Anda di halaman 1dari 29

A.

GAMETOGENESIS

1. Jelaskan mengenai gametogenesis pada hewan secara umum !


Jawab:
Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet (sel
kelamin), baik gamet jantan maupun gamet betina. Ovarium dan testis
tepatnya di tubulus seminiferus adalah tempat pembentukan sel gamet
tersebut. Dimana, Ovarium sebagai tempat pembentukan sel gamet
betina sedangkan Testis (tubulus seminiferus) sebagai tempat
pembentukan sel gamet jantan. Gamet ini dihasilkan dari sel khusus
yang dinamakan dengan Sel benih primordial atau Primordial Germ
Cell (PGC) yang terdapat dalam gonad baik dalam gonad jantan
(testis) maupun gonad betina (ovarium). Hasil dari Gametogenesis
adalah sel kelamin jantan dan betina yang akan siap mengadakan
pembuahan dan kelak akan menjadi individu yang baru.
Gametogenesis yang terjadi pada tubuh hewan terbagi menjadi 2 yaitu
Spermatogenesis dan Oogenesis.

2. Jelaskan Spermatogenesis dan Oogenesis !


Jawab:
a. Spermatogenesis berasal dari kata sperma yang berarti “sperma
(sel kelamin jantan)” dan kata genesis yang berarti “pembentukan”.
Jadi, Spermatogenesis adalah proses pembentukan sperma (sel
kelamin jantan) yang terjadi di dalam testis tepatnya dalam Tubulus
seminiferus. Proses Spermatogenesis berlangsung selama 64 hari
dan berlangsung dalam tahap mitosis serta meiosis.
Dalam satu siklus spermatogenesis terbagi atas tiga fase yaitu
spermatositogenesis, spermatidogenesis, dan spermiosis &
spermiogenesis.

1
 Spermatositogenesis adalah tahapan perkembangan dari
spermatogonium ke tahap spermatosit primer sampai
spermatosit sekunder. Spermatogonium yang terletak di
tubulus terluar terus menerus membelah secara mitosis untuk
menghasilkan sel anakan yang identik dengan sel induknya.
Sel tersebut membelah secara mitosis sebanyak dua kali dan
menghasilkan spermatosit primer yang identik. Setelah proses
mitosis berakhir, maka spermatosis primer masuk ke fase
istirahat. Pada fase ini, kromosom diduplikasikan dan DNA
bersiap memasuki tahap meiosis pertama dimana setiap
spermatosit primer membentuk dua spermatosit sekunder
(masing-masing dengan 23 pasang kromosom haploid)
 Spermatidogenesis adalah tahapan pembentukan spermatid
dari spermatosit sekunder. Setelah pembelahan meiosis
pertama, spermatosit sekunder akan memasuki pembelahan
meiosis tahap kedua hingga akhirnya terbentuk 4 buah
spermatid.
 Spermiosis adalah pembentukan spermatozoa dari spermatid.
Setelah itu, spermatozoa akan mengalami remodelling lagi
dalam proses yang disebut dengan spermiogenesis. Proses
spermiogenesis merupakan proses pembentukan spermatozoa
yang matur yakni spermatozoa yang memiliki 4 bagian yaitu
kepala, akrosom, midpiece, dan ekor. Kepala mengandung
akrosom sebagai enzim untuk menembus lapisan dinding
ovum. Ekor berfungsi sebagai alat pergerakan yang ditenagai
oleh mitokondria yang terletak pada bagian midpiece.
Berikut Gambar Tahapan dari Proses Spermatogenesis.

2
Gambar 1. Tahapan Spermatogenesis

b. Oogenesis adalah proses pembentukan sel kelamin betina (ovum).


Proses ini berlangsung di dalam ovarium tepatnya di bagian
korteks. Proses ini ditandai dengan adanya perubahan oogonium
menjadi ootid (calon ovum) yang akan mengalami pematangan
menjadi ovum yang siap dibuahi. Proses ini dimulai pada masa
pubertas dan berakhir pada masa manopause. Sel telur atau ovum
berkembang dari sel induk (oogonium) yang bersifat diploid.
Namun, pada Oogonium, proses mitosisnya telah terjadi sebelum
Individu dilahirkan. Setelah lahir, pada ovarium terdapat sekitar
400.000 oosit primer yang siap memasuki tahap meiosis.
Oosit sekunder yang dilepaskan bergerak secara pasif dengan
bantuan pergerakan cairan dan silia tuba fallopi menuju uterus.
Meiosis II yang menghasilkan satu ovum matang dan badan polar II

3
tidak akan terjadi sebelum oosit sekunder dibuahi oleh sperma.
Pada saat sperma melakukan penetrasi menembus permukaan sel
telur, meiosis II berlangsung menghasilkan 1 buah sel ovum
matang dan 3 buah badan polar II yang mengalami degenerasi.
Jadi, Hasil akhir dari Oogenesis adalah 1 ovum yang fungsional.
Berikut gambar tahapan dari proses Oogenesis.

Gambar 2. Tahapan Proses Oogenesis

4
3. Jelaskan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gametogenesis!

Jawab:

 Faktor-faktor yang mempengaruhi Spermatogenesis adalah sebagai


berikut.
 Faktor dalam (endogen): hormonal, psikologis, genetik, umur,
radikal bebas.
 Faktor luar (eksogen): bahan kimia, suhu, radiasi, nutrisi, trauma,
polusi.
 Perubahan suhu juga ikut mempengeruhi sensitifitas proses ini.
 Laju pertumbuhan sperma dapat terjadi kerena hal-hal seperti
kekurangan makanan, pemakaian obat kuat, alkohol dan penyakit
yang timbul.
 Stres oksidasi juga dapat mempengaruhi dan menyebakan
kerusakan pada DNA pada sperma dan menyebabkan
pembuahan yang terjadi dapat menjadi gagal atau bermasalah.
 Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan alam Spermatogenesis:
 Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan
atau akibat panas yang berlebihan.
 Mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian marijuana atau
obat-obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan nitro
furantoin).
 Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya
vas deferens (kiri dan kanan) bias menyebabkan azospermia
(tidak terbentuk sperma sama sekali).
 Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering
ditemukan pada kemandulan pria. Varikokel adalah varises
(pelebaran vena) di dalam skrotum. Varikokel bias menghalangi

5
pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju pembentukan
sperma.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi Oogenesis adalah sebagai berikut.
 Temperatur
 Makanan
 Umur
 Penyakit
 Genetik
 Hormonal(Hipotalamus dan Hipofisis).
4. Jelaskan mengenai Siklus Menstruasi!
Jawab:
Menstruasi yaitu luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi
bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Terjadi secara
periodic/sikus. Mempunyai kisaran waktu tiap siklus sekitar 28-35 hari
setiap bulannya.

6
Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase yaitu :
 Fase Menstruasi yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang
yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium
yang robek. Dapat diakibatkan juga karena berhentinya sekresi
hormon estrogen dan progresteron sehingga kandungan
hormon dalam darah menjadi tidak ada.
 Fase Proliferasi/fase Folikuler ditandai dengan menurunnya
hormon progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk
mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium,
serta dapat membuat hormone estrogen diproduksi kembali. Sel
folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak dan
menghasilkan hormone estrogern yang merangsangnya
keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat
sekersei FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium
yang robek.
 Fase Ovulasi/fase Luteal ditandai dengan sekresi LH yang
memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah
mentruasi 1 Sel ovum yang matang akan meninggalkan folikel
dan folikel aka mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum.
Corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan hormon
progesteron yang berfungsi untuk mempertebal dinding
endometrium yang kaya akan pembuluh darah.
 Fase pasca ovulasi/fase Sekresi ditandai dengan Corpus
luteum yang mengecil dan menghilang dan berubah menjadi
Corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi
hormone estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif
mensekresikan FSH dan LH. Dengan terhentinya sekresi
progesteron maka penebalan dinding endometrium akan

7
terhenti sehingga menyebabkan endometrium mengering dan
robek. Terjadilah fase pendarahan/menstruasi.

5. Jelaskan Siklus Estrus pada Hewan!


Jawab:
Pada fase estrus yang dalam bahasa lain disebut oestrus yang
berarti “kegilaan” atau “kegirahan”, hipotalamus tertismulasi untuk
melepaskan Gonadotroptin-Releshing Hormone (GnRH). Siklus
reproduksi pada mamalia primata disebut siklus menstruasi,
sedangkan siklus reproduksi pada non primata disebut siklus estrus.
Dari satu estrus ke estrus berikutnya disebut satu siklus estrus.
Panjang siklus estrus pada tikus mencit 4-5 hari, pada babi,sapi, dan
kuda 21 hari, pada marmut 15 hari. Siklus estrus terdiri dari fase
diestrus,proestrus,estrus, dan metetrus.
Siklus estrus dibagi menjadi beberapa fase yang dapat
dibedakan dengan jelas yang disebut Proestrus, Estrus, Metestrus dan
Diestrus.
 Fase diestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan
pemacuan folikel dari FSH sehingga folikel tumbuh dengan cepat.
Proestrus berlangsung selama 2-3 hari. Pada fase kandungan air pada
uterus meningkat dan mengandung banyak pembuluh darah dan
kelenjar-kelenjar endometrial mengalami fase hipertrofi.
 Fase proestrus ditandai dengan sel epitel yang berbentuk
oval,berwarna biru dengan inti sel berwarna merah muda pada hasil
apusen vagina. Hasil apusen vagina pada estrus ditandai dengan sel-
sel epitel yang mengalami pendudukan kornifikasi,tanpa inti dan tak
berwarna pucat.

8
 Fase estrus adalah masa keinginan kawin yang ditandai dengan
keadaan tidak tenang,keluar lendir dari dalam vulva, pada fase ini
pertumbuhan folikel meningkat dengan cepat,uterus mengalami
versikurisasi dengan maksimal, ovulasi terjadi dengan cepat, dan sel-
sel epitelnya mengalami akhir peekembangan/dengan cepat. Pada
fase estrus, terlihat pengaruh eksterogen dan dikarakteristikan oleh sel
kornifikasi yang nyata (jelas) dan hilangnya leukosit. Pada akhir fase
estrus, lapisan kornifikasi tampak invasi leukosit.
 Fase metestrus ditandai dengan terhentinya birahi, ovulasi terjadi
dengan pecahnya folikel, rongga folikel berangsur-angsur mengecil,
dan pengeluaran lendir terhenti. Selain itu terjadi penurunan pada
ukuran dan vaskularitas. Fase metestrus,selama fase ini dimana sinyal
stimulasi ekstrogen turun. Uterus dipengaruhi oleh progresteron dan
menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas berakhir 1-5 hari.

6. Carilah Gambar Organ Reproduksi Jantan dan Betina


a. Pisces
b. Amphibi
c. Reptilia
d. Aves
e. Manusia

9
Jawab:
a. Pisces (Jantan dan Betina)

b. Amphibia
 Sistem reproduksi jantan pada Amphibia

 Sistem reproduksi betina pada Amphibia

10
c. Reptilia (Jantan dn Betina)

11
d. Aves (Jantan dan Betina)

e. Mammalia
 Organ reproduksi Jantan pada Mammalia

12
 Organ reproduksi Betina pada Mammalia
Bagian Luar

Bagian Dalam

13
B. PROSES BLASTULA PADA BERBAGAI HEWAN

1. Bagaimana proses blastula pada bintang laut?


Jawab:
Tipe telur bintang laut adalah mikrolesital (oligolesital) yaitu telur
yang memiliki kuning telur sangat sedikit dan tersebar merata di
seluruh sitoplasma. Karena jumlah kunir telur yang sedikit, maka
hewan-hewan dengan tipe telur tersebut memperlihatkan dua cara
perkembangan yang berbeda. Cara pertama dengan memiliki tahap
larva yang dapat mencari makan (feeding larva), seperti pada bintang
laut, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama perkembangan
embrio. Cara kedua adalah embrio berkembang di dalam tubuh
induknya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama perkembangan
embrio. Pada bintang laut, nukleus sel telur telah menyelesaikan
pembelahan meiosis II pada saat fertilisasi (inti sel telur haploid),
sehingga polar body II (polosit II) telah terbentuk. Sel telur yang belum
dibuahi dapat dibedakan dari zigot dengan terlihatnya inti yang besar
dan anak inti, dan tidak memiliki membrane fertilisasi.

14
Setelah terjadi kontak dan pengenalan antara sperma dan sel
telur, membran sel telur lisis di tempat kepala sperma masuk dan
kemudian diikuti oleh pembentukan membran fertilisasi yang
merupakan fusi dari membran sel sperma dan membran sel telur.
Membran fertilisasi berfungsi sebagai pelindung, dan mencegah
terjadinya polispermi (masuknya sperma lain).
Ruang perivitelina merupakan ruang di antara membran
fertilisasi dan membran sel telur, dan pada ruang tersebut dapat dilihat
polar body II yang bentuknya kecil dan berupa tonjolan. Setelah terjadi
fusi antara membran sel telur dan membran sperma, inti sperma dan
sentriol terpisah dari mitokondria dan flagelumnya dan tertinggal di luar
sel telur. Mitokondria sperma tidak ditemukan pada turunannya, dan
oleh karena itu mitokondria yang diturunkan kepada keturunannya
adalah mitokondria yang berasal dari sel telur. Inti sel telur yang
haploid disebut dengan pronukleus betina dan inti sperma di dalam
sitoplasma telur melakukan dekondensasi membentuk pronukleus
jantan. Selanjutnya, fusi antara pronukleus jantan dan betina terjadi,
membentuk inti zigot yang diploid.

15
Setelah zigot terbentuk, maka zigot akan melakukan cleavage
untuk tumbuh dan berkembang. Pada bintang laut, pola cleavage
adalah holoblastik (cleavage sempurna) artinya celah cleavage meluas
ke seluruh telur, dan simetri cleavage adalah radial. Pada tiga
cleavage pertama, polanya holoblastik ekual menghasilkan 8
blastomer. Pada cleavage ke-4, empat sel di daerah kutub animal
membelah secara vertical menjadi 8 blastomer yang masing-masing
memiliki volume yang hampir sama, yang disebut dengan mesomer.
Empat sel yang lain pada daerah kutub vegetal membelah
menghasilkan 4 sel besar yang disebut makromer dan 4 sel yang kecil
yang disebut mikromer. Pada sediaan, mikromer biasanya jarang
terlihat. Setelah tahapan 16-sel akan didapat tahapan 32-sel.
Pada mikrolesital, blatula memiliki rongga blastocoel yang relatif
besar. Perkembangan selanjutnya adalah blastula lanjut (blastula
akhir). Ciri-ciri yang dapat diamati pada tahapan ini antara lain: pada
daerah vegetal lebih tebal daripada daerah animal, dan bila
diperhatikan dengan seksama pada blastocoel daerah vegetal tampak
sel-sel bebas yang disebut dengan mesenkim primer. Mesenkim ini
berasal dari mikromer yang masuk dan berproliferasi di dalam
blastocoel. Perkembangan selanjutnya dari mesenkim ini, akan
menghasilkan spikula rangka kapur yang merupakan rangka dari larva.

16
Gastrulasi merupakan proses migrasi sel-sel dan jaringan yang
sangat terintegrasi sehingga sel-sel blastula tersusun kembali. Proses
ini akan menghasilkan tiga lapisan germinal yaitu lapisan ektoderm,
mesoderm dan endoderm, serta menghasilkan sumbu tubuh.
Gastrulasi dimulai dengan invaginasi sel-sel di daerah kutub
vegetal, dan membentuk lapisan sel-sel bagian internal yang disebut
sebagai hipoblas atau mesendoderm. Yang kelak akan menjadi
lapisan endoderm dan mesoderm. Sel-sel yang tetap berada di
permukaan luar gastrula menjadi epiblas (ektoderm). Rongga yang
dihasilkan oleh invaginasi tersebut dikenal sebagai gastrocoel atau
archenteron (usus primitif). Proses tersebut menyebabkan blastocoel
menjadi lebih sempit karena terdesak oleh adanya arkhenteron.
Lubang tempat membukanya arkhenteron di bagian vegetal disebut
blastoporus yang dalam perkembangan selanjutnya menjadi anus.

17
2. Bagaimana proses blastula pada Amphioxlus
Jawab:
Amphioxus termasuk dalam subfilum cephalochordate,
merupakan hewan laut berukuran kecil dengan panjang sekitar 6 cm.
Hewan jantan memiliki 26 pasang katung menyerupai testis, hewan
betina memiliki pasangan kantung menyerupai ovarium dengan jumlah
yang hampir sama.

a. Perkembangan Embrio Amphioxus


Telur Amphioxus berdiameter sekitar 0,1 mm dengan membran
sel (oolemma) yang dilapisi oleh membrane vitelin yang tipis. Telur
amphioxus berdasarkan kandungan yolknya termasuk telur dengan
tipe isolesital yaitu sangat sedikit yolk yang tersebar hampir merata di
daerah sitoplasma luar. Kutub telur yang lebih sedikit mengandung
granula yolk disebut kutub animal, sedangkan yang mengandung lebih
banyak yolk disebut kutub vegetal. Inti sel telur tidak terlihat jelas,
karena tidak memiliki membrane inti.

18
b. Fertilisasi Amphioxus
Fertilisasi eskternal pada amphioxus terjadi di air laut. Sperma
masuk ke dekat vegetal pole yang memberi rangsangan bagi sel telur
untuk menuntaskan meiosis kedua. Polar body memperoleh tekanan
menuju animal pole didalam membrane vitelin. Nucleus jantan dan
betina membentuk nukelus zigot.(Indriawati,2013)
Polar body kedua bertahan sampai permulaan gastrulasi.
Setelah fertilisasi, sitoplasma zigot segera disusun untuk memberi
kehidupan embrio. Sitoplasma kuning telur pada bagian separuh
anterior membentuk ektoderma. Garnular cresent pada ujung posterior
membentuk mesoderma. Ruang pada bagian dorsal terletak di antara
sitoplasma ektodermal dan endodermal yang memuat bahan untuk
notokord.
Sperma memasuki sel telur melalui kutub vegetal dari sel telur.
Fertilisasi amphioxus berlangsung secara eksternal. Umumnya pada
fertilisasi hanya satu sperma yang memasuki sel telur. Jika lebih dari
satu sperma yang memasuki sel telur, hanya satu yang akan berfusi
dengan sel telur, yang lain akan tetap tinggal di dalam ruang
perivitelin. Setelah sperma memasuki sel telur, membrane vitelin telur
menjadi fibrous dan disebut membrane fertilisasi. Membrane fertilisasi
mencegah masuknya lebih dari satu sperma ke dalam sel telur.
Ruangan di antara membrane fertilisasi dan membrane sel dipenuhi
cairan, disebut dengan ruang perivitelin.masuknya sperma ke dalam
sel telur menyebabkan kromosom metafase telur membelah secara
longitudinal dan terbentuk ootid dan sebuah polosit II yang terletak di
antara membrane sel telur dan membrane fertilisasi. Polosit I tang
terbentuk sebelum fertilisasi segera dilepaskan dari sle telur setelah
pembentukannya. Selanjutnya kromosom sperma menyatu dengan

19
kromosom ootid membentuk nucleus tunggal yang diselaputi oleh
membrane nucleus. Dengan demikian ootid menjadi zigot.

Gambar 1.4 Fertilisasi pada Amphioxus

c. Segmentasi dan Blastulasi


Tipe pembelahan zigot amphioxus adalah hiploblastik (total)
hampir equal sehingga blastomer atau sel-sel hasil pembelahannya
hampir sama besar. Pembelahan pertama terjadi sekitar satu jam
setelah fertilisasi, terjadi secara meridional dari kutub animal ke
vegetal, menghasilkan dua blastomer yang sama besar. Pembelahan
kedua terjadi secara meridional tegak lurus bidang pembelahan
pertama, menghasilkan 4 blastomer.
Pembelahan ketiga terjadi secara horisontal (latitudinal) dengan
bidang pembelahan sedikit ditas bidang ekuator, sehingga diasilkan 8
blastomer yang tidak sama besar. Empat blastomer di daerah animal
berukuran lebih kecil dan disebt mikromer, sedangkan 4 blastomer di
daerah vegetal berukuran lebih besar dan disebut makromer.
Pembelahan keempat terjadi secara meridional simultan,
menghasilkan 16 blastomer. Kumpulan blastomer yang massif ini
disebut morula. Pembelahan kelima terjadi secara latitudinal simultan,
menghasilkan 32 blastomer. Pada tingkat ini sel-sel blastomer mulai

20
menyusun diri ke bagian tepi, sehingga mulai terbentuk blastocoel,
morula berubah menjadi blastula. Adanya blastocoel memungkinkan
berlangsungnya gerakan-gerakan morfogenetik untuk reorganisasi sel-
sel embrio pada tahap perkembangan selanjutnya. Pembelahan
keenam terjadi secara meridional simultan, menghasilkan 64
blastomer. Pembelahan selanjutnya terjadi secara tidak beraturan.
Pembelahan mikromer terjadi sedikit lebih cepat dibanding makromer.
Blastomer-blastomer pada blastula menyusun diri sebagai lapisan
tunggal yang mengelilingi blastocoels, yang disebut baltoderm. Pada
akhir segmentasi, blastula amphioxus tersusun atas sekitar 9.000
blastomer.

Gambar 1.5 Segmentasi Amphioxus


Blastula amphioxus merupakan blastula bulat (coeloblastula),
terdiri dari blastoderm berupa selapis sel-sel berbentuk kolumnar yang
mengelilingi sebuah blastocoels yang besar.

21
d. Gastrulasi Amphioxus
Gastrulasi adalah pengaturan kembali sel – sel blastula,
sehingga blastula akan mengalami transformasi menjadi embrio
berlapis 3 yang disebut gastrula. Gastrulasi pada Amphioxus dimulai
saat blastula Amphioxus terdiri dari 800 blastomer.
Gastrulasi pada Amphioxus dimulai dengan memipihnya
blastoderm pada kutub vegetal. Gerakan yang pertama kali pada
proses gastrulasi adalah invaginasi pada daerah entodermal. Lapisan
yang terinvaginasi secara bertahap akan menghilangkan rongga
blastula dan bertemu dengan lapisan blastomer yang berada di kutub
anima. Hal ini menyebabkan embrio berubah dari bentuk bulat menjadi
bentuk cawan berdinding rangkap. Akhirnya makromer berdampingan
dengan mikromer dan blastocoels terdesak habis. Lapisan luarnya
disebut epiblas terdiri dari bakal epidermis dan bakal sistem saraf dan
hipoblas yang akan membentuk saluran pencernaan dan derivatnya.
Mitosis berjalan terus diikuti dengan terjadinya pelentikan sel-sel
dari luar ke dalam melalui tepi blastoporus. Proses ini disebut involusi.
Melalui invaginasi dan involusi, terbentuk ectoderm dan endoderm.
Bakal notochord dan bakal mesoderm non-notocord yang awalnya
terletak pada bagian marginal cawan, akan berinvolusi sehingga
berada di sebelah dalam. Rongga yang terbentuk akibat
berinvaginasinya endoderm dan berinvolusinya mesoderm disebut
gastrocoel atau arkenteron.
Setelah lapisan – lapisan lembaga tersebut tersusun ke posisi
yang seharusnya, yaitu ectoderm pada permukaan gastrula, kemudian
mesoderm dan endoderm didalam gastrula, tahap perkembangan
embrio selanjutnya dilanjutkan dengan pembentukan bakal – bakal
organ primer. Pada bagian dalam embrio, bakal dari notochord dan
arkenteron saling terpisah. Pada Amphioxus, ketika neural plate

22
berinvaginasi, ectoderm epidermis mulai melipat dan bergerak
melingkupi di dorso mediannya yang mulai berlangsung sejak dari bibir
dorsal blastophore. Gerakan ini disebut gerakan epiboli. Pelingkupan
ectoderm terjadi, sehingga menutupi bumbung neural didorsal,
berlangsung terus dari posterior ke anterior. Sehingga hanya ada satu
neurophore terbentuk pada amphioxus, yakni yang anterior.

Gambar 1.8 Gastrulasi Amphioxus


e. Neurulasi
Neurulasi merupakan proses pembentukan neural dan tubulasi
dari lapisan – lapisan lembaga yang sudah dibentuk pada tahap
gastrulasi. Pembentukan bumbung atau neural tube yang merupakan
bakal sistem saraf. Neurulasi dimulai dengan pendataran dan
penebalan sel-sel ektoderm pada bagian dorsal embrio, membentuk
keping neural (neural plate). Selanjutnya keping neural akan
berdelaminasi atau memisahkan diri sehingga terletak dibawah
ektoderm epidermis. Kemudian bagian kiri-kanan keping neural akan
mengalami pelipatan, disebut lipatan neural (neural fold), dan akhirnya
kedua ujung lipatan neural akan berfusi sehingga terbentuklah
bumbung neural (nerual tube) yang berkembang menjadi otak dan

23
medula spinalis (spinal cord). Seriring dengan itu kedua ujung
ektoderm epidermis yang semula terpisah menjadi menyatu. Neural
tube tidak tertutup sempurna pada ujung anterior, tetapi mempunyai
lubang yang disebut neoroporus anterior, yang masih tetap
dipertahankan sampai perkembangan lanjut.
Bersamaan dengan proses pembentukan mesoderm maka sel-
sel mesentoderm di bagian dorsomedian juga mengadakan
differensisasi. Sel-sel membelah dengan cepat menjadi batang yang
memanjang dari anterior ke posterior. Batang itu disebut notokord atau
korda dorsalis. Pada hewan-hewan vertebrata notokord merupakan
kerangka fase embrional dan selanjutnya akan tereduksi, tetapi pada
Amphioxus, notokord berfungsi sampai dewasa sebaliknya pada
vertebrata digantikan dengan vertebrae.

24
3. Bagaimana proses blastula pada Amphibian?
Jawab:
 Blastulasi pada Katak

Gambar 1: morula

Ilustrasi diatas merupakan gambar morula, yang terdiri


dari kurang lebih 70 sel. Setelah mengalami tahap morula, sel-
sel akan terus aktif membelah hingga terbentuk 128 sel, dimana
sel telah mempunyai rongga. Sebanyak 128 sel yang telah
memiliki rongga tersebut dinamakan blastula, dan rongganya
disebut blastocoel. fungsi rongga blastula adalah membatasi
interaksi antara bakal ektoderemdan sel-sel endoderem pada
cincin marginal yang mengelilingi tepi blastocoel. Amphibia
memiliki tipe telur telolesithal, sehingga telur katak akan
membentuk blastula tipe coeloblastula berlapis banyak.

25
Gambar 2: Blastula
Blastula pada katak memiliki tiga daerah yang berbeda, yaitu :
1. Daerah di sekitar kutub anima, meliputi sel-sel yang membentuk atap
blastocoel.Sel-sel tersebut merupakan bakal lapisan ektoderem. Sel-
sel ini berukuran kecildan disebut mikromer, mengandung banyak
butir-butir pigmen
2. Daerah di sekitar kutub vegetatif, meliputi sel-sel yolk yang berukuran
besar(makromer) yang merupakan bakal sel-sel endoderem.
Mengandung banyakbutir-butir yolk.
3. Daerah sub ekuatorial berupa sel-sel cincin marginal, meliputi daerah
kelabu(gray crescent). Daerah ini secara normal akan membentuk sel-
sel mesoderem (Adnan, 2009).

Selain itu, pada tahap ini ditentukan ‘peta nasib’ bagi calon
lapisan ektoderm dan endoderm, sedangkan untuk hewan tripoblastik
yaitu calon lapisan ektoderm, mesoderm dan endoderm.

26
4. Bagaimana proses blastula pada Aves?
Jawab:

Sel-sel Morula mengalami pembelahan terus menerus,


terbentuklah rongga ataupun celah dibawah germinal disc yang
memisahkan dengan yolk. Rongga ini makin lama, makim membesar
dan berisi cairan. Embrio yang sudah memiliki ronnga ini disebut
dengan Blastula. Jenis Blastula juga bermacam-macam, tergantung
tipe telurnya tadi. Tipe Blastula yang dihasilkan pada tahap akhir
pembelahan Aves adalah Discoblastula.

Gambar 1. Discoblastic

Discoblastula atau disebut juga sebagai blastula gepeng adalah


blastula bentuk cakram. Pada Blastula aves, pembagian blastula
terbagi menjadi 2 bagian jika dilihat dari atas, yaitu area opaca dan
area pelucida.
1. Area Opaca merupakan bagian tengah yang terang dan
merupakan bagian dimana sel-selnya terpisah dari yolk di bawah.

27
2. Area pelucida merupakan bagian pinggir yang agak gelap atau
kental, dan merupakan daerah yang sel-selnya berhubungan
dengan yolk dibawah.

Ada juga pembagain daerah utama dari Discoblastula ini


menjadi Epiblast dan Hypoblast. Epiblast bagian blastomere yang
terletak sebelah atas atau daerah kutub animal, sedangkan Hipoblast
merupakan bagian blastomere yang terletak disebelah bawah atau
daerah kutub vegetatif.
 Epiblast merupakan bakal dari ektoderm, mesoderm dan notochord,
sedangkan,
 hypoblast yang sel-selnya tumbuh dan menyebar ke bawah ke daerah
rongga blastoceol.
Bakal ectoderm epidermis mengisi daerah yang bakal jadi
anterior embryo lapisan epiblast. Bakal ektoderm saraf berupa sabit
terletak di poeterior ectoderm epidermis. Bakal notochord dan
prechorda di posterior ectoderm saraf, sedangkan bakal mesoderm di
bagain paling bawah atau bagian posterior lapiran epiblast. Dibawah
rongga hypoblast ada rongga disebut rongga archenteron.

Gambar 2. Discoblastula

28
DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, Diah dkk. 2009. Biologi. ESIS: Jakarta


Milanti, Indah. 2017. Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siklus
Menstruasi Pada Mahasiswi Fakulltas Kedokteran Universitas
Mulawarman. Jurnal Kebidanan Mutiara Mahakam. Vol. 1. No. 1. Hal:
12.
Pratiwi, DA.1996. Biologi 2. Erlangga: Jakarta.
Radiopoero.1998. Zoologi. Erlangga: Jakarta.
Rahayu, Puji Febriana. Maulidina, Nova. 2014. Siklus Estrus Pada Mencit
(Mus musculus). Institut Teknologi Sepuluh November: Surabaya.
Lestari. 2012. Reproduksi Ikan. http:tasawuf.blogspot.co.id. Diakses
24 Februari 2018 Pukul 15:25 WITA.
Ratnasari, Rita dkk. 2015. Spermatogenesis dan Oogenesis. Universitas
Respati Yogyakarta: Yogyakarta.
Rosana, Himatuh Mardiah. 2015. Ibadah Penuh Berkah Ketika Haid dan
Nifas. Lembar Langit Indonesia: Jakarta.
Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Jurusan Biologi
Universitas Negeri Malang: Malang.
Wijaya, David Andi. 2009. Pemeriksaan Mikrodelesi Kromosom Y Pada Pria.
Oligozoospermia Menggunakan Sequenced Tagged Sites. Universitas
Indonesia: Depok.

29

Anda mungkin juga menyukai