Anda di halaman 1dari 44

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “
Pemberian Imunisasi” tepat pada waktunya. Dalam penulisan makalah ini, penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan siapa saja yang membacanya.

Gorontalo, September 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan


sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945
melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya


sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu
program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan
informasi epidemiologi yang valid.

Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban


ganda (double burden), yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit
degeneratif. Pemberantasan penyakit menular sangat sulit karena penyebarannya
tidak mengenal batas wilayah administrasi. Imunisasi merupakan salah satu
tindakan pencegahan penyebaran penyakit ke wilayah lain yang terbukti sangat
cost effective. Dengan imunisasi penyakit cacar telah berhasil dibasmi, dan
Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar pada tahun 1974.

Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, imunisasi


merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang
merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu
bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millennium Development
Goals (MDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak.

II. Rumusan masalah


1. Mengetahui pengertian imunisasi

2. Mengetahui Klasifikasi Imunisasi

3. Mengetahui manfaat imunisasi

4. Mengetahui kandungan dan jenis-jenis vaksin

5. Mengetahui imunisasi pada anak


6. Mengetahui imunisasi pada orang dewasa

7. Mengetahui imunisasi pada usia lanjut (lansia)

8. Mengetahui imunisasi aktif dan pasif

III. Tujuan Penulisan

Agar mahasiswa dan pembaca mengetahui pentingnya imunisasi yang harus


diberikan sejak lahir sampai usia lanjut untuk menjaga kekebalan tubuh terhadap
suatu penyakit. Guna menjegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat dari
kurangnya system pertahanan imun seseorang.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian imunisasi

Imunisasi adalah proses dimana seseorang dibuat kebal atau resisten terhadap
penyakit menular, biasanya dengan pemberian vaksin. Vaksin merangsang sistem
kekebalan tubuh sendiri untuk melindungi orang terhadap infeksi berikutnya atau
penyakit.(WHO 2016)

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan


(imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Pentingnya imunisasi
didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting
dalam pemeliharaan kesehatan anak.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan.(Permenkes Nomor 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi)
Kekebalan tubuh dapat dimiliki secara pasif maupun aktif. Keduanya dapat
diperoleh secara alami maupun buatan. Kekebalan pasif yang didapatkan secara alami
adalah kekebalan yang didapatkan transplasenta, yaitu antibodi diberikan ibu kandung
secara pasif melalu plasenta kepada janin yang dikandungnya. Sedangkan, kekebalan
pasif (buatan) adalah pemberian antibodi yang sudah disiapkan dan dimasukkan ke
dalam tubuh anak.

Kekebalan aktif dapat diperoleh pula secara alami maupun buatan. Secara alami,
kekebalan tubuh didapatkan apabila anak terjangkit suatu penyakit, yang berarti
masuknya antigen yang akan merangsang tubuh anak membentuk antibodi sendiri
secara aktif dan menjadi kebal karenanya. Sedangkan, kekebalan aktif (buatan) adalah
pemberian vaksin yang merangsang tubuh manusia secara aktif membentuk antibodi
dan kebal secara spesifik terhadap antigen yang diberikan.
Istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi pasif adalah
suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Vaksinasi adalah imunisasi aktif
dengan pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas
(antibodi) oleh sistem imun di dalam tubuh.

2. Klasifikasi Imunisasi

Imunisasi diklasifikasikan dalam imunisasi wajib dan pilihan

a. Imunisasi wajib

Imunisasi wajib deiberikan kepada sasaran bayi, batita, anak sekolah sederajat
dan Wanita Usia Subur, terdiri dari imunisasi rutin dan imunisasi tambahan.

1) Imunisasi rutin

Pada kegiatan imunisasi rutin terdapat kegiatan-kegiatan yang bertujuan


untuk melengkapi imunisasi rutin pada bayi, batita dan WUS seperti
kegiatan sweeping pada bayi dan kegiatan akselerasi Maternal Neonatal
Tetanus Elimination (MNTE) pada WUS.

2) Imunisasi Tambahan

Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah :

a) Backlog Fighting

Adalah upaya aktif melengkapi imunisasi dasar pada anak yang


berumur dibawah 3 tahun. Kegiatan ini di prioritaskan untuk
dilaksanakan didesa yang selama dua tahun berturut turut tidak
mencapai UCI.

b) Crash program

Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi


secara cepat untuk mencegah terjadinya KLB. Kriteria pemilihan
daerah yang akan dilakukan crash program adalah :

 Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi

 Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang


 Desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai
UCI

Crash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis imunisasi
misalnya campak, atau campak terpadu dengan polio.

c) PIN (Pekan Imunisasi Nasional)

Merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara serentak


di suatu Negara dalam waktu yang singkat. PIN bertujuan untuk
memutuskan mata rantai penyebaran suatu penyakit (misalnya
polio) imunisasi yang diberikan pada PIN diberikan tanpa
memandang status imunisasi sebelumnya.

d) Sub PIN

Merupakan suatu upaya untuk memutuskan rantai penularan suatu


penyakit dalam wilayah terbatas (dapat mencakup beberapa
provinsi)

e) Catch Up Campaign Campak

Merupakan suatu upaya untuk memutuskan transmisi penularan


virus campak pada anak usia sekolah dasar. Kegiatan ini dilakukan
dengan pemberian imunisasi campak secara serentak pada anak
sekolah dasar dari kelas satu hingga kelas enam SD atau yang
sederajat, serta anak usia 6-12 tahun yang tidak sekolah, tanpa
mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian
imunisasi campak pada waktu catch up campaign campak
disamping untuk memutus rantai penularan, juga berguna sebagai
booster atau imunisasi ulangan (dosis kedua)

f) Imunisasi dalam penanganan KLB (Outbreak Response


Immunization ORI)

Pedoman pelaksanaan imunisasi dalam penanganan KLB


disesuaikan dengan situasi epidemiologis penyakit masing –
masing.
3) Imunisasi Khusus

a) Program imunisasi Meningitis Meningokokus

Imunisasi meningitis meningokokus diberikan kepada jamaah


umroh atau masyarakat yang melakukan perjalanan ke negara
endemis meningitis, diberikan minimal 10 hari sebelum
keberangkatan

b) Program Imunisasi Yellow Fever (Demam Kuning)

Semua orang yang melakukan perjalanan, berasal dari negara atau


ke negara yang dinayatakan endemis demam kuning. Pemberian
imunisasi demam kuning kepada orang yang akan menuju negara
endemis denmam kuning selambat-lambatnya 10 hari sebelum
berangkat, bagi yang belum pernah di imunisasi atau yang
imunisasinya sudah lebih dari 10 tahun

c) Program imunisasi Rabies

Vaksin Anti Rabies (VAR) manusia diberikan kepada seluruh


kasus gigitan hewan penular rabies (HPR) yang berindikasi,
sehingga kemungkinan kematian akibat rabies dapat dicegah.

b. Imunisasi pilihan

Imunisasi pilihan adalah Imunisasi lain yang tidak termasuk dalam Imunisasi
wajib, namun penting diberikan pada bayi, anak, dan dewasa di Indonesia
mengingat beban penyakit dari masing-masing penyakit, yang termasuk dalam
Imunisasi pilihan ini adalah :

1) MMR (Measles, Mumps, Rubella)

2) Haemophillus influenza tipe B (HIB)

3) Demam tifoid

4) Varisela

5) Hepatitis A

6) Influenza
7) Pneumokokus

8) Rotavirus

9) Japanese Ensephaliti

10) Human Papiloma Virus (HPV)

3. Manfaat imunisasi

a. Manfaat untuk anak

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat


atau kematian.

b. Manfaat untuk keluarga

Menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit. Mendorong


keluarga kecil apabila si orang tua yakin bahwa anak-anak akan menjalani masa
anak-anak dengan aman.

c. Manfaat untuk orang tua

Yang disebut orang tua adalah mereka yang berusia di atas 55 tahun di mana
kekebalan tubuhnya mulai menurun. Jadwal vaksinasi dewasa dapat dimajukan,
misalnya menjadi 40 tahun, jika orang tua tersebut menderita diabetes (kencing
manis) atau penyakit lainnya yang menyebabkan kekebalan tubuhnya menurun.

d. Manfaat untuk negara

Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal sehat
untuk melanjutkan pembangunan negara.

e. Manfaat untuk orang sekitar

Di lingkungan yang mayoritas telah diimunisasi, maka mereka yang belum


diimunisasi biasanya juga terhindar dari penyakit yang sehubungan dengan
imunisasi tersebut, karena memang di lingkungan tersebut tidak ada orang yang
terjangkit penyakit tersebut. Oleh karena itu eradikasi atau menghilangkan sesuatu
penyakit dari lingkungan tersebut, misalnya Polio dilakuakan tidak perlu mencapai
100 persen, jika yang diimunisasi telah mencapai 90 persen, maka telah dianggap
berhasil.
4. Kandungan dan jenis-jenis vaksin
Vaksinasi merupakan suatu tindakan dengan sengaja memberikan paparan
antigen yang berasal dari suatu patogen. Antigen yang diberikan telah dibuat
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit. Tujuannya adalah memberikan
“infeksi ringan” yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun,
sehingga apabila terjangkit penyakit yang sesungguhnya, anak tidak menjadi sakit
karena tubuh dengan cepat membentuk antibody dan mematikan antigen atau
penyakit yang masuk tersebut.

a. Kandungan vaksin

Semua vaksin mengandung zat aktif dan zat tidak aktif(inaktif). Vaksin
mengandung zat aktif yang berupa antigen. Antigen adalah zat aktif yang
merangsang tubuh untuk membentuk kekebalan guna melindungi tubuh terhadap
infeksi pada masa yang akan datang. Antigen dapat berupa :

1. Virus yang dilemahkan, misalnya vaksin campak mengandung virus campak


yang telah dilemahkan. Virus tersebut tidak dapat berkembang biak didalam
tubuh, tetapi dapat merangsang pembentukan kekebalan tubuh.

2. Virus inaktivasi atau vaksin yang berisi virus yang dimatikan.vaksin polio,
hepatitis A, influenza, dan rabies mengandung virus inaktivasi. Virus
tersebut tidak dapat menimbulkan penyakit, tetapi karena tubuh sudah
mengenali virus tersebut maka tubuh membentuk kekebalan untuk
melindungi dari infeksi.

3. Bagian virus, beberapa vaksin seperti vaksin hepatitis B dan vaksin


HPV(Human papiloma virus) mengandung bagian virus, yaitu protein
spesifik yang akan merangsang kekebalan tubuh.

4. Bagian bakteri, vaksin Haemophillus Influenzae type B(Hib), pneumokokus,


dan meningokokus dibuat dari lapisan luar yang berisi rangkaian
gula(polisakarida) bakteri. Vaksin akan menimbulkan kekebalan terhadap
lapisan luar bakteri sehingga terlindungi dari bakteri tersebut. Vaksin bakteri
difteri, tetanus, dan pertusis dibuat dari protein bakteri atau racun(toksin)
yang telah dibuat tidak aktif sehingga tidak berbahaya.

b. Jenis-jenis vaksin
Pada prinsipnya, vaksin ada 2 jenis yaitu :

1. Vaksin yang terbuat dari kuman/virus hidup yang dilemahkan. Contohnya


antara lain adalah BCG(bakteri), polio(virus),campak(virus), dan
MMR(virus).

2. Vaksin yang terbuat dari kuman/virus mati atau komponennya, contohnya


antara lain hepatitis A dan B, DPT, Hib, pneumokokus, influenza, tifoid, dan
HPV.

3. Vaksin kombinasi adalah gabungan dari beberapa vaksin tunggal menjadi satu
vaksin untuk mencegah beberapa penyakit yang berbeda. Namun
pemberiannya dilakukan secara sekaligus sehingga lebih praktis dan
ekonomis. Contohnya vaksin DPT-Hib.

5. Macam-macam Imunisasi dan Efek Samping

a. Imunisasi pada anak

Ketika tinggal dalam rahim ibu, bayi berada dalam lingkungan yang sangat
terlindungi. Ketika ia keluar, beragam virus dan bakteri menunggu. Itulah alasan
mengapa bayi sering jatuh sakit. Seiring bertambah dewasa, sistem kekebalan
tubuh mereka akan tumbuh lebih kuat jika diberikan input yang baik.

 Lima imunisasi dasar yang wajib diberikan sejak bayi:

1) Imunisasi HB 0 di berikan setelah 1-2 jam kelahiran.

2) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin) sekali untuk mencegah


penyakit Tuberkulosis. Diberikan segera setelah bayi lahir di tempat
pelayanan kesehatan atau mulai 1 (satu) bulan di Posyandu.

3) Imunisasi Hepatitis B

4) Imunisasi DPT-HB 3 (tiga) kali untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis


(batuk rejan), Tetanus dan Hepatitis B. Imunisasi ini pertama kali diberikan
saat bayi berusia 2 (dua) bulan. Imunisasi berikutnya berjarak waktu 4
minggu. Pada saat ini pemberian imunisasi DPT dan Hepatitis B dilakukan
bersamaan dengan vaksin DPT-HB.
5) Imunisasi polio untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit polio.
Imunisasi Polio diberikan 4 (empat) kali dengan jelang waktu (jarak) 4
minggu.

6) Imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak. Imunisasi campak


diberikan saat bayi berumur 9 bulan.

 Efek samping Imunisasi

Imunisasi kadang mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang
membuktikan vaksin betul-betul bekerja secara tepat. Efek samping yang biasa
terjadi adalah sebagai berikut:

a. BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah di


tempat suntikan. Setelah 2–3 minggu kemudian pembengkakan menjadi
abses kecil dan kemudian menjadi luka dengan garis tengah 10 mm. Luka
akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka parut kecil.

b. DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada sore hari setelah imunisasi
DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian
besar merasa nyeri, sakit, merah atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan
igfni tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, dan
akan sembuh sendiri. Bila gejala tersebut tidak timbul, tidak perlu
diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan, dan
imunisasi tidak perlu diulang.

c. Polio: Jarang timbuk efek samping.

d. Campak: Anak mungkin panas, kadang disertai kemerahan 4–10 hari


sesudah penyuntikan.

e. Hepatitis B: Belum pernah dilaporkan adanya efek samping.

 Imunisasi Tambahan pada bayi/anak:

A. Imunisasi MMR

 Merupakan vaksin hidup yang dilemahkan terdiri dari :

 Measles strain moraten (campak)

 Mumps strain Jeryl lynn (parotitis)


 Rubela strain RA (campak jerman)

 Manfaat:

Melindungi tubuh dari virus campak, gondok, dan rubella (campak


Jerman). Waktu pemberian: Usia 15 bulan, dan diulang saat anak
berusia 6 tahun. Catatan khusus: Bisa diberikan pada umur 12 bulan,
jika belum mendapat campak di usia 9 bulan.

 Rekomendasi:
a. Vaksin MMR harus diberikan sekalipun ada riwayat
infeksi campak, gondongan dan rubella atau sudah
mendapatkan imunisasi campak.
b. Anak dengan penyakit kronis seperti kistik fibrosis, kelainan
jantung bawaan, kelainan ginjal bawaan, gagal tumbuh, sindrom
Down.
c. Anak berusia ≥ 1 tahunday careyangcentre ,beradafamilyday di
care dan playgroups.
d. Anak yang tinggal di lembaga catat mental
 Kontra Indikasi:
a. Anak dengan penyakit keganasan yang tidak diobati atau dengan
gangguan imunitas, yang mendapat pengobatan dengan
imunosupresif atau terapi sinar atau mendapat steroid dosis tinggi
(ekuivalen dengan 2 mg/kgBB/hari prednisolon)
b. Anak dengan alergi berat (pembengkakan pada mulut atau
tenggorokan, sulit bernapas, hipotensi dan syok) terhadap gelatin
atau neomisin
c. Pemberian MMR harus ditunda pada anak dengan demam akut,
sampai penyakit ini sembuh
d. Anak yang mendapat vaksin hidup yang lain (termasuk BCG dan
vaksin virus hidup) dalam waktu 4 minggu. Pada keadaan ini
imunisasi MMR ditunda lebih kurang 1 bulan setelah imunisasi
yang terakhir. Individu dengan tuberkulin positif akan menjadi
negatif setelah pemberian vaksin.
e. Wanita hamil tidak dianjurkan mendapat imunisasi MMR (karena
komponen rubela) dan dianjurkan untuk tidak hamil selama 3
bulan setelah mendapat suntikan MMR.
d. Vaksin MMR tidak boleh diberikan dalam waktu 3 bulan setelah
pemberian imunoglobulin atau transfusi darah yang mengandung
imunoglobulin (whole blood, plasma). Dengan alasan yang sama
imunoglobulin tidak boleh diberikan dalam waktu 2 minggu
setelah vaksinasi.
 Dosis:
Dosis tunggal 0,5 ml suntikan secara intra muskular atau subkutan
dalam.
Jadwal:
a. Diberikan pada usia 12–18 bulan.
b. Pada populasi dengan insidens penyakit campak dini yang tinggi,
imunisasi MMR dapat diberikan pada usia 9 (sembilan) bulan.

B. Imunisasi Typhus

 Manfaat:

Melindungi tubuh dari bakteri Salmonella typhi yang


menyebabkan demam tifoid (tifus). Waktu pemberian: Pada umur di
atas 2 tahun, dan diulang setiap 3 tahun. Catatan khusus: Terdapat
dua jenis, yaitu oral dan suntik. Tifoid oral diberikan pada anak di
atas 6 tahun. Reaksi pasca imunisasi: demam, nyeri ringan, kadang
ruam kulit dan eritema, indurasi tempat suntikan, daire, muntah.

1. Vaksin tifoid oral


a. Dibuat dari kuman Salmonella typhi galur non patogen yang
telah dilemahkan, menimbulkan respon imun sekretorik IgA,
mempunyai reaksi samping yang lebih rendah dibandingkan
vaksin parenteral.
b. Kemasan dalam bentuk kapsul.
c. Penyimpanan pada suhu 2 – 80C.
2. Vaksin tifoid polisakarida parenteral
a. Susunan vaksin polisakarida: setiap 0,5 ml mengandung kuman
Salmonella typhii; polisakarida 0,025 mg; fenol dan larutan
bufer yang mengandung natrium klorida, disodium fosfat,
monosodium fosfat.
b. Penyimpanan pada suhu 2 – 80C, jangan dibekukan
c. Kadaluwarsa dalam 3 tahun
 Rekomendasi:
a. Vaksin tifoid oral diberikan untuk anak usia ≥ 6 tah
b. Vaksin Polisakarida Parenteral diberikan untuk anak usi
tahun.
 Kontra Indikasi:
a. Vaksin Tifoid Oral
1) Vaksin tidak boleh diberikan bersamaan dengan
antibiotik, sulfonamid atau antimalaria yang aktif
terhadap Salmonella.
2) Pemberian vaksin polio oral sebaiknya ditunda dua
minggu setelah pemberian terakhir dari vaksin tifoid oral
(karena vaksin ini juga menimbulkan respon yang kuat
dari interferon mukosa)
b. Vaksin tifoid polisakarida parenteral
1) Alergi terhadap bahan-bahan dalam vaksin.
2) Pada saat demam, penyakit akut maupun penyakit kronik
progresif.
 Dosis dan Jadwal:
a. Vaksin tifoid oral
1) Satu kapsul vaksin dimakan tiap hari, satu jam sebelum
makan dengan minuman yang tidak lebih dari 370C, pada
hari ke 1, 3 dan 5.
2) Kapsul ke 4 diberikan pada hari ke 7 terutama bagi turis.
3) Kapsul harus ditelan utuh dan tidak boleh dibuka karena
kuman dapat mati oleh asam lambung.
4) Imunisasi ulangan diberikan tiap 5 tahun. Namun pada
individu yang terus terekspose dengan infeksi Salmonella
sebaiknya diberikan 3–4 kapsul tiap beberapa tahun.
5) Daya proteksi vaksin ini hanya 50%-80%, walaupun telah
mendapatkan imunisasi tetap dianjurkan untuk memilih
makanan dan minuman yang higienis.
b. Vaksin tifoid polisakarida parenteral
1) Dosis 0,5 ml suntikan secara intra muskular atau subkutan
pada daerah deltoid atau paha
2) Imunisasi ulangan tiap 3 tahun
3) Daya proteksi vaksin ini hanya 50%-80%, walaupun telah
mendapatkan imunisasi tetap dianjurkan untuk memilih
makanan dan minuman yang higienis.

C. Imunisasi Varicella
Manfaat: Melindungi tubuh dari cacar air. Waktu pemberian: Pada
umur di atas 5 tahun.

 Kontra Indikasi:
a. Demam tinggi
b. Hitung limfosit kurang dari 1200/µl atau adanya bukti defisiensi
imun selular seperti selama pengobatan induksi penyakit
keganasan atau fase radioterapi
c. Pasien yang mendapat pengobatan dosis tinggi kortikosteroid (2
mg/kgBB per hari atau lebih)
d. Alergi neomisin
 Dosis dan Jadwal:
Dosis 0,5 ml suntikan secara subkutan, dosis tunggal
D. Imunisasi Hepatitis A
 Manfaat:
Melindungi tubuh dari virus Hepatitis A, yang menyebabkan
penyakit hati. Waktu pemberian: Pada umur di atas 2 tahun, dua kali
dengan interval 6 - 12 bulan.

 Rekomendasi:
a. Populasi risiko tinggi tertular Virus Hepatitis A (VHA).
b. Anak usia ≥ 2 tahun,didaerahterutamaendemis.Padaanakusia>2
tahun antibodi maternal sudah menghilang. Di lain pihak,
kehidupan sosialnya semakin luas dan semakin tinggi pula paparan
terhadap makanan dan minuman yang tercemar.
c. Pasien Penyakit Hati Kronis, berisiko tinggi hepatitis fulminan bila
tertular VHA.
d. Kelompok lain: pengunjung ke daerah endemis; penyaji makanan;
anak usia 2–3 tahun di Tempat Penitipan Anak (TPA); staf TPA;
staf dan penghuni institusi untuk cacat mental; pria homoseksual
dengan pasangan ganda; pasien koagulopati; pekerja dengan
primata bukan manusia; staf bangsal neonatologi.

 Kontra Indikasi:
Vaksin VHA tidak boleh diberikan kepada individu yang
mengalami reaksi berat sesudah penyuntikan dosis pertama
 Dosis dan Jadwal:
a. Dosis vaksin bervariasi tergantung produk dan usia resipien
b. Vaksin diberikan 2 kali, suntikan kedua atau booster bervariasi
antara 6 sampai 18 bulan setelah dosis pertama, tergantung produk
c. Vaksin diberikan pada usia ≥ 2 tahun
E. Imunisasi Hib
 Manfaat:
Melindungi tubuh dari virus Haemophilus influenza type B, yang
bisa menyebabkan meningitis, pneumonia, dan epiglotitis (infeksi
pada katup pita suara dan tabung suara). Waktu pemberian: Umur 2,
4, 6, dan 15 bulan. Catatan khusus: Bisa diberikan secara terpisah
atau kombinasi

F. Pneumokokus (PCV)
 Manfaat:
Melindungi tubuh dari bakteri pnemukokus yang bisa
menyebabkan meningitis, pneumonia, dan infeksi telinga. Waktu
pemberian: Umur 2, 4, 6 bulan, serta antara 12 - 15 bulan. Catatan
khusus: Kalau mama belum memberikannya hingga usia anak di atas
1 tahun, PCV hanya diberikan dua kali dengan interval 2 bulan. Jika
usia anak sudah 2 - 5 tahun, PCV hanya diberikan 1 kali.

 Rekomendasi:
a. Vaksin Pneumokokus polisakarida (PPV) diberikan pada:
1) Lansia usia > 65 tahun
2) Anak usia > 2 tahun yang mempunyai risiko tinggi IPD (Invasive
Pneumococcal Disease) yaitu anak dengan asplenia (kongenital
atau didapat), penyakit sickle cell, splenic dysfunction dan HIV.
Imunisasi diberikan dua minggu sebelum splenektomi

3) Pasien usia > 2 tahun dengan imunokompromais yaitu HIV/AIDS,


sindrom nefrotik, multipel mieloma, limfoma, penyakit Hodgkin,
dan transplantasi organ
4) Pasien usia > 2 tahun dengan imunokompeten yang menderita
penyakit kronis yaitu penyakit paru atau ginjal kronis, diabetes
5) Pasien usia > 2 tahun kebocoran cairan serebrospinal
b. Vaksin polisakarida konjugat (PVC) direkomendasikan pada:
1) Semua anak sehat usia 2 bulan–5 tahun
2) Anak dengan risiko tinggi IPD termasuk anak dengan asplenia
baik kongenital atau didapat, termasuk anak dengan penyakit
sickle cell, splenic dysfunction dan HIV. Imunisasi diberikan dua
minggu sebelum splenektomi
3) pasien dengan imunikompromais yaiyu HIV / AIDS sindrom
nofrotik
4) multipel mioloma, limfoma penyakit hondkin dan transflantasi
oegan.
5) Pasien dengan imunokompeten yang menderita penyakit kronis
yaitu penyakit paru atau ginjal kronis, diabetes
6) Pasien kebocoran cairan serebrospinal
7) Selain itu juga dianjurkan pada anak yang tinggal di rumah yang
huniannya padat, lingkungan merokok, di panti asuhan dan sering
terserang akut otitis media
 Jadwal dan Dosis:
a. Vaksin PCV diberikan pada bayi umur 2, 4, 6 bulan dan
diulang pada umur 12-15 bulan
b. Pemberian PCV minimal umur 6 minggu
c. Interval antara dua dosis 4-8 minggu
d. Paling sedikit diberikan 2 bulan setelah dosis PCV ketiga
G. Influenza

 Manfaat:

Melindungi tubuh dari beberapa jenis virus influenza. Waktu


pemberian: Setahun sekali sejak usia 6 bulan. Bisa terus diberikan
hingga dewasa. Catatan khusus: Untuk usia di atas 2 tahun, vaksin
bisa diberikan dalam bentuk semprotan pada saluran pernapasan.

 Rekomendasi:
a. Semua orang usia ≥ 65 tahun
b. Anak dengan penyakit kronik seperti asma, diabetes, penyakit
ginjal dan kelemahan sistem imun
c. Anak dan dewasa yang menderita penyakit metabolik kronis,
termasuk diabetes, penyakit disfungsi ginjal, hemoglobinopati dan
imunodefisiensi
d. Orang yang bisa menularkan virus influenza ke seseorang yang
berisiko tinggi mendapat komplikasi yang berhubungan dengan
influenza, seperti petugas kesehatan dan petugas di tempat
perawatan dan orang-orang sekitarnya, semua orang yang kontak
serumah, pengasuh anak usia 6–23 bulan, dan orang-orang yang
melayani atau erat dengan orang yang mempunyai risiko tinggi
e. Imunisasi influenza dapat diberikan kepada anak sehat usia 6–23
bulan
 Kontra Indikasi
a. Individu dengan hipersensitif anafilaksis terhadap pemberian
vaksin influenza sebelumnya dan protein telur jangan diberi
vaksinasi influenza
b. Termasuk ke dalam kelompok ini seseorang yang setelah makan
telur mengalami pembengkakan bibir atau lidah, atau mengalami
distres nafas akut atau pingsan
c. Vaksin influenza tidak boleh diberikan pada seseorang yang
sedang menderita penyakit demam akut yang berat
 Jadwal dan Dosis
a. Dosis untuk anak usia kurang dari 2 tahun adalah 0,25 ml dan usia
lebih dari 2 tahun adalah 0,5 ml
b. Untuk anak yang pertama kali mendapat vaksi 8 tahun, vaksin
diberikan 2 dosis dengan selang waktu minimal 4 minggu,
kemudian imunisasi diulang setiap tahun
c. Vaksin influenza diberikan secara suntikan intra muskular di otot
deltoid pada orang dewasa dan anak yang lebih besar, sedangkan
untuk bayi diberikan di paha anterolateral
d. Pada anak atau dewasa dengan gangguan imun, diberikan dua (2)
dosis dengan jarak interval minimal 4 minggu, untuk mendapatkan
antibodi yang memuaskan
e. Bila anak usia ≥ 9 tahun cukup diberikan satu ka setiap tahun satu
kali

H. Vaksin Pneumokokus
Terdapat dua macam vaksin pneumokokus yaitu vaksin pneumokokus
polisakarida (pneumococcal polysacharide vaccine/PPV) dan vaksin
pneumokokus polisakarida konyugasi (pneumococcal conjugate
vaccine/PCV).

a. HPV (Humanpapilloma Virus)

 Manfaat:
Melindungi tubuh dari Humanpapilloma Virus yang menyebabkan
kanker mulut rahim. Waktu pemberian: Pada anak umur di atas 10
tahun, diberikan 3 kali dengan jadwal 0, 1-2 bulan kemudian, serta 6
bulan kemudian.

 Rekomendasi:
Imunisasi vaksin HPV diperuntukkan pada anak perempuan sejak
usia > 10 tahun
 Dosis dan Jadwal:
a. Dosis 0,5 ml, diberikan secara intra muskular pada daerah deltoid
b. Vaksin HPV bivalen, jadwal 0,1 dan 6 bulan pada anak usia lebih dari
10 tahun
c. Vaksin HPV quadrivalen, jadwal 0,2 dan 6 bulan pada anak usia lebih
dari 10 tahun
Pemberian Imunisasi menurut WHO
a. Sifat Fisik
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman
atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk
merangsang kekebalan tubuh seseorang
Vaksin dibagi menurut :
1. Sensitivitas terhadap suhu
 Vaksin yang Sensitive terhadap beku (freeze sensitive = FS), yaitu : DPT,
DT,TT,Hepatitis B dan DPT-HB
 Vaksin yang sensitive terhadap panas (heat sensitive = HS), yaitu : vaksin
campak, polio dan BCG
2. Substart pembuatannya
 Vaksin kuman yang hidup dilemahkan seperti :
Virus campak dalam vaksin campak
Virus polio dalam sabin pada vaksin polio
Kuman TBC dalam vaksin BCG
 Vaksin dari kuman yang dimatikan seperti :
 Bakteri pertussis dalam DPT
 Virus polio jenis salk dalam vaksin polio
 Vaksin dari racun/toksin kuman yang dilemahkan seperti :
 Racun kuman seperti toxoid (TT), diphtheria, toxoid dalam DPT
 Vaksin yang terbuat dari protein khusus seperti Hepatitis B
b. Kontra Indikasi
Kontraindikasi pemberian imunisasi. Ada beberapa kondisi yang menjadi
pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak :
 Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius
 Perubahan pada system umun yang tidak dapat menerima vaksin virus hidup
c. Dosis
Jenis Vaksin Dosis
BCG 20/Ampul
DPT 10/Vial
Polio 10/Vial
Campak 10/Vial
Hepatitis B uniject 1/Kemasan
DT 10/Vial
TT 10/Vial
DPT-HB 5/Vial

d. Tempat Pemberian
Cara pemberian imunisasi dasar (Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di
Indonesia, Depkes 2000)
Vaksin Dosis Cara dan tempat pemberian
BCG 0,05 cc Intrakutan tepat di insersio muskulus deltoideus kanan
DPT 0,5 cc Intramuskular
Polio 2 tetes Diteteskan ke mulut
Campak 0,5 cc Subkutan, biasanya lengan kiri atas
Hepatitis B 0,5 cc Intramuscular pada paha bagian luar
TT 0,5 cc Intramuskular dalam biasa di muskulus deltoideus

e. Komplikasi
Adapun biasanya terjadi komplikasi pada penyakit campak seperti otitis media,
konjungtivitis berat, enterititis dan pneumonia terlebih pada anak dengan status gizi
buruk.
Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 tahun
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Tahun 2014
Umur pemberian vaksin
Jenis
Bulan Tahun
Vaksin
Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6 7 8 10 12 18

Hepatitis B 1 2 3

Polio 0 1 2 3 4 5

BCG 1 kali

DTP 1 2 3 4 5 6 (Td) 7(Td)

Hib 1 2 3 4

PCV 1 2 3 4

Rotavirus 1 2 3

Influenza Ulangan 1 kali tiap tahun

Campak 1 2 3

MMR 1 2

Tifoid Ulangan tiap 3 tahun

Hepatitis A 2 kali, interval 6-12 bulan

Varisela 1 kali

HPV 3 kali
Keterangan :
Cara membaca kolom umur: missal 2 berarti umur 2 bulan (60 hari) sd 2 bulan 29 hari (89 hari)
Untuk memahami tabel imunisasi perlu membaca keterangan tabel
1. Vaksin hepatitis B, paling baik diberika dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului pemberian suntikan vitamin K. Bayi lahir dari ibu
HBsAg positif, diberikan vaksin hepatitis B dan immunoglobulin hepatitis B (HbIg) pada ekstremitas yang berbeda. Vaksinasi hepatitis B
selanjutnya dapat menggunakan vaksin hepatitis B monovalent atau vaksin kombinasi.
2. Vaksin Polio. Pada saat lahir atau pada saat bayi dipulangkan harus diberikan vaksin polio oral (OPV-0). Selanjutnya, untuk polio-1, polio-
2,polio-3 dan polio booster dapat diberikan vaksin OPV atau IPV, namun sebaiknya paling sedikit mendapat satu dosis vaksin IPV.
3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan, optimal umur 2 bulan. Apabila diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu
dilakukan uji tuberculin
4. Vaksin DPT. Vaksin DPT pertama diberikan paling cepat pada umur 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTaP atau kombinasi
dengan vaksin lain. Untuk anak umur lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td, dibooster setiap 10 tahun.
5. Vaksin campak. Vaksin campak kedua tidak perlu diberikan pada umur 24 tahun, apabila MMR sudah diberikan pada 15 bulan.
6. Vaksin Pneumokokus (PCV). Apabila diberika pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan ; pada umur lebih dari
1 tahun diberikan 1 kali, namun keduanya perlu booster 1 kali pada umur lebh dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada
anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
7. Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalent diberikan 2 kali, vaksi rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalent
dosis 1 diberkan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalent selesai
diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen: dosis ke-1 diberikan umur 6-14
minggu, interval dosis ke-2 dan ke-3,4-10 minggu; dosis ke-3 diberikan pada umur kurang dari 32 minggu (interval minimal 4 minggu)
8. Vaksin varisela. Vaksin varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Apabila diberikan
pada umur lebih dari 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
9. Vaksin Influenza. Vaksin influenza diberikan pada umur minimal 6 bulan, diulang setiap tahun.Untuk imunisasi pertama kali (primary
immunization) pada anak umur kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minal 4 minggu. Untuk anak 6-<36 bulan, dosis0,25 mL
10. Vaksin Human papilloma virus (HPV). Vaksin HPV daapt diberikan mulai umur 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali
dengan interval 0,1,6 bulan; vaksin HPV tetravalent dengan interval 0,2,6 bulan.
b. Imunisasi Pada Orang Dewasa

Umumnya, masyarakat memahami bahwa vaksin berfungsi untuk


meningkatkan kekebalan tubuh. Namun, mereka berpendapat bahwa imunisasi
hanya dibutuhkan oleh bayi dan anak, sementara orang dewasa tidak lagi perlu
diimunisasi karena sistem kekebalan tubuhnya sudah terbentuk. Padahal setiap
tahunnya, puluhan ribu orang dewasa meninggal dan ratusan ribu lainnya dirawat di
rumah sakit oleh karena penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksinasi.
Adapun kelompok orang dewasa yang memerlukan imunisasi :

 Usia lanjut --> Imunisasi Influenza

Influenza termasuk penyakit berat bila diderita orang berusia di atas 60 tahun.
Berlaku juga bagi penderita penyakit jantung, paru-paru, dan kencing manis.
Vaksin influenza dapat diberikan setiap tahun, disesuaikan dengan virus terbaru
yang menyebar.

 Penderita penyakit kronis seperti gagal ginjal-> Influenza dan Hepatitis B

Vaksinasi hepatitis B mencegah gangguan hati yang disebabkan virus hepatitis B


(VHB). Vaksin bisa diberikan dalam bentuk suntikan. Dilakukan tiga kali, yakni
bulan pertama, kedua, dan keenam. Vaksinasi diulang setelah 5-10 tahun.

 Penyedia makanan --> Tifoid

Penularan Tifoid (Tiphus) terjadi akibat mengkonsumsi air atau makanan yang
terkontaminasi bakteri. Vaksinnya ada yang oral (ditelan) atau disuntikkan. Satu
kali vaksinasi bertahan tiga tahun.

 Perempuan muda --> Rubella dan HPV

Rubella (campak Jerman) biasa dialami orang berusia belasan tahun atau
dewasa. Nama vaksinnya MMR (Measles Mumps Rubella). Vaksinasi ini
disarankan dua kali, yakni ketika berusia 18 tahun dan akan menikah. Bila sudah
dua kali, tidak perlu lagi.

HPV (Human Papilloma Virus) adalah penyebab kanker serviks. Secara ideal,
vaksin kanker serviks diberikan sedini mungkin, sebelum pernah melakukan
hubungan seksual, pada usia 10-14 tahun. Vaksin ini berfokus pada HPV tipe 16
dan tipe 18 sebagai penyebab utama kanker serviks.
 Wisatawan--jemaah haji --> Hepatitis A, Tifoid, Meningitis

Meningitis (radang selaput otak) disebabkan oleh bakteri Neisseria


Meningokokus dan biasa menular melalui udara. Orang Afrika kerap menderita
penyakit ini. Untuk itu, jemaah haji Indonesia divaksin tiga pekan sebelum
keberangkatan. Vaksin diberikan dalam bentuk suntikan, dan bertahan di tubuh
selama 2-3 tahun.

c. Imunisasi Pada Lansia

Selain untuk meningkatkan kekebalan tubuh, imunisasi diperlukan agar


angka kematian akibat infeksi berkurang. Terutama karena banyak penyakit infeksi,
seperti flu, saat ini begitu hebat menyerang manusia. Selain bayi dan anak-anak,
imunisasi juga harus diberikan pada mereka yang berusia lanjut (lansia), di atas 65
tahun.

Pemberian vaksinasi pada lansia diperlukan karena saat memasuki usia 65


tahun daya tahan tubuh akan berkurang. Umumnya, saat usia lanjut, tubuh menjadi
mudah terserang penyakit seperti flu, yang kemudian diikuti berbagai penyakit
lainnya sehingga terjadi komplikasi. Buat lansia, daya tahannya menjadi berkurang.
Kalau kena kuman gampang sakit. Apalagi kalau sudah kena flu, bisa terjadi
komplikasi karena diikuti penyakit lainnya. Karena itu lansia perlu diberikan
vaksinasi untuk memberikan kekebalan tubuh dan mencegah paparan penyakit.

 Berikut macam – macam imunisasi yang biasa diberikan untuk lanjut usia:

a. Hepatitis A
Penyakit hepatitis A disebabkan virus hepatitis A, biasa ditularkan
melalui makanan dan minuman yang telah tercemar kotoran/tinja penderita
hepatitis A (fecal-oral), bukan melalui aktivitas seksual atau kontak darah.
Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Hepatitis B
dan C disebarkan melalui media darah dan aktivitas seksual, dan lebih
berbahaya dibanding hepatitis A.

b. Hepatitis B

Penyakit hepatitis B disebabkan virus hepatitis B (VHB), anggota family


Hepadnavirus. Virus hepatitis B menyebabkan peradangan hati akut atau
menahun, yang pada sebagian kasus berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker
hati. Hepatitis B mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah
menjadi epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi
endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia. Penyebab hepatitis ternyata
tak semata-mata virus. Keracunan obat dan paparan berbagai macam zat
kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor,
dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, juga
bisa menyebabkan hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup
atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan racun dalam darah adalah
pekerjaan hati. Jika terlalu banyak zat kimia beracun masuk ke dalam tubuh,
hati bisa rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.

c. Influenza

Penyakit influenza disebabkan virus influenza. Influenza mudah menular


dan menyerang saluran pernapasan. Penularan virus influenza terjadi melalui
udara pada saat berbicara, batuk dan bersin. Virus influenza sangat menular
bahkan sejak 1–2 hari sebelum gejala influenza muncul, itulah sebabnya
penyebaran virus influenza sulit dihentikan. Berlawanan dengan pendapat
umum, influenza bukan batuk–pilek biasa yang tidak berbahaya. Gejala
utama influenza adalah: demam, sakit kepala, sakit otot di seluruh badan,
pilek, sakit tenggorokan, batuk dan badan lemah.

d. Meningitis

Meningitis adalah radang membran pelindung sistem syaraf pusat.


Penyakit meningitis dapat disebabkan mikroorganisme, luka fisik, kanker,
atau obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya
dekat otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan
kendali gerak, pikiran, bahkan kematian. Kebanyakan kasus meningitis
disebabkan mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit yang
menyebar dari darah ke cairan otak.

Pencegahan meningitis paling efektif adalah dengan imunisasi


(vaksinasi) meningitis. Vaksinasi meningitis paling efektif dan aman dan
dapat memberikan perlindungan selama tiga tahun terhadap serangan
penyakit meningitis. Vaksin meningitis dianjurkan bagi orang lanjut usia dan
penderita penyakit kronis seperti asma, paru-paru kronis, jantung, diabetes,
ginjal, gangguan sistem imunitas tubuh, dan kelainan darah.

e. Radang paru-paru ( pneumonia )

Radang paru-paru (Pneumonia) adalah penyakit paru-paru di mana


pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen
meradang dan paru-paru terisi cairan lendir bercampur kuman. Pneumonia
dapat disebabkan infeksi bakteri, virus, jamur, atau parasit. Pneumonia juga
dapat disebabkan iritasi zat-zat kimia atau cedera fisik pada paru-paru, atau
sebagai akibat penyakit lainnya, seperti kanker paru atau berlebihan minum
alkohol. Gejala pneumonia termasuk batuk, sakit dada, demam, dan kesulitan
bernapas Diagnosa pneumonia termasuk sinar-X dan pemeriksaan dahak.
Perawatan tergantung penyebab pneumonia; pneumonia yang disebabkan
bakteri dirawat dengan antibiotika.

Pneumonia umum terjadi di seluruh kelompok umur, dan merupakan


penyebab utama kematian orang lanjut usia dan penderita penyakit kronis
(menahun). Pencegahan pneumonia adalah dengan vaksin pneumonia. Vaksin
pneumonia dianjurkan untuk anak berusia lebih dari 2 tahun dan orang lanjut
usia.

f. Tetanus

Penyakit tetanus berbahaya karena mempengaruhi sistem urat saraf dan


otot. Gejala tetanus diawali dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang
mulut), pembengkakan, rasa sakit dan kejang di otot leher, bahu atau
punggung. Kejang-kejang segera merambat ke otot perut, lengan atas dan
paha.

Infeksi tetanus disebabkan bakteri Clostridium Tetani yang


memproduksi toksin tetanospasmin. Tetanospasmin menempel di area sekitar
luka dan dibawa darah ke sistem saraf otak dan saraf tulang belakang,
sehingga terjadi gangguan urat saraf, terutama saraf yang mengirim pesan ke
otot. Infeksi tetanus terjadi karena luka terpotong, terbakar, narkoba
(misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun
frostbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup
di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi
tempat bakteri tetanus berkembang biak.

g. Thypus

Typhus atau demam tifoid atau typhoid disebabkan bakteri Salmonella


Enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi. Bakteri typhus
ditemukan di seluruh dunia, dan ditularkan melalui makanan dan minuman
yang telah tercemar tinja penderita typhus. Bakteri typhus juga ditularkan
melalui gigitan kutu yang membawa bakteri penyebab typhus.
Jenis dan jadwal imunisasi menurut PERMENKES

A. Imunisasi Wajib
1. Imunisasi Rutin
a. Imunisasi dasar
Tabel 1. Jadwal pemberian imunisasi dasar

Umur Jenis
0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak

Catatan:
- Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
- Bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-Hib
2, dan DPT-HB-Hib 3, dinyatakan mempunyai status imunisasi T2.
b. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi
imunisasi dasar pada bayi yang diberikan kepada anak Batita, anak usia sekolah,
dan wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil. Imunisasi lanjutan pada WUS
salah satunya dilaksanakan pada waktu melakukan pelayanan antenatal.
Tabel 2. Jadwal imunisasi lanjutan pada anak bawah tiga tahun

Umur Jenis Imunisasi


18 bulan DPT-HB-Hib
24 bulan Campak

Tabel 3. Jadwal imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar

Waktu
Sasaran Imunisasi
Pelaksanaan
Kelas 1 SD Campak Agustus
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 3 SD Td November

Catatan:

- Batita yang telah mendapatkan imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan


mempunyai status imunisasi T3.
- Anak usia sekolah dasar yang telah mendapatkan imunisasi DT dan Td
dinyatakan mempunyai status imunisasi T4 dan T5.
Tabel 4. Imunisasi Lanjutan Pada Wanita Usia Subur (WUS)

Status Interval Minimal Masa


Imunisasi Pemberian Perlindungan

T1 - -

T2 4 minggu setelah T1 3 tahun

T3 6 bulan setelah T2 5 tahun

T4 1 tahun setelah T3 10 tahun

T5 1 tahun setelah T4 lebih dari 25 tahun

Catatan:
- Sebelum imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi T (screening) terlebih
dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal.
- Pemberian imunisasi TT tidak perlu diberikan, apabila pemberian imunisasi TT
sudah lengkap (status T5) yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu
dan Anak, rekam medis, dan/atau kohort.
5. Imunisasi Aktif dan Pasif

 Imunisasi aktif

Imunisasi aktif dapat timbul ketika seseorang bersinggungan dengan,


sebagai contoh, mikroba. Sistem kekebalan akan membentuk antibodi dan
perlindungan/perlawanan lainnya terhadap mikroba. Lain kali, tanggapan imunitas
terhadap mikroba ini dapat sangat efisien; ini adalah kasus di mana banyak anak-
anak terinfeksi walaupun hanya sekali, tetapi kemudian kebal. Imunisasi aktif
buatan adalah di mana mikroba, atau bagian darinya, diinjeksikan kepada seseorang
sebelum ia dapat melakukannya secara alami. Jika keseluruhan mikroba digunakan,
they are pre-treated.

Pentingnya imunisasi adalah begitu besar, sehingga the American Centers


for Disease Control and Prevention menamainya sebagai salah satu dari the "Ten
Great Public Health Achievements in the 20th Century".[2] Vaksin hidup yang
telah dilemahkan telah berkurang sifat penyakitnya. Keefektifannya tergantung dari
kemampuan sistem kekebalan untuk mereplikasi dan memberikan tanggapan seperti
terjadi infeksi alamiah. Biasanya sudah efektif diberikan satu injeksi saja ( a single
dose). Contoh vaksin hidup yang telah dilemahkan meliputi tampek, gondongan,
rubella, atau kombinasi ketiganya dalam satu vaksin sebagai vaksin MMR, demam
kuning (yellow fever), cacar air (varicella), rotavirus, dan vaksin influenza.

 Imunisasi pasif

Imunisasi pasif adalah elemen-elemen pra-sintesis dari sistem kekebalan


yang dipindahkan kepada seseorang, sehingga tubuhnya tidak perlu membuatnya
sendiri elemen-elemen tersebut. Akhir-akhir ini, antibodi dapat digunakan untuk
imunisasi pasif. Metode imunisasi ini bekerja sangat cepat, tetapi juga berakhir
cepat, karena antibodi akan pecah dengan sendirinya, dan jika tak ada sel-sel B
untuk membuat lebih banyak antibodi, maka mereka akan hilang.

Imunisasi pasif terdapat secara fisiologi, ketika antibodi-antibodi


dipindahkan dari ibu ke janin selama kehamilan, untuk melindungi janin sebelum
dan sementara waktu sesudah kelahiran. Imunisasi pasif buatan umumnya
diberikan melalui injeksi dan digunakan jika ada wabah penyakit tertentu atau
penanganan darurat keracunan, seperti pada tetanus. Antibodi-antibodi ini dapat
dibuat menggunakan binatang, dinamai "terapi serum", meskipun ada
kemungkinan besar terjadinya syok anafilaksis, karena sistem kekebalan yang
melawan serum binatang tersebut. Jadi, antibodi manusia dihasilkan secara in
vitro melalui kultur sel dan digunakan menggantikan antibodi dari binatang, jika
tersedia. Di kota-kota besar di Indonesia selalu tersedia vaksin rabies untuk
mereka yang ingin mendapatkan kekebalan terhadap rabies dan serum anti-rabies
bagi mereka yang dikhawatirkan sudah terjangkit rabies, karena misalnya habis
digigit anjing atau monyet.

6. Vaksin Pentavalen
Saat ini program pemerintah terbaru terkait pemberian imunisasi adalah
penggunaan vaksin kombinasi yang dikenal sebagai vaksin Pentavalen. Vaksin ini
merupakan gabungan vaksin DPT-HB ditambah Hib. Sebelumnya kombinasi ini
hanya terdiri dari DPT dan HB (kita kenal sebagai DPT Combo). Sesuai dengan
kandungan vaksinnya, vaksin Pentavalen mencegah beberapa jenis penyakit, antara
lain Difteri, batuk rejan atau batuk 100 hari,tetanus, hepatitis B, serta radang otak
(meningitis) dan radang paru (pneumonia) yang disebabkan oleh kuman Hib
(Haemophylus influenza tipe b)
Kenapa Haemophylus influenza tipe b (Hib)? Hal ini antara lain disebabkan
beberapa kenyataan epidemiologi berikut :
 Heamophilus influenza tipe b (Hib) merupakan suatu bakteri gram negative dan
hanya ditemukan pada manusia
 Penyebaran melalui percikan ludah (droplet)
 Kelompok usia paling rentan terhadap infeksi Hib adalah usia 4-8 bulan
 Sebagian besar orang yang mengalami infeksi tidak menjadi sakit, tetapi menjadi
karier
 Pravalensi karier cukup tinggi (>3%), sehingga kemungkinan kejadian meningitis
dan pneumonia akibat Hib, biasanya juga tinggi.

Vaksin pentavalen diberikan saat anak berusia 2,3 dan 4 bulan. Kemudian
dilanjutkan ketika anak berusia 1,5 tahun, yang kita kenal sebagai imunisasi booster
(lanjutan). Untuk imunisasi lanjutan vaksin pentavalen diberikan pada anak umur
paling cepat 18 bulan sampai 3 tahun. Jadi total vaksin pentavalen diberikan
sebanyak 4 kali dimana pemberian 1-3 di vastus lateralis (sisi luar paha) kiri-kanan-
kiri secara IM. Pemberian ke-4 diberikan di deltoid (lengan kanan atas) secara IM.
Sebagimana imunisasi lainnya, Imunisasi Pentavalen bisa didapatkan secara gratis di
semua posyandu, puskesmas atau fasiltas kesehatan pemerintah lainnya.

Jadwal pemberian
1. Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib merupakan bagian dari pemberian imunisasi
dasar pada bayi sebanyak tiga dosis. Vaksin DPT-HB-Hib merupakan pengganti
vaksin DPY-HB sehingga memiliki jadwal yang sama dengan DPT-HB.
2. Pada tahap awal DPT-HB-Hib hanya diberikan pada bayi yang belum pernah
mendapatkan imunisasi DPT-HB. Apabila sudah pernah mendapatkan imunisasi
DPT-HB dosis pertama atau kedua, tetap dilanjutkan dengan pemberian
imunisasi DPT-HB sampai dengan dosis ketiga.
3. Pemberian imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib diberikan pada anak usia 1,5 tahun
(18 bulan) yang sudah melakukan imunisasi DPT-HB maupun DPT-HB-Hib tiga
dosis.
4. Bagi anak batita yang belum mendapat DPT-HB tiga dosis dapat diberikan DPT-
HB-Hib pada usia 18 bulan dan imunisasi lanjutan DPT-HB,Hib diberikan
minimal 12 bulan dari DPT-HB,Hib dosis ketiga.
5. Imunisasi Lanjutan campak diberikan pada anak usia 2 tahun (24 bulan). Apabila
anak belum pernah mendapatkan imunisasi campak sebelumnya (saat bayi), maka
pemberian imunisasi lanjutan campak dianggap sebagai dosis pertama.
Selanjutnya harus dilakukan pemberian imunisasi campak dosis kedua minimal 6
bulan setelah dosis pertama.

 Indikasi Vaksin pentavalen


Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap diftero,tetanus, pertussis (batuk
rejan) hepatitis B dan infeksi Haemophilus Influenza tipe b dengan cara sumltan
 Kontra indikasi
1. Hipersensitif terhdap komponen vaksin, atau reaksi berat terhadap dosis vaksin
kombinasi sebelumnya atau bentuk-bentuk reaksi sejenis lainnya, merupakan
kontraindikasi absolute terhadap dosis berikutnya.
2. Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius
lainnya merupakan kontraindikasi terhadap komponen perfusis. Dalam hal ini tidak
boleh diberikan bersama vaksin kombinasi, tetapi vaksin DT harus diberikan sebagai
pengganti DPT, vaksin hepatitis B dan Hib diberikan secara terpisah.

Beberapa pertimbangan penggunaan vaksin Pentavalen tersebut diantaranya :


a) Mengurangi “kesakitan” pada anak: Sebagaimana kita ketahui, vaksi DPT, HB,
dan Hib jika diberikan secara sendiri-sendiri, berarti masing-masing diberikan 3
kali tiap anak 0 (keseluruhan tiap anak akan menerima 9 kali imunisasi).
Sedangkan jika diberikan imunisasi pentavalen, hanya akan membutuhkan 3 kali
imunisasi (suntikan).
b) Mengurangi kunjungan : Kenguntungan pemberian vaksin kombinasi, setelah
memberikan kekebalan beberapa penyakit sekaligus, juga mempersingkat jadwal
imunisasi, yang semula 6 kali (3 kali DPT dan 3 kali Hepatitis B), menjadi hanya
butuh 3 kali kunjungan)
c) Mengurangi resiko 6 penyakit sekaligus : Imunisasi pentavalen (DPT-HB-Hib)
merupakan kombinasi dari vaksin DPT,HB, dan Hib. Vaksin DPT untuk
mengurangi resiko penyakit difteri, pertussis (batuk 100 hari), dan tetanus, vaksin
HB untuk mengurangi resiko penyakit hepatitis B dan vaksin Hib mengurangi
resiko penyakit seperti meningitis dan arthritis.
DAFTAR PUSTAKA

Satgas Imunisasi PP IDAI. (2014). Panduan Imunisasi Anak, mencegah lebih baik
daripada mengobati : Kompas Media Nusantara

Hamidin Aep. (2014). Imunisasi Alami Untuk Anak : Saufa

Mulyani Nina dan Rinawati Mega. (2013). Imunisasi Untuk Anak : Nuha Medika

DEPKES RI. (2006). Pedoman Supervisi Supportif Program Imunisasi

DEPKES RI. (2010). Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional Universal Child


Immunization 2010-2014

KEMENKES R1 2013 . MODUL PELATIHAN TEKNIS IMUNISASI : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai