Anda di halaman 1dari 22

LIMBAH B3 (BAHAN BERBAHAYA dan BERACUN)

MAKALAH DASAR EKOLOGI

Disusun oleh :

Fildatun Ni’mah 25-2015-132

Gifa Ghaitsa 25-2015-113

Januaramadhita Trenggono 25-2015-121

Libna Hadijah Dzata Yumni 25-2015-108

Nyayu Madia Alfisyah 25-2015-131

Kelompok 4,Teknik Lingkungan-D

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

BANDUNG

2015

ii
KATA PENGANTAR

Makalah Dasar Ekologi ini berjudul Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan


Beracun). Tujuan penyusunan makalah ini yaitu sebagai syarat untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Dasar Ekologi.

Makalah ini berisi tentang pengertian limbah B3, deskripsi masalah limbah
B3, dan analisis masalah B3, kesimpulan dan sarah, daftar pustaka.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat serta
karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan seluruh makalah ini. Pada
kesempatan kali ini tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :

1. Ibu Elin selaku dosen mata kuliah Dasar Ekologi yang membimbing
selama kegiatan kuliah.
2. Keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan
baik moril maupun materil dalam pelaksanaan dan penyusunan makalah
dasar ekologi ini.
3. Rekan-rekan Teknik Lingkungan angatan 2015 dan semua pihak yang
telah membantu sehingga pelaksanaan dan penyusunan makalah ini
berjalan lancar.

Dalam pembuatan makalah ini, penyusun telah berusaha sebaik mungkin.


Namun, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan pembaca dapat memberikan
tambahan. Tambahan tersebut dapat berubah saran atauupun kritik yang
membangun dari semua pihak. Semoga Makalah Limbah B3 ini bermanfaat

Penyusun

Bandung, 23 September 2015

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1. Latar Belakang ...............................................................................................2


1.1.1 Mengenal Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)..................3
1.1.2 Pengertian Limbah B3......................................................................2
1.1.3 Karakteristik B3................................................................................2
1.1.4 Sumber Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) .....................2
1.1.5 Klasifikasi limbah B3........................................................................2
1.1.6 Akibat Limbah B3 Terhadap Manusia.............................................2
1.2. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................................2

BAB II DESKRIPSI MASALAH ....

2. Limbah Rumah Sakit ............

BAB III ANALISIS MASALAH

3.1. Pengurangan resiko kesehatan .......

3.2. Pewadahan dan transportasi ............


3.3. Pengolahan dan pemusnahan ............

BAB IV KESIMPULAN

3.2. Kesimpulan ....................


3.3. Saran ................

DAFTAR PUSTAKA

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sifat B3 ..................

Gambar 2. Limbah Rumah Sakit ............................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akhir-akhir ini semakin banyak limbah-limbah dari pabrik, rumah tangga,


perusahaan, dan sebagainya yang berupa cair, padat bahkan berupa zat gas yang
berbahaya bagi kehidupan kita.Terdapat limbah yang dikategorikan sebagai
limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Pencemaran limbah B3 dapat melalui
tanah, air, maupun udara.Pencemaran tersebut menyebabkan penurunan kualitas
lingkungan.

Salah satu Limbah B3 yang harus menjadi perhatian adalah limbah yang
mengandung logam berat. Limbah logam berat ini bersifat racun dan persisten.
Limbah B3 harus ditangani dengan serius, karena apabila limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun(B3) tersebut dibiarkan atau bahkan ditangani dengan salah, maka
dampak dari Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut akan semakin meluas,
bahkan dampaknya pun akan sangat dirasakan bagi lingkungan sekitar kita, dan
tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada kehidupan makhluk hidup, baik
dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek ataupun dampak yang akan
dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang akan datang.

Kita tidak akan tahu seberapa parah kelak dampak tersebut akan terjadi,
namun seperti kata pepatah ”Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati”, hal
tersebut menjadi salah satu aspek pendorong bagi kita semua agar lebih berupaya
mencegah dampak dari limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut.

Secara garis besar, hal tersebut menjadi salah satu patokan bagi kita,bahwa
segala sesuatu yang terjadi merupakan tanggung jawab kita bersama untuk
menanggulanginya, khususnya pada masalah limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun tersebut.

1
1.1.1 Mengenal Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Limbah B-3 mungkin kata-kata ini tidak asing ditelinga kita, ketika melihat
begitu banyak kasus pencemaran lingkungan yang terjadi di Indonesia, dimulai
dari kasus PT Newmont di Teluk Buyat, hingga kasus penolakan ekspor ikan
Indonesia karena mengandung limbah B-3.Melihat dan mendengar itu semua tentu
saja menjadi suatu pertanyaan seperti apakah limbah B-3 tersebut sehingga begitu
berbahaya serta diawasi dengan ketat sekali.

1.1.2. Pengertian Limbah B3

Pengertian limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa


(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta
konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.
1.1.3. Karakteristik B3

Secara konvensional terdapat tujuh kelas bahan berbahaya, yaitu:

1. Flammable (mudah terbakar), yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang
menyala dengan mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada
sumber nyala, misalnya: jenis pelarut ethanol, gas hidrogen, methane.
2. Spontaneously ignitable material (spontan terbakar), yaitu bahan padat atau
cair yang dapat menyala secara spontan tanpa sumber nyala, mislanya
karena perubahan panas, tekanan atau kegiatan oksidasi.
3. Explosive (mudah meledak), yaitu materi yang dapat meledak karena adanya
kejutan, panas atau mekanisme lain, misalnya dinamit.
4. Oxidizer (pengoksidasi), yaitu materi yang menghasilkan oksigen, baik
dalam kondisi biasa atau bila terpapar dengan panas, misalnya amonium
nitrat dan benzoyl perioksida.
5. Corrosive, bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak
jaringan kulit bila berkontak dengannya.
6. Toxic, yaitu bahan beracun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau
mengganggu kesehatan, seperti hidrogen sianida.
7. Radioactive, dicirikan dengan transormasi yang berlangsung dalam inti
atom, misalnya uranium heksafluorida.

3
1.1.4. Sumber Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. Berasal bukan dari proses utamanya,
tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi,
pelarut kerak, pengemasan, dll.
2. Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah B3 sisa proses suatu industri atau
kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah.

1.1.5. Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:

 Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada
pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang
stabil dan mudah menguap.
 Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan
flokulasi
 Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan
dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa
lumpur dari hasil proses tersebut.
 Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan
digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan
cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.

1.1.6. Akibat Limbah B3 Terhadap Manusia

Limbah B-3 ternyata menimbulkan berbagai penyakit yang membahayakan. Hal


ini dikarenakan penyakit itu timbul dari lingkungan di mana kita tinggal, sehingga
tanpa menyadari kita terkena penyakit tersebut.Penulis dalam kesempatan ini
mendapatkan sumber dari sebuah buku dimana memberikan uraian yang cukup
menarik di dalam mengenai akibat langsung dari limbah B-3 tersebut.

 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :

1) Apa akibat Limbah B3 terhadap manusia ?

2) Bagaimana solusi teknologi pengolahan Limbah B3 ?

 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1) Mengetahui dan memahami akibat Limbah B3 terhadap manusia.

2) Dapat menjelaskan solusi teknologi dalam pengolahan Limbah B3

BAB II

DESKRIPSI MASALAH

Limbah Rumah Sakit

Sebagaimana kita ketahui, dampak negatif dari aspek kesehatan lingkungan,


sebuah sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit juga dapat menjadi sumber
masalah bagi lingkungan. Kondisi ini terutama jika limbah yang dihasilkan sebagai
akibat aktifitas pelayanan kesehatan tidak dikelola dengan baik. Sebagaimana

5
diungkapkan Said (1999), rumah sakit dalam menjalankan fungsi operasionalnya
menghasilkan limbah, baik itu limbah domestik, limbah padat, limbah cair dan
limbah gas serta limbah radioaktif.

Kondisi diatas disebabkan karena berbagai kegiatan di rumah sakit


berpotensi menghasilkan berbagai karakteristik dan jenis limbah. dan berpotensi
menghasilkan dampak yang digolongkan sebagai limbah yang mengandung Bahan
Berbahaya Beracun (B3), yang berbahaya terhadap kehidupan manusia, seperti
pembuangan bekas jarum suntik, bekas jarum infus, yang dapat merupakan vektor
pembawa bibit penyakit

Terdapat tiga kategori orang yang dapat terpapar dengan limbah berbahaya dari
rumah sakit, yaitu :

- pasien dan personel dari rumah sakit


- personel yang memberikan pelayanan, misalnya mereka yang terikat
kontrak kerja seperti tukang cuci, tukang sampah, dan sebagainya.
- pasien rawat jalan seperti yang sedang menjalani dialisis darah
- pengunjung

Jenis perawatan/aktivitas kesehatan yang dapat menghasilkan limbah adalah :

A. Rumah sakit dengan aktifitasnya

 Rumah sakit umum


 Rumah sakit khusus
 Sanotarium
 Aktifitas spesifik dalam sebuah rumah sakit misalnya : paediatric, oncolagy,
rehabiliasi, mata dan telinga, psyciatric, terbakar, orthopaedic, penyakit-
penyakit pernafasan
 Klinik

 Ruang dokter dan perawat


 Pusat dialisis
 Pusat penanganan kecanduan alkohol
 Pusat penanganan kecanduan obat bius
 Klinik bersalin
 Klinik thrombosis

 Asrama dan sejenis

 Perawat
 Rumah jompo
 Rumah sakit jiwa

 Kegiatan-kegiatan penunjang

 Bank darah
 Apotik
 Pusat pelatihan medis
 Ruang mayat
 Ruang steril
 Ruang cuci pakaian
 Ruang teknis
 Laboratorium : klinis, pathology, kimiawi, penelitian, termasuk untuk hewan
maupun genetis.

B. Limbah radioaktif

Dapat berfase padat, cair maupun gas terkontaminasi dengan radionuklisida,


dan dihasilkan dari analisis in-vitro terhadap jaringan tubuh dan cairan, atau
7
analisis in-vivo terhadap organ tubuh dalam pelacakan atau lokalisasi tumor,
maupun dihasilkan dari prosedur therapetis

C. Limbah kimiawi

Dapat berupa padatan, cairan maupun gas misalnya berasal dari pekerjaan
diagnostik atau penetian, pembersihan / pemeliharaan atau prosedur
desinfeksi. Pertimbangan terhadap limbah ini adalah seperti limbah
berbahaya yang lain, misalnya obat-obatan cytotoxic. Limbah kimiawi yang
tidak berbahaya adalah seperti gula, asam-asam amino, garam-garam
organik lainnya.

D. Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious)

Mengandung mikroorganisme patogen yang diihat dari konsentrasi dan


kuantitasnya bila terpapar dengan manusia akan dapat menimbulkan
penyakit. Kategori yang termasuk limbah ini antara lain jaringan dan stok
dari agen-agen infeksi dari kegiatan laboratorium, dari ruang bedah atau
autopsi pasien yang mempunyai penyakit menular, atau dari pasien yang
diisolasi, atau materi yang berkontak dengan pasien yang
menjalaniharmodialisis (tabung, filter, serbet, gaun, sarung tangan dan
sebagainya) atau materi yang berkontak dengan binatang yang sedang
diinokulasi dengan penyakir menular atau sedang menderita penyakit
menular.

E. Benda-benda tajam yang biasa digunakan dalam kegiatan rumah sakit

Jarum suntik, syring, gunting, pisau, kaca pecah, gunting kuku dan
sebagainya yang menyebabkan orang tertusuk (luka) dan terjadi infeksi.
Benda-benda ini mungkin terkontanimasi ikeh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi atau bahan citotoksik.

F. Limbah farmasi (obat-obatan)


Produk-produk kefarmasian, obat-obatan dan bahan kimiawi yang
dikembalikan dari ruangan pasien isolasi, atau telah tertumpah, kadaluwarsa
atau terkontaminasi atau harus dibuang karena tidak digunakan lagi.

G. Limbah citotoksik

Bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat


citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik.

H. Kontainer di bawah tekanan

Seperti yang digunakan untuk oeragaan atau pengajaran, tabung yang


mengangdung gas dan aerosol yang dapat meledak bila diinsinerasi atau bila
mengalami kerusakan karena kecelakaan (tertusuk dan sebagainya).

Dari sekian banyak jenis limbah klinis tersebut, maka yang membutuuhkan sangat
perhatian khusus adalah limbah yang dapat menyebabkan penyakit menular
(infectious waste) atau limbah biomedis. Limbah ini biasanya hanya 10-15% dari
seluruh volume limbah kegiatan pelayanan kesehatan. Jenis dari limbah ini secara
spesifik adalah :

a) Limbah human anatomical : jaringan tubuh manusia, organ, bagian-bagian


tubuh, tetapi tidak termasuk gigi, rambut dan muka.
b) Limbah tubuh hewan : jaringan-jaringan tubuh, organ, bangkai, darah,
bagian terkontaminasi dengan darah, dan sebagainya, tetapi tidak termasuk
gigi, bulu,kuku.
c) Limbah laboratorium mikrobiologi : jaringan tubuh, stok hewan atau
mikroorganisme, vaksin, atau bahan atau peralatan laboratorium yang
berkontak dengan bahan-bahan tersebut.
d) Limbah darah dan cairan manusia atau bahan/peralatan yang terkontaminasi
dengannya. Tidak termasuk dalam katagori ini adalah urin dan tinja.
e) Limbah-limbah benda tajam seperti jarum suntik, gunting, pecahan kaca,
dan sebagainya.
9
Kasus Penyakit “ Kucing Menari” di Minamata

Pada tahun 1932, Chisso Chemical Corporation membuka pabrik pupuk kimia
di Minamata (terletak di pulau Kyushu, Jepang Selatan). Penduduk di sekitarnya
adalah nelayan atau petani. Chisso mempekerjakan penduduk setempat (sekitar 1/3
tenaga pekerjanya), sehingga tidak menimbulkan masalah sosial pada awal
pendiriannya.

Kasus Minamata ini terkenal di dunia bila membicarakan masalah industri,


limbah dan kesehatan masyarakat, yang terungkap setelah sekitar 600 ton merkuri,
yang digunakan sebagai katalis dalam prosesnya, dibuang secara bertahap sekitar
45 tahun. Merkuri didapat di alam, merupakan logam warna putih-perak, termasuk
logam berat, dan berada fasa cair pada suhu biasa, dan biasanya digunakan sebagai
katalis. Pada tahun 1714 Gabriel Fahrenheit menggunakan merkuri ini untuk
termometer. Mikroorganisme dalam air mengkonversi logam ini menjadi
methylmercure, dengan prakiraan 70 – 100 tahun akan persistan di alam. Merkuri
alamiah dapat dievakuasi oleh tubuh manusia secepatnya melalui urin, sedang
mercuri organik bersifat biokumulasi, yang dapat menyerang syaraf dan otak.

Sinyal pertama kasus ini datang pada tahun 1950, yaitu sejumlah ikan mati
tanpa diketahui sebabnya. Tahun 1952 timbul penyakit aneh pada kucing yang
kadangkala berakhir dengan kematian. Antara tahun 1953 – 1956 gejala yang
dikenal sebagai “kucing menari” ditemui pula pada manusia. Beberapa diantaranya
meninggal dunia. Tetapi Chisso paada awalnya belum dicurigai sebagai penyebab,
hanya diketahui bahwa korban mengalami keracunan akibat memakan ikan yang
berasal dari laut sekitar pabrik itu. Chisso kemudian mengeluarkan daftar bahan
yang digunakan dalam pabriknya, tetapi tidak tercantum merkuri dalam daftar
tersebut, walaupun diketahui bahwa merkuri digunakan sebagai katalis proses dari
pabrik tersebut. Penelitian penyebab penyakit tersebut secara intensif dilakukan
oleh pemerintah. Asosiasi industri kimia Jepang juga membantu Chisso dalam
melacak masalah ini dengan melakukan penelitian-penelitian, tetapi tidak
mendapatkan hasil memuaskan.
Pencemaran mercuri tetap berlanjut. Kasus penyakit ini juga terus berlanjut, dan
terutama menyerang anak-anak. Tahun 1956 masyarakat sekitarnya mengadakan
aksi menentang keberadaan Chisso. Chisso memberikan santunan pada korban dan
yang meninggal, tanpa mengetahui penyebab masalah ini. Kasus ini lama
kelamaan terungkap, karena korban umumnya mengandung merkuri yang
berlebihan pada tubuhnya. Tahun 1976 sekitar 120 penduduk Minamata meninggal
karena keracunan merkuri dan 800 orang menderita sakit. Tahun 1978, 8100
penduduk mengklaim hal ini, dan 1500 diantaranya yang diperiksa diketahui
keracunan merkuri. Akhirnya pembuangan merkuri dihentikan dengan ditutupnya
pabrik tersebut, dan pemerintah menyatakan bahwa Chisso adalah penanggung
jawab penyakit yang berjangkit di Minamata. 22 Maret 1979 dua pemimpin Chisso
, yang pada saat itu telah berumur 77 tahun dan 68 tahun, dihukum masing-masing
2 tahun dan 3 tahun penjara. Disamping itu, korban kasus ini menerima santunan
yang dibebankan pada Chisso.

BAB III

ANALISIS MASALAH

3.1 Pengurangan resiko kesehatan


11
Untuk mengurangi resiko kesehatan sehubungan dengan limbah
rumah sakit ini, maka dibutuhkan program kesehatan kerja yang mencakup :

Penggunaan bahan yang aman atau bahan yang lebih baik tidak berbahaya.
 Penggunaan pewadahan tertutup untuk bahan bahan bersifat volatil.
 Penggunaan ventilisasi yang baik sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan
kerja.
 Penggunaan alat pelindung (masker, sarung tangan).
 Penggunaan wadah dengan warna yang berbeda untuk setiap jenis limbah.
 Pemantauan rutin terutama terhadap aktivitas yang beresiko tinggi.
 Penggunaan analisis epidemiologis untuk menentukan apakah kelompok
atau sub kelompok tertentu akan mengalami resiko berlebihan terhadap
penyakit tertentu.

3.2. Pewadahan dan Transportasi

3.2.1 Pemisahan dan pewadahan

Sasaran pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagaimana menangani


limbah berbahaya, menyingkirkan dan memusnahkannya seekonomis
mungkin, namuh higienis dan tidak membahayakan lingkungan. Untuk
limbah yang bersifat umum, penanganannya adalah identik dengan limbah
kota yang lain. Daur ulang sedapat mungkin diterapkan pada setiap
kesempatan. Bahan-bahan tajam yang terinfeksi harus dibungkus secara baik
serta tidak akan mencelakakan pekerja menangani dan dapat dibuang seperti
limbah umum, sedang bahan-bahan tajam yang terinfeksi diperlakukan
sebagai limbah berbahaya.

Untuk memudahkan pengenalan berbagai jenis limbah yang akan


dibuang, digunakan pemisahan dengan kantong-kantong yang spesifik
(biasanya dengan warna yang berbeda atau pemberian laben). Beberapa
contoh warna yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI adalah :

- Kantong warna hitam : limbah sejenjis rumah tangga biasa.


- Kantong warna kuning : semua jenis limbah yang harus masuk
insinerator.
- Kantong warna kuning strip hitam : limbah yang sebaiknya ke
insinerator, namun bisa pula dibuang ke landfill bila dilakukan
pengumpulan terpisah dan pengaturan pembuangan.
- Kantong warna biru muda atau trasparan strip biru tua : limbah yang
harus masuk ke autoclave sebelum ditangani lebih lanjut.

3.2.2. Transportasi

Mobilitas dan transportasi limbah baik internal maupun eksternal


hendaknya dipertimbangkan sebagai bagian menyeluruh dari sistem
pengelolaan dari institusi tersebut. Secara internel, limbah biasanya diangkut
dari titik penyimpanan awal menuju area penampungan atau menuju titik
lokasi insinerator. Alat angkutan atau sarana pembawa tersebut harus dicuci
secara rutin dan hanya digunakan untuk membawa limbah. Di rumah sakit
modern, trasnportasi limbah ini bisa menggunakan cara pneumatis dengan
perpipaan, namun cara ini tidak boleh digunakan untuk limbah patologis dan
infectious. Limbah yang akan diangkut ke luar, misalnya oleh Dinas
Kebersihan setempat, harus tidak mengandung resiko terhadap kesehatan
pengangkut tersebut. Limbah berbahaya dari rumah sakit yang akan
diangkut, diatur seperti halnya aturan-aturan yang berlaku pada limbah
berbahaya lain, misalnya jenis kontainer, tanda-tanda dan tata caranya.

3.3. Pengolahan dan Pemusnahan

Secara umum jenis pengolahan limbah rumah sakit adalah :

a) Limbah umum :
- Tidak diperlukan pengolahan khusus, dan dapat disatukan dengan
limbah

13
- Seluruh makanan yang telah meninggalkan dapur pada prinsipnya
adalah limbah bila tidak dikonsumsi dansisa makanan dari bagian
penyakit menular perlu di autoclave dulu sebelum dibuang ke landfill.
b) Limbah patologis :
- Pengolahan yang dilakukan adalah dengan sterilisasi, insinerasi
dilanjutkan dengan landfilling
- Insinerasi merupakan metode yang sangat dianjurkan, kantong
kantong digunakan untuk membungkus limbah juga harus
diinsinerasi.
c) Limbah radioaktif :
- Bahan radioaktif yang digunakan dalam kegiatan kesehatan/medis ini
biasanya tergolong mempunyai daya radioaktivitas level rendah, yaitu
dibawah 1 megabecquerel (MBq).
- Limbah radioaktif dari rumah sakit dapat dikatakan tidak mengandung
bahaya yang signifikan bila ditangani secara baik
- Penanganan limbah dapat dilakukan di dalam area rumah sakit itu
sendiri, dan umumnya disimpan untuk menunggu waktu paruhnya
telah habis, untuk kemudian disingkirkan sebagai limbah non-
radioaktif biasa
d) Limbah kimia :
- Bagi limbah kimia yang tidak berbahaya, penanganannya adalah
identik dengan limbah lainnya yang tidak termasuk kategori
berbahaya.
- Konsep penanganan limbah kimia yang berbahaya adalah identik
dengan penjelasan sebelumnya yang terdapat dalam makalah ini
tentang limbah berbahaya.

e) Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious) :


- Memerlukan sterilisasi terlebih dahulu atau langsung ditangani pada
insinerator; autoclave tidak dibutuhkan bila limbah tersebut telah
diwadahi dan ditangani secara baik sebelum diinsenerasi.
f) Benda-benda tajam :
- Dikemas dalam kemasan yang dapat melindungi petugas dari baha
tertusuk, sebelum dibakar dalam insenarator.
g) Limbah farmasi :
- Obat-obatan yang tidak digunakan dikembalikan pada apotik,
sedangkan yang tidak dipakai lagi ditangani secara khusus misalnya
diinsinerasi atau di landfilling atau dikembalikan ke pemasok.
h) Kontainer-kontaiiner di bawah tekanan :
- Di landfilling atau di daur ulang.

Cara perlakuan jenis pengolahan yang biasa digunakan di rumah sakit adalah :

a) Insenarator
- Merupakan cara yang paling dianjurkan untuk seluruh limbah klinis,
terutama limbah yang berkategori infectious
- Mikroorganisme patogen dalam limbah infectious daoat dimusnahkan
di sebuah insinerator yang baik karena adanya panas yang tinggi
b) Lahan-urug
- Lahan-urug tetap dibutuhkan walaupun telah digunakan insenarator,
terutama untuk menimbun abu sisa pembakaran
- Bahan-bahan tajam yang sudah disterilisasi harus dikemas secara baik
agar tidak membahayakan petugas di lapangan
- Kriteria lahan-urug yang digunakan selanjutnya akan tergantung
apakah limbahnya berjenis sampah kota atau berjenis limbah
berbahaya lainnya.
c) Autoclave
- Autoclaving juga merupakan cara yang paling dianjurkan untuk
menangani limbah klinis
- Pemanasan limbah dilakukan baik melalui penetrasi uap maupun
melalui konduksi panas
- Kantong limbah yang biasa digunakan untuk limbah yang akan di
bakar insenarator belum tentu cocok untuk cara ini

15
- Biaya operasi alat ini sedikit lebih murah dibanding insenarator,
namun tetap dibutuhkan lahan untuk penyingkiran akhir dari limbah
yang telah diolah

KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan

Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulan sebagai berikut :

 Dalam pengelolaan limbah B3, identifikasi dan karakteristik limbah B3


adalah hal yang penting dan mendasar. Banyak hal yang yang sebelumnya
perlu diketahui agar dalam penanggulangan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun tersebut menjadi tepat dan bukannya malah menambahkan masalah
pada limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut
 Pengaruh limbah B3 terhadap mahluk hidup, Limbah B-3 menimbulkan
berbagai penyakit yang membahayakan khususnya manusia. Terdiri atas 2
kategori yaitu: (1) efek akut, dan (2) efek kronis. Efek akut dapat
menimbulkan akibat berupa kerusakan susunan syaraf, kerusakan sistem
pencernaan, kerusakan sistem kardio vasculer, kerusakan system pernafasan,
kerusakan pada kulit, dan kematian. Sementara itu, efek kronis dapat
menimbulkan efek karsinogenik (pendorong terjadinya kanker), efek
mutagenik (pendorong mutasi sel tubuh), efek teratogenik (pendorong
terjadinya cacat bawaan), dan kerusakan sistem reproduksi.
 Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode
yang paling populer di antaranya ialah chemical conditioning,
solidification/Stabilization, dan incineration.

4.2. Saran

Hendaknya agar limbah B3 dari pabrik, rumah tangga, kantor-kantor,


sekolah, dan sebagainya dapat diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke
lingkungan. Agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan kita sekarang
maupun dimasa depan. Karena seperti yang telah kita ketahui limbah B3 sangat
berbahaya dan sangat beresiko bagi kesehatan manusia. Marilah kita sama-sama
menjaga lingkungan kita untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Limbah

https://www.academia.edu/9647190/Makalah_limbah_B3

http://www.artikellingkunganhidup.com/pengertian-b3-dan-produk-mengandung-
b3.html

Damanhuri, enri. 1993. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya & Beracun.


Bandung

17

Anda mungkin juga menyukai