
fisik berhubungan tindakan keperawatan 2. Ubah posisi pasien secara teratur
dengan kelemahan, selama 3 x 24 jam, 3. Bantu pasien untuk melakukan
kerusakan gangguan mobilitas fisik latihan rentang gerak
neuromuskular (akibat dapat teratasi dengan 4. Sokong kepala dan badan
perdarahan otak) kriteria hasil:
1. Mempertahankan
posisi yang optimal
2. Mempertahankan
kekuatan dan fungsi
bagian tubuh yang
sakit
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Harsono. 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi: Pertama. Jakarta: EGC
Harsono. 2000. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Pierce dan Borley. 2006. Ilmu Bedah, Edisi 3. Jakarta: Penerbit Erlangga
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, Edisi: 6
Volume 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C. 2010. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner-Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC
Widagdo, Wahyu. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Trans Info Media