Anda di halaman 1dari 9

Kutil kulit

Gejala dan Jenis Kutil Akibat HPV


HPV cenderung tidak menimbulkan gejala sehingga jarang disadari oleh pengidap. Sistem
kekebalan tubuh kita juga biasanya akan memberantas infeksi HPV sebelum virus ini
menyebabkan gejala sehingga tidak membutuhkan penanganan.

Namun apabila tubuh kita tidak berhasil memberantasnya, infeksi HPV dengan jenis tertentu
berpotensi menyebabkan kanker serviks. Karena itu, para wanita dianjurkan untuk selalu
memeriksakan kesehatannya serta menjalani vaksin pencegah HPV.

Jika infeksi HPV sampai pada tahap menimbulkan gejala, indikasi utama adalah tumbuhnya
kutil. Jenis kutil terbagi ke dalam 5 kategori, yaitu:

 Kutil biasa yang umumnya berupa benjolan bulat yang kasar.


 Kutil plantar atau mata ikan. Kutil ini berbentuk rata dengan lubang di tengahnya yang
terkadang disertai titik-titik hitam.
 Kutil datar (flat wart) dengan bentuk seperti bekas cakar di kulit. Warnanya juga beragam,
bisa cokelat, kekuning-kuningan, atau merah muda.
 Kutil filiform yang biasanya berupa bintil daging tumbuh dengan warna yang sama seperti
kulit.
 Kutil periungual. Jenis kutil yang biasa tumbuh di kaki dan tangan ini berbentukpecah-
pecah seperti kembang kol serta menebal di lempeng kuku.
Sementara kutil kelamin umumnya dapat berupa lesi datar serta bentol dengan permukaan
pecah-pecah yang mirip kembang kol. Kutil ini akan menyebabkan rasa gatal, tapi jarang
terasa sakit.
Kutil adalah masalah kesehatan kulit yang pada umumnya ditandai dengan benjolan kecil
bertekstur kasar yang muncul di atas permukaan kulit. Kutil disebabkan oleh human
papilloma virus atau disingkat HPV. Virus yang menyerang lapisan kulit ini membuat
produksi keratin atau protein keras menjadi meningkat pesat sehingga melebihi jumlah yang
dibutuhkan oleh tubuh. Kelebihan keratin ini kemudian menumpuk di bagian atas kulit dan
membentuk tekstur baru yang disebut dengan kutil.
Virus penyebab kutil dapat menular dengan mudah. Penularan kondisi ini dapat terjadi jika
seseorang bersentuhan langsung dengan kulit penderita atau benda yang terkontaminasi virus
HPV. Walau demikian, tidak semua orang yang bersentuhan dengan virus HPV akan
menyebabkan gejala kutil. Hal ini sangat dipengaruhi imunitas tubuh masing-masing. Oleh
karena itu, penderita yang imunitas tubuhnya bermasalah, seperti penderita HIV/AIDS atau
yang baru saja melakukan transplantasi organ, akan rentan untuk terkena penyakit ini.
Selain orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh rendah, anak-anak dan remaja juga lebih
rentan terkena kutil.

Gejala kutil
Pada umumnya, bentuk kutil menonjol ke atas seperti bulatan yang memiliki permukaan
kasar. Selain menyerupai bulatan kasar, ada juga yang tampak memanjang dan tipis. Kutil
juga dapat berkembang di telapak kaki yang berlubang di tengah yang di sekitarnya
dikelilingi kulit yang mengeras.

Diameter kutil bisa berkisar antara 0,1 hingga 1 sentimeter. Kutil bisaterdapat di tangan atau
dibawah permukaan kaki. Meskipun begitu, kutil bisa muncul di permukaan kulit mana pun.

Kutil merupakan kondisi yang tidak bersifat kanker. Tampilannya mungkin akan susah
dibedakan dengan beberapa kondisi kulit lainnya. Oleh karena itu, kunjungi dokter agar bisa
dilihat dan ditangani.

Pengobatan kutil
Meski sebagian besar kasus kutil bisa membaik dengan sendirinya, namun
langkah pengobatan tetap perlu dilakukan, terutama jika kutil telah menyebar ke bagian tubuh
yang lain, mulai menimbulkan rasa sakit, dan menyebabkan pendarahan.
Sebagian besar kutil dapat hilang dengan sendirinya tanpa harus diobati, namun ini bisa
memakan waktu hingga beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan.

Ada baiknya kita mencoba menangani kutil di rumah dengan cara mengoleskan salepatau
plester yang mengandung asam salisilat yang bisa dibeli tanpa resep dokter untuk
mempercepat proses penyembuhan.Sedangkan metode penghilangan kutil dengan cara
menempelkan pita perekat pada kutil hingga kini belum terbukti keberhasilannya.

Jika kutil tidak kunjung sembuh setelah diobati sendiri, disarankan untuk menemui dokter
untuk mendapatkan pengobatan. Metode pengobatan kutil yang biasanya dilakukan oleh
dokter bisa bermacam-macam, mulai dari pemberian krim kulit dengan kandungan zat yang
lebih kuat, cryotherapy atau pembekuan area kulit yang sakit dengan nitrogen, hingga
menggunakan terapi laser.

Kanker serviks adalah kanker yang muncul pada leher rahim wanita. Leher rahim sendiri
berfungsi sebagai pintu masuk menuju rahim dari vagina. Semua wanita dari berbagai usia
berisiko menderita kanker serviks. Tapi, penyakit ini cenderung memengaruhi wanita yang
aktif secara seksual.

Pada tahap awal, kanker serviks biasanya tidak memiliki gejala. Gejala kanker serviks yang
paling umum adalah pendarahan pada vagina yang terjadi setelah berhubungan seks, di luar
masa menstruasi, atau setelah menopause. Meski terjadi pendarahan, belum berarti Anda
menderita kanker serviks. Untuk memastikan penyebab kondisi Anda, segera
tanyakan kepada dokter. Jika dicurigai terdapat kanker serviks, rujukan menemui dokter
spesialis akan diberikan.
Kanker Serviks

Penderita Kanker Serviks di Indonesia


Pada tahun 2014, WHO menyatakan terdapat lebih dari 92 ribu kasus kematian pada
penduduk wanita akibat penyakit kanker. Sebesar 10,3 persennya merupakan jumlah
kematian akibat kanker serviks. Sedangkan jumlah kasus baru kanker serviks berjumlah
hampir 21 ribu.

Sejak tahun 2000 hingga tahun 2012, semakin muda usia wanita yang terserang kanker
serviks, yaitu kisaran usia 21-22 tahun di tahun 2000 dan mencapai usia di bawah 20 tahun
pada tahun 2012. Penelitian WHO menyingkapkan kurangnya tindakan skrining penyakit
kanker di Indonesia. Khususnya untuk skrining kanker serviks yaitu sitologi serviks dan
ulasan asam asetat, secara umum belum tersedia di pusat kesehatan primer pada tahun 2014.
Ini ikut berpengaruh pada jumlah kematian kanker serviks di Indonesia yang tergolong tinggi
karena sebagian besar disebabkan oleh keterlambatan dalam diagnosis. Biasanya, kanker
sudah menyebar ke organ lain di dalam tubuh ketika seseorang memeriksakan kondisinya.
Inilah penyebab pengobatan yang dilakukan menjadi semakin sulit.

Human Papillomavirus sebagai Penyebab Utama Kanker Serviks


Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus atau
HPV. HPV adalah kumpulan jenis virus yang menyebabkan kutil di tangan, kaki, dan alat
kelamin. Ada banyak jenis HPV yang sebagian besar adalah virus yang tidak berbahaya. Tapi
ada beberapa jenis HPV yang mengganggu sel-sel leher rahim untuk bisa berfungsi secara
normal dan akhirnya bisa memicu kanker. HPV sangat umum ditularkan melalui hubungan
seks dan dapat menjadi penyebab munculnya kanker serviks.
Dari banyaknya jenis HPV, ada dua jenis virus HPV yang paling berbahaya, yaitu HPV 16
dan HPV 18. Kedua jenis virus ini yang menyebabkan 70 persen kasus kanker serviks.
Banyak wanita tidak menyadari telah terinfeksi, karena HPV jenis ini tidak menimbulkan
gejala. Penting untuk menyadari bahwa infeksi ini sering terjadi, meski banyak wanita yang
terinfeksi tidak mengalami kanker.

Kondom bisa melindungi Anda dari HPV saat berhubungan seks, tapi tidak selalu sempurna
dalam mencegah terjadinya infeksi. Saat terinfeksi HPV, sistem kekebalan tubuh wanita
mencegah virus untuk melukai rahim, tapi pada sebagian wanita, virus HPV bisa bertahan
selama bertahun-tahun. Hal ini mengakibatkan sel-sel yang berada di permukaan leher rahim
berubah menjadi sel kanker.

Vaksin untuk mencegah infeksi HPV yang berisiko menyebabkan kanker sudah tersedia.
Vaksinasi HPV yang saat ini ada adalah vaksin bivalen untuk HPV 16 dan 18; vaksin
kuadrivalen untuk HPV 6, 11, 16 dan 18; atau vaksin nonavalen untuk 9 jenis HPV yaitu 4
jenis ditambah 31,33, 45, 52, dan 58.

Pentingnya Langkah Screening untuk Mendeteksi Kanker Serviks


Selama bertahun-tahun, sel-sel pada permukaan leher rahim mengalami banyak perubahan.
Sel-sel ini bisa perlahan-lahan berubah menjadi kanker, tapi sebenarnya perubahan sel di
leher rahim bisa dideteksi sejak dini. Pengobatan ketika sel-sel masih dalam tahap pra-kanker
bisa dilakukan agar risiko terkena kanker serviks bisa berkurang.

Screening untuk kanker serviks juga dikenal dengan sebutan pap smear atau tes smear. Pap
smear berguna untuk mendeteksi jika ada sel-sel abnormal yang berpotensi berubah menjadi
sel kanker. Saat melakukan pap smear, sampel sel diambil dari leher rahim dan diperiksa di
bawah mikroskop.
Screening serviks bukanlah tes untuk mendiagnosis kanker serviks. Tes ini berguna untuk
memeriksa kesehatan sel-sel di leher rahim dan mendeteksi jika ada sel yang abnormal.
Dengan deteksi dan pengangkatan sel-sel abnormal, kanker serviks dapat dicegah secara
maksimal. Pada kebanyakan wanita, tes akan menunjukkan hasil yang normal. Tapi sekitar 5
persen tes menunjukkan adanya perubahan abnormal pada sel leher rahim.
Perubahan ini kebanyakan tidak berujung kepada kanker, dan sel-sel abnormal masih
mungkin bisa kembali normal dengan sendirinya. Tapi, pada beberapa kasus tertentu, sel-sel
yang bersifat abnormal perlu diangkat karena berpotensi berubah menjadi kanker.

Hasil tes smear yang abnormal tidak berarti seseorang menderita kanker serviks. Kebanyakan
hasil abnormal disebabkan oleh infeksi atau adanya sel berisiko kanker yang bisa ditangani
dengan mudah. Disarankan pada wanita yang telah aktif secara seksual dan berusia 25-49
tahun diperiksa setiap tiga tahun sekali. Sedangkan wanita berusia 50-64 tahun dapat
diperiksa setiap lima tahun sekali. Hubungi dokter untuk mencari tahu lebih banyak tentang
pemeriksaan ini.

Tingkat Stadium Menentukan Pengobatan Kanker Serviks


Pengobatan kanker serviks tergantung kepada beberapa faktor. Kanker serviks bisa diobati
dengan cara operasi jika diagnosis dilakukan pada tingkat awal. Pada beberapa kasus, hanya
serviks yang diangkat dan rahim bisa dibiarkan saja. Pada kondisi yang lebih serius, rahim
perlu diangkat seluruhnya. Proses operasi untuk pengangkatan rahim disebut sebagai
histerektomi.
Sedangkan prosedur radioterapi adalah langkah alternatif untuk kanker serviks stadium awal.
Pada kasus tertentu, radioterapi juga bisa dijalankan berdampingan dengan operasi. Untuk
kasus kanker serviks stadium lanjut, biasanya dirawat dengan metode kombinasi kemoterapi
dan radioterapi. Beberapa penanganan bisa memiliki efek samping yang berat dan jangka
panjang, termasuk di antaranya adalah menopause dini dan kemandulan.

Komplikasi Akibat Kanker Serviks


Komplikasi sering terjadi pada wanita yang menderita kanker serviks. Komplikasi bisa
muncul sebagai akibat langsung dari kanker atau efek samping dari pengobatan yang
dilakukan. Misalnya karena radioterapi, operasi, atau kemoterapi. Komplikasi dari kanker
serviks adalah:
 Komplikasi ringan: pendarahan kecil pada vagina dan/atau sering kencing.
 Komplikasi berat: pendarahan yang parah dan bahkan gagal ginjal.

Harapan Hidup Penderita Kanker Serviks


Masa depan pengidap kanker serviks ditentukan oleh diagnosis stadium kanker serviks yang
diterima. Stadium kanker serviks bertahap dari satu hingga empat, di mana stadium ini
menggambarkan tingkat perkembangan dan penyebaran kanker. Angka harapan bertahan
hidup setidaknya lima tahun setelah didiagnosis kanker serviks, dikelompokkan ke dalam
status stadium:

 Stadium 1 – 80-99 persen

 Stadium 2 – 60-90 persen

 Stadium 3 – 30-50 persen

 Stadium 4 – 20 persen

Tidak ada satu cara khusus untuk melakukan pencegahan terhadap kanker serviks. Tapi
masih ada beberapa cara untuk mengurangi risiko terkena kanker ini.

Gejala kanker serviks tidak selalu bisa terlihat dengan jelas, bahkan ada kemungkinan gejala
tidak muncul sama sekali. Sering kali, kemunculan gejala terjadi saat kanker sudah memasuki
stadium akhir. Oleh karena itu, melakukan pap smear secara rutin sangat penting untuk
‘menangkap’ sel pra-kanker dan mencegah perkembangan kanker serviks.

Pendarahan Pada Vagina


Pendarahan tidak normal dari vagina, termasuk flek adalah gejala yang sering terlihat dari
kanker serviks. Pendarahan biasanya terjadi setelah berhubungan seks, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Segera temui dokter untuk melakukan pemeriksaan jika
terjadi pendarahan yang tidak normal lebih dari satu kali.

Gejala-gejala Lainnya yang Mungkin Muncul


Selain pendarahan yang abnormal, gejala lain yang mungkin muncul adalah:
 Cairan yang keluar tanpa berhenti dari vagina dengan bau yang aneh atau berbeda dari
biasanya, berwarna merah muda, pucat, cokelat, atau mengandung darah.

 Rasa sakit tiap kali melakukan hubungan seksual.

 Perubahan siklus menstruasi tanpa diketahui penyebabnya, misalnya menstruasi yang lebih
dari 7 hari untuk 3 bulan atau lebih, atau pendarahan dalam jumlah yang sangat banyak.

Gejala Pada Kanker Serviks Stadium Akhir


Kanker serviks pada stadium akhir akan menyebar ke luar dari leher rahim menuju ke
jaringan serta organ di sekitarnya. Pada tahapan ini, gejala yang terjadi akan berbeda, antara
lain:

 Terjadinya hematuria atau darah dalam urine.


 Bermasalah saat buang air kecil karena penyumbatan ginjal atau ureter.

 Perubahan pada kebiasaan buang air besar dan kecil.

 Penurunan berat badan.

 Pembengkakan pada salah satu kaki.

 Nyeri pada tulang.

 Kehilangan selera makan.

 Rasa sakit pada perut bagian bawah dan juga panggul.

 Rasa nyeri pada punggung atau pinggang, ini disebabkan karena terjadi pembengkakan pada
ginjal. Kondisi ini disebut sebagai hidronefrosis.

Jika Anda mengalami gejala-gejala seperti yang disebutkan di atas, sebaiknya segera
menemui dokter. Terutama mengenai pendarahan yang tidak normal pada vagina yang bisa
disebabkan oleh banyak hal. Tapi, gejala ini harus diperiksa oleh dokter untuk memahami
penyebabnya.

Infeksi HPV

Bagaimana cara mencegah infeksi HPV?

Tindakan pencegahan primer atau yang terpenting untuk mencegah terjadinya kanker serviks
adalah dengan melakukan vaksinasi HPV. Vaksinasi HPV membuat tubuh membentuk
antibodi terhadap virus HPV, sehingga virus yang masuk akan mati dan tidak sampai
menimbulkan kanker serviks.

Vaksin HPV adalah vaksin inaktif (berisi protein serupa struktur cangkang virus HPV yang
tidak mengandung DNA virus). Sehingga, vaksin ini sangat aman dan tidak mungkin
menginfeksi manusia. Setelah disuntikkan, vaksin HPV akan merangsang pembentukan
respon imun di dalam tubuh, sehingga menciptakan perlindungan terhadap kanker serviks.

Ada 2 jenis Vaksinasi HPV:

1. Quadrivalent: memberikan perlindungan dari HPV tipe 6, 11, 16 dan 18.


2. Bivalent: hanya melindungi dari HPV tipe 16 dan 18.

Jika tujuannya adalah untuk pencegahan kanker serviks, salah satu dari dua vaksin ini dapat
digunakan, karena baik Bivalent dan Quadrivalent sama-sama bermanfaat melawan kanker
serviks yang disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18.

Namun vaksin HPV quadrivalent harus digunakan jika mengharapkan perlindungan


tambahan terhadap pre-kanker vulva, pre-kanker vagina, pre-kanker anal yang disebabkan
oleh HPV tipe 16 dan 18, dan kutil kelamin yang disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11.

Vaksin HPV Quadrivalent bisa diberikan untuk perempuan berusia 9-45 tahun dan laki-laki
berusia 9-26 tahun. Sedangkan vaksin HPV Bivalent bisa diberikan kepada perempuan
berusia 9-25 tahun.

Bagaimana cara kerja vaksin HPV?

 Vaksin Quadrivalent, diberikan sebanyak 3 dosis masing-masing pada jadwal bulan 0, 2, dan
6.
 Vaksin Bivalent, diberikan sebanyak 3 dosis pada bulan 0, 1, dan 6.

Vaksinasi HPV dianjurkan dilakukan sedini mungkin pada usia remaja, 9 hingga 13 atau 14
tahun. Rentang usia ini dinilai efektif karena pada masa inilah tubuh memberikan proteksi
respon imun yang lebih baik dibanding usia di atasnya. Hal ini pula yang mendasari bahwa
pemberian vaksin HPV pada rentang usia ini cukup diberikan 2 dosis pada bulan 0,6 atau
0,12.

Namun bagi Anda sudah berhubungan seksual, tentunya Anda masih bisa mendapatkan
vaksinasi HPV. Hal ini masih merupakan cara terbaik untuk melindungi diri dari virus yang
mungkin belum berkembang pada Anda.

Penyebaran kanker serviks juga dapat dicegah dengan tindakan pencegahan sekunder yaitu
melalui deteksi dini dengan melakukan tes pap smear. Tes ini dianjurkan untuk dilakukan
setahun sekali bagi para perempuan yang sudah pernah berhubungan seksual. Bagi
perempuan yang sedang hamil juga dapat melakukan tes pap smear karena prosedur tersebut
aman

Efek samping vaksin HPV

Efek samping yang mungkin dapat terjadi setelah penyuntikan vaksin HPV adalah sebagai
berikut:

 Reaksi lokal: Sakit di tempat suntikan, eritema/kemerahan, bengkak.


 Reaksi sistemik: sakit kepala, pireksia, mual, fatigue (kelelahan)

Anda mungkin juga menyukai