Anda di halaman 1dari 2

BAB III

PELAKSANAAN ASSERTIVE TRAINING THERAPY

Assertive training therapy terbagi menjadi 6 (enam) sesi (modifikasi assertive


training therapy wahyuningsih, 2009 dan novianti, 2010), yaitu :

1. Sesi I : memahami perbedaan karakteristik komunikasi asertif,


agresif dan pasif di dalam keluarga.
Pada sesi ini diharapkan agar istri dapat mengetahui perbedaan
karakteristik mengenai perilaku dan kmunikasi asertif, agresif dan pasif di
dalam keluarga. Perilaku asertif adalah suatu perilaku yang menyatakan
secara langsung suatu ide, opini dan keinginan seseorang kepada orang
lain. Individu yang memiliki perilkau aseritf akan memulai komunikasi
dengan cara yang tidak menyakiti perasaan orang lain sehingga dapat
menyampaikan kepedulian dan rasa penghargaan mereka.
Komunikasi yang asertif akan membantu seseorang untuk saling
menghargai, sehingga mampu berbicara dan percaya diri. Cara
berkomunikasi seperti ini akan juga mampu membantu seseorang untuk
menyelesaikan konflik dengan orang lain (Besty, 2009).
Seseorang yang memiliki perilaku agresif ingin selalu “menang” dengan
cara mendominasi atau mengintimidasi orang lain. Orang dengan perilaku
agresif lebih cenderung untuk menginginkan kepentingannya sendiri atau
sudut pandangnya sendiri agar terpenuhi tetapi tidak peduli terhadap
perasaan, pemikiran dan kebutuhan orang lain. Perilaku agresif dapat
terjadi secara tiba-tiba, fase-fase dalam terjadinya perilaku agresif terdiri
dari fase pemicu, fase eskalasi, fase krisis, fase pemulihan dan fase
pascakritis.
Perilaku pasif memiliki tujuan untuk menghindari konflik dengan cara
apapun. Perilaku pasif antara lain: memenuhi semua keinginan pasangan
walaupun tidak mampu untuk memenuhinya, memilih diam ketika
pasangan mengatakan sesuatu yang bertentangan, mengatakan “ya” bila
ingin mengatakan “tidak”, dan membisu ketika seseorang mengatakan
sesuatu yang menghina atau menyerang.
Tujuan dari sesi ini adalah agar istri memahami perbedaan antara asertif,
agresif dan pasif : definisi, ciri-ciri, bahasa tubuh, respon suami terhadap
ketiga jenis komunikasi.
2. Sesi II : menjadi pendengar aktif terhadap keluhan suami.
Mendengar secara asertif menunjukkan seseorang mendengar dengan
penuh perhatian, mempertahankan kontak mata dan menunjukkan
penerimaan terhadap apa yang dikatakan dengan memberikan respon
(townsend, 2009). Struart dan sundeen (1998) menjelaskan bahwa sikap
yang dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang baik meliputi : (1).
Pandangan saat berbicara atau kontak mata, (2). Tidak menyilangkan kaki
dan tangan , (3). Hindari tindakan yang tidak diperlukan ,(4). Anggukan
kepala jika mendengar hal penting atau memerlukan umpan balik, (5).
Condongkan tubuh ke arah lawan bicara. (6). Postur tubuh, (7). Gerak
isyarat, (8). Ekspresi wajah, (9). Suara, pilihan kalimat, (10). Tingkat
kecemasan yang terjadi, (11). Kesungguhan , (12). Motivasi.
Tujuan dari sesi II ini adalah memanfaatkan waktu “diam” untuk
memikirkan respon apa yang akan dikeluarkan dan mempelajari bahasa
tubuh yang menunjukkan keterbukaan dan penerimaan.
3. Sesi III : menyampaikan perbedaan pendapat dalam mengambil
keputusan bersama suami.
Pasangan suami istri sering kali mengalami perbedaan pendapat.
Perbedaan pendapat dapat menjadi suatu konflik jika tidak dikelola dengan
benar (nurcahyanti, 2010). Tujuan dari sesi III ini adalah agar istri mampu
mengidentifikasi perbedaan pendapat yang muncul antara suami dan istri
dan bekerjasama dalam mengambil keputusan.
4. Sesi IV : menyampaikan harapan istri untuk merubah perilaku
negatif suami.
Setiap pasangan memiliki harapan terhadap perkawinannya. Harapan yang
tidak dipersepsikan secara benar oleh pasangan suami istri akan
menyebabkan timbulnya perasaan dikhianati dan disakiti ketika tidak
diperhatikan oleh pasangannya. Tujuan sesi IV ini adalah istri mampu
merubah perilaku suami yang kurang menyenangkan.
5. Sesi V : mengatakan “tidak” untuk permintaan suami yang tidak
rasional. Seringkali suami istri tidak dapat menolak permintaan pasangan
dan memenuhi semua kegiatan pasangan walaupun tidak mampu untuk
memenuhinya, memilih diam ketika pasangan mengatakan sesuatu yang
bertentangan, mengatakan “ya” bila ingn mengatakan “tidak” . dan
membisu ketika seseorang mengatakan sesuatu yang menghina atau
menyerang. Tujuan sesi V ini adalah istri mampu menolak permintaan
suami yang tidak rasional.
6. Sesi VI : sharing mempertahankan perubahan asertif dalam berbagi
situasi. Tujuan dari sesi VI ini adalah istri mampu mengidentifikasi
perilaku asertif yang telah dilatih, menyampaikan manfaat perubahan
perilaku asertif, mengungkapkan hambatan latihan perilaku asertif dan
menggunakan perubahan perilaku asertif pada situasi yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai