Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


“Tentang Sistem Manajemen K3”

NAMA : ANOM SAMPURNO JATI


NIM : D1131151012
TEKNIK MESIN

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2018
1. DEFINISI

Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan


Kesehatan Kerja) menurut Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah bagian dari sistem secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung-jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengajian dan pemeliharaan
kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam rangka pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif.

Sedangkan Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3 (Keselamatan


dan Kesehatan Kerja) menurut standar OHSAS 18001:2007 ialah bagian dari
sebuah sistem manajemen organisasi (perusahaan) yang digunakan untuk
mengembangkan dan menerapkan Kebijakan K3 dan mengelola resiko
K3 organisasi (perusahaan) tersebut.

2. KELEBIHAN/KEUNTUNGAN
Adapun manfaat lain SMK3 bagi organisasi adalah memberikan beberapa
keuntungan, diantaranya:

a. Tujuan inti penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(SMK3) adalah memberikan perlindungan kepada pekerja. Bagaimanapun
pekerja adalah aset Perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga
keselamatannya
b. Pengaruh positif terbesar yang dapat diraih adalah mengurangi angka
kecelakaan kerja
c. Dalam menerapkan sistem ini, kita dapat mencegah terjadinya kecelakaan,
kerusakan atau sakit akibat kerja. Dengan demikian kita tidak perlu
mengeluarkan biaya yang ditimbulkan akibat kejadian tersebut. Salah satu
biaya yang dapat dikurangi dengan penerapan SMK3 adalah biaya premi
asuransi dan biaya kehilangan jam kerja
d. Meningkatkan kesadaran akan bahaya dan resiko dengan pemenuhan
persyaratan
e. Memenuhi kewajiban undang-undang dengan menunjukkan kesungguhan
dalam mengelola resiko
f. Memiliki image perusahaan yang baik dimata pemerintah, pelanggan,
karyawan dan masyarakat umumnya[3]
Kelebihan utama
a. Melindungi Pekerja
Tujuan utama penerapan SMK3 adalah untuk melindungi pekerja dari
segala bentuk kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Bagaimanapun pekerja
adalah asset perusahaan yang paling penting. Dengan menerapkan K3 angka
kecelakaan dapat dikurangi atau ditiadakan sama sekali, hal ini juga akan
menguntungkan bagi perusahaan, karena pekerja yang merasa aman dari
ancaman kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja akan bekerja lebih
bersemangat dan produktif.

b. Patuh Terhadap Peraturan dan Undang-Undang


Perusahaan-perusahaan yang mematuhi peraturan atau perundang-
undangan yang berlaku pada umumnya terlihat lebih sehat dan exist. Karena
bagaimanapun peraturan atau perundang-undangan yang dibuat bertujuan
untuk kebaikan semua pihak. Dengan mematuhi peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku maka perusahaan akan lebih tertib dan hal ini dapat
meningkatkan citra baik perusahaan itu sendiri. Berapa banyak perusahaan
yang melakukan pembangkangan terhadap peraturan yang berlaku
mengalami kebangkrutan atau kerugian karena mengalami banyak
permasalahan baik dengan karyawan, pemerintah dan lingkungan setempat.

c. Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan


Penerapan SMK3 secara baik akan berpengaruh terhadap kepuasan
pelanggan. Betapa banyak pelanggan yang mensyaratkan para pemasok atau
supplier mereka untuk menerapkan SMK3 atau OHSAS 18001. Karena
penerapan SMK3 akan dapat menjamin proses yang aman, tertib dan bersih
sehingga bisa meningkatkan kualitas dan mengurangi produk cacat. Para
pekerja akan bekerja secara lebih baik, karena mereka terlindungi dengan
baik sehingga bisa lebih produktif. Kecelakaan dapat dihindari sehingga bisa
menjamin perusahaan beroperasi secara penuh dan normal untuk menjamin
kontinuitas supplai kepada pelanggan. Tidak jarang pelanggan melakukan
audit K3 kepada para pemasok mereka untuk memastikan bahwa pekerja
terlindungi dengan baik dan proses produksi dilakukan secara aman. Tujuan
mereka tidak lain adalah untuk memastikan bahwa mereka sedang berbisnis
dengan perusahaan yang bisa menjamin kontinuitas supplai bahan baku
mereka. Disamping itu dengan memiliki sertifikat SMK3 atau OHSAS 18001
akan dapat meningkatkan citra perusahaan sehingga pelanggan semakin
percaya terhadap perusahaan tersebut.

d. Membuat Sistem Manajemen yang Efektif


Dengan menerapkan SMK3 atau OHSAS 18001 maka sistem manajemen
keselamatan akan tertata dengan baik dan efektif. Karena didalam SMK3
ataupun OHSAS 18001 dipersyaratkan adanya prosedur yang
terdokumentasi, sehingga segala aktifitas dan kegiatan yang dilakukan akan
terorganisir, terarah, berada dalam koridor yang teratur dan dilakukan
secara konsisten. Rekaman-rekaman sebagai bukti penerapan sistem
disimpan untuk memudahkan pembuktian identifikasi akar masalah
ketidaksesuaian. Sehingga analysis atau identifikasi ketidaksesuaian tidak
berlarut-larut dan melebar menjadi tidak terarah, yang pada akhirnya
memberikan rekomendasi yang tidak tepat atau tidak menyelesaikan
masalah. Dalam sistem ini juga dipersyaratkan untuk dilakukan perencanaan,
pengendalian, tinjau ulang, umpan balik, perbaikan dan pencegahan. Semua
itu merupakan bentuk sistem manajemen yang efektif. Sistem ini juga
meminta komitmen manajemen dan partisipasi dari semua karyawan,
sehingga totalitas keterlibatan line manajemen dengan pekerja sangat
dituntut dalam menjalankan semua program yang berkaitan dengan K3.
Keterlibatan secara totalitas ini akan memberikan lebih banyak peluang
untuk melakukan peningkatan atau perbaikkan yang lebih efektif bagi
perusahaan.

3. KEKURANGAN
Kekurangan yang ada pada SMK3 dibandingkan dengan Manajemen K3
Lainnya
Kekurangan yang paling dasar adalah peraturan pendukung mengenai K3 yang
masih terbatas dibandingkan dengan organisasi internasional. Tapi hal ini masih
dapat dimaklumi karena masalah yang sama juga dirasakan oleh negara-negara
di Asia dibandingkan negara Eropa atau Amerika, karena memang masih dalam
tahap awal.
Selain itu sertifikasi SMK3 yang hanya dapat dikeluarkan oleh Menteri Tenaga
Kerja (Pemerintah) dirasakan kurang membantu promosi terhadap SMK3
dibandingkan dengan sertifikasi ISO series, OHSAS, KOHSA (korea), yang juga
menggunakan badan sertifikasi swasta.
Dan yang utama tentunya adalah peran aktif dari pengusaha Indonesia yang
masih belum mengutamakan K3 di Industrinya karena masalah klasik yaitu cost
(biaya).

4. IMPLEMENTASI
1. Penetapan kebijakan K3;
Pengusaha dalam menyusun kebijakan K3 paling sedikit harus:
a. lakukan tinjauan awal kondisi K3, meliputi:
· identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
· perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih
baik;
· peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan;
· kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan
dengan keselamatan; dan
· penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.

b. memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-menerus;


c. memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh.
Muatan Kebijakan K3 paling sedikit memuat visi; tujuan perusahaan; komitmen
dan tekad melaksanakan kebijakan; dan kerangka dan program kerja yang
mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum
dan/atau operasional.

2. Perencanaan K3
Yang harus dipertimbangkan dalam menyusun rencana K3:
· hasil penelaahan awal;
· identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko;
· peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya; dan
· sumber daya yang dimiliki.

3. Pelaksanaan rencana K3;


Dalam melaksanakan rencana K3 didukung oleh sumber daya manusia di bidang
K3, sarana, dan prasarana
a. Sumber daya manusia harus memiliki:
· kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat; dan
· kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi
dan/atau surat penunjukkan dari instansi yang berwenang.
b. Prasarana dan sarana paling sedikit terdiri dari:
· organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3;
· anggaran yang memadai;
sedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian; dan
· instruksi kerja.
c. Dalam melaksanakan rencana K3 harus melakukan kegiatan dalam pemenuhan
persyaratan K3.Kegiatan tersebut adalah :
1) Tindakan pengendalian
2) perancangan (design) dan rekayasa;
3) prosedur dan instruksi kerja;
4) penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan;
5) pembelian/pengadaan barang dan jasa;
6) produk akhir;
7) upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri; dan
8) rencana dan pemulihan keadaan darurat

d. Kegiatan 1 – 6 dilaksanakan berdasarkan identifikasi bahaya, penilaian dan


pengendalian risiko.
e. Kegiatan 7 dan 8 dilaksanakan berdasarkan potensi bahaya, investigasi dan
analisa kecelakaan
f. Agar seluruh kegiatan tersebut bisa berjalan, maka harus:
· Menunjuk SDM yang kompeten dan berwenang dibidang K3
· Melibatkan seluruh pekerka/buruh
· Membuat petunjuk K3
· Membuat prosedur informasi
· Membuat prosedur pelaporan
· Mendokumentasikan seluruh kegiatan

g. Pelaksanaan kegiatan diintegrasikan dengan kegiatan manajemen perusahaan

4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3;

a. Melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran dan audit internal SMK3


dilakukan oleh sumber daya manusia yang kompeten

b. Dalam hal perusahaan tidak mempunyai SDM dapat menggunakan pihak lain

c. Hasil pemantauan dilaporkan kepada pengusaha

d. Hasil tersebut digunakan untuk untuk melakukan tindakan pengendalian

e. Pelaksanaan pemantauan & Evaluasi dilakukan berdasarkan peraturan


Perundang-undangan.

5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.


a. Untuk menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3, dilakukan
peninjauan terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi

b. Hasil peninjauan digunakan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja

c. Perbaikan dan peningkatan kinerja dilaksanakan dalam hal :

· terjadi perubahan peraturan perundang-undangan;

· adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;

· adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan;

· terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan;

· adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk


epidemiologi;

· adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja;

· adanya pelaporan; dan/atau

· adanya masukan dari pekerja/buruh.

5. REGULASI
Umum
1. UU No.01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Kep. Menaker No.1135/Men/1987 tentang Bendera Keselamatan Kerja
3. Kep. Menaker No.245/Men/1990 tentang Hari Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Nasional
4. Permenaker No.26 tahun 2014 tentang Penyelanggaraan Penilaian Penerapan
SMK3
5. PP No.50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
6. Kep Menaker No.386 tahun 2014 tentang Juklak Bulan K3 Nasional 2015-2019
7. Permenakertrans No. Per.08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri
Ahli Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
1. Permenaker No. Per/03/MEN/1978 tentang Persyaratan Penunjukan dan
Wewenang, Serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja
2. Permenaker No. Per/04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunkukkan Ahli Keselamatan Kerja
3. Permenaker No. Per/02/MEN/1992 tentang Tata Cara Penunjukkan,
Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dewan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N)


1. Kep Menaker No.155/Men/1984 tentang Penyempurnaan Kepmenaker No.15
tahun 1982 tentang Pembentukan, Susunan dan Tata Kerja Dewan K3
Nasional, Dewan K3 Wilayah dan P2K3

Ketenagakerjaan
1. UU. No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
2. Kepmenakertrans No.235/Men/2003 tentang Jenis-jenis Pekerjaan yang
Membahayakan Kesehatan, Keselamatan atau Moral Anak

Kesehatan Kerja
1. Per Menakertrans No.02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja Dalam Penyelanggaraan Keselamatan Kerja
2. Per Menakertrans No.01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit
Akibat Kerja
3. Per Menakertans No.03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
4. Kep Menaker No.333/Men/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit
Akibat Kerja
5. Kep Menakertrans No.68/Men/IV/2004 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja
6. Kep Pres No.22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan
Kerja
7. Per Menaker No.13/Men/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Kimia di tempat Kerja
8. Kep Menaker No.68 tahun 2004 tentang Tentang pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS ditempat kerja
9. Permenkes No.66 tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit
10. Peraturan Menteri Kesehatan No. 70 tahun 2016 tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
11. Permenkes No. 57 Tahun 2016 tentang Rencana Aksi Nasional Pengendalian
Dampak Kesehatan Akibat Pajanan Merkuri tahun 2016-2020
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2016 tentang Syarat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran
13. Permenaker Nomor 9 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dalam Pekerjaan Ketinggian
14. PP No 58 Tahun 2015 tentang Keselamatan Radiasi dan Keamanan dalam
Pengangkutan Zat Radioaktif.

Kebakaran
1. Per Menakertrans No.04/Men/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan
2. Per Menaker No.02/Men/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik
3. Kep Menaker No.186/Men/1999 tentang Unit Penanggulan Kebakaran
4. Instruksi Menaker No.11/M/BW/1997 tentang Pengawasan Khusus K3
Penanggulangan Kebakaran
5. Surat Edaran Menaker No.13/Men/XI/2015 tentang Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerj

Listrik Dan Petir


1. Per Menaker No.02/Men/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
2. Per Menaker No. 12 tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Listrik di Tempat Kerja
3. Kep. Dirjen Pembinaan Hub. Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan No.
311/BW/2002 tentang Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Teknisi Listrik
4. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 31 Tahun 2015 Tentang Perubahan
Atas Permenaker No.02/MEN/1999 Tentang Pengawasan Instalasi Penyalur
Petir
5. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 33 Tahun 2015 Tentang Perubahan
Atas Permenaker No.12 Tahun 2015 Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Listrik di Tempat Kerja
Kecelakaan
1. Per Menaker No.03/Men/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan
Kesehatan
2. SK Ditjen Hub. Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Dept. Tenaga Kerja
Kep.84/BW/1998 tentang Cara Pengisian Formulir laporan dan analisis
statistik kecelakaan
3. Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaran Pelayanan Penyakit
Akibat Kerja
4. Permenaker No 10 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pemberian Program
Kembali Kerja Serta Kegiatan Promotif dan Kegiatan Preventif Kecelakaan
Kerja dan Penyakit Akibat Kerja
Pesawat Angkat Angkut Dan Bejana Serta Pesawat Kerja
1. Per Menaker No.05/Men/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut
2. Per Menaker No. 09/Men/VII/2010 tentang Operator dan Petugas Pesawat
Angkat dan Angkut
3. Per Menaker No.01/Men/1982 tentang Bejana Bertekanan
4. Per Menaker No.6/Men/2017 tentang K3 Elevator dan Eskalator
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 37 Tahun 2016 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Bejana dan Tangki Timbun
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Tahun 2016 nomor 38 Tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi
7. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 32 Tahun 2015 Tentang Perubahan
Atas Permenaker No.03/MEN/1999 Tentang Syarat-syarat Keselamatan dan
Kesehatan Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang

Anda mungkin juga menyukai