Disusun Oleh:
2018
KATAPENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt yang telah senantiasa memberikan rahmat dan
nikmat yang tiada terkira bagi kami. Oleh karena itu,tiada kata yang terindah
selain ucapan syukur tak terhingga karena saya dapat menyelesaikan tugas
akuntansi perpajakan yang berjudul "REKONSILIASI FISKAL".
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian,
yang kadangkala hanya menuruti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan
kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makalah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari makalah yangmembahas tentang rekonsiliasi laporan
keuangan komersial ke laporan keuangan fiskal ini sebagai tambahan dalam
menambah referensi yang telah ada.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih atas dukungan dan arahan dari
semua pihak.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang memegang peranan penting
karena merupakan komponen yang terbesar dan sumber dana dalam negeri untuk
membiayai berbagai keperluan pembangunan nasional. Wajib Pajak dengan
pemerintah memiliki kepentingan yang berbeda dalam hal pembayaran pajak.
Wajib Pajak berusaha membayar pajak sekecil mungkin karena dengan membayar
pajak berarti mengurangi kemampuan ekonomis Wajib Pajak. Di lain pihak,
pemerintah memerlukan dana sebanyak-banyaknya dari penerimaan pajak untuk
membiayai pengeluaran pemerintah.
Karena adanya perbedaan kepentingan, maka dengan self assesment system Wajib
Pajak cenderung berusaha meminimalisasi jumlah pembayaran pajak. Upaya
untuk meminimalisasi pembayaran pajak ini disebut dengan perencanaan pajak.
Perusahaan harus menyusun laporan keuangan fiskal untuk kepentingan
pembayaran pajak.Tujuan utama dari laporan keuangan fiskal adalah untuk
menghitung penghasilan kena pajak. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan
koreksi fiskal atas laporan laba rugi komersial menurut Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) dengan laporan laba rugi menurut Undang-Undang Perpajakan
yang berlaku.
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Rekonsiliasi fiskal adalah proses penyesuaian atas laba akumtamsi yang berbeda
dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto/laba yang sesuai
dengan ketentuan perpajakan. Dengan melakukan proses rekonsiliasi fiskla ini
maka WP tidak perlu membuat pembukuan ganda, melainkan cukup membuat 1
pembukuan yang didasari SAK-ETAP. Setelah dibuatkan rekonsiliasi fiscal untuk
mendapatkan laba fiscal PhKP yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan
PPh. Koreksi fiscal tersebut dapat dibedakan anatar beda tetap dan beda waktu.
Perbedaan- perbedaan anatara akuntansi dan fiscal tersebut dapat dikelompokkan
menjadi beda tetap/permanen (permanent differences) dan beda waktu/sementara
(timing differences).
Beda tetap terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan beban
menurut akuntansi dengan pajak, yaitu adanya penghasilan dan beban yang diakui
menurut akuntansi komersial namun tidak diakui menurut fiskal, atau sebaliknya.
Beda tetap mengakibatkan (laba/rugi sebelum pajak/ pre tax income) yang
berbeda secara tetap dengan laba atau rugi menurut fiscal PhKP (taxable income).
5
1. Penghasilan yang telah dikenakan PPh bersifat final (Pasal 4 ayat (2)
UU PPh).
6. Sanksi perpajakan,
Beda Waktu/Sementara
Beda waktu biasanya timbul karena perbedaan metode yang dipakai antara
fiscal dengan akuntansi dalam hal:
6
Tahunan PPh dan menyusun laporan keangan fiscal yang harus dilampirkan pada
saat menyampaikan SPT Tahunan PPh.
Koreksi fiscal dapat berupa koreksi positif dan negative. Koreksi positif
terjadi apabila laba menurut fiscal bertambah. Koreksi positif bianaya dilakukan
akibat adanya sebagai berikut.
Contoh soal 1:
Penjualan
1.250.000.000
HPP
(500.000.000)
7
Beban Operasional
1. Gaji 55.000.000
2. Tunjangan transport karyawan 45.000.000
3. Beban makan kantor 6.000.000
4. Beban pengobatan ditanggung perusahaan 20.000.000
5. Beban training karyawan 15.000.000
6. Beban seragam satpam 12.000.000
7. Beban sanksi administrasi pajak 10.000.000
8. Beban pengangkutan 4.500.000
9. Beban bunga pinjaman 7.000.000
10. Cadangan penghapusan piutang 4.500.000
11. Beban jamuan tamu tanpa daftar 10.000.000
12. Beban listrik dan telepon kantor 24.000.000
13. PBB dan Bea Materai 3.000.000
14. Penyusutan asset tetap 40.000.000
15. Premi asuransi kebakaran pabrik 10.000.000
16. Bantuan untuk panitia HUT RI 5.000.000
Laba Usaha
478.500.000
Pendapatan Lain-lain
8
4. Penerimaan pengembalian PBB yang telah
5.000.000
Dibebankan
5. Jasa giro Bank Mamiri (sebelum PPh)
2.000.000
Keterangan Tambahan
Diminta:
Jawab :
PT Father
9
Usaha (500.000) - - (500.000)
HPP 750.000 - - 750.000
Penghasilan Bruto Usaha
Beban Usaha/Beban
Operasional 55.000 - - 55.000
- Gaji 45.000 - - 45.000
- Tunjangan transpor
karyawan 6.000 - - 6.000
- B. makan kantor 20.000 20.000 - 0 Pasal 9 ayat
- B. pengobatan (1) UU PPh
ditanggung perusahaan 15.000 - - 15.000
- B. training karyawan 12.000 - - 12.000
- B. seragam satpam 10.000 10.000 - 0 Pasal 9 ayat
- Sanksi administrasi (1) UU PPh
pajak 4.500 - - 4.500
7.000 - - 7.000
- B. pengangkutan 5.000 5.000 - 0 Pasal 9 ayat
- B. bunga pinjaman (1) UU PPh
- Cadangan penghapusan 10.000 10.000 - 0 SE-27/PJ.22/
piutang 1986
- B. jamuan tamu tanpa 24.000 - - 24.000
daftar nominatif
- B. listrik dan telepon 3.000 - - 3.000
kantor 40.000 5.000 - 35.000 Pasal 11 UU
- PBB dan Bea Materai PPh
- Penyusutan asset tetap 10.000 - - 10.000
- Premi asuransi
kebakaran pabrik 5.000 5.000 - 0 Pasal 9 ayat
(1) UU PPh
- Sumbangan HUT RI (271.500) 55.000 - (216.500)
- 533.500
10
Total beban usaha
11
1. Gaji (termasuk pemberian sembako kepada
45.000.000
karyawan senilai Rp 5.000.000)
2. PPh 21 ditanggung perusahaan
7.500.000
3. Beban perjalanan dinas
22.000.000
4. Beban pemasaran
9.000.000
5. Sewa gedung kantor
10.000.000
6. Beban reparasi dan pemeliharaan
3.000.000
7. Kerugian cabang Bali
6.000.000
8. Beban jamuan tamu dengan daftar nominatif
10.000.000
9. Beban listrik dan telepon kantor
24.000.000
(termasuk didalamnya beban listrik dan telepon direksi
sebesar Rp 5.000.000
10. Beban jasa teknik
10.000.000
11. Bantuan GNOTA
4.000.000
12. Penyusutan asset tetap
33.125.000
13. Sumbangan untuk karyawati menikah
1.000.000
14. Pajak kendaraan bermotor
1.500.000
12
Pendapatan Lain-lain
1. Dividen dari PT Terang (% kepemilikan 20%)
40.000.000
2. Dividen dari PT Sinar (% kepemilikan 25%)
15.000.000
3. Sewa gedung kepada PT Berlian (setelah PPh)
27.000.000
4. Penghasilan dari penjualan tanah
12.000.000
5. Bunga deposito (sebelum dipotong PPh)
10.000.000
6. Bunga pinjaman dari PT Segar (sebelum dipotong PPh)
5.000.000
Beban Lain-lain
Rugi usaha di wilayah Malaysia
10.000.000
Keterangan tambahan
Jenis aset Tahun Beli Harga Beli (Rp)
Bangunan permanen 19 Agustus 1998 400.000.000
Kelompok 1 20 Januari 2007 25.000.000
Kelompok 2 10 Mei 2009 60.000.000
Diminta:
A. Buatlah rekonsiliasi fiskal untuk tahun 2010.
B. Berapa besarnya penghasilan neto fiskal PT Josche.
Jawab:
PT Josche
Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2010
(dalam ribuan Rp)
Menurut Koreksi Fiskal Menurut
13
Keterangan Akuntans Positif Negatif Fiskal Keterangan
i
Penjualan/peredaran 1.000.000 - - 1.000.000
Usaha
HPP (450.000) - - (450.000)
Penghasilan Bruto 550.000 - - 550.000
Usaha
Beban Usaha/Beban
Operasional 45.000 5.000 - 40.000 Pasal 9 ayat (1)
- Gaji UU PPh
7.500 7.500 - 0 PP 94 Tahun
- PPh 21 ditanggung 2010
perusahaan 22.000 - - 22.000
- B. perjalanan dinas 9.000 - - 9.000
- B. pemasaran 10.000 - - 10.000
- B. sewa gedung kantor 3.000 - - 3.000
- B. reparasi dan peme-
liharaan 6.000 - - 6.000
- Kerugian cabang Bali 10.000 - - 10.000
- B. jamuan tamu 24.000 5.000 - 19.000 Pasal 9 ayat (1)
- B. listrik dan telepon UU PPh
kantor 10.000 - - 10.000
- B. jasa teknik 4.000 - - 4.000
- Bantuan GNOTA 33.125 - 2.500 35.625 Pasal 11 UU
- B. penyusutan 1.000 1.000 - 0 PPh
- Sumbangan karyawati Pasal 9 ayat (1)
1.500 - - 1.500 UU PPh
- Pajak kendaraan ber-
motor
(186.125) 18.500 2.500 (170.125)
Total Beban Usaha
363.875 18.500 2.500 379.875
14
Penghasilan Neto dari
Usaha
Penghasilan dari luar
usaha 40.000 - - 40.000
- Dividen dari PT 15.000 15.000 0 Pasal 4 ayat (3)
Terang UU PPh
- Dividen dari PT Sinar 27.000 3.000 30.000 0 Pasal 4 ayat (2)
- Sewa gedung PT UU PPh
Berlian 12.000 - - 12.000
10.000 - 10.000 0 Pasal 4 ayat (2)
- Penjualan tanah UU PPh
5.000 - - 5.000
- Bunga deposito 109.000 3.000 55.000 57.000
- Bunga pinjaman
(10.000) 10.000 - (0) Pasal 9 ayat (9)
Total Phs dr luar usaha UU PPh
Beban dari luar usaha 462.875 31.500 57.500 436.875
Kerugian usaha
Malaysia
15
1.1.1 Penghasilan Kena Pajak (PhKP)
PhKP yang digunakan sebagai dasar menghitung PPh tersebut
dihitung dengan cara yang berbeda-beda tergantung pada jenis WP.
a. WP Badan
PhKP = Penghasilan Neto
b. WP Orang Pribadi yang menyelenggarakan pembukuan
PhKP = Penghasilan Neto – PTKP
c. WP Orang Pribadi yang menggunakan Norma Perhitungan
Penghasilan Neto
PhKP = (% Norma Perhitungan Penghasilan Neto x Peredaran
Usaha) – PTKP
d. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
PhKP = Penghasilan Neto (berdasarkan Pasal 5 UU PPh)
1.440.00
0
16
1.1.2 Tarif Pajak
System penerapan tarif PPh sesuai dengan Pasal 17 UU PPh
Nomor 36 Tahun 2008 adalah sebagai berikut.
a. Tarif PPh 17 untuk WP Orang Pribadi dalam negeri, yaitu:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000 5%
Di atas Rp 50.000.000 s.d. Rp 250.000.000 15%
Di atas Rp 250.000.000 s.d. Rp 500.000.000 25%
Di atas Rp 500.000.000 30%
17
oleh cabang tersebut. Kompensasi kerugian hanya dapat dilakukan
oleh WP badan atau WP orang pribadi yang menyelenggarakan
pembukuan.
Penghasilan Neto fiskal xxx
- Kompensasi Kerugian selama 5 tahun (xxx)
Penghasilan Kena Pajak xxx
Contoh:
a) Peredaran bruto PT Bening dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp
4.200.000.000 dengan PhKP sebesar Rp 500.000.000.
Perusahaan memperoleh fasilitas pasal 31E secara penuh maka
jumlah PPh yang terutang adalah sebesar (50% x 28%) x Rp
500.000.000 = Rp 70.000.000.
b) Peredaran bruto PT Berlian dalam tahun pajak 2010 sebesar Rp
30.000.000.000 dengan PhKP sebesar Rp 3.000.000.000.
Perusahaan hanya sebagian memperoleh fasilitas pasal 31E untuk
bagian penghasilan bruto s.d. Rp 4,8 miliar maka jumlah PPh
yang terutang adalah sebesar total PPh fasilitas dan PPh non
fasilitas yaitu Rp 60.000.000 + Rp 630.000.000 = Rp
690.000.000, terdiri atas:
PPh fasilitas sebesar (50% x 25%) x Rp 480.000.000 = Rp
60.000.000, untuk jumlah PhKP dari bagian peredaran bruto
yang memperoleh fasilitas sebesar (Rp 4.800.000.000 : Rp
30.000.000.000) x Rp 3.000.000.000 = Rp 480.000.000; dan
PPh nonfasilitas sebesar 25% x Rp 2.520.000.000 = Rp
630.000.000, untuk jumlah PhKP dari bagian peredaran bruto
yang tidak memperoleh fasilitas sebesar Rp 3.000.000.000 –
Rp 480.000.000 = Rp 2.520.000.000.
c) peredaran bruto PT Binar dalam tahun pajak 2011 sebesar Rp
200.000.000.000 dengan PhKP sebesar Rp 12.000.000.000.
Perusahaan tidak memperoleh fasilitas pasal 31E maka jumlah
18
PPh yang terutang adalah sebesar 25% x Rp 12.000.000.000 =
Rp 3.000.000.000.
Apabila untuk suatu pajak Kredit Pajak < PPh Terutang, maka timbul
PPh Kurang Bayar sebesar selisihnya. Hal ini dicatat perusahaan dengan
jurnal sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
PPh Badan Xxx -
PPh 22 dibayar di muka - Xxx
PPh 23 dibayar di muka - Xxx
PPh 24 dibayar di muka - Xxx
19
PPh 25 dibayar di muka - Xxx
Utang PPh 29 - Xxx
PPh Kurang Bayar akan disajikan dalam neraca sebagai Utang Pajak
dalam kelompok Kewajiban Lancar.
Sementara itu, apabila untuk suatu tahun pajak Kredit Pajak > PPh
Terutang, maka terjadi PPh Lebih Bayar sebesar selisihnya yang dicatat
perusahaan dengan jurnal sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
PPh Badan Xxx -
PPh 28A xxx -
PPh 22 dibayar di muka - Xxx
PPh 23 dibayar di muka - Xxx
PPh 24 dibayar di muka - Xxx
PPh 25 dibayar di muka - Xxx
20
Contoh:
PT Aldi mempunyai penghasilan neto fiscal tahun 2011 sebesar Rp
500.000.000. Tahun lalu PT Aldi menderita kerugian sebesar Rp
150.000.000. Pajak yang dapat dikreditkan adalah PPh 22 sebesar Rp
9.000.000, PPh 23 sebesar Rp 7.000.000, dan PPh 24 sebesar Rp 5.000.000.
Selama tahun 2011, PT Aldi membayar angsuran PPh 25 sebesar Rp
10.000.000
Diminta:
1. Hitunglah besarnya PPh terutang.
2. Berapa besarnya total pajak yang dapat diperhitungkan PT Aldi sebagai
Kredit pajak.
3. Hitunglah besarnya PPh kurang/lebih bayar.
4. Buatlah jurnal yang dibuat PT Aldi.
Jawaban:
1. Penghasilan neto fiscal = Rp 500.000.000
- Kompensasi kerugian = Rp 150.000.000
Penghasilan Kena Pajak = Rp 350.000.000
PPh Terutang = (50% x 25%) x Rp 350.000.000 = Rp 43.750.000
2. Kredit Pajak PT Aldi = PPh 22 + PPh 23 + PPh 24 + PPh 25
= Rp 9.000.000 + Rp 7.000.000 + Rp
5.000.000 +
Rp 10.000.000
= Rp 31.000.000
3. PPh terutang = Rp 43.750.000
- Kredit Pajak = Rp 31.000.000
PPh Kurang Bayar = Rp12.750.000
4. Jurnal yang dibuat PT Aldi adalah sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
PPh Badan 43.750.000 -
PPh 22 dibayar di muka - 9.000.000
21
PPh 23 dibayar di muka - 7.000.000
PPh 24 dibayar di muka - 5.000.000
PPh 25 dibayar di muka - 10.000.000
Utang PPh 29 - 12.750.000
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib
pajak sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib pajak badandan
wajib pajak orang pribadi (yang menggunakan pembukuan dalam menghitung
penghasilan kena pajak).
3.2 Saran
Dengan adanya koreksi Fiskal diharapkan para Wajib Pajak dapat memenuhi
kewajiban perpajakannya sesuai dengan Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.Sedangkan bagi pemerintah diharapakan dapat meningkatkan
pengawasan dalam penyelenggaraan pembayaran pajak.
23
DAFTAR PUSTAKA
24