Bakteri Mycobacterium leprae menjadi penyebab utama kusta. Bakteri ini tumbuh pesat
pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti tangan, wajah, kaki dan lutut.
M. leprae termasuk jenis bakteri yang hanya bisa tumbuh berkembang di dalam beberapa sel
manusia dan hewan tertentu. Cara penularan bakteri ini adalah melalui cairan dari hidung
Selain penyebab utamanya, ada juga faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang
Melakukan kontak fisik dengan hewan penyebar bakteri kusta tanpa sarung
Penyebab penyakit kusta adalah bakteri Mycobacterium leprae yang berbentuk batang
panjang, sisi paralel dengan kedua ujung bulat, ukuran 0,3-0,5 mikron x 1-8 mikron. Basil ini
berbentuk batang gram positif, tidak bergerak, tidak berspora, dapat tersebar atau dalam
berbagai ukuran bentuk kelompok. Pada pemeriksaan langsung secara mikroskopis, tampak
bentukan khas adanya basil yang mengerombol seperti ikatan cerutu, sehingga disebut packet
of cigars (globi).Basil ini diduga berkapsul tetapi rusak pada pewarnaan menggunakan
karbon fukhsin. Organisme tidak tumbuh pada perbenihan buatan.Penyakit kusta bersifat
menahun karena bakteri kusta memerlukan waktu 12-21 hari untuk membelah diri dan masa
biasanya bertempat tinggal di daerah yang minim peralatan laboratorium. Bercak putih atau
merah pada kulit yang mati rasa dan penebalan saraf perifer (atau saraf yang terletak di
bawah kulit dapat teraba membesar bahkan terlihat) seringkali dijadikan dasar pertimbangan
diagnosis klinis. Pada kawasan endemik kusta, seseorang bisa dianggap mengidap kusta
apabila menunjukkan salah satu dari dua tanda utama berikut ini:
4. Pengobatan Kusta
Mayoritas penderita kusta yang didiagnosis secara klinis akan diberi kombinasi antibiotik
sebagai langkah pengobatan selama 6 bulan hingga 2 tahun. Dokter harus memastikan jenis
kusta serta tersedianya tenaga medis yang mengawasi penderita untuk menentukan jenis,
Risiko komplikasi kusta dapat terjadi tergantung dari seberapa cepat penyakit tersebut
didiagnosis dan diobati secara efektif. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi jika kusta
Otot melemah.
Cacat progresif.
Contohnya kehilangan alis, cacat pada jari kaki, tangan dan hidung
kusta adalah penyakit yang memberi stigma yang sangat besar besar pada masyarakat,
sehingga penderita kusta menderita tidak hanya kerena penyakitnya saja, juga dijauhi atau
dikucilkan oleh masyarakat. Hal tersebut sebenarnya lebih banyak disebabkan karena cacat
tubuh yang tampak menyeramkan. Cacat tubuh tersebut sebenarnya lebih banyak disebabkan
karena cacat tubuh yang tampak menyeramkan. Cacat tubuh tersebut sebenarnya dapat
dicegah apabila diagnosis dan penanganan penyakit dilakukan secara dini. Demikian pula
diperlukan pengetahuan berbagai hal yang dapat menimbulkan kecacatan dan pencegahan
Anakanak dari orang tua yang teinfeksi diberikan kemoprofilaksis dengan sulfon sampai
orang tua tidak infeksius lagi. Jika salah satu anggota dalam keluarga menderita lepra
lepromatosa, maka profilaksis demikian diperlukan bagi anak-anak dalam keluraga tersebut.
1. Pencegahan Primodial
Pencegahan primodial yaitu upaya pencegahan pada orang-orang yang belum memiliki
faktor resiko penyakit kusta melalui penyuluhan. Penyuluhan tentang penyakit kusta adalah
memiliki faktor resiko agar tidak sakit. Tujuan dari pencegahan primer adalah
hygiene, deteksi dini adanya penyakit kusta dan penggerakan peran serta
pencegahan penyakit dini yaitu mencegah orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat
Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mengobati penderita dan mengurangi akibat-
akibat yang lebih serius dari penyakit yaitu melalui diagnosis dini dan pemberian
pengobatan.Pencegahan sekunder ini dapat dilakukan dengan melakukan diagnosis dini dan
pemeriksaan neuritis, deteksi dini adanya reaksi kusta, pengobatan secara teratur melalui
kemoterapi atau tindakan bedah. Universitas Sumatera Utara Untuk menetapkan diagnosa
penyakit kusta perlu dicari tanda-tanda pokok atau “cardinal sign” pada badan, yaitu :
a. Lesi (Kelainan) kulit yang mati rasa Kelainan kulit/lesi dapat berbentuk bercak keputih-
b. Penebalan saraf tepi Dapat disertai rasa nyeri dan juga dapat disertai atau tanpa gangguan
fungsi saraf. Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan kronis saraf tepi
d. Ditemukan Basil Tahan Asam2 Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit
(BTA Positif). Pemeriksaan kerokan hanya dilakukan pada kasus yang meragukan. Seseorang
dinyatakan sebagai penderita kusta bilamana terdapat satu dari tandatanda utama di atas.
Apabila hanya ditemukan cardinal sign ke-2 dan petugas ragu perlu dirujuk kepada WASOR
atau ahli kusta, jika masih ragu orang tersebut dianggap sebagai kasus yang dicurigai
b. Kulit mengkilap
a. Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau muka.
mengadakan rehabilitasi.
Rehabilitasi adalah upaya yang dilakukan untuk memulihkan seseorang yang sakit
sehingga menjadi manusia yang lebih berdaya guna, produktif, mengikuti gaya hidup yang
memuaskan dan untuk memberikan kualitas hidup yang sebaik mungkin, sesuai tingkatan
a. Pencegahan Kecacatan Pencegahan cacat kusta jauh lebih baik dan lebih ekonomis
daripada penanggulangannya. Pencegahan ini harus dilakukan sedini mungkin, baik oleh
terjadinya kontraktur.
3) Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar tidak
5) Perawatan mata, tangan dan atau kaki yang anestesi atau mengalami kelumpuhan
otot
b. Rehabilitasi
rehabilitasi ekonomi. Usaha rehabilitasi medis yang dapat dilakukan untuk cacat tubuh ialah
antara lain dengan jalan operasi dan fisioterapi. Meskipun hasilnya tidak sempurna kembali
ke asal, tetapi fungsinya dan secara kosmetik dapat diperbaiki. Cara lain adalah kekaryaan,
yaitu memberi lapangan pekerjaan yang sesuai cacat tubuhnya, sehingga dapat berprestasi
dan dapat meningkatkan rasa percaya diri, selain itu dapat dilakukan terapi psikologik
(kejiwaan).
Pada tahun 1991 World Health Assembly telah mengeluarkan suatu resolusi yaitu
eliminasi kusta pada tahun 2000. Indonesia sebagai anggota Organisasi Kesehatan Sedunia
(WHO) harus memenuhi resolusi tersebut. Suatu kenyataan bahwa kusta tersebar di Indonesia
secara tidak merata dan prevalensi rate (PR) sangat bervariasi menurut propinsi,
sebanyak 18.312 penderita. Eliminasi kusta di Indonesia yang ditargetkan tahun 2000 sudah
dicapai secara nasional pada pertengahan tahun 2000, namun demikian pada tingkat propinsi
dan kabupaten masih banyak yang belum mencapai eliminasi. Sampai akhir desember 2003,
baru 18 dari 30 propinsi dan 325 dari 440 Kabupaten yang dapat mencapai eliminasi.