Anda di halaman 1dari 17

PENGERTIAN TIDUR

Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat


dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai, atau dapat juga
dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan
hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih
merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya
aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat
perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respons terhadap
rangsangan dari luar.

FISIOLOGI TIDUR
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh
adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk
mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun.
Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivan retikularis
yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan
susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat
pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam
mensensefalon dan bagian atas pons. Selain itu, reticular activating
system (RAS) dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran,
nyeri, perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses pikir.

JENIS – JENIS TIDUR


Dalam prosesnya tidur dibagi kedalam dua jenis yaitu :
1. Tidur gelombang lambat
Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh,
atau dikenal dengan tidur nyenyak. Pada tidur jenis ini, gelombang
otak bergerak lebih lambat, sehingga menyebabkan tidur tanpa
bermimpi. Ciri-ciri tidur gelombang lambat yaitu betul-betul istirahat
penuh, tekanan darah menurun, frekuensi nafas menurun, pergerakan
bola mata melambat, mimpi berkurang dan metabolisme turun.

Tahapan tidur jenis gelombang lambat


a. Tahap I
Merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri
sebagai berikut ; rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa
mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping,
frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, dapat bangun segera
selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.
b. Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun
dengan ciri sebagai berikut ; mata pada umumnya menetap,
denyut jantung dan frekuensi napas menurun, temperatur tubuh
menurun, metabolisme menurun, berlangsung pendek dan
berakhir 10 – 15 menit.
c. Tahap III
Merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi
napas dan proses tubuh lainnya lambat, disebabkan oleh adanya
dominasi sistem saraf parasimpatis dan sulit untuk bangun.
d. Tahap IV
Merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung
dan pernapasan turun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan,
gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun, dan tonus otot
menurun.

2. Tidur paradoks
Tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi
selama 5 – 20 menit, rata – rata timbul 90 menit. Periode pertama
terjadi selama 80 – 100 menit, akan tetapi bila kondisi orang sangat
lelah, maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada.
Ciri tidur paradoks adalah sebagai berikut :
 Biasanya disertai dengan mimpi yang aktif.
 Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur gelombang
lambat.
 Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan
inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi
retikularis.
 Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur.
 Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak
teratur.
 Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular,
tekanan darah meningkat, sekresi gaster meningkat, dan
metabolisme meningkat.
 Tidur ini penting untuk keseimbengan mental, emosi, juga
berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi.

FUNGSI DAN TUJUAN TIDUR


Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi
diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan
mental, emosional, kesehatan, mengurangi stres pada paru,
kardiovaskuler, endokrin, dll. Energi disimpan selam tidur sehingga
dapat diarahkan kembali pada fungsi seluler yang penting. Secara
umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur : pertama, efek pada
sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal
dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf ; kedua, efek pada
struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ
tubuh karena selama tidur terjadi penurunan.

KEBUTUHAN TIDUR
Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat
perkembangan. Tabel kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia.

USIA TINGKAT JUMLAH


PERKEMBANGAN KEBUTUHAN
TIDUR
0 – 1 bulan Masa neonatus 14 – 18 jam/hari
1 bulan –18 bulan Masa bayi 12 – 14 jam/ hari
18 bulan –3 tahun Masa anak 11 – 12 jam/ hari
3 tahun – 6 tahun Masa prasekolah 11 jam/ hari
6 tahun –12 tahun Masa sekolah 10 jam/ hari
12tahun –18 tahun Masa remaja 8,5 jam/ hari
18tahun –40 tahun Masa dewasa muda 7 – 8 jam/ hari
40tahun –60 tahun Masa paruh baya 7 jam/ hari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/ hari

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBUTUHAN


TIDUR
Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu
untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan
kebutuhannya, diantaranya :
 Penyakit
 Latihan dan kelelahan
 Stres psikologis
 Obat
 Nutrisi
 Lingkungan
 Motivasi

MASALAH KEBUTUHAN TIDUR


Insomnia
Merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur
yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur
yang hanya sebentar atau susah tidur.
Hipersomnia
Merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan.
Parasomnia
Merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat
mengganggu pola tidur.
Apne Tidur dan Mendengkur
Mendengkur pada umumnya tidak termasuk dalam gangguan
tidur, tetapi mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat
menjadi masalah.
Narcolepsi
Merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur.
Mengigau
Mengigau dikatagorikan dalam gangguan tidur bila terlalu
sering dan di luar kebiasaan.

Gangguan Pola Tidur Secara Umum


Merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami atau
mempunyai risiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istirahat
yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup
yang diinginkan.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Istirahat dan Tidur


A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan
istirahat dan tidur ini, antara lain : riwayat tidur, gejala klinis,
dan penyimpangan dari tidur.
1. Riwayat tidur
Pengkajian riwayat tidur antara lain : kuantitas ( lama
tidur ) dan kualitas tidur di siang maupun malam hari,
aktivitas dan rekreasi yang dilakukan sebelumnya,
kebiasaan sebelum ataupun pada saat tidur, lingkungan
tidur, dengan siapa pasien tidur, obat yang di konsumsi
sebelum tidur, asupan dan stimulan, perasaan pasien
mengenai tidurnya, apakah ada kesulitan tidur, dan apakah
ada perubahan pola tidur.
2. Gejala Klinis
Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi,
apatis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak
mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih, perhatian
tidak fokus serta sakit kepala.
3. Penyimpangan Tidur
Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan
auditorik, meningkatnya kegelisahan, gangguan persepsi,
halusinasi visual dan auditorik, bingung dan disorientasi
tempat dan waktu, gangguan koordinasi, serta bicara rancu,
tidak sesuai dan intonasinya tidak teratur.
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan pada masalah istirahat dan
tidur adalah sebagai berikut :
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan :
 Kerusakan transpor oksigen
 Gangguan metabolisme
 Kerusakan eliminasi
 Pengaruh obat
 Immobilitas
 Nyeri pada kaki
 Takut operasi
 Lingkungan yang mengganggu
2. Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk tidur,
henti napas saat tidur ( sleep apnea ) dan ketidakmampuan
mengawasi perilaku
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan
insomnia
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan henti
napas saat tidur
5. Potensial cedera berhubungan dengan somnambolisme
6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan
penyimpangan tidur hipersomnia

C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
Perencanaan keperawatan berhubungan dengan cara untuk
mempertahankan kebutuhan istirahat dan tidur dalam batas
normal.
Rencana Tindakan :
 Lakukan identifikasi faktor yang memengaruhi masalah
tidur
 Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal-hal
yang dapat mengganggu tidur
 Tingkatkan aktivitas pada siang hari
 Coba untuk memicu tidur ( induce sleep )
 Kurangi potensial cedera selama tidur
 Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika
diperlukan

D. Pelaksanaan ( Tindakan ) Keperawatan


Tindakan Keperawatan Pada Orang Dewasa
1. Mengidentifikasi faktor yang memengaruhi masalah tidur.
Faktor yang menyebabkan gangguan tidur bermacam-macam.
Biasanya, pasien dapat mengidentifikasi penyebab masalah-
masalah gangguan tidur, seperti nyeri, takut, kecemasan, dan
lain-lain. Perawat dan pasien dapat mengidentifikasikan
penyebab atau mengkaji riwayat tidur pasien.
a. Apabila terjadi pada pasien rawat inap, masalah tidur
dihubungkan dengan lingkungan rumah sakit dan
penyakitnya, maka tindakan yang dapat diberikan
adalah :
 Libatkan pasien dalam membuat jadwal aktivitas
 Berikan obat analgesik sesuai dengan program
terapi
 Berikan lingkungan yang suportif
 Jelaskan dan berikan dukungan kepada pasien
agar tidak takut dan cemas
b. Apabila faktor insomnia, maka hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasinya adalah :
 Anjurkan pasien untuk makan makanan
berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju dan
susu
 Anjurkan pasien untuk tidur pada waktu yang
sama dan hindari tidur di siang atau sore hari
 Anjurkan pasien untuk tidur hanya saat
mengantuk dan tidak pada waktu kesadaran
masih penuh
 Anjurkan pasien untuk menghindari kegiatan
yang membangkitkan minat sebelum tidur
 Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik
pelepasan otot serta meditasi sebelum tidur
c. Apabila terjadi somnambulisme, maka tindakan yang
dilakukan untuk mengatasinya adalah :
 Berikan keamanan pada diri pasien dengan
melindunginya dari lingkungan yang tidak
aman, misalnya memasang kunci pintu yang
baik
 Lakukan kolaborasi dalam tindakan pengobatan
dengan diazepam
 Cegah timbulnya cedera
d. Apabila terjadi enuresa, maka tindakan yang dilakukan
untuk mengatasinya adalah :
 Anjurkan pasien untuk mengurangi minum
beberapa jam sebelum tidur
 Anjurkan pasien untuk melakukan pengosongan
kandung kencing sebelum tidur
 Bangunkan pasien pada malam hari untuk buang
air kecil
e. Apabila terjadi narkolepsi, maka tindakan yang
dilakukan untuk mengatasinya adalah :
 Berikan obat seperti kelompok amfetamin atau
kelompok metilfenidat hidroklorida ( Ritalin )
yang digunakan untuk mengendalikan
narkolepsi sebagai tindakan kolaboratif
2. Mengurangi distraksi lingkungan dan hal-hal yang mengganggu
tidur.
Distraksi lingkungan adalah masalah utama untuk pasien rawat
inap. Cara mengurangi distraksi lingkungan antara lain :
 Tutup pintu kamar pasien
 Pasang kelambu / gorden tempat tidur
 Matikan pesawat telepon
 Bunyikan musik yang lembut
 Redupkan atau matikan lampu
 Berikan lampu tidur ( malam )
 Kurangi jumlah stimulus
 Tempatkan pasien dengan kawan sekamar yang cocok
3. Meningkatkan aktivitas pada siang hari
 Buat jadwal aktivitas yang dapat menolong pasien.
Jadwal harus disesuaikan dengan status kesehatan
pasien atau sesuai dengan kebutuhan istirahat dan tidur
 Usahakan pasien tidak banyak tidur pada siang hari
karena jika banyak tidur pada siang hari, malamnya
tidak bisa tidur
4. Membuat pasien untuk memicu tidur
 Anjurkan pasien untuk mandi sebelum tidur
 Anjurkan pasien untuk minum susu hangat
 Anjurkan pasien untuk membaca buku
 Anjurkan pasien untuk menonton televisi
 Anjurkan pasien untuk menggosok gigi sebelum tidur
 Anjurkan pasien untuk membersihkan muka sebelum
tidur
 Anjurkan pasien untuk membersihkan tempat tidurnya
terlebih dahulu sebelum tidur
5. Mengurangi potensial cedera selama tidur
Banyak pasien takut untuk pergi tidur karena takut jatuh dari
tempat tidur, takut untuk jalan ke kamar mandi atau tersandung
furniture.
Cara penanganan yang spesifik mengenai masalah ini adalah :
 Gunakan cahaya lampu malam
 Posisikan tempat tidur yang rendah
 Letakkan bel dekat pasien
 Ajarkan pasien bagaimana cara meminta bantuan
 Jika pasien menggunakan selang drainase, gantungkan
di tempat tidur dan ajarkan bagaimana cara
memindahkannya
6. Memberikan pendidikan kesehatan dan rujukan
 Ajarkan rutinitas jadwal tidur di rumah dengan cara
mengatur jadwal bekerja, istirahat, tidur dan bangun
pada waktunya
 Ajarkan pentingnya latihan regular kurang lebih ½ jam
tiap tiga kali seminggu untuk menurunkan stress dan
meningkatkan tidur
 Jelaskan bahwa obat hipnotik tidak boleh digunakan
untuk jangka waktu yang lama karena berisiko terhadap
terjadinya toleransi obat
 Apabila gangguan tidur kronis, lakukan rujukan segera
 Untuk wanita hamil, ajarkan untuk tidak berdiri jika
mampu duduk tinggikan kaki ketika duduk, jangan
duduk jika bisa tidur, sesuaikan jadwal untuk bisa tidur
siang dan lain-lain.

Tindakan Keperawatan Pada Anak


1. Masa neonatus dan bayi
 Beri sprei yang kering dan tebal untuk menutupi perlak.
Buat permukaan kasur tegang dan rata
 Hindarkan pemberian bantal yang terlalu banyak
 Atur suhu ruangan menjadi sekitar 18-210C pada malam
hari dan 15,5-180C pada siang hari. Hindarkan pasien
dari angin dan pakaikan selimut
 Berikan cahaya lampu yang lembut
 Yakinkan bahwa bayi merasa nyaman dan kering
 Berikan aktivitas yang tenang sebelum menidurkan
bayi, misalnya membelai, meminang, bersenandung dan
berikan lingkungan yang nyaman
2. Masa anak
 Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang secara
konsisten
 Temple jadwal tidur
 Berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur
 Dukung aktivitas “ pereda ketegangan “ seperti
bercerita dan memberikan mainan
3. Masa sebelum sekolah
 Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang secara
konsisten
 Tempel jadwal tidur
 Berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur
 Dukung aktivitas “ pereda ketegangan “ seperti
bercerita dan memberikan mainan
 Sering perlihatkan ketergantungan selama menjelang
tidur
 Dorong pasien untuk mengekspresikan ketakutannya
dan jelaskan bahwa perawat selalu dekat dengannya
 Nyalakan lampu yang agak terang
4. Masa sekolah
 Perawat perlu mengingatkan waktu istirahat dan tidur
karena anak pada usia ini memiliki banyak aktivitas
5. Masa remaja
Usia ini sering memerlukan waktu sebelum tidur yang cukup
lama untuk berdandan dan membersihkan diri.
6. Masa dewasa ( muda, paruh baya, dan tua )
a. Bantu pasien melepaskan ketegangan sebelum tidur
 Berikan hiburan
 Kurangi rasa nyeri
 Bersihkan tempat tidur sehingga tempat tidur
nyaman dan bebas dari bau-bauan
b. Sediakan lingkungan di mana pasien merasa aman dan
nyaman serta dekat dengan perawat.
 Berikan selimut sehingga tidak kedinginan
 Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi
 Berikan makanan ringan atau susu hangat sebelum
tidur
 Berikan obat sedative sesuai dengan program terapi
kolaboratif
 Bantu pasien untuk mendapatkan posisi tidur yang
nyaman

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan tidur dan istirahat
dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam memenuhi :
1. Jumlah tidur, apakah sesuai dengan kebutuhan
2. faktor-faktor yang mencegah gangguan tidur
3. teknik-teknik yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan
tidur
4. mendemonstrasikan adanya keseimbangan istirahat dan tidur
sesuai dengan status kesehatan pasien
5. hilangnya tanda klinis gangguan tidur dan penyimpangan pada
pasien, seperti timbulnya perasaan segar, tidak gelisah, lesu dan
apatis, hilangnya kehitaman di daerah sekitar mata, mulai
menghilangnya kelopak mata yang bengkak, tidak adanya
konjungtiva merah dan mata perih, pasien sudah dapat
berkonsentrasi penuh, serta tidak ditemukan gangguan proses
berpikir, bicara dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

POTTER & PERRY.2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Alimul Azis.2006.Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika

Allen, Carol Vestal, 1998, Memahami Proses Keperawatan dengan


Pendekatan Latihan, alih bahasa Cristantic Effendy, Jakarta :
EGC.
Alfaro, R., 1998, Application of Nursing Process A Step by Step Guide,
Philadelphia : J.B. Lippincot Co.
Belland, Kethleen Hoerth & Wells, Mary Ann, 1986, Clinical Nursing
Procedures, California : Jones and Bartlett Publisher.
Carpenito, LJ., 1993, Nursing Diagnosis : Application to Clinical
Practice, 5th edition, Philadelphia : Lippincott.

Anda mungkin juga menyukai