Anda di halaman 1dari 11

Emfisema subkutis :

Kemungkinan yg bocor lubang ctt masih ada udara yg keluar


<100 cc di rontgen ulang
Terapi pyo :
Continue suction : tujuan mngeluarkan pusnya, terhambat krn kental, macet, pus
mengeras paru2 tdk mengembang, grs torakotomi
Vitam

Laporan operasi:
- DO : cairan inisial ± 300 cc, berupa pus
- Undulasi (+), air bubble (+) menandakan pneumothorak s/d pneumothorak ilang
- Undulasi (diselang ada cairan naik turun, ada di rongga paru, msh efektif untuk
mengeluarkan cairan paru)
- Post ctt sinitra a/i Pyopneumothorak sinistra e.c susp staphylococcus
Efusi pleura kiri adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura
dapat berupa transudat atau eksudat setelah dilakukan pungsi pleura.
Berdasarkan hasil anamnesis :
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 1 minggu SMRS. Demam dirasakan
mendadak. Demam dirasakan terus menerus sepanjang hari.
Keluhan disertai dengan batuk sejak 5 hari SMRS. Batuk dirasakan sering berulang.
Batuk lebih menonjol pada malam hari. Batuk disertai dengan dahak. Dahak berwarna kehijauan,
kental, berbau, tanpa disetai darah.
Sesak napas dirasakan saat 5 hari lalu saat sudah berada di rumah sakit, sesak tidak lebih
berat pada malam hari. Sesak tidak dipengaruhi oleh posisi tidur, seperti terlentang, telungkup
atau setengah duduk. Sesak tidak timbul saat setelah melakukan aktifitas fisik. Sesak timbul saat
menarik napas.
a. Demam sudah >1minggu
b. Batuk berdahak 5 hari
c. Sesak
d. Nyeri dada (+)
e. Nyeri perut (+)
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan thoraks :
Pulmo
• Inspeksi : Bentuk dan gerak hemitorak tidak simetris kanan > kiri
• Palpasi : Fremitus taktil hemitorak tidak simetris kanan > kiri
• Perkusi : Hipersonor kedua lapang paru
• Auskultasi : Vesikuler Breathing Sound kanan > kiri,
ronkhi basah kasar +/+ pada hemithoraks kiri
wheezing -/-
2. Suspect TB karena berdasarkan epidemiologi yang ada
Hasil PPD Test 20 Juli negatif, lalu kami melakukan skoring TB
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas - Laporan keluarga BTA (+)
(BTA negative
atau tidak jelas)
Uji tuberkulin Negative - - Positif (≥10 mm,
atau ≥5mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat - BB/TB <90% Klinis gizi buruk -
badan/keadaan atau BB/U <80% atau BB/TB
gizi <70% atau BB/U
<60%
Berat - ≥2 minggu - -
badan/keadaan
gizi
Batuk kronik ≥3 minggu - -
Pembesaran - ≥1 cm, - -
kelenjar limfe jumlah>1, tidak
kolli, aksila, nyeri
inguinal
Pembengkakan - Ada bengkak - -
ulang/sendi
panggul, lutut,
falang
Foto thoraks Normal/kelainan Gambaran - -
tidak jelas sugestif TB*

 *Gambaran sugestif TB berupa : pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa


infiltrasi konsolidasi, segmental/lobar; klasifikasi dengan infiltrasi; atelectasis;
tuberkuloma. Gambaran milier tidak dihitung dalam skor karena diperlakukan secara
khusus.
 Diagnosis kerja TB anak ditegakkan bila jumlah skor ≥ 6 (skor maksimal 13)

Pada pasien ini,skoring TB :


 Kontak dengan penderita TB : 2
 Uji tuberkuin : 0
 Berat badan/ keadaan gizi : 0 (BB/U 88%)
 Demam yang tidak diketahui penyebabnya : 0 (demam sejak 1 minggu)
 Batuk kronik : 1 (batuk sejak 3 minggu)
 Pembersaran kelenjar limfe koli, aklasia, inguinal : 0 (tidak ada)
 Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut, falang : 0
 Foto thoraks : 1
Jumlah = 0 + 0 + 0 + 0 + 1 + 0 +1 +0 + 0 = 2
Dengan ini kami menyimpulkan pasien ini tidak terinfeksi Tuberkulosis.

3. Diagnosa kerja setelah konsul kepada bagian Bedah pada tanggal 18/7/13 dan dilakukan
pemasangan WSD, lalu berubah menjadi hidropneumothoraks sinistra, karena hasil
cairan WSD terlihat berupa cairan Pus.
Hidropneumotoraks didefinisikan sebagai terjadi akibat beberapa hal :
a. Terdapat pneumotoraks spontan, dimana pneumotoraks spontan ini terjadi tanpa
penyebab yang jelas. Pneumotoraks spontan primer terjadi jika penderita tidak
ditemukan penyakit paru, diduga disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi
udara di dalam paru yang disebut blep atau buila. Pneumotoraks spontan sekunder
merupakan komplikasi dari penyakit paru seperti PPOM, asma, fibrosis kistik,
tuberculosis.
b. Pneumotoraks traumatic, terjadi karena cidera traumatic pada dada. Trauma bisa
bersifat menembus seperti luka tusuk, peluru atau trauma tumpul seperti benturan
pada kecelakaan kendaraan bermotor atau bisa juga merupakan komplikasi dari
tindakan medis seperti torakosintesis.
c. Pneumotoraks karena tekanan, terjadi jika paru mendapat beban yang berlebih
sehingga paru mengalami kolaps. Tekanan yang berlebihan juga bisa menghalangi
pemompaan darah oleh jantung secara efektif sehingga terjadi shock.
Beberapa kemungkinan etiologi yang menyebabkan perubahan efusi pleura menjadi
hidropneumothoraks yaitu :
 Adanya udara pada cavum pleua, mungkin terjadi karena terdapat kebocoran di lubang
CTT, sehingga udara yang berada diparu keluar masuk kedalam cairan pleura.
 Atau terjadi karena merupakan komplikasi dari penyakit parunya (pneumotoraks spontan
sekunder).
Laboratorium :
Hemoglobin : 13,3 d/dl (10,7-14,7 g/dl)
 Leukosit : 34.000 /µL (500-13500 µL)
 Trombosit : 269 ribu/µL (150-450 ribu/µL)
Faal Hati
 SGOT/AST : 144 (15-40 U/L)
 SGPT/ALT : 47 (10-40 U/L)
Imunologi
Widal
Suspect TB karena berdasarkan epidemiologi yang ada
Hasil PPD Test 20 Juli negatif, lalu kami melakukan skoring TB
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas - Laporan keluarga BTA (+)
(BTA negative
atau tidak jelas)
Uji tuberkulin Negative - - Positif (≥10 mm,
atau ≥5mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat - BB/TB <90% Klinis gizi buruk -
badan/keadaan atau BB/U <80% atau BB/TB
gizi <70% atau BB/U
<60%
Berat - ≥2 minggu - -
badan/keadaan
gizi
Batuk kronik ≥3 minggu - -
Pembesaran - ≥1 cm, - -
kelenjar limfe jumlah>1, tidak
kolli, aksila, nyeri
inguinal
Pembengkakan - Ada bengkak - -
ulang/sendi
panggul, lutut,
falang
Foto thoraks Normal/kelainan Gambaran - -
tidak jelas sugestif TB*
 *Gambaran sugestif TB berupa : pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa
infiltrasi konsolidasi, segmental/lobar; klasifikasi dengan infiltrasi; atelectasis;
tuberkuloma. Gambaran milier tidak dihitung dalam skor karena diperlakukan secara
khusus.
 Diagnosis kerja TB anak ditegakkan bila jumlah skor ≥ 6 (skor maksimal 13)

Pada pasien ini,skoring TB :


 Kontak dengan penderita TB : 2
 Uji tuberkuin : 0
 Berat badan/ keadaan gizi : 0 (BB/U 88%)
 Demam yang tidak diketahui penyebabnya : 0 (demam sejak 1 minggu)
 Batuk kronik : 1 (batuk sejak 3 minggu)
 Pembersaran kelenjar limfe koli, aklasia, inguinal : 0 (tidak ada)
 Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut, falang : 0
 Foto thoraks : 1
Jumlah = 0 + 0 + 0 + 0 + 1 + 0 +1 +0 + 0 = 2
Dengan ini kami menyimpulkan pasien ini tidak terinfeksi Tuberkulosis.
Perjalanan penyakit :

Keluhan datang Saat diperiksa Saat diperiksa


(08/07/13) : (17/07/13): (18/07/13):
Demam 7 hari Keluhan : Demam (+)
Batuk berdahak 5 Demam (-) Batuk
hari Batuk Sesak
Muntah Sesak Nyeri dada
Nyeri kepala Nyeri dada Edema palpebra
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan (+/+)
: fisik: Edema wajah
Rhonki basah kasar Edema ekstrimitas
pada hemithorak Hasil rotgen Edema scrotum
sinistra thoraks :
Hasil rotgen
thorak:
Sinus costofrenicus
kiri menghilang
Diagnosis:
Patofisiologi terjadinya efusi pleura.
Timbulnya tanda tanda infeksi pada pasien disertai pemeriksaan fisik dan radiologi yang
didapatkan, penulis memikirkan kemungkinan terjadinya efusi pleura, pada pemeriksaan
thorax terlihat hemitoraks kiri tertinggal, dengan pelebaran intercostae, suara

Berdasarkan diagnosis differensial yang tercantum diatas serta hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik pada pasien ini, penulis menduga adanya hydropneumothoraks sinistra e.c CTT
Karena :
Hasil pemeriksaan fisik :
Efusi pleura didefinisikan sebagai penumpukan cairan abnormal pada rongga pleura yang
disebabkan karena produksi cairan pleura yang berlebih atau gangguan pada proses
absorpsinya yang merupakan manifestasi utama pada penyakit pleura.

4. Diagnosa kerja setelah konsul kepada bagian Bedah pada tanggal 18/7/13 dan dilakukan
pemasangan WSD, lalu berubah menjadi hidropneumothoraks sinistra, karena hasil
cairan WSD terlihat berupa cairan Pus.
Hidropneumotoraks didefinisikan sebagai terjadi akibat beberapa hal :
d. Terdapat pneumotoraks spontan, dimana pneumotoraks spontan ini terjadi tanpa
penyebab yang jelas. Pneumotoraks spontan primer terjadi jika penderita tidak
ditemukan penyakit paru, diduga disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi
udara di dalam paru yang disebut blep atau buila. Pneumotoraks spontan sekunder
merupakan komplikasi dari penyakit paru seperti PPOM, asma, fibrosis kistik,
tuberculosis.
e. Pneumotoraks traumatic, terjadi karena cidera traumatic pada dada. Trauma bisa
bersifat menembus seperti luka tusuk, peluru atau trauma tumpul seperti benturan
pada kecelakaan kendaraan bermotor atau bisa juga merupakan komplikasi dari
tindakan medis seperti torakosintesis.
f. Pneumotoraks karena tekanan, terjadi jika paru mendapat beban yang berlebih
sehingga paru mengalami kolaps. Tekanan yang berlebihan juga bisa menghalangi
pemompaan darah oleh jantung secara efektif sehingga terjadi shock.
Beberapa kemungkinan etiologi yang menyebabkan perubahan efusi pleura menjadi
hidropneumothoraks yaitu :
 Adanya udara pada cavum pleua, mungkin terjadi karena terdapat kebocoran di lubang
CTT, sehingga udara yang berada diparu keluar masuk kedalam cairan pleura.
 Atau terjadi karena merupakan komplikasi dari penyakit parunya (pneumotoraks spontan
sekunder).

5. Hasil PPD Test 20 Juli negative, lalu dilakukan skoring TB dimana


Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas - Laporan keluarga BTA (+)
(BTA negative
atau tidak jelas)
Uji tuberkulin Negative - - Positif (≥10 mm,
atau ≥5mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat - BB/TB <90% Klinis gizi buruk -
badan/keadaan atau BB/U <80% atau BB/TB
gizi <70% atau BB/U
<60%
Berat - ≥2 minggu - -
badan/keadaan
gizi
Batuk kronik ≥3 minggu - -
Pembesaran - ≥1 cm, - -
kelenjar limfe jumlah>1, tidak
kolli, aksila, nyeri
inguinal
Pembengkakan - Ada bengkak - -
ulang/sendi
panggul, lutut,
falang
Foto thoraks Normal/kelainan Gambaran - -
tidak jelas sugestif TB*
 *Gambaran sugestif TB berupa : pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa
infiltrasi konsolidasi, segmental/lobar; klasifikasi dengan infiltrasi; atelectasis;
tuberkuloma. Gambaran milier tidak dihitung dalam skor karena diperlakukan secara
khusus.
 Diagnosis kerja TB anak ditegakkan bila jumlah skor ≥ 6 (skor maksimal 13)

Pada pasien ini,skoring TB :


 Kontak dengan penderita TB : 2
 Uji tuberkuin : 0
 Berat badan/ keadaan gizi : 0 (BB/U 88%)
 Demam yang tidak diketahui penyebabnya : 0 (demam sejak 1 minggu)
 Batuk kronik : 1 (batuk sejak 3 minggu)
 Pembersaran kelenjar limfe koli, aklasia, inguinal : 0 (tidak ada)
 Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut, falang : 0
 Foto thoraks : 1
Jumlah = 2 + 0 + 0 + 0 + 1 + 0 +3 +0 + 0 = 6
Dengan ini kami menyimpulkan pasien ini terinfeksi Tuberkulosis.

6. Jadi, diagnosis kerja untuk pasien ini adalah Post insersi CTT e.c hidropneumotoraks
sinistra e.c suspect tuberculosis paru atau empyema e.c suspect tuberculosis paru

Anda mungkin juga menyukai