Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air
dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi
organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial.
Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh,
misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang
tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau
berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin
dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber
nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan
kompos.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari
dalam tubuh.Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan
dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi,
sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan
saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang
dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang
sterilUrin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin
berwarna kuning pekat atau cokelat. Sistem urin adalah sistem organ yang memproduksi,
menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua
ureter, kandung kemih, dua otot sphincter, dan uretra.
Urinalisis adalah suatu tes yang dilakukan pada urine pasien untuk tujuan diagnosa
infeksi saluran kemih, screening , dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal. Uranilisis juga
merupakan tes untuk memantau perkembangan penyakit ginjal, diabetes, dan tekanan darah
dan screening kesehatan secara umum.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana pemeriksaan mikroskopis dan makroskopis dalam urinalisis?
2. Apa yang digunakan dalam sampel urinalisis?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT


1. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan mikroskopis dan makroskopis dalam urin.
2. Untuk mengetahui specimen urin apa saja yang digunakan untuk sampel urinalisis.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 URINALISIS
Urinalisis adalah suatu tes yang dilakukan pada urine pasien untuk tujuan diagnosa infeksi
saluran kemih, screening , dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal. Uranilisis juga merupakan
tes untuk memantau perkembangan penyakit ginjal, diabetes, dan tekanan darah ( hipertensi )
dan screening kesehatan secara umum.
Urinalisis merupakan pemeriksaan uji saring yang sering diminta oleh dokter untuk
mengetahui gangguan ginjal dan saluran kemih atau gangguan metabolisme tubuh (Strasinger &
Schaub, 2001).
Urinalisis adalah analisis kimia, makroskopis dan mikroskopis terhadap urin. Uji
urin rutin dilakukan pertama kali pada tahun 1821. Urinalisis berguna untuk mendiagnosis
penyakit ginjal atau infeksi traktus urinarius dan untuk mendeteksi adanya penyakit
metabolik yang tidak berhubungan dengan ginjal. Berbagai uji urinalisis rutin dilakukan di
tempat praktik pemberi layanan kesehatan dan juga rumah sakit atau laboratorium swasta. (
Kee, Joyce Le Fever, 2007 )
Urin yang normal jumlah rata – rata 1 – 2 liter sehari tetapi perbedaan jumlah
urin sesuai cairan yang dimasukkan, jika banyak mengkonsumsi protein maka akan
diperlukan banyak cairan untuk melarutkan ureanya, sehingga urin yang dikeluarkan
jumlahnya sedikit dan menjadi pekat. ( Evelin C. Pearce 2002). Beberapa penyelidikan
menunjukkan bahwa 20 % dari wanita – wanita dewasa hingga usia lanjut, setiap tahun
mengalami disuria ( nyeri waktu berkemih). Pria jarang terkena infeksi simtomatis sampai
sesudah umur 45 tahun, kecuali jika terdapat kelainan urologis. ( Basuki B Purnomo, 2007 )
Urine harus diperiksa secara langsung karena PH urine yang masih baru adalah asam,
soludnya masih bagus. Sedimen masih bagus, pemeriksaan makroskopisnya juga masih bagus.
Jika ditunda akan terjadi adanya bakteri, memecah ureum menjadi ammonia PH menjadi basa,
kemudian melisiskan sedimen, dan mengubah morfologi-morfologinya.
Urialisis dapat meberikan informasi klinik yang penting. Urinalisis merupakan pemeriksaan
rutin pad sebagian besar kondisi klinis, pemeriksaan urin mencakup evaluasi hal-hal berikut:

1. Observasi warna dan kejernihan urin.


2. Pengkajian bau urin
3. Pengukuran keasaman dan berat jenis urin
4.Tes untuk memeriksa keberadaan protein, glukosa, dan badan keton dalam urin
(masing- masing untuk proteinuria, glukosuria, da ketonoria)
5.Pemeriksaan mikroskopik sedimen urin sesudah melakukan pemusingan (centrifuging) untuk
mendeteksi sel darah erah (hematuria), sel darah putih, slinder (silindruria), Kristal (kristaluria),
pus (piuria) dan bakteri (bakteriuria).
Cara Pengumpulan Sampel Urin adalah Pengumpulan sampel urin dilakukan sewaktu bangun
tidur pagi, karena specimen ini lebih pekat dan lebih besar kemungkinannya untuk
mengungkapkan abnormalitas. Spesimen tersebut dikumpulkan dalam wadah yang bersih dan
dilindungi terhadap kontaminasi bakteri serta perubahan kimiawai. Semua specimen harus
diseimpan dalam lemari pendingin. Karena jika dibiarkan dalam suhu kamar urin akan menjadi
alkalis akibat kontaminasi bakteri pemecah ureum dari lingkungan sekitarnya.

Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi
saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau
perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan
skrining terhadap status kesehatan umum.

1.2 SPECIMEN

Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi vagina,
perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat mengurangi mutu
temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem
urine dari uretra dan jaringan sekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang
beberapa millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu membersihkan
daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang
bersih sebelum menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan kateterisasi untuk
memperoleh spesimen yang tidak tercemar. Meskipun urine yang diambil secara acak (random)
atau urine sewaktu cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari adalah yang
paling bagus. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga
unsure-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Gunakan wadah yang bersih untuk
menampung spesimen urin. Hindari sinar matahari langsung pada waktu menangani spesimen
urin. Jangan gunakan urin yang mengandung antiseptik. Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu
jam setelah buang air kecil. Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus dihindari
karena dapat mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan selambat-lambatnya 4 jam
setelah pengambilan spesimen.
Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain : unsur-unsur berbentuk dalam sedimen
mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam, urat dan fosfat yang semula larut dapat mengendap
sehingga mengaburkan pemeriksaan mikroskopik elemen lain, bilirubin dan urobilinogen dapat
mengalami oksidasi bila terpajan sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin turun, dan badan
keton, jika ada, akan menguap.

Terdapat lima jenis sampel urine sesuai dengan tujuan pemeriksaanyan yaitu :
1. Urine sewaktu
Urine sewaktu adalah sampel urine yang diambil sewaktu saat pasien akan melakuakn
pemeriksaan, urine sewaktu digunakan untuk pemeriksaan urine rutin.
2. Urine pagi
Urine pagi adalah sampel urine yang diambil saat pagi hari ketika pasien bangun tidur dan
belum mengonsumsi apapun. Urine pagi digunakan untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, dan
kehamilan
3. Urine osprundial
Urine osprundial adalah sampel urine yang diambil antara 1 – 1.5 jam setelah makan. Urine
osprundial digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
4. Urine 24 jam
Urine 24 jam adalah sampel urine yang ditampung selama 24 jam. Urine 24 jam ini
digunakan untuk analisa kuantitatif
5. Urine tiga gelas dan urine dua gelas
Urine tiga gelas dan urine dua gelas sudah mulai jarang dilakukan. Sampel urine ini digunakan
untuk mengetahui adanya radang

1.3 Pemeriksaan Makroskopik, Mikroskopik Dan Kimia Urin


Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin
rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan
protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah
pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin,
urobilinogen, darah samar dan nitrit.

a. Pemeriksaan Makroskopik
Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik : warna dan kekeruhan.
Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna
kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine;
urine encer hampir tidak berwarna, urine pekat berwarna kuning tua atau sawo matang.
Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam) atau
fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau
protein dalam urin.

1. Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin,
makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata
didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila
didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.
Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan,
nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan
oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran
cairan dari edema. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan
oliguri. Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis
menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml.
Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam
keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan
tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.

2. Warna urin
Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan kemungkinan adanya
infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam
tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin
mewakili jumlah besar protein dalam urin (proteinuria). Urin yang baru di kemihkan berwarna
jernih. Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :
- Merah
: Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin. Penyebab
nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit, rhubab (kelembak), senna.

- Oranye
: Penyebab patologik : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik : obat untuk infeksi saliran
kemih (piridium), obat lain termasuk fenotiazin.

- Kuning
: Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin. Penyebab nonpatologik :
wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.

- Hijau
: Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas). Penyebab nonpatologik :
preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.

- Biru
: tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.

- Coklat
: Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu. Pengaruh obat : levodopa,
nitrofuran, beberapa obat sulfa.

- Hitam atau hitam kecoklatan


: Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat, indikans, urobilinogen, methemoglobin.
Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.

- Seperti susu : Penyebab patologik : fosfat dan urat jumlah besar, getah prostat protein yang
membeku.

3. Bau urin
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal.
Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat
disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan
seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya
terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula
dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran
kemih.

4. Kejernihan
Kejernihan urine dinyatakan dengan jernih, agak keruh, keruh, atau sangat keruh. Kekeruhan
pada urine disebut sebagai nubecula yang terdiri dari lender, sel epitel, dan leukosit yang lambat
laun mengendap. Kekeruhan didalam urine dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf
yang mengendap dan dari bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada waktu
dikeluarkan dapat desebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen sel epitel, leukosit, dan eritrosit
dalam jumlah banyak.
5. Berat jenis urin
Pemeriksaan berat jenis urin dapat dilakukan dengan cara piknometer, carik celup, dan
urinometer. Yang lebih umum di gunakan adalah dengan carik celup, namun pemeriksaan berat
jenis urin dengan piknometer lebih teliti. Tingginya berat jenis itu memberi kesan tentang
pekatnya urin, jadi bertalian dengan faal pemekat ginjal. BJ urin 24 jam pada orang normal
sekitar 1,016 – 1,022. Sedangkan BJ urin sewaktu pada orang normal 1,003 – 1,030. Bila BJ urin
sewaktu 1,025 atau lebih sedangkan reduksi urin dan protein negatif, hal ini menunjukan faal
pemekatan ginjal baik. Dan bila BJ urin lebih dari 1,030 kemungkinan glukosuria.

Urin yang jumlahnya sedikit dapat diencerkan dengan aquadest, sedangkan urin yang sangat
sedikit Bjnya dapat ditentukan dengan alat refraktometer.

6. Buih urine
Buih normal urine adalah berwarna putih. Jika saat melakukan ekskresi buihnya berwarna
putih dan banyak maka mengandung protein. Apabila buihnya kuning berarti mengandung obat.

b. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS

Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin.
Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat
ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang
dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa
objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai
lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB. Jumlah unsur
sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah rata-rata per LPK untuk
silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti
epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan + (ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali).
Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik.
Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit,
silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari
sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.
Sel darah
Eritrosit (sel darah merah) dan leukosit (sel darah putih) dapat ditemukan dalam jumlah
kecil di sedimen normal. Sel-sel ini dapat melewati glomerulus dan masuk ke aliran urin.
Penghitungan sel-sel ini selama periode waktu, misalnya 12 jam, sekarang jarang dilakukan
karena perbedaan ekskresi selular dari orang ke orang dan adanya kesulitan yang berhubungan
dengan pengumpulan urin dan teknik penghitungan (menggunakan hemositometer Addis count) .
Seorang individu sehat dapat melepaskan sebanyak 750.000 1.750.000 sel darah merah dan
leukosit melalui urine dalam 12 jam.
1. Sel darah merah
Pada sedimen urin normal sejumlah 0 - 5 sel eritrosit per LP dapat ditemukan Jumlah
lebih besar dari lima per LP harus diselidiki secara menyeluruh dan penyebab hematuria harus
dicari. Mikroskopik sel darah merah terlihat mirip dengan yang ditemukan dalam darah perifer,
yaitu dobel disk cekung yang memiliki warna oranye samar pucat yang menyatakan kadar
hemoglobin mereka ( Gambar .2. ). Dalam urin hipertonik, sel darah merah mungkin crenated
dan dalam urin hipotonik mereka mungkin membengkak, menjadi bola, dan, pada waktunya,
pecah, hanya menyisakan membran atau sel "hantu" yang terlihat seperti tetesan kecil minyak.
Tetesan minyak dapat dibedakan dari sel darah merah berdasarkan ukurannya yang bervariasi,
tidak adanya hemoglobin, dan berbentuk bulat.

GAMBAR 1 sel darah merah. (Sel darah merah) dan bakteri dalam sedimen urin. Tampak
sebaran sel darah merah dan bentuk bacillary. Dua leukosit juga tampak di tengah lapangan
pandang. ( mikroskop cahaya, × 160.)

GAMBAR 2. Neutrofil PMN dan sel-sel darah merah dalam urin. Tampak jelas sel darah
merah bikonkav dan inti multilobe serta sitoplasma granular dari neutrofil. Beberapa sel darah
merah sedikit crenated. ( mikroskop, × 200.)
2. Leukosit
Leukosit sering ditemukan pada sedimen urin normal, tetapi sedikit dan tidak boleh
melebihi lima per LP Walaupun semua jenis WBC yang muncul dalam darah perifer juga dapat
ditemukan dalam urin (yaitu, limfosit, monosit, eosinofil), saat ini sel yang paling umum adalah
PMN. PMN memiliki fungsi fagositosis, motil secara aktif, dan bergerak secara ameboid dengan
pseudopodia. Leukosit ukuran diameter 10 sampai 20 pM, . PMN dalam urine dapat segera
diketahui karena inti multisegmented dan sitoplasma granular.
Pewarnaan sedimen memungkinkan pengamat untuk mengidentifikasi PMN lebih mudah
karena inti multilobe tampak jelas dan dapat mengurangi kebingungan dengan sel nonleukocytic,
seperti sel-sel RTE. Pewarnaan Wright atau Giemsa merupakan sarana akurat mengidentifikasi
berbagai leukosit lainnya, seperti limfosit dan eosinofil
3. Sel epitel
Urin normal berisi tiga varietas utama sel epitel: tubular ginjal, transisi (urothelial), dan
skuamosa Sel-sel ini melapisi saluran kemih, tubulus dan nefron.
3.1 Sel Epitel Renal Tubular
Sel RTE jarang ada dalam sedimen urin orang normal (nol sampai satu per lima LP).
Bila ada, biasanya dalam bentuk tunggal tetapi juga dapat ditemukan berpasangan. Jika ada
batas microvillus, berasal dari tubulus proksimal. Identifikasi imunohistokimia dengan cara
pewarnaan fosfatase asam dapat dilakukan bila diperlukan, karena sel-sel RTE memiliki
kandungan enzim intraselular yang tinggi. Bentuk paling sering adalah polyhedral, tetapi
mungkin agak datar, menunjukkan bahwa mereka berasal dari lengkung Henle. inti mereka
biasanya eksentrik tetapi mungkin sentral; tampak jelas seperti bola dengan nukleolus jika tidak
ada perubahan autolytic.
RTE sel biasanya ditemukan dalam air seni karena proses pembaharuan dan regenerasi
sel tubular. Pada biopsi ginjal, sel-sel lapisan tubular sering menunjukkan aktivitas mitosis, sel-
sel yang lebih tua lepas ke aliran urin dan dapat dilihat dalam sediment. Jenis regenerasi sel
terjadi pada nefron proksimal daripada distal,.
3.2 Sel Epitel Transisi
Sel ini (juga disebut sel urothelial) merupakan lapisan epitel pada sebagian besar saluran
kemih dan sering tampak di sedimen (nol sampai satu per LP). Bentuknya bertingkat-tingkat dan
biasanya beberapa lapisan sel tebal. Ada tiga bentuk utama: bulat ( Gambar 3. ), polyhedral, dan
"kecebong." , sel Transisi memiliki karakteristik yang khas yaitu mudah menyerap air dan
dengan demikian membengkak sampai dua kali ukuran aslinya.. Sel transisi Polyhedral sulit
dibedakan dari sel RTE jika mereka tidak memiliki permukaan microvillus dan memiliki inti di
pusat. Sitoplasma sel transisional tidak mengandung jumlah besar fosfatase asam. Sel urothelial
berbentuk kecebong sering tampak dalam urin. Mereka mungkin berasal dari lapisan pertengahan
epitel transisi. Sel Transisi kecebong muncul dalam kelompok-kelompok atau pasangan, serta
tunggal, inti biasanya di pusat, dan mereka memiliki sitoplasma berbentuk fusiform
Peningkatan jumlah sel Transisi dalam urin biasanya menandakan inflamasi pada saluran
kemih.
GAMBAR 3) Sel Transisi. (panah) dan sel darah putih serta sel darah merah dalam urin.
Perhatikan bentuk bola dan inti di pusat sel ini. ( mikroskop cahaya, × 160.)

3.3 Sel epitel skuamosa


Sel epitel skuamosa adalah yang termudah dari semua sel epitel, dan mudah dikenali dan
sering dijumpai dalam urin karena bentuknya yang besar, datar, ( Gambar 4. ). Spesimen
urine porsi tengah paling baik digunakan. Sejumlah sel skuamosa dalam urin dari seorang
pasien wanita biasanya menunjukkan kontaminasi vagina.
GAMBAR 4. Sekelompok sel epitel skuamosa dalam urin. Sel-sel yang besar dan datar dan
memiliki beberapa butiran dalam sitoplasma mereka. Inti di pusat besarnya sekitar ukuran
limfosit . ( mikroskop cahaya, × 160.)
4. Kristal
Pembentukan kristal berkaitan dengan konsentrasi berbagai garam di urin yang
berhubungan dengan metabolisme makanan pasien dan asupan cairan serta dampak dari
perubahan yang terjadi dalam urin setelah koleksi sampel (yaitu perubahan pH dan suhu, yang
mengubah kelarutan garam dalam air seni dan menghasilkan pembentukan kristal). Karena ginjal
memainkan peran utama dalam ekskresi metabolit dan pemeliharaan homeostasis, produk akhir
dari metabolisme ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam urin, dan ini cenderung untuk
mengendapkan kristal ( 10 ). PH urin normal bervariasi dan beberapa kristal dikaitkan dengan
pH asam dan basa. atau netral, dan siswa dengan baik disarankan untuk menyadari berbagai
bentuk morfologis dan karakteristik mereka. Beberapa jenis kristal ada yang dianggap
abnormal.
4.1 Kristal Asam urat
Asam urat, suatu produk metabolisme dari pemecahan protein, ada di urin dalam
konsentrasi yang tinggi dan umumnya menghasilkan berbagai macam struktur kristal. Amorf
urate dapat digambarkan sebagai granular, birefringent, kristal tidak berwarna sampai kuning
mereka tampak sebagai butiran halus ketika diamati dengan pembesaran 10 x atau 40 × (
Gambar 5. ). Kristal ini sering terjadi ketika urin didinginkan. Kristal ini membentuk sedimen
warna merah muda di bagian bawah tabung centrifuge. Kebanyakan amorf urate larut ketika
ditambahkan larutan alkali ke sedimen atau bila urin dihangatkan setelah pendinginan.
GAMBAR 5. Kristal Amorf urat dalam urin. ( mikroskop cahaya, × 160.)
Kristal asam urat adalah pleomorfik dibanding semua kristal urin, mereka ada dalam
berbagai bentuk, seperti batang, kubus ( Gambar 6. ), mawar enam sisi, piring, rhombi, dan
seperti batu asahan. Mereka sangat birefringent dan bervariasi dalam ukuran. Kristal asam urat
larut dalam larutan alkali dan tidak larut dalam asam. Mereka biasanya tidak berwarna sampai
berwarna kuning pucat, pink atau coklat. Kristal asam urat sering dikaitkan dengan batu ginjal,
tetapi keberadaan mereka di urin orang normal adalah sangat umum.
GAMBAR ,6. Kristal asam urat (panah) dan sel skuamosa. Dalam gambar, kristal urat bentuk
genjang (a) dan tampak anisotropism di bawah sinar terpolarisasi (B). (mikroskop cahaya, × 80)
Dalam garam asam urat mungkin membentuk kristal lain , yaitu natrium dan kalium urate.
Hal ini dapat dilihat sebagai tidak berwarna, berbentuk kristal jarum dan spherules kecoklatan.
Penambahan setetes asam asetat glasial menunjukkan hasil spheroids
4.2 Kalsium Oksalat
Kristal kalsium oksalat yang paling sering diamati pada urine asam dan netral (
Gambar 7. ). Varian yang umum adalah bentuk dihidrat, sebuah oktahedral, kristal berwarna
mirip bentuk amplop. Kristal jenis ini ditemukan dalam urin normal, terutama setelah
menelan asam askorbat dalam dosis besar atau makanan yang kaya akan asam oksalat seperti
tomat atau asparagus. Bentuk lainnya adalah monohidrat, berbentuk seperti halter atau elips
tergantung pada apakah posisi datar atau miring ( Gambar. 8 ).
GAMBAR ,7. Kristal kalsium oksalat , bentuk dihidrat. berbentuk persegi seperti "bintang,"
atau "envelope ", penampilan yang khas. ( mikroskop cahaya, × 160.)
GAMBAR .8,. Kristal kalsium oksalat, bentuk monohidrat. Catatan penampilan oval ketika
berbaring datar, bentuk halter ketika miring. Dari urin pasien penyakit kuning. ( mikroskop
cahaya, × 160.)
4.3 Kristal Asam Hippuric
Kristal asam hippuric terkait dengan pH netral. Kristal ini biasanya tidak berwarna,
prisma memanjang dengan ujung piramida, juga bisa tipis dan berbentuk jarum. Mereka
birefringent dan terkait dengan diet tinggi buah-buahan dan sayuran yang mengandung sejumlah
besar asam benzoat
4.4 Kristal Amorf Fosfat
Kristal fosfat adalah kristal yang paling sering diamati terkait dengan urin alkali. Yang
paling sering dijumpai adalah kristal amorf fosfat., ini tidak dapat dibedakan dari kristal amorf
urat dalam urin asam. Kristal menghasilkan endapan putih di dasar tabung centrifuge. .
Kristal Triple Fosfat
Triple fosfat (amonium-magnesium fosfat) adalah kristal birefringent bentuknya mirip
sebuah "peti mati-tertutup" ( Gambar 9 ), birefringent dan sangat bervariasi dalam ukuran.
Kristal juga dapat ditemukan dalam urin netral dan larut dalam asam asetat.

GAMBAR .9. kristal Fosfat Triple dalam urin dengan latar belakang Gips hialin (panah) . (
mikroskop cahaya, × 160)
Kadang-kadang ditemukan dalam urin basa biasanya berbentuk "bintang"
4.5 Kristal Amonium Biurate
Kristal Amonium biurate memiliki bentuk "duri apel" ( Gambar 10. ) Berwarna coklat
kekuningan dan sering menunjukkan striations radial atau konsentris di pusat seperti "senjata"
atau spikula. Mereka biasanya ditemukan di dalam urin dengan pH netral dan larut dalam
natrium hidroksida. Mereka jarang ditemui pada urin normal.
GAMBAR 10. kristal Amonium biurate dalam urin.Berbentuk "kepiting ", spiculated kristal
merupakan ciri khas dan berkaitan dengan urin alkali. ( mikroskop cahaya, × 400.)
4.6 Kristal Kalsium Karbonat
Kristal karbonat kalsium berbentuk spherules-halter kecil ditemukan dalam urin basa (
Gambar. 11 ). Karena ukurannya yang kecil, mereka sering disangka bakteri. Bakteri tidak
birefringent. Kristal-kristal larut dalam asam asetat .

Gambar 11) berbentuk halter kalsium karbonat. Kristal yang ditampilkan di sini dengan
kristal triplefosfatkecil(mikroskop,).
5. Silinder / Torax
Silinder (cast) adalah massa protein berbentuk silindris yang terbentuk di tubulus ginjal
dan dibilas masuk ke dalam urine. Silinder terbentuk hanya dalam tubulus distal yang rumit atau
saluran pengumpul (nefron distal). Tubulus proksimal dan lengkung Henle bukan lokasi untuk
pembentukan silinder. Silinder dibagi-bagi berdasarkan gambaran morfologik dan komposisinya.
Faktor-faktor yang mendukung pembentukan silinder adalah laju aliran yang rendah, konsentrasi
garam tinggi, volume urine yang rendah, dan pH rendah (asam) yang menyebabkan denaturasi
dan precipitasi protein, terutama mukoprotein Tamm-Horsfall. Mukoprotein Tamm-Horsfall
adalah matriks protein yang lengket yang terdiri dari glikoprotein yang dihasilkan oleh sel epitel
ginjal. Semua benda berupa partikel atau sel yang terdapat dalam tubulus yang abnormal mudah
melekat pada matriks protein yang lengket.
6. Cystine
Cystine berbentuk heksagonal dan tipis. Kristal ini muncul dalam urine sebagai akibat dari
cacat genetik atau penyakit hati yang parah. Kristal dan batu cystine dapat dijumpai pada
cystinuria dan homocystinuria. Cystine terbentuk pada pH asam dan ketika konsentrasinya >
300mg. cystine crystalluria atau urolithiasis merupakan indikasi cystinuria, yang merupakan
kelainan metabolisme bawaan cacat yang melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal tertentu termasuk
asam amino sistin.

c. PEMERIKSAAN KIMIA

1. Pemeriksaan glukosa

Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain
itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara
reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain
glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan
seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara
reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada
cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.

Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa,
fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip
palsu pada urin yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi
40 mg/dl. Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena
peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk
mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing,
phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang
menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.
2. Pemeriksaan protein urin
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap
olehtubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi
150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan
sebagai proteinuria.Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan
fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat
menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan
mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah protein tinggi. Protein terdiri atas fraksi
albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk
penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan
hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan
petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.

Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif
terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan
mukoprotein. Protein Bence Jones merupakan protein globulin monoclonal yang dapat ditemui di
dalam darah dan urin yang berukuran kecil dengan berat molekul antara 22 hingga 24 kDa (kilo
Dalton). Pada keadaan normal, protein Bence Jones tidak ditemukan pada urin manusia. Jika
protein Bence Jones ditemukan pada urin seseorang, maka hal itu merupakan indikasi bahwa
orang tersebut menderita Multiple Myeloma yang dikenal juga dengan
nama Plasma Cell Myeloma atau Kahler’s disease. Multiple myeloma merupakan
bentuk kanker dari sel-sel plasma dimana sel-sel yang abnormal akan terakumulasi di tulang
sehingga menyebabkan terjadinya lesi atau luka pada tulang.
Adanya protein Bence Jones yang ditemukan pada urin digunakan sebagai penegakan
diagnosis awal atas seseorang yang menderita kegagalan ginjal sebagai manifestasi dari penyakit
Multiple Myeloma atau Kahler’s disease. Ukurannya yang kecil membuat protein Bence Jones
dapat lolos dari proses penyaringan (filtrasi) yang terjadi di ginjal. Keadaan ditemukannya
protein di dalam urin disebut proteinuria. Kadar protein yang tinggi di dalam urin atau adanya
gejala-gejala yang mengarah pada keadaan multiple myeloma merupakan dasar dilakukannya
pengujian (tes kuantitatif) protein Bence Jones. Urine immunofixation adalah metode pengujian
terbaik untuk mendeteksi protein Bence Jones. Prinsipnya adalah mendeteksi melalui proses
pengendapan yang terjadi sebagai akibat dari terjadinya reaksi spesifik antara Antigen (dalam hal
ini adalah protein Bence Jones) dengan Antibodi. Pengendapan dapat dilihat langsung dengan
mata telanjang atau mikroskop.
3. Bilirubin
Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk ( bilirubin terkonjugasi )
karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan
diekskresikan ke dalam urine apabila kadar bilirubin dalam darah meningkat. Bilirubinuria
dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif,
kanker hati (sekunder), dan CHF disertai ikterik.
4. Urobilinogen
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area
duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sebagian besar
urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah, disini
urobilinogen diproses ulang menjadi empedu dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam
urine oleh ginjal.Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi apabila fungsi sel hepar
menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi
batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen meninggi dapat dijumpai pada
destruksi hemoglobin berlebihan ( ikterik hemolitika atau anemia hemolitik ), kerusakan
parenkim hepar seperti toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, dan keganasan hepar,
penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, dan
anemia sel sabit. Urobilinogen dalam urine menurun pada ikterik obstruktif, kanker pankreas,
penyakit hati yang parah ( jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit ), penyakit inflamasi
yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan
oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
5. PH URINE

Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran
pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada status asam-
basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh
konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa
menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-
obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa juga dapat mempengaruhi pH
urine. Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan
berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap
albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan
mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine
dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat.
Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :
- pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih (Proteus atau
Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus
ginjal, spesimen basi.
- pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis sistemik (kecuali
pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urine
dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman.

6. Badan Keton

Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat) diproduksi untuk
menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat digunakan. Asam aseotasetat dan asam β-
hidroksibutirat merupakan bahan bakar respirasi normal dan sumber energi penting terutama
untuk otot jantung dan korteks ginjal. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton
sudah mencukupi maka akan diekskresi ke dalam urine, dan apabila kemampuan ginjal untuk
mengekskresi keton telah melampaui batas, maka terjadi ketonemia. Benda keton yang dijumpai
di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat (kelaparan, tidak seimbangnya diet
tinggi lemak dengan rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan
gastrointestinal), gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes), sehingga tubuh mengambil
kekurangan energi dari lemak atau protein, febris.
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis
infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal,
memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi),
dan skrining terhadap status kesehatan umum. Adapun pemeriksaan urinalisis ada pemeriksaan
secara fisik, mikroskopis, dan kimia. Pemeriksaan fisik(makoskopis) yaitu jumlah urine, bau,
buih, kejernihan, warna, dan berat jenisnya. Pemeriksaan mikroskopis yaitu melihat sel darah
merah, sel darah putih, toraks/silinder, sel epitel, dan Kristal. Pemeriksaan kimia yaitu terdiri dari
urobilinogen, bilirubin, protein, glukosa, badan keton, dan PH.

SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama mahasiswa dan semoga
makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi dan forum terbuka.

Anda mungkin juga menyukai