Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN PRODUKTIVITAS KERJA

PETERNAK SAPI BALI DI SULAWESI TENGGARA


Oleh: La Ode Arsad Sani 1, Usman Rianse 2, Harapin Hafid 1 & Bahari 2
1
Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari-Indonesia
2
Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari-Indonesia

ABSTRAK
Penelitian analisis sosial ekonomi dan produktivitas kerja peternak sapi Bali di Sulawesi
Tenggara ingin mengkaji: (1) Kontribusi pendapatan usaha ternak sapi terhadap total pendapatan
rumahtangga peternak; (2) Alokasi waktu kerja peternak; (3) Produktivitas kerja peternak dan (4)
Faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi produktivitas kerja peternak sapi Bali di Sulawesi
Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Konawe Selatan dan Kabupaten Muna. Masing-
masing kabupaten dipilih 3 kecamatan secara stratified random sampling dengan kriteria tertentu dan
responden masing-masing strata kecamatan sebanyak 30 orang dilakukan secara simple random
sampling, sehingga secara keseluruhan responden diambil sebanyak 180 orang. Data-data yang
menunjukkan karakteristik sosial ekonomi peternak akan ditabulasi menjadi niai-nilai persentase,
dianalisis dan dijabarkan secara deskriptif. Hasil penelitian ini disimpulkan: (1) Kontribusi pendapatan
peternak Sulawesi Tenggara setiap bulan dari usaha ternak sapi Bali mencapai 38% dibandingkan
dengan total pendapatan rumah tangga peternak. (2) Rata-rata alokasi waktu kerja peternak di lokasi
penelitian tersedia 1,8 HOK tetapi hanya dimanfaatkan 0.93 HOK (51,7%), sedangkan alokasi waktu
luang yang belum dimanfaatkan sebanyak 0,87 HOK (48,3%). (3) Rata-rata produktivitas kerja peternak
sapi di Sulawesi Tenggara adalah Rp.12.038 per HOK, rata-rata kontribusi pendapatan pada usaha
ternak mencapai kisaran Rp.288.314 per bulan atau Rp.12.944 per hari. (4) Faktor sosial ekonomi yang
berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja peternak adalah skala usaha kepemilikan ternak, alokasi
waktu kerja pemeliharaan ternak, jumlah tenaga kerja keluarga yang terlibat dan besarnya pendapatan
setiap bulan yang bersumber dari usaha ternak sapi.
Kata kunci: Produktivitas, pendapatan, sosial ekonomi, sapi Bali

THE ANALYSIS OF SOCIAL-ECONOMY AND LABOR PRODUCTIVITY


OF BALI CATTLE BREEDER IN THE SOUTH EAST SULAWESI
By: La Ode Arsad Sani 1, Usman Rianse 2, Harapin Hafid 1 & Bahari 2
1
Animal Science Faculty Universitas Halu Oleo, Kendari-Indonesia
2
Agricultural Science Faculty Universitas Halu Oleo, Kendari-Indonesia

ABSTRACT
Study the analysis of social economy and the labor productivity of Bali cattle breeder at South
East Sulawesi was aimed to examine: (1) cattle business revenue contribution to total household income
of breeder, (2) the time allocation of the breeder, (3) labor productivity of breeder and (4) social-
economy factors that influence the labor productivity of Bali cattle breeder at South East Sulawesi. This
study carried out at South East Konawe and Muna Regency. Three districts were selected from each
regency based on stratified random sampling with certain criteria and respondents from each stratum
regency as 30 people based on simple random sampling, so that the overall respondents taken as 180
people. The data show the social-economy characteristics of breeder would be tabulated into values
percentages, analyzed and described descriptively. The results of this study showed: (1) Contributions of
South East Sulawesi Breeder income every month from Bali cattle business reached 38% compared with
total income of breeder households. (2) Average allocation of breeder working time in the study sites are
available1.8 HOK but only utilized 0.93 HOK (51.7%), while the allocation of free time which has not
been used as much as 0.87 HOK (48.3%). (3) Average of labor productivity of cattle breeder in the
South East Sulawesi is Rp.12.038 HOK-1, the average of revenue contribution in the range of livestock
business was Rp.288.314 month-1 or Rp.12.944 day-1. (4) Social and economy factors that influence
positively on the productivity of breeder were scale of livestock ownership, allocation of work time of
cattle raising, the amount of family labor involved and the amount of each month income that was
sourced from cattle business.
Key words: Productivity, income, socio-economic, Bali cattle
PENDAHULUAN

iii
2

Sulawesi Tenggara merupakan daerah potensial untuk pengembangan ternak


sapi Bali dengan jumlah populasi 247.533 ekor pada tahun 2011. Rata-rata
pertumbuhan populasi sejak tahun 2007 – 2011 cukup lamban, yakni hanya 2,33% per
tahun. Sentra pengembangan populasi sapi Bali pada tahun 2011 tersebar di 4 wilayah
kabupaten yaitu: Kabupaten Muna (56.925 ekor), Kabupaten Konawe Selatan (55.129
ekor), Kabupaten Konawe (47.688 ekor) dan Kabupaten Bombana (41.709 ekor) (BPS
Sultra, 2012; BPS Konsel, 2012; BPS Muna, 2012). Peningkatan populasi sapi Bali di
daerah ini tentu tidak terlepas dari peranan peternak sebagai tenaga kerja keluarga
disamping faktor pendukung lainnya.
Perkembangan populasi ternak sapi di Sulawesi Tenggara relatif lambat karena
masih dikelola konvesioanal secara turun temurun. Upaya peningkatan produktivitas
usaha ternak sapi terkait pula dengan faktor sosial ekonomi rumah tangga peternak dan
produktivitas kerja peternak dalam pengembangan diversifikasi usaha yang
dikelolanya secara terpadu dan berkelanjutan. Bachruddin (2006), salah satu model
pengelolaan usaha ternak sapi secara berkelanjutan untuk menopang jaminan hidup
jangka pendek adalah pengelolaan secara terpadu dengan unit usahatani lainnya seperti
usahatani jambu mete, kakao, kelapa, jagung, sayuran atau jenis ternak unggas yang
siklus produksinya relatif singkat.
Keterpaduan pengelolaan antara usahatani dan usahaternak sapi Bali
(diversivikasi usaha) dapat meningkatkan pendapatan dan menunjang ekonomi
rumahtangga baik dalam jangka pendek mupun jangka panjang (Darmawi, 2000). Hal
ini menjadi salah satu faktor kajian dalam penelitian ini, sehingga diharapkan
produktivitas kerja peternak dalam memelihara ternak sapi dapat dioptimalkan.
Pemeliharaan ternak sapi di Sulawesi Tenggara umumnya masih merupakan
usaha sambilan setelah menyelesaikan pekerjaan usahataninya atau hanya sebatas
saving capital dan belum dijadikan sebagai usaha primer, sehingga waktu yang
digunakan untuk mengelola usahaternak sapi hanya merupakan bagian dari curahan
waktu kerja setelah menyelesaikan pekerjaan dalam usahataninya. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah menganalisis: (1) Kontribusi pendapatan usaha ternak sapi
terhadap total pendapatan rumahtangga peternak; (2) Alokasi waktu kerja peternak
dalam mengelola usahatani-ternak sapi; (3) Produktivitas kerja peternak dalam
mengelola usahatani-ternak sapi; (4) Faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi
produktivitas kerja peternak sapi Bali di Sulawesi Tenggara.
Biasanya tenaga kerja keluarga yang terlibat dalam usahaternak sapi bervariasi
karena perbedaan tingkat pendidikan, lamanya beternak, umur peternak, besarnya
skala usaha dan luas lahan hijauan makanan ternak/areal penggembalaan dan tingkat
pendapatan peternak. Berdasarkan uraian tersebut di atas mengingat besarnya peranan
tenaga kerja dalam menentukan keberhasilan usaha , maka peneliti akan mengkaji:
pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap produktivitas kerja peternak sapi Bali di
Sulawesi Tenggara.

METODE PENELITIAN
Materi penelitian ini adalah petani peternak sapi Bali di Kabupaten Konawe
Selatan dan Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan
bulan Juli sampai September tahun 2013.
Penentuan lokasi kabupaten dilakukan secara purposive sampling, yaitu di
Kabupaten Konawe Selatan dan Kabupaten Muna. Masing-masing kabupaten dipilih 3
3

kecamatan secara stratified random sampling berdasarkan jumlah populasi sapi Bali
yang tertinggi, sedang dan rendah. Jumlah responden dari masing-masing strata
kecamatan diambil sebanyak 30 orang yang dilakukan secara simple random sampling
dengan menggunakan nomor acak (random number), sehingga secara keseluruhan
responden yang diambil dari 2 kabupaten dan 6 kecamatan adalah 180 orang.
Batasan operasional variabel yang diamati dalam penelitian meliputi: (1) Jenis
kegiatan memelihara sapi Bali meliputi mencari pakan, memberi pakan, memberi
minum, membersihkan kandang, menggembalakan sapi, mengandangkan.
(2) Produktivitas kerja peternak adalah pendapatan yang dihasilkan peternak dalam
memelihara sapi dengan curahan kerja sebesar 1 HOK (Rp HOK -1). (3) Alokasi waktu
kerja, yaitu jumlah jam kerja peternak dalam memelihara sapi yang diukur dalam
satuan hari orang kerja (HOK). Satu hari kerja setara pria (JKSP) = 8 jam kerja.
(4) Karakteristik sosial ekonomi rumahtangga peternak meliputi: lama usaha beternak
(tahun), jumlah kepemilikan sapi dalam satuan ekor, jumlah tenaga kerja yang terlibat,
alokasi waktu kerja usahaternak dalam satuan HOK, tingkat ekonomi rumahtangga
yang diukur dari besarnya pendapatan keluarga (Rp bulan-1).
Data-data yang menunjukkan karakteristik sosial ekonomi peternak akan
ditabulasi menjadi niai-nilai persentase dan dijabarkan secara deskriptif. Data variabel
pendapatan akan dianalisis dengan rumus π = TR – TC (Soekartawi, 2005; Soeharno,
2009); π adalah pendapatan rumah tangga peternak, TR adalah total penerimaan dan
TC adalah total biaya produksi. Kontribusi usaha ternak sapi terhadap total pendapatan
Pt
rumah tangga dihitung menurut Tulle (2005) yaitu : Kt= x 100%
Pt +tn
keterangan: Kt = kontribusi pendapatan sapi Bali terhadap pendapatan rumah tangga (%),
Pt = pendapatan usaha sapi Bali (Rp bulan -1), tn = pendapatan non usaha sapi
Bali (Rp bulan-1).
Produktivitas kerja peternak adalah output per labor yang merupakan
perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan sumberdaya tenaga kerja
(input) per satuan waktu dianalisis dengan rumus: Y/L (output per worker) menurut
Hayami dan Ruttan (1974); Sinungan (2008).
Analisis tujuan keempat faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi
produktivitas kerja peternak sapi Bali, akan diestimasi dan dianalisis sesuai kebutuhan
dengan analisis regresi berganda (Rianse dan Abdi, 2008; Sugiyono, 2007 & 2008;
Widarjono, 2007; Gujarati, 2006). Soft ware pendukung adalah program SPSS dan
Eviews.
Pr = α + β1X1 + β2X2 + βnXn + e
Keterangan:
Pr = Variabel dependen produktivitas kerja peternak (Rp HOK-1)
α = Kostanta atau intersep
β1-βn = Koefisien regresi masing-masing variabel
X1 - Xn = Variabel independen yang mempengaruhi
e = Tingkat kesalahan

HASIL DAN PEMBAHASAN


4

Penggunaan tenaga kerja keluarga (TKK)


Jenis kegiatan & jam kerja pemeliharaan ternak sapi
(jam/hari)
2.13
0.97 1.33
0.58 0.730.470.82 0.720.39
0.35 0.25
0.16

Pria dewasa (jam) Wanita dewasa (jam) anak-anak (jam)

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa penggunaan tenaga kerja keluarga yang


terlibat pada pemeliharaan sapi paling banyak dimanfaatkan untuk mencari pakan, baik
untuk tenaga kerja pria dewasa, wanita dewasa maupun anak-anak, sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Penggunaan alokasi waktu kerja pada pemeliharaan ternak sapi

Gambar 1 menunjukkan jenis kegiatan untuk pemeliharaan ternak sapi seperti:


mencari pakan, memberi pakan untuk ternak, memberi minum dan menggiring ternak
ke lahan gembala. Pekerjaan tenaga kerja pria dewasa paling dominan untuk semua
jenis pekerjaan seperti mencari pakan, memberi pakan atau minum dan
menggembalakan ternak. Pekerjaan yang paling dominan untuk wanita dewasa adalah
memberi pakan dan minum kepada ternaknya, sedangkan peran tenaga kerja anak-anak
paling dominan dalam pemeliharaan sapi adalah menggembalakan ternak.
Skala usaha kepemilikan ternak dan struktur populasi
5

Struktur populasi ternak sapi (%)


40.8
50
40 12 13.9
30 10.9 11.2 11.2
20
10
0
h) h) h) h) h) h)
3t 3t 3t 3t 1t 1t
r> r> 1- 1- r< r<
u u ur ur u u
(u
m
(um ( u m
(u m (um (um
k sa a a an a
du wa ud ud nt e tin
In e m a
d n am tj tb
t an n ta t in e de e de
Ja
n Ja Be P P
Skala usaha kepemilikan ternak sapi di lokasi penelitian antara 2-5 ekor paling
banyak, yaitu sebesar 50.6%, sedangkan skala usaha dengan kepemilikan ternak sapi
6-10 sebanyak 40,2%. Peternak yang memiliki jumlah ternak >10 ekor adalah peternak
yang tingkat kepemilikan lahan pertaniannya relatif luas yang digunakan untuk lahan
HMT maupun lahan penggembalaan, sehingga memungkinkan pula mempunyai
pendapatan lebih banyak dibandingkan dengan peternak yang hanya memiliki ternak
< 10 ekor.

Gambar 2. Struktur populasi kepemilikan ternak sapi di lokasi penelitian

Gambar 2 menunjukkan bahwa populasi ternak sapi di lokasi penelitian paling


banyak adalah populasi induk, yaitu 40,8% dan persentase populasi ternak paling
sedikit adalah jantan dewasa (10,9%) dari total kepemilikan ternak sebanyak 517 ekor.
Kepemilikan sapi induk oleh peternak masih dominan dibandingkan dengan
struktur populasi lainnya, hal ini terjadi karena peternak di lokasi penelitian lebih
termotivasi memelihara sapi induk dengan tujuan memperoleh pedet baru atau anak
sehingga peternak tidak menjual ternak induk atau betina muda sebagai calon induk
yang masih produktif dan cenderung lebih banyak menjual ternak jantan dewasa.
Sistem pemeliharaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya peternak memelihara ternak
sapi dengan pola pemeliharaan ekstensif (digembalakan). Hal ini terjadi sebagai akibat
banyaknya lahan-lahan kosong yang belum terolah (lahan tidak produktif) yang dapat
digunakan untuk menggembalakan ternak.
Sistem pemeliharaan ternak secara ektensif yang digembalakan sepanjang hari
masih banyak diterapkan oleh peternak di pedesaan karena menganggap biaya
pemeliharaan lebih murah (tidak mengeluarkan biaya). Namun, sistem pemeliharaan
seperti ini sering menimbulkan resiko keamanan ternak yang tidak optimal seperti
6

kehilangan, keracunan akibat penggunaan pestisida di lahan pertanian (tempat


penggembalaan) dan siklus reproduksi ternak tidak terkontrol dengan baik.
Kontribusi Pendapatan Usaha Ternak Sapi

Usahaternak sapi 388,314 38

Non usahaternak sapi 626,299 62

Total pendapatan 1,014,613

Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga peternak yang paling tinggi
berasal dari hasil usahatani dengan rata-rata sebanyak Rp.7.515.592 tahun-1 atau
Rp.626.299 bulan-1, sedangkan pedapatan yang bersumber dari usahaternak sapi rata-
rata Rp.4.695.768 tahun-1 atau Rp. 388.314 bulan-1. Rata-rata total pendapatan peternak
setiap bulan mencapai Rp.1.014.613, yang secara rinci disajikan pada Gambar 3. Hasil
penelitian ini mendekati hasil penelitian Sani (2011) bahwa rata-rata penadapatan
peternak sapi di Kabupaten Konawe Selatan mencapai Rp. 4.176.385 tahun -1 atau Rp.
348.032 bulan-1 dan pendapatan dari hasil usahatani rata-rata mencapai Rp.7.664.464
tahun-1 atau Rp.638.705 bulan-1.

Gambar 3. Kontribusi pendapatan dari usahaternak sapi

Gambar 3 menunjukkankan pendapatan peternak sapi dan kontribusi


pendapatan dari jenis usahatani maupun usahaternak sapi terhadap total pendapatan
rumahtangga peternak di Sulawesi Tenggara. Kontribusi pendapatan peternak dari
usaha ternak sapi setiap bulan jika dibandingkan dengan total pendapatan rumah
tangga peternak dari semua jenis usaha yang digelutinya adalah 38%. Temuan ini tidak
jauh berbeda dengan hasil penelitian Sani (2011) yang menyimpulkan kontribusi
usahaternak sapi di Kabupaten Konawe Selatan sebesar 35% terhadap total pendapatan
rumah tangga peternak.
Alokasi Waktu Kerja Peternak dalam Memelihara Ternak Sapi
7

Alokasi waktu kerja peternak (HOK)


0.58
0.6
0.4 0.22
0.13
0.2
0
Pria dewasa Wanita dewasa anak-anak Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tenaga kerja yang ikut terlibat dalam
pemeliharaan ternak sapi di Sulawesi Tenggara sebanyak 2 orang dengan rata-rata
skala kepemilikan ternak antara 2 – 6 ekor. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap
peternak melibatkan 2 orang tenaga kerja keluarga yang terdiri dari laki-laki dan
perempuan dewasa dalam pemeliharaan ternak sapi dan diasumsikan dapat bekerja
selama 8 jam per hari, maka peluang alokasi waktu kerja yang tersedia di keluarga
peternak adalah 1,8 hari orang kerja (HOK). Berdasarkan alokasi waktu kerja tersebut,
ternyata peternak di lokasi penelitian hanya memanfaatkan peluang ketersediaan
alokasi waktu kerja sebesar 0.93 HOK (51,7%), sedangkan alokasi waktu luang yang
belum dimanfaatkan sebanyak 0,87 HOK (48,3%), sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 4.

Gambar 4. Alokasi waktu kerja peternak sapi di lokasi penelitian


Tenaga kerja keluarga yang paling banyak digunakan adalah laki-laki dewasa
rata-rata 0,58 HOK (62,4%), diikuti tenaga kerja perempuan dewasa 0,22 HOK
(23,7%) dan anak-anak 0,13 HOK (14%). Penelitian ini didukung hasil penelitian
Sudarmanto (2005) bahwa tenaga kerja laki-laki (kepala keluarga) mencurahkan waktu
relatif lebih banyak yaitu 0,63 HOK (55,12%) pada pemeliharaan sapi perah
dibandingkan dengan tenaga kerja perempuan dan anak-anak.
Temuan ini relevan dengan hasil penelitian Sani, et al. (2010) bahwa peluang
curahan kerja peternak sapi di Kabupaten Konawe Selatan belum dimanfaatkan secara
optimal. Peternak transmigran baru memanfaatkan alokasi waktu kerja sebesar 48,85%
dan peternak lokal hanya 37,35% sedangkan alokasi waktu yang belum dimanfaatkan
untuk alokasi kerja usahatani atau ternak masing-masing 51.15% untuk peternak
transmigran dan 62.65% untuk peternak lokal.
8

Jenis kegiatan & alokasi waktu (HOK)


0.40

0.27

0.18

0.08

Mencari pakan Memberi pakan & minum Menggembalakan ternak Mengandangkan ternak
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kegiatan peternak sapi meliputi: mencari
pakan, memberi pakan, memberi minum, menggembalakan ternak, membersihkan
kandang dan mengandangkan sapi. Alokasi waktu kerja yang dihitung berdasarkan jam
kerja HOK dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Jenis kegiatan dan alokasi waktu kerja peternak sapi di lokasi penelitian

Kegiatan mencari pakan paling banyak membutuhkan alokasi waktu kerja


memelihara sapi setiap hari, yaitu 0.4 HOK (42.9%) yang diikuti masing-masing
memberi pakan dan minum 0,27 HOK (28,8%); penggembalaan 0,18 HOK (19,7%);
membersihkan kandang/mengandangkan ternak 0,08 HOK (8,6%). Kondisi ini
dimungkinkan karena pola pemeliharaan sapi Bali di lokasi penelitian umumnya
dilakukan secara ekstensif dan sebagian lainnya dikombinasikan dengan cara semi
intensif, yaitu pada malam hari dikandangkan dan siang hari digembalakan.
Temuan ini didukung hasil penelitian Sudarmanto (2005) bahwa alokasi waktu
tenaga kerja keluarga yang paling banyak digunakan pada pemeliharaan sapi perah
dengan rata-rata skala usaha 3,72 UT adalah mencari pakan yaitu 0,526 HOK
(45,75%), diikuti memberi pakan 0,144 HOK (12,54%), membersihkan kandang 0,114
HOK (9,84%).
Produktivitas Kerja Peternak
9

12,944 12,038

Produktivitas tenaga kerja keluarga dalam pemeliharaan sapi Bali adalah total
penerimaan atau total nilai output usahaternak sapi untuk setiap HOK dari penggunaan
sumberdaya tenaga kerja keluarga (input). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-
rata pendapatan setiap rumahtangga peternak sapi di Sulawesi Tenggara mencapai
Rp.1.014.613 setiap bulan, dan kontribusi pendapatan dari usahaternak sapi adalah
Rp. 388.314 setiap bulan atau pendapatan setiap hari Rp.12.944. Jadi rata-rata
produktivitas kerja peternak sapi adalah Rp.12.038 per HOK sebagaimana tersaji pada
Gambar 6.

Gambar 6. Produktivitas kerja peternak sapi di lokasi penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja keluarga


dalam pemeliharaan sapi di Sulawesi Tenggara lebih rendah dibandingkan
produktivitas pemeliharaan sapi perah hasil penelitian Sudarmanto (2005) di
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang sebesar Rp. 38.231 per HOK dan hasil
penelitian Sani (2011) di Kabupaten Konawe Selatan Rp.20.471 per HOK untuk
peternak transmigran dan hampir sama dengan produktivitas kerja peternak lokal
Rp.12.183 per HOK.
Menurut Suratiyah dan Widianingsih (1999) bahwa pendapatan untuk setiap
keterlibatan tenaga kerja keluarga dapat dinyatakan pula sebagai produktivitas tenaga
kerja keluarga. Hal ini berarti bahwa produktivitas tenaga kerja keluarga peternak
transmigran dan lokal dalam memelihara sapi potong berdasarkan perhitungan
pendapatan berturut-turut adalah Rp. 9.191 per HOK dan Rp.5.148 per HOK, lebih
rendah dibandingkan produktivitas tenaga kerja dalam pemeliharaan sapi perah hasil
penelitian Sudarmanto (2005) mencapi Rp. 16.752 per HOK.

Pengaruh Produktivitas Kerja Peternak Sapi


10

Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor sosial ekonomi yang


mempengaruhi produktivitas kerja peternak sapi Bali di Sulawesi Tenggara antara lain
adalah skala usaha kepemilikan ternak, lama usaha beternak sapi, alokasi waktu kerja
mengelola ternak sapi, jumlah tenaga kerja keluarga yang terlibat mengelola ternak,
dan besarnya pendapatan yang bersumber dari usahaternak sapi. Hasil analisis regresi
berganda disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis regresi berganda faktor-faktor sosial ekonomi yang
mempengaruhi produktivitas kerja peternak sapi Bali
Unstandardized
Sumber variasi coefficients t Sig.
β Std. Error
(Constant) 2442,62 886,19 2,73 0,008**
Skala usaha (ekor) 569,23 202,11 2,82 0,006**
Lama usaha (tahun) -98,85 56,43 -1,75 0,084ns
Alokasi waktu kerja peternak (HOK) 643,11 827,52 0.77 0,439 ns
Jumlah TK terlibat di usahaternak (org) 471,41 252,95 1,86 0,066ns
Pendapatan dari usahaternak (Rp bln-1) 0,020 0,001 1,58 0,042*
Koefisien determinasi (R2) 0,538
F- hitung 18,898 0,000**
ns * **
non signifikan; (P<0,05) dan (P<0,01)

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar


0,538 artinya variasi produktivitas tenaga kerja keluarga sebagai variabel dependen
hanya dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen dalam model sebesar
53,8%. Sedangkan sisanya sebesar 46,2% dijelaskan oleh variasi variabel-variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model persamaan regresi. Nilai F-hitung sebesar 18,898
signifikan pada (P<0,01) berarti semua variasi variabel independen dalam model
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Hasil analisis regresi pada uji-t menunjukkan variabel independen skala usaha
berkorelasi positif terhadap produktivitas kerja peternak sapi potong dan temuan ini
didukung Hartono (2005); Siswati dan Mutahar (2005); Sani, et al. (2010). Namun
demikian hasil uji statistik menunjukkan korelasi yang tidak signifikan karena skala
usaha masih relatif kecil dan pemeliharaan sapi masih dominan digembalakan secara
ekstensif. Hal ini terjadi karena produktivitas kerja peternak masih relatif rendah (skala
usaha 2-5 ekor) dan diduga akan berpengaruh signifikan terhadap skala usaha setelah
kepemilikan sapi potong lebih besar dari 5 ekor. Temuan ini sesuai pernyataan
Sudarmanto (2005) bahwa tambahan jumlah sapi yang dipelihara akan memberikan
tambahan curahan waktu kerja per satuan unit ternak. Ngadiyono (2004) bahwa ciri
peternakan rakyat di pedesaan adalah skala usaha masih relatif kecil antara 2-5 ekor.
Variabel lama usahaternak berkorelasi negatif terhadap produktivitas kerja pada
pemeliharaan sapi potong, bahwa semakin lama beternak sapi maka seorang peternak
cenderung jenuh dan kurang efisien mengelola sumberdaya alokasi waktu kerja dalam
usaha-ternaknya. Hal ini berbeda dengan temuan Djaafar (2007) bahwa semakin lama
pemeliharaan sapi potong maka peternak semakin berpengalaman dan realistis dalam
menentukan jenis usahaternak yang akan dipelihara, baik untuk tujuan mengharapkan
pedet/pembibitan maupun untuk penggemukan.
Variabel alokasi waktu kerja peternak dan jumlah tenaga kerja yang terlibat
berkorelasi positif terhadap variabel dependen produktivtas kerja pada pemeliharaan
sapi. Berarti bahwa jika alokasi waktu kerja peternak bertambah 10 HOK, maka
11

produktivitas kerja pada usahaternak sapi akan bertambah Rp.6.431 per HOK. Temuan
ini berarti pula bahwa jika jumlah tenaga kerja yang terlibat bertambah 1 orang, maka
akan meningkatkan produktivitas kerja pada usahaternak sapi sebesar Rp.471 per
HOK.
Hasil ini didukung Djaafar (2007) bahwa keberadaan tenaga kerja keluarga
berkorelasi positif tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap pengembangan
usahaternak sapi potong, pembibitan maupun penggemukan. Hartono (2005) bahwa
jumlah anggota keluarga usia produktif berkorelasi positif terhadap curahan kerja
keluarga di usahaternak. Semakin banyak jumlah anggota keluarga usia produktif,
maka curahan tenaga kerja keluarga di usahaternak sapi perah semakin meningkat.
Variabel independen pendapatan peternak yang bersumber dari usahaternak
berkorelasi positif terhadap produktivitas kerja pada pemeliharaan sapi. Temuan ini
berarti bahwa jika pendapatan peternak bertambah Rp.10.000 per bulan, maka akan
meningkatkan produktivitas kerja peternak sapi sebesar Rp.200 per HOK.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil capaian pelaksanaan penelitian ini, maka dirumuskan
kesimpulan: (1) Kontribusi pendapatan peternak Sulawesi Tenggara setiap bulan dari
usaha ternak sapi Bali mencapai 38% dibandingkan dengan total pendapatan rumah
tangga peternak dari semua jenis usaha yang digelutinya; (2) Alokasi waktu kerja
peternak di lokasi penelitian hanya dimanfaatkan sebesar 0.93 HOK (51,7%),
sedangkan alokasi waktu luang yang belum dimanfaatkan sebanyak 0,87 HOK
(48,3%). (3) Rata-rata produktivitas kerja peternak sapi di Sulawesi Tenggara adalah
Rp.12.038 per HOK, rata-rata kontribusi pendapatan pada usahaternak mencapai
kisaran Rp.288.314 per bulan atau Rp.12.944 per hari; (4) Faktor sosial ekonomi yang
berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja peternak sapi Bali adalah skala usaha
kepemilikan ternak, alokasi waktu kerja pemeliharaan ternak, jumlah tenaga kerja
keluarga yang terlibat dan besarnya pendapatan setiap bulan yang bersumber dari
usaha ternak sapi.

DAFTAR PUSTAKA

Bachruddin, Z. 2006. Sistem Pertanian Terpadu Berbasis Peternakan. Peluang dan Kendala.
Orasi dan Kuliah Umum pada Program S2 dan S3 Sekolah Pascasarjana Fakultas
Peternakan UGM, Yogyakarta.
BPS Konsel. 2012. Kabupaten Konawe Selatan dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Andoolo.
BPS Muna. 2012. Kabupaten Muna dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Raha.
BPS Sultra. 2012. Sulawesi Tenggara dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi
Tenggara, Kendari.
Darmawi, D. 2000. Kontribusi usaha pemeliharaan sapi potong terhadap ekonomi rumah
tangga petani di Kecamatan Koto Baru. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. Vol. 3 (03).
Fapet Universitas Jambi, Jambi.
Djaafar, S. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Strategi Pengembangan Usahaternak
Sapi Potong Rakyat di Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah. Tesis. Fakultas
Peternakan, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Gujarati, Damodar N. 2006. Essensial Econometrics. McGraw-Hill, New York. USA.
12

Hartono, B. 2005. Curahan Tenaga Kerja Keluarga di Usaha Ternak Sapi Perah Kasus di Desa
Pandesari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang Jawa Timur. Buletin Peternakan.
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hayami, Y., and Vernon W. Ruttan. 1974. Agricultural Developmentan Internasional
Perspective. The Johns Hopkins Press, Baltimore and London.
Ngadiyono, N. 2004. Pengembangan sapi potong dalam rangka penyediaan daging di
Indonesia. PidatoPengukuhan Jabatan Guru Besar. Fakultas Peternakan Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Rianse, U. dan Abdi. 2008. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, Teori dan Aplikasi.
Alfabeta, Bandung.
Sani, L.A. 2011. Produktivitas tenaga kerja keluarga transmigran dan lokal pada pemeliharaan
sapi potong di Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Agriplus. Fakultas Pertanian
Unhalu, Kendari. Volume 21 (02) hlm. 08 – 17.
Sani, L.A., K. Agung Santosa., N. Ngadiyono. 2010. Curahan tenaga kerja transmigran dan
lokal pada pemeliharaan sapi potong di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi
Tenggara Buletin Peternakan. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta. Volume 34 (03)
hlm. 194 – 201.
Sinungan, 2008. Produktivitas, Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara, Jakarta.
Siswati, L. dan A. Mutahar, 2005. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha
keluarga transmigran peternak sapi di Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin.
Jurnal Peternakan. Vol. 2 (01). Fapet UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru.
Soeharno. 2009. Teori Mikro Ekonomi. Penerbit: Andi, Yogyakarta.
Soekartawi. 2005. Agribisnis. Teori dan Aplikasinya. Grafindo Persada, Jakarta.
Sudarmanto, B., 2005. Produktivitas tenaga kerja keluarga dalam pemeliharaan sapi perah di
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Tesis. Fakultas Peternakan, Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sugiyono, 2007. Statistika untuk Penelitian. Penerbit Alfa Beta, Bandung.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Penerbit Alfa Beta, Bandung.
Suratiyah, K. dan T. Wirdianingsih. 1999. Prospek Usahatani pada Lahan Pesisir di Desa Pleret
Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulonprogo. Jurnal Agro Ekonomi. Vol. 4 (1) Juni
1999. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Tulle, D.R. 2005. Analisis motivasi dan pendapatan pada usaha pemeliharaan ternak babi skala
rumah tangga di Kota Padang. Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Widarjono, 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Penerbit
Eknonisia Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai