Anda di halaman 1dari 7

RESUME ETIKA BISNIS

SAP 4

1.1 Relativitas Moral Dalam Bisnis


Menurut De George, ada tiga pandangan umum yang dianut. Pandangan pertama
adalah norma etis berbeda antara 1 tempat dengan tempat lainnya. Artinya perusahaan harus
mengikuti norma dan aturan moral yang berlaku di negara tempat perusahaan tersebut
beroperasi. Yang menjadi persoalan adalah anggapan bahwa tidak ada nilai dan norma moral
yang bersifat universal yang berlaku di semua negara dan masyarakat, bahwa nilai dan norma
moral yang berlaku di suatu negara berbeda dengan yang berlaku di negara lain. Oleh karena
itu, menurut pandangan ini norma dan nilai moral bersifat relatif. Ini tidak benar, karena
bagaimanapun mencuri, merampas, dan menipu dimanapun juga akan dikecam dan dianggap
tidak etis.
Pandangan kedua adalah bahwa nilai dan norma moral sendiri paling benar dalam arti
tertentu mewakili kubu moralisme universal, yaitu bahwa pada dasarnya norma dan nilai moral
berlaku universal, dan karena itu apa yang dianggap benar di negara sendiri harus diberlakukan
juga di negara lain (karena anggapan bahwa di negara lain prinsip itu pun pasti berlaku dengan
sendirinya). Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa moralitas menyangkut baik
buruknya perilaku manusia sebagai manusia, oleh karena itu sejauh manusia adalah manusia,
dimanapun dia berada prinsip, nilai, dan norma moral itu akan tetap berlaku.
Pandangan ketiga adalah immoralis naif. Pandangan ini menyebutkan bahwa tidak ada
norma moral yang perlu diikuti sama sekali.

1.2 Tanggung Jawab Moral dan Sosial Bisnis

Tanggung jawab perusahaan adalah tindakan dan kebijakan perusahaan dalam


berinteraksi yang didasarkan pada etika. Secara umum etika dipahami sebagai aturan tentang
prinsip dan nilai moral yang mengarahkan perilaku sesorang atau kelompok masyarakat
mengenai baik atau buruk dalam pengambilan keputusan. Menurut Jones, etika berkaitan
dengan nilai-nilai internal yang merupakan bagian dari budaya perusahaan dan membentuk
keputusan yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial.

Terdapat 3 pendekatan dalam pembentukan tanggung jawab sosial:

o Pendekatan moral yaitu tindakan yang didasarkan pada prinsip kesatuan.


o Pendekatan kepentingan bersama yaitu bahwa kebijakan moral harus didasarkan pada
standar kebersamaan, kewajaran dan kebebasan yang bertanggung jawab
o Kebijakan bermanfaat adalah tanggug jawab sosial yang didasarkan pada nilai apa yang
dilakukan perusahaan menghasilkan manfaat besar bagi pihak berkepentingan secara
adil.

Sukses tidaknya program tanggung jawab perusahaan sangat bergantung pada kesepakatan
pihak-pihak berkepentingan. Pihak-pihak yang berkepentingan yang terllibat dalam proses
produksi tindakannya disatu sisi dapat mendukung kinerja perusahaan tapi disisi lain dapat
menjadi penggangu karena setiap pihak mempunyai kriteria tanggung jawab yang berbeda
yang disebabkan kepentingan yang berbeda pula. Mengelola reaksi terhadap tuntutan sosial.
Dalam kaitan ini, para ilmuan administrasi, manajemen dan organisasi telah mengembangkan
sebuah model respon yang dapat dipilih perusahaan ketika mereka menghadapi sebuah masalah
sosial. Model – model tersebut adalah : obstruktif, defensive,akomodatif, dan proaktif.

o Model obstruktif adalah respon terhadap tuntutan masyarakat dimana organisasi menolak
tanggung jawab, menolak kebebasan dari bukti – bukti pelanggaran, dan munculkan upaya
untuk merintanggi penyelidikan.
o Model defensif adalah bentuk respon teerhadap tuntutan masyarakat dimana perusahaan
mengakui kesalahan yang berkaitan dengan ketelanjuran atau kelalaian tetapi tidak bertindak
obstrutif.
o Model akomodatif adalah bentuk respon terhadap masyarakat dimana perusahaan
melaksanakan atau memberi tanggung jawab sosial atau tindakannya selaras dengan
kepentingan publik
o Model proaktif adalah respon terhadap permintaan sosial diamana organisasi berbeda, melalui
upaya mempelajari tanggung jawabnya kepada masyarakat dan melakukan tindakan yang
diperlukan tanpa tekana dari mereka.

Sedangkan respondefensif perusahaan cenderung pada aturan yang berlaku, sedangkan


respon proaktif menggunakan konsep diskresioner sebagai bahan pertimbangan untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Budaya, sosial, tanggung jawab dan citra. Budaya
organisasi adalah seperangkat asumsi yamg dibangun dan dianut bersama sebagai moral
organisasi beradaptasi dengan proses integrasi internal. Budaya organisasi merupakan bauran
dari elemen-elemen filosofi, nilai-nilai, norma, keyakian ,ide dan mitos yang terintgrasi untuk
menentukan cara kerja dan perilaku organisasional.

Tanggung jawab sosial dapat dilakukan rutin dan nonruti. Kegiatan rutin berbentuk
partisipasi pada kegiatan masyarakat secara khusus terprogram dan dilaksanakan terus
menerus, sedangka kegiatan nonrutin dilaksanakan pada kondisi terentu yang memungkinkan
perusahaan mempunyai kemampuan dan kapasitas untuk berpartisipasi.

1.3 Kode Etik Berbagai Profesi

Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu
kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila
ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak uk dalam kategori norma hukum yang didasari
kesusilaan.

Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara
sebagai pedoman berperilaku dan berbudaya. Tujuan kode etik agar profesionalisme
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai jasa atau nasabahnya. Adanya kode etik akan
melindungi perbuatan yang tidak profesional.

Dalam menjalankan profesi, seseorang perlu memiliki dasar-dasar yang perlu diperhatikan,
diantaranya

1. Prinsip Tanggung Jawab. Seorang yang memiliki profesi harus mampu bertanggung
jawab atas dampak yang ditimbulkan dari profesi tersebut, khususnya bagi orang-orang
di sekitarnya.
2. Prinsip Keadilan. Prinsip ini menuntut agar seseorang mampu menjalankan profesinya
tanpa merugikan orang lain, khususnya orang yang berkaitan dengan profesi tersebut.
3. Prinsip Otonomi. Prinsip ini didasari dari kebutuhan seorang profesional untuk
diberikan kebebasan sepenuhnya untuk menjalankan profesinya.
4. Prinsip Integritas Moral. Seorang profesional juga dituntut untuk memiliki komitmen
pribadi untuk menjaga kepentingan profesinya, dirinya, dan masyarakat.

KODE ETIK DARI KEDOKTERAN


1. Kesehatan pasien adalah prioritas dokter. Kode Etik kedokteran International
menyebutkan bahwa ‘’Dokter harus memberikan kepada pasiennya loyalitas penuh dan
seluruh pengetahuan yang dimilikinya.
2. Mempunyai etika untuk menyimpan kerahasiaan pasiennya, kecuali jika diperlukan
untuk bertanggung jawab secara hukum, misalnya dalam pengadilan.
3. Apabila dokter akan melakukan tindakan operasi dan sebagainya, maka dokter
diharuskan untuk meminta ijin tertulis kepada pasien.

KODE ETIK DARI IT


Di dalam perusahaan – perusahaan pasti mempunyai setidaknya 1 IT yang bertanggung jawab
terhasap sistem di perusahaan tersebut. Pertanggung jawaban seorang IT yaitu terhadap
software dan hardware.
1. Orang IT sebagai orang yang paling tau akan bisnis proses perusahaan mempunyai kode
etik yang mendasar untuk menjaga kerahasiaannya. Perusahaan sendiri mengantisipasi hal ini
dengan adanya kontrak kerahasiaan yang wajib ditandatangani oleh orang IT.
2. Kode etik dari IT yang lainnya adalah mendokumentasikan hasil buatannya ke dalam
tulisan, agar bisa dipahami oleh penerusnya/penggantinya. Karena setiap IT pasti mempunyai
logika dari program yang dibuatnya,sehingga tidak mungkin ada persamaan antara IT satu
dengan IT yang lainnya. Hal ini disebut penting sekali untuk masa depan perusahaan,yaitu
apabila IT tersebut suatu saat pindah bagian,maka penerus atau penggantinya dapat
meneruskan,memperbaiki,dan mengembangkan program yang telah dibuat oleh IT
sebelumnya.
3. Selain itu kode etik yang harus dimiliki seorang IT adalah sangat diutamakan bahwa
seorang IT harus mempunyai etika yang membangun. Maksud dari membangun disini adalah
seorang IT mempunyai keahlian yang luar biasa dalam membuat aplikasi tetapi dengan
keahlian mereka tersebut mereka juga bisa membuat sesuatu yang menghancurkan
perusahaan seperti virus,worm. Penyalahgunaan lain juga bisa seperti menjual data
perusahaan untuk mendapatkan uang, memanipulasi data seperti memperbesar gaji dll.

KODE ETIK JURNALISTIK


1. Jurnalis senantiasa mempertahankan prinsip-prinsip kebebasan dan keberimbangan
dalam peliputan dan pemberitaan serta kritik dan komentar.
2. Jurnalis memberi tempat bagi pihak yang kurang memiliki daya dan kesempatan untuk
menyuarakan pendapatnya.
3. Jurnalis tidak menyembunyikan informasi penting yang perlu diketahui masyarakat.
4. Jurnalis menggunakan cara-cara yang etis untuk memperoleh berita, foto dan dokumen.
5. Jurnalis segera meralat setiap pemberitaan yang diketahuinya tidak akurat.
6. Jurnalis menjaga kerahasiaan sumber informasi konfidensial, identitas korban kejahatan
seksual, dan pelaku tindak pidana di bawah umur.
7. Jurnalis menghormati privasi, kecuali hal-hal itu bisa merugikan masyarakat
1.4 KENDALA- KENDALA DALAM PELAKSANAAN ETIKA BISNIS

Pelaksanaan prinsip-prinsip etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa


masalah dan kendala. Keraf(1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:

1. Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah. Banyak di antara pelaku
bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan menghalalkan segala cara untuk
memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika bisnis, seperti memalsukan campuran,
timbangan, ukuran, menjual barang yang kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan
keuangan.
2. Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan. Konflik kepentingan ini muncul
karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi yang dianutnya atau antara peraturan
yang berlaku dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau konflik antara nilai pribadi yang
dianutnya dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan lainnya,
atau antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan masyarakat. Orang-orang yang
kurang teguh standar moralnya bisa jadi akan gagal karena mereka mengejar tujuan dengan
mengabaikan peraturan.
3. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil. Hal ini diperkeruh oleh banyaknya sandiwara
politik yang dimainkan oleh para elit politik, yang di satu sisi membingungkan masyarakat
luas dan di sisi lainnya memberi kesempatan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik
guna keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan
spekulasi untuk memanfaatkan peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan
akibatnya.
4. Lemahnya penegakan hukum. Banyak orang yang sudah divonis bersalah di pengadilan bisa
bebas berkeliaran dan tetap memangku jabatannya di pemerintahan. Kondisi ini
mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-norma etika.
5. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik bisnis dan
manajemen. Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi perusahaan di bawahnya belum
secara khusus menangani penyusunan dan penegakkan kode etik bisnis dan manajemen. Di
Amerika Serikat terdapat sebuah badan independen yang berfungsi sebagai badan register
akreditasi perusahaan, yaitu American Society for Quality Control (ASQC)

1.5 ANTARA KEUNTUNGAN ETIKA

Tujuan utama bisnis adalah mengejar keuntungan. Keuntungan adalah hal yang pokok bagi
kelangsungan bisnis, walaupun bukan merupakan tujuan satu-satunya, sebagaimana dianut
pandangan bisnis yang ideal. Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang buruk.
Bahkan secara moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Karena :

o Keuntungan memungkinkan perusahaan bertahan dalam usaha bisnisnya.

Tanpa memeperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan
modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas ekonomi yang produktif demi
memacu pertumbuhan ekonomi yang menjamin kemakmuran nasional.

o Keuntungan memungkinkan perusahaan tidak hanya bertahan melainkan juga dapat


menghidupi karyawan-karyawannya bahkan pada tingkat dan taraf hidup yang lebih baik.
Ada beberapa argumen yang dapat diajukan disini untuk menunjukkan bahwa justru demi
memperoleh keuntungan etika sangat dibutuhkan , sangat relevan, dan mempunyai tempat yang
sangat strategis dalam bisnis`dewasa ini.

Pertama, dalam bisnis modern dewasa ini, para pelaku bisnis dituntut menjadi orang-orang
profesional di bidangnya.

Kedua dalam persaingan bisnis yang ketat para pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa
konsumen adalah benar-benar raja. Karena itu hal yang paling pokok untuk bisa untung dan
bertahan dalam pasar penuh persaingan adalah sejauh mana suatu perusahaan bisa merebut dan
mempertahankan kepercayaan konsumen.

Ketiga, dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang bersifat netral tak berpihak
tetapi efektif menjaga agar kepentingan dan hak semua pemerintah dijamin, para pelaku bisnis
berusaha sebisa mungkin untuk menghindari campur tangan pemerintah, yang baginya akan
sangat merugikan kelangsungan bisnisnya. Slaah satu cara yang paling efektif adalah dengan
menjalankan bisnisnya bisnisnya secara secara baik dan etis yaitu dengan menjalankan bisnis
sedemikian rupa tanpa secara sengaja merugikan hak dan kepentinga semua pihak yang terkait
dengan bisnisnya.

Keempat, perusahaan-perusahaan modern juga semakin menyadari bahwa karyawan bukanlah


tenaga yang siap untuk eksploitasi demi mengeruk keuntunga yang sebesar-besarnya. Justru
sebaliknya, karyawan semakin dianggap sebagai subjek utama dari bisnis suatu perusahaan
yang sangat menentukan berhasil tidaknya, bertahan tidaknya perusahaan tersebut.

Bisnis sangat berkaitan dengan etika bahkan sangat mengandalkan etika. Dengan kata lain,
bisnis memang punya etika dan karena itu etika bisnis memang relevan untuk dibicarakan.
Argumen mengenai keterkaitan antara tujuan bisnis dan mencari keuntungan dan etika
memperlihatkan bahwa dalam iklim bisnis yang terbuka dan bebas, perusahaan yang
menjalankan bisnisnya secara baik dan etis, yaitu perusahaan yang memperhatikan hak dan
kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya, akan berhasil dan bertahan dalam
kegiatan bisnisnya.

1.6 PRO DAN KONTRA ETIKA DALAM BISNIS

Mitos bisnis dan moral

Bisnis adalah bisnis. Bisnis jangan dicampuradukkan dengan etika. Para pelaku bisnis adalah
orang-orang yang bermoral, tetapi moralitas tersebut hanya berlaku dalam dunia pribadi
mereka, begitu mereka terjun dalam dunia bisnis mereka akan masuk dalam permainan yang
mempunyai kode etik tersendiri. Jika suatu permainan judi mempunyai aturan yang sah yang
diterima, maka aturan itu juga diterima secara etis. Jika suatu praktik bisnis berlaku begitu
umum di mana-mana, lama-lama praktik itu dianggap semacam norma dan banyak orang yang
akan merasa harus menyesuaikan diri dengan norma itu. Dengan demikian, norma bisnis
berbeda dari norma moral masyarakat pada umumnya, sehingga pertimbangan moral tidak
tepat diberlakukan untuk bisnis dimana “sikap rakus adalah baik”(Ketut Rindjin, 2004:65).

Belakangan pandangan diatas mendapat kritik yang tajam, terutama dari tokoh etika Amerika
Serikat, Richard T.de George. Ia mengemukakan alasan alasan tentang keniscayaan etika bisnis
sebagai berikut.
o Pertama, bisnis tidak dapat disamakan dengan permainan judi. Dalam bisnis
memang dituntut keberanian mengambil risiko dan spekulasi, namun yang
dipertaruhkan bukan hanya uang, melainkan juga dimensi kemanusiaan seperti
nama bai kpengusaha, nasib karyawan, termasuk nasib-nasib orang lain pada
umumnya.
o Kedua, bisnis adalah bagian yang sangat penting dari masyarakat dan
menyangkut kepentingan semua orang. Oleh karena itu, praktik bisnis
mensyaratkan etika, disamping hukum positif sebagai acuan standar dlaam
pengambilan keputusan dan kegiatan bisnis.
o Ketiga, dilihat dari sudut pandang bisnis itu sendiri, praktik bisnis yang berhasil
adalah memperhatikan norma-norma moral masyarakat, sehingga ia
memperoleh kepercayaan dari masyarakat atas produ atau jasa yang dibuatnya.

Alasan Meningkatnya Perhatian Dunia Usaha Terhadap Etika Bisnis

o Krisis publik tentang kepercayaan


o Kepedulian terhadap kualitas kehidupan kerja
o Hukuman terhadap tindakan yang tidak etis
o Kekuatan kelompok pemerhati khusus
o Peran media dan publisitas
o Perubahan format organisasi dan etika perusahaan

Perubahan nilai-nilai masyarakat dan tuntutan terhadap dunia bisnis mengakibatkan adanya
kebutuhan yang makin meningkat terhadap standar etika sebagai bagian dari kebijakan bisnis.
DAFTAR PUSTAKA
https://faridsetiawan021.wordpress.com/2015/05/13/etika-bisnis_gambaran-umum-profesi-
pelaku-bisnis-tanggung-jawab-moral-dan-sosial-bisnis/
http://rainyviolet.blogspot.co.id/2011/10/teori-etika-dan-prinsip-etis-dalam.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kode_etik_profesi
https://feelinbali.blogspot.co.id/2013/09/tugas-etika-bisnis-pengertian-bisnis.html
https://faridsetiawan021.wordpress.com/category/etika-bisnis/

Anda mungkin juga menyukai