PENDAHULUAN
salah satu negara di dunia yang wilayah paling rentan terhadap berbagai bencana
alam. Skala bencana alam yang biasa terjadi pun sering tergolong bencana besar
mendadak, tidak terduga dapat terjadi pada siapa saja, dimana saja, kapan saja serta
mengakibatkan kerusakan dan kerugian harta benda, korban manusia yang relatif
seperti tanah longsor gempa bumi letusan gunung berapi, tsunami, dan banjir.
Tsunami di aceh banjir bandang di jember dan gempa bumi di padang merupakan
Selain faktor alam bencana juga bisa disebabkan oleh faktor manusia. Terbakarnya
bis di Situbondo, bom Bali adalah beberapa contoh bencana karena faktor manusia.
yang memakan banyak korban jiwa, terutama sejak kejadian bom Bali I membuat
menjadi kegiatan yang penting dan dilaksanakan hampir pada setiap kejadian yang
1
Proses identifikasi ini sangat penting bukan hanya untuk menganalisis
dipertanggungjawabkan dan mengacu pada standar baku Interpol (1). Proses DVI
meliputi 5 fase yang pada setiap fase memiliki keterkaitan antara satu dengan yang
lain. Proses DVI menggunakan bermacam-macam metode dan teknik. Interpol telah
menentukan adanya Primary Identifier yang terdiri dari Ingerprint (FP), Dental
Records (DR) dan dna serta Secondary Identifiers yang terdiri dari Medical (M),
1.3 TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengidentifikasi gigi dan menentukan
BAB 2
2
PEMBAHASAN
pemeriksaan dan evaluasi bukti perkara berupa gigi (dental evidence) yang menjadi
bukti dalam suatu kasus perkara pidana/korban bencana dan kecelakaan massal.
Dalam perananannya sebagai barang bukti, dental evidence sangat esensial dan
Ada beberapa jenis identifikasi melalui gigi-geligi dan rongga mulut yang
dapat dilakukan dalam terapan semua disiplin ilmu kedokteran gigi yang terkait
pada penyidikan demi kepentingan umum dan peradilan serta dalam membuat surat
keterangan ahli.
lain:
1. Identifikasi ras korban maupun pelaku dari gigi-geligi dan antropologi ragawi.
2. Identifikasi sex atau jenis kelamin korban melalui gigi geligi dan tulang
3
8. Identifikasi korban dari pekerjaan menggunakan gigi.
11. Identifikasi dna korban dari analisa air liur dan jaringan dari sel dalam rongga
mulut.
13. Identifikasi wajah korban dari rekonstruksi tulang rahang dan tulang facial.
Usia adalah salah satu faktor penting dalam odontologi forensik untuk
yang diadopsi oleh para antropolog, arkeolog, dan ilmuwan forensik. Prakiraan
usia dapat ditentukan dari derajat penutupan sutura kranial dan melalui gigi geligi.
4
ini tidak dapat dilakukan pada individu yang masih hidup dan pada kasus individu
mati yang tidak menerima pencabutan terkait masalah etika, agama, budaya, dan
waktu yang lama. Berbeda dengan metode identifikasi usia lainnya, metode
pencabutan gigi dan dapat dilakukan pada individu yang masih hidup. Metode ini
ukuran ruang pulpa gigi akan berkurang karena pengaruh deposisi dentin sekunder.
Ruang pulpa tidak dapat dilihat secara klinis, oleh karena itu dibutuhkan
pulpa dan diameter mahkota, panjang dan lebar pulpa atau akar dapat diukur
terjadi seiring pertambahan usia adalah penyempitan ukuran ruang pulpa. Pulpa
adalah suatu rongga di bawah lapisan dentin. Pulpa gigi banyak memiliki
kemiripan dengan jaringan ikat lain pada tubuh manusia, namun pulpa memiliki
karakteristik yang unik. Di dalam pulpa terdapat berbagai elemen jaringan seperti
pembuluh darah, persyarafan, serabut jaringan ikat, cairan interstitial, dan sel-sel
5
2.2.1 Perubahan pada pulpa terkait usia
pertambahan usia yaitu; penurunan ukuran dan volume pulpa, peningkatan jumlah
serat kolagen, penurunan jumlah odontoblas, penurunan jumlah dan kualitas saraf,
secara bertahap akan mengurangi ukuran ruang pulpa dan saluran akar. Selain itu,
dengan proses penuaan. Ada penurunan secara bertahap dalam selularitas seiring
dengan peningkatan jumlah dan ketebalan serat kolagen, terutama pada pulpa
didaerah akar gigi. Odontoblas dapat mengalami penurunan dalam ukuran, jumlah,
dan dapat menghilang sama sekali di daerah-daerah tertentu pada pulpa, terutama
di lantai atas pulpa diatas bifurkasi atau trifurkasi pada gigi berakar ganda.
Penurunan ukuran pulpa dianggap berkaitan dengan pengurangan jumlah saraf dan
pembuluh atau saraf, dan serat kolagen yang tebal yang mungkin sebagai penyebab
mengenai prakiraan usia melalui pemeriksaan klinis gigi geligi sudah pernah
6
macam perubahan pada gigi geligi dengan bertambahnya usia, yaitu atrisi,
akar, dan transparansi dentin diakar. Metode identifikasi usia berdasarkan tahap
mengenai prakiraan usia melalui rasemisasi asam aspartat sudah pernah dilakukan
oleh Helfman & Bada (1976) dan dilanjutkan oleh Yekkala (2006). Ubelaker
(1978) menentukan prakiraan usia melalui tahap erupsi gigi secara radiograf.
membuktikan bahwa densitas sel odontoblas, sel subodontoblas, dan sel fibroblas
melalui tahap perkembangan molar ketiga dilakukan oleh Thevissen (2009) dengan
pada potongan melintang gigi yang tipis. Prinsip dasar pemikiran dari penerapan
metode ini adalah bahwa gigi yang sudah melewati masa pertumbuhan dan
bertambahnya usia. Menurut Gustafson ada 6 macam perubahan pada gigi geligi
7
Metode yang sering digunakan dalam menentukan usia korban bencana dari
beberapa jurnal metode yang sering digunakan antara lain (Apriyono, 2016) :
a. Metode Demirjian
bawah kiri melalui foto rontgen panoramik, didasarkan pada kriteria bentuk dan
dan memberinya skor mulai dari A hingga H. Delapan tahapan tersebut mewakili
kalsifikasi masing-masing gigi, mulai dari kalsifikasi mahkota dan akar hingga
penutupan apeks gigi. Pemberian skor setiap gigi dan setiap tahap perkembangan
Pemberian skor terbatas pada tujuh gigi permanen pertama kuadran kiri
tahap perkembangan memiliki kriteria khusus dan satu, dua, atau tiga kriteria
tertulis. Jika hanya terdapat satu kriteria, harus dipenuhi untuk mencapai tahap
tertentu, jika terdapat dua kriteria maka dianggap terpenuhi jika yang pertama telah
ditemukan, jika terdapat tiga kriteria maka dua yang pertama harus ditemukan agar
masing gigi dari tujuh gigi dari tiap-tiap tahap dari 8 tahap perkembangan. Standar
8
Gambar 1. Tahap kalsifikasi gigi permanen menurut demirjian, et al.
menggunakan tabel untuk anak laki-laki dan anak perempuan secara sendiri-sendiri.
Semua skor untuk masing-masing gigi dijumlah dan skor maturasi dihitung. Skor
tabel konversi.
b. Metode Nolla
tahapan dimulai dari terbentuknya benih gigi sampai dengan penutupan foramen
apikal gigi. Pembentukan crypte hingga penutupan apeks akar gigi yang dapat
dilihat pada foto radiografi disebut tingkat 1, dan selanjutnya sampai penutupan
apeks akar gigi adalah tingkat 10. Masing-masing tahapan juga diberi nilai skor.
9
Dengan foto panoramik, cukup menggunakan satu sisi dengan mengabaikan
geraham 3, gigi permanen rahang atas dan rahang bawah dianalisis, dicocokkan
tahapannya dan diberi skor. Skor masing-masing tahapan ditotal. Metode nolla juga
c. Metode Gustafson
gigi geligi. Skala nilai adalah 0,1,2,3. Gustafon membagi menjadi 6 tahapan,
yaitu:
10
Derajat atrisi
Ketebalan sementum
dengan rumus Y = 3,52x + 8,88. Sampel yang digunakan adalah gigi insisivus.
11
2.3 IDENTIFIKASI GIGI KORBAN DALAM MENENTUKAN JENIS
KELAMIN
di mana merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk dapat membantu pihak
tim forensik dalam mengenali korban bencana alam atau mengidentifikasi korban
kejahatan. Setelah ditetapkan bahwa sisa tubuh yang ditemukan adalah merupakan
adalah tulang panggul dan tengkorak. Dokter gigi dapat membantu ahli lain untuk
A. Jenis kelamin ditentukan dari jaringan nekrotik pulpa yang diwarnai melalui
merupakan gen jenis kelamin manusia dan juga merupakan protein utama
menunjukkan dua alel yang homozigot (XX), dimana pria memiliki dua alel
dibedakan antara korban laki-laki dan perempuan. Terutama pada gigi seri
bagian atas. Perbedaan yang lain ada pada bentuk rahang antara laki-laki
dan perempuan. Pada ukuran gigi, didapatkan gigi incivus dan caninus
central Maxilla pada pria lebih besar dibanding pada wanita. Tentunya
merujuk pada setiap ras tertentu. Tetapi secara global ukurannya lebih besar
12
dari sel-sel jaringan pulpa gigi. Dentin dan enamel menyediakan
dari dental evidence. Antara lain penghancuran gigi untuk memperoleh sel-
Ras dibagi dalam 3 ras besar yaitu caucasoid, mongoloid, dan ras negroid.
Kini terdapat ras khusus dan ras australoid yaitu ras aborigin dan ras-ras kecil di
kepulauan pasifik. Hal ini terjadi karena adanya perkawinan campur dari ketiga ras
tersebut pada jaman peperangan antar negara (perang dunia I dan perang dunia II).
individual. Pada ras kulit putih memiliki wajah yang menyempit dengan hidung
yang agak meninggi dan dagu yang menonjol. Ras kulit hitam memiliki hidung
13
yang lebar dan subnasal yang berlekuk. Indian Amerika dan Asia memiliki bentuk
tulang pipi yang menonjol dan tekstur gigi yang khas. Ciri-ciri kelima ras tersebut
ditinjau dari gigi insisive, premolar, dan molar, yaitu gigi insisive dari cingulum,
gigi premolar dari jarak mesiodistal dengan bucopalatal atau relasi jarak mesodistal
dengan bucolingual dan gigi molar dari fissure, jumlah pit dan adanya carabelli
1. Ras Caucasoid
c. Gigi molar pertama bawah lebih panjang dan tapered (3.6, 4.6)
e. Sering ditemukan cusp carabelli dibagian palatal pada gigi 1.6, 2.6
14
2. Memperlihatkan gigi molar 1 dengan fissure dan dua pit yaitu pit distal
dan pitmesial.
palatal.
2. Ras Mongoloid
2.1, 2.2).
genotype nya.
15
3. Ras Negroid
b. Bimaxillary protusion
16
4. Ras australoid
Yang termasuk dalam ras ini adalah : suku aborigin dan suku-suku
5. Ras khusus
Ras khusus ini menurut Nursil Luth dan Daniel Fernandez (1995), yaitu:
17
Gambar 8
negroid.
sebagai rascaucasoid.
Gambar 9
incisive yang besar-besar hal ini dapat diidentifikasikan sebagai ras australoid.
18
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Proses identifikasi dalam kedokteran gigi forensik selain merupakan hak asasi
korban, juga penting untuk keperluan legal seperti asuransi, status pernikahan,
19
Salah satu bagian tubuh yang sangat penting untuk identifikasi individu adalah
gigi geligi. Karena gigi dapat mempunyai daya tahan tinggi terhadap pengaruh
manusia, paling tahan terhadap benturan maupun panas dan baru bisa menjadi abu
Gigi-geligi dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin korban, ras korban,
dan umur korban. Hal-hal tersebut dibutuhkan sebagai data tambahan dan dapat
identifikasi.
dilakukan dengan melihat bentuk lengkung gigi, ukuran diameter mesio-distal gigi,
2) Penentuan ras korban; Ras korban dapat diketahui dari struktur rahang dan
gigi-geliginya. Secara antropologi, ras dibagi tiga yaitu ras kaukasoid, ras negroid,
dan ras mongoloid. Masing-masing ras memiliki bentuk rahang dan struktur gigi-
20