Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “
Pemberian Imunisasi” tepat pada waktunya. Dalam penulisan makalah ini, penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan siapa saja yang membacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
PEMBAHASAN
1. Pengertian imunisasi
Imunisasi adalah proses dimana seseorang dibuat kebal atau resisten terhadap
penyakit menular, biasanya dengan pemberian vaksin. Vaksin merangsang sistem
kekebalan tubuh sendiri untuk melindungi orang terhadap infeksi berikutnya atau
penyakit.(WHO 2016)
Kekebalan aktif dapat diperoleh pula secara alami maupun buatan. Secara alami,
kekebalan tubuh didapatkan apabila anak terjangkit suatu penyakit, yang berarti
masuknya antigen yang akan merangsang tubuh anak membentuk antibodi sendiri
secara aktif dan menjadi kebal karenanya. Sedangkan, kekebalan aktif (buatan) adalah
pemberian vaksin yang merangsang tubuh manusia secara aktif membentuk antibodi
dan kebal secara spesifik terhadap antigen yang diberikan.
Istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi pasif adalah
suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Vaksinasi adalah imunisasi aktif
dengan pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas
(antibodi) oleh sistem imun di dalam tubuh.
2. Klasifikasi Imunisasi
a. Imunisasi wajib
Imunisasi wajib deiberikan kepada sasaran bayi, batita, anak sekolah sederajat
dan Wanita Usia Subur, terdiri dari imunisasi rutin dan imunisasi tambahan.
1) Imunisasi rutin
2) Imunisasi Tambahan
a) Backlog Fighting
b) Crash program
Crash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis imunisasi
misalnya campak, atau campak terpadu dengan polio.
d) Sub PIN
b. Imunisasi pilihan
Imunisasi pilihan adalah Imunisasi lain yang tidak termasuk dalam Imunisasi
wajib, namun penting diberikan pada bayi, anak, dan dewasa di Indonesia
mengingat beban penyakit dari masing-masing penyakit, yang termasuk dalam
Imunisasi pilihan ini adalah :
3) Demam tifoid
4) Varisela
5) Hepatitis A
6) Influenza
7) Pneumokokus
8) Rotavirus
9) Japanese Ensephaliti
3. Manfaat imunisasi
Yang disebut orang tua adalah mereka yang berusia di atas 55 tahun di mana
kekebalan tubuhnya mulai menurun. Jadwal vaksinasi dewasa dapat dimajukan,
misalnya menjadi 40 tahun, jika orang tua tersebut menderita diabetes (kencing
manis) atau penyakit lainnya yang menyebabkan kekebalan tubuhnya menurun.
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal sehat
untuk melanjutkan pembangunan negara.
a. Kandungan vaksin
Semua vaksin mengandung zat aktif dan zat tidak aktif(inaktif). Vaksin
mengandung zat aktif yang berupa antigen. Antigen adalah zat aktif yang
merangsang tubuh untuk membentuk kekebalan guna melindungi tubuh terhadap
infeksi pada masa yang akan datang. Antigen dapat berupa :
2. Virus inaktivasi atau vaksin yang berisi virus yang dimatikan.vaksin polio,
hepatitis A, influenza, dan rabies mengandung virus inaktivasi. Virus
tersebut tidak dapat menimbulkan penyakit, tetapi karena tubuh sudah
mengenali virus tersebut maka tubuh membentuk kekebalan untuk
melindungi dari infeksi.
b. Jenis-jenis vaksin
Pada prinsipnya, vaksin ada 2 jenis yaitu :
3. Vaksin kombinasi adalah gabungan dari beberapa vaksin tunggal menjadi satu
vaksin untuk mencegah beberapa penyakit yang berbeda. Namun
pemberiannya dilakukan secara sekaligus sehingga lebih praktis dan
ekonomis. Contohnya vaksin DPT-Hib.
Ketika tinggal dalam rahim ibu, bayi berada dalam lingkungan yang sangat
terlindungi. Ketika ia keluar, beragam virus dan bakteri menunggu. Itulah alasan
mengapa bayi sering jatuh sakit. Seiring bertambah dewasa, sistem kekebalan
tubuh mereka akan tumbuh lebih kuat jika diberikan input yang baik.
3) Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi kadang mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang
membuktikan vaksin betul-betul bekerja secara tepat. Efek samping yang biasa
terjadi adalah sebagai berikut:
b. DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada sore hari setelah imunisasi
DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian
besar merasa nyeri, sakit, merah atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan
igfni tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, dan
akan sembuh sendiri. Bila gejala tersebut tidak timbul, tidak perlu
diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan, dan
imunisasi tidak perlu diulang.
A. Imunisasi MMR
Manfaat:
Rekomendasi:
a. Vaksin MMR harus diberikan sekalipun ada riwayat
infeksi campak, gondongan dan rubella atau sudah
mendapatkan imunisasi campak.
b. Anak dengan penyakit kronis seperti kistik fibrosis, kelainan
jantung bawaan, kelainan ginjal bawaan, gagal tumbuh, sindrom
Down.
c. Anak berusia ≥ 1 tahunday careyangcentre ,beradafamilyday di
care dan playgroups.
d. Anak yang tinggal di lembaga catat mental
Kontra Indikasi:
a. Anak dengan penyakit keganasan yang tidak diobati atau dengan
gangguan imunitas, yang mendapat pengobatan dengan
imunosupresif atau terapi sinar atau mendapat steroid dosis tinggi
(ekuivalen dengan 2 mg/kgBB/hari prednisolon)
b. Anak dengan alergi berat (pembengkakan pada mulut atau
tenggorokan, sulit bernapas, hipotensi dan syok) terhadap gelatin
atau neomisin
c. Pemberian MMR harus ditunda pada anak dengan demam akut,
sampai penyakit ini sembuh
d. Anak yang mendapat vaksin hidup yang lain (termasuk BCG dan
vaksin virus hidup) dalam waktu 4 minggu. Pada keadaan ini
imunisasi MMR ditunda lebih kurang 1 bulan setelah imunisasi
yang terakhir. Individu dengan tuberkulin positif akan menjadi
negatif setelah pemberian vaksin.
e. Wanita hamil tidak dianjurkan mendapat imunisasi MMR (karena
komponen rubela) dan dianjurkan untuk tidak hamil selama 3
bulan setelah mendapat suntikan MMR.
d. Vaksin MMR tidak boleh diberikan dalam waktu 3 bulan setelah
pemberian imunoglobulin atau transfusi darah yang mengandung
imunoglobulin (whole blood, plasma). Dengan alasan yang sama
imunoglobulin tidak boleh diberikan dalam waktu 2 minggu
setelah vaksinasi.
Dosis:
Dosis tunggal 0,5 ml suntikan secara intra muskular atau subkutan
dalam.
Jadwal:
a. Diberikan pada usia 12–18 bulan.
b. Pada populasi dengan insidens penyakit campak dini yang tinggi,
imunisasi MMR dapat diberikan pada usia 9 (sembilan) bulan.
B. Imunisasi Typhus
Manfaat:
C. Imunisasi Varicella
Manfaat: Melindungi tubuh dari cacar air. Waktu pemberian: Pada
umur di atas 5 tahun.
Kontra Indikasi:
a. Demam tinggi
b. Hitung limfosit kurang dari 1200/µl atau adanya bukti defisiensi
imun selular seperti selama pengobatan induksi penyakit
keganasan atau fase radioterapi
c. Pasien yang mendapat pengobatan dosis tinggi kortikosteroid (2
mg/kgBB per hari atau lebih)
d. Alergi neomisin
Dosis dan Jadwal:
Dosis 0,5 ml suntikan secara subkutan, dosis tunggal
D. Imunisasi Hepatitis A
Manfaat:
Melindungi tubuh dari virus Hepatitis A, yang menyebabkan
penyakit hati. Waktu pemberian: Pada umur di atas 2 tahun, dua kali
dengan interval 6 - 12 bulan.
Rekomendasi:
a. Populasi risiko tinggi tertular Virus Hepatitis A (VHA).
b. Anak usia ≥ 2 tahun,didaerahterutamaendemis.Padaanakusia>2
tahun antibodi maternal sudah menghilang. Di lain pihak,
kehidupan sosialnya semakin luas dan semakin tinggi pula paparan
terhadap makanan dan minuman yang tercemar.
c. Pasien Penyakit Hati Kronis, berisiko tinggi hepatitis fulminan bila
tertular VHA.
d. Kelompok lain: pengunjung ke daerah endemis; penyaji makanan;
anak usia 2–3 tahun di Tempat Penitipan Anak (TPA); staf TPA;
staf dan penghuni institusi untuk cacat mental; pria homoseksual
dengan pasangan ganda; pasien koagulopati; pekerja dengan
primata bukan manusia; staf bangsal neonatologi.
Kontra Indikasi:
Vaksin VHA tidak boleh diberikan kepada individu yang
mengalami reaksi berat sesudah penyuntikan dosis pertama
Dosis dan Jadwal:
a. Dosis vaksin bervariasi tergantung produk dan usia resipien
b. Vaksin diberikan 2 kali, suntikan kedua atau booster bervariasi
antara 6 sampai 18 bulan setelah dosis pertama, tergantung produk
c. Vaksin diberikan pada usia ≥ 2 tahun
E. Imunisasi Hib
Manfaat:
Melindungi tubuh dari virus Haemophilus influenza type B, yang
bisa menyebabkan meningitis, pneumonia, dan epiglotitis (infeksi
pada katup pita suara dan tabung suara). Waktu pemberian: Umur 2,
4, 6, dan 15 bulan. Catatan khusus: Bisa diberikan secara terpisah
atau kombinasi
F. Pneumokokus (PCV)
Manfaat:
Melindungi tubuh dari bakteri pnemukokus yang bisa
menyebabkan meningitis, pneumonia, dan infeksi telinga. Waktu
pemberian: Umur 2, 4, 6 bulan, serta antara 12 - 15 bulan. Catatan
khusus: Kalau mama belum memberikannya hingga usia anak di atas
1 tahun, PCV hanya diberikan dua kali dengan interval 2 bulan. Jika
usia anak sudah 2 - 5 tahun, PCV hanya diberikan 1 kali.
Rekomendasi:
a. Vaksin Pneumokokus polisakarida (PPV) diberikan pada:
1) Lansia usia > 65 tahun
2) Anak usia > 2 tahun yang mempunyai risiko tinggi IPD (Invasive
Pneumococcal Disease) yaitu anak dengan asplenia (kongenital
atau didapat), penyakit sickle cell, splenic dysfunction dan HIV.
Imunisasi diberikan dua minggu sebelum splenektomi
Manfaat:
Rekomendasi:
a. Semua orang usia ≥ 65 tahun
b. Anak dengan penyakit kronik seperti asma, diabetes, penyakit
ginjal dan kelemahan sistem imun
c. Anak dan dewasa yang menderita penyakit metabolik kronis,
termasuk diabetes, penyakit disfungsi ginjal, hemoglobinopati dan
imunodefisiensi
d. Orang yang bisa menularkan virus influenza ke seseorang yang
berisiko tinggi mendapat komplikasi yang berhubungan dengan
influenza, seperti petugas kesehatan dan petugas di tempat
perawatan dan orang-orang sekitarnya, semua orang yang kontak
serumah, pengasuh anak usia 6–23 bulan, dan orang-orang yang
melayani atau erat dengan orang yang mempunyai risiko tinggi
e. Imunisasi influenza dapat diberikan kepada anak sehat usia 6–23
bulan
Kontra Indikasi
a. Individu dengan hipersensitif anafilaksis terhadap pemberian
vaksin influenza sebelumnya dan protein telur jangan diberi
vaksinasi influenza
b. Termasuk ke dalam kelompok ini seseorang yang setelah makan
telur mengalami pembengkakan bibir atau lidah, atau mengalami
distres nafas akut atau pingsan
c. Vaksin influenza tidak boleh diberikan pada seseorang yang
sedang menderita penyakit demam akut yang berat
Jadwal dan Dosis
a. Dosis untuk anak usia kurang dari 2 tahun adalah 0,25 ml dan usia
lebih dari 2 tahun adalah 0,5 ml
b. Untuk anak yang pertama kali mendapat vaksi 8 tahun, vaksin
diberikan 2 dosis dengan selang waktu minimal 4 minggu,
kemudian imunisasi diulang setiap tahun
c. Vaksin influenza diberikan secara suntikan intra muskular di otot
deltoid pada orang dewasa dan anak yang lebih besar, sedangkan
untuk bayi diberikan di paha anterolateral
d. Pada anak atau dewasa dengan gangguan imun, diberikan dua (2)
dosis dengan jarak interval minimal 4 minggu, untuk mendapatkan
antibodi yang memuaskan
e. Bila anak usia ≥ 9 tahun cukup diberikan satu ka setiap tahun satu
kali
H. Vaksin Pneumokokus
Terdapat dua macam vaksin pneumokokus yaitu vaksin pneumokokus
polisakarida (pneumococcal polysacharide vaccine/PPV) dan vaksin
pneumokokus polisakarida konyugasi (pneumococcal conjugate
vaccine/PCV).
Manfaat:
Melindungi tubuh dari Humanpapilloma Virus yang menyebabkan
kanker mulut rahim. Waktu pemberian: Pada anak umur di atas 10
tahun, diberikan 3 kali dengan jadwal 0, 1-2 bulan kemudian, serta 6
bulan kemudian.
Rekomendasi:
Imunisasi vaksin HPV diperuntukkan pada anak perempuan sejak
usia > 10 tahun
Dosis dan Jadwal:
a. Dosis 0,5 ml, diberikan secara intra muskular pada daerah deltoid
b. Vaksin HPV bivalen, jadwal 0,1 dan 6 bulan pada anak usia lebih dari
10 tahun
c. Vaksin HPV quadrivalen, jadwal 0,2 dan 6 bulan pada anak usia lebih
dari 10 tahun
Pemberian Imunisasi menurut WHO
a. Sifat Fisik
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman
atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk
merangsang kekebalan tubuh seseorang
Vaksin dibagi menurut :
1. Sensitivitas terhadap suhu
Vaksin yang Sensitive terhadap beku (freeze sensitive = FS), yaitu : DPT,
DT,TT,Hepatitis B dan DPT-HB
Vaksin yang sensitive terhadap panas (heat sensitive = HS), yaitu : vaksin
campak, polio dan BCG
2. Substart pembuatannya
Vaksin kuman yang hidup dilemahkan seperti :
Virus campak dalam vaksin campak
Virus polio dalam sabin pada vaksin polio
Kuman TBC dalam vaksin BCG
Vaksin dari kuman yang dimatikan seperti :
Bakteri pertussis dalam DPT
Virus polio jenis salk dalam vaksin polio
Vaksin dari racun/toksin kuman yang dilemahkan seperti :
Racun kuman seperti toxoid (TT), diphtheria, toxoid dalam DPT
Vaksin yang terbuat dari protein khusus seperti Hepatitis B
b. Kontra Indikasi
Kontraindikasi pemberian imunisasi. Ada beberapa kondisi yang menjadi
pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak :
Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius
Perubahan pada system umun yang tidak dapat menerima vaksin virus hidup
c. Dosis
Jenis Vaksin Dosis
BCG 20/Ampul
DPT 10/Vial
Polio 10/Vial
Campak 10/Vial
Hepatitis B uniject 1/Kemasan
DT 10/Vial
TT 10/Vial
DPT-HB 5/Vial
d. Tempat Pemberian
Cara pemberian imunisasi dasar (Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di
Indonesia, Depkes 2000)
Vaksin Dosis Cara dan tempat pemberian
BCG 0,05 cc Intrakutan tepat di insersio muskulus deltoideus kanan
DPT 0,5 cc Intramuskular
Polio 2 tetes Diteteskan ke mulut
Campak 0,5 cc Subkutan, biasanya lengan kiri atas
Hepatitis B 0,5 cc Intramuscular pada paha bagian luar
TT 0,5 cc Intramuskular dalam biasa di muskulus deltoideus
e. Komplikasi
Adapun biasanya terjadi komplikasi pada penyakit campak seperti otitis media,
konjungtivitis berat, enterititis dan pneumonia terlebih pada anak dengan status gizi
buruk.
Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 tahun
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Tahun 2014
Umur pemberian vaksin
Jenis
Bulan Tahun
Vaksin
Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6 7 8 10 12 18
Hepatitis B 1 2 3
Polio 0 1 2 3 4 5
BCG 1 kali
Hib 1 2 3 4
PCV 1 2 3 4
Rotavirus 1 2 3
Campak 1 2 3
MMR 1 2
Varisela 1 kali
HPV 3 kali
Keterangan :
Cara membaca kolom umur: missal 2 berarti umur 2 bulan (60 hari) sd 2 bulan 29 hari (89 hari)
Untuk memahami tabel imunisasi perlu membaca keterangan tabel
1. Vaksin hepatitis B, paling baik diberika dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului pemberian suntikan vitamin K. Bayi lahir dari ibu
HBsAg positif, diberikan vaksin hepatitis B dan immunoglobulin hepatitis B (HbIg) pada ekstremitas yang berbeda. Vaksinasi hepatitis B
selanjutnya dapat menggunakan vaksin hepatitis B monovalent atau vaksin kombinasi.
2. Vaksin Polio. Pada saat lahir atau pada saat bayi dipulangkan harus diberikan vaksin polio oral (OPV-0). Selanjutnya, untuk polio-1, polio-
2,polio-3 dan polio booster dapat diberikan vaksin OPV atau IPV, namun sebaiknya paling sedikit mendapat satu dosis vaksin IPV.
3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan, optimal umur 2 bulan. Apabila diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu
dilakukan uji tuberculin
4. Vaksin DPT. Vaksin DPT pertama diberikan paling cepat pada umur 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTaP atau kombinasi
dengan vaksin lain. Untuk anak umur lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td, dibooster setiap 10 tahun.
5. Vaksin campak. Vaksin campak kedua tidak perlu diberikan pada umur 24 tahun, apabila MMR sudah diberikan pada 15 bulan.
6. Vaksin Pneumokokus (PCV). Apabila diberika pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan ; pada umur lebih dari
1 tahun diberikan 1 kali, namun keduanya perlu booster 1 kali pada umur lebh dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada
anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
7. Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalent diberikan 2 kali, vaksi rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalent
dosis 1 diberkan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalent selesai
diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen: dosis ke-1 diberikan umur 6-14
minggu, interval dosis ke-2 dan ke-3,4-10 minggu; dosis ke-3 diberikan pada umur kurang dari 32 minggu (interval minimal 4 minggu)
8. Vaksin varisela. Vaksin varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Apabila diberikan
pada umur lebih dari 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
9. Vaksin Influenza. Vaksin influenza diberikan pada umur minimal 6 bulan, diulang setiap tahun.Untuk imunisasi pertama kali (primary
immunization) pada anak umur kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minal 4 minggu. Untuk anak 6-<36 bulan, dosis0,25 mL
10. Vaksin Human papilloma virus (HPV). Vaksin HPV daapt diberikan mulai umur 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali
dengan interval 0,1,6 bulan; vaksin HPV tetravalent dengan interval 0,2,6 bulan.
b. Imunisasi Pada Orang Dewasa
Influenza termasuk penyakit berat bila diderita orang berusia di atas 60 tahun.
Berlaku juga bagi penderita penyakit jantung, paru-paru, dan kencing manis.
Vaksin influenza dapat diberikan setiap tahun, disesuaikan dengan virus terbaru
yang menyebar.
Penularan Tifoid (Tiphus) terjadi akibat mengkonsumsi air atau makanan yang
terkontaminasi bakteri. Vaksinnya ada yang oral (ditelan) atau disuntikkan. Satu
kali vaksinasi bertahan tiga tahun.
Rubella (campak Jerman) biasa dialami orang berusia belasan tahun atau
dewasa. Nama vaksinnya MMR (Measles Mumps Rubella). Vaksinasi ini
disarankan dua kali, yakni ketika berusia 18 tahun dan akan menikah. Bila sudah
dua kali, tidak perlu lagi.
HPV (Human Papilloma Virus) adalah penyebab kanker serviks. Secara ideal,
vaksin kanker serviks diberikan sedini mungkin, sebelum pernah melakukan
hubungan seksual, pada usia 10-14 tahun. Vaksin ini berfokus pada HPV tipe 16
dan tipe 18 sebagai penyebab utama kanker serviks.
Wisatawan--jemaah haji --> Hepatitis A, Tifoid, Meningitis
Berikut macam – macam imunisasi yang biasa diberikan untuk lanjut usia:
a. Hepatitis A
Penyakit hepatitis A disebabkan virus hepatitis A, biasa ditularkan
melalui makanan dan minuman yang telah tercemar kotoran/tinja penderita
hepatitis A (fecal-oral), bukan melalui aktivitas seksual atau kontak darah.
Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Hepatitis B
dan C disebarkan melalui media darah dan aktivitas seksual, dan lebih
berbahaya dibanding hepatitis A.
b. Hepatitis B
c. Influenza
d. Meningitis
f. Tetanus
g. Thypus
A. Imunisasi Wajib
1. Imunisasi Rutin
a. Imunisasi dasar
Tabel 1. Jadwal pemberian imunisasi dasar
Umur Jenis
0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak
Catatan:
- Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
- Bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-Hib
2, dan DPT-HB-Hib 3, dinyatakan mempunyai status imunisasi T2.
b. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi
imunisasi dasar pada bayi yang diberikan kepada anak Batita, anak usia sekolah,
dan wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil. Imunisasi lanjutan pada WUS
salah satunya dilaksanakan pada waktu melakukan pelayanan antenatal.
Tabel 2. Jadwal imunisasi lanjutan pada anak bawah tiga tahun
Waktu
Sasaran Imunisasi
Pelaksanaan
Kelas 1 SD Campak Agustus
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 3 SD Td November
Catatan:
T1 - -
Catatan:
- Sebelum imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi T (screening) terlebih
dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal.
- Pemberian imunisasi TT tidak perlu diberikan, apabila pemberian imunisasi TT
sudah lengkap (status T5) yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu
dan Anak, rekam medis, dan/atau kohort.
5. Imunisasi Aktif dan Pasif
Imunisasi aktif
Imunisasi pasif
6. Vaksin Pentavalen
Saat ini program pemerintah terbaru terkait pemberian imunisasi adalah
penggunaan vaksin kombinasi yang dikenal sebagai vaksin Pentavalen. Vaksin ini
merupakan gabungan vaksin DPT-HB ditambah Hib. Sebelumnya kombinasi ini
hanya terdiri dari DPT dan HB (kita kenal sebagai DPT Combo). Sesuai dengan
kandungan vaksinnya, vaksin Pentavalen mencegah beberapa jenis penyakit, antara
lain Difteri, batuk rejan atau batuk 100 hari,tetanus, hepatitis B, serta radang otak
(meningitis) dan radang paru (pneumonia) yang disebabkan oleh kuman Hib
(Haemophylus influenza tipe b)
Kenapa Haemophylus influenza tipe b (Hib)? Hal ini antara lain disebabkan
beberapa kenyataan epidemiologi berikut :
Heamophilus influenza tipe b (Hib) merupakan suatu bakteri gram negative dan
hanya ditemukan pada manusia
Penyebaran melalui percikan ludah (droplet)
Kelompok usia paling rentan terhadap infeksi Hib adalah usia 4-8 bulan
Sebagian besar orang yang mengalami infeksi tidak menjadi sakit, tetapi menjadi
karier
Pravalensi karier cukup tinggi (>3%), sehingga kemungkinan kejadian meningitis
dan pneumonia akibat Hib, biasanya juga tinggi.
Vaksin pentavalen diberikan saat anak berusia 2,3 dan 4 bulan. Kemudian
dilanjutkan ketika anak berusia 1,5 tahun, yang kita kenal sebagai imunisasi booster
(lanjutan). Untuk imunisasi lanjutan vaksin pentavalen diberikan pada anak umur
paling cepat 18 bulan sampai 3 tahun. Jadi total vaksin pentavalen diberikan
sebanyak 4 kali dimana pemberian 1-3 di vastus lateralis (sisi luar paha) kiri-kanan-
kiri secara IM. Pemberian ke-4 diberikan di deltoid (lengan kanan atas) secara IM.
Sebagimana imunisasi lainnya, Imunisasi Pentavalen bisa didapatkan secara gratis di
semua posyandu, puskesmas atau fasiltas kesehatan pemerintah lainnya.
Jadwal pemberian
1. Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib merupakan bagian dari pemberian imunisasi
dasar pada bayi sebanyak tiga dosis. Vaksin DPT-HB-Hib merupakan pengganti
vaksin DPY-HB sehingga memiliki jadwal yang sama dengan DPT-HB.
2. Pada tahap awal DPT-HB-Hib hanya diberikan pada bayi yang belum pernah
mendapatkan imunisasi DPT-HB. Apabila sudah pernah mendapatkan imunisasi
DPT-HB dosis pertama atau kedua, tetap dilanjutkan dengan pemberian
imunisasi DPT-HB sampai dengan dosis ketiga.
3. Pemberian imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib diberikan pada anak usia 1,5 tahun
(18 bulan) yang sudah melakukan imunisasi DPT-HB maupun DPT-HB-Hib tiga
dosis.
4. Bagi anak batita yang belum mendapat DPT-HB tiga dosis dapat diberikan DPT-
HB-Hib pada usia 18 bulan dan imunisasi lanjutan DPT-HB,Hib diberikan
minimal 12 bulan dari DPT-HB,Hib dosis ketiga.
5. Imunisasi Lanjutan campak diberikan pada anak usia 2 tahun (24 bulan). Apabila
anak belum pernah mendapatkan imunisasi campak sebelumnya (saat bayi), maka
pemberian imunisasi lanjutan campak dianggap sebagai dosis pertama.
Selanjutnya harus dilakukan pemberian imunisasi campak dosis kedua minimal 6
bulan setelah dosis pertama.
Satgas Imunisasi PP IDAI. (2014). Panduan Imunisasi Anak, mencegah lebih baik
daripada mengobati : Kompas Media Nusantara
Mulyani Nina dan Rinawati Mega. (2013). Imunisasi Untuk Anak : Nuha Medika