Anda di halaman 1dari 32

MODUL 5

MANAJEMEN RISIKO DALAM


PROYEK KONSTRUKSI

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini anda
diharapkan dapat:
a. Menganalisis definisi risiko dari
berbagai pendapat pakar
b. Menganalisis konsep
manajemen risiko
c. Menjelaskan tahap-tahap
manajemen risiko dalam proyek
d. Menganalisis perbedaan
karakteristik jenis-jenis risiko
yang terjadi dalam proyek
konstriuksi
e. Mengidentifikasi pengaruh risiko
terhadap sasaran proyek
f. Membuat rencana pengelolaan
risiko pada proyek konstruksi.

129
Salah satu tujuan usaha jasa konstruksi adalah mencari keuntungan. Namun
pada setiap kegiatan usaha jasa konstruksi akan selalu muncul berdampingan
adanya peluang memperoleh keuntungan dan risiko menderita kerugian, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Tidak sedikit usaha jasa konstruksi yang
mengalami kegagalan maupun kerugian. Kegagalan atau kerugian dalam jasa
konstruksi sebagian besar disebabkan oleh ketidak tepatan dalam mengambil
keputusan. Idealnya keputusan diambil berdasarkan data dan informasi yang
lengkap, sehingga dapat diharapkan tingkat keberhasilan yang tinggi. Namun
kenyataannya dalam dunia usaha jasa konstruksi sebagian besar keputusan harus
diambil dengan cepat dan tanpa data serta informasi yang lengkap. Hal ini
menimbulkan ketidak pastian yang identik dengan risiko atas keberhasilannya.
Misalnya akibat terjadinya krisis ekonomi tahun 1998 di Indonesia hampir 90%
usaha jasa konstruksi mengalami kebangkrutan. Terjadinya tsunami di Aceh tahun
2006 banyak proyek-proyek konstruksi yang sedang berjalan mengalami
kehancuran yang berakibat kerugian, demikian pula terjadinya gempa bumi di
wilayah Jogyakarta tahun 2006, mengakibatkan kerugian finansial yang cukup
besar bagi usaha jasa konstruksi.
Oleh karena itu seorang proyek manager harus mampu melakukan
pengelolaan risiko-risikio tersebut sehingga tidak berakibat fatal pada pencapaian
sasaran proyek. Hal ini berarti semakin baik manajemen risiko, maka semakin kecil
risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan jasa konstruksi (Suparno, 2004). Risiko
yang terjadi pada proyek dapat berpengaruh buruk pada sasaran proyek yaitu
jadwal, biaya/anggaran dan mutu, serta sekaligus merupakan kendala dalam
pelaksanaan proyek. Untuk memahami seluk beluk risiko dalam proyek konstruksi
secara umum pada bab ini akan dibahas tentang (l) konsep risiko, (2) tahap-tahap
manajemen risiko dalam proyek, (3) jenis-jenis risiko, (4) pengaruh risiko terhadap
sasaran proyek .

130
Gambar 5.1 Manajer Proyek Dapat
Mengendalikan Resiko-Resiko

1. KONSEP RISIKO
Risiko (risk) aslinya berasal dari kata bahasa prancis “risqué” dan mulai
digunakan di Inggris sekitar tahun 1830 dalam kegiatan transaksi asuransi.
Kerszner (1995) mengatakan :risk is a measure of the probability and consequence
of not achieving a defined project goal (risiko adalah suatu ukuran terhadap
kemungkinan dan akibat dari tidak tercapainya tujuan proyek yang telah
ditetapkan). Secara konseptual risiko dapat didefinisikan sebagai fungsi dari
ketidak tentuan (uncertainly) dan bahaya (damage)
Risk = f (uncertainly, damage)
Risk = f (hazard, safeguard)
Darmawi (2000) mengutip dari berbagai sumber menyebutkan bahwa:
1) Risiko adalah kans kerugian (Risk is the chance of loss)
2) Risiko adalah kemungkinan kerugian (Risk is the possibility of loss)
3) Risiko adalah ketidak pastian (Risk is uncertainly)
4) Risiko adalah dispersi/kesenjangan antara hasil yang nyata dan hasil yang
diharapkan (Risk is the dispersion of actual from expected result)
5) Risiko adalah kemungkinan adanya sesuatu perbedaan hasil dengan yang
diharapkan (Risk is the probability of any outcomes diffrent from the one
expected)

131
Gambar 5.2 Resiko Adalah
Ketidak Pastian

Menurut Gray dan Larson (2000) manajemen risiko adalah suatu kegiatan
yang dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah diketahui. Untuk
meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin muncul risiko harus didifinisikan
dalam bentuk suatu rencana atau prosedur yang reaktif. Menurut PMI (2004)
manajemen risiko meliputi proses (langkah-langkah) yang terkait usaha
pelaksanaan perencanaan manajemen risiko, identifikasi, tanggapan, dan
monitoring serta pengawasan pada suatu proyek. Semua proses/langkah-langkah
tersebut harus selalu diperbaharui (update) selama siklus proyek. Tujuan
manajemen risiko adalah untuk meningkatkan kemungkinan dan pengaruh positif
suatu peristiwa, dan mengurangi kemungkinan dan pengaruh yang kurang baik
terhadap suatu proyek. Kerzner (1995) mengutip beberapa definisi manajemen
risiko sebagai berikut:
o Risk management is an organized means of identifying and measuring risk
and developing, selecting, and managing options for handling these risks
o Risk management is the formal process by which risk factors are
systematically identified, assessed, and provided for.
o Risk management is a formal systematic method of managing that
concentrates on identifying and controlling areas or events that have a
potential of causing unwanted change
o Risk management, in the project context, is the art and science of
identifying, analyzing, and responding to risk factors throughout the life of a
project and in the best interest of its objective.

132
Gambar 5.3 Manajemen Resiko Adalah Seni dan Ilmu

Pada pihak lain Djojosoedarsono (1999) mengungkapkan menajemen risiko


adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam menanggulangi risiko
terutama yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat.
Sedangkan Kerzner (2001) mengatakan bahwa manajemen risiko sebagai semua
rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan risiko, dimana di dalamnya
termasuk perencanaan, penilaian, penanganan dan pemantauan. Dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko adalah proses
merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya
perusahaan untuk mengatasi risiko yang terjadi. Secara umum gambaran risiko
dapat dijelaskan seperti bagan berikut:
RISKO
OWNER

RISIKO BISNIS RISIKO


RISIKO RISIKO KONTRAKTO
BISNIS KONSTRUKSI
UMUM R

RISIKO
KONSULTAN

Gambar 5.4 Jenis Risiko


Sumber: Asiyanto (2005)

133
2. RISIKO PROYEK
Kelangsungan hidup perusahaan atau organisasi seringkali ditentukan oleh
keputusan penting dalam rangka mengambil peluang (opportunity) dalam situasi
yang masih penuh dengan ketidakpastian (uncertainty). Idealnya keputusan
diambil pada situasi dengan total certainty, dalam arti segala data dan informasi
untuk membuat keputusan yang tepat telah tersedia, sehingga dapat diharapkan
keberhasilan dengan keyakinan yang cukup besar. Tetapi kenyataannya seringkali
tidaklah demikian. Oleh satu dan lain sebab sebagian besar keputusan didasarkan
atas informasi yang belum lengkap. Hal ini menimbulkan ketidakpastian yang
identik dengan risiko atas keberhasilannya.
Beberapa risiko yang sering muncul dalam dunia usaha jasa konstruksi, yang
secara langsung dapat menimbulkan kerugian antara lain (l) ketidak cocokan
kondisi lapangan dengan data-data yang didapat sebelumnya padahal kontraknya
lumpsum, (2) keterlambatan angsuran dari pemilik, (3) keterlambatan pencairan
kredit, (4) keadaan cuaca di lokasi lapangan, (5) lonjakan harga, (3) perubahan
moneter dan sebagainya. Misalnya sebuah perusahaan jasa konstruksi yang
sedang membangun salah satu superblok di Jakarta barat, menelan lebih dari 18
orang pekerja meninggal akibat kecelakaan kerja (Konstruksi, 1998). Sebuah
perusahaan jasa konstruksi harus menggunakan uang panas (dengan bunga
tinggi) terlebih dahulu, karena proses kridit di Bank memakan waktu lama, padahal
proyek harus segera dimulai. Pada pihak lain sebuah perusahaan jasa konstruksi
mengalami kerugian besar akibat adanya pencurian-pencurian peralatan dan
bahan yang dilakukan para pekerja. Cukup banyak kasus-kasus yang terjadi dalam
perusahaaan jasa konstruksi yang mengakibatkan kerugian, yang diakibatkan oleh
tidakmampuan perusahaan menganalisis dan memprediksi gejala/kondisi yang
mungkin akan terjadi.

134
KERUGIAN
PROYEK

Gambar 5.5 Ketidakmampuan Perusahaan Dalam


Menganalisis Dapat Menyebabkan Kerugian

Dalam menghadapi risiko-risiko semua badan usaha berusaha untuk


melindungi usahanya dari risiko yang muncul. Dalam Project Management Body of
Knowledge (PM-BOK) disebutkan bahwa manajemen risiko merupakan salah satu
komponen penting dari manajemen proyek secara keseluruhan (Soeharto, 1999;
Kerzner, 1989; Badiru, 1988). Dalam menghadapi risiko-risiko tersebut semua
badan usaha berusaha untuk melindungi usahanya dari risiko yang muncul. Dalam
Project Management Body of Knowledge (PM-BOK) manajemen risiko merupakan
salah satu komponen penting dari manajemen proyek secara keseluruhan
(Soeharto, 1999; Kerzner, 1989; Badiru, 1988). Menurut PMI (2004) dalam
konteks proyek, manajemen risiko meliputi 4 komponen yaitu (1) indentifikasi
dan klasifikasi risiko, (2) kuantifikasi risiko, (3) pembentukan tanggapan terhadap
risiko, dan (4) program pemantauan dan pengendalian. Oleh karena itu seorang
proyek manager harus mampu melakukan pengelolaan risiko mulai dari
mengidentifikasi/kuantifikasi, menganalisis, menanggapi, dan akhirnya
mengendalikan risiko proyek. Ke empat variabel tersebut terkait dengan kualitas
manajemen risiko (Darmawi, 2000; Djojosoedarsono, 1999).
Seperti diketahui, risiko dapat dikelompokkan menjadi risiko usaha (business
risk) atau dinamakan juga speculative risk dan risiko murni. Sama halnya dengan

135
kegiatan-kegiatan lain, maka untuk menghadapi risiko proyek, dikenal suatu
golden rule sebagai berikut. Jangan mengambil risiko bila:
a. organisasi yang bersangkutan tak mampu menanggungnya (can not afford
to lose),
b. manfaat yang diraih lebih kecil dari risiko yang mungkin timbul,
c. masih tersedia sejumlah alternatif, dan
d. belum ada rencana kontinjensi untuk mengatasinya (Soeharto, 1999).

Jadi, risiko hanya boleh diambil jika potensi manfaat dan kemungkinan
keberhasilannya lebih besar dari pada biaya yang di perlukan untuk menutupi
kegagalan yang mungkin terjadi.

Gambar 5.6 Pengambilan Resiko Jika Kemungkinan Berhasil Besar

3. PENGELOLAAN RISIKO PROYEK


Menurut PMI (2004) proses manajemen risiko meliputi enam tahap kegiatan
yaitu:
a. Perencanaan manajemen risiko (risk management planning): yaitu kegiatan
menentukan bagaimana pendekatan, perencanaan, dan pelaksanaan aktivitas
manajemen risiko pada suatu poryek
b. Identifikasi risiko (risk identification): yaitu kegiatan menentukan risiko-risiko
mana yang akan mempengaruhi proyek dan melakukan dokumentasi terhadap
karakteristik risiko

136
c. Analisis kualitatif risiko (qualitative risk analysis): metode-metode untuk
membuat prioritas untuk mengidentifikasi risiko yang mungkin muncul pada
pekerjaan-pekerjaan
d. Analisis kuantitatif risiko (quantitative risk analysis): yaitu analisis secara
numerik pengaruh risiko terhadap tujuan proyek secara keseluruhan
e. Rencana tanggapan risiko (risk response planning): yaitu mengembangkan
pilihan-pilihan dan tindakan untuk meningkatkan peluang dan mengurangi
ancaman terhadap tujuan proyek
f. Pengawasan dan monitor risiko (risk monitoring and control): yaitu
identifikasi lintasan risiko, memonitor sisa risiko (risiko yang masih ada),
mengidentifikasi risiko baru yang muncul, melaksanakan rencana tanggapan
risiko, dan mengevaluasi keefektivan siklus proyek.
Proses-proses tersebut saling berinteraksi satu sama lain dan juga dengan
proses-proses lain dalam manajemen proyek.

Gambar 5.7 Proses Manajemen Resiko


Sumber : PMI 2004

137
PERENCANAAN RISIKO
Perencanaan yang hati-hati dan dilakukan secara eksplisit akan mampu
meningkatakan keberhasilan terhadap proses lainnya dalam manajemen risiko.
Perencanan risiko sangat penting untuk memastikan bahwa tingkat, jenis dan
visibilitas manajemen risiko adalah setaraf (sama pentingya ) dengan organisasi
proyek, untuk menyediakan sumber daya dan waktu untuk kegiatan manajemen
risiko, dan menetapkan dasar persetujuan untuk mengevaluasi risiko.
Perencanaan risiko harus sudah dibuat lengkap pada awal tahap perencanaan
proyek.

Gambar 5.8 Perencanaan Harus Sudah Lengkap Pada Tahap Awal

Adapun tahap perencanaan risiko akan menghasilkan dokumen rencana


risiko yang menjelaskan tentang bagaimana manajemen risiko disusun dan
dilaksanakan dalam proyek. Rencana risiko menjadi sub bagian dari rencana
proyek. Rencana manajemen risiko meliputi hal-hal berikut:
o Metodologi: mendefinisikan pendekatan, alat dan sumber daya yang
mungkin akan digunakan dalam menerapkan manajemen risiko dalam
suatu proyek
o Peran dan tanggung jawab: mendefinisikan aturan-aturan, alat, faktor
pendukung, dan anggota tim manajemen tiap aktivitas kegiatan serta peran
dan tanggung jawabnya.

138
o Anggaran: sumber daya yang digunakan dan perkiraan anggaran yang
dibutuhkan untuk menerapkan manajemen risiko, sebagai masukan dan
tolok ukur biaya proyek
o Waktu: mendefinisikan kapan dan seberapa sering proses manajemen
risiko dilaksanakan selama siklus proyek, dan menetapkan jadual aktivitas
manajemen risiko
o Kategori risiko: menyajikan suatu susunan/struktur untuk memastikan
bahwa suatu proses yang komprehensif dari identifikasi risiko telah
dilakuklan secara konsisten pada tingkat yang paling detail. Salah satu
pendekatan yang digunakan untuk struktur risiko adalah A risk breakdown
structured (RBS)/struktur rincian risiko, seperti dilukiskan dalam gambar
5.9.
o Definisi kemungkinan dan pengaruh risiko: proses kualitas dan kredibilitas
dari analisis risiko kualitatif diperlukan untuk mendifinisikan kemungkinan
dan pengaruh risiko dalam berbagai tingkat yang berbeda

139
PROYEK

Teknis Eksternal Organisasi Manajemen Proyek

Kebutuhan2 Subkontraktor Ketergantungan Estimasi


& Suplayer proyek

Peraturan2 Sumberdaya Perencanaan


Teknologi

Kompleksitas & Pasar Pendanaan Pengawasan


interface

Kinerja dan Pelanggan Prioritas Komunikasi


Kridibilitas

Mutu Cuaca

Gambar 5.9 Struktur Rincian Risiko


`
Dari gambar 5.9 risiko dikategorikan menjadi empat jenis yaitu (a) risiko
teknis, (2) risiko eksternal, (c) risiko organisasi dan (d) risiko manajemen. Dari
masing-masing kategori risiko tersebut dipilah-pilah menjadi beberapa sub
kategori, sesuai dengan kompleksitas proyek.

IDENTIFIKASI RISIKO
Identifikasi risiko adalah kegiatan untuk menentukan jenis-jenis risiko yang
mungkin berpengaruh terhadap proyek dan mendokumentasikan karakteristik
risiko yang bersangkutan. Tim yang menjadi anggota dalam identifikasi risiko
antara lain: manajer proyek, tim proyek, tim manajemen risiko, akhli dari luar
proyek, pelanggan, pengguna akhir produk, stakeholder, akhli manajemen risiko.

140
Gambar 5.10 Identifikasi Resiko yang Dapat Terjadi

Identifikasi risiko merupakan kegiatan yang bersifat iteratif dimana risiko


yang muncul baru akan diketahui pada siklus proyek yang sedang berjalan.
Adapun hasil dari proses identifikasi risiko adalah dokumen tentang daftar risiko.
Daftar risiko ini umumnya memuat:
o Daftar indetifikasi risiko: meliputi akar penyebab risiko dan asumsi-asumsi
proyek yang tidak pasti. Contoh: rencana proyek mengasumsikan dibutuhkan
tenaga 10 orang, namun yang tersedia hanya 8 orang. Kekurangan tenaga
kerja tentu akan berpengaruh terhadap waktu penyelesaian
pekerjaan/penyelesaian pekerjaan bisa lambat
o Daftar tanggapan potensial: tanggapan yang bersifat potensial terhadap risiko
mungkin teridentifikasi pada proses identifikasi risiko
o Akar penyebab risiko: yaitu faktor-faktor yang menyebabkan risiko
o Kategori risiko yang diperbaharui.

ANALISIS RISIKO KUALITATIF


Analisi risiko kualitatif meliputi metode-metode untuk membuat prioritas
untuk mengidentifikasi risiko yang mungkin muncul pada tindakan berikutnya,
seperti analisis risiko kuantitatif atau perencanaan tanggapan risiko. Suatu
organisais dapat memperbaiki unjuk kerja dengan memberi perhatian lebih pada
prioritas risiko yang tinggi. Analisis risiko kualitatif menilai prioritas identifikasi
risiko dengan menggunakan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dan
mempengaruhi tujuan proyek.

141
Gambar 5.11 Memberikan Tanggapan
Risiko yang Segera Dituntut/Dibutuhkan

Adapun hasil dari kegiatan analisis risiko kualitatif adalah berupa daftar risiko
yang diperbaharui, yang meliputi:
o Ranking relatif atau daftar prioritas risiko proyek
o Kategori kelompok-kelompok risiko
o Daftar tanggapan risiko yang segera dituntut/dibutuhkan
o Daftar risiko untuk analisis dan tanggapan tambahan
o Daftar pengamatan risiko yang memiliki prioritas rendah
o Hasil kecenderungan dalam analisis risiko kualitatif

ANALISIS RISIKO KUANTITATIF


Analisis risiko kuantitatif dilakukan terhadap risiko yang telah diprioritaskan
dalam proses analisis risiko kualitaif, yang sangat mempengaruhi proyek. Analisis
risiko kuantitatif merupakan proses menganalisis pengaruh risiko-risiko dan
membuat penilaian/rating numerik terhadap risiko-risiko yang ada. Kegiatan
analisis risiko kuantitatif dapat dilakukan dengan teknik simulasi Monte Carlo dan
analisis pohon keputusan. Kegiatan ini dilakukan guna:
o Menilai kemungkinan pencapaian tujuan proyek yang spesifik
o Mengidentifikasi risiko yang sangat perlu diperhatikan
o Mengidentifikasi secara realistik biaya, jadual, lingkup yang dapat dicapai

142
o Menentukan keputusan yang paling baik dari manajemen proyek jika
terjadi hasil-hasil yang tidak diharapkan.

Gambar 5.12 Mengidentifikasi Resiko Yang Sangat Perlu Diperhatikan

Adapun hasil dari analisis risiko kuantitatif adalah daftar risiko yang
diperbaharui, yang mengandung komponen:
o Analisis kemungkinan proyek
o Kemungkinan pencapaian waktu dan anggaran
o Daftar prioritas risiko yang telah dikuantifikasi
o Hasil-hasil analisis kecenderungan risiko kuantitatif

PERENCANAAN TANGGAPAN RISIKO


Perencanaan tanggapan risiko adalah proses untuk mengembangkan pilihan-
pilihan dan menentukan tindakan untuk meningkatkan peluang dan mengurangi
ancaman terhadap tujuan proyek. Adapaun hasil dari tahap ini adalah berupa
daftar risiko yang diperbaharui yang memiliki komponen:
o Identifikasi risiko-risiko dan deskripsinya, lingkup proyek yang
dipengaruhi, penyebabnya dan bagaimana risiko tersebut mempengaruhi
tujuan proyek
o Pemilik risiko dan yang bertanggung jawab menyelesaikan

143
o Hasil dari proses analisis risiko kualitatif dan kuatitaidf termasuk daftar
prioritas risiko proyek serta analisis kemungkinan proyek
o Perencanaan tanggapan yang disetujui
o Tindakan spesifik untuk mengiplementasikan rencana tanggapan yang
dipilih
o Simptom dan tanda-tanda peringatan kejadian risiko
o Aktivitas anggaran dan jadual yang dibutuhkan untuk menerapkan
rencana tanggapan yang dipilih
o Ketidak tentuan rencana cadangan waktu dan anggaran yang
disediakan untuk toleransi risiko stakeholder.
o Ketidaktentuan rencana-rencana dan pemicu yang diminta dalam
pelaksanaannya
o Perencanaan mundur (fallback), digunakan sebagai reaksi terhadap
risiko yang terjadi, dan tanggapan pertama, and he primary response
proves to be inadequate (tanggapan yang utama membuktikan
untuk;menjadi tidak cukup ).
o Sisa risiko (risiko sisa) yang diharapkan masih tersisa sesudah dilakukan
perencanan tanggapan dan juga setelah deleverable diterima
o Risiko-risiko kedua yang muncul sebagai akibat langsung dari kegiatan
tanggapan risiko
o Cadangan tak terduga (contingency reserve) sebagai dasar perhitungan
dalam analisis kualitatif dari ambang batas (thresholds) proyek dan
organisasi

Gambar 5.13 Harus Memiliki Cadangan Tak Terduga

144
PENGAWASAN DAN MONITORING RISIKO (RISK MONITORING AND
CONTROL)
Perencanaan tanggapan risiko sebagai bagian dari perencanan manajemen
dilaksanakan selama siklus proyek, tetapi pekerjaan proyek harus selalu dimonitor
dalam hal munculnya perubahan atau risiko-risiko baru. Pengawasan dan
monitoring risiko adalah proses untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan
perencanaan munculnya risiko baru, menjaga jalur/lintasan (track) dari
indentifikasi risiko pada daftar jalur (watchlist), melakukan analisis kembali
terhadap risiko yang ada, memonitor kondisi pemicu rencana tak terduga, dan
melakukan review terhadap pelaksanaan tanggapan risiko pada saat melakukan
evaluasi atas keefektivannya. Pengawasan dan monitor risiko merupakan kegiatan
yang dilakukan selama siklus proyek. Tujuan lain dari pengawasan dan monitor
risiko adalah untuk menentukan jika:
o Asumsi-asumsi proyek masih valid
o Risiko, seperti yang telah diperkirakan, diketahui mengalami perubahan
(berdasarkan analisis kecenderungan)
o Cadangan tak terduga dari biaya atau jadual yang harus dimodifiaksi
sejalan dengan risiko proyek

Gambar 5.14 Risk Monitoring and Controlling

Pengawasan dan monitor risiko dapat melibatkan pemilihan strategi alternatif,


pelaksanaan rencana tak terduga atau rencana mundur, melakukan tindakan
korektif dan memodifikasi rencana proyek. Penanggung jawab tanggapan risiko

145
melaporkan secara periodik pada manajer proyek tentang efektivitas rencana,
pengaruh yang tidak diantisipasi dan beberapa tindakan koreksi yang dibutuhkan
untuk menangani risiko sewajarnya.
Adapun hasil yang diharapkan dari proses pengawasan dan monitor risiko
adalah:
o Daftar risiko (yang diperbaharui): berisi tentang:
 Hasil penilaian kembali risiko, audit risiko dan tinjauan ulang risiko
secara periodik.
 Hasil-hasil nyata risiko proyek dan tanggapan terhadap risiko,
yang dapat membantu manajer proyek untuk merencanakan
risiko dalam keseluruhan organisasi, dan juga untuk proyek-
proyek mendatang.
o Permintaan perubahan
o Rekomendasi tindakan-tindakan korektif
o Rekomendasi tindakan-tindakan pencegahan
o Proses aset organisasi (yang diperbaharui)
o Rencana manajemen proyek (yang diperbaharui)

4. METODOLOGI DALAM MANAJEMEN RISIKO (KERZNER)


Menurut Kerzner (1995) manajemen risiko proyek sangat berhubungan
dengan beberapa langkah yaiitu:
a. Penilaian risiko (risk assessment) : adalah suau proses untuk menguji suatu
situasi/keadaan, mengidentifikasi, mengklasifikasikan bidang-bidang risiko
yang potensial
b. Analisis risiko (risk analysis): adalah proses untuk melakukan analisis guna
menentukan kemungkinan kejadian dan konsekuensi/akibat yang
ditimbulkannya. Tujuan dari analisis risiko adalah untuk menemukan;
penyebab, pengaruh, dan besarnya risiko, dan mengembangkan serta
menguji beberapa alternatif pilihan

146
c. Penanganan risiko (risk handling): berhubungan dengan pengembangan
teknik dan metode untuk mengurangi dan mengagendakan risiko.
d. Bahan pembelajaran (lesson learned). Berhubungan dengan metode untuk
mendokumentasikan bahan pembelajaran dalam manajemen risiko yang
sangat berguna bagi pembuat keputusan di masa mendatang.

Gambar 5.15 Langkah Dalam Manajemen Resiko


Sumber : Kerzner (1995)

PENILIAN RISIKO (Risk Assessment)


Langkah pertama dalam manajemen risiko adalah melakukan identifikasi dan
penilaian terhadap semua area risiko yang potensial terjadi. Hal ini meliputi
kegiatan survei terhadap masalah-masalah yang ada pada program kegiatan ,
pelanggan (karyawan), dan pengguna produk .

147
Metode-metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi resiko:
1. Sistem dokumentasi rekayasa
2. Analisis life cycle cost
3. WBS
4. Analisi jadwal
5. Estimasi biaya
6. File lesson learned
7. Analisis asumsi
8. Pemodelan
9. Pendapat pakar
10. Brainstroming

Gambar 5.16 Metode Identifikasi Risiko

5. JENIS RISIKO
Untuk mengklasifikasikan risiko ada berbagai cara. Dalam konteks bisnis yang
sederhana risiko dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Risiko bisnis/spekulatif (business risk): terkait dengan adanya peluang
untung dan rugi. Termasuk dalam jenis ini adalah: cuaca buruk, inflasi,
resesi, klaim konsumen dan sejenisnya. Risiko spekulatif adalah risiko yang
jika diambil dapat memberikan dua kemungkinan yaitu rugi atau untung.

Gambar 5.17 Resiko Bisnis

b. Risiko yang dapat dijaminkan/risiko murni (insurable risk): hanya ada satu
kemungkinan yaitu kerugian. Jenis risiko ini yaitu:
o Risko kerusakan hak milik (direct property damage): misalnya risiko
kebakaran

148
o Risiko kerugian tidak langsung (indirect consequential loss): terkait
dengan perlindungan terhadap kontraktor dari kerugian tidak
langsung, misalnya risiko akibat pemindahan/penempatan peralatan,
pemindahan sisa bahan bangunan
o Risiko karena ada kewajiban sah/tentang undang-undang (Legal
liability): misalnya risko akibat desain produk yang salah, kesalahan
desain, kegagalan mencapai tujuan proyek
o Risiko tenaga kerja (personnel): kecelakaan tenaga kerja, keluarnya
tenaga kerja kunci dll.
o Dalam lingkup proyek, risiko murni, yaitu risiko yang secara
potensial dapat mendatangkan kerugian dalam upaya mencapai
sasaran proyek (Soeharto, 2001)

Gambar 5.18 Resiko Tenaga Kerja

PMI mengkategorikan risiko menjadi lima yaitu:


a. Risiko eksternal tidak dapat diprediksi (external-unpredictable): regulasi
pemerintah, bencana alam, acts of god., vandalisme, efek samping yang tidak
diharapkan
b. Risiko eksternal dapat diprediksi (external predictable): biaya keuangan, bunga
pinjaman, ketersediaan bahan mentah, risiko pasar, dampak lingkungan,
dampak sosial, perumahan nilai tukar uang, inflasi, perpajakan dsb. Risiko

149
ekternal berada diluar kontrol manajer proyek, tetapi berpengaruh pada
proyek.
c. Risko internal/non teknis (internal/nontechnical): pemogokan tenaga kerja,
masalah aliran dana, isu keselamatan tenaga kerja, kesehatan dan rencana
keuntungan, keterlambatan dari jadwal, pemberhentian pekerjaaan oleh tenaga
kerja, kemacetan cash flow. Risiko internal berada dibawah kontrol manajer
proyek
d. Risko teknik (technical): perubahan teknologi, perubahan rancang bangun,
isu-isu desain, isu-isu pelaksanaan dan perawatan. Risiko ini terkait dengan
penggunaan teknologi dalam proyek, seperti: perubahan teknologi, kinerja
operasional dan pemeliharaan, perubahan dan penyesuaian.
e. Risiko legal (legal): penggunaan lisensi, hak paten, perkara pengadilan, unjuk
kerja sub kontraktor, kegagalan kontrak, tuntutan hukum, force majeure.

Gambar 5.19 Bencana Alam (Gempa Bumi)

Sedangkan Soeharto (2001) mengelompokkan risiko berdasarkan potensi


sumber risiko sebagai berikut:
(l) risiko yang berkaitan dengan bidang manajemen,
(2) risiko yang berkaitan dengan bidang teknis dan implementasi
(3) risiko yang berkaitan dengan bidang kontrak dan hukum,
(4) risiko yang berkaitan dengan situasi ekonomi, sosial dan politik.
Menurut Mingus (2002) ada empat risiko umum yang ada hampir pada setiap
jenis proyek yaitu:

150
(1) risiko teknis (teknologi tidak terserdia/tidak berjalan sebagai mana mestinya),
(2) risiko finansial (anggaran proyek dikurangi)
(3) risiko SMD (anggota kunci dari tim meninggalkan proyek), dan
(4) politik (sponsor proyek meninggalkan organisasi)

Mengembangkan Kontigensi
Apa yang akan dilakukan jika risiko benar-benar terjadi? Proses ini disebut
dengan mengembangkan kontigensi. Ada tiga strategi penanganan utama yang
dipakai dalam rencana kontigensi yaitu (Mingus 2002:204):
1) Mengiliminasi risiko
2) Mengurangi risiko
3) Menerima risko
Pada proyek konstruksi risiko-risiko yang terjadi bentuknya berbagai macam.
Pada tabel 5.1. berikut disajikan beberapa contoh rincian risiko proyek yang
kemungkian akan terjadi.
Tabel. 5.1. Beberapa Contoh Rincian Risiko Proyek Konstruksi
Konsep Sumber Komponen Risiko Indikator
risiko (Item risiko)
Risiko Eksternal Perubahan Kenaikan harga BBM
tidak kebijakan/peraturan Perubahan peraturan dari pemerintah
dapat pemerintah (pajak, ketenagakerjaan)
diprediksi Devaluasi
Iklim politik negara yang buruk
Banjir
Acts of God dan Gempa bumi
natural hazard Angin ribut
Letusan gunung berapi
Tsunami
Disambar petir
Tanah longsor
Erosi
Muka air sungai terlalu tinggi
Kondisi cuaca yang tidak baik (sering
terjadi hujan, hujan sangat deras, musim
hujan berkepanjangan)
Penurunan muka air tanah
Kejatuhan pesawat terbang

151
Eksternal Kondisi Depresiasi nilai tukar mata uang
dapat perkonomian Perubahan suku bungan pinjaman
diprediksi negara yang kurang Kenaikan harga setempat untuk material,
baik sewa peralatan, upah tenaga kerja
Masalah dalam Kesulitan mendapatkan material dan
penyediaan peralatan
sumberdaya Perubahan suku bungan pinjaman
(material, tenaga Kenaikan harga setempat untuk material,
kerja, alat) sewa peralatan, upah tenaga kerja
Kondisi owner yang Pendanaan proyek dari pihak owner yang
kurang mendukung tidak stabil, tidak kuat, tidak cukup
Owner kurang terlibat pada proyek
(perhatian yang rendah)
Keterlambatan pembayaran oleh owner
Birokrasi owner yang rumit
Tuntutan owner untuk mempercepat
penyelesaian proyek/suatu pekerjaan
dilapangan
Pemutusan kontrak sepihak oleh owner
Kontraktor terlambat memulai
proyek/pekerjaan karena kesalahan owner
Pemutuasan kontrak sepihak oleh owner
Proyek dihentikan oleh owner
Kondisi perusahaan Alokasi dana mingguan dari cabang ke
/cabang yang proyek yang tidak lancar
kurang baik (terlambat/kurang)
Rendahnya dukungan/ perhatian pimpinan
perusahaan/cabang
Kondisi politis perusahaan yang buruk
Kebangkrutan perusahaan
Dikeluarkannya perusahaan dari anggota
daftar rekanan mampu (DRM)
Perubahan prosedur/kebijakan oleh
perusahaan cabang
Retribusi di luar Retribusi/pungutan di luar dugaan
dugaan (galian,air,jalan akses,dll)
Pungutan-pungutan lain yang tidak terduga
dan tidak dapat dihindari
Klaim eskalasi harga dari subkontraktor
Internal Kondisi keuangan Kesalahan estimasi biaya proyek
non-teknis proyek yang buruk Kerugian beruntun (serial losses) akibat
defective material/workmanship
Biaya tambahan untuk kerja lembur dan
pengangkutan cepat/express freight
Kondisi waktu Kesalahan estimasi waktu pelaksanaan
pelaksanaan proyek proyek
yang buruk Kegagalan dalam memulai
proyek/pekerjaan sesuai jadwal

152
K3 Kecelakaan kerja akibat fisik proyek
Kematian akibat kecelakaan kerja
Wabah penyakit berbahaya/menular
Keracunan
Kondisi SDM proyek Kepindahan/tidak berperannya tenaga kerja
yang kurang baik inti /senior
Tenaga kerja tak langsung tingkat atas
(kapro,kabag) yang kurang
kompeten/mampu
Tenaga kerja tak langung tingkat bawah
(staf) yang kurang kompetan/mampu
Produktivitas tenaga kerja yang rendah
Pemogokan dan kerusuhan
Perselisihan tenaga kerja
Keterlambatan dalam melihat masalah
Keterlambatan dalam memecahkan
masalah
Kecurangan, Pembongkaran rahasia proyek oleh pihak
kelalaian, ketidak intern yang merugikan proyek
jujuran Kerusakan/kehilangan dokumen, gambar,
file, surat penting
Ketidak jujuran staf proyek yang merugikan
proyek dari segi financial
Risiko akibat pihak Cross liability (kerugian yang menimpa
ketiga subkontraktor)
Kerugian pihak ketiga (cacat/meninggal &
kerugian materi) akibat kecelakaan kerja
Biaya pembuangan reruntuhan (debris
removal) milik pihak ketiga (subkontraktor)
oleh proyek
Kerusakan alat, Risiko terhadap property yang menjadi
property, fisik milik proyek atau berada di bawah
proyek tanggungannya
Kerusakan peralatan konstruksi proyek,
mesin/plant, perangkat elektrik
Produktivitas peralatan/mesin yang rendah
Transportasi property yang
dipertanggungkan
Kebakaran
Ledakan
Kerusakan tanaman, hutan, benda seni,
dan budaya

153
Internal Tidak dipenuhinya Pengawasan mutu dari pihak
teknis spesifikasi teknis owner/konsultan kurang terkoordinasi
dengan baik
Rework akibat kualitas pekerjaan yang
tidak sesuai spesifikasi
Risiko selama masa pemeliharaan
Risiko pada saat pengetesan komponen
mekanikal dan elektrikal
Akibat dari defective workmanship
Tidak tersedianya/kurangnya tenaga kerja
berkeahlian khusus
Tenaga kerja langsung/lapangan yang
kurang mampu/kapabel
Akibat dari defective material
Hal-hal teknis Perubahan konsep jenis
proyek yang bangunan/konstruksi oleh owner
mengalami Perubahan kecil pada desain (detail) untuk
perubahan dari sebelum konstruksi terbangun
owner Perubahan kecil pada desain (detail) untuk
konstruksi yang telah terbangun
Spesifikasi yang tidak didefinisikan dengan
jelas sehingga menimbulkan perbedaan
interpretasi
Perubahan spesifikasi oleh owner
Perluasan lingkup pekerjaan/penambahan
konstruksi
Gambar kerja yang tidak digambar jelas
Item pekerjaan lump sum yang tidak
rinci/break down dengan jelas sehingga
dapat memperbesar nilainya
Masalah teknologi Kesalahan metode kerja sehingga tidak
metode kosntruksi dapat dikerjakan/kurang baik/kurang
efisien
Proyek dengan teknologi khusus yang
belum dikenal baik
Kesalahan dalam memahami hal-hal teknis
mengenai kontruksi dan metode kerjanya
Keruntuhan struktur/collapse
Kerugian terhadap kesalahan desain item
pekerjaan lain yang tidak mengalami
kesalahan desain
Kinerja subkontraktor yang buruk
Losses penggunaan material
Kesulitan mobilisasi alat dan material

154
Masalah kondisi Differing site conditions (misalnya kondisi
fisik aktual yang tanah/batuan/galian di luar perkiraan)
ditemui dilapangan Kerusakan system dewatering
Cofferdam/tunnel tidak mampu menahan
aliran
Tanggul sungai alam yang tidak stabil
Penurunan, penyusutan, pengembangan
tanah (pada timbunan)
Vibrasi, pergerakan, atau melemahnya
daya dukung tanah (pada timbunan)
Kegagalan pengecoran pasda daerah
batuan atau tanah lunak
Keretakan dan kebocoran
Kerusakan pada pipa/jaringan bawah tanah
yang sudah ada
Legal Masalah kontrak Kegagalan kontraktual/kontrak tidak sah
dan pasal-pasalnya secara hukum
Kontrak dengan pasal-pasal yang tidak
menguntungkan pihak proyek
Pasal-pasal proyek yang kurang lengkap,
tidak jelas, sehingga menimbulkan
perbedaan interpretasi/ambiguity
Perubahan tipe,kondisi,atau peraturan
kontrak
Tuntutan hokum Tuntutan hukum dari pihak ketiga pada
saat masa pelaksanaan
(subkontraktor,supplier,masyarakat,dll)
Risiko bagaimana kontrak kerja yang telah
diserahterimakan
Penyitaan proyek secara resmi/tidak resmi
menurut hukum oleh pihak
berwenang/pemerintah
Perizinan dan Perizinan dan akses yang sulit
pembebasan lahan Proses pembebasan lahan oleh owner yang
lebih lama dan mengeluarkan biaya di luar
perkiraan

6. RISIKO-RISIKO PROYEK DAN PENGARUHNYA TERHADAP SASARAN


PROYEK
Tiap proyek memiliki tujuan khusus di mana dalam mencapainya ada
batasan yang harus dipenuhi, yaitu (1) anggaran proyek yang dialokasikan, berarti
proyek harus dikerjakan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran (2) jadual
pelaksanaan proyek, berarti proyek harus dikerjakan dengan waktu sesuai dengan

155
jadual pelaksanaan dan (3) mutu yang harus dipenuhi, berarti produk proyek yang
dikerjakan harus memenuhi spesifikasi dan kriteria dalam taraf yang
dipersyaratkan. Ketiga hal tersebut sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek
sebagai biaya/anggaran, waktu dan mutu (Soeharto, 2001). Manajemen proyek
dikatakan baik jika sasaran tersebut tercapai (Kerzner, 1995). Sebagaimana telah
dijelaskan, proyek konstruksi merupakan bidang usaha yang berisiko besar. Barrie
& Paulson, (1995) menjelaskan bahwa risiko yang terjadi pada proyek adalah hal-
hal yang jika terjadi dapat berpengaruh buruk pada sasaran proyek yaitu jadwal,
biaya dan spesifikasi. Risiko dapat menjadikan proyek berhenti dan mengalami
keterlambatan, dan juga mengalami cost everrun. Risiko menyebabkan adanya
perubahan yang buruk pada aspek proyek, yaitu estimasi waktu, estimasi biaya
dan teknologi desain.

Berpengaruh Buruk

Gambar 5.20 Resiko Proyek dan Pengaruh pada Sasaran


Bobot potensi risiko proyek didasarkan pada parameter frekuensi terjadinya
risiko dan konsekuensi negatif akibat terjadinya risiko-risiko tersebut terhadap
sasaran proyek. Dengan demikian informasi mengenai risiko-risiko yang potensial
terjadi pada proyek konstruksi perlu didukung dengan informasi mengenai
seberapa besar pengaruh risiko-risiko tersebut terhadap sasaran proyek.
Penetapan level risiko dianalisis melalui yaitu (1) kemungkinan terjadi risiko
yang diukur dari frekuensi kemungkinan kejadiannya dan (2) pengaruh terjadinya
risiko, yang diukur dari dampak akibatnya.

156
a. Kemungkinan/Intensitas Terjadinya Risiko
Kemungkinan terjadi risiko yang diukur dari frekuensi kemungkinan
kejadiannya, dibagi secara kualitatif menjadi lima yaitu:
o Tidak pernah terjadi
o Kemungkinan kecil/jarang terjadi
o Cukup mungkin/kadang-kadang terjadi
o Mungkin/sering terjadi
o Hampir pasti/sangat sering terjadi
Atau secara kuantitatif dengan angka probabilitasnya dalam persen, yaitu:
o Kurang dari 1 %
o 1% sampai 20%
o 21% sampai 49%
o 50% sampai 85%
o lebih dari 85%

b. Pengaruh Terjadinya Risiko


Pengaruh terjadinya risiko, yang diukur dari dampak akibatnya, dibagi secara
kualitatif menjadi lima yaitu:
o Tidak penting/tidak berpengaruh
o Kecil/kurang berpengaruh
o Sedang/cukup berpengaruh
o Besar/berpengaruh
o Fatal/sangat berpengaruh
Sedangkan secara kuantitatif akan diukur berdasarkan pengaruh terhadap
biaya, waktu, mutu. Misalnya untuk pengaruh pada biaya (pengurangan laba)
dapat dikelompokkan menjadi:
o kurang dari 1% laba
o 1% sampai 10% laba
o 11% sampai 50% laba
o 51% sampai 100% laba

157
o lebih besar dari laba
Angka kuantitatif untuk pengaruh dampak risiko tersebut di atas tidak
standar, bergantung pada keputusan manajemen suatu perusahaan. Sedangkan
untuk pengaruh yang lainnya, misalnya terhadap risiko keterlambatan waktu
pelaksanaan, juga berbeda-beda antara manajemen yang satu dengan yang
lainnya. Dengan demikian, ini adalah suatu bukti bahwa risiko sifatnya spesifik,
sangat bergantung pada siapa yang memandang.

158
8. RANGKUMAN

Risiko (risk) aslinya berasal dari kata bahasa prancis “risqué” dan mulai
digunakan di Inggris sekitar tahun 1830 dalam kegiatan transaksi asuransi.
erszner (1995) mengatakan :risk is a measure of the probability and consequence
of not achieving a defined project goal. (risiko adalah suatu ukuran terhadap
kemungkinan dan akibat dari tidak tercapainya tujuan proyek yang telah
ditetapkan). Secara konseptual risiko dapat didefinisikan sebagai fungsi dari
ketidak tentuan (uncertainly) dan bahaya (damage)

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko adalah


proses merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber
daya perusahaan untuk mengatasi risiko yang terjadi. Menurut PMBOK (2004)
manajemen risiko meliputi proses (langkah-langkah) yang terkait usaha
pelaksanaan perencanaan manajemen risiko, identifikasi, tanggapan, dan
monitoring serta pengawasan pada suatu proyek. Menurut PMI (2004) proses
manajemen risiko meliputi enam tahap kegiatan yaitu: (1) Perencanaan manajemen
risiko (risk management planning), (2) Identifikasi risiko (risk identification), (3)
Analisis kualitatif risiko (qualitative risk analysis), (4) Analisis kuantitatif risiko
(quantitative risk analysis), (5) Rencana tanggapan risiko (risk response planning),
dan (6) Pengawasan dan monitor risiko (risk monitoring and control.
Dalam konteks bisnis yang sederhana risiko dapat dibagi menjadi dua yaitu: (l)
Risiko bisnis/spekulatif (business risk): terkait dengan adanya peluang untung dan
rugi. Termasuk dalam jenis ini adalah: cuaca buruk, inflasi, resesi, klaim konsumen
dan sejenisnya, dan (2) Risiko spekulatif adalah risiko yang jika diambil dapat
memberikan dua kemungkinan yaitu rugi atau untung. PMI mengkategorikan risiko
menjadi lima yaitu: (l) Risiko eksternal tidak dapat diprediksi ( external-
unpredictable), (2) Risiko eksternal dapat diprediksi (external predictable), (3) Risko
internal/non teknis (internal/nontechnical), (4) Risko teknik (technical) dan (5)
Risiko legal (legal ). Apa yang akan dilakukan jika risiko benar-benar terjadi? Proses
ini disebut dengan mengembangkan kontigensi. Ada tiga strategi penanganan
utama yang dipakai dalam rencana kontigensi yaitu (l)Mengiliminasi risiko, (2)
Mengurangi risiko, dan (3) Menerima risko

159
TUGAS
1. Seberapa penting pengendalian resiko pada proyek konstruksi?
2. Masalah-masalah apakah yang perlu diperhatikan dalam pengendalian resiko
pada produksi beton?
3. Bagaimana bisa manajemen resiko yang buruk dapat berpengaruh pada biaya,
mutu, dan waktu. Jelaskan! Serta bagaimana cara mengatasinya? beri contoh
4. Bila implementasi fisik proyek telah diserahkan kepada kontraktor, misalnya
dalam suatu kontrak lumpsum, terangkan sejauh mana pihak pemilik
memantau/mengendalikan proyek dalam aspek manajemen resiko!
5. Akan dibangun sebuah perkantoran dengan tinggi bangunan mencapai 10
lantai di kota Bandung, dimana kota tersebut masuk zona rawan gempa, serta
daerah proyek dekat dengan bandara. Langkah apakah yang akan anda
lakukan untuk meminimalisir resiko yang dapat terjadi saat pelaksaan proyek
hingga proyek dalam masa uji coba.
6. Sebuah proyek berada jauh dari kota. pada saat pengecoran proyek tersebut
menggunakan redy mix beton. Karena letak proyek yang cukup jauh dari kota,
ketika molen yang berisi redymix datang ternyata campuran agregat sudah
mulai mengering. Tindakan apa yang akan anda lakukan sebagai PM. Dan
bagaimana solusinya?
7. Bagaimana keberhasilan pengendalian resiko proyek diukur?
8. Bagaimana cara menanggulangi resiko pada proyek apabila pembangunan
proyek berada pada tanah yang memiliki penurunan yang tinggi?
9. Jika saat kita melakukan pengecoran ternyata terjadi hujan lebat, dimana
semua campuran sudah di tuang apa yang akan anda lakukan?
10. Bagaimana cara menanggulangi resiko yang disebabkan oleh alam?

160

Anda mungkin juga menyukai