UNIVERSITAS PATTIMURA
PROLAPS REKTUM
Disusun oleh :
(2017-84-009)
Pembimbing
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
Prolaps rektum adalah keluarnya mukosa maupun seluruh tebal dinding rektum
melewati anus. Apabila yang keluar tersebut terdiri dari semua lapisan dinding rektum,
prolaps ini disebut prosidensia.1 Beberapa faktor yang diperkirakan sebagai faktor pencetus
prolaps rektum, antara lain peningkatan tekanan intra abdomen, gangguan pada dasar pelvis,
infeksi, dan pengaruh struktur anatomi, serta kelainan neurologis. Kausa prolaps rektum pada
orang dewasa pada umumnya akibat kurangnya daya tahan jaringan penunjang rektum yang
terdiri dari mesenterium dorsal, lipatan peritonium, berbagai fasia dan muskulus levator
rektum. Bagian puborektum dari muskulus levator melebarkan rektum sehingga rektum dan
Insiden prolaps rektum pada pria lebih rendah daripada wanita dengan perbandingan
1:6. Dimana kejadian pada wanita terdiri dari 80-90% dari total kasus.3 Pasien dengan
prolaps rektum mengeluhkan adanya massa yang menonjol melalui anus. Awalnya, massa
menonjol dari anus setelah buang air besar dan biasanya tertarik kembali ketika pasien
berdiri.4
Namun hanya pembedahan yang merupakan terapi definitif pada prolaps rektum.
Berdasarkan pendekatan pembedahan yang dilakukan, terapi bedah pada prolaps rektum
dapat dibagi menjadi dua, yaitu prosedur per abdominal dan prosedur per perineum.5
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Prolaps rektum adalah keluarnya mukosa maupun seluruh tebal dinding rektum
melewati anus. Apabila yang keluar tersebut terdiri dari semua lapisan dinding rektum,
2.2 Anatomi
Kanalis ani berasal dari invaginasi ektoderm, sedang rektum berasal dari entoderm.
Karena perbedaan asal ini, maka terdapat perbedaan pula pada epitel pelapisnya,
Lumen rektum dilapisi mukosa granduler usus sedangkan kanalis ani dilapisi epitel
skuamosa stratifikatum lanjutan kulit luar. Daerah batas antara rektum dan kanalis ani disebut
Anorectal Junction ditandai oleh linea pectinea/linea dentata yang terdiri dari sel-sel
transisional. Dari linea ini ke arah rektum ada kolumna rektalis (Morgagni), dengan
diantaranya terdapat sinus rektalis yang berakhir di kaudal sebagai vulva rektalis. Setinggi
Pada kanalis ani kira-kira 4 cm yang dibedakan menjadi anatomical anal canal mulai
anal verge sampai ke linea dentata dan surgical anal canal untuk kepentingan klinis yang
dimulai dari analverge samai cincin anorektal yang merupakan batas paling bawah dari otot
Dasar panggul dibentuk oleh otot levator ani yang dibentuk oleh otot-otot
mekanisme kontinensia adalah muskulus puborektalis, sfingter ani eksternus (otot lurik), dan
3
sfingter ani internus (otot polos). Batas antara sfingter ani eksternus dan internus disebut garis
Hilton. Otot yang memegang peranan terpenting dalam mengatur kontinensia adalah otot-otot
inkontinensia.3
Muskulus puborektalis yang merupakan bagian m.levator ani membentuk jerat yang
melingkari rektum sehingga berfungsi sebagai penyangga. Rektum juga ditopang oleh fascia
pelvis parietalis (fascia Waldeyer), ligamentum laterale kanan dan kiri yang ditembus oleh
Batas-batas kanalis ani, ke kranial berbatasan dengan rektum disebut cincin anorektal,
ke kaudal dengan permukaan kulit disebut garis anorektal, ke lateral dengan fossa
4
ischiorectalis, ke posterior dengan os koksigeus, ke anterior pada laki-laki dengan sentral
perineum, bulbus uretra dan batas posterior diafragma urogenital (ligamentum triangulare).
Sedang pada wanita korpus perineal, diafragma urogenitalis dan bagian paling bawah dari
dinding vagina posterior. Cincin anorektal dibentuk oleh m.puborektalis yang merupakan
bagian serabut m.levator ani mengelilingi bagian bawah anus bersama m.sfingter ani
eksterna.3
Vaskularisasi kanal anal berasal dari arteri hemorrhoidalis superior cabang dari arteri
mesenterika inferior, arteri hemorrhoidalis media cabang dari arteri iliaca eksterna, dan arteri
Aliran vena di atas anorektal junction melalui sistem porta sedangkan kanalis ani
langsung ke vena cava inferior. Inervasi kanalis ani diatur oleh saraf somatik sehingga sangat
sensitif terhadap rasa sakit, sedangkan rektum diatur oleh saraf simpatis dari pleksus
mesenterika inferior dan nervus presakralis (hipogastrika) yang berasal dari L2,3,4 dan
5
2.3 Epidemiologi
Insiden prolaps rektum pada pria lebih rendah daripada wanita dengan perbandingan
1: 6. Dimana kejadian pada wanita terdiri dari 80-90% dari total kasus. Berbeda dari wanita,
kejadian prolaps rektum pada pria tidak meningkat seiring dengan usia dan tetap konstan
sepanjang hidup.3
Meskipun dapat terjadi pada segala usia, insiden puncak diamati pada usia dekade
keempat dan ketujuh kehidupan. Pada anak-anak biasanya terjadi pada usia di bawah 3 tahun,
dengan puncak insidens pada tahun pertama kehidupan. Pada populasi anak kejadian prolaps
2.4 Etiologi
Beberapa faktor yang diperkirakan berperan sebagai etiologi terjadinya prolaps rektum antara
lain:2,3,4
1. Peningkatan tekanan intra abdomen seperti yang terjadi pada kostipasi, diare, BPH,
PPOK, pertusis;
5. Kelainan neurologis akibat trauma pelvis, sindrom cauda ekuina, tumor spinal,
multipel sklerosis.
2.5 Patofisisologi
utama yang menjadi dasar mekanisme terjadinya prolaps rektum. Teori pertama mengatakan
bahwa prolaps rektum merupakan pergeseran hernia akibat defek pada fasia panggul. Teori
kedua menyatakan bahwa prolaps rektum dimulai sebagai intususepsi internal yang
6
melingkar dari rektum mulai 6-8 cm proksimal ambang anal. Seiring dengan waktu
peregangan ini berkembang menjadi prolaps dari seluruh tebal dinding rektum, meskipun
Patofisiologi dan etiologi prolaps mukosa kemungkinan besar berbeda dengan prolaps
seluruh tebal dinding rektum dan intususepsi internal. Prolaps mukosa terjadi ketika jaringan
ikat pada mukosa dubur melonggar dan tertarik, sehingga memungkinkan jaringan prolaps
melalui anus. Hal ini sering terjadi sebagai kelanjutan dari penyakit hemoroid yang lama dan
Seringkali, prolaps dimulai dengan prolaps internal dinding rektum anterior dan
Pasien dengan prolaps rektum mengeluhkan adanya massa yang menonjol melalui
anus. Awalnya, massa menonjol dari anus setelah buang air besar dan biasanya tertarik
kembali ketika pasien berdiri. Seiring proses penyakit berlangsung, massa menonjol lebih
sering, terutama ketika mengedan dan manuver Valsava seperti bersin atau batuk. Akhirnya,
prolaps terjadi saat melakukan kegiatan rutin sehari-hari seperti berjalan dan dapat
Seiring perkembangan penyakit, rektum tidak lagi tertarik spontan, dan pasien
mungkin harus secara manual mengembalikannya. Kondisi ini kemudian dapat berkembang
ke titik di mana prolaps terjadi segera setelah dikembalikan ke posisinya dan prolaps kontinu.
Terkadang rektum menjadi terjepit dan pasien tidak dapat mengembalikan rektum.1,3
Keluhan nyeri bervariasi. Sepuluh sampai 25% dari pasien juga mengalami prolaps
rahim atau kandung kemih, dan 35% mungkin mengalami sistokel terkait. Konstipasi terjadi
pada 15-65% kasus. Dapat juga terjadi perdarahan rektum. Selain massa menonjol dari anus,
pasien sering melaporkan buang air besar yang tidak dapat ditahan (inkntinensia alvi) pada
7
sekitar 28-88% pasien. Inkontinensia terjadi karena 2 alasan. Pertama, anus melebar dan
membentang oleh rektum menonjol, mengganggu fungsi sfingter anal. Kedua, mukosa
Prolaps rektum adalah diagnosis klinis dan hrus ditegakkan saat pasien datang
berobat. Pasien diminta untuk duduk di toilet ataupun berbaring miring dan mengedan,
lalu periksa adanya prolasp rektum. Jika tidak prolaps hanya dengan mengedan,
Massa yang menonjol harus menunjukkan cincin konsentris dari mukosa. Dalam
kasus prolaps kecil, kadang-kadang sulit untuk membedakan antara prolaps mukosa dan
prolaps seluruh tebal mukosa. Prolaps mukosa biasanya menunjukkan lipatan radial
bukan berupa cincin konsentris. Jika keduanya tidak dapat dibedakan secara klinis,
8
2.8 Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien dengan prolaps rektum bersifat tidak spesifik
dan bermanfaat jika pasien memiliki preferensi usia dan komorbiditas. Tidak ada
pemeriksaan lab khusus yang membantu dalam evaluasi prolaps rektum itu sendiri.
Pertimbangkan pemeriksaan feses dan kultur agen infeksius, khususnya pada pasien
anak.3
Pemeriksaan imaging
seluruh usus besar untuk mengecualikan setiap lesi kolon lainnya yang harus
prosedur yang akan dilakukan. Evaluasi usus besar dapat dicapai dengan cara
kolonoskopi atau enema barium. Barium enema adalah indikator yang lebih baik
2. Video Defekografi
untuk membedakan prolaps rektum dari prolaps mukosa jika tidak jelas secara klinis.
Hal ini tidak diperlukan untuk prolaps full-thickness dubur secara klinis didiagnosis.
rektum, dan pasien diminta untuk buang air besar di toilet radiolusen. Spot film dan
rekaman video yang dibuat dan dapat digunakan untuk menentukan apakah
9
3. Rigid Proctosigmoidoscopy
tambahan, terutama ulkus rektal soliter. Borok hadir di sekitar 10-25% dari pasien
dengan prolaps baik internal maupun full-thickness. Jika ulserasi hadir, daerah
muncul sebagai ulkus tunggal atau sebagai borok beberapa di dinding rektum
patologi lainnya. Ulkus rektal soliter biasanya dapat diidentifikasi oleh ahli patologi
histologis normal.2,3
Tes lainnya
sfingter internal dan tidak adanya refleks penghambatan anorektal. Arti penting dari hasil
ini tidak jelas, dan kebanyakan ahli bedah tidak menggunakan tes ini.3
pada pasien dengan konstipasi dan prolaps rektum untuk membantu menentukan
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Medikamentosa
internal dapat diterapi terlebih dahulu dengan agen bulking, pelunak tinja, dan supositoria
atau enema.3,5
10
2.9.2 Non-medikamentosa
Pada permulaan, saat prolaps masih kecil, penderita diberi diet berserat untuk
diinstruksikan untuk merangsang buang air besar di pagi hari dan menghindari dorongan
untuk buang air saat sisa hari karena rasa penuh yang mereka rasakan sebenarnya adalah
intususepsi rektum proksimal ke arah distal rektum. Dengan waktu, dorongan untuk buang
2.9.3 Pembedahan
Bila prolaps semakin besar dan makin sukar untuk melakukan reposisi, akibat adanya
udem, sehinga makin besar dan sama sekali tidak dapat dimasukkan lagi karena rangsangan
dan bendungan mukus serta keluarnya darah. Dimana sfingter ani menjadi longgar dan
hipotonik sehingga terjadi inkontinensia alvi, penanganan prolaps rektum dilakukan melalui
pembedahan.3,6
pasien dan kemampuannya untuk mentoleransi pembedahan. Terdapat dua jenis operasi
untuk prolaps rektum: abdominal dan perineum. Prosedur abdominal memiliki tingkat
kekambuhan lebih rendah dan menjaga kapasitas penyimpanan rektum tetapi mempunyai
risiko lebih dan memiliki insiden konstipasi yang lebih tinggi pasca operasi. Prosedur
kapasitas penyimpanan rektum, namun memiliki angka kekambuhan lebih tinggi. Prosedur
abdominal umumnya lebih disukai dalam pasien aktif yang berisiko rendah yaitu usia di
bawah 50 dan pada mereka yang memerlukan prosedur abdomial lain secara bersamaan.2,7
memperbaiki prolaps rektum telah menjadi semakin populer. Pendekatan ini telah
11
mengintensifkan kontroversi karena terdapat penurunan angka morbiditas dari untuk prolaps
rektum pada kandidat yang tepat. Hasil jangka panjang dari pendekatan laparoskopi masih
Terlepas dari jenis prosedur yang direncanakan, persiapan usus penuh mekanik dan
antibiotik harus dilakukan sebelum operasi. Antibiotik intravena (IV) harus selalu diberikan
sebelum operasi jika suatu bahan asing akan ditanamkan, administrasi pascaoperasi
pada pasien yang lebih muda, sehat dengan yang harapan hidup lebih panjang. Untuk
pasien ini, prosedur dengan tingkat kekambuhan lebih rendah namun dengan morbiditas
Prosedur abdominal pada pasien dengan intususepsi parah atau prolaps rektum
dengan fungsi sfingter normal berupa reseksi sigmoid dengan atau tanpa rectopexy dan
rectopexy saja. Kedua operasi, baik rectopexy atau reseksi membutuhkan mobilisasi
lengkap dari seluruh rektum ke lantai panggul untuk menghindari intususepsi distal.3,6,7
dilakukan dengan jahitan atau bahan prostetik seperti polypropylene mesh (Marlex), Gore-
tex, atau asam polyglycolic atau mesh polyglactin (Dexon atau Vicryl). Banyak penelitian
telah menunjukkan tingkat komplikasi yang lebih tinggi dengan bahan prostetik, tingkat
kontinensia lebih rendah, dan tidak ada perbedaan dalam angka kekambuhan, menjadikan
suture rectopexy lebih dianjurkan. Suture rectopexy dilakukan dengan jahitan tak diserap,
12
Prosedur bedah rectopexy laparoskopi bedah telah dikembangkan dan memiliki
hasil sebaik prosedur abdominal terbuka dan berhubungan dengan lama waktu rawat inap
Anterior reseksi
Pasien dengan prolaps rektum dan konstipasi sering memiliki usus berlebihan, dan
beberapa ahli bedah percaya bahwa melalui reseksi ini konstipasi membaik dan
mengurangi kambuhnya prolaps rektum. Dalam reseksi anterior untuk prolaps rektum,
rektum yang dimobilisasi untuk tingkat ligamen lateral, dan usus berlebihan (sigmoid)
Anastomosis ini dilakukan tanpa kelemahan pada kolon sehingga rektum tetap pada
posisinya dan tidak terjadi prolaps lagi. Saat ini, ahli bedah kolorektal sedikit
melakukan prosedur ini, karena tidak berpikir untuk mengatasi kelainan anatomi seperti
Marlex rectopexy
Dalam rectopexy Marlex atau disebut juga prosedur Ripstein, seluruh bagian rektum
dimobilisasi ke tulang ekor posterior, bagian lateral ligamen lateralis, dan bagian
anterior dari cul-de-sac anterior. Bahan yang tak terserap, seperti Marlex mesh atau
spons Ivalon, difiksasi pada fasia presakral. Rektum kemudian ditempatkan dalam
keadaan tegang, dan material sebagian melilit rektum untuk tetap dalam posisinya.
Untuk mencegah obstruksi melingkar, dinding anterior rektum tidak tercakup dengan
spons atau mesh. Refleksi peritoneal kemudian tertutup untuk menutupi benda asing.
Mesh Marlex atau spons menyebabkan reaksi inflamasi yang intens terbentuk jaringan
parut dan memfiksasi rektum pada posisinya. Prosedur ini tidak boleh dilakukan pada
pasien yang memiliki konstipasi signifikan atau kolon sigmoid yang sangat berlebihan,
13
karena gejala cenderung memburuk. Jika rektum yang sengaja masuk selama
Sementara laju erosi Marlex ke dalam rektum rendah, manajemen sangat sulit, dan,
untuk alasan ini, banyak ahli bedah lebih memilih reseksi dengan suture rectopexy
Suture rectopexy
Suture rectopexy pada dasarnya sama dengan Marlex rectopexy, kecuali bahwa
rektum difiksasi ke fasia presakral dengan bahan jahitan bukan dengan mesh atau
spons Ivalon.3,6,7
Reseksi rectopexy
merupakan kombinasi dari reseksi anterior dan rectopexy Marlex, yang merupakan
pilihan yang baik bagi pasien dengan konstipasi yang signifikan. Rektum benar-benar
14
dimobilisasi ke tulang ekor posterior, pada ligamen lateral yang lateral, dan ke cul-de-
sac anterior.3,6,8
Kolon sigmoid yang berlebihan kemudian direseksi, dan usus sisanya dibuatkan
anastomosis ke atas rektum. Ligamen lateral (atau fasia rektum) kemudian dijahit ke
fasia presakral dengan rektum dibuat menjadi tegang, yang menjaga rektum pada
posisinya dan mencegah kembalinya prolaps rektum. Rectopexy ini dicapai dengan
jahitan bukan mesh nonabsorbable karena usus dibuka untuk anastomosis dan mesh
15
Gambar 5. Fiksasi Mesh pada Dinding Rektal.8
Prosedur perineum memiliki tingkat kekambuhan lebih tinggi tetapi morbiditas yang
lebih rendah dan sering dilakukan pada orang tua atau pada pasien dengan kontraindikasi
anestesi umum.3
Anal Encirclement
di sekitar anus. Tujuan dari prosedur ini adalah untuk menjaga rektum dari prolaps
kabel, sekarang dipergunakan bahan lain seperti, Silastic Tube dan bahan jahit tak
terserap sebagai gantinya. Anal encirclement efektif dalam mencegah mekanis rektum
Komplikasi dari prosedur ini meliputi obstruksi dengan impaksi tinja dan erosi dari
kawat dengan infeksi. Anal encirclement tidak lagi umum dilakukan, biasanya hanya
disediakan untuk pasien yang paling lemah dan untuk pasien dengan risiko bedah
16
tertinggi, di antaranya dengan tujuan paliatif. Anal encirclement membawa risiko
Reseksi Delorme
Dalam reseksi Delorme mukosa, sayatan melingkar dibuat melalui mukosa prolaps
rektum dekat garis dentate, dengan elektrokauter tersebut, mukosa tersebut dilucuti
dari anus ke puncak prolaps dan dipotong. Otot prolaps gundul kemudian lipit dengan
jahitan dan reefed up seperti akordion, dan ujung-ujungnya transeksi dari mukosa
dijahit bersama-sama. Prosedur ini sering digunakan untuk prolapses kecil tetapi juga
melingkar dibuat dalam rektum prolaps sekitar 1-2 cm dari garis dentate.
Mesenterium usus prolaps diligasi sedikit demi sedikit sampai tidak ada usus
berlebihan lagi yang dapat ditarik ke bawah. Usus transeksi dan baik dijahit tangan ke
17
lubang anus distal atau dijepit dengan stapler melingkar. Sebelum anastomosis,
beberapa ahli bedah uji coba penerapan otot levator ani anterior, yang dapat
Prosedur ini dilakukan dengan menarik keluar prolaps sepenuhnya pada pukul 3 dan
9, dalam posisi litotomi, memotong dengan arah aksial terbuka dengan stapler linear.
18
Gambar 8. Reseksi Stapled Perineum Prolaps.9
Setelah prosedur abdominal untuk prolaps rektum, pasien biasanya mengalami nyeri
dan ileus insisional. Cairan IV dipertahankan sampai cairan yang dimulai dengan
kembalinya fungsi usus atau sebelumnya, tergantung pada apakah suatu anastomosis
telah dilakukan. Sebagai meningkatkan fungsi usus, diet dapat maju. Pasien dengan
anastomosis yang diselenggarakan pada diet rendah serat selama 2-3 minggu dan
kemudian mulai pada suplemen serat untuk membantu mencegah kembalinya konstipasi
dan mengejan. Pasien tanpa anastomosis yang dapat dimulai pada diet tinggi serat
cepat.3,6,7
beberapa hari karena diseksi rektum dapat menghambat fungsi kandung kemih. Lama
waktu rawat inap di rumah sakit rata-rata 3-7 hari dan biasanya tergantung pada
Pasien yang telah menjalani prosedur perineum melakukannya dengan baik pasca
operasi, dengan rasa sakit yang minimal dan tinggal di rumah sakit singkat. Awalnya,
mereka menerima apa-apa melalui mulut selama kurang lebih 12-24 jam. Setelah periode
19
ini, cairan yang dilembagakan, dan pasien dengan cepat maju ke diet biasa. Fungsi usus
kembali dengan cepat karena tidak ada sayatan abdominal, dan pasien sering dapat habis
2.10 Komplikasi
perlukaan usus, kebocoran anastomosis, perubahan fungsi kandung kemih dan seksual, dan
2.10.1 Infeksi
Sumber yang paling umum dari infeksi pada prosedur pembedahan per abdomen
adalah organisme kulit pada luka. Jika bahan asing telah ditanamkan, infeksi dapat terjadi,
paling sering disebabkan organisme kulit, dan jika memungkinkan bahan asing harus
berbahaya, dalam kasus seperti ini digunakan terapi antibiotik jangka panjang. Infeksi
setelah prosedur perineum jarang terjadi, biasanya sebagai akibat pemisahan di anastomosis
perineum.3
2.10.2 Pendarahan
Perdarahan paling sering terjadi dalam 2 situasi. Situasi pertama melibatkan robeknya
pembuluh darah presakrum selama prosedur per abdomen, ketika rektum langsung
ditempelkan ke fasia presakrum. Hal ini dapat menyebabkan hematoma presakrum atau
perdarahan hebat. Pendarahan seperti ini bisa sulit untuk dikendalikan karena pembuluh
darah keluar langsung dari tulang. Manuver awal dengan tekanan langsung ke area
perdarahan selama 10-15 menit. Jika ini gagal untuk mengontrol perdarahan, pines titanium
presakrum sering meningkatkan perdarahan dan harus dihindari. Situasi umum kedua untuk
20
perdarahan terjadi selama penipisan mukosa pada prosedur Delorme atau dari pemisahan
Perlukaan usus dapat terjadi selama mobilisasi rektum. Jika diketahui, luka tersebut
biasanya dapat diobati tanpa memerlukan diversi usus. Jika usus terluka, tidak
diketahui dapat menyebabkan pembentukan abses dan sepsis panggul. Perlukaan usus yang
tidak diketahui mungkin terjadi saat prosedur laparoskopi oleh beberapa mekanisme, dan
jika tidak terdeteksi dengan cepat akan menghambat perbaikan kondisi pasien, dan dapat
anastomosis. Prosedur per abdomen dengan penyulit kebocoran mungkin tidak memerlukan
eksplorasi ulang jika kebocoran kecil dan berisi, dan pasien stabil. Timbunan kebocoran
dapat ditangani dengan drainase perkutan, dan kebocoran ini sering membaik dengan
perawatan suportif. Jika kondisi pasien tidak membaik, perlu dilakukakan washout
Jika kebocoran yang besar dan tidak berisi, atau jika pasien tidak stabil, diindikasikan
reeksplorasi darurat. Sepsis panggul membuat diseksi lebih lanjut dalam panggul
menantang serta berbahaya bagi pasien, dan washout dengan pengalihan proksimal adalah
perineum. Jika kebocoran terjadi setelah prosedur ini, infeksi lokal dan sepsis panggul
jarang terjadi.3
21
2.10.5 Penurunan Fungsi Kandung Kemih dan Seksual
Perubahan fungsi kandung kemih dan fungsi seksual merupakan komplikasi yang
jarang terjadi dalam prosedur per abdomen jika dilakukan dengan benar. Saraf simpatik dan
parasimpatis panggul berjalan di sepanjang rektum, jika pembedahan tidak dilakukan pada
bidang yang tepat, cedera dapat terjadi, menyebabkan disfungsi kandung kemih, impotensi,
atau ejakulasi retrograde. Ini merupakan pertimbangan penting dalam pemilihan prosedur
perbaikan, terutama pada pria, meskipun risiko cedera kurang dari 1-2%.3
2.10.6 Konstipasi
Prosedur dan perineum reseksi anterior memiliki risiko rendah obstruksi outlet.
Secara historis, prosedur per abdomen dimana penempelan rektum pada sakrum
seringkali mengharuskan pelepasan fiksasi untuk mengobatinya, karena alasan ini, bila
dilakukan pembungkusan, hanya dilakukan pada sposterior dan sebagian di sisi rektum.3
2.11 Prognosis
Prognosis umumnya baik dengan pengobatan yang tepat. Resolusi spontan biasanya
terjadi pada anak-anak. Dari pasien-pasien dengan prolaps rektum yang berusia 9 bulan
buruk pada awalnya setelah perawatan bedah, tetapi pada kebanyakan pasien membaik dari
Prolaps rectum yang tidak diobati dapat menyebabkan inkarserasi dan strangulasi,
namun jarang. Yang lebih umum terjadi ialah perdarahan rektum (biasanya minor), ulserasi,
dan inkontinensia.3
Mortalitas pasca operasi rendah, namun tingkat kekambuhan bisa setinggi 15%, terlepas
dari prosedur operasi yang dilakukan. Komplikasi pasca operasi paling umum melibatkan
22
perdarahan dan kebocoran di anastomosis. Komplikasi lainnya termasuk ulserasi mukosa dan
nekrosis dinding rektum. Komplikasi operasi lebih tinggi untuk operasi per abdominal,
dengan tingkat kekambuhan yang lebih rendah, sebaliknya untuk operasi perineum, yang
memiliki tingkat komplikasi yang lebih rendah, tetapi kekambuhan lebih tinggi.3,4
Tingkat kekambuhan untuk reseksi anterior tanpa fiksasi sakrum adalah sekitar 7-9%,
dengan tingkat morbiditas dari 15-29%. Tingkat kekambuhan ini lebih tinggi daripada
dengan tingkat morbiditas 3-29%. Kontinensia meningkat dalam 50-70% dari pasien.
Kontipasi, tidak membaik dan bisa memburuk setelah operasi ini. Hasil rectopexy jahitan
sebanding.3
Tingkat kekambuhan untuk reseksi dan rectopexy adalah 3-4%, dengan beberapa
studi melaporkan tingkat kekambuhan 0%. Morbiditas berkisar antara 4% sampai 23%.
Karena usus berlebihan juga direseksi, konstipasi membaik pada 60-80% pasien, dan
sampai 26%, dengan morbiditas variabel yang biasanya berkaitan dengan komorbiditas yang
mendasari pasien. Inkontinensia alvi dan konstipasi membaik sekitar 50% dari pasien.3,7
0% sampai 50%, dengan rata-rata sekitar 10%. Kontinensia dapat diperbaiki jika lipatan
levator ditambahkan ke prosedur. Pemulihan kontinensia dengan prosedur ini tidak dapat
diprediksi.3,7
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R. dan Wim de Jong. 2010. Usus Halus, Apendiks, kolon, dan Anorektum.
2. Gerard M.D. 2010. Anorectum. Current Diagnosis & Ttreatment : Surgery 13th
6. Madhulika V., Janice R., Donald B., Practice Parameters for the Management of Rectal
7. Eung J.S. Surgical Treatment of Rectal Prolaps. Journal of Korean Society of Coloproctol
2011; 27(1);5-12.
8. Sewefy A.M, Abobeeh H.M, Saleh M.G, Mohammed R.A, Wagdy M A dan Kamal A.
Laparoscopic Rectopexy for Complete Rectal Prolapse. El-Minia Med. Bul.2010. 21 (1):
1-8.
9. Hetzer FH, Roushan AH, Wolf K, Beutner U, Borovicka J, Lange J, et al. Functional
outcome after perineal stapled prolapse resection for external rectal prolapse. BMC Surg.
Mar 8 2010;10:9.
24