Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
KELOMPOK : XX
1. ANITA (B1D015025)
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kesempatan kepada
praktikan untuk menyelesaikan laporan MK. Praktikum manajemen ternak potong dan kerja.
Shalawat dan salam praktikan sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang penuh kasih
sayang menyampaikan risalah Allah kepada umat manusia.
Praktikan
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
4.1.7.Pendapatan Peternak.............................................................
4.2 Pembahasan
4.2.1 Latar Belakang Peternak…………………………………..
4.2.2 Tata Laksana Pemeliharaan………………………………….
4.2.3 Perkandangan Dan Kesehatan…………………………….
4.2.4 Produktivitas Ternak………………………………………
4.2.5 Reproduksi Ternak…………………………………………
4.2.6 Pendapatan ternak…………………………………………
4.2.7 Kendala Utama Yang dihadapi Peternak…………………
LAMPIRAN ...................................................................................................
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Sapi bali (Bos Sondaicus) yang ada diNTB merupakan bangsa sapi potong asli dan
murni. Indonesia telah mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat sapi tersebut
memiliki sifat unggul yaitu tingkat reproduksinya tinggi, mudah beradaptasi dan selektif
terhadap pakan dibandingkan dengan sapi potong asli lainnya. Sapi bali sering disebut
sapi perintis meskipun disebut sapi perintis, masih ada persyaratan lingkungan yang harus
diperhatikan seperti di ketahui sapi bali merupakan sapi banteng liar yang pada saat ini
masih ditemukan dibeberapa lokasi dipulau jawa.
LANDASAN TEORI
Sapi potong adalah sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena
karakteristik yang dimilikinya seperti tingkat pertumbuhannya cepat dan kualitas
daging cukup baik. Sapi-sapi inilah yang umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan,
yang dipelihara secara intensif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh
pertambahan berat badan yang ideal untuk dipotong (Abidin, 2002).
Sapi Bali dikenal dengan namaBalinese cow yang kadang-kadang disebut juga
dengan nama Bibos javanicus. Berdasarkan hubungan silsilah famili Bovidae,
kedudukan sapi Bali diklasifikasikan ke dalam subgenus Bibovine tetapi masih
termasuk genus bos. Sapi Bali ini diduga berasal dari pulau Bali, pulau ini sekarang
merupakan pusat penyebaran/distribusi sapi untuk Indonesia, karena itu dinamakan
sapi bali yang didomestikasi sejak zaman rasejarah 3500 SM (Payne dan Rollinson,
1973).
1. Perkandangan
Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi,
mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan
adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga (Siregar,
2006).
2. Pemilihan Bibit
Pemilihan bibit akan menentukan majunya peternakan yang akan
dikembangkan. Bangsa-bangsa tertentu cocok apabila keadaan iklim dan pakan sesuai
sehingga mampu memberikan keuntungan tertentu dibandingakan bangsa lainnya.
Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung pada kesukaan peternak, keadaan lingkungan,
kemampuan adaptasi, efisiensi reproduksi, kemauan memelihara dan menyusui anak,
ukuran badan dan pertambahan berat badan. (Blakely dan Blade, 1996)
3. Pakan
Menurut Murtidjo (1990) bahan pakan digolongkan menjadi 3 yaitu pakan
hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan. 1). Pakan hijauan yaitu semua bahan
pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan. Yang
termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa dan tumbuhan lain. Semuanya dapat
diberikan untuk ternak dengan 2 macam bentuk yaitu berupa hijauan segar dan kering.
2). Pakan penguat
yaitu pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar relative
rendah dan mudah dicerna, meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti
jagung giling, menir, hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, bungkil kelapa,
tetes. 3). Pakan tambahan biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea. Pakan
tambahan dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif yang hidupnya berada
dalam kandang secara terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara lain vitamin A
dan D, mineral terutama Ca dan P, urea. (Anonimous, 1983).
4. Penanganan Limbah
Limbah peternakan dapat mendatangkan keuntungan yang berpotensi apabila
dikelola dengan baik. Kotoran cair dan padat dari ternak pada umumnya digunakan
sebagai pupuk organik bagi tanaman pertanian ataupun lahan hiajuan makanan ternak
(Darmono, 1992).
5. Reproduksi
a. Pelaksanaan Perkawinan
Berdasarkan standart Departemen Pertanian (2006), sapi pejantan yang
digunakan sebagai pemacek harus memenuhi kriteria sebagai berikut: umur 3 – 4
tahun, kesehatan organ reproduksi secara umum baik, libido tinggi, tidak cacat
dan bobot badan diatas 300 kg.
b. Pemeriksaan Kebuntingan
Salah satu cara untuk cara untuk memeriksa kebuntingan pada ternak yaitu
palpasi rektal. Palpasi rektal pada sapi dilakukan dengan meraba uterus melalui
rektum rectal untuk mengetahui perkembangan fetus bila terjadi kebutingan.
Metode ini dilakukan pada masa awal kebuntingan hasilnya, cukup akurat dan
dapat diketahui segera (Hafez, 1993).
c. Tahap-tahap Kelahiran
Kelahiran ternak terdiri dari tiga tahap yaitu : 1) adanya kontraksi aktif
serabut-serabut urat daging longitudinal, sirkuler pada dinding uterus dan dilatasi
cervix. 2) pemasukan fetus kedalam saluran kelahiran yang berdilatasi, rupture
kantung allantois, kontraksi abdominal atau perejanan dan pengeluaran fetus
melalui vulva. 3) pengeluaran selaput fetus dan involusi uterus, sesudah
pengeluaran fetus uterus tetap berkontraksi secara kuat selama 48 jam dan
melemah (Gillitte dan Holm, 1963).
d. Penanganan Kelahiran
Menurut Kirk (2006) pedet yang baru lahir tidak memiliki antibodi untuk
memproteksi dirinya dari penyakit. Sesaat setelah dilahirkan induk memberikan
antibodi pasif melalui pemberian kolostrum, kolostrum mengandung antibodi
dalam bentuk immunoglobulin (Ig) yang dapat melindungi pedet dari serangan
penyakit.
e. Recording dan Identifikasi Pada Pedet
Penandaan pada ternak, sangat penting untuk recording yang akurat untuk tiap
ternak, dalam program pemuliaan ternak adanya tanda pada ternak akan
mempermudah untuk mengetahui silsilah dari tiap ternak. Selain itu adanya tanda
pada ternak yang didukung oleh recording yang akurat dapat memberikan
gambaran produksi dari ternak tersebut (Ebert, 2006).
2.2 Usaha Ternak Potong
Gunardi (1998) dalam Tomatala (2008) mengemukakan bahwa usaha untuk mencapai
tujuan pengembangan ternak sapi dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu (1)
pendekatan teknis dengan meningkatkan kelahiran ternak, menurunkan kematian,
mengontrol pemotongan ternak dan perbaikan genetic ternak; (2) pendekatan terpadu
yang merupakan teknologi produksi, manajemen ekonomi, pertimbagan social budaya
yang tercakup dalam sapta usaha peternakan serta pembentukan kelompok peternak yang
bekerjasama dengan instansi-ianstansi terkait dan (3) pendekatan agribisnis dengan
tujuan mempercepat pengembangan peternakan melalui integarsi dari keempat aspek
(lahan, pakan,plasma nutfah dan sumberdaya manusia), proses produksi,pengolahan hasil
dan pemasaran.
Pola pengembangan ternak sapi potong rakyat pada prinsipnya terdapat dua model,
yakni (1) pola swadaya dan (2) pola kemitraan. Pola swadaya merupakan pola
pengembangan peternakan rakyat yang mengandalkan swadaya dan swadana peternak
baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan pola kemitraan (PIR-NAK)
merupakan kerjasama antara perusahaan inti dengan peternak rakyat sebagai plasma
dimana dalam kerjasama atau kemitraan ini, seluruh kegiatan pra-produksi, produksi
hingga pasca produksi dilakukan dengan kerjasama antara plasma dan inti
(Daryanto,2007).
BAB III
METODE PENGAMATAN
NILAI
NO VARIABEL SATUAN Rata- Standar Persentase
Jumlah
rata Deviasi (%)
1 Jumlah -
Orang 7 - -
Responden
2 Umur Tahun 284 40,5 -
3 Pendidikan
Tidak Sekolah Orang 3 - - 42,8
SD Orang 2 - - 28,5
SMP Orang - - - 25
SMA Orang - - - -
Sarjana Orang 2 - - 28,5
4 Pengalaman -
Tahun 82 11,7
Beternak
5 Kepemilikan
Pekarangan Are 31,5 10,5 - -
Sawah Are 77 12,8 - -
Kebun Are 35 7 - -
6 Tanggungan 17 2,4 - -
Orang
Keluarga
7 Pekerjaan Pokok
Petani/ peternak Orang 7 - - 100
Pekebun Orang - - - -
Pedagang Orang - - - -
8 Kursus berternak
yg pernah diikuti
Ya Pernah Orang 2 - - 28,5
Tidak Pernah Orang 5 - - 71,4
NILAI
NO VARIABEL SATUAN Persentase
Jumlah
(%)
1 Anak
Jantan Ekor
Betina Ekor 1 5
2 Muda
Jantan Ekor 7 35
Betina Ekor 8 40
3 Dewasa
Jantan Ekor 1 5
Betina Ekor 3 15
JUMLAH 20 100
Tabel 4.1.3 Produksi Ternak
2 Betina 9 76 115 86 93
Jantan 12 80 106 83 85
3
Jantan 12 80 107 83 85
1 Umur Pubertas
Jantan Bulan - - -
Betina Bulan - - -
9 Sistem Perkawinan
IB % 28,58 - -
Table 4.1.5 Tata Laksana Pemeliraan
NILAI
NO VARIABEL SATUAN Standar
Jumlah Rata-rata
Deviasi
1 Sistem Pemeliharaan
% 100 14.2 -
Dikandangkan
2 Kandang Milik
Sendiri % 50 7.14 -
Kelompok % 50 7.14 -
3 Ukuran Kandang
Panjang Meter 23.62 3.37
Peternak Anak Muda Dewasa Anak Muda Dewasa Anak Muda Dewasa
I - - - - 45 - - - -
II - 25 60 - 10 30 - 10 30
III - - - - 30 40 - - -
IV - 25 - - 25 - 25 -
V - - - 5 15 - - -
VI 5 8 25 10 20 30 6 12 30
VII - 10 25 - - - - - 25
Rata-rata - 17 37 10 23 29 6 12 28
Standar - - - -
Deviasi
b. Biaya variable
- Bakalan/bibit 2 15.000.000 30.000.000
- Pakan -
- Obat-obatan - -
- Tenaga kerja 12
- Bunga biaya variabel -
- Perkawinan ternak 5 100.000 500.000
- Pertolongan beranak -
- Lain-lainnya
Jumlah biaya variable - Rp. 30.500.000
c. Gross margin (a-b) - Rp 128.200.000
d. Biaya tetap -
- Penyusunan kandang 12 379.000 Rp 4.550.000
- Penyusutan alat 30 28.000 Rp.856.000
- Lain-lain -
Jumlah biaya tetap - Rp 5.406.000
e. Total biaya (b+d) - Rp 35.906.000
Pendapatan bersih (a- - Rp 122.794.000
e)
4.2 Pembahsan
4.2.1 Latar Belakang Peternak
Dalam pelaksanaan perktikum yang dilakukan pada hari Minggu sampai
dengan hari sabtu yang bertempat di Desa Tanaq Beak, Kecamatan Narmada,
Kabupaten Lombok Barat. Dilakukan wawancara peternak dari umur peternak,
pendidikan terakhir, tanggungan keluarga, pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan,
pemilikan lahan, kursus beternak yang pernah diikuti, pengalaman beternak, serta
kepemilikan ternak. Kepemilikan ternak sebagian besar berasal dari bantuan
pemerintah dan masih dalam sekala kecil dari 1-3 ekor. Kepemilikan ini masih
terbilang kurang dalam hal ternak dan materi. Data identitas peternak dan kepemilikan
ternak dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Optimalisasi peran akademisi seperti mahasiswa dan dosen dalam hal ini
sangat dibutuhkan dalam rangka memberi penyuluhan kepada masyarakat terkait
dengan pemecahan masalah-masalah tersebut. Disamping itu, peran pemerintah juga
sangat dibutuhkan terutama Dinas Peternakan terkait yang senantiasa melakukan
pelatihan-pelatihan kepada peternak, mengingat hambatan terbesar dalam usaha
peternakan rakyat selama ini adalah pendidikan peternak yang masih minim.
4.2.6.Pendapatan ternak
Berdasarkan hasil wawancara bersama peternak rata-rata pada tahun ini para
peternak hanya dapat menjual ternak sebanyak 3 ekor, dengan harga sapi perekor
sebesar 2@Rp 6.000.000 dan Rp. 7000.0000 sehingga total penjualan ternak satu
tahun terakhir sebanayk Rp 19.000.000 ditambah dengan sisa sapi akhir perhitungan.
Adapun total dari jumlah biaya variabel Rp 450.000 dengan biayan tetap dengan
keperluan biaya penyusun kandang satu kali dalam setahun sebesar Rp 15.000.00
sehingga total biaya produksi Rp. 15. 450.000 dan total pendapatan bersih ternak
sebesar Rp.3.550.000. Hal tersebut menunjukkan penambahan penghasilan dari
kelompok ternak Lekong Siwak Briuk Maju .Adapun Kendala Usaha beternak Sapi
yang dirasakan oleh peternak setempat adalah
4.2.7. Kendala Utama Yang dihadapi Peternak
BAB V
5.1 Kesimpuln
5.2 Saran
1. Sebaiknya dalam praktikum ini dibutuhkan Co.asst untuk membimbing praktikan agar
praktikum yang telah dilaksanakn bisa berjalan dengan lancar.
2. Sebaiknya praktikan harus datang ke tempat praktikum tepat waktu agar praktikum
bisa berjalan efektif.
DAFTAR BACAAN