Porto 3
Porto 3
SUBJEKTIF
Perempuan umur 20 tahun, datang ke IGD RSUD Selasih pada tanggal 23 Juli 2018 dengan :
malam. Penurunan kesadaran dialami semakin berat sampai pasien tidak bisa bicara dan
bergerak lagi. Pasien mengalami kejang sudah 3 hari terakhir, kejang dialami berulang kali
10 - 15 kali setiap harinya. kejang seluruh tubuh, tangan dan kaki menghentak dan mata
mendelik keatas, kejang 3 – 5 menit setiap kejang, setelah kejang pasien sadar namun 1 hari
terkahir setelah kejang pasien tidak sadar kembali. Saat kejang pasien tidak mendapat obat
medis apa apa dan hanya berobat kampung. Saat di rumah sakit pasien kejang seluruh tubuh
dan menghentak ±1- 2 menit. Setelah kejang pasien tidak sadarkan diri.
Sejak ± 2 minggu SMRS pasien mengalami demam terus menerus , pasien diberi obat
penurun panas dan obat kampung namun hanya turun sebentar dan demam kembali. Demam disertai
menggigil disangkal oleh keluarga. Pasien juga mengalami nyeri kepala 2 minggu terkahir dan
diraskan kepala seperti mau pecah. Nyeri kepala disertai mual dan muntah disangkal oleh keluarga
pasien. Pasien juga megalami batuk sudah 1 minggu terakhir. Batuk disertai dahak berwarna putih..
BAK dan BAB tidak ada keluhan. Riwayat trauma kepala disangkal. Riwayat kejang sebelumnya
disangkal.
Vital Sign
Kesadaran : E1M4V1
Pernafasan : 20 x/menit
Temp : 38,4C
BB : 45 Kg
Pemeriksaan Fisik
Jantung
Paru – paru
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Babinski +/+
HASIL LABORATORIUM
ASSEMENT
PLANNING
- Inj Phenitoin 1 amp dilarutkan dalam Nacl 0,9 % 8 cc bolus pelan 5 menit / 8 jam
- Clopidogrel / 6 jam
A. Anatomi Otak
Cerebrum (Telencephalon)
Cerebral Hemisper
Otak adalah pusat integrasi tertinggi dari SSP dan merupakan segmen yang paling
dibedakan dari otak manusia. Pada dasarnya terdiri dari dua struktur: dua cerebral hemisfer
dan beberapa ganglia basalis. Yang terakhir ini memiliki beberapa peranan dalam aktivitas
motorik, terutama inisiasi dan gerakan lamban. Mereka terletak jauh di dalam hemisfer dan
tidak dapat dilihat sampai otak dipotong. Kedua cerebral hemisfer dipisahkan oleh fisura
longitudinal dan terdiri dari bagian utama dari substansi yang terlihat pada otak.
Gambar 1. Susunan otak. Potongan sagittal kepala pada orang dewasa; dilihat dari sisi kiri
medial. Otaktengah, pons, dan medula oblongata bersama-sama membentuk batang otak
Lobus Cerebral
Permukaan otak dibentuk oleh gyri yang dipisahkan oleh sulcus. Kedua sulcus lateral
1. Lobus frontal
2. Lobus parietalis
3. Lobus temporal
4. Lobus occipital
Lobus frontal terletak di depan sulcus sentralis, lobus parietalis terletak dibelakang.
Lobus temporal terletak di bawah sulcus lateral, dan sulcus parieto-occipital memisahkan
parietalis lobus dari lobus occipital. Jauh di dalam sulcus lateral terletak insula, dilindungi
oleh lobus frontal, parietal, dan temporal. Insula ini sering dianggap sebagai lobus kelima.
spesifik. Ini dapat dibagi menjadi primer dan sekunder (asosiasi) area. Area utama
merupakan awal dan keluarnya jalur proyeksi. Contohnya, sebagian besar tractus pyramidalis
berasal dari gyrus presentralis, dan tractus sensoris dari thalamus berakhir di gyrus
postsentralis. Sekitar 80% dari permukaan otak diambil oleh daerah asosiasi yang
utama), sedangkan postsentral gyrus merupakan pusat somatosensori untuk sensasi sadar
(primer sensorik korteks). Di sisi medial pada kedua lobus occipital, pada setiap sisi dari
calcarine fisura adalah pusat untuk visi sadar (korteks visual primer). Hal ini dikelilingi oleh
daerah asosiasi visual di mana rangsangan visual terorganisir. Gyrus yang melintang jauh di
sulcus lateral temporal lobus membentuk korteks akustik (akustik korteks primer), yang
Diencephalon
Diencephalon adalah wilayah otak yang terletak di antara cerebral hemisfer dan
mengelilingi ventrikel ketiga. Ini terdiri dari thalamus, yang merupakan pusat sentral jalur
sensorik (nyeri, suhu, tekanan, sentuhan, serta pendengaran) dan hipotalamus di bawahnya.
Midbrain (Mesencephalon)
Mesencephalon adalah bagian terkecil dari otak, terletak di antara diencephalon dan
pons. Daerah di atas adalah tectum yang terdiri dari empat proyeksi, tecti lamina. Keduanya
terdiri dari colliculi superior, keempat yang lebih rendah adalah colliculi inferior. Empat
colliculi tersebut merupakan corpora quadrigemina. Yang memberikan jalur refleks akustik
belakang (rhombencephalon). Cerebellum terletak pada fossa cranial posterior dibawah lobus
occipital pada cerebrum, dipisahkan oleh tentorium cerebelli. Bentuk permukaan anterior dari
keempat ventrikel. Yang menghubungkan ke otak tengah, pons, dan medula oblongata oleh
peduncles cerebellar. Fungsi otak kecil adalah mengkoordinasikan aktivitas otot (koordinasi
antagonis otot kelompok, e. g., fleksor / ekstensor). Bekerjasama dengan ganglia basalis
dalam pergerakan.
Medulla Oblongata
Medula oblongata (myencephalon, medula), sekitar 4 cm, antara otak dan tulang
belakang pada foramen magnum. Pada anterior memiliki alur median (sulcus media, fissura
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing,
protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Encephalitis adalah suatu
peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan
oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis
dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau
komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan
oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary
amoebic meningoencephalitis juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem
kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak
C. Etiologi
protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus. Penyebab yang terpenting dan tersering ialah
Herpes simpleks, arbovirus, Eastern and Western Equine, La Crosse, St. Louis encephalitis.
Penyebab yang jarang adalah Enterovirus (Coxsackie dan Echovirus), parotitis, Lassa virus,
2. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simplex, Herpes zoster,
3. Ensefalitis pasca infeksi : pasca morbili, pasca varisela, pasca rubela, pasca
D. Patogenesis
Virus masuk tubuh melalui beberapa jalan. Tempat permulaan masuknya virus dapat
melalui kulit, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan. Setelah masuk ke dalam tubuh
1. Setempat: virus hanya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ
tertentu.
Patogenesis dari encephalitis mirip dengan pathogenesis dari viral meningitis, yaitu
virus mencapai Central Nervous System melalui darah (hematogen) dan melalui saraf
(neuronal spread)2. Penyebaran hematogen terjadi karena penyebaran ke otak secara langsung
melalui arteri intraserebral. Penyebaran hematogen tak langsung dapat juga dijumpai,
misalnya arteri meningeal yang terkena radang dahulu. Dari arteri tersebut itu kuman dapat
tiba di likuor dan invasi ke dalam otak dapat terjadi melalui penerobosan dari pia mater.
Selain penyebaran secara hematogen, dapat juga terjadi penyebaran melalui neuron,
misalnya pada encephalitis karena herpes simpleks dan rabies. Pada dua penyakit tersebut,
virus dapat masuk ke neuron sensoris yang menginnervasi port d’entry dan bergerak secara
retrograd mengikuti axon-axon menuju ke nukleus dari ganglion sensoris. Akhirnya saraf-
saraf tepi dapat digunakan sebagai jembatan bagi kuman untuk tiba di susunan saraf pusat.
Sesudah virus berada di dalam sitoplasma sel tuan rumah, kapsel virus dihancurkan.
Dalam hal tersebut virus merangsang sitoplasma tuan rumah untuk membuat protein yang
menghancurkan kapsel virus. Setelah itu nucleic acid virus berkontak langsung dengan
sitoplasma sel tuan rumah. Karena kontak ini sitoplasma dan nukleus sel tuan rumah
membuat nucleic acid yang sejenis dengan nucleic acid virus. Proses ini dinamakan replikasi
Karena proses replikasi berjalan terus, maka sel tuan rumah dapat dihancurkan. Dengan
demikian partikel-partikel viral tersebar ekstraselular. Setelah proses invasi, replikasi dan
Gejala-gejala toksemia terdiri dari sakit kepala, demam, dan lemas-letih seluruh
tubuh. Sedang manifestasi lokalisatorik akibat kerusakan susunan saraf pusat berupa
TIK yang mengakibatkan nyeri kepala, mual dan muntah sehinga terjadi penurunan berat
badan.
Virus / Bakteri
Mengenai CNS
Ensefalitis
- gangguan bicara
- kelemahan gerak
BB turun
- gangguan sensorik
motorik
nutrisi kurang
Gejala Klinis
Demam disertai sakit kepala, muntah, kelemahan dan kaku kuduk Terjadi gangguan
fungsi otak yang normal yang menyebabkan perubahan kepribadian, kejang, kelemahan pada
satu atau lebih bagian tubuh, linglung, rasa mengantuk yang bisa berkembang menjadi koma,
dan gejala meningitis lainnya. Virus tertentu memberikan gejala tambahan lainnya.
Contohnya adalah virus herpesasimpleks, yang seringkali menyebabkan kejang berulang pada
stadium awal ensefalitis. Selain sel darah putih, cairan serebrospinal juga mengandung sel
darah merah. Virus ini juga menyebabkan pembengkakan pada lobus temporalis, yang bisa
Meskipun virus penyebabnya berbeda- beda tetapi memberikan gejala klinis yang
sama. Ensefalatis dimulai dengan demam mendadak tinggi, disertai nyeri kepala, mual,
muntah, kemudian diikuti penurunan kesadaran dan kejang- kejang. Gangguan tingkah laku
dan bicara juga dapat ditemukan. Gerakan abnormal dapat ditemukan tapi jarang. Defisit
neurologis yang timbul bergantung pada lokasi kerusakan yang terjadi. Infeksi virus influenza
dapat menimbulkan gejala yang tidak khas seperti: Syndrom lobus frontal dan limbic yang
Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan/ radiologi
(lumbal punksi) atau ditemukan tanda neurologis fokal. Pencitraan mungkin berguna untuk
merupakan pencitraan yang baik pada kecurigaan ensefalitis. Temuan khas yaitu peningkatan
sinyal T2-weighted pada substansia grisea dan alba. Pada daerah yang terinfeksi dan
bilateral). Dengan asumsi bahwa biopsi otak tidak meningkatkan morbiditas dan mortalitas,
apabila didapat lesi fokal pada pemeriksaan EEG atau CT-scan, pada daerah tersebut dapat
dilakukan biopsi tetapi apabila pada CT-scan dan EEG tidak didapatkan lesi fokal, biopsi
tetap dilakukan dengan melihat tanda klinis fokal. Apabila tanda klinis fokal tidak didapatkan
maka biopsi dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi
Laboratorium
sel mononuklear) sekitar 5-1000 sel/mm3 pada 95% pasien. Pada 48 jam pertama infeksi,
limfosit pada hari berikutnya. Kadar glukosa CSS biasanya dalam batas normal dan jumlah
ptotein meningkat. PCR (polymerase chain reaction) dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis ensefalitis.
Diagnosis banding
1. Abses otak.
2. Meningitis
3. Toksoplasmosis
4. Status epileptikus
5. Perdarahan subaraknoid
6. Hipoglikemia
F. Penatalaksanaan
Semua pasien yang dicurigai sebagai ensefalitis harus dirawat di rumah sakit.
Penanganan ensefalitis biasanya tidak spesifik, tujuan dari penanganan tersebut adalah
mempertahankan fungsi organ, yang caranya hampir sama dengan perawatan pasien koma
yaitu mengusahakan jalan napas tetap terbuka, pemberian makanan secara enteral atau
parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, koreksi terhadap gangguan asam
basa darah.
Paracetamol 10 mg/kgBB dan kompres dingin dapat diberikan apabila pasien panas. Apabila
yang meningkat atau keadaan umum telah stabil. Mannitol juga dapat diberikan dengan dosis
1,5-2 mg/kgBB IV dalam periode 8-12 jam. Perawatan yang baik berupa drainase postural
dan aspirasi mekanis yang periodik pada pasien ensefalitis yang mengalami gangguan
menelan, akumulasi lendir pada tenggorokan serta adanya paralisis pita suara atau otot-otot
pernapasan. Pada pasien herpes ensefalitis (EHS) dapat diberikan Adenosine Arabinose 15
Adenosine Arabinose untuk herpes ensefalitis dapat menurunkan angka kematian dari 70%
menjadi 28%. Saat ini Acyclovir IV telah terbukti lebih baik dibandingkan vidarabin, dan
merupakan obat pilihan pertama. Dosis Acyclovir 30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
selama 10 hari.
G. Prognosis
Angka kematian untuk ensefalitis berkisar antara 35-50%. Pasien yang pengobatannya
terlambat atau tidak diberikan antivirus (pada ensefalitis Herpes Simpleks) angka
kematiannya tinggi bisa mencapai 70-80%. Pengobatan dini dengan asiklovir akan
Sekitar 25% pasien ensefalitis meninggal pada stadium akut. Penderita yang
hidup 20-40%nya akan mempunyai komplikasi atau gejala sisa. Gejala sisa lebih sering
ditemukan dan lebih berat pada ensefalitis yang tidak diobati. Keterlambatan pengobatan
yang lebih dari 4 hari memberikan prognosis buruk, demikian juga koma. Pasien yang
mengalami koma seringkali meninggal atau sembuh dengan gejala sisa yang berat.
Banyak kasus ensefalitis adalah infeksi dan recovery biasanya cepat ensefalitis ringan
biasanya pergi tanpa residu masalah neurologi. Dan semuanya 10% dari kematian ensefalitis
dari infeksinya atau komplikasi dari infeksi sekunder .Beberapa bentuk ensefalitis
mempunyai bagian berat termasuk herpes ensefalitis dimana mortality 15-20% dengan
H. Pencegahan
Hindari menghabiskan waktu di luar rumah pada waktu senja ketika serangga aktif
menggigit.
Indikasi seksio sesar jika ibu memiliki lesi aktif herpes untuk melindungi bayi baru
lahir
measles/campak)
Japanese Encephalitis dapat dicegah dengan 3 dosis vaksin ketika akan berpergian ke
daerah dimana virus penyebab penyakit ini berada. Menurut CDC (Centers for
Disease Control and Prevention), vaksin ini dianjurkan pada orang yang akan
menghabiskan waktu satu bulan atau lebih di daerah penyebab penyakit ini dan
selama musim transmisi. Virus Japanese Encephalitis dapat menginfeksi janin dan
menyebabkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Saharso, Darto. Hidayati, Siti Nurul. Infeksi Virus Pada Susunan Saraf Pusat.
Soetomenggolo, Taslim S. Ismael, Sofyan. Dalam: Buku Ajar Neurologi Anak.
Cetakan ke-2. Jakarta. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2000; hal373-5.
2. Prober, Charles G. Meningoensefalitis. Nelson, Waldo E. Dalam: Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Ed.15Vol.2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.1996;hal880-2.
3. Sevigny, Jeffrey MD. Frontera, Jennifer MD. Acute Viral Encephalitis. Brust, John
C.M. In: Current Diagnosis & Treatment In Neurology. International Edition. New
York. Mc Graw Hill. 2007;p449-54
4. Markam,S.Ensefalitis dalam Kapita Selekta Neurologi Ed ke-2,Editor
:Harsono.,Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.2000;hal 155-6.
5. Arvin A.M Penyakit Infeksi dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Edtor:Wahab
SA.EGC Jakarta.2000;hal 1141-53
6. Jeffrey Hom, MD. Pediatric Meningitis and Encephalitis Differential Diagnoses.
Richard G, Bachur,MD. Updated on April 19th, 2011. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/802760-differential.
7. Jeffrey Hom, MD. Pediatric Meningitis and Encephalitis. Richard G, Bathur,MD.
Updated on April 19th, 2011. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/802760-overview.
8. Kate M, Cronan.MD. Encephalitis. Updated: January 2010. Available from
http://kidshealth.org/parent/infections/bacterial_viral/encephalitis.html
9. NINDS. Meningitis and Encephalitis Fact Sheet. Last updated on February 16, 2011
Available from
http://www.ninds.nih.gov/disorders/encephalitis_meningitis/detail_encephalitis_meni
ngitis. Accessed January 31,2012