Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat-
Nya, makalah yang berjudul “Bantuan Hidup Dasar” ini terselesaikan tepat pada
waktunya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan dalam
rangka tugas pada mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Mataram Program
Studi DIII Keperawatan.
Dalam pembuatan makalah ini penulis menemukan banyak hambatan dan
kesulitan, namun berkat bimbingan dan pengarahan dari beberapa pihak, akhirnya
penulis dapat menyelesaikannya tepat waktu. Untuk itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Eka Rudy Purwana, SST., M.Kes dan seluruh anggota kelompok.
Semoga bantuan dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan yang sesuai dari Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki sehingga penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu dengan lapang hati penulis bersedia menerima
kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan bagi khasanah ilmu pengetahuan,
khususnya tenaga keperawatan.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
C. TUJUAN................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
A. PENGERTIAN.......................................................................................................3
B. TUJUAN DARI BANTUAN HIDUP DASAR......................................................3
C. INDIKASI BHD.....................................................................................................4
D. KONTRA INDIKASI BHD...................................................................................5
E. KOMPLIKASI BHD..............................................................................................6
F. KONSEP BHD.......................................................................................................6
G. PROSEDUR BHD..................................................................................................6
H. RJP DIHENTIKAN..............................................................................................16
BAB III.................................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................................17
A. KESIMPULAN....................................................................................................17
B. SARAN................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................18
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Henti-jantung-mendadak (Sudden Cardiac Arrest/SCA) adalah penyebab
kematian tertinggi hampir diseluruh dunia. Banyak korban henti-jantung berhasil
selamat jika orang disekitarnya bertindak cepat saat jantung bergetar atau
ventrikel fibrilasi (VF) masih ada, tetapi resusitasi kebanyakan gagal apabila ritme
jantung telah berubah menjadi tidak bergerak/asystole.
Hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian yang
disebabkan oleh Henti Jantung Mendadak adalah melakukan tindakan Bantuan
Hidup Dasar, yaitu tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas, membantu
pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu
(Alkatiri, 2007).
Tujuan bnatuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif
pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi
buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan
sendiri secara normal (Latief, 2009).
Tindakan bantuan hidup dasar sangat penting pada pasien trauma terutama
pada pasien dengan henti jantung yang tiga perempat kasusnya terjadi di luar
rumah sakit (Alkatiri, 2007). Salah satu tempat yang berpotensi terjadi kejadian
trauma/henti jantung mendadak adalah tempat kerja. Dimana terdapat banyak
pemicu yang harus diantidipasi, misalnya tempat kerja yang berhubungan dengan
alat-alat berat, kontaminasi bahan berbahaya atau tempat kerja kantoran yang
memiliki tingkat stress yang tinggi. Untuk itu, perlu diadanya suatu lembaga yang
mengatasi masalah kesehatan, dan keselamatan kerja bagi para pekerja sebagai
wujud meningkatkan keamanan dan taraf kesehatan bagi pekerja pada umumnya
dan bagi masyarakat luas.
1
Untuk itu, kelompok menyususn makalah yang berjudul “Bantuan Hidup
Dasar” yang dapat dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama di tempat
kerja.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian di atas,maka kami dapat mengambil rumusan masalah yaitu sebagai
berikut :
1. Apa pengertian Bantuan Hidup Dasar?
2. Kapan harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup dasar?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara
memberikan pertolongan agar bisa mempertahankan kehidupan korban saat
korban mengalami keadaan yang mengancam nyawa, dengan Bantuan Hidup
Dasar
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Bantuan hidup dasar merupakan usaha yang pertama kali dilakukan untuk
mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat mengalamai kegawatdaruratan.
(siti rohmah.2012)
Bantuan hidup dasar adalah usaha untuk mempertahankan kehidupan saat
penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa (rido.2008).
Bantuan Hidup Dasar atau Basic Life Support (BLS) adalah usaha yang
dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau korban
mengalami keadaan yang mengancam nyawa.(Deden Eka PB at 1:10:00)
Keadaan darurat yang mengancam nyawa bisa terjadi sewaktu-waktu dan
di mana pun. Kondisi ini memerlukan bantuan hidup dasar. Bantuan hidup dasar
adalah usaha untuk mempertahankan kehidupan saat penderita mengalami
keadaan yang mengancam nyawa.
3
keadaan, penanganan yang baik masih memberikan kesempatan kedua sistem
tersebut fungsi kembali. Tidak ditemukan adanya pernafasan dan denyut
nadi,bersifat reversibel, korban punya kesempatan waktu 4-6 menit untuk
dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak.
Mati Biologis (kematian semua organ) merupakan proses nekrotisasi
semua jaringan, dimulai dengan neuron otak yang menjadi nekrotik, biasanya
terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai dengan kematian
sel otak, bersifat irreversibel (kecuali berada di suhu yang ekstrim dingin).
C. INDIKASI BHD
Bantuan hidup dasar terdiri dari beberapa cara sederhana yang dapat
membantu mempertahankan hidup seseorang untuk sementara. Beberapa cara
sederhana tersebut adalah bagaimana menguasai dan membebaskan jalan nafas,
bagaimana memberikan bantuan penafasan dan bagaimana membantu
mengalirkan darah ke tempat yang penting dalam tubuh korban, sehingga pasokan
oksigen ke otak terjaga untuk mencegah matinya sel otak.
1. Henti Napas
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernapasan dari korban/pasien. Henti napas merupakan kasus yang harus
dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar. Henti napas dapat terjadi pada
keadaan:
a. Tenggelam
b. Stroke
d. Epiglotitis
e. Overdosis obat-obatan
f. Tersengat listrik
g. Infark miokard
4
h. Tersambar petir
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk kedalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan
organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat
bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.
2. Henti Jantung
Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi.
Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital
kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal)
merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung.
Survei Primer (Primary Survey), yang dapat dilakukan oleh setiap orang
5
2. Sebelumnya dengan fungsi vital yang sudah sangat jelek dengan terapi
maksimal
E. KOMPLIKASI BHD
1. Faktur iga & sternum,sering terjadi terutama pada orang tua, RJP tetap
diteruskan walaupun terasa ada fraktur iga. Fraktur mungkin terjadi bila posisi
tangan salah.
2. Pneumothorax,Hemothorax,Kontusio paru
3. Laserasi hati dan limpa, posisi tangan yang terlalu rendah akan menekan
procesus xipoideus ke arah heper (limpa)
F. KONSEP BHD
Dalam melakukan bantuan hidup dasar terdapat 3 konsep utama yang harus
diketahui penolong agar tujuan dari BHD yang ingin dicapai dapat terwujud,
yaitu:
1. Bila korban tidak sadarkan diri dengan nafas tidak ada dan tidak
terdapat denyut nadi, maka yang harus dilakukan adalah RJP (Resusitasi
Jantung Paru).
2. Bila korban tidak sadarkan diri dengan tidak ada nafas namun
terdapat denyut nadi, maka yang harus dilakukan adalah Resciue Breathing.
3. Bila korban tidak sadarkan diri dengan nafas normal dan teraba
denyut nadi, maka yang dapat dilakukan adalah memberikan korban posisi
Recovery Position.
G. PROSEDUR BHD
Dalam survei primer difokuskan pada bantuan napas dan bantuan sirkulasi serta
defibrilasi. Untuk dapat mengingat dengan mudah tindakan survei primer
dirumuskan dengan abjad A, B, C, dan D, yaitu
6
B breathing (bantuan napas)
Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak penolong harus
melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban/pasien, dapat
dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban/pasien dengan
lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil
memanggil namanya atau Pak !!! / Bu!!! / Mas!!! /Mbak !!!.
7
3. SHOUT FOR HELP (meminta pertolongan)
8
Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan
napas oleh benda asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan
dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari
telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan
sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari
telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross
Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk Pada
mulut korban.
(Airway control)
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa
pada korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan
epiglotis akan menutup farink dan larink, inilah salah satu penyebab
sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat
dilakukan dengan cara Tengadah kepala topang dagu (Head tild – chin
lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula. Teknik membuka jalan napas
yang direkomendasikan untuk orang awam dan petugas, kesehatan
9
adalah tengadah kepala topang dagu, namun demikian petugas kesehatan
harus dapat melakukan manuver lainnya.
Teknik ini dilakukan pada korban yang tidak mengalami trauma pada
kepala, leher maupun tulang belakang.
Teknik ini digunakan sebagai pengganti teknik angkat dagu tekan dahi.
Teknik ini sangat sulit dilakukan tetapi merupakan teknik yang aman
untuk membuka jalan nafas bagi korban yang mengalami trauma pada
10
tulang belakang. Dengan teknik ini, kepala dan leher korban dibuat
dalam posisi alami / normal.
11
hembusan adalah 1,5 – 2 detik dan volume udara yang dihembuskan
adalah 7000 – 1000 ml (10 ml/kg) atau sampai dada korban/pasien
terlihat mengembang. Penolong harus menarik napas dalam pada saat
akan menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup.
Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16 – 17%. Penolong
juga harus memperhatikan respon dari korban/pasien setelah diberikan
bantuan napas.
Mulut ke mulut
12
ml/kg). Volume udara yang berlebihan dan laju inpirasi yang terlalu
cepat dapat menyebabkan udara memasuki lambung, sehingga terjadi
distensi lambung.
Mulut ke hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak
memungkinkan, misalnya pada Trismus atau dimana mulut korban
mengalami luka yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke
hidung, penolong harus menutup mulut korban/pasien.
Mulut ke Stoma
13
2) Memberikan bantuan sirkulasi.
Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga
kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).
Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu
telapak tangan di atas telapak tangan yang lainnya, hindari jari-jari
tangan menyentuh dinding dada korban/pasien, jari-jari tangan dapat
diluruskan atau menyilang.
Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah
posisi tangan pada saat melepaskan kompresi.
14
(dilakukan 4 siklus permenit), untuk kemudian dinilai apakah perlu
dilakukan siklus berikutnya atau tidak.
f. D (DEFIBRILATION)
15
Orang awam hanya mempelajari cara melakukan BHD 1 penolong. Teknik
BHD yang dilakukan oleh 2 penolong menyebabkan kebingungan koordinasi.
BHD 1 penolong pada orang awam lebih efektif mempertahankan sirkulasi
dan ventilasi yang adekuat, tetapi konsekuensinya akan menyebabkan
penolong cepat lelah.
1. Penilaian korban
2. Minta pertolongan serta aktifkan sistem emergensi jika korban tidak sadar
a. Posisikan korban/pasien
4. Pernapasan (BREATHING)
16
Jika korban/pasien dewasa tidak sadar dengan napas spontan, serta
tidak ada trauma leher (trauma tulang belakang) posisikan korban pada
posisi mantap (Recovery positiotion), dengan tetap menjaga jalan napas
tetap terbuka.
5. Sirkulasi (CIRCULATION)
17
Jika ada tanda-tanda sirkulasi, dan ada denyut nadi tidak dilakukan
kompresi dada, hanya menilai pernapasan korban/pasien (ada atau tidak
ada pernapasan). Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, denvut nadi tidak
ada lakukan kompresi dada
o Letakkan kembali telapak tangan pada posisi yang tepat dan mulai
kembali kompresi 15 kali dengan kecepatan 100 kali permenit.
6. Penilaian Ulang
H. RJP DIHENTIKAN
18
3. Penolong lelah atau sudah 30 menit tidak ada respon.
4. Adanya DNAR
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Uraian yang dapat kami simpulkan dalam pembahasan diatas yaitu sebagai
berikut:
1. Bantuan hidup dasar adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas,
membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa
menggunakan alat bantu (Alkatiri, 2007). Tujuan bantuan hidup dasar ialah
untuk oksigenasi darurat secara efektif pada organ vital seperti otak dan
jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung
dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal (Latief,
2009).
2. Istilah Basic Life Support (Bantuan Hidup Dasar) merujuk pada Usaha untuk
mempertahankan kehidupan saat penderita mengalami keadaan yang
mengancam nyawa. Karena sifatnya yang dasar berarti melibatkan
penggunaan alat bantu seperti Strecher ambulan, Strecher Kursi dan kursi
roda.
B. SARAN
19
Saran yang dapat kami sampaikan dalam pembahasan makalah ini yaitu
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang khusus bagi instansi-
instansi yang terkait dalam hal menolong orang yang sedang kecelakaan atau
musibah lain yang dalam penangannya sesuai dengan sistem dalam hal ini yang
dikenal dengan Bantuan Hidup Dasar (BHD).
20
DAFTAR PUSTAKA
Pusponegoro D Aryono. 2003. Safe Community, jurnal Persi, Jakarta. ISSN: 1412-
243 volume 03 Mei-Agustus.
John MF., 2006, Advanced Cardiac Life Support : Provider manual, AHA
Published.
21