Anda di halaman 1dari 87

materi pengukuran kelas X kurikulum 2013

PENGUKURAN
Fisika adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam, khususnya interaksi antara
materi (zat) dan energi. Gejala-gejala alam dan interaksi yang bisa diungkapkan biasanya dapat pula
dirumuskan dalam besaran-besaran fisika. Diantara besaran-besaran fisika tersebut terdapat besaran-besaran
yang dapat diukur secara langsung. Oleh karena itu, pengukuran merupakan satu bagian penting dalam
fisika.
Fisika diawali dengan mengamati alam. Tetapi, hanya duduk dan menyaksikan gejala alam, tidaklah
cukup. Pengamatan gejala alam harus disertai dengan data kuantitatif yang diperoleh dari hasil pengukuran.
Lord Kelvin, seorang fisikawan, berkata “Bila kita dapat mengukur apa yang sedang kita bicarakan dan
menyatakan dengan angka-angka berarti kita mengetahui apa yang sedang kita bicarakan iti”.
A. Pengukuran
1. Alat Ukur Panjang dan Ketelitiannya
a. Mistar
Pada umumnya, mistar sebagai alat ukur panjang memiliki dua skala ukuran, yaitu skala utama dan skala
terkecil. Satuan untuk skala utama adalah sentimeter (cm) dan satuan untuk skala terkecil adalah milimeter
(mm). Skala terkecil pada mistar memiliki nilai 1 milimeter. Jarak antara skala utama adalah 1 cm. Di antara
skala utama
terdapat 10 bagian skala terkecil sehingga satu skala terkecil memiliki nilai 1/10 cm = 0,1 cm atau 1 mm.
Mistar memiliki ketelitian atau ketidakpastian pengukuran sebesar 0,5 mm atau 0,05 cm, akni setengah dari
nilai skala terkecil yang dimiliki oleh mistar tersebut. Selain skala sentimeter (cm), terdapat juga skala
lainnya pada mistar ukur. Tahukah Anda mengenai skala tersebut? Kapankah skala tersebut digunakan?
b. Jangka Sorong
Pernahkah Anda melihat atau menggunakan alat ukur yang memiliki skala nonius? Salah satu alat ukur
ini adalah jangka sorong. Anda dapat menggunakan alat ukur ini untuk mengukur diameter dalam, diameter
luar, serta kedalaman suatu benda yang akan diukur.
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang terdiri atas skala utama, skala nonius, rahang pengatur
garis tengah dalam, rahang pengatur garis tengah luar, dan pengukur kedalaman. Rahang pengatur garis
tengahdalam dapat digunakan untuk mengukur diameter bagian dalam sebuah benda. Adapun rahang
pengatur garis tengah bagian luar dapat digunakan untuk mengukur diameter bagian luar sebuah benda.
Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, sedangkan 10 skala nonius memiliki panjang 0,9 cm. Beda
satu skala nonius dengan satu skala utama adalah 0,1 cm-0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Jadi, skala terkecil
jangka sorong adalah 0,01 cm atau 0,1 mm. Ketelitian jangka sorong adalah setengah dari skala terkecilnya.
Jadi, ketelitian jangka sorong adalah
1/2 x 0,1 mm = 0,05 mm
Dengan ketelitian 0,1 mm, jangka sorong dapat anda gunakan untuk mengukur diameter kelereng atau
tebal keping logam dengan lebih teliti. Dapatkah anda mengukur lebar selembar kertas menggunakan jangka
sorong dengan teliti(akurat)?
c. Mikrometer sekrup
Gambar 1. 3 Mikrometer Sekrup
Bagian-bagian dari mikrometer sekrup dapat anda lihat pada Gambar 1.3 di atas. Mikrometer ini dapat
digunakan untuk mengukur ketebalan benda-benda yang tipis seperti kertas dan rambut. Hal ini sesuai
dengan sifat mikrometer yang
memiliki ketelitian lebih besar dari jangka sorong. Mikrometer memiliki ketelitian hingga 0,01 mm.
Ketelitian ini dirancang dari rahang putar yang memuat 50 skala.
Hasil pengukurannya juga memiliki angka pasti dan angka taksiran seperti jangka sorong. Rumusnya
sebagai berikut.
x = (x0 + Δx . 0,01) mm
dengan :
x = hasil pengukuran
x0 = skala utama sebelum batas rahang putar
Δx = skala nonius yang segaris dengan garis tengah skala utama
2. Alat Ukur Massa
Kalian tentu sudah tidak asing lagi dengan pengukur massa. Setiap saat kalian perlu menimbang massa
kalian untuk data tertentu. Alat pengukur itu dikenal
dengan nama neraca. Namun beberapa neraca yang digunakan sering dinamakan timbangan.

Gambar 1. 4 (a) Neraca Pegas, (b) Neraca Ohauss


Pada Gambar 1.4 diperlihatkan berbagai jenis neraca ; neraca badan,
neraca pegas, neraca O’hauss dan neraca analitis. Neraca badan memiliki skala terkecil 1 kg, neraca pegas 1
gr, neraca O’hauss 0,1 gr sedangkan neraca analitis hingga
1 mg. Neraca yang sering digunakan di laboratorium adalah neraca O’hauss. Hasil pengukuran dengan
neraca sesuai dengan jumlah pembanding yang digunakan.
3. Alat Ukur Waktu dan Ketelitiannya
Dalam setiap aktivitas, kita selalu menggunakan batasan waktu. Contohnya proses belajar mengajar
fisika, waktunya 90 menit. Istirahat sekolah 30 menit.
Batasan-batasan waktu ini biasanya digunakan jam biasa. Bagaimana jika batasan waktunya singkat (dalam
detik) seperti mengukur periode ayunan? Untuk kejadian ini
dapat digunakan pengukur waktu yang dapat dikendalikan yaitu stop watch. Perhatikan Gambar 1.5!
Gambar 1. 5 Stopwacth
Ada beberapa jenis stopwatch, ada yang manual dan ada yang digital.
Hasil pembacaan stopwatch digital dapat langsung terbaca nilainya. Untuk stopwatch yang menggunakan
jarum, maka pembacanya sesuai dengan penunjukkan
jarum. Pada stopwacth analog seperti pada Gambar 1.5, jarak antara dua gores panjang yang ada angkanya
2s. Jarak itu dibagi 20. Dengan demikian, skala terkecilnya adalah 2/20 s = 0,1 sekon. Ketelitian stopwacth
tersebut adalah 1/2 skala terkecil = 1/2 x 0,1 s = 0,05 sekon.
4. Ketidakpastian pada Pengukuran
a. Kesalahan
Hasil pengukuran tidak ada yang eksak, selalu mengandung kesalahan. Kesalahan-kesalahan ini tidak
mungkin dihilangkan, tetapi kesalahan dalam pengukuran dapat diminimalkan. Kesalahan yang terjadi dalam
pengukuran dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1) Kesalahan umum (keteledoran)
Keteledoran umumnya disebabkan oleh keterbatasan pengamat, di antaranya kekurangterampilan
memakai alat ukur, terutama untuk alat ukur canggih yang melibatkan banyak komponen yang harus di atur,
atau kekeliruan dalam melakukan pembacaan skala terkecil.
2) Kesalahan acak
Kesalahan acak disebabkan adanya fluktuasi-fluktuasi yang halus pada kondisi-kondisi pengukuran.
Fluktuasi-fluktuasi halus dapat disebabkan oleh gerak Brown molekul udara, fluktuasi tegangan listrik PLN
atau baterai, landasan yang bergetar, dan bising. Kesalahan acak tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat
dikurangi, dengan mengambil rata-rata dari semua bacaan hasil pengukuran.
3) Kesalahan sistematis
Kesalahan sistematik adalah kesalahan yang tetap terjadi. Faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan
sistematik sebagai berikut.
a) Kesalahan alat Kesalahan kalibrasi alat dan interaksi alat dengan lingkungan.
b) Kesalahan arah pandang. Jika pada saat membaca skala mata tidak tegak lurus dengan skala yang dibaca,
hasil pembacaan mengandung kesalahan paralaks.
c) Kondisi percobaan Kondisi percobaan tidak sama dengan kondisi saat alat di kalibrasi.
d) Teknik yang kurang sempurna Teknologi atau langkah percobaan terlalu sederhana, sehingga banyak factor
yang mempengaruhi percobaan tidak terukur
b. Melaporkan Hasil Pengukuran
Dengan melakukan pengukuran suatu besaran secara langsung, misalnya mengukur panjang pensil
dengan mistar atau diameter kelereng dengan mikrometer sekrup, anda tidak mungkin memperoleh nilai
x0.bagaimana anda melaporkan hasil pengukuran suatu besaran?
Hasil pengukuran suatu besaran dilaporkan sebagai
Dengan x adalah nilai pendekatan terhadap nilai benar pengukuran awal dan delta x adalah
ketidakpastiannya.
Bagaimana menentukan nilai benar delta x dan ketidakpastiannya? Ini ternyata bergantung pada cara anda
melakukan pengukuran, yaitu pengukuran tunggal atau pengukuran berulang.
1) pengukuran tunggal
a) Pengukuran tunggal menggunakan mistar
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ketelitian pengukuran mistar adalah 0,5 mm. Setiap pengukuran
selalu disertai dengan ketidakpastian sehingga nilai ini selalu diikutsertakan dalam hasil pengukuran.
Misalkan, hasil pengukuran adalah 2,1 cm. Oleh karena ketidakpastian memiliki nilai dua angka di belakang
koma, yakni 0,05 cm maka hasil pengukuran ditulis pula dalam dua angka di belakang koma sehingga
menjadi 2,10 cm. Panjang pengukuran dapat dituliskan menjadi:
x = x0 + x
maka,
x = 2,10 cm + 0,05 cm
Variabel x adalah nilai hasil pengukuran, x nilai ketidakpastian, dan x adalah nilai panjang pengukuran.
Hasil pengukuran tersebut dapat diartikan bahwa panjang hasil pengukuran berada di antara 2,05 cm dan
2,15 cm. Secara matematis, dapat dituliskan ukur.
2,05 cm < x0 < 2,15 cm dengan x0 adalah panjang hasil pengukuran.
b) Pengukuran tunggal menggunakan jangka sorong.
Anda telah mempelajari pengukuran tunggal menggunakan mistar. Sekarang, Anda akan belajar bagaimana
melakukan pengukuran tunggal menggunakan jangka sorong.

Gambar 1. 6
Perhatikan Gambar 1.6. Hasil pengukuran panjang sebuah logam yang terbaca pada skala
utama, yakni berada di antara 2,3 cm dan 2,4 cm. Nilai ini didapat dari pembacaan posisi nilai nol pada skala
nonius yang berada di antara nilai 2,3 cm dan 2,4 cm pada skala utama. Perhatikan skala nonius pada
Gambar 1.6. Skala atau garis ke-12 pada skala nonius berhimpit dengan skala atau garis pada skala utama,
yakni pada nilai 4,7 cm. Oleh karena nilai terkecil dari skala nonius adalah 0,1 mm atau 0,01 cm, penulisan
panjang logam menjadi 2,3 cm + (12 × 0,01 cm) = 2,41 cm. Seperti yang Anda ketahui bahwa setiap alat
ukur memiliki nilai tingkat ketelitian atau ketidakpastian. Nilai ketelitian yang dimiliki oleh jangka sorong
adalah setengah dari nilai skala terkecil, yakni 0,05 mm atau 0,005 cm. Seperti halnya pengukuran tunggal
menggunakan mistar, nilai di belakang koma pada nilai ketelitian harus sama dengan nilai di belakang koma
pada nilai hasil pengukuran. Panjang hasil pengukuran secara matematis dapat ditulis: x = (2,41 + 0,005) cm
= 2,415 cm
c) Pengukuran tunggal menggunakan mikrometer ulir (sekrup)
Pada Gambar 1.7 terlihat nilai skala utama yang terbaca dari hasil pengukuran panjang dari
benda adalah 5 mm. Nilai skala utama yang terbaca tersebut diperoleh dari nilai yang berhimpit dengan
selubung bagian luar. Skala nonius yang berhimpit dengan sumbu utama pada skala utama menunjukkan
nilai nonius yang terbaca, yakni bagian skala ke-45.
Oleh karena nilai terkecil yang dimiliki mikrometer ulir pada skala nonius adalah 0,01 mm, nilai yang
terbaca pada skala nonius menjadi 0,45 mm dan panjang benda menjadi 5 mm + 0,45 mm = 5,45 mm. Nilai
ketelitian yang dimiliki mikrometer ulir (sekrup) adalah 0,005 mm, yakni setengah dari skala terkecil yang
dimiliki skala nonius pada mikrometer ulir. Nilai ketelitian mikrometer ulir memiliki tiga nilai di belakang
koma sehingga nilai pengukurannya harus ditulis 5,450 mm dan panjang pengukuran adalah
x = (5,450 mm + 0,005 mm)
dan secara matematis, dapat ditulis
5,345 mm < x0 < 5,455 mm
Setelah Anda memahami mengenai pengukuran tunggal pada mistar, jangka sorong, dan mikrometer
sekrup, bagaimanakah caranya jika Anda melakukan pengukuran tunggal dengan menggunakan stopwatch
dan neraca? Coba diskusikan bersama teman dan guru Anda.
2) Pengukuran Berulang
Setelah Anda mempelajari pengukuran tunggal, sekarang Anda akan belajar pengukuran berulang. Pengukuran
berulang adalah pengukuran yang dilakukan tidak hanya sekali, melainkan berulang-ulang supaya
mendapatkan ketelitian yang maksimal dan akurat. Pengukuran berulang digunakan ketika dalam proses
mengukur, Anda mendapatkan hasil yang berbeda-beda dari segi pandang, baik dari segi pengamat
(pengukur) maupun dari segi objek yang diukur. Ketika Anda melakukan pengukuran tunggal, ketelitian atau
ketidakpastian yang diperoleh adalah setengah dari skala terkecil. Dalam pengukuran berulang, pernyataan
ini tidak berlaku melainkan menggunakan simpangan baku (Sx).
Hasil pengukuran panjang suatu benda dapat berbeda-beda jika dilakukan berulang-ulang. Laporan hasil
pengukurannya berupa rata-rata nilai hasil pengukuran dengan ketidakpastian yang sama dengan simpangan
bakunya. Sebagai contoh, hasil pengukuran panjang sebuah benda sebanyak n kali adalah pengukuran
pertama, kedua dst. Nilai rata-ratanya yaitu:

dengan n adalah jumlah data yang diukur dan x adalah nilai rata-rata hasil pengukuran. Simpangan bakunya
dapat ditulis sebagai berikut.

Oleh karena itu, hasil pengukuran dapat ditulis menjadi

Ketidakpastian pengukuran berulang sering dinyatakan dalam persen atau disebut ketidakpastian relatif.
Secara matematis dituliskan sebagai berikut.

delta x = ketidakpastian
x nol = data hasil pengukuran
5. Besaran
Kalian telah belajar beberapa hal tentang pengukuran besaran, pengolahannya dan alat
ukurannya, maka selanjutnya kalian perlu tahu tentang besaran dan hubungannya dengan satuan dan
dimensinya. Dalam ilmu fisika setiap besaran akan memiliki satuan-satuan tertentu. Berdasarkan satuannya
tersebut, besaran dibagi menjadi dua yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditentukan terlebih dahulu. Satuan
besaran-besaran itu telah ditentukan sebagai acuan dari satuan besaranbesaran lain. Sedangkan besaran
turunan adalah besaran yang satuannya ditentukan dari penurunan satuan besaran-besaran pokok
penyusunnya.
Dalam ilmu fisika dikenal ada tujuh besaran pokok. Ketujuh besaran pokok, lambang dan
satuannya dalam sistem Internasional (SI) dapat kalian lihat pada tabel 1. Sistem Internasional adalah
metode pemberian satuan yang berlaku secara internasional. Di Indonesia, sistem SI ini sesuai dengan sistem
MKS (meter, kilogram, sekon). Dalam sistem SI, satuan-satuan besaran pokok telah dibuat suatu definisi
standartnya sehingga secara universal memiliki besar yang sama.
Tabel 1 Besaran pokok dan satuannya
No. Besaran Lambang Satuan
1 Panjang l Meter (m)
2 Massa m Kilogram (kg)
3 Waktu t Sekon (s)
4 Suhu T Kelvin (K)
5 Kuat arus I Ampere (A)
6 Intensitas cahaya In Cendela (cd)
7 Jumlah zat n Mol

Satuan standart dipilih yang dapat memenuhi persamaan umum dari sifat alam, misalnya satuan suhu K (
kelvin), ternyata satuan ini dapat memenuhi perumu san sifat umum gas. Sedangkan satuan suhu lain seperti
derajat celcius, reamur dan fahrenheit harus diubah ke kelvin terlebih dahulu.
Sudah tahukah kalian, ada berapa banyak besaran turunan? Jika kalian hitung maka jumlah besaran
turunan akan terus berkembang sehingga jumlahnya cukup banyak. Semua besaran selain tujuh besaran
pokok tersebut termasuk besaran turunan. Contohnya kecepatan, gaya, daya dan tekanan. Satuan besaran
turunan dapat diturunkan dari satuan besaran pokok penyusunnya, tetapi banyak juga yang memiliki nama
lain dari satuan-satuan tersebut.
6. Dimensi

Volume sebuah balok adalah hasil kali panjang, lebar, dan tingginya. Panjang lebar dan tinggi adalah
besaran yang identik, yaitu ketiganya memiliki dimensi panjang. Oleh karena itu, dimensi volume adalah
panjang3. Jadi dimensi suatu besaran menunjukkan cara besaran itu tersusun dari besaran-besaran pokok.
BESARAN POKOK
Nama Satuan SI Lambang Dimensi
Panjang meter m [L]
Massa kilogram kg [M]
Waktu sekon s [T]
Suhu Kelvin K [Ө]
kuat arus listrik Ampere A [I]
intensitas cahaya Candela cd [J]
jumlah zat mol mol [N]
Apakah manfaat analisis dimensi? Ada tiga manfaat analisis dimensi dalam fisika :
(1) Dapat digunakan untuk membuktikan dua besaran fisika setara atau tidak
(2) Dapat digunakan untuk menentukan persamaan yang pasti salah atau mungkin benar
(3) Dapat digunakan untuk menurunkan persamaan suatu besaran fisika jika kesebandingan besaran fisika
tersebut terhadap besaran-besaran fisika lainnya diketahui.
7. Angka Penting
Angka penting adalah angka yang diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri atas angka pasti dan angka
taksiran yang sesuai dengan tingkat ketelitian alat ukur yang digunakan. Hasil pengukuran yang telah Anda
lakukan dengan menggunakan alat ukur adalah nilai data hasil pengukuran. Nilai ini berupa angka-angka dan
termasuk angka penting. Jadi, definisi dari angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil
pengukuran, termasuk angka terakhir yang ditaksir atau diragukan. Angka-angka penting ini terdiri atas
angka-angka pasti dan satu angka taksiran yang sesuai dengan tingkat ketelitian alat ukur yang digunakan.
Semua angka-angka hasil pengukuran adalah bagian dari angka penting. Namun, tidak semua angka hasil
pengukuran merupakan angka penting. Berikut ini merupakan aturan penulisan nilai dari hasil pengukuran.
a. Aturan Angka penting
1) Semua angka bukan nol adalah angka penting.
2) Angka nol yang terletak diantara angka bukan nol adalah angka penting.
3) Untuk angka desimal kurang dari satu sebelum koma, angka nol sebelum dan sesudah koma bukan angka
penting.
4) Untuk angka desimal lebih dari atau sama dengan satu sebelum koma, angka nol sesudah koma termasuk
angka penting.
5) Angka nol yang terletak dibelakang angka bukan nol termasuk angka penting.
6) Bilangan-bilangan puluhan, ratusan, ribuan dst. Yang memiliki angka-angka nol pada deretan akhir harus
ditulis dalam notasi ilmiah.
b. Berhitung dengan angka penting
1) Operasi Penjumlahan dan Pengurangan
Pada oprasi penjumlahan dan pengurangan hanya boleh mengandung satu angka taksiran.
Banyaknya angka penting pada hasil pengukuran dan penjumlahan ditentukan oleh bilangan dengan angka
yang paling sedikit dibelakang koma.
Contoh :
Isilah titik-titik di bawah ini dengan menggunakan aturan angka penting!
a) 468,395 – 415,21 = ....
b) 273,12 + 15, 4 + 8, 23 = ....
c. Operasi Perkalian dan Pembagian
Pada oprasi perkalian dan pembagian, hasilnya sama dengan jumlah angka penting paling sedikit pada salah
satu bilangan.
Contoh :
Isilah titik-titik di bawah ini dengan menggunakan aturan angka penting!
a) 1,23 2,5 = ...
b) 1,23 2,5 = ...
d. Operasi Pemangkatan dan Penarikan Akar
Banyaknya angka penting hasil operasi sama dengan banyaknya angka penting bilangan yang dipangkatkan
atau diakarkan.

Sistematika laporan penelitian

Laporan penelitian adalah laporan ilmiah lengkap dari suatu penelitian setelah kegiatan penelitian berakhir,
sebagai pertanggungjawaban ilmiah dan sebagai dokumen tertulis lengkap dari kegiatan penelitian. Dalam
laporan penelitian, peneliti memaparkan berbagai langkah yang telah dilakukan selama penelitian dan apa
saja hasil yang telah ditemukan dari kegiatan penelitiannya. Dengan demikian, laporan penelitian merupakan
media bagi peneliti mengkomunikasikan pelaksanaan penelitian serta hasil-hasilnya kepada orang lain.

Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa proposal penelitian berisi tentang rancangan penelitian yang
meliputi: pendahuluan; landasan teori, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian; serta prosedur penelitian.
Ketika penelitian telah dilakukan, dan pelaksanaan dilakukan menurut rencana yang telah dituliskan pada
proposal, maka pada saat menulis laporan hal-hal yang dituliskan dalam proposal penelitian juga dituliskan
dalam laporan penelitian. Selain itu, pada laporan penelitian juga dijelaskan tentang hasil-hasil penelitian
yang ditemukan. Oleh karena itu, selain komponen diambil dari proposal penelitian, laporan penelitian juga
dilengkapi dengan penjelasan hasil dan kesimpulan penelitian. Kedua hal ini biasanya dituliskan dalam dua
bab berbeda, yaitu Bab IV dan Bab V.

Bab IV berisi tentang penjelaskan utuh hasil-hasil penelitian disertai dengan paparan data dan
pembahasanya. Sedangkan Bab V berisi tentang kesimpulan hasil penelitian, disertai dengan saran dan atau
rekomendasi peneliti.

Seperti halnya proposal penelitian, tidak semua laporan penelitian mempunyai format atau komponen yang
sama. Para ahli mengajukan format dan komponen berbeda antara yang satu dengan lainnya. Namun begitu,
secara umum laporan penelitian antara lain meliputi:

Pendahuluan

Bagian ini antara lain berisi: latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Tinjauan pustaka

Bagian ini antara lain berisi: kajian teori, kerangka berpikir penelitian, serta hipotesis penelitian.

Prosedur penelitian

Bagian ini antara lain berisi: jenis dan pendekatan penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknis analisis data.

Hasil dan pembahasan penelitian

Bagian ini antara lain berisi: laporan data-data hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian berdasarkan
data-data yang telah diperoleh.

Kesimpulan dan saran penelitian

Bagian ini antara lain berisi: kesimpulan penelitian, dan saran atau rekomendasi peneliti berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh.
Sistematika laporan penelitian terkadang tidak sama antara penelitian satu dengan penelitian lainnya. Hal ini
bergantung pada pemikiran si peneliti, atau kadang telah ditentukan oleh institusi yang menaungi dan atau
membiayai penelitian tersebut. Salah satu alternatif sistematika laporan penelitian adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang
2. B. Identifikasi Masalah
3. Batasan Masalah
4. Rumusan Masalah
5. Tujuan Penelitian
6. Manfaat Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Kajian Teori
2. Kerangka Berfikir
3. Hipotesis

III. PROSEDUR PENELITIAN

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian


2. Waktu dan Tempat Penelitian
3. Populasi dan Sampel
4. Instrumen Penelitian
5. Teknik Pengumpulan Data
6. Teknis Analisis Data

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

1. Hasil Penelitian
2. Pembahasan Hasil Penelitian

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
2. Saran

Search

Upload

Home

Saved


Top Charts

Books

Audiobooks

Magazines

Documents

Sheet Music

9.7K views

Laporan Tetap Pengukuran Dan Ketidakpastian


Uploaded by Abellio Nathanael Sitompul on Nov 27, 2013

Laporan Tetap Pengukuran Dan Ketidakpastian Politeknik Negeri Sriwijaya (POLSRI)

save

Related titles
Carousel Next

LAPORAN PRAKTIKUM 1


tugas pendahuluan 1

Modul Praktikum FISDA 1 MAT-BIO.doc

Ketidakpastian dalam Pengukuran

Fisika Koefisien Muai Panjang Dasar Teori

ketidakpastian


Jurnal Pengukuran Dasar Mekanika

jurnal pengukuran

Laporan Pendahuluan Praktikum Fisika Dasar Pengukuran Dasar l

Laporan Dasar Pengukuran Dan Ketidakpastian

Tugas Fisika Aso_dasar Pengukuran Dan Ketidakpastian

Hukum Pendinginan Newton Menyatakan Bahwa Laju Perubahan Pendinginan Suhu Suatu Benda Sebanding
Dengan Perbedaan Antara Suhu Sendiri Dan Suhu Ambien

Modul Ketidakpastian


Unit 8-Jarak Fokus Lensa Tipis

Jurnal Aplikasi Ketidak Pastian Dalam Pengukuran

Jurnal MIKROSKOP

Dasar Pengukuran & Ketidakpastian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA I. Judul Membuat Larutan dengan Konsentrasi Tertentu II. Tujuan Siswa
diharapkan dapat membuat larutan dalam satuan konsentrasi tertentu III. Dasar Teori Larutan adalah
campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom, atau ion dari dua zat atau lebih. Fase larutan dapat
berwujud gas, padat, ataupun cair. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut
atau solute, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut perlarut
atau solvent. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan sebagai konsentrasi larutan,
sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan.
Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam
larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut

Praktikum Kimia Dasar-Pembuatan dan Penentuan Konsentrasi Larutan


KD1 pengukuran

Laporan Akhir Fisdas II (Muai Panjang)

Hukum Stokes

Laporan Pembuatan Larutan Aswar

Laporan Praktikum Kecepatan Reaksi - VA

Laporan Praktikum Kimia Dasar i Pembuatan Larutan

Pengukuran Dasar Listrik


ELEKTROLISIS KALIUM IODIDA

Laporan Praktikum Fisika Dasar 1

Laporan Unit 1 - Dasar Pengukuran Dan Ketidakpastian

Laporan Pengendalian Ph

Sistem Perpipaan.docx

Translate

Perhitungan Neraca Massa

Materi tentang Rapat


Dasar Teori Pltu

Dasar teori

E-learning Fisika Terapan

Test 1

Margin

Pemanfatan Kincir Angin Untuk Pompa Air

makalah biomassa

preparasi-sampel

b.ing imam

Pemanfatan Kincir Angin Untuk Pompa Air

Pencemaran Air

Doc1

Klasifikasi Sumber Daya Energi

Flow Sheet


Dasar Teori AAS

Konversi Temperatur Ke Arus Dan Tegangan

PT. ARUN

Read You

DS3

Term Odin a Mika

Konversi Temperatur Ke Arus Dan Tegangan Maya Elvisa


Ion Exchange Kation Abel

Install Note

makalah-kompresor

Boiler

Jump to Page
1

You are on page 1of 21

Search inside document

I.

Tujuan
a.

Mampu
menggunakan alat-
alat ukur dasar. b.

Mampu
menentukan
ketidakpastian pada
pengukuran tunggal
dan berulang. c.

Mengerti arti angka


berarti.
II.

Alat dan Bahan


a.
Penggaris b.

Jangka sorong c.

Balok besi d.

Bola-bola kecil
III.
Dasar Teori
a.

Pendahuluan Suatu
pengukuran selalu
disertai oleh
ketidakpastian.
Beberapa penyebab
ketidakpastian
tersebut antara lain
adanya Nilai Skala
Terkecil (NST),
kesalahan kalibrasi,
kesalahan titik nol,
kesalahan pegas,
adanya gesekan,
kesalahan paralaks,
fluktuasi parameter
pengukuran dan
lingkungan yang
saling
mempengaruhi
serta keterampilan
pengamat. Dengan
demikian amat sulit
untuk mendapatkan
nilai sebenarnya
suatu besaran
melalui
pengukuran. b.

Penggaris Penggaris
adalah sebuah alat
pengukur
dan alat bantu
gambar untuk
menggambar garis
lurus. Terdapat
berbagai macam
penggaris, dari
mulai yang lurus
sampai yang
berbentuk segitiga
(biasanya segitiga
siku-siku sama kaki
dan segitiga siku-
siku 30°

60°). Penggaris
dapat terbuat
dari plastik, logam,
berbentuk pita dan
sebagainya. Juga
terdapat penggaris
yang dapat dilipat.
Mistar dengan skala
terkecil yaitu mistar
dengan skala
sentimeter (cm)
dengan mempunyai
tingkat ketelitian 1
mm atau 0,1 cm. c.

Jangka Sorong
Jangka sorong
adalah alat ukur
yang ketelitiannya
dapat mencapai
seperseratus milime
ter. Terdiri dari dua
bagian, bagian diam
dan bagian
bergerak.
Pembacaan hasil
pengukuran sangat
bergantung pada
keahlian dan
ketelitian pengguna
maupun alat.
Sebagian keluaran
terbaru sudah
dilengkapi dengan
display digital. Pada
versi analog,
umumnya tingkat
ketelitian adalah
0.05mm untuk
jangka sorang
dibawah 30cm dan
0.01 untuk yang di
atas 30cm.
Kegunaan jangka
sorong adalah: -
untuk mengukur
suatu benda dari sisi
luar dengan cara
diapit - untuk
mengukur sisi dalam
suatu benda yang
biasanya berupa
lubang (pada pipa,
maupun lainnya)
dengan cara diulur -
untuk mengukur
kedalamanan
celah/lubang pada
suatu benda dengan
cara"menancapkan/
menusukkan"
bagian pengukur.
Bagian pengukur
tidak terlihat pada
gambar karena
berada di sisi
pemegang d.

Mikrometer Sekrup
Mikrometer adalah
alat ukur yang dapat
melihat dan
mengukur benda
dengan satuan ukur
yang memiliki
ketelitian 0.01 mm.
Satu mikrometer
adalah secara luas
digunakan alat di
dalam teknik mesin
electro untuk
mengukur
ketebalan secara
tepat dari blok-blok,
luar dan garis
tengah dari
kerendahan
dan batang-batang
slot. Mikrometer ini
banyak dipakai
dalam metrologi,
studi
dari pengukuran.
Mikrometer
memiliki 3 jenis
umum
pengelompokan
yang didasarkan
pada aplikasi
berikut :
Mikrometer Luar
: Mikrometer luar
digunakan untuk
ukuran memasang
kawat, lapisan-
lapisan, blok-blok
dan batang-batang.
Mikrometer dalam
: Mikrometer dalam
digunakan untuk
mengukur garis
tengah dari lubang
suatu benda
Mikrometer
kedalaman
: Mikrometer
kedalaman
digunakan untuk
mengukur
kerendahan dari
langkah-langkah dan
slot-slot. Satu
mikrometer
ditetapkan dengan
menggunakan satu
mekanisme sekrup
titik nada. Satu fitur
yang menarik
tambahan dari
mikrometer-
mikrometer
adalah pemasukan
satu tangkai
menjadi bengkok
yang terisi. Secara
normal, orang bisa
menggunakan
keuntungan
mekanis sekrup
untuk menekan
material, memberi
satu pengukuran
yang tidak akurat.
Dengan cara
memasang satu
tangkai yang
roda bergigi searah
keinginan pada satu
tenaga putaran
tertentu. e.
Stopwatch
Stopwatch (jam
sukat) adalah alat
yang digunakan
untuk mengukur
lamanya waktu yang
diperlukan dalam
kegiatan. Jam sukat
ada dua macam,
yaitu jam sukat
analog dan jam
sukat
digital/bergana. Jam
sukat analog
memiliki batas
ketelitian 0,1sekon
sedangkan jam
sukat digital
memiliki batas
ketelitian hingga
0,01. Cara
menggunakan jam
sukat dengan
memulai menekan
tombol di atas dan
berhenti sehingga
suatu waktu detik
ditampilkan sebagai
waktu yang berlalu.
Kemudian dengan
menekan tombol
yang kedua
pengguna dapat
menyetel ulang jam
sukat kembali ke
nol. Tombol yang
kedua juga
digunakan sebagai
perekam waktu. f.
Busur Derajat
Protractor (busur
derajat) adalah
sebuat alat yang
bisa digunakan
untuk mengukur
dan membentuk
sudut. Protractor
sederhana biasanya
berupa cakram
separuh dan alat ini
sudah digunakan
sejak ribuan tahun
yang lalu dalam ilmu
geometri. Busur
derajat memiliki
ketidakpastian 0.5º.
g.
Termometer
Termometer adalah
alat yang digunakan
untuk mengukur
suhu (temperatur),
ataupun perubahan
suhu. Istilah
termometer berasal
dari bahasa Latin
thermo
yang berarti panas
dan
meter
yang berarti untuk
mengukur. Prinsip
kerja termometer
ada bermacam-
macam, yang paling
umum digunakan
adalah
termometer air
raksa. Termometer
memiliki
ketidakpastian 0,5ºC
h.

Amperemeter
Amperemeter
adalah alat yang
digunakan untuk
mengukur kuat arus
listrik yang ada
dalam rangkaian
tertutup.
Amperemeter
biasanya
dipasang berderet
dengan elemen listri
k. Cara
menggunakannya
adalah dengan
menyisipkan
amperemeter
secara langsung ke
rangkaian. i.

Voltmeter
Voltmeter adalah
alat/perkakas untuk
mengukur
besar tegangan
listrik dalam
suatu rangkaian
listrik. Voltmeter
disusun secara
paralel terhadap
letak komponen
yang diukur dalam
rangkaian. Alat ini
terdiri dari tiga buah
lempengan tembaga
yang terpasang
pada
sebuah bakelite
yang dirangkai
dalam sebuah
tabung kaca atau
plastik. Lempengan
luar berperan
sebagai anode
sedangkan yang di
tengah sebagai
katode. Umumnya
tabung tersebut
berukuran 15 x
10cm (tinggi x
diameter). j.
Neraca
Teknis Neraca
Teknis adalah
neraca yang
memiliki tingkat
ketelitian yang
rendah karena
hanya sampai 2
desimal di belakang
koma.Neraca ini
biasanya dipakai
untuk menimbang
zat - zat atau benda
yang tidak
membutuhkan
ketelitian yang
tinggi , misalnya
menimbang bahan
sebagai larutan
pereaksi. Neraca
teknis dibagi
menjadi dua, yaitu
neraca analog dan
neraca digital.
Neraca analog
adalah neraca yang
biasanya masih
tradisional misalnya
neraca
Ohhaus(diambil dari
nama penemunya),
sedangkan neraca
digital adalah
neraca teknis yang
sudah modern ,
yang sekarang
sering dipakai di
laboratorium untuk
menimbang dan
tidak diperlukan hal
rumit, tinggal
menaruh benda
atau zat di piring
neraca. k.

Nilai Skala Terkecil


Pada setiap alat
ukur terdapat suatu
nilai skala yang tidak
dapat lagi dibagi-
bagi. Inilah yang
disebut Nilai Skala
Terkecil (NST). Pada
gambar 1.1 tampak
bahwa:
Related Interests

Documents Similar To Laporan Tetap Pengukuran Dan Ketidakpastian


Carousel Next

LAPORAN PRAKTIKUM 1

Uploaded by
IChaa Siti Anisa

tugas pendahuluan 1

Uploaded by

canggayudajoel

Modul Praktikum FISDA 1 MAT-BIO.doc

Uploaded by

Adee Nurhayati

Ketidakpastian dalam Pengukuran

Uploaded by

Odilia Steffany Indriyani

Fisika Koefisien Muai Panjang Dasar Teori


Uploaded by

Jefry Gunawan Mrg

ketidakpastian

Uploaded by

anakfisika

Jurnal Pengukuran Dasar Mekanika

Uploaded by

Handoyo Margi Waluyo

jurnal pengukuran

Uploaded by

Laura Walker


Laporan Pendahuluan Praktikum Fisika Dasar Pengukuran Dasar l

Uploaded by

Rahmawaty Hasan

Laporan Dasar Pengukuran Dan Ketidakpastian

Uploaded by

septiani wulandari

Tugas Fisika Aso_dasar Pengukuran Dan Ketidakpastian

Uploaded by

hajar aswad

Hukum Pendinginan Newton Menyatakan Bahwa Laju Perubahan Pendinginan Suhu Suatu Benda Sebanding
Dengan Perbedaan Antara Suhu Sendiri Dan Suhu Ambien

Uploaded by

Rial

Modul Ketidakpastian

Uploaded by

Yasheive saadi

Unit 8-Jarak Fokus Lensa Tipis

Uploaded by

Mmd Fadil Sevenfold

Jurnal Aplikasi Ketidak Pastian Dalam Pengukuran

Uploaded by

Handoyo Margi Waluyo

Jurnal MIKROSKOP

Uploaded by

Nurfitria Anugrasari

Dasar Pengukuran & Ketidakpastian

Uploaded by

Agustine Setiawan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA I. Judul Membuat Larutan dengan Konsentrasi Tertentu II. Tujuan Siswa
diharapkan dapat membuat larutan dalam satuan konsentrasi tertentu III. Dasar Teori Larutan adalah
campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom, atau ion dari dua zat atau lebih. Fase larutan dapat
berwujud gas, padat, ataupun cair. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut
atau solute, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut perlarut
atau solvent. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan sebagai konsentrasi larutan,
sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan.
Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam
larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut

Uploaded by

Aldy Madytia

Praktikum Kimia Dasar-Pembuatan dan Penentuan Konsentrasi Larutan

Uploaded by

Devi Pramanik Lisnasuri


KD1 pengukuran

Uploaded by

Intan Mustika Nsp

Laporan Akhir Fisdas II (Muai Panjang)

Uploaded by

Wida Nur Hasan

Hukum Stokes

Uploaded by

Selvia Aliftiani

Laporan Pembuatan Larutan Aswar

Uploaded by

Aswar

Laporan Praktikum Kecepatan Reaksi - VA

Uploaded by

Eriska Wahyu Kusuma

Laporan Praktikum Kimia Dasar i Pembuatan Larutan

Uploaded by

Eka S Rahayu

Pengukuran Dasar Listrik

Uploaded by

Handoyo Margi Waluyo

ELEKTROLISIS KALIUM IODIDA

Uploaded by

Ramli Rachman

Laporan Praktikum Fisika Dasar 1

Uploaded by

Fachrun Nisa Tatimma

Laporan Unit 1 - Dasar Pengukuran Dan Ketidakpastian

Uploaded by

SyahrulMubarak

More From Abellio Nathanael Sitompul


Carousel Next

Laporan Pengendalian Ph

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

Sistem Perpipaan.docx

Uploaded by
Abellio Nathanael Sitompul

Translate

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

Perhitungan Neraca Massa

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

Materi tentang Rapat

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

Dasar Teori Pltu


Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

Dasar teori

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

E-learning Fisika Terapan

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

Test 1

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul


Margin

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

Pemanfatan Kincir Angin Untuk Pompa Air

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

makalah biomassa

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

preparasi-sampel

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul


b.ing imam

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

Pemanfatan Kincir Angin Untuk Pompa Air

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

Pencemaran Air

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

Doc1

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul


Klasifikasi Sumber Daya Energi

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

Flow Sheet

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

Dasar Teori AAS

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

Konversi Temperatur Ke Arus Dan Tegangan

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul


PT. ARUN

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

Read You

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

DS3

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

Term Odin a Mika

Uploaded by
Abellio Nathanael Sitompul

Konversi Temperatur Ke Arus Dan Tegangan Maya Elvisa

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

Ion Exchange Kation Abel

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

Install Note

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

makalah-kompresor
Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

Boiler

Uploaded by

Abellio Nathanael Sitompul

Footer Menu
Back To Top

About

 About Scribd
 Press
 Our blog
 Join our team!
 Contact Us
 Invite Friends
 Gifts

Support

 Help / FAQ
 Accessibility
 Purchase help
 AdChoices
 Publishers

Legal

 Terms
 Privacy
 Copyright

Social Media

o
o
o
o

o
o

 Copyright © 2018 Scribd Inc.


 Browse Books
 Site Directory
 Site Language:

Bahasa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai