Assertive training therapy terbagi menjadi 6 (enam) sesi (modifikasi assertive
training therapy wahyuningsih, 2009 dan novianti, 2010), yaitu :
1. Sesi I : memahami perbedaan karakteristik komunikasi asertif,
agresif dan pasif di dalam keluarga. Pada sesi ini diharapkan agar istri dapat mengetahui perbedaan karakteristik mengenai perilaku dan kmunikasi asertif, agresif dan pasif di dalam keluarga. Perilaku asertif adalah suatu perilaku yang menyatakan secara langsung suatu ide, opini dan keinginan seseorang kepada orang lain. Individu yang memiliki perilkau aseritf akan memulai komunikasi dengan cara yang tidak menyakiti perasaan orang lain sehingga dapat menyampaikan kepedulian dan rasa penghargaan mereka. Komunikasi yang asertif akan membantu seseorang untuk saling menghargai, sehingga mampu berbicara dan percaya diri. Cara berkomunikasi seperti ini akan juga mampu membantu seseorang untuk menyelesaikan konflik dengan orang lain (Besty, 2009). Seseorang yang memiliki perilaku agresif ingin selalu “menang” dengan cara mendominasi atau mengintimidasi orang lain. Orang dengan perilaku agresif lebih cenderung untuk menginginkan kepentingannya sendiri atau sudut pandangnya sendiri agar terpenuhi tetapi tidak peduli terhadap perasaan, pemikiran dan kebutuhan orang lain. Perilaku agresif dapat terjadi secara tiba-tiba, fase-fase dalam terjadinya perilaku agresif terdiri dari fase pemicu, fase eskalasi, fase krisis, fase pemulihan dan fase pascakritis. Perilaku pasif memiliki tujuan untuk menghindari konflik dengan cara apapun. Perilaku pasif antara lain: memenuhi semua keinginan pasangan walaupun tidak mampu untuk memenuhinya, memilih diam ketika pasangan mengatakan sesuatu yang bertentangan, mengatakan “ya” bila ingin mengatakan “tidak”, dan membisu ketika seseorang mengatakan sesuatu yang menghina atau menyerang. Tujuan dari sesi ini adalah agar istri memahami perbedaan antara asertif, agresif dan pasif : definisi, ciri-ciri, bahasa tubuh, respon suami terhadap ketiga jenis komunikasi. 2. Sesi II : menjadi pendengar aktif terhadap keluhan suami. Mendengar secara asertif menunjukkan seseorang mendengar dengan penuh perhatian, mempertahankan kontak mata dan menunjukkan penerimaan terhadap apa yang dikatakan dengan memberikan respon (townsend, 2009). Struart dan sundeen (1998) menjelaskan bahwa sikap yang dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang baik meliputi : (1). Pandangan saat berbicara atau kontak mata, (2). Tidak menyilangkan kaki dan tangan , (3). Hindari tindakan yang tidak diperlukan ,(4). Anggukan kepala jika mendengar hal penting atau memerlukan umpan balik, (5). Condongkan tubuh ke arah lawan bicara. (6). Postur tubuh, (7). Gerak isyarat, (8). Ekspresi wajah, (9). Suara, pilihan kalimat, (10). Tingkat kecemasan yang terjadi, (11). Kesungguhan , (12). Motivasi. Tujuan dari sesi II ini adalah memanfaatkan waktu “diam” untuk memikirkan respon apa yang akan dikeluarkan dan mempelajari bahasa tubuh yang menunjukkan keterbukaan dan penerimaan. 3. Sesi III : menyampaikan perbedaan pendapat dalam mengambil keputusan bersama suami. Pasangan suami istri sering kali mengalami perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat dapat menjadi suatu konflik jika tidak dikelola dengan benar (nurcahyanti, 2010). Tujuan dari sesi III ini adalah agar istri mampu mengidentifikasi perbedaan pendapat yang muncul antara suami dan istri dan bekerjasama dalam mengambil keputusan. 4. Sesi IV : menyampaikan harapan istri untuk merubah perilaku negatif suami. Setiap pasangan memiliki harapan terhadap perkawinannya. Harapan yang tidak dipersepsikan secara benar oleh pasangan suami istri akan menyebabkan timbulnya perasaan dikhianati dan disakiti ketika tidak diperhatikan oleh pasangannya. Tujuan sesi IV ini adalah istri mampu merubah perilaku suami yang kurang menyenangkan. 5. Sesi V : mengatakan “tidak” untuk permintaan suami yang tidak rasional. Seringkali suami istri tidak dapat menolak permintaan pasangan dan memenuhi semua kegiatan pasangan walaupun tidak mampu untuk memenuhinya, memilih diam ketika pasangan mengatakan sesuatu yang bertentangan, mengatakan “ya” bila ingn mengatakan “tidak” . dan membisu ketika seseorang mengatakan sesuatu yang menghina atau menyerang. Tujuan sesi V ini adalah istri mampu menolak permintaan suami yang tidak rasional. 6. Sesi VI : sharing mempertahankan perubahan asertif dalam berbagi situasi. Tujuan dari sesi VI ini adalah istri mampu mengidentifikasi perilaku asertif yang telah dilatih, menyampaikan manfaat perubahan perilaku asertif, mengungkapkan hambatan latihan perilaku asertif dan menggunakan perubahan perilaku asertif pada situasi yang berbeda.