Bidang Ilmu :
Pertanian
LAPORAN PENELITIAN
HIBAH DOKTOR
NIDN. 0016105304
RINGKASAN
PRAKATA
Penulis
5
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ......................................................................................................... 3
PRAKATA ............................................................................................................ 4
LAMPIRAN.......................................................................................... 60
BAB 1. PENDAHULUAN
gedi membuat bubur menjadi lebih kental dan menimbulkan rasa enak.
Pemanfaatan daun gedi ternyata tidak hanya dilakukan oleh masyarakat
Manado, melainkan juga oleh orang Filipina, Taiwan, China, Korea, dan Jepang.
Di negara-negara ini, daun gedi bukan hanya dimanfaatkan sebagai campuran
bubur, melainkan sebagai sayuran biasa, atau sebagai bahan obat tradisional
(Business News, 2010). Ternyata tanaman ini memiliki potensi anti-inflamatori,
antibakteri, antiviral, antioksidan, serta dapat mengeliminasi radikal bebas.
Penelitian yang sudah dilakukan adalah dengan menggunakan hewan
percobaan laboratorium dan terutama ditujukan pada bagian bunga, biji, batang,
dan akar untuk kesehatan manusia. Belum pernah ditemukan pustaka yang
melaporkan tentang manfaat daun gedi pada ternak unggas.
Hasil penelitian membuktikan bahwa gedi mengandung senyawa bioaktif.
Senyawa bioaktif adalah senyawa kimia yang dihasilkan tanaman dari reaksi jalur
sekunder akibat dari reaksi jalur primer karbohidrat, asam amino, dan lipid. Daun
gedi juga mengandung zat-zat makanan seperti protein, polisakarida dalam
mucilase, dan asam lemak heptadekanoat dan pentadekanoat yang tinggi, serta
mengandung metabolit sekunder flavonoid, stigmasterol, ý-sitosterol, dan asam
fenolat. Melihat kandungan zat makanan dan metabolit sekunder pada daun gedi
timbul gagasan untuk meneliti daun gedi sebagai alternatif pakan tambahan
untuk ayam pedaging.
Labay (2002) dalam studi etnobotani dan fitokimia terhadap flora yang
bermanfaat di Marinduque, Filipina mendapatkan bahwa Abelmoschus manihot
(L.) Medik dengan nama umum Lagikuway mengandung bahan obat tradisional
emmenagogue (untuk melancarkan menstruasi) dan laxative (obat pencahar),
dan fitokimia yang didapat dari ekstrak tanaman adalah flavonoid, unsaturated
sterol dan triterpen, glikosida steroid, tannin dan fenol.
Sujatha, et al. (1986) menganalisis kandungan minyak dan kualitas biji
dari 9 varietas Abelmoschus esculentus (Linn.) Moench yang sudah dibudidaya,
3 varietas Abelmoschus moschatus (Linn.) Medic, 2 varietas Abelmoschus
manihot (Linn.) Medic, 1 Abelmoschus manihot (Linn.) Medic. subsp. manihot
Waalkes, 2 species Abelmoschus dari Afrika yang tidak teridentifikasi, dan 3
hibrida interspesifik. Berdasarkan biji utuh, kandungan minyak Abelmoschus
esculentus adalah 11,8 – 17,3% dan Abelmoschus tetraphyllus (subsp. dari
Abelmoschus manihot) adalah 15,3 – 16,8%. Asam-asam lemak yang terdapat di
dalam biji terutama asam lemak palmitat, oleat, dan linoleat.
Info produk (2010), ekstrak tepung bunga Abelmoschus manihot (L.)
Medic (Hibiscus manihot (L.) mengandung komponen utama flavon total 10 %
dan hiperosida (nama lain adalah quercetin-3-galaktisida) 1,5 % digunakan untuk
detoksifikasi dan detumescence (menurunkan bengkak).
Jain dan Bari (2010) melaporkan Abelmoschus manihot (L.) Medik.,
Malvaceae adalah tanaman annual yang berbulu, tinggi 1,2-1,8 m. Asli dari
China, dikenalkan di India, dekat Calcutta dan daerah pantai Maharashtra.
Dinyatakan bahwa daun Abelmoschus manihot yang asli dari Jepang
mengandung bahan kering 14,6 % dan protein kasar 14,0 %.
Tanaman berlendir ini mengandung polisakarida dan protein. Bunga
mengandung quercetin-3-robinosida, quercetin -3’-glukosida, hiperin, miricetin,
dan antosianin. Asam-asam jenuh dan asam-asam cair seperti asam linoleat dan
12
oleat diisolasi dari lemak biji dan bahan-bahan yang tidak tersabunkan. Metode
kromatografi yang berbeda telah dikembangkan untuk melihat keberadaan flavon
pada tanaman (Lai et al., 2006). Ekstrak ethanol dari bunga di skrin untuk
aktifitas antiviral dan diteliti bahwa hiperosida nyata memiliki aktifitas anti virus
heptitis B (anti-HBV). Flavon yang ada pada tanaman berfungsi mencegah luka
(Liu, et al., 2009). Tetapi penelitian-penelitian ini belum cukup untuk identifikasi
dan karakterisasi senyawa-senyawa bioaktif dalam tanaman ini.
Jain, et al. (2009) melakukan penelitian tentang identifikasi dan
karakterisasi prinsip-prinsip bioaktif dari batang Abelmoschus manihot. Hal ini
sangat luas digunakan dalam pengobatan tradisional. Untuk isolasi senyawa,
tepung batang kering diekstraksi panas dengan petroleum ether, selanjutnya
disaponifikasi dengan KOH alkoholik dan di kromatografi. Ada dua senyawa
diisolasi dan dimurnikan dengan kloroform, dan dari karakteristik fisik, kimia, dan
spektral disimpulkan bahwa senyawa-senyawa tersebut adalah stigmasterol dan
ý-sitosterol.
Jain dan Bari (2010) meneliti tentang aktivitas anti-inflammatori dari
ekstrak petroleum ether dan ekstrak metanol dari batang Abelmoschus manihot
(Malvaceae) dengan menggunakan “paw edema model”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Abelmoschus manihot ekstrak sangat nyata memiliki
aktivitas anti-inflammatori. Jain dan Bari (2010), tahun-tahun sekarang stress
oksidatif dan radikal bebas diimplikasikan menyebabkan luka pada kulit.
Abelmoschus manihot (L.) Medik., Malvaceae dan Wrightia tinctoria R. Br.,
Apocynaceae, tanaman yang digunakan luas di Ayuveda, memiliki senyawa anti-
inflammatori dan antimikrobial. Todarwal, et al. (2011), tanaman Abelmochus
manihot Linn, (Malvaceae) telah digunakan secara tradisional untuk mengobati
inflamasi, rasa sakit, infeksi urinari, dan bronkitis kronis. Rewatkar, et al. (2010),
Abelmoschus manihot (L.) secara luas digunakan untuk mengontrol fertilitas,
depresi, dan kecemasan (anxiety) dalam pengobatan tradisional China dan
memiliki potensi terapi yang menguntungkan untuk penyakit cardiovascular
dihubungkan dengan Diabetes mellitus.
Liu, et al. (2008), bunga Abelmoschus manihot (L.) Medik, suatu obat
tradisional China, di klaim sebagai farmaka aktif dalam mencegah penyakit
kardiovascular dalam pengobatan rakyat. Hasil penelitian mendapatkan bahwa
gossypetin-8-O-glucuronide tidak terikat dengan thrombin, tetapi quercetin-3-O-
robinobioside, hyperin, isoquercetin, dan myricetin berinteraksi dengan thrombin.
13
dan urine tikus setelah oral administration flavonol total Abelmoschus manihot.
Digunakan astragalin dan kaempferol sebagai standar internal. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa metode yang digunakan cocok untuk mendeterminasi
flavonol dalam plasma dan urine tikus.
Xu, et al. (2009) meneliti tentang hibifolin (bioaktif flavonoid yang paling
tinggi pada bunga Abelmoschus manihot) yang diinkubasi dengan bakteri usus
manusia, dan empat metabolit diperoleh dari larutan inkubasi dengan metode
kromatografi. Struktur keempat metabolit adalah gossypetin 8-O-B-D-4’’-deoxy-
˄4’’-glucuropyranoside, gossypetin, quercetin, dan 8-methoxy-quercetin.
Metabolit pertama ditemukan sebagai senyawa baru dengan spesifik bagian dari
B-D-4’’-deoxy-˄4’’-glucuropyranosyl, yang dibentuk melalui jalur metabolik yang
unik dan baru yang tidak pernah dilaporkan sebelumnya.
Wu, et al. (2007), Abelmoschus manihot (L.) Medik adalah hibiscus dari
keluarga Malvaceae (Mallow) yang dapat dimakan, dan juga merupakan bahan
utama dalam pengobatan rakyat di Papua New Guinea, Vanuatu, Fiji, New
Caledonia, atau China untuk bermacam-macam aspek, termasuk kontrol
fertilitas, mempermudah kelahiran, merangsang laktasi, membantu melawan
menorrhagia, dan mencegah osteoporosis. Pada penelitian-penelitian sekarang,
banyak peneliti tertarik pada flavonoid total dari bunga Abelmoschus manihot.
Hiperosida, isoquercetin, dan quercetin-3’-glucoside adalah senyawa-senyawa
penting dalam flavonoid total, dan jumlah hiperosida adalah yang paling tinggi.
Hiperosida (hiperin), quercetin-3-O-B-D-galaktosida, adalah flavonol glikosida
yang banyak digunakan sebagai pengobatan tradisional. Sebagai satu senyawa
bioaktif penting, hiperosida dilaporkan memiliki aktivitas antiviral, antinociceptive,
anti-inflammatori, cardioprotektif, hepatoprotektif, dan efek proteksi mukosa
pencernaan. Dalam penelitian sebelumnya ditunjukkan bahwa hiperosida
memiliki bahan hepatoprotektif dalam berbagai model chemically-induced
hepatocyte injury. Dalam penelitian ini dilihat aktivitas hiperosida melawan virus
hepatits, yaitu mengevaluasi aktivitas anti-virus hepatits B (HBV) dari hiperosida
yang diekstrak dari Abelmoschus manihot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hiperosida adalah inhibitor kuat terhadap HBV yang diinfeksi pada itik model.
Mamahit (2011), telah melakukan penelitian terhadap daun gedi
(Abelmoschus manihot (L.) Medik) asal Sulawesi Utara dengan tujuan untuk
mengisolasi dan menentukan struktur metabolit sekunder dari daun gedi,
menentukan bioaktif terhadap udang Artemia salina dan sitotoksik terhadap sel
15
murin leukimia P-388. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah diisolasi untuk
pertama kalinya dari daun gedi yaitu senyawa : eikodekana, ?? sitosterol, asam
heptadekanoat, dan asam pentadekanoat. Disimpulkan bahwa daun gedi
mengandung metabolit sekunder yang berpotensi sebagai dasar pengembangan
obat-obatan.
Jeni Tresnabudi (1992) melakukan pemeriksaan fitokimia daun gedi
(Abelmoschus manihot (L.) Medik, Malvaceae. Secara kromatografi lapis tipis
(KLT) dan spektrofotometri ultraviolet (UV) dari ekstrak metanol telah
diidentifikasi senyawa flavonoid, salah satunya diduga termasuk kelompok flavon
atau flavonol 3-OH tersubstitusi, asam kafeatasam p-hidroksi benzoat dan 4
asam fenolat lain. Tiga di antaranya sebagai asam ferural, asam siringat, dan
asam klorogenat.
Maryana Brotosudirdjo (1994), meneliti secara fitokimia ekstrak n-
heksana dan ekstrak inetanol daun gedi (Abelmoschus manihot (L.) Medik)
secara kromatografi kertas dan spektrofotometri ultravoilet diidentifikasi senyawa
flavonoid, salah satunya termasuk flavonol yang mempunyai gugus hidroksi
tersubstitusi pada C-3 dan gugus hidroksi bebas pada C-5, C-7, C-3’ dan C-4’.
Secara kromatografi lapis tipis (KLT) telah diidentifikasi senyawa steroid dan
triterpenoid.
Analisis laboratorium pendahuluan sudah dilakukan Mandey (2011)
terhadap daun gedi melalui analisis fitokimia skrin mendapatkan bahwa daun
gedi mengandung banyak alkaloid, dan melalui analisis proksimat mendapatkan
komposisi daun gedi sebagai berikut : bahan kering 13,04 %, protein kasar 27,65
%, lemak 2,70 %, serat kasar 13,51 %, abu 13,30 %, BETN 42,84%, Ca 2044,92
ppm, dan P 1,59 %.
Dari kajian literatur tentang tanaman gedi (Abelmoschus manihot (L.)
Medik. dapat disimpulkan bahwa tanaman gedi memiliki kandungan zat makanan
dan zat bioaktif metabolit sekunder yang memiliki potensi yang besar bagi
kesehatan. Potensi tersebut dapat dijadikan peluang untuk dimanfaatkan sebagai
pakan alternatif penyusun ransum ternak.
untuk absorpsi intestinal. Studi pada hewan percobaan laboratorium yang diberi
makan stigmasterol mendapatkan bahwa absorpsi kolesterol dan sitosterol
menurun 23 % sampai 30 % dalam periode 6 minggu. Stigmasterol juga memiliki
potensi antioksidan, hipoglisemik, dan properti menghambat tiroid. Secara
normal fitosterol akan dicerna di empedu. Sitosterol dengan ciri warna putih,
tepung lilin, adalah hidrofobik dan larut alkohol. Beta-kolesterol menghambat
absorpsi kolesterol di pencernaan. Ketika sterol diabsorpsi ke dalam intestin,
diangkut oleh lipprotein dan bergabung ke dalam membran sel. Fitosterol dan
fitostanol menghambat pencernaan dan pengangkutan kolesterol, menurunkan
level LDL dan serum total kolesterol. Sebab struktur beta-sitosterol amat sama
dengan kolesterol, beta-sitosterol berperan dalam pencernaan dan
pengangkutan kolesterol dalam produksi micelle di lumen intestinal. Ini yang
menyebabkan kolesterol yang diabsorpsi tubuh rendah.
vitamin B dan A yang dibentuk sel juga akan berperan sebagai zat makanan.
Walaupun demikian beberapa mikroba pencernaan pencernaan seperti
Escherichia coli, Clostridium perfringens dan bakteri patogen pencernaan
menekan pertumbuhan unggas. Oleh karena itu pada saat lalu digunakan
antibiotik untuk peningkatan produksi (growth promoter). Adanya mikroba
patogen pada umumnya mempunyai mempunyai peran kompetitif dengan
mikroba non patogen untuk berinteraksi dengan reseptor pada sel epitel,
sehingga dapat menyebarluaskan toksin yang dihasilkan ke dalam tubuh unggas.
Karena itu pencegahan bakteri enteropatogen tersebut sangat diperlukan, salah
satunya melalui pemberian imbuhan pakan fitogenik (Widodo, dkk. 2009).
Penggunaan Lactobacillus sp. akan menekan pertumbuhan Escherichia
coli, Salmonella thypimurium, Campylobacter, dan Clostridium sp. Diperkirakan
karena kelompok Lactobacilli akan menurunkan pH lingkungan sampai dengan
4,4, memproduksi asam laktat dan asetat. Pada anak ayam bakteri asam laktat
belum berkembang pada saluran pencernaannya, karena itu lebih sensitif
terhadap serangan bakteri patogen (Widodo, dkk., 2099).
Tanaman gedi (Abelmoschus manihot (L.) Medik) bagi beberapa negara
seperti Jepang, China, India adalah tanaman herbal yang mula-mula berfungsi
sebagai obat tradisional. Tanaman ini memiliki potensi anti-inflammatori,
antibakteri, antiviral, antioksidan, dan mengeliminasi radikal bebas oksigen
terhadap manusia terutama pada bagian bunga, biji, batang dan akar. Potensi
tanaman gedi sebagai obat adalah karena tanaman ini di samping mengandung
zat-zat makanan seperti protein dan asam lemak omega-6 dan omega-9 dan
polisakarida yang ada dalam mucilase, juga mengandung banyak metabolit
sekunder seperti flavonoid dan fitosterol. Di Indonesia penelitian masih terbatas
pada uji fitokimia bagian daun. Menurut kajian pustaka daun gedi mengandung
zat-zat makanan seperti protein, polisakarida yang terdapat dalam gum mucilage,
dan asam lemak heptadekanoat dan pentadekanoat, dan juga metabolit
sekunder flavonoid, stigmasterol, ý-sitosterol, dan asam fenolat. Sedangkan
analisis proksimat yang telah dilakukan dalam penelitian pendahuluan terhadap
daun gedi yang ada di Manado menunjukkan bahwa daun gedi mengandung
bahan kering 13,04 %, protein kasar 27,65 %, lemak 2,70 %, serat kasar 13,51
%, abu 13,30 %, BETN 42,84 %, Ca 2044,92 ppm, dan P 1,59 %. Melihat
kandungan zat makanan dan metabolit sekunder pada daun gedi, ingin diteliti
pengaruhnya terhadap kesehatan ayam pedaging, yang diawali dengan
20
PENELITIAN KESATU:
Karakterisasi Daun Gedi dan Evaluasi Nilai Nutrisi
Karakterisasi Molekuler
Identifikasi/Determinasi (8 sampel, berhasil diisolasi 5 sampel
(8 sampel daun gedi) dan berhasil disekuens 3 sampel
Analisis Proksimat
PENELITIAN KEDUA:
Evaluasi Fitogenik dan Kuantifikasi Total Flavonoid, Sakarida, Klorofil
Skrin Fitokimia
5 sampel
PENELITIAN KETIGA:
PENELITIAN KEEMPAT:
Evaluasi Penggunaan Daun Gedi GH1 Dalam Pakan Ayam Pedaging
(UJI BIOLOGIS PADA AYAM PEDAGING)
PENGUKURAN PERFORMANS
konsumsi pakan, pertambahan berat badan, konversi pakan Penelitian Disertasi
Rekomendasi Suplementasi
Publikasi
Daun Gedi Dalam Formulasi Ilmiah
Pakan Ayam Pedaging
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh tepung
daun gedi terhadap karakteristik usus dan penampilan produksi ayam pedaging,
dan secara khusus tujuan penelitian ini adalah:
1. Membuktikan secara ilmiah varietas daun gedi yang akan digunakan
berdasarkan studi filogeni.
2. Mendeterminasi nilai nutrisi daun gedi
3. Membuktikan aktivitas antibakteri dari daun gedi terhadap Escherichia coli,
Salmonella typhimurium, BAL (bakteri asam laktat) dan Lactobacillus sp.
4. Menentukan besaran level tepung daun gedi yang tepat dalam mempengaruhi
karakteristik usus ayam pedaging.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai:
1. Asal usul daun gedi yang digunakan dalam penelitian ini.
2. Nilai nutrisi daun gedi
2. Kemampuan antibakteri tepung daun gedi dalam menghambat pertumbuhan
E. coli, Salmonella thypimurium, BAL, dan Lactobacillus sp.
3. Besaran level tepung daun gedi yang tepat dalam mempengaruhi
karakteristik usus ayam pedaging.
24
Lokasi Penelitian
Analisis DNA daun gedi akan dilaksanakan di Laboratorium FMIPA
Universitas Sam Ratulangi untuk tahap isolasi dan amplifikasi. Selanjutnya untuk
tahap sekuens DNA akan dikirim ke Malaysia.
Metode Penelitian
Data yang diperoleh dari hasil ekstraksi DNA kemudian diamplifikasi
dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) dan di sekuens
Analisis Data
Data sekuens DNA kemudian dianalisis berdasarkan metode BLAST
dan CLUSTER, dan analisis filogeni
c. Analisis Proksimat Daun Gedi
Penelitian selanjutnya adalah analisis proksimat terhadap beberapa tipe
daun gedi yang ada di Sulawesi Utara. Secara garis besar jumlah zat makanan
dapat dideterminasi dengan analisis kimia seperti analisis proksimat. Analisis
proksimat menggolongkan komponen yang ada pada bahan pakan berdasarkan
komposisi kimia dan fungsinya, yaitu: air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat
kasar, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).
Lokasi Penelitian
Analisis proksimat akan dilaksanakan di laboratorium ilmu dan teknologi
pakan, Fapet IPB, Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 tipe daun gedi yang
terpilih yang ada di Manado dan sekitarnya, asam sulfat (H2SO4) pekat,
katalisator selenium/Hg/Cu, NaOH, pelarut lemak (eter, kloroform, atau
benzena).
Alat yang digunakan dalam analisis proksimat adalah vaccum drying
oven, labu destruksi, labu destilasi, tabung soxlet.
Metode Penelitian
Analisis bahan kering daun gedi dilakukan dengan menggunakan metode
pengeringan menggunakan vacuum drying oven (30 0C, tekanan 16 mm Hg).
Kadar abu ditentukan dengan pembakaran bahan pada suhu tinggi (500 – 600
0
C). Jumlah protein dalam daun gedi ditentukan dengan kandungan nitrogen
bahan melalui metode Kjeldahl yang kemudian dikali dengan faktor protein 6,25.
Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16 % nitrogen.
Kandungan lemak ditentukan dengan metode soxlet, yaitu proses ekstraksi
bahan dalam tabung soxlet dengan menggunakan pelarut lemak. Penentuan
serat kasar dilakukan pertama-tama dengan menghilangkan semua bahan yang
larut dalam asam dengan pendidihan dalam asam sulfat, dan bahan larut dalam
26
tinggi, terutama pada bagian “mucilage” nya. Sehingga perlu dikaji lebih jauh
keberadaannya.
Lokasi Penelitian
Analisis sakarida akan dilaksanakan di laboratorium Pusat Studi
Biofarmaka LPPM-IPB, Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah 1 jenis daun terpilih yang ada di Manado
dan sekitarnya. Alat yang digunakan adalah HPLC.
3.2. Penelitian Tahap Kedua:
Uji Skrin Fitokimia dan Determinasi Metabolit Sekunder Daun Gedi
Daun yang terpilih untuk menjadi obyek penelitian selanjutnya
dideterminasi metabolit sekundernya.
Bahan dan Alat Penelitian
a. Bahan Penelitian
Pelarut metanol, n-heksana, kloroform, dan etil-asetat
b. Alat Penelitian
Kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom vakum,
kromatografi kolom tekan, spektrofotometri.
Parameter yang Diukur
Jenis metabolit sekunder
Tahap Percobaan
1. Ektraksi terhadap jaringan daun gedi dengan pelarut metanol
2. Hasil ekstraksi dipartisi dengan menggunakan beberapa pelarut organik :
n-heksana, kloroform, dan etil-asetat
3. Hasil partisi kemudian difraksinasi dan dimurnikan.
Analisis Data
Analisis data untuk skrin fitokimia dan determinasi metabolit sekunder
akan dilakukan dengan analisis deskriptif.
4.3. Penelitian Tahap Ketiga:
Uji Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri tepung daun gedi dilakukan terhadap bakteri yang
merugikan (Salmonella sp. dan Escherichia coli) dan bakteri menguntungkan
(Lactobacillus sp. dan Bacillus sp.) (Capasso, et al., 1995 dalam Widodo, dkk.,
2009), dengan metode uji sumuran. Tepung daun gedi yang akan diujicobakan
terdiri dari 4 konsentrasi yang dicampurkan dalam medium agar. Selanjutnya
28
Lokasi Penelitian
Penelitian tahap ketiga ini akan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi.
Metode Penelitian
Tepung daun gedi dalam 4 konsentrasi diuji aktivitasnya terhadap bakteri
yang merugikan dan yang menguntungkan. Media Nutrient Agar (NA) di cawan
petri dituang dengan bakteri uji yang ada dalam media semisolid, kemudian
dibuat sumuran-sumuran yang akan dimasukkan dengan 4 konsentrasi tepung
daun gedi. Sebagai kontrol negatif digunakan akuades dan sebagai kontrol positif
digunakan antibiotik amoxicillin. Inkubasi dilakukan pada suhu tertentu sesuai
dengan jenis mikroba yang akan dihitung (Fardiaz, 1993). Setelah akhir masa
inkubasi, diukur seberapa besar daya hambat tepung daun gedi terhadap
pertumbuhan bakteri patogen.
Analisis Data
Daya hambat tepung daun gedi terhadap Salmonella typhimurium,
Escherichia coli, Lactobacillus, dan bakteri asam laktat (BAL) dari uji aktivitas
antibakteri secara in vitro dianalisis secara deskriptif.
3.4. Penelitian Tahap Keempat:
Pengukuran Histomorfologi Usus
Pada tahap keempat dilakukan tahapan penelitian untuk mengetahui
jumlah dan panjang vili usus dan pH organ pencernaan.
Lokasi Penelitian
Penelitian tahap keempat akan dilaksanakan di Laboratorium Fakultas
Peternakan Universitas Sam Ratulangi.
Bahan dan Alat
Materi penelitian meliput pakan tepung daun gedi 4 level, pakan yang
disusun berdasarkan kebutuhan zat makanan ayam pedaging, ternak
percobaan menggunakan ayam dewasa 4 level x 5 ekor = 20 ekor, diulang 5
kali, kandang baterei yang dilengkapi tempat makan dan minum, timbangan
untuk menimbang pakan.
Metode Penelitian
Karakteristik usus meliputi:
29
a. pH usus halus, diukur pada daerah ileum ayam yang baru dipotong
(metode Van der Klis, et al., 1995 dalam Widodo, dkk., 2009).
b. Jumlah vili, dihitung pada daerah jejunum-ileum ayam yang baru
dipotong, metode intestinal mukosa histologi/light microscopy
(Pelicano, et al., 2005 dalam Widodo, dkk., 2009).
c. Panjang vili, dihitung pada daerah jejunum-ileum ayam yang baru
dipotong, metode intestinal mukosa histologi/light microscopy
(Pelicano, et al., 2005 dalam Widodo, dkk., 2009).
Preparat histologi yang sudah siap dalam objek gelas diamati dan diukur
dengan menggunakan mikroskop dengan bantuan komputer.
Analisis Data
Data di analisis berdasarkan rancangan acak lengkap 4 x 5.
30
a b
c d
e f
g
h
Keterangan:
a. Daun Gedi Lokasi Teling (GH4)
b. Daun Gedi Lokasi Bahu (GH5)
c. Daun Gedi Lokasi Wanea 1 (GH2)
d. Daun Gedi Lokasi Wanea 2 (GM2)
e. Daun Gedi Lokasi Bumi Beringin (GH3)
f. Daun Gedi Lokasi Tingkulu (GM1)
g. Daun Gedi Lokasi Bumi Nyiur (GH1)
h. Daun Gedi Lokasi Kleak (GH6)
32
hambatan, yang terjadi karena kandungan mucilase yang tinggi dalam daun
menyulitkan proses isolasi.
Setelah proses elektroforesis DNA genom hasil isolasi dan dihasilkan pita
DNA yang berkualitas dilanjutkan proses PCR, yaitu metode in vitro yang secara
cepat dapat melipatgandakan sekuen-sekuen DNA target yang ada di dalam
DNA sumber. Produk-produk PCR akan menjadi DNA awal. Sekitar 105 kopi dari
sekuen DNA target dengan mudah dapat divisualisasikan sebagai pita diskret
dengan ukuran spesifik ketika diseparasi pada elektroforesis gel agarose
(Trijatmiko, 2006).
Hasil pemeriksaan terhadap kelima contoh DNA dengan menggunakan uji
PCR menunjukkan bahwa DNA daun gedi dapat dideteksi pada 3 dari 5 sampel
(Gambar 7). Amplifikasi DNA menggunakan pendekatan PCR menunjukkan pola
pita yang jelas berhasil pada 1,3 kb terhadap 3 sampel, yaitu GH1, GM1, dan
GM2, dan analisis menggunakan pendekatan sekuens DNA terhadap 5 contoh
sekuens kloroplas DNA daun gedi berdasarkan ndhF (GH1, GH2, GH3, GM1,
dan GM2) menunjukkan bahwa tiga set ndhF data yang meliputi 1257 pasangan
basa yaitu GH1, GM1 dan GM2 dapat dideteksi, sedangkan sekuens GH2 dan
GH3 tidak dapat dideteksi. DNA sekuens dari sampel GH1, GM2, dan GM3
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode BLAST (Lampiran 2) untuk
mencari nama species. Ternyata DNA dari GH1, GM1, dan GM2 99 % milik
species Abelmoschus manihot (L.) Medik, famili Malvaceae.
Tabel 6. Kandungan Zat-zat Makanan dan Nilai Energi 5 Aksesi Daun Gedi
Tipe Gedi
Zat Makanan
GH1 GH2 GH3 GM1 GM2
Bahan Kering (%) 81,72 87.33 87,14 86,70 84,76
Abu (%) 11,78 13,22 11,45 12,29 14,27
Protein Kasar (%) 20,18 18,76 19,89 22,62 24,16
Serat Kasar (%) 17,53 14,37 15,68 14,37 13,06
Lemak Kasar (%) 1,06 3,80 2,96 1,63 4,51
Beta – N (%) 31,17 37,18 37,16 35,79 28,76
Ca (%) 3,29 3,70 2,92 3,33 3,36
P (%) 0,39 0,50 0,55 0,48 0,85
GE (Kkal/kg) 3419 3859 3850 3654 3699
Keterangan: GH = gedi warna hijau; GM = gedi warna hijau kemerahan
Omale dan Ugwu (2011) melaporkan bahwa sayuran bernilai gizi tinggi
karena mengandung karbohidrat, mineral dan vitamin yang tinggi, merupakan
sumber serat yang dapat menurunkan level kolesterol tubuh, dan menurunkan
resiko penyakit jantung, bersifat sebagai laxative juga berfungsi sebagai
penyanggah pada suasana asam yang dihasilkan selama proses pencernaan.
Kandungan lemak pada sayuran rendah, dan kandungan lemak kasar yang
rendah adalah baik untuk kesehatan (Onwordi, et al., 2009).
Tanaman gedi sebagai sayuran menyediakan zat-zat makanan yang baik.
Kualitas daun gedi dalam penelitian ini tinggi karena mengandung sejumlah zat-
zat makanan yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, pemeliharaan dan
reproduksi, selain itu mengandung serat kasar yang menurut Omale dan Ugwu
(2011) dapat menurunkan level kolesterol darah, resiko jantung koroner,
hipertensi, kanker kolon dan payudara.
Kandungan serat kasar dalam pakan terutama lebih penting pada ternak
ruminansia, tetapi kandungan serat pada ternak non ruminansia seperti
monogastrik manusia, babi dan ayam juga memberikan pengaruh yang baik.
Karbohidrat yang umum dalam pakan ayam adalah pati, gula, selulosa dan
senyawa-senyawa bukan pati yang lain; dimana selulosa dan senyawa bukan
pati dikelompokkan sebagai serat kasar (Wilson dan Beyer, 2000 dalam
Sarikhan, et al., 2010). Serat terdiri dari dua kelompok, yaitu serat viscous dan
dapat difermentasi (larut) dan serat non-viscous dan tidak dapat difermentasi
(tidak larut), dan keduanya mempunyai peran yang berbeda terhadap proses
pencernaan dan penyerapan pada saluran pencernaan (Newman, et al., 1992
dalam Sarikhan, et al., 2010).
36
Hasil Kualitatif
Parameter
GH1 GH2 GH3 GM1 GM2
Wagner + + + - -
Alkaloid: Meyer + - + - -
Dragendorf - + - - +
Hidroquinon - - - - -
Tanin - - - - -
Flavonoid ++ ++ - + +
Saponin + ++ + - +
Steroid +++ +++ +++ +++ +++
Triterpenoid - - - - -
Keterangan: - = tidak ada; + = positif lemah; ++ = positif; +++ = positif kuat; GH =
gedi hijau; GM = gedi hijau kemerahan
protein”. Guo, et al. (2011) melaporkan hasil penelitian beberapa peneliti bahwa
total flavon Abelmoschus manihot memiliki pengaruh neuroprotektif dan dapat
melawan penyakit cerebral ischemia pada tikus dan kelinci, sehingga
disimpulkan bahwa Abelmoschus manihot memiliki potensi sebagai
anticonvulsant dan antidepressant-like.
Saponin dalam penelitian ini terdeteksi positif sampai positif lemah pada
empat sampel, yaitu GH1, GH2, GH3 dan GM2, dan tidak terdeteksi pada
sampel GM1. Saponin termasuk salah satu senyawa sterolin atau glikosida
sterol, di antaranya adalah saponin steroid dan triterpenoid saponin. Saponin
yang tinggi dalam pakan akan mempengaruhi konsumsi dan pertumbuhan
unggas (Dei, et al., 2007). Saponin yang berlebihan menyebabkan
hipokolesterolemia, sebab ikatannya dengan kolesterol menyebabkan sulit untuk
diabsorpsi (Soetan dan Oyewole, 2009). Saponin juga memiliki aktifitas hemolisis
terhadap sel darah merah (Khalil dan Eladawy, 1994). Bentuk kompleks
saponin–protein dapat menurunkan daya cerna protein (Shimoyamada, et al.,
1998 dalam Das, et al., 2012). Saponin berfungsi sebagai antimikroba dan bahan
baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan
karena dapat menghambat dehidrogenasi jalur prostagladin dan steroid anak
ginjal (Robinson, 1995). Saponin sebagai antimikrobial membentuk kompleks
dengan sterol yang terdapat pada membran mikroorganisme, kemudian
menghancurkan membran sel dan sel-sel pada akhirnya mati (Morrissey dan
Osborne, 1999 dalam Hashemi dan Davoodi, 2011). Beberapa studi melaporkan
bahwa meskipun saponin tidak beracun dapat menyebabkan respons fisiologi
yang berbeda. Saponin menghambat pertumbuhan/melawan sejumlah sel
karsinogenik, membuat saponin memiliki properti anti-inflammatori dan
antikanker. Saponin juga menunjukkan aktivitas menghambat tumor pada ternak
(Akindahunsi dan Salawu, 2005 dalam Oko, et al., 2012).
Alkaloid menurut Harborne (1987) merupakan senyawa yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam bentuk gabungan
sebagai bagian dari sistem siklik. Karou, et al. (2006) dalam Hashemi dan
Davoodi (2011) menyatakan bahwa alkaloid merupakan intercalator DNA dan
sebagai penghambat sintesis DNA melalui penghambatan topoisomerase.
Selanjutnya Saxena, et al. (2013) menyatakan bahwa alkaloid memiliki aktifitas
farmakologi seperti antihipertensi, antikanker, antimalaria dan analgesik. Alkaloid
yang terdeteksi positif lemah dalam penelitian ini menunjukan bahwa potensi
41
dapat digunakan sebagai suplemen pakan atau sebagai bahan obat pada
unggas untuk memperbaiki performans dan kesehatannya, dan
direkomendasikan bahwa daun gedi dapat diujicobakan dalam pakan ayam
pedaging.
Gambar 10. Kromatogram KCKT ekstrak kasar pigmen daun gedi GH1 dan GM2
pada panjang gelombang 430 nm menunjukkan keberadaan klorofil
b (1) dan klorofil a (2).
Gambar 11. Pola Spektra Klorofil a (tR 37,85) dan Klorofil b (tR 33,07) Sampel
GH1
Data luas area kromatogram puncak klorofil a pada sampel daun gedi
warna hijau (GH1) dan warna hijau kemerahan (GM2) (Tabel 10) di ekstrak dari
software LC solution. Data tersebut kemudian dimasukkan pada persamaan garis
konsentrasi klorofil a:
Y = 38121 X – 4 x 106
Tabel 10. Identifikasi Klorofil Sampel GH1 dan GM2 Berdasarkan Waktu Tambat
(tR) dan λmax Serta Data Luas dan Persentase Luas Puncak yang
Dideteksi Pada Panjang Gelombang 430 nm.
tR
Sampel Luas % Luas λmax (nm) pigmen Ref.
(min)
Hegazi, et al.
33,07 5294,991 8,127 466,649 Klorofil b
(1998)
GH1
Hegazi, et al.
37,85 26216,938 40,2389 430,665 Klorofil a
(1998)
Hegazi, et al.
32,97 3601,600 8,676 466,649 Klorofil b
(1998)
GM2
Hegazi, et al.
37,95 20463,607 49,2954 430,665 Klorofil a
(1998)
45
Gambar 12. Pola Spektra Klorofil a (tR 37,95) dan Klorofil b (tR 32,97) Sampel
GM2
Berdasarkan persamaan garis tersebut maka diketahui bahwa
kandungan klorofil a pada sampel GH1 dan GM2 (dilihat dari area kromatogram
pada Gambar 11) adalah seperti yang terlihat pada Tabel 11. Dari Tabel 11
dapat dilihat bahwa kandungan klorofil pada daun gedi GH1 dan GM1 adalah
sama. Ternyata perbedaan warna daun pada Abelmoschus manihot (L.) Medik
dalam penelitian ini tidak mempengaruhi kandungan klorofil tanaman.
Limantara (2007) melaporkan bahwa klorofil dimanfaatkan untuk
membantu mengoptimalkan fungsi metabolik, sistem imunitas, detoksifikasi,
meredakan radang dan menyeimbangkan sistem hormonal. Klorofil adalah
elemen esensial pada tanaman dan dapat digunakan sebagai nutrisi dalam
menurunkan gula darah, detoksifikasi, pencernaan, ekskresi dan menurunkan
alergen (Srichaikul et al., 2011). Setiari dan Nurchayati (2009) melaporkan
bahwa klorofil merupakan pigmen tumbuhan yang sudah dikonsumsi sebagai
suplemen makanan. Sumber klorofil yang dikonsumsi sampai saat ini berasal
dari klorofil daun alfalfa dan alga. Banyaknya kandungan klorofil pada setiap
tumbuhan, khususnya sayuran yang dikonsumsi, berpotensi sebagai sumber
klorofil. Dalam penelitiannya dilaporkan bahwa kandungan klorofil a tertinggi ada
pada daun pepaya (21,4850 mg/g), dan terendah terdapat pada daun kemangi
(10.8500 mg/g).
46
a b
c d
47
e f
Keterangan: a= NaCl 0,9%; b= NaCl 0%; c= 1% daun gedi ekstrak etanol dalam NaCl 0,9%; d= 1%
daun gedi ekstrak etanol dalam akuades; e= 0,01% tepung daun gedi dalam akuades; f= 0,005%
tepung daun gedi dalam akuades.
Gambar 13. Uji Kualitatif Aktivitas Hemolitik Darah
Data tingkat hemolisis darah pada beberapa tingkat larutan dapat dilihat
pada Tabel 12. Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa daun gedi ekstrak etanol yang
dilarutkan dalam NaCl 0,9% dan akuades tidak menyebabkan hemolisis pada
eritrosit darah. Demikian juga dengan daun gedi dalam bentuk tepung yang
dilarutkan dalam akuades pada dua macam konsentrasi tidak menyebabkan
hemolisis eritrosit darah ayam.
Pengamatan makroskopis
Perlakuan Ulangan Keterangan
1 2
NaCl 0,9% (kontrol negatif) Merah tua Merah tua Normal
Merah cerah Merah cerah
Akuades (kontrol positif) Hemolisis
(75%) (75%)
1% Daun Gedi Ekstrak
Merah tua Merah tua Normal
Etanol dalam NaCl 0,9%
1% Daun Gedi Ekstrak
Merah tua Merah tua Normal
Etanol/ml akuades
0,01% Tepung Daun Gedi/
Merah tua Merah tua Normal
ml akuades
0,005% Tepung Daun
Merah tua Merah tua Normal
Gedi/ ml akuades
(Gestetner, et al., 1968 dalam Hassan, et al., 2010). Hassan, et al. (2010) juga
melaporkan bahwa hanya larutan 100% tepung guar (Cyamopsis tetragonoloba
L.) ekstrak metanol yang menunjukkan aktivitas hemolitik.
Daun gedi bentuk ekstrak etanol dan bentuk tepung yang dilarutkan
dalam garam fisiologis dan akuades dalam penelitian ini tidak menunjukkan
adanya aktivitas hemolitik, sehingga disimpulkan bahwa saponin yang terdapat
dalam daun gedi yang digunakan dalam penelitian ini masih dalam batas aman
dan tidak akan membahayakan ternak ayam pedaging.
5.3. Penelitian Tahap Ketiga: Uji Aktivitas Antibakteri Daun Gedi in vitro
Penelitian tahap ketiga meliputi penghitungan jumlah mikroba yang
digunakan melalui metode hitungan cawan “total plate count” dan uji aktivitas
antibakteri yang dilakukan dengan metode difusi agar sumuran. Uji tersebut
dilakukan untuk mengukur diameter zona bening yang merupakan petunjuk
adanya penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri.
5.3.1. Total Plate Count (TPC)
Total koloni 4 jenis bakteri yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 13. Syarat jumlah bakteri untuk uji kepekaan sensivisitas yakni
105-108 CFU/ml (Hermawan, dkk., 2007). Jumlah bakteri yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 105 CFU/ml.
Pengenceran
Isolat -4 -5 Total (CFU/ml)
10 10
7
Escherichia coli TBUD 127 1,27 x 10
7
Salmonella typhimurium 183 80 1,31 x 10
7
Lactobacillus sp. spread 116 1,16 x 10
7
Bakteri Asam Laktat TBUD 235 2,35 x 10
Keterangan: TBUD = terlalu banyak untuk dihitung; spread = menyebar
Pada konsentrasi 10-2 dan 10-3 Amoxicillin menghambat bakteri uji Escherichia
coli dan Salmonella typhimurium pada zona hambat ˂5 mm. Bakteri Lactobacillus
sp. dan Bakteri Asam Laktat sudah dapat dihambat oleh Amoxicillin konsentrasi
10-3 pada zona hambat 25,09 mm dan 21,15 mm.
a b
c d
f
e
g
h
Tabel 14. Diameter Zone Hambat Tepung Daun Gedi Berdasarkan Metode Difusi
Agar Sumuran
Menurut Pelczar dan Chan (2005) bahwa kelompok utama yang memiliki
aktivitas antibakteri antara lain adalah senyawa fenolik dan persenyawaan
fenolat, alkohol. Adanya zona hambat pada sampel uji mengindikasikan bahwa
tepung daun gedi mengandung senyawa aktif. Tepung daun gedi dengan
konsentrasi yang tinggi mengandung senyawa aktif dengan kadar yang tinggi
pula, sehingga lebih besar daya hambatnya terhadap bakteri dibandingkan
tepung dengan konsentrasi rendah. Selain itu, tidak adanya penghambatan pada
bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhimurium pada perlakuan Amoxicillin
10-2 dan 10-3 disebabkan tidak ada bakteri yang tumbuh pada media tersebut.
Hal ini mungkin disebabkan kondisi media dan kondisi inkubasi (pH, suhu dan
waktu) yang kurang sesuai untuk pertumbuhan bakteri.
Menurut Schlegel dan Schmidt (1994) bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi ukuran daerah penghambatan yaitu sensitivitas organisme,
medium kultur, kondisi inkubasi (suhu, waktu dan pH), kecepatan zat berdifusi
dalam agar, konsentrasi mikroorganisme, komposisi media. Sesuai juga dengan
pendapat Prescott (2005) bahwa ukuran dari zona hambat dipengaruhi oleh
tingkat sensitifitas dari organisme uji, medium kultur dan kondisi inkubasi,
kecepatan difusi dari senyawa antibakteri dan konsentrasi senyawa antibakteri.
Zona hambat yang kecil menunjukkan adanya aktifitas antibakteri yang lebih
rendah, sedangkan zona hambat yang besar menunjukkan semakin besar
aktifitas antibakterinya (Pelczar dan Chan, 2005).
Pengukuran adanya kekuatan antibiotik terhadap bakteri menurut
Suriawiria (1978) digunakan metode dari Davis dan Stout dengan ketentuan :
sangat kuat (daerah hambat 20 mm atau lebih), kuat (daerah hambat 10-20 mm),
sedang (daerah hambat (5 - 10 mm) dan lemah (daerah hambat <5 mm).
Sebagai pembanding digunakan amoxicillin, merupakan jenis antibiotik yang
51
memiliki spektrum luas, asam stabil, semi sintetis, termasuk dalam golongan
Penicillin (β-lactam antibiotik) yang efektif digunakan untuk mengobati infeksi
bakteri Gram-positif dan Gram-negatif pada manusia dan hewan (Kaur, et al.,
2011).
Berdasarkan metode Davis dan Stout dapat dilihat bahwa kekuatan
antibakteri yang dimiliki oleh tepung daun gedi terhadap bakteri Escherichia coli
dan Salmonella typhimurium bersifat kuat sampai sangat kuat karena zona
hambatnya 19,37 – 20,64 mm, sama dengan kekuatan antibakteri Amoxicillin
terhadap Escherichia coli dan Salmonella typhimurium bersifat kuat sampai
sangat kuat (19,59 dan 20,78 mm) pada konsentrasi 10-1 dan pada konsentrasi
10-2 dan 10-3 bersifat sangat lemah. Kekuatan antibakteri tepung daun gedi
terhadap bakteri Lactobacillus, sp. dan Bakteri Asam Laktat bersifat kuat sampai
sangat kuat tapi masih lebih rendah dari kekuatan antibakteri Amoxicillin.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daya hambat larutan tepung daun
gedi 12,5% (b/v) terhadap bakteri patogen Escherichia coli dan Salmonella
typhimurium sama kuat dengan daya hambat larutan antibiotik Amoxicillin 10-1,
dan daya hambat larutan tepung daun gedi 12,5% (b/v) terhadap bakteri non
patogen Lactobacillus, sp dan Bakteri Asam Laktat lebih rendah dari daya
-3
hambat Amoxicillin 10 . Disimpulkan bahwa aktivitas antibakteri tepung daun
gedi efektif dalam mempertahankan keseimbangan bakteri saluran pencernaan.
Perlakuan
Variabel
P0 P1 P2 P3
a b b b
pH Digesta 6,24± 0,58 6,82 ± 0,26 6,84 ± 0,19 6,80 ± 0,09
Panjang Villi
0,928 ± 0,15 0,973 ± 0,07 1,011 ± 0,09 0,986 ± 0,25
(mm)
Lebar Villi (mm) 0,275 ± 0,07 0,195 ± 0,02 0,226 ± 0,17 0,196 ± 0,08
Kedalaman b ab a ab
0,291 ± 0,13 0,213 ± 0,05 0,170 ± 0,04 0,191 ± 0,05
Kripta (mm)
Keterangan: superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan pengaruh yang nyata (P˂0,05)
Pada ternak ruminansia dan monogastrik, pH saluran pencernaan dapat
diubah mengikuti perubahan dalam komposisi pakan, termasuk penurunan
dalam nilai pH. Ini memberikan efek negatif pada produksi dan kesehatan ternak
(Clayton, 2000 dalam Taylor, 2003)). Nilai pH yang menurun akan
mempengaruhi fungsi alat pencernaan normal unggas, melalui perubahan
aktivitas α-amilase (Taylor dan Jones, 2000 dalam Taylor, 2003). Perubahan
drastis pada pakan sereal dan adanya perubahan konstituen karbohidrat, dapat
mempengaruhi penurunan jangka pendek pada pH digesta in pencernaan bagian
bawah.
Tinggi vili adalah satu data yang penting untuk diketahui, karena ketika
ukuran tinggi bertambah terjadi peningkatan luas area absorpsi dan pemanfaatan
nutrien. Sarikhan, et al. (2010) menyatakan bahwa serat tidak larut dapat
membuat bentuk digesta seperti “spongy” sehingga memudahkan penetrasi
enzim ke dalam digesta, dan permukaan substrat untuk kerja enzim akan
meningkat. Serat tidak larut dapat mempengaruhi panjang vili saluran
pencernaan melalui simulasi saling mempengaruhi antara vili dan kripta,
sehingga absorpsi dan retensi zat-zat makanan lebih baik. Akibatnya
pertumbuhan dan produksi karkas menjadi lebih baik.
Sarikhan, et al. (2010) juga melaporkan hasil penelitian beberapa peneliti
menyatakan bahwa ayam pedaging yang mengkonsumsi pakan tinggi serat
menyebabkan ukuran vili usus lebih besar, dan akibatnya pertumbuhan lebih
cepat. Bentuk partikel pakan yang lebih besar ditambah pakan tinggi serat akan
mempengaruhi saluran pencernaan melalui peningkatan ukuran panjang vili dan
kedalaman kripta. Peningkatan panjang vili menyebabkan peningkatan area
permukaan vili sehingga absorpsi dan pemanfaatan zat-zat makanan lebih besar.
Iji, et al. (2001) melaporkan bahwa peningkatan nilai nutritif pakan
mengandung gandum rendah kalori melalui suplementasi enzim mikrobial tidak
memiliki hubungan dengan struktur vili. Struktur mukosa intestinal dan fungsi
enzim tidak dipengaruhi oleh suplemen enzim mikrobial. Penellitian
menggunakan suplemen polisakarida bukan pati komersial menyebabkan
perubahan struktur ileum yang lebih besar daripada struktur jejunum. Dilaporkan
bahwa perubahan struktur dan fungsi intestinal bisa sementara atau permanen.
Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa penggunaan tepung daun gedi
sampai 15% dalam pakan tidak mempengaruhi ukuran vili usus. Hasil ini sesuai
dengan hasil penelitian Fukayama, et al. (2005) yang dilaporkan Petrolli, et al.
(2012) bahwa pemberian ekstrak tanaman herbal oregano tidak mempengaruhi
ukuran vili usus.
54
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Daun gedi asal Sulawesi Utara yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki beberapa variasi karakteristik morfologi spesifik dan berdasarkan
indentifikasi dan karakterisasi molekuler daun gedi erat hubungannya dengan
species Abelmoschus manihot L. Medik.
Tepung daun gedi mengandung protein kasar (18,76 - 24,16%), serat
kasar (13,06 – 17,53%) dan mineral kalsium (2,92 – 3,70%) yang tinggi, secara
kualitatif tepung daun gedi mengandung flavonoid, saponin, steroid dan alkaloid,
dan secara kuantitatif mengandung total flavonoid setara kuersetin sebesar 0,48
(%, b/b).
Secara in vitro tepung daun gedi memiliki kemampuan antibakteri yang
hampir sama dengan antibiotik Amoxicillin dalam penghambatan bakteri patogen.
Secara histomorfologi, penggunaan tepung daun gedi dalam penelitian ini
tidak mempengaruhi panjang vili, lebar vili dan kedalaman kripta vili ileum, tetapi
meningkatkan pH digesta ayam pedaging.
55
DAFTAR PUSTAKA
Cui, Y., Zhi qiang Lu., R. Jing., Chun rong Zhao. 2005. Colorimetric
determination of the total content of the flavonoids in Abelmoschus
manihot. Institute of Biopharmaceuticals of Shandong.
http://en.cnki.com.cn/Article_en/CJFDTOTAL-SDPK200502020.htm.
Download 6 Nov. 2010.
Doo, H. O., M. K Jeong., B. I. Zei. 1979. Studies on the Mucilage of the Root
Abelmoschus manihot, Medic. Part VI. The Influence of Microorganism
for the Viscosity. J. Korean Agricultural Chemical Society. Vol. 22 No 2,
June 1979.
http://210.101.116.28/w_kiss2/06000404-pv.pdf. Download 23 Jan.
2011.
http://www.academicjournals.org/ajb/PDF/Pdf2005/Dec/Erastoetal.pdf.
Download 16 Jan. 2011.
Fraga, C.G. 2010. Plant Phenolics and Human Health. Biochemistry, Nutrition,
and Pharmacology. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.
Guo, J., Er-Xin Shang., Jin-Ao Duan., Y. Tang., D. Qian., S. Su. 2010. Fast
and automated characterization of major constituents in rat biofluid of
Abelmoschus manihot extract using ultra-performance liquid
chromatography flight mass spectrometry and MetaboLynx. Rapid
Commun Mass Spectrom. 2010 Jan. 13:24(4):443-453.
http://lib.bioinfo.pl/pmid:20069688. Download 8 Nov. 2010.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/29309179183.pdf. Download 1
April 2011.
Info Produk. 2010. Sunset Abelmoschus Powder Extract (China). Xi’an Green-
Life Natural Products Co., Ltd. (China).
http://www.newtradein.com/product/Sunset-Abelmoschus-Powder-
Extract--307995.html. Download 20 Des. 2010.
ITIS Report. 2010. Abelmoschus manihot (L.) Medik. Taxonomi Serial No.
21771.
http://ww.itis.gov/servlet/singleRpt/singleRpt?search_topic=TSN&searc
h_value=21771. Download 12 Des. 2010.
http://www.scialert.net/qdirect.php?/doi=ajbs.2009.112.117&linkid=pdf.
Download 12 Jan. 2011.
Keena, C. 1997. Useful plants in the Malvaceae family. The Australian New
Crops Newsletter. Issue No 8, July 1997.
http://www.newcrops.uq.edu.au/newlett/ncnl8111.htm. Download
11 Des. 2010.
2010.
Liu, Y., W. Li., X. Ling., X. Lai., Y. Li., Q. Zhang., Y. Zhao. 2008. Simultaneous
Determination of the Active Ingredients in Abelmoschus manihot (L.)
Medicus by CZE. Chromatographia 2008, 67, may (No 9/10).
http://www.spinerlink.com/content/g735221035u11035/fulltext.pdf.
Download 8 Nov. 2010.
Liu, M., Qiu-Hong Jiang., Ji-Li Hao., Lan-Lan Zhou. 2009. Protective Effect of
Total Flavones of Abelmoschus manihot L. Medik Against Poststroke
Depression Injury in Mice and Its Action Mechanism. The Anatomical
Record : Advances in Integrative Anatomy and Evolutionary Biology.
Vol. 292(3):412-422, March 2009.
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ar.20684/full. Download 8
Des. 2010.
http://www.arjournal.org/phytomed/intjphytomedicine21/ijpm.2010.0975
.0185,02044.pdf. Download 22 Des. 2010.
Sujatha, V. S., T. R. Madan., V. S. Seshadri. 1986. Oil content and its quality
in seeds of wild and cultivated species of Abelmoschus. Indian Journal
of Agricultural Science, 1986, Vol. 56(9):657-660.
http://agris.fao.org/agrissearch/search/displaydo?f=1987/IN/IN87005.x
ml;IN8700178. Download 12 Des. 2010.
Suparjo. 2010. Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi: Analisis Proksimat dan
Analisis Serat. Laboratorium Makanan Ternak, Fakultas Peternakan
Universitas Jambi.
Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta.
Widodo, E., M.H. Natsir., Muharlien., Purwadi. 2009. Inovasi Produksi dan
Pemanfaatan Antibiotik Alami Terenkapsulasi Sebagai Appetizer dan
Antimikroba Dalam Pakan Unggas. Laporan Penelitian. Hibah
Penelitian Strategi Nasional 2009. Universitas Brawijaya, Malang.
http://en.wikipedia.org/wiki/Flavonoid. Download 5 Des. 2010.
A. Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
Jumlah
No. Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
Judul/Tema/Jenis Rekayasa
Respon
No. Sosial Lainnya yang telah Tahun Tempat penerapan
Masyarakat
diterapkan