(Jepang)
A. Kedudukan Wajib Pajak Badan dan Badan Usaha Tetap sebagai Subjek Pajak di
Indonesia diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan (UU PPh).
Lebih jauh lagi, Pasal 2 ayat (1a) menyatakan bahwa Bentuk Usaha Tetap merupakan
subjek pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan.
Berdasarkan keterangan diatas, maka pemajakan untuk Wajib Pajak dalam bentuk PT
lebih menguntungkan karena biaya yang boleh diakui secara perpajakan lebih banyak
dan pengenaan tarif PPh Badan tanpa harus membayar branch profit tax. Oleh karena
itu, lebih baik Mukamurata, Ltd. melakukan mendirikan perusahaan dalam bentuk PT.
b. Penanaman dana dalam bentuk modal atau pinjaman dapat memberikan implikasi
perpajakan yang berbeda sebagaimana berikut:
Modal Pinjaman
Imbalan atas modal dinamakan sebagai Imbalan atas modal dinamakan sebagai
dividen. bunga.
Pembayaran biaya dividen tidak boleh Pembayaran biaya bunga boleh
dibebankan sebagai biaya untuk dibebankan sebagai biaya untuk
keperluan menghitung PPh Badan keperluan menghitung PPh Badan
c. Dalam upaya penghindaran pajak (tax avoidance), metode thin capitalization dikenal
yaitu ketika kantor pusat atau induk perusahaan lebih memilih memberikan dana dalam
bentuk pinjaman daripada modal. Sebagaimana diketahui bahwa imbalan atas
pinjaman/hutang biasanya disebut sebagai beban bunga dan diperbolehkan menjadi
biaya untuk menghitung beban PPh badan terutang (deductible expense) sementara
imbalan dalam bentuk modal (dividend) umumnya tidak boleh dijadikan biaya
pengurang untuk penghitungan pajak (non-deductible expense). Upaya thin
capitalization ini kemudian bisa dihindari dengan pengenaan arm’s length principle
atas transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa (related party
transaction). Hubungan induk dan anak perusahaan yang rentan dipengaruhi hubungan
istimewa akan mempengaruhi penentuan biaya bunga yang boleh dibebankan.
Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa yang harus memenuhi nilai
wajar yang seharusnya dibebankan sesuai ketentuan dalam undang-undang.
Metode back to back loan kemudian menjadi alternatif pendanaan dimana bank
independen menjadi pihak perantara antara induk dan anak perusahaan. Secara
sederhana, back to back loan terjadi ketika induk perusahaan memberikan pinjaman
kepada bank untuk kemudian disalurkan kepada anak perusahaan. Karena pinjaman
diberikan oleh “pihak independen”, maka bagi anak perusahaan, biaya bunga yang
dibayarkan kepada bank sebagai pihak yang dianggap tidak memiliki hubungan
istimewa dengan anak perusahaan sehingga beban bunga dapat dibiayakan seluruhnya
oleh anak perusahaan. Selain itu, pembayaran beban bunga kepada bank di Indonesia
bukan merupakan objek PPh Pasal 23 sehingga perusahaan tidak memiliki kewajiban
untuk memotong PPh atas penghasilan bunga yang diterima oleh pihak bank.
Outbound Investment – Kasus PT Buana Internasional
1.
Ketentuan Fiskal atas Indonesia Timbuktu
WPLN BUT (Berdasarkan UU PPh) (Berdasarkan
Keterangan dalam Soal)
Objek Pajak Penghasilan yang menjadi Penghasilan yang menjadi
Objek Pajak adalah: Objek Pajak adalah:
a) Penghasilan dari usaha a) Penghasilan dari usaha
atau kegiatan BUT atau kegiatan BUT
tersebut dan dari harta tersebut dan dari harta
yang dimiliki atau yang dimiliki atau
dikuasai; dikuasai;
b) Penghasilan kantor b) Penghasilan kantor
pusat dari usaha atau pusat dari usaha atau
kegiatan, penjualan kegiatan, penjualan
barang, atau pemberian barang, atau pemberian
jasa di Indonesia yang jasa di Indonesia yang
sejenis dengan yang sejenis dengan yang
dijalankan oleh BUT di dijalankan oleh BUT di
Indonesia (force of Indonesia (force of
attraction income) attraction income)
c) Penghasilan dalam
Pasal 26 yang diterima
atau diperoleh kantor
pusat (effectively
connected income). Pada
dasarnya, penghasilan
pasif yang diperoleh oleh
Kantor Pusat.
Pengurang Penghasilan Biaya yang berkenaan Biaya yang terkait dengan
Bruto dengan penghasilan penghasilan terutang
(Biaya 3M), biaya kecuali biaya bunga,
administrasi kantor pusat royalti, dan jasa yang
sepanjang berkaitan dibayarkan ke kantor
dengan usaha atau pusat. Kompensasi
kegiatan BUT. kerugian paling lama 5
Kompensasi kerugian tahun.
paling lama 5 tahun.
Tarif Pajak Tarif PPh Badan sebesar Tarif PPh Badan sebesar
25% dari penghasilan 25%.
kena pajak.
Branch Profit Tax Tarif 20% dari Tarif 20% dari
Penghasilan Kena Pajak Penghasilan Kena Pajak
sesudah dikurangi PPh sesudah dikurangi PPh
Badan. Badan.
Keterangan: Proporsi pembagian biaya bunga sesuai pajak bagi PT Buana Internasional
diperhitungkan dengan cara membandingkan DER saat ini dengan DER menurut pajak.
DER saat ini = 3,600 : 300 = atau 12:1
DER diperbolehkan = 3:1
Oleh karena itu, beban bunga dihitung dengan cara membandingkan 3/12 x biaya
pinjaman dengan keterangan sebagai berikut:
3. Perhitungan laba / rugi sebelum pajak penghasilan
a. Bentuk Anak Perusahaan
Komersial (dalam Koreksi
Deskripsi Pajak Keterangan
miliar) Pajak
Penjualan
1. Penjualan lokal 450.00 - 450.00
2. Penjualan ekspor ke kantor pusat / induk
usaha di Indonesia 380.00 - 380.00
3. Penjualan ekspor lainnya 160.00 - 160.00
Total Penjualan 990.00 - 990.00
Harga Pokok Penjualan
1. HPP Penjualan lokal 210.00 - 210.00
Asumsi : HPP memenuhi kewajaran
2. HPP Penjualan ekspor ke kantor pusat / transaksi dengan pihak hubungan
induk usaha di Indonesia 150.00 - 150.00 istimewa
3. HPP Penjualan ekspor lainnya 60.00 - 60.00
Total HPP 420.00 - 420.00
Laba Kotor 570.00 - 570.00
Biaya Non-operasi
1. Biaya jasa manajemen ke kantor pusat /
induk usaha di Indonesia 29.70 - 29.70
2. Biaya royalti ke kantor pusat / induk usaha
di Indonesia 39.60 - 39.60
3. Biaya royalti ke Machine Co. USA (non
afiliasi) 44.55 - 44.55
4. Biaya bunga bank ke Citibank Cabang Koreksi positif - mengikuti
Timbuktu 48.00 36.00 12 perhitungan biaya bunga sesuai
5. Biaya bunga pinjaman ke kantor Koreksi positif - mengikuti
pusat/induk usaha di Indonesia 300.00 240.00 60 perhitungan biaya bunga sesuai
6. Biaya lain-lain (sesuai ketentuan fiskal di
Timbuktu 20.00 - 20.00
Biaya non-operasi 481.85 276.00 205.85
Laba / (Rugi) sebelum PPh 88.15 364.15
b. Bentuk Cabang / BUT
Komersial (dalam Koreksi
Deskripsi Pajak Keterangan
miliar) Pajak
Penjualan
1. Penjualan lokal 450.00 - 450.00
2. Penjualan ekspor ke kantor pusat / induk
usaha di Indonesia 380.00 - 380.00
3. Penjualan ekspor lainnya 160.00 - 160.00
4. Penjualan kantor pusat atas barang yang Berdasarkan ketentuan fiskal
sejenis dengan barang yang dijual oleh BUT di Timbuktu, penghasilan HO dianggap
Timbuktu - 240.00 240.00 jadi objek PPh BUT.
Total Penjualan 990.00 240.00 1,230.00
Harga Pokok Penjualan
1. HPP Penjualan lokal 210.00 - 210.00
Asumsi : HPP memenuhi kewajaran
2. HPP Penjualan ekspor ke kantor pusat / transaksi dengan pihak hubungan
induk usaha di Indonesia 150.00 - 150.00 istimewa
3. HPP Penjualan ekspor lainnya 60.00 - 60.00
4. HPP Penjualan kantor pusat atas barang Berdasarkan ketentuan fiskal
yang sejenis dengan barang yang dijual oleh Timbuktu, biaya terkait penghasilan
BUT di Timbuktu - - 100.00 100.00 terutang boleh jadi biaya
Total HPP 420.00 - 100.00 520.00
Laba Kotor 570.00 140.00 710.00
Biaya Non-operasi
1. Biaya jasa manajemen ke kantor pusat / Biaya umum dan adm kantor pusat
induk usaha di Indonesia 29.70 29.70 - tidak dapat dibebankan
2. Biaya royalti ke kantor pusat / induk usaha Biaya royalti ke kantor pusat tidak
di Indonesia 39.60 39.60 - dapat dibebankan
3. Biaya royalti ke Machine Co. USA (non
afiliasi) 44.55 - 44.55
4. Biaya bunga bank ke Citibank Cabang
Timbuktu 48.00 - 48.00
5. Biaya bunga pinjaman ke kantor Biaya bunga ke kantor pusat tidak
pusat/induk usaha di Indonesia 300.00 300.00 - dapat dibebankan
6. Biaya lain-lain (sesuai ketentuan fiskal di
Timbuktu) 20.00 - 20.00
Biaya non-operasi 481.85 369.30 112.55
Laba / (Rugi) sebelum PPh 88.15 597.45
Perbedaan nilai laba/(rugi) dalam bentuk anak perusahaan dan cabang terutama
dipengaruhi karena
Penghasilan kantor pusat yang menjadi objek pajak bagi BUT namun tidak bagi
WPDN Badan
Biaya yang dibayarkan ke kantor pusat yang tidak boleh dibebankan bagi BUT
namun boleh menjadi beban bagi WPDN Badan.
4. Perhitungan PPh Badan, Branch Profit Tax, dan Laba Bersih
a. Sebagai anak perusahaan
Perhitungan PPh Badan
Laba / (Rugi) sebelum PPh 364.15
PPh Badan - 25% 91.04
Laba bersih setelah PPh Badan 273.11
b. Sebagai cabang
Perhitungan PPh Badan
Laba / (Rugi) sebelum PPh 597.45
PPh Badan - 25% 149.36
Laba bersih setelah PPh Badan 448.09
Branch profit tax - 20 % 89.62
Laba setelah BPT 358.47
Notes:
*) Sesuai keterangan nomor 2., perusahaan tidak membagikan dividen
**) Asumsi pembayaran jasa ke WPLN dikenakan tarif yang sama di Timbuktu yaitu 15%
b. Sebagai cabang (BUT)
Jenis Pajak Tarif DPP Biaya pajak
PPh Badan 25% 597.45 149.36
BPT 20% 448.09 89.62
WHT on interest 15% 300.00 45.00
WHT on royalty 15% 39.60 5.94
WHT on dividend* 15% - -
WHT on service / management fee** 15% 29.70 4.46
Total biaya pajak 294.38
Notes:
*) Sesuai keterangan nomor 2., perusahaan tidak membagikan dividen
**) Asumsi pembayaran jasa ke WPLN dikenakan tarif yang sama di Timbuktu yaitu 15%
Dari sudut pandang PT Buana Internasional yang merupakan Wajib Pajak Dalam
Negeri yang memiliki kewajiban untuk melaporkan penghasilan yang diterima baik
dari dalam maupun luar negeri (world-wide income basis), kegiatan operasional di
Timbuktu dikenakan pajak. Di sisi lain, ketentuan dalam Pasal 24 UU PPh
memperbolehkan PT Buana Internasional untuk menggunakan PPh terutang atau
dibayarkan di Timbuktu sebagai kredit pajak luar negeri.
Penghasilan di Indonesia
Jasa manajemen 29.70
Royalti 39.60
Bunga pinjaman 300.00
Total penghasilan luar negeri 369.30
PPh Badan dari penghasilan LN - 25% 92.33
Kredit Pajak Luar Negeri - lihat nomor 5 55.40
PPh Kurang bayar tahunan 36.93
Selain itu, Pasal 18 (2) UU PPh menyatakan bahwa Menkeu berhak untuk menetapkan
saat diperolehnya dividen oleh WPDN atas penyertaan modal pada badan usaha di luar
negeri selain badan usaha yang menjual sahamnya di bursa efek apabila ada
kepemilikan saham paling rendah 50% oleh WPDN. Oleh karena itu, meskipun anak
perusahaan di Timbuktu tidak membagikan dividen, berdasarkan pasal diatas maka PT
Buana Internasional dianggap menerima pembagian dividen (deemed dividend). Dasar
pengenaan deemed dividend adalah laba setelah pajak dari badan usaha di luar negeri
diatas.
Oleh karena itu, nilai PPh terutang dari deemed dividend adalah:
Laba setelah PPh Badan di Timbuktu = IDR 273.11
Tarif PPh Badan atas dividen = 25%
PPh Badan terutang atas deemed div = Rp 68.27 miliar
Dalam opsi a), total beban pajak terutang di Indonesia adalah IDR 92.33 + IDR 68.27
= IDR 160.60 miliar.
Dalam opsi mendirikan sebagai cabang, maka PPh Badan terutang atas penghasilan
luar negeri dihitung dengan menggunakan angka laba bersih setelah PPh Badan di
Timbuktu dan kredit PPh Pasal 24 dari BPT yang dibayarkan di Timbuktu. Oleh karena
itu, beban pajak dalam opsi b) adalah
Dalam opsi b), total beban pajak terutang di Indonesia adalah IDR 112,02 milyar.
7) Tarif efektif pajak
b) Opsi Cabang