LP Gastritis
LP Gastritis
2. Pengertian Gastritis
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
Gastritis adalah suatu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang
bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan (J. Reves, 1999).
Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik, difus dan lokal yang
disebabkan oleh makanan, obat – obatan, zat kimia, stres, dan bakteri.
4. Penggunaan kokain
Kokain dapat merusak lambung → mengiritasi dinding lambung dan menyebabkan pendarahan
dan gastritis.
5. Stress fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat
menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
6. Kelainan autoimmune
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat
yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap
menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan
menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi
vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah
kondisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam
tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
7. Crohn's disease
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna,
namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika
lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn's disease (yaitu sakit perut dan diare
dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
Apabila disimpulkan dari penyebab diatas maka semua itu termasuk dari faktor :
1. Faktor imunologi
2. Faktor bakteriologi
3. Faktor lain seperti : NSAID (aspirin), merokok, alkohol, kafein, stres/ ansietas, refluk
usus-lambung, bahan kimia.
4. Patofisiologi Gastritis
Alkohol,Makan makanan yang mengan dung asam,pedas,bakteri,dll
↓
Peningkatan Asam Lambung
↓
Merangsang keluarnya Histamin, serotonin, Dopamin, Asatilkolin
↙↘
2. Gastritis kronis :
1. Tipe A : Asimtomatis
2. Tipe B :
1. Mengeluh anoreksia
2. Sakit ulu hati setelah makan
3. Bersendawa
4. Rasa pahit dalam mulut
5. Mual dan muntah
6. Komplikasi
1. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan saluran cerna bagian
atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syock hemoragik. Khusus
untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang
diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah H. pylory,
sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat
ditegakkan dengan endoskopi.
2. Gastritis Kronis
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi
vitamin B12.
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi.
Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung akibat gastritis.
2. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak.
Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan
terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
3. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini
dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui
mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan
terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan
pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat
mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu
kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20
sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi
harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir
tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.
4. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau
penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu
sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas
ketika di ronsen.
8. Penatalaksanaan Gastritis
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu etiologinya,
diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara spesifik dapat
dibedakan sebagai berikut :
1. Gastritis Akut :
1. Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah menjadi diet
yang tidak mengiritasi.
2. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
3. Jika terdapat perdarahan, penatalaksanaannya serupa dengan hemoragie yang terjadi pada
saluran gastrointestinal bagian atas.
4. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan asam
dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor H2, inhibitor pompa
proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).
5. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer atau
cuka yang di encerkan.
6. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
2. Gastritis Kronis :
1. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
2. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin) dan
garam bismuth (pepto bismol)
9. Farmakologi
1. Terapi terhadap asam lambung
Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan menyebabkan sakit dan
peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi sebagian besar tipe gastritis, terapinya
melibatkan obat-obat yang mengurangi atau menetralkan asam lambung seperti :
1. Antasida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan
merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam
lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.
2. Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut,
dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau
famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
3. Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung
adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat
pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang
termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole.
Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
4. Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-
jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate
dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter
biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang
lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. pylori.
1. Pengkajian
1. Riwayat atau adanya faktor resiko.
1. Riwayat garis perama keluarga tentang gastritis
2. Penggunaan kronis obat yang mengiritasi mukosa lambung
3. Perokok berat
4. Pemajanan pada stres emosi kronis
2. Pengkajian fisik
1. Nyeri epigastrik.
2. Nyeri terjadi 2 – 3 setelah makan dan sering disertai dengan mual dan muntah.
3. Nyeri sering digambarkan sebagai tumpul, sakit, atau rasa terbakar, sering hilang dengan
makanan dan meningkat dengan merokok dan stres emosi.
4. Penurunan berat badan
5. Perdarahan sebagai hematemesis dan melena bila berat.
3. Kaji diet khusus dan pola makan selama 72 jam perawatan dirumah sakit.
4. Kaji respon emosi pasien dan pemahaman tentang kondisi, rencana tindakan,
pemeriksaan diagnostik, dan tindakan perawatan diri preventif.
5. Kaji metode pasien dalam menerima peristiwa yang menimbulkanstres dan persepsi
tentang dampak penyakit pada gaya hidup.
2. Analisa Data
1. DS : Peradangan Nyeri
Klien menyatakan ↓
nyeri pada ulu hati. Meningkatnya HCL
DO : ↓
Klien tampak Lambung →bradikinin ,
meringis dan memegang histamine dan sel
daerah ulu hati. ↓
Hipotalamus
↓
Nyeri
3. Diagnosa Keperawatan
4. Asuhan Keperawatan
1 Nyeri yang berhubungan dengan peradangan mukosa Tupan: 1. Catat keluhan nyeri,t
lambung Dalam 3 lokasi,waktu atau lamanya,intensita
Do : hari rasa 0-10)
klien tampak meringis dan memegang ulu hati nyeri 2. Anjukan klien untuk distraks
Ds : hilang
-Nyeri epigastrium pada saat di tekan dengan 3. Anjurkan klien untuk men
-panas didaerah ulu hati kriteria: makanan yang dapat meningkatka
Sk lambung
ala nyeri 04. Kolaborasi dengan dokter
Pa pemberian obat analgetik(aspir
sin ibufrofen)
tampak
nyeri dan
tenang
Tupen:
Daklam
1x 24 jam
nyeri klien
berkurang
dan klien
tampak
tenang
dan
nyaman
3. Nutrisi kurang dari kebutujhan berhubungan dengan Tupan: 1. Timbang berat badan dengan
nutrisi berkurang atau output yang berlebih Dalam 2. Catat adanya muntah dan dia
Do : waktu 3. 3 Anjurkan klien untuk maka
-Klien tampak lemas hari porsi sedikit tapi sering
-berat badan menurun kebutuhan5. Kolaborasi dengan ahli gizi
-porsi makan tidak habis nutrisi
Ds : klien
-klien mengatakan mual dan muntah terpenuhi
-klien mengatakan tidak nafsu makan (anoreksia) dengan
criteria:
1. ber
at badan
meningkat
2. por
si makan
habis
3. mu
al dan
muntah
hilang
Tupen :
dalam
waktu 1 x
24 jam
kebutuhan
nutrisi
klien
terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. (2000). Keperawatan Medikal-Bedah ; buku saku untuk Brunner dan Suddarth,
EGC, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Ed. 2, EGC, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Ed.8, EGC,
Jakarta.
http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/gastritis-pada-lansia.html
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2008/12/askep-gastritis.html
http://nunuborneo.blogspot.com/2008/09/blog-post.html
http://www.indofarma.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=27&Itemid=125
http://keperawatan-gun.blogspot.com/
http://puskesmas-oke.blogspot.com/2009/01/gastritis-maag.html