Oleh:
Mohamad Naufal Y (1102011165)
Cintya Ristimawarni (1102013064)
Dara Lalita Darmestari (1102013068)
Rezky Dwiputra Felany (1102013248)
Wenny Damayanti (1102013299)
Pembimbing:
dr. Yusnita, M.Kes, DipIDK
dr. Erlina Wijayanti, MPH, DipIDK
Pembimbing I Pembimbing II
ii
KATA PENGANTAR
iii
Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas YARSI yang telah
membimbing dan memberi masukan
4. dr. Dini Widianti, M.KK, selaku koordinator Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Komunitas Universitas YARSI yang telah membimbing dan
memberi masukan yang bermanfaat.
5. Rifqatussa’adah, SKM, M.Kes, selaku bendahara dan staf
pengajar bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI.
6. dr. Dian Mardhiyah, M.KK, selaku koordinator Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Komunitas Universitas YARSI dan staf pengajar Kepaniteraan
Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas YARSI.
7. dr. Sophianita, MKK, PKK, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
8. dr. H. Sumedi Sudarsono, M.PH, selaku staf pengajar bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
9. dr. Fathul Jannah, M.Si, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
10. Rifda Wulansari, SP, M.Kes, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
11. Seluruh tenaga kesehatan yang terkait di Puskesmas Kresek, Tangerang.
12. Seluruh rekan sejawat yang telah memberikan motivasi dan kerjasama
sehingga tersusun laporan ini.
Tim Penulis
iv
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Jumlah Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Kresek Tahun 2017 ........ 17
Grafik 3. Presentasi Jumlah Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita Menurut Jenis
Kelamin Puskesmas Kresek Tahun 2017 ................................................................... 21
Grafik 7. Kasus Balita Gizi Buruk yang Ditemukan dan Dirawat di Puskesmas
Kresek Tahun 2017 ........................................................................................................... 26
vii
Grafik 9. pertolongan Persalinan di Puskesmas Kresek Tahun 2017 ......................... 28
Grafik 11. Presentase bayi BBLR di Puskesmas Kresek Tahun 2017 ....................... 30
Grafik 15. Presentase Cakupan Imunisasi Puskesmas Kresek Tahun 2017 ............. 33
Grafik 17. Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan Puskesmas Kresek Tahun 2017
................................................................................................................................................. 34
Grafik 18. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas Kresek Tahun 2017 35
Grafik 19. Jumlah Murid SD/MI yang Mendapat Pemeriksaan Gigig dan Mulut
Puskesmas Kresek Tahun 2017 ..................................................................................... 36
Grafik 20. Pelayanan Perawatan Gigig di SD?MI Puskesmas Kresek Tahun 2017
................................................................................................................................................. 36
Grafik 21. Jumlah Balita yang Ditimbang Puskesmas Kresek Tahun 2017 ............. 37
Grafik 22. Balita dengan BGM Menurut Jenis Kelamin Puskesmas Kresek Tahun
2017........................................................................................................................................ 38
Grafik 23. Cakupan Pemberian Vitamin A Puskesmas Kresek Tahun 2017 ........... 39
Grafik 24. Cakupan Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil Puskesmas Kresek
Tahun 2017 .......................................................................................................................... 39
Grafik 25. Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan Puskesmas Kresek Tahun
2017........................................................................................................................................ 40
Grafik 27. Rumah Tangga yang Ber-PHBS Puskesmas Kresek Tahun 2017 .......... 42
Grafik 28. Cakupan Pelayanan Lansia Puskesmas Kresek Tahun 2017 .................... 43
viii
BAB I
LATAR BELAKANG
9
Gambar 1. Peta Kecamatan Kresek (skala 1:2km)
(Sumber: Google Maps)
10
1.4 1.2 GAMBARAN UMUM DESA SECARA DEMOGRAFI
11
1.6 1.2.2 Indeks Pembangunan Manusia
IPM merupakan kinerja pembangunan wilayah terhadap pembangunan
manusia itu sendiri, dengan upaya peningkatan kualitas penduduk sumber daya,
baik aspek fisik (keseshatan), aspek intelektual (pendidikan), aspek
kesejahteraan ekonomi (daya beli) serta pasrtisipasi pembangunan akan
meningkat (Profil Puskesmas Kresek, 2016).
Dalam penyusunan IPM terkait erat dengan tiga komponen yaitu angka
harapan hidup (AHH), Angka indeks pendidikan (lama sekolah), dan
kemampuan daya beli (PPP) (Profil Puskesmas Kresek, 2016).
12
Tabel 2. Presentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Kabupaten Tangerang Tahun 2017
13
rumah sehat, serta persentase untuk rumah sehat (Profil Puskesmas Kresek,
2017).
14
ventilasi yang baik dan luas lantai ruangan yang sesuai dengan jumlah
pengunjung dan memiliki pencahayaan yang cukup.
Jumlah Tempat-Tempat Umum (TTU) yang ada di Kecamatan
Kresek sebanyak 57 unit, sedangkan TTU yang memenuhi syarat
kesehatan 47 unit (82.46%). Untuk Tempat Pengolaan Makanan (TPM)
berjumlah 86 unit TPM yang memenuhi syarat kesehatan 56 unit
(65.12%).
15
c) Posyandu
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kepada masyarakat
berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di
masyarakat dengan Posyandu merupakan salah satu UKBM yang sangat
populer. Posyandu dikelompokkan menjadi Pratama, Madya, Pumama dan
Mandiri. Di Kecamatan Kresek jumlah Posyandu berjumlah 58 pos, terdiri
dari Posyandu Pratama berjumlah 0 posyandu, Madya 56 posyandu, Pumama
0 posyandu dan Mandiri 2 posyandu. Dari data tersebut, Posyandu di wilayah
Kecamatan Kresek masih di dominasi oleh Strata Madya.
d) Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin
Dalam rangka meningkatkan jangkauan pelayanan masyarakat yang
jauh Puskesmas kresek melaksanakan Puskesmas Keiling yang menjangkau 9
desa dilaksanakan setiap hari selasa dengan mobil puskesmas keliling.
1.2.5 Kesehatan
Berdasarkan hasil laporan bulanan Penyakit (LB3) Pskesmas Kresek
didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Kresek
pada tahun 2017 menurut golongan semua umur seperti grafik berikut ini.
Menurut Sistem Pendataan Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Kresek
didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Kresek
pada Januari 2017 – Desember 2017, yaitu:
A. Sepuluh Besar Penyakit
16
JANUARI - DESEMBER 2017
10000 9208
9000
8000
7000
6000
5000
4000 3221
2626
3000 1729 1588 1532 1411
2000 998 857 794 DIAGNOSA
1000
0
Dari grafik diatas, ISPA (Infeksi Saluran Nafas Atas) berada diposisi
teratas dengan 9208 kasus, diikuti Hipertensi sebanyak 3221 kasus dan
Faringitis 2626 kasus, sedangkan Diare menempati posisi terakhir
dengan 794 kasus. (Profil Puskesmas Kresek, 2017)
B. Sarana Kesehatan
Sarana dan Prasarana
Unit Pelayanan Teknis Puskesmas Kresek memiliki gedung utama dan
gedung tambahan yang diuraikan sebagai berikut:
a. Gedung Utama /Rawat Jalan:
1. Ruang Loket / Pendaftaran
2. Ruang Tunggu
3. Ruang Periksa BPU
4. Ruang Periksa Kesehatan Anak
5. Ruang Gigi
6. Kamar Obat / Apotik
7. Ruang Periksa Kesehatan Ibu]
8. Ruang Gudang Farmasi
9. Ruang Administrasi Bidan
10. Ruang Tata Usaha
17
11. Ruang Pelayanan terbatan 24 jam (UGD)
12. Ruang Kepala Puskesmas
13. Ruang Bendahara
14. Mushalla untuk Pegawai
15. Ruangan Kamar Inap dengan 5 tempat tidur
16. Ruangan Persalinan (PONED)
17. Ruang Klinik Gizi
18. Ruang Aula
19. Ruang Laboratorium
b. Gedung Tambahan yang berada di depan gedung utama terdiri dari:
1. Ruang Periksa TB Paru
2. Ruang Pos Satpam
c. Untuk sarana penunjang kegiatan Puskesmas dilengkapi antara lain:
1. Mobil Puskesmas keliling 1 unit
2. Mobil Ambulan untuk merujuk pasien gawat darurat 1 unit
3. Sepeda motor dinas 4 unit
18
1.10 1.3.1 Visi dan Misi
Dalam menjalankan fungsinya, maka Puskesmas Kresek telah
menentapkan Visi, yaitu: “mewujudkan pembangunan kesehatan bewawasan
lingkungan menuju masyarakat kecamatan kresek sehat dan mandiri”,
dengan melaksanakan misi:1
1) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara paripurna
2) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat secara terpadu
3) Meningkatkan upaya pencegahan penyakit
4) Meningkatkan sinergi kemitraan dengan sektor terkait
19
Kecamatan, Pendidikan, BPS Kecamatan, Balai Pengobatan Swasta yang ada
di Kecamatan Kresek dan dari kegiatan internal puskesmas.
20
2.5
2
2
1.5
1 1
1
0.5
0 0 0 0 0 0
0
Kresek Talok Renged Patrasana Pasir Koper Jengkol Kemuning Racailat
Ampo
Laki-laki Perempuan
21
Jumlah kematian Ibu (AKI) di Puskesmas Kresek tahun 2017 sebagai
berikut : kematian ibu hamil tidak ditemukan, kematian ibu bersalin sebanyak
tidak ditemukan, kematian ibu nifas ditemukan 2 orang.
B. Jumlah Kesakitan
1. Penyakit Menular
Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular terdiri dari:
a. Penyakit menular melalui binatang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dititik
beratkan pada kegiatan PSN (Pemberanatasan Sarang Nyamuk)
disemua wilayah.
22
b. Penyakit menular langsung
Penyakit Diare
Penyakit diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali sehari
dengan tinja encer dapat juga disertai dengan darah/lendir.
250
207
200
180
150 139
100 82
61 60
50 37
27
16
0
Kresek Talok Renged Patrasana Pasir Ampo Koper Jengkol Kemuning Ranca ilat
23
ditemukan dan Kusta Multi Basiler (MB) / Kusta Basah sejumlah 21
orang.
6
5
5
4 4
4
3 3
3
2
2
0 0 0
0
Kresek Talok Renged Patrasana Pasir Ampo Koper Jengkol Kemuning Ranca ilat
Penderita
b) HIV/AIDS/ IMS
Penyakit-penyakit ini menular melalui hubungan seksual (vaginal, oral,
anal) dengan pasangan yang sudah tertular, semakin sering ganti pasangan
semakin besar kemungkinan untuk tertular. Jumlah kasus HIV/AIDS/IMS
pada tahun 2017 didapatkan 10 kasus.
c) Pneumonia
Penyakit Pneumonia adalah penyakit peradangan pada paru yang dapat
disebabakan oleh virus, bakteri, jamur atau parasit juga dapat disebabkan
oleh iritasi kimia/fisik dari paru paru akibat penyakit lain. Pada tahun 2017
di Puskesmas Kresek penderita penyakit pneumonia ditemukan dan
ditangani sejumlah 216 kasus.
24
35 33
30
26
25
22
21
20 19
15 14
13 13
11
10 8 8 8
7
5
5 4
3
1
0
0
Kresek Talok Renged Patrasana Pasir Ampo Koper Jengkol Kemuning Ranca ilat
Laki-laki Perempuan
d) TB Paru
Penderita penyakit Tuberculosis Paru (TB paru) di Puskesmas kresek
tahun 2017 ditemukan suspek 397 kasus sedangkan TB paru BTA+ dan di
obati sebanyak 55 kasus.
C. Status Gizi
Status gizi merupakan ekspresi suatu aspek atau lebih dari nutrisi seorang
individu dalam suatu variable atau keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya.
Faktor yang menyebabkan kurangnya gizi baik secara langsung maupun tidak
langsung, penyebab langusung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang
mungkin diderita oleh anak dan penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan
di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan.
25
1. Balita Dengan Gizi Buruk
Gizi buruk atau Malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi
yang buruk. Dikarenakan akibat kurangnya asupan makanan, pemilihan
jenis makanan yang tidak tepat atau dikarenakan seperti adanya penyakit
infeksi yang menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan.
Status gizi balita di wilayah Puskesmas Kresek memerlukan perhatian
yang lebih terhadap penanganan Gizi Buruk dan pada balita Bawah Garis
Merah agar tidak menjadi gizi buruk.
10
Perempuan Laki-Laki
26
Standar pelayanan antenatal pada ibu hamil minimal empat kali
pada masa kehamilan dari triwulkan pertama sampai dengan triwulan ke
tiga.1
Ibu hamil memiliki banyak faktor resiko yang menyebabkan
terhadap keselamatan ibu hamil dan janinnya. Pemeriksaan ibu hamil
pada Trimester I di Puskesmas dan di Posyandu dilakukan dengan sistim
10T seperti Timbang Berat Badan, ukur Tekanan Darah, imunisasi TT 1,
ukur Tiggi Fundus Uteri, pemeberian Tablet Fe, Temu wicara, Tes
laboratorium.1
Pada tahun 2017 jumlah ibu hamil di Puskesmas Kresek terdapat 1.508 ibu
hamil, cakupan kunjungan K1 sebanyak 1.505 orang (99.8%), dan kunjungan K4
1.497 orang (93.3%).
1508
1508 1505
1506
1504
1502
1500 1497
1498
1496
1494
1492
1490
K1 K4 Jumlah BUMIL
K1 K4 Jumlah BUMIL
27
a. Pencegahan infeksi
b. Metode pertolongan persalinan sesuai standar
c. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang
lebih tinggi
d. Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
e. Memberikan injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir
Dari jumlah 1.440 ibu bersalin, Cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan pada tahun 2017 sebanyak 1.237 orang dan persalinan
oleh non nankes sebanyak 203 orang.
nakes, 1237
28
persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan kesehatan pada neonatus dan
cara perawatan bayi yang benar.
Pelayanan Neonatus bayi umur 0-28 hari yang mendapatkan
pelayanan kesehatan minimal 3 kali (KN 3), yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam
(KN 1), 1 kali pada 3-7 hari dan 1 kali pada umur 21-28 hari.
Pada tahun 2017 Cakupan kunjungan neonatus 1 kali (KN 1) sejumlah
1.319 bayi, dan kunjungan lengkap (KN 3) sejumlah 1.319 bayi. Semua
Neonatus di wilayah Puskesmas Kresek mendapatkan pelayanan kesehatan.
1430
1440
1420
1400
1380
1360
1340 1319 1319
1320
1300
1280
1260
Jml. Bayi KN1 KN lengkap
4. Cakupan BBLR
Jumlah bayi dengan Berat badan lahir rendah (BBLR) tahun 2017
berjumlah 84 atau mencapai (6.37%) dari jumlah bayi lahir hidup dan
ditimbang berat badan sebanyak 1.319 bayi yang ada di puskesmas
kresek.
29
6%
649
619
Laki-laki Perempuan
30
Pelayanan KB di wilayah Puskesmas Kresek dilakukan di dalam dan
diluar gedung. Seperti pelayanan safari KB.
Dari PUS sejumlah 14.228, Cakupan peserta akseptor KB baru pada
tahun 2017 sebanyak 2.091 akseptor (14,07%) , dan peserta KB Aktif
sejumlah 8.277 Akseptor (58.17%).
15000
10000
14228
5000 8277
2091
0
Kb baru Kb aktif PUS
31
1350
1300
1250
1341 1348
1304
1200
1239
1150 1201
1100
Hb < 7 hr BCG DPT-HB3 Polio Campak
32
minggu. Pada tahun 2017 cakupan imunisasi DPT Hb3 di Puskesmas
Kresek jauh melampaui target yaitu mencapai 1.304 bayi (98.05 %)
c. Imunisasi Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis (penyakit lumpuh
layu secara mendadak). Imunisasi ini diberikan segera setelah lahir.
Cakupan Imunisasi polio wilayah Puskesmas Kresek 1.348 bayi
(101.4%)
d. Imunisasi Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles). pada
umur 9 bulan Cakupan Imnisasi campak pada tahun 2016 mencapai
1.239 bayi (93,2%)
104.00%
102.00% 100.83% 101.40%
100.00% 98.50%
98.00% BCG
96.00% DPT-Hb3
33
100.00% 86.67% 79.24%
80.00%
60.00%
40.00%
11.01% 9.42% 9.22%
20.00% 0%
0.00%
TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT2+
Grafik 17. Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan Puskesmas Kresek Tahun
2017
(Sumber: Data Puskemas Kresek)
34
Pelayanan Kesehatan gigi di puskesmas Kresek selain pelayaanan
di puskesmas juga melaksanakan pemeriksaan gigi anak sekolah melalui
kegiatan UKGS.
a) Penambatan dan pencabutan gigi
Pelayanan kesehatan Gigi dan mulut di Puskesmas Kresek
Tahun 2017 tumpatan gigi tetap 157 orang dan pencabutan gigi tetap
55 orang rasio tumpatan dengan pencabutan gigi tetap adalah 2.85
55
Tumpatan gigi
tetap
pencabutan gigi
tetap
157
Grafik 18. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas Kresek Tahun
2017
(Sumber: Data Puskemas Kresek)
35
25.80% Siswa yang tidak
Siswa yang
74.20% diperiksa
Grafik 19. Jumlah Murid SD/MI yang Mendapat Pemeriksaan Gigig dan
Mulut Puskesmas Kresek Tahun 2017
(Sumber: Data Puskemas Kresek)
Siswa yang
mendapat
perawatan
36
Di Puskesmas Kresek jumlah kunjungan pasien rawat inap terdiri
dari pasien umum pada tahun 2017, yang terdiri dari 476 pasien, laki-laki
sebanyak 197 orang dan perempuan 279 orang.
Grafik 21. Jumlah Balita yang Ditimbang Puskesmas Kresek Tahun 2017
(Sumber: Data Puskemas Kresek)
37
2. Balita Bawah Garis Merah ( BGM)
Dari hasil Balita yang di timbang berat badannya dibawah garis
merah tahun 2017 yaitu 26 balita (0.6%) dari 4.551 balita yang ditimbang.
Adapun distribusinya menurut jenis kelamin laki laki 10 terdiri dari laki-
laki dan perempuan 16 balita. Berat badan balita dibawah garis merah
(BGM) hal ini disebabkan karena penghasilan masyarakat rendah dan pola
asuh yang salah sehingga mengakibatkan anak yang mengalami gizi buruk.
20
15
10
Laki-laki
5
Perempuan
0
Laki-lakiPerempuan
Grafik 22. Balita dengan BGM Menurut Jenis Kelamin Puskesmas Kresek
Tahun 2017
(Sumber: Data Puskemas Kresek)
H. Pelayanan Gizi
1. Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A
Pembagian Vitamin A pada balita dilakukan 2 kali dalam tahun,
yaitu pada bulan Februari dan Agustus dengan tujuan untuk mencegah
terjadi kekurangan Vitamin A yang akan menyebabkan kebutaan. Sasaran
bayi (6-11 bulan) di wilayah Puskesmas Kresek pada tahun 2017 yang
mendapatkan Vitamin A mencapai 658 bayi (100,0%). sedangkan untuk
balita (12-59 balita) dari 4.403 balita (99.7%), dan untuk yang
mendapatkan Vitamin A mencapai 5.073 balita (99.98%).1
38
658
12-59 bulan
6-11 bulan
4403
1505 F1
1505 F3
39
6
Perempuan
10
Laki-Laki
Grafik 25. Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan Puskesmas Kresek
Tahun 2017
(Sumber: Data Puskemas Kresek)
46
Ditangani
Tidak
ditangani
256
40
Kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dapat mengancam
jiwa ibu dan /atau bayi, dengan komplikasi dalam kehamilan seperti
Abortus, Hiperemesis gravidarum, Perdarahan per vaginam, Hipertensi
dalam kehamilan (preeklamsia,ekslamsia), Infeksiberat/sepsis, Kontraksi
dini/persalinan premature, Kehamilan ganda, Komplikasi dalam Nifas
seperti :Hipertensi dalam kehamilan (pre eklamsia, ekslamsia), Infeksi nifas,
Perdarahan nifas.
Jumlah ibu hamil yang mempunyai resiko tinggi pada tahun 2017
perkiraan neonatal resiko tinggi sebanyak 205 orang dan jumlah ditangani
172 orang (83.90%).
K. Penyelidikan epidemiologi1
1. Kejadian Luar Biasa (KLB)
Pada tahun 2017 di wilayah Puskesmas Kresek terjadi kasus kejadian
luar biasa yaitu campak sebanyak 16 penderita dengan 0 kematian; dan
leptospirosis sebanyak4 penderita dengan 2 kematian.
41
626
Ber-PHBS
Tidak ber-PHBS
1264
Grafik 27. Rumah Tangga yang Ber-PHBS Puskesmas Kresek Tahun 2017
42
Mendapat
1670
pelayanan
Tidak mendapat
3197 pelayanan
Keluarga Tn. Matsudi tinggal di dalam rumah yang terdiri dari 1 kepala keluarga,
yaitu Tn Matsudi beserta istri Ny. Eni, dan 1 orang anak yang bernama Selvi.
43
Tabel 4. Data Anggota Keluarga Tn. Matsudi
44
tanah dan menggunakan pompa. Pembuangan libah cair dilakukan dihalaman
belakang rumah atau diempang dekat rumah.
C. Lingkungan Pemukiman
Saat ini tidak ada wanita yang sedang hamil. Anaknya lahir dengan bantuan bidan
dirumahnya dan diimunisasi lengkap.
E. Kebiasaan Berobat
45
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya keluarga berobat ke klinik atau
puskesmas terdekat dari rumah keluarga Tn Matsudi. Untuk mencapai rumah
bidan atau puskesmas, biasanya Tn Kusnadi menggunakan motor. Keluarga Tn
Matsudi sudah terdafta BPJS
F. Riwayat Penyakit
46
seminggu. Pembuangan libah cair dilakukan dihalaman belakang rumah atau
diempang dekat rumah. Bagian kanan rumah Tn Matsudi berbatasan langsung
dengan sawah sementara bagian kiri rumah berbatasan langsung dengan rumah
tetangga. Bagian belakang rumah berbatasan dengan lahan milik penduduk lain.
Di depan rumah terdapat jalan setapak dan rumah tetangga lain. Di sekitar rumah
terdapat kandang ayam dan tidak jauh dari rumah terdapat lahan kosong yang
terdapat banyak sampah.
Keluarga Tn Marjuki tinggal di dalam rumah yang terdiri dari 1 kepala keluarga,
yaitu Tn Marjuki beserta istri Ny Marsinah, dan 1 orang anak yang bernama
Ferawati.
47
bersama kedua orangtua nya. Penghasilan Tn. Marjuki kurang cukup untuk
memenuhi kebutuhan-sehari-hari.
48
menggunakan pompa. Pembuangan libah cair dilakukan dihalaman belakang
rumah atau diempang dekat rumah
C. Lingkungan Pemukiman
Bagian kanan dan kiri rumah Tn Marjuki berbatasan langsung dengan rumah
penduduk lain. Bagian belakang rumah merupakan tanah kosong yang berbatasan
dengan lahan milik penduduk lain. Di depan rumah adalah jalan setapak. Tidak
jauh dari rumah terdapat lahan kosong yang terdapat banyak sampah.
Saat ini tidak ada wanita yang sedang hamil di rumah keluarga Tn Marjuki.
Semua anaknya lahir dengan bantuan dukun beranak dirumahnya dan diimunisasi
lengkap.
E. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya keluarga membeli obat sendiri
kewarung, bila tidak membaik pergi berobat ke klinik atau puskesmas terdekat
dari rumah keluarga Tn Marjuki. Untuk mencapai rumah bidan atau puskesmas,
biasanya keluarga Tn Marjuki menggunakan motor. Keluarga Tn Marjuki
terdaftar BPJS.
F. Riwayat Penyakit
49
melakukan pekerjaan rumah sendiri, Ny Marsinah biasanya melakukan pekerjaan
rumah selama kurang lebih 4 jam jarang diselingi oleh istirahat. Tn Marjuki
memiliki kebiasaan merokok dirumahnya dan di lingkungannya. Keluarga Tn
Marjuki apabila sakit membeli obat warung terlebih dahulu, bila tidak membaik
berobat ke Puskesmas Kresek. Anak kedua Tn Marjuki bersekolah. Istri Tn
Marjuki menggunakan KB suntik.
Rumah keluarga Tn Marjuki milik sendiri, didalam rumah terdapat 2 kamar tidur,
1 kamar mandi, 1 dapur dan ruang keluarga. Bangunan rumah tidak bertingkat,
lantai rumah menggunakan keramik. Atap terbuat dari genteng dan dengan langit-
langit. Seluruh dinding bangunan terbuat dari semen. Luas masing-masing kamar
tidur kurang lebih 2 m x 1,5 m dan kamar mandi dalam rumah ukurn 1 m x 1 m.
Penerangan dan ventilasi dalam rumah masih kurang, tiap kamar memiliki jendela
kecil, namun selalu tertutup. Kamar mandi memiliki jamban, tidak memiliki bak
mandi dan hanya menggunakan ember untuk menampung air, ember selalu
dikuras tiap 2 hari sekali. Air yang digunakan di rumah Tn. Marjuki berasal dari
tanah dan menggunakan pompa. Pembuangan libah cair dilakukan dihalaman
belakang rumah atau diempang dekat rumah. Bagian kanan dan kiri rumah Tn
Marjuki berbatasan langsung dengan rumah penduduk lain. Bagian belakang
rumah merupakan tanah kosong yang berbatasan dengan lahan milik penduduk
lain. Di depan rumah adalah jalan setapak. Tidak jauh dari rumah terdapat lahan
kosong yang terdapat banyak sampah.
50
Tabel 6. Data Anggota Keluarga Tn Santawi
51
B. Bangunan Tempat Tinggal
52
tidak memiliki jamban dan bak mandi, hanya terdapat ember untuk
menampung air. Disebelah kamar mandi terdapat jamban kecil berukuran
1 m x 0.5 m yang langsung terhubung dengan kolam lele dibawahnya yang
sekaligus menjadi tempat pembuangan limbah cair rumah tangga.
C. Lingkungan Pemukiman
Bagian kanan dan kiri rumah Tn Santawi berbatasan langsung dengan
rumah penduduk lain. Bagian belakang rumah merupakan tanah kosong
yang berbatasan dengan lahan milik penduduk lain. Di depan rumah
adalah jalan setapak. Tidak jauh dari rumah terdapat lahan kosong yang
terdapat banyak sampah.
E. Kebiasan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya keluarga membeli obat
terlebih dahulu di warung, bila tidak sembuh pergi berobat ke klinik atau
puskesmas terdekat dari rumah keluarga Tn Santawi menggunakan
transportasi sepeda motor. Hanya Tn. Santawi dan istri yang terdaftar
BPJS.
F. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi, riwayat stroke, kanker dan
TB paru tidak ada di keluarga. Istri Tn Santawi sering mengeluhkan nyeri
pada punggung bagian bawah.
53
berkerja menjadi buruh. Selain itu istri Tn Santawi juga melakukan
pekerjaan rumah sendiri, sehari Ny Sarti dapat melakukan pekerjaan
rumah selama 3 jam disela-sela menjadi buruh tani. Tn Santawi memiliki
kebiasaan merokok di lingkungan rumahnya. Keluarga Tn Santawi berobat
ke klinik mantri atau dokter dahulu baru pergi ke Puskesmas Kresek.
Hanya Tn Santawi dan istri yang sudah terdaftar BPJS. Istri Tn. Santawi
menggunakan KB suntik.
54
bernama Suntiarti dan Ahmad Makdum, 1 orang menantu yang bernama
Jihabudin, dan 1 orang anak angkat dari kakaknya yang bernama Tisna.
55
B. Bangunan Tempat Tinggal
56
C. Lingkungan Pemukiman
Bagian kanan rumah Tn Sukarya bererbatasan langsung dengan rumah
penduduk lain. Bagian kriri rumah terdapat jalan setapak dan rumah
penduduk lain. Di depan rumah berbatasan dengan jalan setapak dan
rumah penduduk lain. Dibagian belakang rumah terdapat tanak kosong.
Tidak jauh dari rumah terdapat tanah kosong yang menjadi tempat
pembuangan sampah.
E. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya keluarga pergi berobat
ke mantri atau klinik terdekat dari rumah keluarga, keluarga Tn Sukarya
jarang ke Puskesmas untuk berobat. Tn Sukarya menggunakan transportasi
sepeda motor. Semua anggota keluarga Tn Sukarya terdaftar BPJS.
F. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi, riwayat stroke, kanker dan
TB paru tidak ada di keluarga Tn Sukarya. Gangguan kesehatan yang
sering dialami anggota keluarganya antara lain pegal-pegal, kaki terasa
kesemutan terutama istri Tn Sukarya.
G. Faktor Internal Keluarga Tn. Sukarya
Tn Sukarya bekerja sebagai pembetul pompa. Namun untuk menambah
penghasilan, istri Tn Sukarya membantu dengan membuka warung kecil
didepan rumha. Selain itu istri Tn Sukarya juga melakukan pekerjaan
rumah sendiri, sehari Ny Marni dapat melakukan pekerjaan rumah selama
3 jam tanpa beristirahat dan dilanjutkan dengan membuat keset selama
kurang lebih 2 jam dalam sehari. Tn Sukarya memiliki kebiasaan merokok
di lingkungan rumahnya. Keluarga Tn Sukarya berobat ke klinik mantri
57
atau dokter apabila sakit. Semua anggota keluarga Tn Sukarya terdaftar
BPJS. Istri Tn. Sukarya tidak menggunakan KB. Anak pertama dan
menantunya berkerja di Cikupa dan jarang pulang.
H. Faktor Eksternal Keluarga Tn Sukarya
Rumah keluarga Tn Sukarya milik sendiri, dengan ukuran bangunan 9 m x
6.5 m dan luas bangunan 59 m2. Di Di dalam rumah terdapat 3 kamar
tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1 kamar cuci, 1 ruang keluarga dan 1 ruang
tamu. Bangunan rumah tidak bertingkat, lantai rumah menggunakan ubin.
Atap terbuat dari genteng dengan langit-langit. Seluruh dinding bangunan
terbuat dari batu bata dan dilapisi semen. Luas masing-masing kamar tidur
kurang lebih 2 m x 1.5 m, pencahayaannya kurang karena jendela jarang
dibuka. Di bagian dalam rumah terdapat ruang keluarga dengan luas 4 m x
2 m. Di bagian belakang rumah terdapat kamar mandi serta jamban di
dalam rumah ukuran 1.5 m x1 m. Air untuk kamar mandi didapat dari air
sumur bor, dan sifat airnya Jernih, berwarna bening, dapat digunakan
untuk memasak, mencuci dan kebutuhan sehari-hari. Pembuangan limbah
cair dilakukan di halaman belakang rumah. Bagian kanan rumah Tn
Sukarya bererbatasan langsung dengan rumah penduduk lain. Bagian kriri
rumah terdapat jalan setapak dan rumah penduduk lain. Di depan rumah
berbatasan dengan jalan setapak dan rumah penduduk lain. Dibagian
belakang rumah terdapat tanak kosong. Tidak jauh dari rumah terdapat
tanah kosong yang menjadi tempat pembuangan sampah.
58
Tabel 8. Data Anggota Keluarga Tn. Rohim
59
terdapat dapur, kamar cuci, kamar mandi tanpa jamban di dalam rumah
ukuran 4 m x 2 m. Tidak terdapat sumber air pada rumah, air didapatkan
dari air pompa tetangga depan rumah.
J. Lingkungan Pemukiman
Bagian kanan rumah Tn Rohim bererbatasan langsung dengan Kandang
kambing milik penduduk lain. Bagian kiri rumah terdapat kandan. Di
depan rumah berbatasan dengan jalan setapak dan rumah penduduk lain.
Dibagian belakang rumah terdapat tanak kosong. Tidak jauh dari rumah
terdapat tanah kosong yang menjadi tempat pembuangan sampah.
K. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Anak
Anak Tn Rohim lahir di rumah dengan bantuan paraji. Saat ini tidak ada
yang sedang hamil dan anak balita di keluarga Tn. Rohim. Saat ini istri Tn.
Rohim menggunakan KB suntik.
L. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya keluarga membeli obat
terlebih dahulu ke warung dan bila masih tidak membaik pergi berobat ke
klinik atau Puskesmas terdekat dari rumah keluarga. Tn Rohim
menggunakan transportasi sepeda motor. Semua anggota keluarga Tn
Sukarya belum terdaftar BPJS.
60
M. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi, riwayat stroke, kanker dan
TB paru tidak ada di keluarga Tn Rohim. Istri Tn Rohim sering dialami
anggota keluarganya antara lain pegal-pegal, tangan terasa kesemutan dan
nyari.
N. Faktor Internal Keluarga Tn. Sukarya
Tn Rohim bekerja sebagai supir. Namun untuk menambah penghasilan,
istri Tn Rohim membantu dengan membuat keset. Selain itu istri Tn
Sukarya juga melakukan pekerjaan rumah sendiri, sehari Ny Sakdiah dapat
melakukan pekerjaan rumah selama 3 jam tanpa beristirahat dan
dilanjutkan dengan membuat keset selama 2 jam. Tn. Rohim memiliki
kebiasaan merokok di lingkungan rumahnya. Keluarga Tn Rohim berobat
dengan membeli obat di warung terlebih dahulu, bila tidak membaik baru
pergi ke klinik atau Puskesmas apabila sakit. Semua anggota keluarga Tn
Rohim tidak terdaftar BPJS. Istri Tn. Sukarya menggunakan KB suntik.
Anaknya masih bersekolah.
O. Faktor Eksternal Keluarga Tn Rohim
Rumah keluarga Tn Rohim milik sendiri, dengan ukuran bangunan 5 m x
8 m dan luas bangunan 40 m2. Rumah terdiri dari 1 kepala keluarga. Di
dalam rumah terdapat 1 kamar tidur, 1 ruang keluarga dan 1 tempat parkir
motor, dan dapur, kamar cuci, kamar mandi yang mejadi satu. Bangunan
rumah tidak bertingkat, lantai rumah menggunakan ubin. Atap terbuat dari
genteng dengan langit-langit. Tiga sisi dinding bangunan terbuat dari batu
bata dan dilapisi semen, sedangkan satu sisi terbuat dari bamboo dan
rotan. Luas kamar tidur kurang lebih 1.5 m x 1 m, pencahayaannya kurang
karena jendela jarang dibuka. Di bagian dalam rumah terdapat ruang
keluarga dengan luas 3 m x 1.5 m. Di bagian kanan rumah terdapat
parkiran motor dengan luas 1 m x 0.5 m. Dibagian belakang rumah
terdapat dapur, kamar cuci, kamar mandi tanpa jamban di dalam rumah
ukuran 4 m x 2 m. Tidak terdapat sumber air pada rumah, air didapatkan
dari air pompa tetangga depan rumah. Bagian kanan rumah Tn Rohim
61
bererbatasan langsung dengan Kandang kambing milik penduduk lain.
Bagian kiri rumah terdapat kandang ayam. Di depan rumah berbatasan
dengan jalan setapak dan rumah penduduk lain. Dibagian belakang rumah
terdapat tanak kosong. Tidak jauh dari rumah terdapat tanah kosong yang
menjadi tempat pembuangan sampah.
MASALAH MEDIS:
1. Dua anggota keluarga binaan sering mengalami sakit pada
punggung bagian bawah
2. Satu anggota keluarga binaan sering mengalami kram pada kaki
3. Satu anggota keluarga binaan sering mengalami nyeri pergelangan
tangan dan bahu.
62
1.22 1.5.2 Pemilihan Area Masalah sebagai Diagnosis Komunitas
Pemilihan area masalah yang akan kami gunakan ialah metode
metode delphi. Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat
keputusan yang dibuat oleh suatu kelompok orang yang mempunyai
keahlian yang sama. Proses penetapan Metode Delphi dimulai dengan
identifikasi masalah yang akan dicari penyelesaiannya. Dalam
pengambilan sebuah masalah, kami menggunakan Metode Delphi.
63
1. Data Primer : Data didapatkan dengan cara wawancara dan
observasi secara langsung kepada keluarga binaan mengenai
pengetahuan posisi kerja yang baik dalam aktivitas sehari-hari.
Dari hasil presurvey didapatkan dua orang warga binaan sering
mengalami sakit pada punggung bagian bawah, satu keluarga
anggota binaan sering mengalami kram pada kaki, dan satu
anggota keluarga binaan sering mengalami nyeri pergelangan
tangan dan bahu. Didapatkan seluruh anggota binaan tidak
mengetahui bagaimana posisi kerja yang baik dalam aktivitas
sehari-hari.
Tabel 9. Hasil Pre Survey Pada Keluarga Binaan
64
(27,5%), dan luka robek (23,2%). Adapun urutan terbanyak
tempat terjadinya cedera adalah jalan raya (42,8%), rumah
(36,5%), area pertanian (6,9%), dan sekolah (5,4%). Berdasarkan
profil kesehatan kabupaten Tangerang 2010, myalgia menjadi
penyakit nomer 9 terbanyak dialami dengan 31701 angka
kejadian. Menurut buku Ergonomiuntuk Keselamatan, Kesehatan,
dan Produktivitas tahun 2014, pekerjaan yang dilakukan secara
berulang-ulang dan dalam waktu lama dapat mengakibatkan
keluhan berupa kerusakan sendi, tendon, dan ligament yang
dalam waktu yang lama dapat menyebabkan myalgia bahkan
hingga nyeri pada tulang belakang.
4. Data Agama: Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa fitrah setiap
makhluk untuk bekerja sesuai dengan kemampuan hambanya ,
tidak boleh memaksakan tubuh secara berlebihan. Karena setiap
kemampuan manusia berbeda-beda. Sesuai dengan surat Az-
Zumar ayat ke-39:
65
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
66
Menurut al-Ghazali manusia memperoleh pengetahuan melalui dua cara
yaitu belajar di bawah bimbingan seorang guru dengan menggunakan indra
serta akal dan belajar yang bersifat rabbani atau belajar ladunni dengan
memperoleh pengetahuan dari hati secara langsung melalui ilham dan
wahyu.4
Terjemahnya:
67
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall).2 Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan
yang cukup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, “Tahu” ini adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari
antara lain : menyabutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar mengenai obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan, contoh menyimpulkan,
merencanakan, dan sebagainya terhadap obyek yang telah
dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain. Dalam
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah
(problem solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan
dari kasus yang diberikan.
68
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di
dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-
kata kerja. Dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang telah
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.3
A. Faktor Internal
1. Pendidikan
69
diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat dipahami
suatu hal. Tidak dipungkiri semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi,
dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya semakin
banyak.
2. Pekerjaan
3. Usia
70
4. Sumber Informasi
5. Penghasilan
B. Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan
Suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan pengatuh dari
kondisi tersebut akan mempengaruhi perkembangan dan
perilaku orang atau kelompok. 6
2. Sosial Budaya
Sistem social budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.6
71
1. Pengetahuan Langsung (Immediate)
72
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu cara tradisional (non-ilmiah) dan cara modern (ilmiah).
A. Cara Tradisional (non-ilmiah)
Cara ini dipakai untuk memperoleh pengetahuan sebelum
ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis
dan logis.
73
Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih popular
disebut metodologi penelitian (research methodology). Menurut
Deobold van Dalen, mengatakan bahwa dalam memperoleh
kesimpulan pengamatan dilakukan dengan mengadakan observasi
langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta
sehubungan dengan objek yang diamati. Pencatatan ini mencakup
tiga hal pokok, yaitu:
1. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala yang muncul pada saat
dilakukan pengamatan.
74
2.1.3. Teori Faktor Ergonomi
2.1.3.1 Definisi Ergonomi
75
keterbatasan pekerja, dan menciptakan sistem organisasi kerja yang
sesuai kebutuhan sosial dan ekonomi pekerja.7
Secara umum, tujuan dari penerapan ergonomi adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan
76
tubuh.9
Berdasarkan gambar 2.1 terdapat tiga hal yang sangat penting dalam
ergonomi, yaitu:
77
2. Ergonomi membutuhkan bangunan sistem kerja yang terkait dengan
pengguna. Hal ini menunjukkan bahwa mesin dan peralatan merupakan
78
Gambar 2.2 Posisi Kerja Mendongak
79
Posisi ergonomic jongkok, sebagai berikut:
a) Bekerja dengan posisi punggung tegak. Dari bahu, pinggul dan
lutut sampai paha sejajar dengan lantai.
b) Pertahankan dengan posisi punggung tetap datar, tumir di lantai,
dan lutut sejajar diatas kaki
c) Perlu tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan dalam tubuh
dan memudahkan pergerakan
d) Jongkok adlah alternative yang baik untuk membungkuk di
pinggang, tapi halnya untuk jangka waktu yang singkat. Jika
anda jongkok terlalu lama, itu membangun tekanan balik
tempurung lutut, dan dapat menyebabkan kerusakan pada lutut.
Agar suatu desain ergonomis dapat membantu anda bekerja lebih efisien
dan efektif. Anda tidak saja memebutuhkan peralatan yang didesain
secara layak, namun jga membutuhkan posisi tubuh yang baik dalam
melakukan aktivitas tertentu. Kesalahan posisi tubuh memungkinkan
seseorang menjadi lebih mudah lelah, kurang konsentrasi bahkan pegal –
pegal atau sakit pada bagian tertentu. Kepala, punggung, tangan, kaki dan
bagian tubuh lainnya yang harus diposisikan dengan tepat agar tercapai
posisi tubuh netral dimana tubuh hanya membutuhkan aktivitas otot
minimal dan hemat energi.12
Ada beberapa posisi tubuh yang baik dilakukan menurut pedoman RSHS,
yakni:13
a) Berdiri
Selalu jaga postur tegap. Cara sederhana memastikan postur
adalah memastikan telinga, bahu dan panggul berada pada satu
garis vertical.
80
Gambar 2.5 Sikap Berdiri Benar
b) Duduk
Duduk dengan posisi tubuh tegak dengan muka menghadao ke
depan, posisi lutut dan panggul sejajar serta kaki menapak ke
lantai.
c) Tidur
Saat tidur, gunakan bantal dibawah leher dan lutut saat terlentang
atau dibawah leher diatara lutut saat miring
81
Gambar 2.7 Sikap Tidur yang Benar
d) Mengangkat barang
Jongkok dan posisikan beban dekat dengan tubuh. Gunakan otot
kaki untuk berdiri.
e) Jongkok
Hindari gerakan membungkuk dengan posisi jongkok dan tidak
menyilangkan badan.
82
Gambar 2.9 Sikap Jongkok yang Benar
f) Menyapu/mengepel
Posisikan alat sedekat mungkin dengan tubuh, melangkah dan
jangan membungkuk untuk menjangkau tempat yang jauh.
g) Kerja berdiri
Selalu memposisikan sedekat mungkin tubuh dengan tempat
kerja dan usahakan jangan membungkuk karena akan membebani
pinggang.
83
Kerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan
untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani), dan di dalam
mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan
untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian
dirinya kepada Allah SWT.14
D
a
n
84
Penciptaan manusia oleh Allah SWT diberikan kelebihan yang
sempurna daripada mahluk ciptaan Allah SWT lainnya, sebagaimana
dalam Al-Qur’an :
85
2.1.4. Kerangka Teori
Konsep teori yang digunakan dalam penelitian ini Menurut
Notoatmodjo tahun 2003 menyatakan bahwa pengetahuan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
86
Bagan 2.2 Kerangka Konsep Diagnosis dan Intervensi Komuitas tentang
Pengetahuan mengenai Sikap Tubuh yang Baik Dalam Bekerja pada
Keluarga Binaan RT 005/ RW 002, Kampung Gangsa, Desa Pasir Ampo,
Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang.
Cukup 60% -
dalam Bekerja meliputi:
80% (Skor 10 –
87
1) Pengetahuan 12)
3) Pengetahuan
mengenai posisi
4) pengetahuan
megenai cara
mengangkat
barang yang
benar.
5) Pengetahuan
mengenai posisi
jongkok yang
benar
6) pengetahuan
mengenai posisi
saat menyapu /
mengepel yang
benar
7) pengetahuan
mengnai posisi
kerja sambal
8) pengetahuan
mengenai durasi
bekerja dan
melakukan
88
stretching
setelahnya.
SMP
Pendidikan
menengah: SMA
Pendidikan
tinggi: Akademi/
Perguruan Tinggi
dibawah umur
2. 18 – 65 tahun:
Dewasa Muda
3. 66 – 79 tahun:
Setengah baya
4. 80 -99 tahun:
orang tua
5. diatas 100
usia panjang
89
untuk medapatkan 2. Buruh
4.Petani
responden terpimpin
Upah
setiap bulan
berdasarkan
gaji
Rp.
UMR
3.555.83
Tangerang
4,67,-
sebesar Rp.
3.555.843,67,-
Rendah:
Upah
gaji <
Rp.
3.555.84
3,67,-
6 Informasi Informasi tentang sikap Kuesioner Wawancara Jika tidak pernah Ordinal
penyuluhan
Jika pernah
mendapat
informasi
mengenai sikap
90
tubuh dalam
bentuk media
apapun: Baik
dalam melakukan
Jika
pekerjaan sehari - hari
dilingkungan
melakukan
pekerjaan yang
91
BAB III
METODE PENELITIAN
92
1.28 3.5 Responden Pengumpulan Data
Dalam pemilihan responden yang merupakan perwakilan dari setiap anggota
keluarga binaan, dibutuhkan kriteria inklusi dan eksklusi:
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili
dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu:
a. Merupakan anggota keluarga binaan
b. Bersedia menjadi informan
c. Usia ≥ 25 tahun
d. Memiliki faktor risiko kesalahana ergonomi
e. Tidak mengalami gangguan kejiwaan
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian.
Dalam penelitian ini yang merupakan kriteria eksklusi yaitu:
a. Tidak bersedia menjadi informan
b. Usia < 25 tahun
c. Memiliki gangguan mental
d. Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui
2. Data Kuantitatif
93
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Data
kuantitatif yang kami dapatkan adalah umur, penghasilan, luas rumah dan luas
ruangan.
1. Data Primer, data yang langsung didapatkan dari hasil kuesioner anggota
warga binaan di Desa Pasir Ampo, Kecamatan Kresek yang dilakukan
melalui wawancara terpimpin dan observasi.
2. Data Sekunder, data yang didapatkan dari puskesmas Kresek, yaitu profil
Puskesmas Kresek, profil desa, dan kesehatan lingkungan wilayah kerja
puskesmas Kresek
3. Data Tersier, adalah bahan-bahan yang memberi penjelasan terhadap data
primer dan sekunder. Data tersier dalam penelitian ini adalah buku
Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan dan Produktivitas Kerja 2013,
RISKESDAS 2013, Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang tahun 2010,
dan Al-Qur’an.
94
Tabel 9. Pengumpulan Data
No Tanggal Kegiatan
95
8. Rabu, 29/8/2018 Melakukan intervensi ke keluarga binaan berupa
penyuluhan.
Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variable indpenden dan dependen
yang diukur adalah:
1. Variabel Independen:
- Pendidikan
- Usia
- Pekerjaan
- Ekonomi
- Informasi
- Lingkungan/Budaya
2. Variabel Dependen: Pengetahuan terhadap sikap tubuh yang baik dalam
bekerja.
96
BAB IV
HASIL
Usia (tahun)
0 – 18 0 0
18 - 65 5 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 0 0
Perempuan 5 100
Pendidikan
Tidak Sekolah 3 30
SD 1 10
SMP 1 10
SMA 0 0
Pekerjaan
Wirausaha 0 0
Buruh 0 0
97
Ibu Rumah Tangga 5 100
Petani 0 0
Karyawan 0 0
Responden
Baik 0 0
Cukup 1 20
Kurang 4 80
Total 5 100
Dari Tabel 2. distribusi frekuensi pengetahuan tentang sikap dalam berkerja pada
responden didapatkan pengetahuan cukup dengan presentase 20% sementara
kurang sebanyak 80%.
98
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden
Pendidikan Jumlah %
Tidak Sekolah 3 60
SD 1 20
SMP 1 20
SMA 0 0
Total 5 100
Wirausaha 0 0
Buruh 0 0
Petani 0 0
Karyawan 0 0
Total 5 100
99
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Ekonomi pada Responden
Ekonomi Jumlah %
Cukup 2 40
Rendah 3 60
Total 5 100
Baik 0 0
Buruk 5 100
Total 5 100
100
Bagan 1. Fishbone
101
Tabel 16. Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi pada
Keluarga Binaan RT 005/002, Desa Pasirambo, Kecamatan Kresek,
kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juni 2018
102
dalam bekerja yang benar
Jangka menengah:
Penyuluhan seacra berkala
sebagai sarana sumber
informasi responden
4. Tidak ada rasa peduli dengan apa Mendorong Jangka pendek: Melakukan
yang akan terjadi di kemudian hari masyarakat untuk diskusi bersama seluruh
berpikir kritis dan anggota masyarakat sekitar
berpikir ke depan guna meningkatkan
bagaimana cara kepedulian akan kondisi
merubah keadaan saat ini
saat ini
Jangka menengah:
Mengusulkan kader untuk
memantau perkembangan
keluarga binaan
Jangka menengah:
Mengusulkan pemerintah
untuk memberi bantuan
meja dan kursi agar posisi
kerja terasa lebih nyaman
103
1.37 4.4 Intervensi Pemecahan Masalah yang Terpilih
Intervensi terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
104
4.6 Menetapkan Kegiatan Operasional
105
BAB V
PENUTUP
1.39 5. 1 Kesimpulan
106
1.42 5.1.3 Akar Penyebab Masalah
107
5.1 Saran
108
DAFTAR PUSTAKA
[15] Alwi, H. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka. Diunduh dari : http://kbbi.web.id/postur [Diakses pada 23
Agustus 2018]
111
LAMPIRAN 1
(Informed Consent)
Kesek,
.............................
(
_____)
Responden
112
LAMPIRAN 2
IDENTITAS RESPONDEN
No.
Responden
:
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin : Pria Wanita
4. Pendidikan : SD SMP
SMA PT
5. Pendapatan (Perbulan) :
6. Masa Kerja :
7. Lama Kerja (per hari) :
8. Lama Istirahat (Per hari) :
113
LAMPIRAN 3
KUESIONER
No.
Responden
:
PETUNJUK PENGISIAN
KETERANGAN
SL : Selalu
SR : Sering
JR : Jarang
TP : Tidak Pernah
114
No. Pertanyaan SL SR JR TP
115
sendirinya sesaat.
POSTUR JANGGAL
116
Tidak merubah posisi duduk miring ke posisi duduk tegak
ketika bekerja setelah 15-20 menit
5.
PERGERAKAN BERULANG
117
III. Pengetahuan Mengenai Posisi Tubuh Yang Benar
1. Manakah posisi tubuh yang benar saat berdiri ?
A B C
A B C D. Tidak tahu
118
A B C D. Tidak Tahu
4.
Manakah posisi mengangkat barang yang benar ?
A B C. Tidak Tahu
Tidak tahu
A B C
Tidak
tahu
119
5. Manakah posisi menyapu/ mengepel yang benar?
A B C
Tidak tahu
A B C
Tid
7. Setelah bekerja berapa lama harus melakukan
ak stretching?
a. 30-45 menit
b. 2 jam tahu
c. Setelah pekerjaan selesai
d. Tidak tahu
120
LAMPIRAN 4
POSTER INTERVENSI
121