Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan bersosial, kita sebagai manusia tidak dapat untuk tidak berkomunikasi. We
can’t not communicate begitupun halnya saat kita berkelompok. Komunikasi seakan menjadi
pengaruh dalam jasad sebuah kelompok. Salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
sukses atau gagalnya suatu kelompok/komunitas bergantung pada komunikasinya. Seberapa
intens dan efektif suatu komunikasi dapat dibangun. Dalam komunikasi kelompok sering kali
ada kegiatan penting yang sangat menunjang keberhasilan kelompok tersebut. Kegiatan tersebut
adalah kegiatan Diskusi Kelompok.Saat ini, banyak permasalahan yang terjadi di kalangan
sebuah kelompok dan inti masalahnya adalah kurangnya komunikasi. Permasalahan komunikasi
yang terjadi pun tak hanya intern saja tapi juga eksternalnya.
Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain,
niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah
sebuah kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Teori
dasar Biologi menyebut adanya dua kebutuhan, yakni kebutuhan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk menyasuaikan diri dengan lingkungannya.
Berdasarkan permasalahan di atas, penting kiranya penulis yang berkutat di dalam
beberapa kelompok, mengkaji dan mencarikan solusi terbaik untuk semua pihak. Maka dari itu,
penulis mencari informasi dan menyusun makalah mengenai komunikasi kelompok yang
mudah-mudahan bisa menjadi solusi. Hal ini pun merupakan salah satu upaya pemenuhan tugas
mata kuliah Komunikasi Keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari komunikasi kelompok ?
2. Apa prinsip – prinsip dasar komunikasi kelompok ?
3. Bagaimana pengaruh kelompok pada prilaku komunikasi ?
4. Apa faktor – faktor yang mempengaruhi komunikasi kelompok ?
5. Apa saja bentuk – bentuk dari komunikasi kelompok ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi kelompok.
2. Untuk mengetahui prinsip – prinsip dasar komunikasi kelompok.
3. Untuk mengetahui pengaruh kelompok pada prilaku komunikasi.
4. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi komunikasi kelompok.
5. Untuk mengetahui bentuk – bentuk dari komunikasi kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi
satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang
mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya
adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang
tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga
melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi
berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam
suatu kelompok kecil masyarakat seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi, dan sebagainya.
Definisi lain mengenai komunikasi kelompok adalah suatu iteraksi dengan bertatap muka antara
tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi infomasi, menjaga diri,
pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi
anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai
kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu
umtuk mencapai tujuan kelompok.
Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka
2. Kelompok memiliki partisipan
3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin
4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama
5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain

Jadi, ada dua tanda kelompok secara psikologis, yaitu:


1. Anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok (sense of belonging) yang tidak
dimiliki orang yang bukan anggota kelompok.
2. Nasib anggota-anggota saling bergantung, sehingga hasilnya setiap orang terkait dalam cara
tertentu dengan hasil anggota yang lainnya.
2.2 Prinsip-Prinsip Dasar Komunikasi Kelompok
Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari-hari.
Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang
untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam hampir semua
aspek kehidupan. Kelompok bisa menjadi media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan
pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), Kelompok juga dapat menjadi sarana untuk
meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok belajar) dan kelompok juga bisa menjadi
alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecahan
masalah). Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita ikut terlibat dalam suatu kelompok
yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interest) kita. Orang yang memisahkan atau mengisolasi
dirinya dengan orang lain adalah orang yang penyendiri, orang yang benci kepada orang lain
(misanthrope) atau dapat dikatakan sebagai orang yang antisosial.
Ada empat elemen yang muncul dari definisi yang dikemukakan di atas, yaitu:
a. Elemen pertama, interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting, karena
melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan istilah yang
disebut dengan coact. Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak terkait dalam
aktivitas yang sama namun tanpa komunikasi antara satu sama lain. Misalnya, mahasiswa yang
hanya secara pasif mendengarkan suatu perkuliahan, secara teknis belum dapat disebut sebagai
kelompok. Mereka dapat dikatakan sebagai kelompok apabila sudah mulai mempertukarkan
pesan dengan dosen atau rekan mahasiswa yang lain.
b. Elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang
singkat, tidak dapat digolongkan sebagai kelompok. Kelompok mempersyaratkan interaksi
dalam jangka waktu yang panjang, karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau
ciri yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara.
c. Elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok. Tidak
ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu kelompok. Ada yang memberi
batas 3-8 orang, 3-15 orang dan 3-20 orang. Untuk mengatasi perbedaan jumlah anggota tersebut,
muncul konsep yang dikenal dengan smallness, yaitu kemampuan setiap anggota kelompok
untuk dapat mengenal dan memberi reaksi terhadap anggota kelompok lainnya. Dengan
smallness ini, kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang setiap anggota mampu mengenal dan
memberi rekasi pada anggota lain atau setiap anggota mampu melihat dan mendengar anggota
yang lain atau seperti yang dikemukakan dalam definisi pertama.
d. Elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan dalam suatu
kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan
satu atau lebih tujuannya.

2.3 Pengaruh Kelompok Pada Prilaku Komunikasi


1. Konformitas
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok
sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam
kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk
mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, jika Anda merencanakan untuk menjadi ketua
kelompok, aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika Anda meminta
persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan Anda secara menyetujuan pendapat Anda.
Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-
anggota berikutnya untuk setuju juga.
Contohnya, pada waktu pemilihan Ketua Umum sebuah partai politik yang dihadiri oleh
33 orang perwakilan daerah. Salah seorang calon ketua umum (misalnya A) merancang 5 orang
perwakilan daerah tersebut untuk berbicara dalam rapat pemilihan tersebut dan menyatakan
pilihannya pada A. Maka setelah kelima orang tersebut selesai berbicara, anggota-anggota
perwakilan daerah lainnya tanpa sadar akan ”terbawa” pada pendapat atau pilihan kelima orang
tersebut, sehingga akan terpilih Calon A menjadi Ketua Umum.

2. Fasilitasi Sosial
Fasilitasi berasal dari bahasa Prancis facile, yang berarti mudah, ini menunjukkan kelancaran
atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton oleh kelompok. Kelompok mempengaruhi
pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran
orang lain dianggap menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini
terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya di depan orang yang menggairahkan kita.
Energi yang meningkat akan mempertinggi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan.
Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang
benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan
prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena
itu peneliti melihat kelompok mampu mempertinggi kualitas kerja individu.
Contohnya, seorang anak sekolah ketika berada di rumah akan terlihat baik perilakunya.
Akan tetapi, ketika anak ini berada di tengah-tengah kelompoknya (contoh: Geng Nero), maka
perilakunya akan berubah menjadi nakal dan agresif. Bahkan ibunya terheran-heran dibuatnya,
karena tidak menyangka anaknya bisa seperti itu, padahal di rumah ia terlihat pendiam dan
kalem.

3. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok
para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan
lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok
agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras. Jadi
polarisasi adalah proses mengkutub, baik ke arah mendukung atau positif atau pro maupun ke
arah menolak atau negatif atau kontra dalam suatu masalah yang diperdebatkan.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Kelompok


Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan, yaitu:
a. Melaksanakan tugas kelompok
b. Memelihara moral anggota-anggotanya.

Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok atau prestasi (performance), tujuan
kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk
saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari
beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat
memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok.
Efektivitas kelompok dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor situasional atau
karateristik kelompok dan faktor personal atau karateristik para anggota kelompok. Faktor
situasional meliputi: ukuran kelompok, jaringan komunikasi, kohesi kelompok, dan
kepemimpinan. Sedangkan faktor personal meliputi: kebutuhan interpersonal, tindak komunikasi,
dan peranan.
Ada 4 faktor situasional yang mempengaruhi efektifitas komunikasi kelompok sebagai
berikut:
1) Ukuran kelompok
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok atau performance
bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Sehubungan dengan hal
tersebut, ada dua tugas kelompok, yaitu tugas koaktif dan tugas interaktif. Pada tugas koaktif,
masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas
interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara terorganisasi untuk menghasilkan
produk, atau keputusan.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok adalah tujuan
kelompok. Bila tujuan kelompok memerlukan kegiatan yang konvergen (mencapai satu
pemecahan yang benar), maka hanya diperlukan kelompok kecil supaya sangat produktif,
terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, ketrampilan, dan kemampuan
yang terbatas. Bila tuga memerlukan kegiatan yang divergen (menghasilkan berbagai gagasan
kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar.
2) Jaringan komunikasi
Pada jaringan komunikasi model roda, seseorang (biasanya pemimpin) menjadi fokus perhatian.
Ia dapat berhubungan dengan semua anggota kelompok, tetapi setiap anggota kelompok hanya
bisa berhubungan dengan pemimpinnya. Pada jaringan komunikasi rantai, A dapat
berkomunikasi dengan B, B dapat berkomunikasi dengan dengan C, C dapat berkomunikasi
dengan dengan D, dan begitu seterusnya. Pada jaringan komunikasi Y, tiga orang anggota dapat
berhubungan dengan orang-orang di sampingnya seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang
yang hanya dapat berkomunikasi dengan hanya seseorang di sampingnya. Pada jaringan
komunikasi lingkaran, setiap orang hanya dapat berkomunikasi dengan dua orang, di samping
kiri dan kanannya. Dengan perkataan lain, dalam model ini tidak ada pemimpin. Pada jaringan
komunikasi bintang, disebut juga jaringan komunikasi semua saluran (all channel), setiap
anggota dapat berkomunikasi dengan semua anggota kelompok yang lain.
Dalam hubungannya dengan prestasi kelompok, Leavit menemukan bahwa jaringan komunikasi
roda, yaitu yang paling memusat dari seluruh jaringan komunikasi, menghasilkan produk
kelompok yang tercepat dan terorganisasi. Sedangkan kelompok lingkaran, yang paling tidak
memusat, adalah yang paling lambat dalam memacahkan masalah. Jaringan komunikasi
lingkaran cenderung melahirkan sejumlah kesalahan. Penelitian-penelitian selanjutnya
membuktikan bahwa pola komunikasi yang paling efektif adalah pola semua saluran. Karena
pola semua saluran tidak terpusat pada satu orang pemimpin, dan pola ini juga paling
memberikan kepuasan kepada anggota serta paling cepat menyelesaikan tugas bila tugas itu
berhubungan dengan masalah yang sulit. Pola roda adalah pola komunikasi yang memberikan
kepuasan paling rendah.
3) Kohesi kelompok
Kohesi kelompok berarti adanya semangat kelompok yang tinggi, hubungan interpersonal yang
akrab, kestiakawanan, dan perasaan “kita” yang dalam. Kohesi kelompok merupakan kekuatan
yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya
meninggalkan kelompok. Kohesi kelompok dapat diukur dari: keterikatan anggota secara
interpersonal antara satu sama lain, ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok, dan
sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan
personalnya.
Menurut Bestinghaus, ada beberapa implikasi komunikasi dalam kelompok kohesif, sebagai
berikut:
a) Komunikator dengan mudah berhasil memperoleh dukungan kelompok. Jika gagasannya sesuai
dengan mayoritas anggota kelompok.
b) Pada umumnya kelompok yang lebih kohesif lebih mungkin dipengaruhi persuasi. Ada tekanan
ke arah uniformitas dalam pendapat, keyakinan, dan tindakan.
c) Komunikasi dengan kelompok yang kohesif harus memperhitungkan distribusi komunikasi di
antara anggota-anggota kelompok.
d) Dalam situasi pesan tampak sebagai ancaman kepada kelompok, kelompok yang lebih kohesif
akan cenderung menolak pesan.
e) Sebagai konsekuensi dari poin 4 di atas, maka komunikator dapat meningkatkan kohesi
kelompok agar kelompok mampu menolak pesan yang bertentangan.
4) Kepemimipinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak
ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan keefektifan
komunikasi kelompok. Ada tiga gaya kepemimpinan, yaitu otoriter, demokratis, dan laissez faire.

2.5 Bentuk-bentuk Komunikasi Kelompok


Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun
dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
 Kelompok Primer dan Sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa
kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal,
dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah
kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak
menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai
berikut:
o Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.
Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur
backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit
sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder
komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
o Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
o Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan
kelompok primer adalah sebaliknya.
o Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
o Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
 Kelompok Keanggotaan Dan Kelompok Rujukan
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group)
dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang
anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan
kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai
diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif,
dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur
dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga memberikan
kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk
membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif).
Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara
mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai
objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan satu-
satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI)
adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok keanggotaan saya. Apapun
kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam
berkomunikasi.
·

 Kelompok Deskriptif Dan Kelompok Presikriptif


John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan
peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses
pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok
deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok
penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau
merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan
diri mereka sebagai acara pokok.
Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok
terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai
tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di
AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota
kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format
kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium,
dan prosedur parlementer.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pemaparan di atas maka kami dapat menyimpulkan bahwa komunikasi
kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok
kecil masyarakat seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi, dan sebagainya. Dalam komunikasi
kelompok ada prinsip dasar, yang terdiri dari empat elemen yaitu elemen pertama interaksi
dalam komunikasi kelompok merupakan hal yang sangat penting, elemen yang kedua adalah
waktu, elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok,
elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan akan membantu
individu dalam anggota kelompok dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya.Pengaruh
kelompok pada komunikasi yaitu konformitas, fasilitasi sosial, polarisasi. Faktor yang
mempengaruhi efektivitas komunikasi kelompok yaitu ukuran kelompok, jaringan komunikasi,
kohesi kelompok, kepemimpinan. Bentuk-bentuk komunikasi kelompok yaitu kelompok primer
dan sekunder, kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan, kelompok deskriptif dan kelompok
presikriptif.

3.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas maka dalam komunikasi kelompok agar memperhatikan
tatacara dalam berkomunikasi di dalam kelompok sehingga komunikasi yang dilakukan menjadi
lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Komunikasi Kelompok (dalam http://shindohjourney.wordpress.com/seputar-


kuliah/komunikasi-kelompok/). Akses: 21 Maret 2013.
Anonim. 2010. Komunikasi Kelompok. (dalam
http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/2010/02/komunikasi-kelompok.html). Akses: 21
Maret 2013.
Anonim. 2009. Komunikasi Kelompok (dalam
http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2009/01/komunikasi-kelompok.html). Akses: 21 Maret
2013.
Arjamudin. 2012. Makalah Sistem Komunikasi Kelompok (dalam
http://arjaenim.blogspot.com/2012/11/makalah-sistem-komunikasi-kelompok.html). Akses: 21
Maret 2013.
Lestari, Sri. 2012. Makalah Komunikasi Kelompok (dalam http://humaira-
301090.blogspot.com/2012/01/makalah-komunikasi-kelompok.html). Akses: 21 Maret 2013.
Parkosa, Adi. 2008. Komunikasi Kelompok (dalam http://adiprakosa.blogspot.com/2008/07/komunikasi-
kelompok.html). Akses: 21 Maret 2013.
Saputra, Robby. 2012.Sistem Komunikasi Kelompok(dalam
http://robbysaputrasiakper.blogspot.com/2012/04/sistem-komunikasi-kelompok.html). Akses: 21
Maret 2013.

Anda mungkin juga menyukai