Disusun oleh :
BANDUNG
2015
ii
KATA PENGANTAR
Makalah ini berisi tentang pengertian limbah B3, deskripsi masalah limbah
B3, dan analisis masalah B3, kesimpulan dan sarah, daftar pustaka.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat serta
karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan seluruh makalah ini. Pada
kesempatan kali ini tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Ibu Elin selaku dosen mata kuliah Dasar Ekologi yang membimbing
selama kegiatan kuliah.
2. Keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan
baik moril maupun materil dalam pelaksanaan dan penyusunan makalah
dasar ekologi ini.
3. Rekan-rekan Teknik Lingkungan angatan 2015 dan semua pihak yang
telah membantu sehingga pelaksanaan dan penyusunan makalah ini
berjalan lancar.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
i
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Salah satu Limbah B3 yang harus menjadi perhatian adalah limbah yang
mengandung logam berat. Limbah logam berat ini bersifat racun dan persisten.
Limbah B3 harus ditangani dengan serius, karena apabila limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun(B3) tersebut dibiarkan atau bahkan ditangani dengan salah, maka
dampak dari Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut akan semakin meluas,
bahkan dampaknya pun akan sangat dirasakan bagi lingkungan sekitar kita, dan
tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada kehidupan makhluk hidup, baik
dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek ataupun dampak yang akan
dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang akan datang.
Kita tidak akan tahu seberapa parah kelak dampak tersebut akan terjadi,
namun seperti kata pepatah ”Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati”, hal
tersebut menjadi salah satu aspek pendorong bagi kita semua agar lebih berupaya
mencegah dampak dari limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut.
Secara garis besar, hal tersebut menjadi salah satu patokan bagi kita,bahwa
segala sesuatu yang terjadi merupakan tanggung jawab kita bersama untuk
menanggulanginya, khususnya pada masalah limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun tersebut.
1
1.1.1 Mengenal Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Limbah B-3 mungkin kata-kata ini tidak asing ditelinga kita, ketika melihat
begitu banyak kasus pencemaran lingkungan yang terjadi di Indonesia, dimulai
dari kasus PT Newmont di Teluk Buyat, hingga kasus penolakan ekspor ikan
Indonesia karena mengandung limbah B-3.Melihat dan mendengar itu semua tentu
saja menjadi suatu pertanyaan seperti apakah limbah B-3 tersebut sehingga begitu
berbahaya serta diawasi dengan ketat sekali.
1. Flammable (mudah terbakar), yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang
menyala dengan mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada
sumber nyala, misalnya: jenis pelarut ethanol, gas hidrogen, methane.
2. Spontaneously ignitable material (spontan terbakar), yaitu bahan padat atau
cair yang dapat menyala secara spontan tanpa sumber nyala, mislanya
karena perubahan panas, tekanan atau kegiatan oksidasi.
3. Explosive (mudah meledak), yaitu materi yang dapat meledak karena adanya
kejutan, panas atau mekanisme lain, misalnya dinamit.
4. Oxidizer (pengoksidasi), yaitu materi yang menghasilkan oksigen, baik
dalam kondisi biasa atau bila terpapar dengan panas, misalnya amonium
nitrat dan benzoyl perioksida.
5. Corrosive, bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak
jaringan kulit bila berkontak dengannya.
6. Toxic, yaitu bahan beracun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau
mengganggu kesehatan, seperti hidrogen sianida.
7. Radioactive, dicirikan dengan transormasi yang berlangsung dalam inti
atom, misalnya uranium heksafluorida.
3
1.1.4. Sumber Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. Berasal bukan dari proses utamanya,
tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi,
pelarut kerak, pengemasan, dll.
2. Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah B3 sisa proses suatu industri atau
kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah.
Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada
pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang
stabil dan mudah menguap.
Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan
flokulasi
Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan
dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa
lumpur dari hasil proses tersebut.
Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan
digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan
cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
Tujuan
BAB II
DESKRIPSI MASALAH
5
diungkapkan Said (1999), rumah sakit dalam menjalankan fungsi operasionalnya
menghasilkan limbah, baik itu limbah domestik, limbah padat, limbah cair dan
limbah gas serta limbah radioaktif.
Terdapat tiga kategori orang yang dapat terpapar dengan limbah berbahaya dari
rumah sakit, yaitu :
Perawat
Rumah jompo
Rumah sakit jiwa
Kegiatan-kegiatan penunjang
Bank darah
Apotik
Pusat pelatihan medis
Ruang mayat
Ruang steril
Ruang cuci pakaian
Ruang teknis
Laboratorium : klinis, pathology, kimiawi, penelitian, termasuk untuk hewan
maupun genetis.
B. Limbah radioaktif
C. Limbah kimiawi
Dapat berupa padatan, cairan maupun gas misalnya berasal dari pekerjaan
diagnostik atau penetian, pembersihan / pemeliharaan atau prosedur
desinfeksi. Pertimbangan terhadap limbah ini adalah seperti limbah
berbahaya yang lain, misalnya obat-obatan cytotoxic. Limbah kimiawi yang
tidak berbahaya adalah seperti gula, asam-asam amino, garam-garam
organik lainnya.
Jarum suntik, syring, gunting, pisau, kaca pecah, gunting kuku dan
sebagainya yang menyebabkan orang tertusuk (luka) dan terjadi infeksi.
Benda-benda ini mungkin terkontanimasi ikeh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi atau bahan citotoksik.
G. Limbah citotoksik
Dari sekian banyak jenis limbah klinis tersebut, maka yang membutuuhkan sangat
perhatian khusus adalah limbah yang dapat menyebabkan penyakit menular
(infectious waste) atau limbah biomedis. Limbah ini biasanya hanya 10-15% dari
seluruh volume limbah kegiatan pelayanan kesehatan. Jenis dari limbah ini secara
spesifik adalah :
Pada tahun 1932, Chisso Chemical Corporation membuka pabrik pupuk kimia
di Minamata (terletak di pulau Kyushu, Jepang Selatan). Penduduk di sekitarnya
adalah nelayan atau petani. Chisso mempekerjakan penduduk setempat (sekitar 1/3
tenaga pekerjanya), sehingga tidak menimbulkan masalah sosial pada awal
pendiriannya.
Sinyal pertama kasus ini datang pada tahun 1950, yaitu sejumlah ikan mati
tanpa diketahui sebabnya. Tahun 1952 timbul penyakit aneh pada kucing yang
kadangkala berakhir dengan kematian. Antara tahun 1953 – 1956 gejala yang
dikenal sebagai “kucing menari” ditemui pula pada manusia. Beberapa diantaranya
meninggal dunia. Tetapi Chisso paada awalnya belum dicurigai sebagai penyebab,
hanya diketahui bahwa korban mengalami keracunan akibat memakan ikan yang
berasal dari laut sekitar pabrik itu. Chisso kemudian mengeluarkan daftar bahan
yang digunakan dalam pabriknya, tetapi tidak tercantum merkuri dalam daftar
tersebut, walaupun diketahui bahwa merkuri digunakan sebagai katalis proses dari
pabrik tersebut. Penelitian penyebab penyakit tersebut secara intensif dilakukan
oleh pemerintah. Asosiasi industri kimia Jepang juga membantu Chisso dalam
melacak masalah ini dengan melakukan penelitian-penelitian, tetapi tidak
mendapatkan hasil memuaskan.
Pencemaran mercuri tetap berlanjut. Kasus penyakit ini juga terus berlanjut, dan
terutama menyerang anak-anak. Tahun 1956 masyarakat sekitarnya mengadakan
aksi menentang keberadaan Chisso. Chisso memberikan santunan pada korban dan
yang meninggal, tanpa mengetahui penyebab masalah ini. Kasus ini lama
kelamaan terungkap, karena korban umumnya mengandung merkuri yang
berlebihan pada tubuhnya. Tahun 1976 sekitar 120 penduduk Minamata meninggal
karena keracunan merkuri dan 800 orang menderita sakit. Tahun 1978, 8100
penduduk mengklaim hal ini, dan 1500 diantaranya yang diperiksa diketahui
keracunan merkuri. Akhirnya pembuangan merkuri dihentikan dengan ditutupnya
pabrik tersebut, dan pemerintah menyatakan bahwa Chisso adalah penanggung
jawab penyakit yang berjangkit di Minamata. 22 Maret 1979 dua pemimpin Chisso
, yang pada saat itu telah berumur 77 tahun dan 68 tahun, dihukum masing-masing
2 tahun dan 3 tahun penjara. Disamping itu, korban kasus ini menerima santunan
yang dibebankan pada Chisso.
BAB III
ANALISIS MASALAH
Penggunaan bahan yang aman atau bahan yang lebih baik tidak berbahaya.
Penggunaan pewadahan tertutup untuk bahan bahan bersifat volatil.
Penggunaan ventilisasi yang baik sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan
kerja.
Penggunaan alat pelindung (masker, sarung tangan).
Penggunaan wadah dengan warna yang berbeda untuk setiap jenis limbah.
Pemantauan rutin terutama terhadap aktivitas yang beresiko tinggi.
Penggunaan analisis epidemiologis untuk menentukan apakah kelompok
atau sub kelompok tertentu akan mengalami resiko berlebihan terhadap
penyakit tertentu.
3.2.2. Transportasi
a) Limbah umum :
- Tidak diperlukan pengolahan khusus, dan dapat disatukan dengan
limbah
13
- Seluruh makanan yang telah meninggalkan dapur pada prinsipnya
adalah limbah bila tidak dikonsumsi dansisa makanan dari bagian
penyakit menular perlu di autoclave dulu sebelum dibuang ke landfill.
b) Limbah patologis :
- Pengolahan yang dilakukan adalah dengan sterilisasi, insinerasi
dilanjutkan dengan landfilling
- Insinerasi merupakan metode yang sangat dianjurkan, kantong
kantong digunakan untuk membungkus limbah juga harus
diinsinerasi.
c) Limbah radioaktif :
- Bahan radioaktif yang digunakan dalam kegiatan kesehatan/medis ini
biasanya tergolong mempunyai daya radioaktivitas level rendah, yaitu
dibawah 1 megabecquerel (MBq).
- Limbah radioaktif dari rumah sakit dapat dikatakan tidak mengandung
bahaya yang signifikan bila ditangani secara baik
- Penanganan limbah dapat dilakukan di dalam area rumah sakit itu
sendiri, dan umumnya disimpan untuk menunggu waktu paruhnya
telah habis, untuk kemudian disingkirkan sebagai limbah non-
radioaktif biasa
d) Limbah kimia :
- Bagi limbah kimia yang tidak berbahaya, penanganannya adalah
identik dengan limbah lainnya yang tidak termasuk kategori
berbahaya.
- Konsep penanganan limbah kimia yang berbahaya adalah identik
dengan penjelasan sebelumnya yang terdapat dalam makalah ini
tentang limbah berbahaya.
Cara perlakuan jenis pengolahan yang biasa digunakan di rumah sakit adalah :
a) Insenarator
- Merupakan cara yang paling dianjurkan untuk seluruh limbah klinis,
terutama limbah yang berkategori infectious
- Mikroorganisme patogen dalam limbah infectious daoat dimusnahkan
di sebuah insinerator yang baik karena adanya panas yang tinggi
b) Lahan-urug
- Lahan-urug tetap dibutuhkan walaupun telah digunakan insenarator,
terutama untuk menimbun abu sisa pembakaran
- Bahan-bahan tajam yang sudah disterilisasi harus dikemas secara baik
agar tidak membahayakan petugas di lapangan
- Kriteria lahan-urug yang digunakan selanjutnya akan tergantung
apakah limbahnya berjenis sampah kota atau berjenis limbah
berbahaya lainnya.
c) Autoclave
- Autoclaving juga merupakan cara yang paling dianjurkan untuk
menangani limbah klinis
- Pemanasan limbah dilakukan baik melalui penetrasi uap maupun
melalui konduksi panas
- Kantong limbah yang biasa digunakan untuk limbah yang akan di
bakar insenarator belum tentu cocok untuk cara ini
15
- Biaya operasi alat ini sedikit lebih murah dibanding insenarator,
namun tetap dibutuhkan lahan untuk penyingkiran akhir dari limbah
yang telah diolah
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Limbah
https://www.academia.edu/9647190/Makalah_limbah_B3
http://www.artikellingkunganhidup.com/pengertian-b3-dan-produk-mengandung-
b3.html
17