Anda di halaman 1dari 10

REGENERASI SIRIP IKAN NILEM

(OSTEOCHILUS HASSELTI)
AGUSTUS 30, 2015 AZHAR FATUROHMAN A TINGGALKAN KOMENTAR

Oleh :
Nama : Azhar Faturohman A
NIM : B1J013167
Rombongan :I
Kelompok :6
Asisten : Sumartika Yimastria

LAPORAN PRAKTIKUM PERKEMBANGAN HEWAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014

PENDAHULUAN
 Latar Belakang
Setiap larva dan hewan dewasa mempunyai kemampuan untuk menumbuhkan
kembali bagian tubuh mereka yang secara kebetulan hilang atau rusak terpisah.
Kemampuan menumbuhkan kembali bagian tubuh yang hilang ini disebut regenerasi.
Kemampuan setiap hewan dalam melakukan regenerasi berbeda-beda. Hewan
avertebrata mempunyai kemampuan regenerasi yang lebih tinggi daripada hewan
vertebrata (Majumdar, 1985).

Regenerasi yaitu memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas agar kembali seperti
semula. Proses regenerasi terjadi ketika darah mengalir menutupi permukaan luka di
bawah scab. Sel epitel tersebut bergerak secara amoeboid. Pembentukan blastema
kuncup regenerasi pada permukaan bekas luka dan proliferasi sel-sel dideferensiasi
secara mitosis. Proliferasi itu terjadi bersamaan dengan dideferensiasi dan memuncak
pada waktu blastema berukuran maksimal dan setelahnya tidak dapat membesar lagi.
Rediferensiasi sel-sel dideferensiasi bersamaan dengan berhentinya proliferasi sel-sel
blastema (Yatim, 1994 ).

Proses regenerasi dalam banyak hal mirip dengan proses perkembangan embrio.
Pembelahan yang cepat, dari sel-sel yang belum khusus menimbulkan organisasi yang
kompleks dari sel-sel khusus. Proses ini melibatkan morfogenesis dan diferensiasi
seperti perkembangan embrio akan tetapi paling tidak ada satu cara proses regenerasi
yang berbeda dari proses perkembangan embrio (Kimball, 1992).

Kemampuan regenerasi dari hewan-hewan yang berbeda dapat dibedakan, hal ini
tampak dengan adanya beberapa hubungan antara kompleksitas dengan kemampuan
untuk regenerasi. Daya regenerasi Spons hampir sempurna. Regenerasi pada manusia
hanya terbatas pada perbaikan organ dan jaringan tertentu (Kaltroff, 1996).
Kemampuan hewan untuk meregenerasi bagian-bagian yang hilang sangat bervariasi
dari spesies ke spesies. Hewan avertebrata seperti cacing tanah, udang, ikan,
salamander dan kadal tidak mempunyai daya regenerasi yang dapat meregenerasi
seluruh organisme, melainkan hanya sebagian dari organ atau jaringan organisme
tersebut (Solang dan Lamondo, 2009). Organisme yang memiliki daya regenerasi tinggi
adalah hewan-hewan vertebrata seperti coelenterate, platyhelmintes, annelida,
crustacea, dan urodella. Beberapa dari organisme kelompok tersebut bahkan dapat
membentuk kembali individu baru dari bagian-bagian badan tubuh asli yang terpotong.
Tahap dari perkembangan yang menarik perhatian adalah pergantian dari tubuh yang
hilang. Tersusun dari regenerasi jumlah struktur baru organisme tersebut (Willis,
1983).

Praktikum kali ini menggunakan ikan nilem (Osteochilus hasselti)yang telah


dipotong siripnya lalu diamati daya regenerasi yang terjadi pada ikan nilem tersebut.
Ikan nilem digunakan karena mudah didapat dan ukuran relatif kecil sehingga mudah
dipelihara dan diamati perkembangannya selama proses regenerasi (Soeminto, 2000).
 Tujuan
Tujuan dari praktikum regenerasi yaitu untuk dapat mengetahui proses regenerasi
pada sirip ikan dan mengetahui regenerasi pada berbagai sirip ikan Nilem (Osteochillus
hasselti).
MATERI DAN METODE
 Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah akuarium, seser, gunting, dan
millimeter blok.

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah air, ikan nilem (Ostheocilus
hasselti) dan pelet.
 Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum regenerasi yaitu sebagai berikut :

1. Ikan nilem diambil dari akuarium menggunakan seser.


2. Diukur panjang total ikan menggunkan millimeter blok.
3. Gunting bagian sirip abdomen kiri.
4. Bagian sirip yang dipotong diukur sehingga diketahui panjang sirip yang tersisa.
5. Ikan dimasukkan kembali kedalam akuarium dan dipelihara selama 2 minggu.
6. Akuarium disipon selama 3 hari sekali.
7. Setiap hari ikan diberi pakan dan air akuarium dispon setiap dua hari sekali.
8. Pada minggu pertama dan kedua diukur kembali panjang sirip untuk mengetahui
ada tidaknya pertumbuhan pada sirip yang dipotong.
9. Hasil praktikum dicatat dan digunakan sebagai penyusunan laporan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


 Hasil
Tabel 1. Pertumbuhan Sirip Ikan
Panjang akhir sirip
(mm)
Panjang
awal Hari
Regenerasi sirip Hari Hari ke
Ulangan Kel/Romb. siri (mm) ke 0 ke 7 14

Sirip
1 1/I Caudal Atas 17 10 12 13
Sirip
Caudal
2/I Bawah 17 11 12 12

Sirip
Pectoral
3/I Kanan 9 3 4 6

Sirip
Pectoral
4/I Kiri 11 4 6 –

Sirip
Abdominal
5/I Kanan 9 4 6 8

Sirip
Abdominal
6/I Kiri 7 2 5 8

Sirip
1/II Caudal Atas 17 8 9 15

Sirip
Caudal
2/II Bawah 19 8 11 14

Sirip
Pectoral
3/II Kanan 12 7 5 8

Sirip
Pectoral
4/II Kiri 12 6 7 9

Sirip
Abdominal
5/II Kanan 10 4 4 7

Sirip
Abdominal
2 6/II Kiri 10 4 5 6

Sirip
3 1/III Caudal Atas 20 13 15 19
Sirip
Caudal
2/III Bawah 19 11 10 11

Sirip
Pectoral
3/III Kanan 10 5 7 10

Sirip
Pectoral
4/III Kiri 11 6 7 10

Sirip
Abdominal
5/III Kanan 10 4 5 9

Sirip
Abdominal
6/III Kiri 8 2 6 9

Sirip
1/IV Caudal Atas 19 12 14 15

Sirip
Caudal
2/IV Bawah 19 11 12 –

Sirip
Pectoral
3/IV Kanan 13 5 7 –

Sirip
Pectoral
4/IV Kiri 10 6 5 9

Sirip
Abdominal
5/IV Kanan 10 1 5 6

Sirip
Abdominal
4 6/IV Kiri 10 4 4 7

Gambar 1. Sirip sebelum dipotong Gambar 2. Sirip setelah dipotong


Hari ke-0 Hari ke-0

Gambar 3. Sirip ikan hari ke-7 Gambar 4. Sirip ikan hari ke-14

 Pembahasan
Proses kerja dari regenerasi pada ikan nilem adalah bagian sirip ikan yang terpotong
diukur sehingga diketahui panjang tubuh yang tersisa. Ikan kemudian dimasukkan
kembali ke dalam akuarium dan dipelihara selama 2 minggu. Setiap hari ikan diberi
pakan berupa pelet dan air akuarium disipon setiap 2 hari sekali. Minggu ke-1 dan
minggu ke-2 ikan diukur kembali panjang tubuh dan panjang siripnya untuk
mengetahui ada tidaknya pertumbuhan pada sirip yang dipotong.

Sirip ikan yang dipotong adalah sirip pectoral, sirip abdominal dan sirip caudal.
Berdasarkan pengamatan, rombongan I kelompok 1 melakukan pemotongan sirip ikan
bagian caudal atas. Kelompok 2 pada sirip bagian caudal bawah. Kelompok 3 pada
kedua sirip bagian pectoral kanan. Kelompok 4 pada sirip bagian pectoral kiri.
Kelompok 5 bagian sirip abdominal kanan. Kelompok 6 bagian sirip bagian abdominal
kiri. Sirip ikan yang telah dipotong, dimasukkan ke dalam akuarium. Selama
pemeliharaan ikan diberi pakan pelet. Pertumbuhan sirip ikan diamati selama dua
minggu. Setiap minggu diukur dan dicatat perubahan yang terjadi serta difoto pada
bagian yang mengalami perubahan. Hasil pengamatan dicatat pada tabel regenerasi,
foto ditempelkan sebagai dokumentasi gambar.

Regenerasi ada tiga cara yaitu regenerasi epimorfosis, regenerasi morfolaksis dan
regenerasi intermediet. Regenerasi yang terjadi pada hewanmenurut Kalthoff (1996),
dapat dilakukan dengan tiga cara diantaranya:

1. Regenerasi epimorphosis, yaitu pada regenerasi ini melibatkan de-diferensiasi


struktur dewasa untuk membentuk masa sel yang belum terdeferensiasi yang
kemudian diresilokasikan. Regenerasi ini khas pada regenerasi membran.
2. Regenerasi morphoallaksis, regenerasi yang terjadi lewat pemolehan kembali
jaringan yang masih ada (tersisa), yang tidak disertai dengan pembelahan sel.
Contohnya pembelahan pada Hydra.
3. Regenerasi Intermediet, diduga sebagai regenerasi kompensatori. Regenerasi ini
sel-selnya membelah, tetapi mempertahankan fungsi sel yang telah terdeferensiasi.
Mereka memproduksi sel-sel serupa pada dirinya sendiri dan tidak membentuk
masa jaringan yang belum terdeferensiasi. Tipe regenerasi kompensatori
ini khas terjadi pada hati manusia.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pertumbuhan sirip ikan bagian abdominal
kiri oleh kami (kelompok 6) pada minggu pertama sepanjang 3 mm, minggu kedua
hanya sepanjang 3 mm. Pertumbuhan sirip ikan pada bagian caudal bawah yang
diamati oleh kelompok 1, pertumbuhan pada minggu pertama sepanjang 2 mm dan
pada minggu kedua sepanjang 1 mm. Kelompok 2 sirip ikan bagian caudal bawah yang
diamati pertumbuhannya pada minggu pertama sepanjang 2 mm dan minggu kedua
sepanjang 0 mm. Kelompok 3 kedua sirip caudal yang diamati pertumbuhannya pada
minggu pertama dan kedua sepanjang 1 mm dan 2 mm. Kelompok 4 sirip ikan bagian
pectoral yang diamati pertumbuhannya pada minggu pertama dan kedua sepanjang 2
mm dan 0 mm (ikan mati). Kelompok 5 sirip ikan bagian abdominal yang diamati
pertumbuhannya pada minggu pertama dan kedua sepanjang 2 mm dan 2 mm.
Berdasarkan data yang diperoleh, pertumbuhan regenerasi sirip ikan yang paling
efektif dan cepat adalah pada sirip abdominal kiri. Hasil kurang sesuai dengan pustaka.
Kalthoff (1996) menyebutkan bahwa pertumbuhan sirip ikan dimulai dari bagian yang
memiliki fungsi adaptasi paling penting terlebih dahulu, yaitu sirip pektoral.

Hasil regenerasi dari organ tertentu dalam hal ini sirip ikan tidak harus kembali seperti
semula. Hal itu membuktikan bahwa sel de-differensiasi bersifat pluripotent, yakni
dapat menimbulkan jaringan yang bukan darimana ia berasal (Yatim, 1990).
Berdasarkan data di atas, ternyata pertumbuhan sirip ikan tidak terlalu signifikan, hal
ini mungkin dikarenakan kurangnya pasokan dalam pemberian makan atau suhu
tempat ikan tersebut kurang ideal karena hidup dalam akuarium yang sempit sehingga
tidak sebebas habitat alaminya di luar sehingga ikan menjadi stress yang dapat
mempengaruhi kerja proses biologis di dalam tubuhnya, yang mengakibatkan
pertumbuhan sirip lambat. Praktikum regenerasi sirip ikan menghasilkan data
pertumbuhan sirip ikan yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena daya regenerasi
yang dimiliki oleh setiap individu berbeda-beda. Sirip ikan yang terpotong akan
tumbuh sedikit demi sedikit dan melalui serangkaian tahapan (Anusree et al.,2011).
Menurut Khaltoff (1996), regenerasi melalui beberapa tahapan yaitu:
1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir lalu membeku membentuk scab yang
bersifat sebagai pelindung.
2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka,di
bawah scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari dimana pada saat itu
luka telah tertutup oleh kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat lebih muda
kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai berbagai jenis jaringan baru.
Matriks tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-selnya lepas dan tersebar di
bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan semua sel-selnya
mengalami diferensiasi, sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang rawan
dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat miofibril
hilang, inti membesar dan sitoplasma menyempit.
4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Scab
mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel diferensiasi atau
sel-sel satelit pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di dinding kapiler
darah. Proses saatnya nanti, sel-sel pengembara akan berproliferasi membentuk
blastema.
5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secaras erentak
dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai
besar yang maksimal dan tidak membesar lagi.
Proses perbaikan pertama pada regenerasi sirip ikan adalah penyembuhan luka
dengan penumbuhan kulit diatas luka tersebut, kemudian suatu tunas-tunas sel yang
belum berdiferensiasi terlihat. Tunas ini menyerupai rupa yang mirip dengan tunas
anggota tubuh pada embrio yang sedang berkembang. Ketika waktu berlalu sel-sel dari
anggota tubuh yang sedang beregenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali lagi menjadi
otot, tulang dan jaringaberdiferensiasi misalnya epidermis mensintesis dan
menghasilkan zat yang secara aktif mn lanjutnya yang menjadikan ekor dan kaki
fungsional (Shao et al., 2009). Studi regenerasi mengungkapkan bahwa sel-sel dewasa
dari jaringan tertentu yang telah enghambat mitosis sel-sel muda dari jaringan yang
sama. Stadium permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak ada
penghambat pembelahan sel. Umur organisme mempengaruhi kemampuan regenerasi
dengan meningkatnya umur tanpa kemampuan regenerasi lenyap tampak kemampuan
regenerasi lenyap secara progesif. Kemampuan regenerasi berkurang dengan
meningkatnya kompleksitas struktur dan fisiologi. Regenerasi pada ikan termasuk
kedalam tipe regenerasi epimorfosis yaitu sel-sel terdifferensiasi, terspesialisasi,
terspesifikasi membentuk sel-sel yang baru (Kimball, 1992).
Kulit yang menutupi sirip Teleostean didasari oleh epidermis dan dermis. Epidermis,
lapisan paling dangkal dan eksternal dari kulit, terdiri dari epitel skuamosa
berlapis. Dermis, lapisan dalam yang terletak langsung di bawah epidermis, tersusun
oleh jaringan penghubung. Epidermis memiliki peran mendasar dalam proses
regeneratif sirip ikan. Sejak waktu penyembuhan struktur ini mengarah pada proses
lebih cepat, menghindari proses infeksi khusus, biotik oleh mikroorganisme ditemukan
di lingkungan air, seperti jamur, bakteri dan protozoa yang dapat menularkan penyakit.
Proses penyembuhan mengikuti urutan kejadian selular dan biokimia yang
menghasilkan pemulihan epidermis. Serupa dengan regenerasi yang terjadi dengan
amfibi, regenerasi sirip perbedaan mendasar Teleostean telah selama proses ini,
karena menyajikan dalam penyembuhan luka, langkah pertama untuk semua proses
berikut. Diferensiasi, yang mengarah pada pembentukan protoplasma, juga sangat
penting, serta diferensiasi selular pertumbuhan, morfologi dan pemulihan
(Bockelmann, 2010).
Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain temperatur, sistem saraf,
asupan makanan, dan faktor umur (Nambiar et al., 2008). Kenaikan temperatur akan
mempercepat proses regenerasi. Regenerasi menjadi lebih cepat pada suhu 29,70C.
Sistem syaraf juga diketahui dapat mempengaruhi regenerasi. Makanan tidak begitu
berpengaruh pada proses regenerasi. Rata-rata pada hewan yang dipuasakan akan
beregenerasi sesuai dengan kemampuan internalnya sendiri. Faktor umur juga akan
mempengaruhi daya regenerasi. Organisme makin tua, daya regenerasi makin
berkurang (Soeminto, 2000).

KESIMPULAN DAN SARAN


 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan
bahwa :
1. Tahapan proses regenerasi pada ikan yaitu pembentukan scab, sel epitel
bergerak secara amoeboid di bawah scab, diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka,
pembentukan kuncup regenerasi (blastema), dan proliferasi sel-sel.
2. Proses regenerasi ikan yang paling cepat adalah sirip abdominal kiri.
3. Regenerasi dipengaruhi oleh suhu, proses biologi, bahan makanan, dan umur
organisme.
 Saran
Sebaiknya ikan yang digunakan setiap kelompok tidak disatukan dalam satu bak
akuarium tetapi disimpan di tempat tersendiri meskipun tempat yang dibutuhkan
tersebut banyak. Namun, hal ini dilakukan agar menghindari kejadian ikan yang
tertukar dan memudahkan tiap kelompok mencari ikan yang siripnya dipotong.

DAFTAR REFERENSI
Anusree. P, Saradamba. A, Tailor. N, Desai. I and Suresh. B. 2011. Caudal Fin
Regenerationis Regulated By Cox-2 Induced PGE In Teleost Fish Poecillia
Latipanna. The Maharaja Sayajirao University of Baroda Vol. 11(2) 2795-280.
Bockelmann, P.K, Ochandio, B.S, and Bechara, I.J. 2010. Histological study of the
dynamics in epidermis regeneration of the carp tail fin (Cyprinus carpio, Linnaeus,
1758). Braz. J. Biol, Vol. (1) : 217-223.
Kalthoff, K. 1996. Analysis of Biological Development. McGraw-Hall Inc, New York.
Kimball, J.W. 1992. Biologi 2 Edisi 1. Erlangga, Jakarta.
Majumdar, N.N. 1985. Textbook of Vertebrate Embryology. McGraw-Hill Publishing
Company Limited, New Delhi.
Nambiar, V.V., I.Y Bhatt., P.A. Deshmukh., R.R.Jape., H.R.Kacale,S.S.Prakashkar dan A.V
Ramachandran. 2008. Assessment of Extracellular Matrix Remodeling During
Tail Regeneration in the Lizard Hemidactylus flaviviridis. Journal of Endocrinol
Reproduction, 12(2):67-72.
Shao, jinhui., Xiaojing, qian., Chengxia, zhang and Zenglu, xu. 2009. Fin Regeneratin
from Tail Segment with Musculature, Endoskleton and Scales. Journal of Experimental
Biology, 312b:1-8.
Soeminto, 2000. Embriologi Vertebrata. Unsoed, Purwokerto.
Solang, M. dan Lamondo, D. 2009. Peningkatan Pertumbuhan dan Indeks Kematangan
Gonad Ikan Nila (Oreochromis Niloticus L.) Melalui Pemotongan Sirip Ekor. Jurnal Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Vol 19(3): 143-149.
Willis, S. 1983. Biology. Holt Rinehart & Winston Inc, New York.
Yatim, W. 1990. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.
Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung

Anda mungkin juga menyukai