Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

1. KONSEP GERONTIK
A. Proses Menua
Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi
rapuh disertai menurunnya cadangan hampir semua system fisiologis dan disertai pula
meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan kematian.
Proses menua biasanya atau normalnya merupakan suatu proses yang ringan, ditandai
dengan turunnya fungsi secara bertahap tetapitidak ada penyakit sama sekali sehingga
kesehatan tetap terjaga baik.
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah. Di mulai
sejak lahir dan umumnya di alami pada semu makhluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakt
tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus di akui bahwa ada berbagai
penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Namun yang penting untuk diketahui
bahwa aktivitas fisik dapat menghambat atau memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh
yang disebabkan bertambahnya umur.
Sebaliknya proses menua patologis ditandai dengan kemunduran fungsi organ sejalan
dengan umur, tetapi bukan akibat umur tua, melainkan akibat dari penyakit yang muncul
pada umur tua. Banyak hal di masa lalu yang di duga merupakan akibat proses menua
ternyata berhubungan dengan proses penyakit yang factor – factor resikonya senenarnya
dapat di modifikasi seperti diet, merokok, alcohol dan pandangan lingkungan.
B. Batasan Lansia
Batasan Lansia Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
C. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1. Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampi ke semua system organ tubuh
diantaranya meliputi system pernafasan. Pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
muskuluskeletal, gastrointestinal, genetal urinaria, endokren dan integume.
2. Perubahan mental
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental
a. Pertama-tama perubahan fisik,khususnya organ perasab
b. Kesehatan umam
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan Dan Lingkungan
e. Gangguan saraf panca indra,timbul kebutaan,dan ketulian
f. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jbatan
g. Rangkaiajn dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman atau family
h. Hilangnya ketegapan dan kekuatan fisik,perubahan terhadap gambaran diri,perubahan
konsep diri.
3. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makinterintegrasi dalam kehidupanyan. Lansia makin
matur dalam kehidupan keagamaannya,hal ini terlihat dalam berfikir dan dalam bertindak
sehari hari. Perubahan spiritual pada usia 70 tahun perubahan yang dicapai pada tingkat
ini adalah perfikir dan bertindak denga cara memberikan contoh cara mencintai dan
keadilan.
D. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lansia antara
lain :
1. Permasalahan Umum.
Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan .
a. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang kurang di perhatiakan ,dihargai, dan dihormati.
b. Lahirnya kelompok masyarakat industry
c. Masih rendahnya kualiatas dan kwantitas tenaga professional pelayanan lansia.
d. Belum membudayanya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2. Permasalahan Lansia.
a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik
,mental,maupun sosial.
b. Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c. Rendahnya produktivitas kerja lansia.
d. Banyaknya lansia yang miskin ,terlantar dan cacat.
e. Berubahnya nilai social masyarakat yang mengarah pada tantangan masyarakat
individualistik.
f. Adanya dampak negative dan proses pembngunan yang dapat mengganggu kesehatan
fisik lansia.
E. Penyakit Yang Lebih Dijumpai Pada Lansia
1. Menurut Stieglitz (1945), dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat
hubungannya dengan proses menua yaitu :
a. Gangguan sirkulasi darah : seperti hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan
pembuluh darah di otak ( koroner ) dan ginjal.
b. Gangguan metabolisme hormonal : seperti DM, klimaks sterium dan
ketidakseimbangan tiroid
c. Gangguan pada persendian : seperti osteo arthritis, gout arthritis maupun penyakit
kolagen lainnya.
d. Berbagai macam neoplasma
2. Menurut The National of People’s Welfare Cuoncil dari Inggris mengemukakan bahwa
penyakit atau gangguan umum pada lansia ada 12 macam yaitu :
a. Depresi mental
b. Gangguan pendengaran
c. Bronkitis kronis
d. Gangguan pada tungkai atau sikap berjalan
e. Gangguan pada coxa atau sendi panggul
f. Anemia
g. Dimensia
h. Gangguan penglihatan
i. Ansietas atau kecemasan
j. Dekompensasi cordis
k. DM, osteo malaisia dan hipotiroidisme
l. Gangguan defekasi
F. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan
1. Heredites atau keturunan genetic
2. Nutrisi atau makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Strees
2. TINJAUAN TEORI

A. Pengertian dan Klasifikasi


Definisi

Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi rapuh
disertai menurunnya cadangan hampir semua system fisiologis dan disertai pula
meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan kematian.

Hpertensi didefinisikan sebagai TD persisten diaman tekanan sistoliknya diatas 140


mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001 : 896).

Klasifikasi hipertensi
Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg

Normal + < 130 < 85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi I

Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99

Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109

Stadium 3 (berat) 180-209 110-119

Stadium 4 (sangat berat) > 210 > 120

B. Etiologi
Berdasar penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

1. Hipertensi primer / esensial


Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, tetapi ada beberapa faktor penunjang
antara lain :

a. Herediter
b. Lingkungan
c. Hiperaktivitas
d. Susunan syaraf simpatis
e. Sistem rennin ongiotensin
f. Defek dalam mensekresi Na
g. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti : alcohol, merokok serta polistemia,
stress (Ignativicius, 1991 : 2197).
2. Hipertensi sekunder / hipertensi renal
Yaitu terhadap sekitar 5% kasus penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperal dias teronisme primer dan
sindrom cushing, feokromasitoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan, penggunaan konstrasepsi oral, penyakit renal vaskuler dan renal parendrymal,
kelainan endokrin, tumor otak, encephalitis, peningkatan volume introvaskuler, luka
bakar.

C. Patofisiologi
Tekanan darah yang meningkat pada penyakit hipertensi menyebabkan aliran darah
meningkat. Sehingga dalam pembuluh darah terjadi sclerosis yang kemudian aliran darah
tersebut menjadi statis (adanya retensi garam). Hal tersebut menyebabkan peningkatan kerja
jantung yang ditandai dengan peningkatan kontraksi otot jantung sehingga otot jantung
mengalami pembesaran dan mengakibatkan penurunan cardiac output.

Peningkatan TD dapat menyebabkan sclerosis yang menimbulkan pengecilan


pembuluh darah. Jika dalam serebral terjadi peningkatan vaskuler (aliran darah) karena
adanya peningkatan ini menyebabkan aliran darah turun, sehingga suplai darah ke otak
kurang dan dapat terjadi nyeri.

Karena suplai darah ke otak berkurang maka O2 yang diedarkan oleh darah ke otak
menjadi berkurang pula, sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan. Dampak hipertensi pada
ginjal terjadi vaskontriksi pembuluh darah ginjal yang menyebabkan penurunan aliran darah.
Hal ini menyebabkan rennin (yang merupakan enzim yang disekresi oleh sel junkta
glomerulus ginjal) bekerja pada substratnya berupa pembentukan engiotensin peptida II yang
berpengaruh terhadap aldosteron untuk mengikat natrium dan air ke inter stisial, hal tersebut
mengakibatkan peningkatan volume cairan dalam tubuh.

Perubahan fisik pada lansia terkait dengan penyakit hipertensi :

a. Perubahan sistem kardiovaskuler


1) Elastisitas, dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah umur 20
tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak)
5) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatknya resistensi dari pembuluh
darah perifer, sistolis normal ± 170 mmHg. Distolis normal ± 90 mmHg.
Dengan adanya penurunan suplai O2 ke otak maka kebutuhan otak akan O2 berkurang.
Hal tersebut dapat menyebabkan pingsan pada akhirnya akan terjadi resiko injuri.

D. Manifestasi
1. Neurologi
a. Pusing / migraine
b. Penurunan kemampuan berbicara
c. Disfungsi sistem syaraf
d. Infeksi serebral
e. Infark otak
f. Perdarahan serebral
g. Edema cerebral
h. Stroke
i. Hemiplegia
2. Gastro intestinal
a. Mual
b. Muntah
3. Urologi
a. Poliuria
b. Nokturia
c. Hematuria mikroskopik
d. Palidipsi
e. Azotemia
f. Gagal ginjal
g. Proteinuria
4. Kardiovaskuler s
a. Mycocardiac infark
5. Respiratorisus
a. Sesak nafas
6. Psikologis
a. Mudah marah
b. Cemas
c. Sulit tidur
7. Sensori
a. Gangguan tajam pengelihatan
b. Pandangan akbur
c. Kebutaan
d. Retinopati
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita hipertensi terdiri dari penatalaksanaan non
farmakologis dan famarkologis.

Penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari :


1. Penurunan berat badan
2. Pembatasan alcohol
3. Pembatasan konsumsi natrium
4. Pembatasan penggunaan tembakau
5. Latihan dan relaksasi
Penatalaksanaan farmakologis terdiri dari :

1. Diuretik (chlorthalidone chygraton)


2. Diuretika pengganti kalium
3. Diuretika loop (frerasemide (lasik)
4. Inhibitor asenergik (propanoloc (iinderal)
5. Vaskodilaton (hydrolazine hydrocholoride (apresoline)
6. Penghambat enzim pengubah angiotensin (captopril (capoten)
7. Antagonis kalsium (diltiazem hydrochloride (cardizem)

KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian Fokus
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda :

a. Frekuensi jantung meningkat


b. Perubahan irama jantung
c. Takipnea
2. Sirkulasi
Gejala :

a. Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit


cerebravaskuler
b. Episode palpitasi, perspirasi
Tanda :

a. Kenaikan TD
b. Hipotensi postural
c. Frekuensi / irama takikardi, berbagai disritmia
d. Mumur stenosis valvular
3. Integritas ego
Gejala :

a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik.


b. Faktor-faktor multiple
Tanda :

a. Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak
b. Gerak badan empati, otot muka tegang, gerakan fisik cepat, peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini / yang lalu.

5. Makanan / cairan
Gejala :

a. Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol
b. Mual muntah
c. Perubahan berat badan
d. Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :

e. BB naik atau obesitas


6. Neurosensori
Gejala :

a. Keluhan pening / pusing


b. Berdenyut, sakit kepala suboksipital
c. Kelemahan pada satu sisi tubuh
d. Episode epistaksis
Tanda :

e. Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, memori


f. Respon motorik : penurunan kekuatan gangguan tangan
7. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala :

a. Angin
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai
c. Sakit kepala oksipital berat
d. Nyeri abdomen / massa
8. Pernafasan
Gejala :

a. Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas / kerja


b. Takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksimal
c. Riwayat merokok
Tanda :

d. Distres respirasi
e. Bunyai nafas tambahan
f. Sianosis
9. Kelemahan
Gejala :

a. Gangguan koordinasi / cara berjalan


b. Espisode parestesia unilateral transient
c. Hipotensi pastural
2. Pemeriksaan Diagnostik
1. Haemoglobine / hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindetifikasi faktor-faktor resiko
seperti hiperkoagulabilitas, anemia
2. Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal
3. Glukosa : hiperglikemia dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
4. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan difungsi ginjal atau adanya diabetes
5. Pemeriksaan Tiroid : hipertiroidimse dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi
6. CT Scan : mengkaji cerebral, CSU, ensevalopati / feokromositoma
7. EKB : dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi
8. Foto dada : dapat menunjukkan obtruksi klasifikasi pada area katub, defisit pada torik
aorta, pembesaran jantung
9. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / uterter (Doengoes, 1999).
3. Komplikasi
Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika tekanan diastolic 
130 mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi secara mendadak dan tinggi.

Beberapa negara mempunyai pola komplikasi yang berbeda-beda. Di Jepang gangguan


serebravaskuler lebih mencolok dibandingkan dengan kelainan organ yang lain, sedangkan di
Amerika dan Eropa komplikasi jantung ditemukan lebih banyak. Di Indonesia belum ada
data mengenai hal ini, akan tetapi komplikasi serebral vaskuler dan komplikasi jantung
sering ditemukan.

Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada mata, ginjal,
jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan pengelihatan sampai
dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi
berat disamping kelainan koroner dan miokardio. Pada otak sering terjadi perdarahan yang
disebabkan oleh pecahnya mikroorganisme yang dapat mengakibatkan kematian. Kelainan
lain yang dapat terjadi adalah proses tromboembali dan serangan iskemia otak sementara
(transisent ischeemic attack). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi
yang lama dan pada proses akut pada hipertensi maligna.
4. Fokus Intervensi dan Rasional
1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan beban akhir meningkat,
vasokontriksi iskemik miokard
TUM : Tidak terjadi penurunan curah jantung.

TUK :

d. TD meningkat
e. Nadi 80 x/mnt
f. Pengikisan kapiler < 3 detik
g. Suhu 36,5 – 37 0C
h. RR 16-24 x/mnt
Intervensi :

a. Monitor tanda vital dan pengikisan kapiler


Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler.

b. Auskultasi bunyi nafas


Rasional : 54 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertrofi
atrium, perkembangan s3 menunjukkan hipertensi ventrikel dan kerusakan fungsi.

c. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman


Rasional : membantu untuk menurunkan rangsang simpati, meningkatkan relaksasi.

d. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman seperti pinjatan punggung dan leher,


meninggikan kepala tempat tidur
Rasional : mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang sipatis.

e. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas Pengalihan


Rasional : dapat mengurangi ketegangan otot dan melancarkan aliran darah.
2. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral
TUM : nyeri berkurang sampai dengan hilang

TUK :

a. Skala nyeri < 3


b. Ekpresi wajah rileks
c. Klien menyatakan nyeri berkurang / hilang
Intervensi :

a. Kaji status nyeri (skala, Durasi, irama, kualitasnya)


Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala
karena adanya peningkatan tekanan vaskulercerebral.

b. Pertahankan tirah baring

Rasional : meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi.

b. Anjurkan teknik relaksasi dan distraksi


Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler dan yang memperlambat /
memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan
komplikasinya.

c. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan


Rasional : pusing dan pengelihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala.

d. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan yang teratur bila terjadi perdarahan
hidung / kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan
Rasional : meningkatkan kenyamanan umum.

3. Risiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi


TUM : perfusi jaringan adekuat

TUK :

i. TD naik
j. Nadi 80 x/mnt
k. Suhu 36,5 – 37 oC
l. RR 16-24 x/mnt
m. Tak ada keluhan sakit kepala / pusing
Intervensi :

f. Pertahankan tirah baring


Rasional : tirah baring membantu kebutuhan energi.

g. Monitor tanda vital


Rasional : untuk mengetahui / mengkaji keadaan klien.

h. Monitor balance cairan


Rasional : cairan yang berlebihan menurunkan sirkulasi O2.

i. Kolaborasi pemberian obat anti hipertensi


Rasional : untuk menurunkan tekanan darah.

4. Risiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan intake garam
dalam diet, pemenuhan mekanisme regulasi hemodinamik neurology dan sistem renal.
TUM : tidak terjadi keletihan volume cairan.

TUK :

a. Tidak ada edema


b. Bunyi paru bersih
c. Balance seimbang
Intervensi :

a. Kaji diet klien terhadap in adekuat masukan protein / kelebihan natrium


Rasional : penurunan aliran ginjal mengakibatkan peningkatan aldosteron dan sekresi
hormon antidiuretik, menyebabkan retensi air dan natrium dan ekskresi kalium.

b. Dorong klien untuk menurunkan masukan garam


Rasional : penurunan aliran ginjal mengakibatkan peningkatan aldesteron disekresi
hormon anti deuretik, menyebabkan retensi air dan Na dan sekresi kalium.
c. Pastikan dengan dokter apakah dapat menggunakan garam tambahan
Rasional : ammonium meningkatkan kadar ammonia serum dan dapat menunjang
koma hepatic.

d. Lakukan tindakan untuk melindungi edema kulit dari cedera


Rasional : kulit edema tegang dan mudah cedera, kulit kering lebih rentan untuk
rusak dan cidera.

5. Resiko tinggi injury berhubungan dengan O2 ke otak menurun


TUM : tidak terjadi injury

Interensi :

a. Orientasikan individu terhadap sekeliling


Rasional : mengenalkan individu pada yang dirasa bahaya.

b. Awasi individu secara ketat


Rasional : mempersiapkan diri untuk memberi pertolongan jika dibutuhkan.

c. Gunakan lampu malam


Rasional : menghindari kecelakaan.

d. Anjurkan individu untuk meminta bantuan selama serangan


Rasional : mengurangi resiki kecelakaan.

e. Pertahankan tempat tidur pada ketinggian paling rendah


Rasional : mengurangi resiko jatuh.

f. Mintalah tekan sekamar, jika mampu untuk mengingatkan perawatan tentang adanya
masalah
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa oleh Monica
Ester, (Ed. 8), EGC, Jakarta.
Doengoes, Marilyn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, Terjemahan oleh I Made Kassise (ed.I). EGC : Jakarta.

Ganang, William, F, 2002, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, (Ed.20), Alih bahasa oleh Brahm U
Panit (et.al), EGC : Jakarta.

Isselbacher, Kurt, 2000, Horison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC : Jakarta.

Price, Sylvia Anderson dan Wilson, Lorraine Mc. Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, (ed.4, buku 2), Terjemahan oleh : Peter Anugrah, EGC : Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner dan Suddarth (ed.8, vol.2), Terjemahan oleh Agung Waluyo, (et,all), EGC :
Jakarta.

Nugroho, Wahyudi SKM, 2000, Keperawatan Gerontik (edisi 2), penerit buku Kedokteran
EGC : Jakarta.
Pathway Keperawatan

Etiologi :

- Umur
- Obesity
- Jenis kelamin
- Gaya hidup

Hipertensi

Vasokontriksi pembuluh Ginjal Otak


darah

Vasokontriksi pembuluh  suplay O2 Resistensi


darah ginjal pembuluh
 after load
ke otak darah otak
 aliran darah
 COP  tekanan
Pingsan
Respon rennin angiotensin Gangguan pembuluh
dan aldosteron perfusi darah otak
Resiko jaringan
tinggi Nyeri tekan
injuri
 aldesteron
Nyeri
Retensi Na

Edema

Kelebihan
volume cairan

Anda mungkin juga menyukai