TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori
1) Balita
Balita adalah anak usia 0-59 bulan (Depkes RI, 2006). Sedangkan menurut
Marmi dan Rahardjo (2012), bayi lima tahun atau sering disingkat sebgai balita
merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal.
5) ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) atau IRA (Infeksi Respiratory Akut)
merupakan infeksi pada saluran nafas baik saluran pernafasan atas maupun bawah
(parenkim paru) yang sudah akut. Suatu penyakit dikatakan akut jika infeksi
tersebut berlangsung hingga 14 hari. Infeksi akut pada saluran pernafasan ini sering
terjadi pada anak dibawah usia 5 tahun. Kejadian ini sering terjadi dinegara
berkembang. Penyebab ISPA di negara berkembang lebih banyak disebabkan oleh
bakteri, sedangkan di negara maju disebabkan oleh virus (Naning, Wahani dan
Wantania, 2014).
ISPA terdiri dari lebih dari 300jenis bakeri, virus dan richetsia. Bakteri
penyebab ISPA antaralain: genus streptococus, staphylococcus,
pneumococcus,haemophylus, bordetella dan corinebacterium. Sedangkan virus
penyebab ISPA terdiri dari: miksovirus, adenovirus, coronavirus, picornavirus,
micoplasma, herpesvirus dan lain-lain.
Klasifikasi ISPA
Menurut pengklasifikasian IDAI (2014), penyakit infeksi akut pada sluran
pernafasan atas hingga parenkim paru diantaranya sebagai berikut:
1. Ranitis/common cold : penyakit ranitis ini merupakan golongan infeksi
akut ringan pada pernafasan. Namun, penyakit ini sangat mudah
penularannya. Pada daerah tropis sering terjadi pada pergantian musim
bahkan pada musim hujan. Ditandai dengan hidung tersumbat dan
adanya sekret hidung dikarenakan oleh virus.
2. Faringitis, tonsilitis dan tonsilifaringitis akut
Faringitis merupakan infeksi yang menyerang jaringan mukosa faring
dan jaringan disekitarnya seperti tonsil dan hidung. Ditandai dengan
sakit tenggorakan yang disebabkan oleh virus maupun bakteri.
3. Otitis media
Adalah salah satu infeksi yang menyerang telinga bagian tengah karena
terjadinya penumpukan cairan.
4. Rinosiniutis
Menyerang saluran pernafasan atas dan bawah dan sering terjadi
bersamaan.
5. Epiglotitis
Infeksi yang terjadi sangat berbahaya jika dibiarkan. Hal ini ditandai
dengan sesak nafas berat dan bunyi nafas stridor. Penyebabnya adalah
haemophilus influenza tipe b (HiB).
6. Laringo trakeobronkhitis akut (CROUP)
Sindrom CROUP ini merupakan penyakit heterogen yang menyerang
laring, subglotis, trakea dan bronkus. Diakibatkan oleh beberapa
organisme virulen.
7. Bronkhitis akut
Disebabkan oleh virus maupun bakteri. Pada beberapa kasus, bronkhitis
akan memebaik dalam 2 minggu tanpa pengobatan apapun.
8. Bronkiolitis
Merupakan proses inflamasi pada saluran pernafasan bagian bawah yang
menyerang bronkiolus. Terjadi dengan gejala ISPA pada umumnya
nafas wheezing pada bayi.
9. Pneumonia
Terjadi karena awalnya disebabkan oleh infeksi virus hingga
menyebabkan komplikasi infeksi bakteri.
1. upaya pencegahan
2. Perawatan
3. Pengobatan
Diare akut adalah perubahan konsistensi feses yang terjadi secara tiba-tiba
yang dikarenakan oleh kandungan air pada feses melebihi normal
(10ml/kgBB/hari) dengan peningkatan defekasi lebih dari 3 kali/24 jam yang
berlangsung kurang dari 14 hari (Venita dan Kadim, 2014).
Dampak diare:
c) hipoglikemia
Penatalaksanaan diare:
Proses manajemen kebidanan menurut Varney terdiri dari tujuh langkah yaitu sebagai
berikut:
Teknik pengumpulan data ada 3 yaitu observasi, wawancara, dan pemeriksaan. Data
diklasifikasikan menjadi data subyektif dan data obyektif (Sari, 2012).
1) Data Subyektif
Data subyektif berupa data fokus yang dibutuhkan untuk menilai keadaan pasien
sesuai dengan konsisinya (Romauli, 2011). Data subyektif terdiri dari:
a) Identitas
Menurut Matondang (2013), identitas diperlukan utuk memastikan bahwa
yang diperiksa benar-benar anak yang dimaksudkan. Data identitas meliputi:
1) Nama balita, nama harus jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
2) Umur, usia diperlukan untuk menginterpretasikan apakah data
pemeriksaan klinis anak tersebut sesuai umurnya (Matondang, 2013).
3) Jenis Kelamin, dikaji untuk membedakan dengan balita lain untuk
penilaian data pemeriksaan klinis (Matondang, 2013)
4) Anak ke, untuk mengetahui jumlah keluarga pasien
5) Nama orangtua, dituliskan dengan jelas agar tidak keliru dengan nama
balita lain, mengingat banyak nama balita yang sama
6) Agama, untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing
atau mengarahkan pasien dalam berdoa (Ambarwati dan Wulandari,
2010)
7) Pendidikan orantua, dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan
orantua sehingga dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya
8) Pekerjaan, dikaji untuk mengetahui kemampuan orangtua untuk
membiayai perawatan anaknya, selain itu juga memepengaruhi dalam
gizi pasien tersebut.
9) Alamat, dikaji untuk kejelasan misalnya sewaktu-waktu dapat terjadi hal
yang gawat agar dapat dihubungi, atau mungkin diperlukan untuk
kunjungan rumah (Matondang, 2013)
b) Alasan datang, untuk mengetahui alasan klien datang ketempat pelayanan
kesehatan
c) Keluhan utama, menurut Matondang (2013), keluhan utama adalah keluhan
atau gejala yang menyebabkan klien dibawa berobat.
d) Riwayat kesehatan yang lalu
Imunisasi, diperlukan untuk mengetahui status perlindungan pediatrik
yang diperoleh dan membantu diagnosis.
Riwayat kesehatan keluarga, dikaji untuk memperoleh gambaran keadaan
sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan keluarga pasien. Berbagai penyakit
bawaan maupun keturunan.
Riwayat sosial, dapat diketahui dari yang mengasuh, hubungan dengan
anggota keluarga, hubungan dengan teman sebayanya untuk melihat
keharmonisan dan aktifitas keseharian balita.
e) Pola kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi, menggambarkan tentang pola makan balita, dari frekuensi,
jenis dan pantangan makanan.
Pola istirahat, menggambarkan pola istirahat pasien, berapa jam tidur
pasien, dan kebiasaan sebelum tidur.
Pola hygine, untuk mengetahui pola kebersihan apakah dapat terjaga
dengan baik atau tidak.
Pola aktivitas, perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya.
Pola eliminasi, menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta
kebiasaan buang air kecil
2) Data Obyektif
Interpretasi data dasar dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap
diagnosa atau masalah kebutuhan pasien. Data dasar diinterpretasikan agar bisa
menentukan diagnosis kebidanan, masalah dan kebutuhan yang berfokus pada klien
(Yulifah dan Surachmindari, 2013).
1) Diagnosa kebidanan
An. X umur X tahun, jenis kelamin X dengan ISPA dan Diare
2) Masalah
Permasalahn yang muncul berdasarkan pernyataan pasien berupa data
subyektif dan obyektif.
3) Kebutuhan
Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu.
III. Langkah III : Diagnosa Potensial
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
lain sesuai dengan kondisi pasien.
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik
terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan.
3. Data Perkembangan
S : Subjective, data yang berhubungan dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien
mengenai kekhawatiran dan keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung atau
ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis (Rismalinda, 2014)
O : Objective, data hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan pasien, pemeriksaan
laboratorium/ pemeriksaan diagnostik lain
P : Planning, memebuat rencana asuhan saat ini dan akan datang untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien yang sebaik mugkin atau menjaga/mempertahankan
kesejahteraannya