Anda di halaman 1dari 27

TUGAS METODODLOGI PENELITIAN

“USULAN JUDUL TUGAS AKHIR”

Oleh :

Adek Yulia Sari


161110001

Kelas 3A

POLITEKNIK KESEHATAN PADANG

PROGRAM STUDI D 3 KESEHATAN LINGKUNGAN

TAHUN 2018
“STUDI TENTANG SANITASI RUMAH POTONG HEWAN DI
MUARA LABUH KABUPATEN SOLOK SELATAN 2019"

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan,


keseimbangan, manfaat, pelindungan penghormatan tentang hak dan kewajiban, keadilan,
dan nondiskriminatif dan norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setingggi-tingginya, sebagai intervensi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.1

Derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan, perilaku,


pelayanan kesehatan dan keturunan sebagaimana yang dikemukakan oleh Hendri L.
Blum. Dari empat faktor daitas, faktor lingkungan mempunyai peranan yang paling besar
dalam mempengaruhi derajat kesehatan.2

Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan di RPH Kabupaten Solok Selatan
diperoleh gambaran bahwa kondisi sanitasinya masih banyak yang belum memenuhi
syarat diantaranya : sanitasi penyediaan air bersih, sanitasi limbah yang dihasilkan,
sanitasi pembuangan sampah, sanitasi jamban, minimnya pemakaian APD pada
karyawan dan sanitasi bangunan RPH. Hal ini didasari oleh asumsi penulis bahwa betapa
pentingnya sanitasi dasar RPH untuk melindungi petugas dan para pekerja serta pemilik
hewan dan para konsumen dari berbagai penularan penyakit. Dari hal-hal yang
dikemukakan diatas, penuli tertari untuk melakuakn penelitian tentang “Studi tentang
Sanitasi Rumah Potong Hewan Kabupaten Solok Selatan”

B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi masalah dalam peneliian ini adalah bagaimana kondisi
sanitasi RPH di Muara Labuh Kabupaten Solok Selatan Tahun 2019.
C. Tujuan Peneltian
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran tentang kondisi Sanitasi Rumah Potong Hewan Kabupaten
Solok Selatan Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran penyediaan air bersih di RPH Kabupaten Solok
Selatan.
b. Untuk mengetahui gambaran pembuangan tinja di RPH Kabupaten Solok
Selatan.
c. Untuk mengetahui gambaran pengelolaan sampah di RPH Kabupaten Solok
Selatan.
d. Untuk mengetahui gambaran pengelolaan limbah di RPH Kabupaten Solok
Selatan.
e. Untuk mengetahui gambaran sanitasi bangunan di RPH Kabupaten Solok
Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah :
1. Untuk menambah wawasan pengetahuan penulis dalam bidang sanitasi rumah
potong hewan.
2. Sebagai bahan masukan bagi pengelola atau petugas dalam upaya memelihara
fasilitas sanitasi dan meningkatkan kesehatan lingkungan di lokasi Rumah Potong
Hewan Kabupaten Solok Selatan.
3. Sebagai bahan bacaan bagi peneliti lainnya dan sebagai bahan perbandingan
dalam penelitian di masa yang akan datang di lokasi yang sama
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah Rumah Potong Hewan Kabupaten Solok Selatan.
Dalam hal ini adalah inspeksi sanitasi dasarnya yang hanya membahas Rumah Potong
Hewan Ternak bagi kaum muslimin seperti sapi, kerbau, kambing dan ayam, yang
meliputi penyediaan air bersih, pembuangan tinja, pengelolaan sampah, pengelolaan
air limbah dan sanitasi bangunan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sanitasi

Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu usaha yang
mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia
terutama terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik,
kesehatan, dan kelangsungan hidup (Yula, 2006). Usaha peningkatan kesehatan
lingkungan yang umumnya dikenal dengan sebutan sanitasi merupakan salah satu
tindakan yang dimaksudkan untuk pemeliharaan kesehatan maupun pencegahan
penyakit pada lingkungan fisik, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2003).

Sanitasi dalam bahasa Inggris berasal dari kata sanitation yang diartikan
sebagai penjagaan kesehatan (Echols dan Shadily, 2003). Ehler dan Steel dalam
Anwar (1999) mengemukakan bahwa sanitasi adalah usaha-usaha pengawasan yang
ditujukan terhadap faktor lingkungan yang dapat menjadi mata rantai penularan
penyakit. Sedangkan menurut Azawar (1990) mengungkapkan bahwa sanitasi
adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan teknik
terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi atau mungkin
mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

B. Bangunan RPH

Desain dan tata ruang akan membicarakan permasalahan kompleks Rumah


Potong Hewan yang meliputi bangunan dan perlengkapannya beserta denah dari
berbagai tipe RPH. Pembahasan ini banyak diambil dari pendapat Lestari (1993).

Produk peternakan asal hewan mempunyai sifat mudah rusak dan dapat
bertindak sebagai sumber penularan penyakit dari hewan ke manusia. Untuk itu
dalam merancang tata ruang RPH perlu diperhatikan untuk menghasilkan daging
yang sehat dan tidak membahayakan manusia bila dikonsumsi sehingga harus
memenuhi persyaratan kesehatan veteriner (Koswara, 1988).
2 Tata ruang RPH yang baik dan berkualitas biasanya dirancang berdasarkan
desain yang baik dan berada di lokasi yang tepat untuk memenuhi keperluan jangka
pendek maupun jangka panjang dan menjamin fungsinya secara normal. Secara garis
besar dari berbagai syarat bangunan dan perlengkapan yang diperlukan, maka RPH
dapat diterjemahkan dalam tata ruang sesuai dengan tipenya seperti pada gambar 2
sampai 5 (Lestari, 1993).
Perancangan bangun RPH berkualitas sebaiknya sesuai dengan standar yang
telah ditentukan dan sebaiknya sesuai dengan Instalasi Standar Internasional dan
menjamin produk sehat dan halal. RPH dengan standar internasional biasanya
dilengkapi dengan peralatan moderen dan canggih, rapi bersih dan sistematis,
menunjang perkembangan ruangan dan modular sistem. Produk sehat dan halal dapat
dijamin dengan RPH yang memiliki sarana untuk pemeriksaan kesehatan hewan
potong, memiliki sarana menjaga kebersihan, dan mematuhi kode etik dan tata cara
pemotongan hewan secara tepat. Selain itu juga harus bersahabat dengan alam, yaitu
lokasi sebaiknya di luar kota dan jauh dari pemukiman dan memiliki saluran
pembuangan dan pengolahan limbah yang sesuai dengan AMDAL (Lestari, 1993).

C. SNI RPH

RPH, di samping sebagai sarana produksi daging juga berfungsi sebagai


instansi pelayanan masyarakat yaitu untuk menghasilkan komoditas daging yang
sehat, aman dan halal (sah). Umumnya RPH merupakan instansi Pemerintah. Namun
perusahaan swasta diizinkan mengoperasikan RPH khusus untuk kepentingan
perusahaannya, asalkan memenuhi persyaratan teknis yang diperlukan dan sesuai
dengan peraturan Pemerintah yang berlaku. Pembangunan RPH harus memenuhi
ketentuan atau standar lokasi, bangunan, sarana dan fasilitas teknis, sanitasi dan
higiene, serta ketentuan lain yang berlaku. Sanitasi dan higiene menjadi persyaratan
vital dalam bangunan, pengelolaan dan operasi RPH.

Beberapa persyaratan RPH secara umum adalah Merupakan tempat atau


bangunan khusus untuk pemotongan hewan yang dilengkapi dengan atap, lantai dan
dinding, memiliki tempat atau kandang untuk menampung hewan untuk diistirahatkan
dan dilakukan pemeriksaan ante mortem sebelum pemotongan. Syarat penting lainnya
memiliki persediaan air bersih yang cukup, cahaya yang cukup, meja atau alat
penggantung daging agar daging tidak bersentuhan dengan lantai. Untuk menampung
limbah hasil pemotongan diperlukan saluran pembuangan yang cukup baik, sehingga
lantai tidak digenangi air buangan atau air bekas cucian.
Acuan tentang Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dan tatacara pemotongan
yang baik dan halal di Indonesia sampai saat ini adalah Standar Nasional Indonesia
(SNI) 01-6159-1999 tentang Rumah Pemotongan Hewan berisi beberapa persyaratan
yang berkaitan dengan RPH termasuk persyaratan lokasi, sarana, bangunan dan tata
letak sehingga keberadaan RPH tidak menimbulkan ganguan berupa polusi udara dan
limbah buangan yang dihasilkan tidak mengganggu masyarakat.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh


gambaran yang ada saat sekarang tentang keadaan Sanitasi Dasar Rumah Potong Hewan
Kabupaten Solok Selatan berdasarkan fakta-fakta yang ada.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di RPH Kabupaten Solok Selatan pada tahun
2019
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai bulan Januari sampai bulan Mei 2019.

C. Populiasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh lingkungan dan karyawan RPH Kabupaten
Solok Selatan.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data yang diambil langsung oleh peneliti berupa aspek sanitasi dasar memulai
observasi dengan menggunakan daftar checklist.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari catatan buku-buku dan laporan yang ada pada instansi
pengelola RPH dan melakukan wawancara dengan petugas RPH.

E. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara checklist yaitu dengan
mengamati kondisi sanitasi RPH Kabupaten Solok Selatan.
F. Teknik Pengolahan Data
Data di olah dengan langkah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan data (Editing)
2. Pemberian kode (Coding)
3. Entry
4. Cleaning

G. Analisis Data
Data dari penelitian ini dianalisa secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel
kemudian dinarasikan dalam bentuk tekstural untuk mengetahui gambaran dari masing-
masing variabel yang telah di observasi.
“ GAMBARAN PENERAPAN HYGIENE SANITASI MAKANAN DALAM
PENGOLAHAN MAKANAN TRADISIONAL DI NAGARI PAKAN RABAA
KABUPATEN SOLOK SELATAN”

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Bagian ke
16, pasal 109 disebutkan bahwa setiap orang dan / badan hokum yang memproduksi,
mengolah, serta mendistribusikan makanan dan minuman yang diperlakukan sebagai
makanan dan minuman hasil teknologi rekayasa genetika yang diedarkan harus
menjamin agar aman bagi manusia, hewan yang dimakan manusia dan lingkungan.

Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia. Makanan


borned yang dikonsumsi beragam jenis dengan cara pengolahannya ( Santoso, 1999).
Makanan-makanan tersebut sangat mungkin sekali menjadi penyebab terjadinya
gangguan dalam tubuh kita sehingga kita jatuh sakit. Salah satu cara untuk
memelihara kesehatan adalah dengan mengkonsumsi makanan yang aman, yaitu
dengan memastikan makanan tersebut dalam keadaan bersih dan terhindar dari
wholesomeness (penyakit). Makananan yang dibutuhkan harus eshat dalam arti
memiliki nilai gizi, yang optimal seperti vitamin, mineral, hidrat arang, lemak dan
lainnya. Bila salah satu faktor tersebut terganggu maka makanan yang dihasilkan
akan menimbulkan gangguan kesehatan dan penyakit bahkan keracunan makanan
yang dihasilkan (Djarismarvati dkk’ 2004). Salah satu diantaranya dikarenakan
terkontaminasi.Kontaminasi yang terjadi pada makanan dan minuman dapat
menyebabkan makanan tersebut dapat menjadi media bagi suatu penyakit.Penyakit
yang ditimbulkan oleh makanan yang terkontaminasi disebut penyakit bawaan
makanan (food diseases).
Sanitasi makanan lebih ditekankan pada pengawasan terhadap pembuatan dan
penyediaan bahan makanan agar tidak membahayakan kesehatan. Dalam sanitasi
makanan, permasalahan yang menyangkut nilai gizi ataupun mengenai komposisi
bahan makanan yang sesuai dengan tubuh jarang di perhatikan.Pada
dasarnya,kebanyakan orang tidak begitu menganggap penting hygiene dari makanan
dan sanitasi tempat makanan yang mereka gunakan. Mereka hanya memandang atas
harga makanan dan rasanya saja.
Dari survey awal yang dilakukan diketahui bahwa tempat pengolahan makanan
tradisional masih belum begitu menerapkan prinsip-prinsip hygine sanitasi makanan,
lantai dapur terasa licin dan kotor sehingga memungkinkan terjadinya pencemaran
fisik,kimia,biologis pada makanan.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


tentang penerapan hygiene sanitasi pengolahan makanan tradisional di Nagari Pakan
Rabaa Kabupaten Solok Selatan.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas yang menjadi rumusan masalah adalah bagaiman gambaran
hygiene sanitasi dalam pengolahan makanan tradisional di Nagari Pakan Rabaa
Kabupaten Solok Selatan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran hygiene sanitasi dalam pengolahan makanan
tradisional di Nagari Pakan Rabaa Kabupaten Solok Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hygiene sanitasi tempat pengolahan makanan tradisional di
Nagari Pakan Rabaa Kabupaten Solok Selatan.
b. Diketahuinya hygiene sanitasi peralatan pengolahan makanan tradisional
di Nagari Pakan Rabaa Kabupaten Solok Selatan.
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak pengolahan
makanan tradisional dalam membuat kebijakan untuk menangani pengelolaan
makanan dan meningkatkan pengetahuan tentang prinsip-prinsip hygiene sanitasi
dalam pengolahan makanan.
2. Hasil yang diperoleh dapat menjadi perbandingan atau pendukung untuk
penelitian selanjutnya.
3. Penelitian ini sebagai pengembangan kemampuan peneliti sehingga dapat
mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dibangku perkuliahan.
E. Ruang Lingku Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada sanitasi tempat pengolahan makanan
dan peralatan yang digunakan dalam pengolahan makanan tradisional di Nagari
Pakan Rabaa Kabupaten Solok Selatan Tahun 2019.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Higiene
Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan
cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya
mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk
melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk
melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.
B. Pengertian Sanitasi
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik
beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan
minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai
dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan,
penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman
tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi
makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan,
mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan
merugikan pembeli. mengurangi kerusakan / pemborosan makanan. Dalam
pengelolaan makanan ada 6 prinsip yang harus di perhatikan yaitu:
1. Keadaan bahan makanan

Semua jenis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta
kesegarannya terjamin, terutama bahan-bahan makanan yang mudah membusuk
atau rusak seperti daging, ikan, susu, telor, makanan dalam kaleng, buah, dsb.
Baham makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan
perjalanan makanan yang begirtu panjangdan melalui jarngan perdagangan yang
begitu luas. Salah satu upaya mendapatkan bahan makanan yang baika dalah
menghindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber tidak jelas
(liar) karena kurang dapat dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.
2. Cara penyimpanan bahan makanan
Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung dikonsumsi oleh
masyarakat. Bahan makanan yang tidak segera diolah terutama untuk katering dan
penyelenggaraan makanan RS perlu penyimpanan yang baik, mengingat sifat
bahan makanan yang berbeda-beda dan dapat membusuk, sehingga kualitasnya
dapat terjaga. Cara penyimpanan yang memenuhi syarat hgiene sanitasi makanan
adalah sebagai berikut:
– Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang bersih dan
memenuhi syarat
– Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah diambil, tidak
memberi kesempatan serangga atau tikus untuk bersarang, terhindar dari
lalat/tikus dan untuk produk yang mudah busuk atau rusak agar disimpan pada
suhu yang dingin.
3. Proses pengolahan
Pada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat
perhatian Yaitu:
1. Tempat pengolahan makanan
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah,
tempat pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang
penting dalam proses pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan
lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik
harus memenuhi persyaratan sanitasi.
2. Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan
Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara
langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap
persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai penyajian. Dalam
proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah besar
peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan
penyakit. Banyak infeksi yang ditularkan melalui penjamah makanan,
antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui hidung dan tenggorokan,
kuman Clostridium perfringens, Streptococcus, Salmonella dapat ditularkan
melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam keadan
sehat dan terampil.
3. Cara pengolahan makanan
Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan
makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan mengikui kaidah atau
prinsip-prinsip higiene dan sanitasi yang baik atau disebut GMP (good
manufacturing practice).
4. Cara pengangkutan makanan yang telah masak
Pengangkutan makan dari tempat pengolahan ke tempat penyajian atau
penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik
dari serangga, debu maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan harus utuh,
kuat dan tidak berkarat atau bocor. Pengangkutan untuk waktu yang lama
harus diatur shunya dalam keadaan panas 60 C atau tetap dingi 4 C.
5. Cara penyimpanan makanan masak
Penyimpanan makanan masak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
tempat penyimpanan makanan pada suhu biasa dan tempat penyimpanan pada
suhu dingin. Makanan yang mudah membusuk sebaiknya disimpan pada suhu
dingin yaitu < 40C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam, disimpan
dalam suhu -5 s/d -10C.
6. Cara penyajian makanan masak
Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan
tersebut terhindar dari pencemaran, peralatan yang digunakan dalam kondisi
baik dan bersih, petugas yang menyajikan harus sopan serta senantiasa
menjaga kesehatan dan kebersihan pakaiannya.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Disain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk melihat gambaran penerapan hygiene
sanitasi makanan dalam pengolahan makanan tradisional di Nagari Pakan Rabaa
Kabupaten Solok Selatan.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian


1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan pada tempat penolahan makanan tradisional di Nagari


Pakan Rabaa Kabupaten Solok Selatan.

2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan Januari tahun 2019.
C. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah pengolahan makanan tradisional yang terletak di Nagari


Pakan Rabaa Kabupaten Solok Selatan yaitu penerapan prinsip-prinsip hygiene
sanitasi dalam pengolahan makanan.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan observasi (pengamatan) langsung
oleh peneliti dengan munggunakan checklist.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari tempat pengolahan makanan tradisional tentang
gambaran umum tempat pengolahan tersebut.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Checklist untuk observasi

F. Teknik Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan secara manual.
G. Analisis Data
Dianalisa dengan membandingkan hasil pengamatan dengan Kepmenkes RI No.
1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang persyaratan Hygiene Sanitasi Jasa Boga.
“GAMBARAN SANITASI OBJEK WISATA HOT WATERBOOM SAPAN
MALULUANG KABUPATEN SOLOK SELATAN TAHUN 2019"

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum


(semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan
kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus, (Suparlan 1977).

Tempat-tempat ibadah,hiburan,salon dll merupakan salah satu sarana tempat-tempat


umum yang dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan
kegiatan

Masalah kesehatan lingkungannya merupakan suatu masalah yang perlu di


perhatikan dan ditingkatkan. Dalam hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat
tersebut perlu untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang
berhubungan dengan tempat-tempat umum guna mendukung upaya peningkatan
kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan
tempat umum, termasuk pengendalian pencemaran lingkungan.

Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan
mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat
hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Tempat-tempat
umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat, sarana dan
kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta, dan atau
perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat (Adriyani, 2005).

Setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya dengan
tempat-tempat umum, baik untuk bekerja, melakukan interaksi sosial, belajar
maupun melakukan aktifitas lainnya. Jadi sanitasi tempat-tempat umum sangatlah
penting dijaga sanitasinya agar tidak menimbulkan berbagai masalah
kesehatan,misalnya menimbulkan penyakit berbasis lingkungan.

Dari hasil survey awal peneliti lakukan, peneliti menemukan beberapa masalah
pada obyek wisata Hot Waterboom Sapan Maluluang Kabupaten Solok Selatan,
permasalahan yang ada antara lain: masih banyak sampah dari pengunjung yang
berserakkan di area obyek wisata Hot Waterboom Sapan Maluluang Kabupaten
Solok Selatan, dan tempat sampah masih kurang. Kemudian terlihat sampah yang
telah dikumpulkan disuatu tempat dibakar, pengelolaan limbah yang kurang baik
dan air kolam yang jarang diganti.

B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi masalah dalam peneliian ini adalah bagaimana gambaran
kondisi sanitasi Hot Waterboom Sapan Maluluang Kabupaten Solok Selatan
Tahun 2019.
C. Tujuan Peneltian
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran tentang gambaran kondisi Sanitasi Hot Waterboom Sapan
Maluluang Kabupaten Solok Selatan Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran penyediaan tempat sampah di Hot Waterboom
Sapan Maluluang Kabupaten Solok Selatan.
b. Untuk mengetahui gambaran pembuangan limbah di Hot Waterboom Sapan
Maluluang Kabupaten Solok Selatan.
c. Untuk mengetahui gambaran penyediaan air bersih di Hot Waterboom Sapan
Maluluang Kabupaten Solok Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah :
1. Untuk menambah wawasan pengetahuan penulis dalam bidang sanitasi tempat
wisata.
2. Sebagai bahan masukan bagi pengelola atau petugas dalam upaya memelihara
fasilitas sanitasi dan meningkatkan kesehatan lingkungan di lokasi Hot
Waterboom Sapan Maluluang Kabupaten Solok Selatan.
3. Sebagai bahan bacaan bagi peneliti lainnya dan sebagai bahan perbandingan
dalam penelitian di masa yang akan datang di lokasi yang sama
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah Hot Waterboom Sapan Maluluang
Kabupaten Solok Selatan. Dalam hal ini adalah inspeksi sanitasi dasarnya yang
hanya membahas gambaran sanitasi tempat wisata yaitu dari segi pengelolaan
sampah, pengelolaan limbah dan penyediaan air bersih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sanitasi

Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu usaha yang
mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia
terutama terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik,
kesehatan, dan kelangsungan hidup (Yula, 2006). Usaha peningkatan kesehatan
lingkungan yang umumnya dikenal dengan sebutan sanitasi merupakan salah satu
tindakan yang dimaksudkan untuk pemeliharaan kesehatan maupun pencegahan
penyakit pada lingkungan fisik, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2003).

Sanitasi dalam bahasa Inggris berasal dari kata sanitation yang diartikan
sebagai penjagaan kesehatan (Echols dan Shadily, 2003). Ehler dan Steel dalam
Anwar (1999) mengemukakan bahwa sanitasi adalah usaha-usaha pengawasan yang
ditujukan terhadap faktor lingkungan yang dapat menjadi mata rantai penularan
penyakit. Sedangkan menurut Azawar (1990) mengungkapkan bahwa sanitasi
adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan teknik
terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi atau mungkin
mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

Sanitasi, menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai pemelihara


kesehatan. Menurut WHO, sanitasi adalah upaya pengendalian semua faktor
lingkungan fisik manusia, yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-
hal yang merugikan, bagi perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup
manusia.
Tempat-tempat umum yaitu tempat kegiatan bagi umum, yang mempunyai
tempat, sarana dan kegiatan tetap, diselenggarakan badan pemerintah, swasta, dan
atau perorangan, yang dipergunakan langsung oleh masyarakat. Jenis tempat-tempat
umum antara lain : 8, 9
a. Yang berhubungan dengan sarana Pariwisata :
- Penginapan/Losmen
- Mess
- Kolam Renang
- Bioskop
- Tempat Hiburan
- Tempat Rekreasi
- Bilyard
- Tempat Bersejarah
b. Yang berhubungan dengan sarana Perhubungan :
- Terminal Angkutan Darat
- Terminal Angkutan Sungai
c. Yang berhubungan dengan sarana Komersial :
- Pemangkas Rambut
- Salon Kecantikan
- Pasar-Pasar
- Apotik
- Toko Obat
- Perbelanjaan
d. Yang berhubungan dengan sarana Sosial :
- Tempat-Tempat Ibadah
- Rumah Sakit
- Klinik Bersalin
- Sekolah-Sekolah/Asrama
- Panti Asuhan
e. Kantor-Kantor Pemerintahan dan Swasta termasuk Bank-Bank Pemerintah
dan Swasta.
Sanitasi tempat-tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi kegiatan
yang berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan
timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga kerugian yang ditimbulkan
oleh kegiatan tersebut dapat dicegah. Sarana dan bangunan umum dinyatakan
memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis,
psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan
masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan
terjadinya kecelakaan. Penyelenggaraan sarana dan bangunan umum berada di luar
kewenangan Departemen Kesehatan, namun sarana dan bangunan umum tersebut
harus memenuhi persyaratan kesehatan. Hal ini telah diamanatkan pada UU No.23
Tahun 1992 tentang Kesehatan.

2.2 Pedoman Penyehatan Sarana Dan Bangunan Umum


Dasar pelaksanaan kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat
umum adalah Kepmenkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan
Sarana dan Bangunan Umum. Menurut Kepmenkes tersebut, batasan pengertian
penyehatan sarana dan bangunan umum, adalah upaya kesehatan lingkungan, dalam
pengendalian faktor risiko penyakit pada sarana dan bangunan umum. Faktor resiko
penyakit adalah hal-hal yang memiliki potensi terhadap timbulnya penyakit.
Tujuan diadakannya penyehatan sarana dan bangunan umum adalah sebagai
upaya untuk meningkatkan pengendalian faktor risiko penyakit dan kecelakaan
pada sarana dan bangunan umum. Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah :
a. Lingkungan Pemukiman antara lain perumahan, asrama, pondok pesantren,
condominium / apartemen, rumah susun dan sejenisnya.
b. Tempat umum antara lain hotel, penginapan, pasar, bioskop, tempat
rekreasi, kolam renang, terminal, Bandar udara, pelabuhan laut, pusat perbelanjaan
dan usaha-usaha yang sejenis.
c. Lingkungan kerja antara lain kawasan perkantoran, kawasan industri, atau
yang sejenisnya.
d. Angkutan umum antara lain bus umum, pesawat udara komersial, kapal
penumpang, kapal ferry penumpang, kereta api dan sejenis.
e. Lingkungan lainnya antara lain tempat pengungsian, daerah transmigrasi,
lembaga permasyarakatan, sekolah dan sejenis.
f. Sarana Pelayanan Umum antara lain samsat, bank, kantor pos dan tempat
ibadah yang sejenis.
g. Sarana Kesehatan antara lain rumah sakit, puskesmas, laboratorium, pabrik
obat, apotik dan yang sejenis.
Untuk pelaksanaan kegiatan di tingkat pusat, adalah Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPM & PL),
dan sebagai penanggung jawab program adalah Direktur Jenderal PPM & PL.
Untuk pelaksanaan di tingkat propinsi sebagai penanggung jawab adalah Gubernur
Kepala Daerah dan Pelaksananya adalah Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.
Pelaksanaan di Tingkat Kabupaten, sebagai Penanggung jawab program adalah
Bupati / Walikota dan pelaksananya adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota. Di Tingkat Kecamatan Penanggung jawab pelaksanaan program adalah
Camat dan pelaksananya adalah Kepala Puskesmas.
Dinas Kabupaten/kota memiliki unit pelaksana teknis yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya yaitu Puskesmas.
Lingkup kegiatan yang dilakukan dalam program penyehatan sarana dan bangunan
umum di tingkat Kabupaten/Kota adalah :
a. Perencanaan
1) Membuat program kegiatan upaya penyehatan sarana dan bangunan umum.
2) Mengumpulkan data, menetapkan prioritas dan implementasi / pelaksanaan
program serta melakukan evaluasi.
b. Pengawasan kualitas
Pengawasan kualitas yang dilakukan, meliputi :
1) Inspeksi sanitasi.
2) Pengambilan sample dan pemeriksaan sample
3) Analisa data dan rumusan pemecahan masalah, serta memberi rekomendasi
untuk tindak lanjut.
c. Investigasi
Invstigasi dilakukan bila ditemukan adanya Kejadian Luar Biasa, dan atau
keluhan dari masyarakat.
d. Tindak lanjut
Tindak lanjut dilakukan berdasarkan hasil monitoring dan investigasi, melalui
penyuluhan, pelatihan, perbaikan dan pemeliharaan.
Sebagai sumber daya yang diperlukan untuk kegiatan Penyehatan Sarana dan
Bangunan Umum adalah :
1. Sumber daya manusia
Kegiatan ini didukung oleh tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Tenaga kesehatan lingkungan adalah
petugas atau pengelola yang memperoleh pendidikan atau pelatihan dibidang
kesehatan lingkungan.
2. Peralatan
Untuk menunjang kegiatan diperlukan instrumen yaitu :
a. Formulir Pengamatan
1) Formulir pemeriksaan
2) Formulir Inspeksi Sanitasi
b. Peralatan pengukuran kualitas lingkungan antara lain :
1) Pengukur pencahayaan (Lightmeter)
2) Pengukur kelembaban (Hygrometer)
3) Pengukur mikroba dalam ruangan (Microbiological Test Kit)
4) Pengukur kebisingan (Integrating Sound Level Meter)
5) Pengukur kualitas air
6) Pengukur kualitas udara (Air Polution Test Kit)
7) Sanitarian Kit
8) Vector Kit
9) Peralatan lain yang dipergunakan untuk mengukur kualitas lingkungan
3. Metode
Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala, sekurang-kurangnya 2(dua) kali
dalam satu tahun. Pengawasan pada kejadian luar biasa (KLB) dilakukan sesuai
dengan kondisi setempat dan memperhatikan risiko atau gangguan pada kesehatan
masyarakat. Cara pengawasan dilakukan melalui wawancara, pengamatan,
pengukuran, analisa laboratorium, penyusunan laporan dan tindak lanjut.
4. Dana
Sumber pendanaan yang diperlukan dapat diperoleh melalui :
a. APBN
b. APBD
c. Bantuan Luar Negeri
d. Bantuan lain yang tidak mengikat
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh


gambaran yang ada saat sekarang tentang keadaan Sanitasi Dasar Hot Waterboom Sapan
Maluluang Kabupaten Solok Selatan berdasarkan fakta-fakta yang ada.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
ini dilakukan di Hot Waterboom Sapan Maluluang Kabupaten Solok
Selatan pada tahun 2019
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai bulan Januari sampai bulan Mei 2019.

C. Populiasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh lingkungan dan masyarakat di sekitar Hot
Waterboom Sapan Maluluang Kabupaten Solok Selatan.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data yang diambil langsung oleh peneliti berupa aspek sanitasi dasar memulai
observasi dengan menggunakan daftar checklist.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari catatan buku-buku dan laporan yang ada.

E. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara checklist yaitu
dengan mengamati kondisi sanitasi Hot Waterboom Sapan Maluluang Kabupaten Solok
Selatan.
F. Teknik Pengolahan Data
Data di olah dengan langkah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan data (Editing)
2. Pemberian kode (Coding)
3. Entry
4. Cleaning

G. Analisis Data
Data dari penelitian ini dianalisa secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel
kemudian dinarasikan dalam bentuk tekstural untuk mengetahui gambaran dari masing-
masing variabel yang telah di observasi.

Anda mungkin juga menyukai