Panduan Umum Penggunaan AB
Panduan Umum Penggunaan AB
PANDUAN UMUM
PENGGUNAAN
ANTIMIKROBA
RSSA JAYA
RSSA LUAR BIASA
BUDAYA MUTU
"Kita Peduli"
Website: www.rsusaifulanwar.jatimprov.go.id
KEPUTUSAN
DIREKTUR RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
NOMOR : ob.> I llbti I 302 I 2016
TENTANG
PANDUAN UMUM PENGGUNMN ANTIMIKROBA (PPA)
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
6.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02 /
MENKES / 068 / I I
2010 tentang
Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Pemerintah;
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Ditetapkan di
MALANG
Pada tanggal
2 8 JUN 20161
DIREKTUR RSUD
r. SAIFUL ANWAR MALANG
dr. RE
IA TJAHJANI M.Kes
Pembina
Utama Madya
NIP.
19590829 1987032 002
kesehatan.
(PPA) di Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar Malang sebagai salah satu
upaya untuk
memberikan informasi dan panduan bagi para praktisi dan pemegang kebijakan di
rumah sakit
baiknya. Akhirnya kami menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada semua pihak
atas
KATA PENGANTAR
Panduan Pemberian Antimikroba (PPA) adalah acuan bagi seluruh petugas yang
terkait
Antibiotika.
Kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi di dalam
penyusunan
panduan ini, kami menyampaikan terima kasih atas saran dan kritik yang sangat kami
harapkan
Hal
1.3
Definisi...........................................................................
............................. 2
Antibiotika…..……………………………………………………………
4
3.2 Penggolongan
Antibiotika........................................................................
.. 17
3.3 Penggunaan
Antibiotika.................................................................. .....
....... 26
3.3.1 Hipersensitivitas
Antibiotika......................................................................
26
3.4 Penggunaan
Antijamur..........................................................................
..... 32
3.5 Penggunaan
Antivirus..........................................................................
....... 41
4.1.1 Batasan……………………………………………………………….......
52
4.2.2
Tujuan.............................................................................
............................ 52
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..
59
DAFTAR TABEL
Farmakodinamik……………………………………………………………………
15
DAFTAR GAMBAR
Farmakodinamik ………………………………………………….………………
16
BAB 1
PENDAHULUAN
terutama di negara berkembang. Obat yang digunakan secara luas untuk mengatasi
masalah
masalah kesehatan maupun masalah pengeluaran yang tinggi. Masalah kesehatan yang
dapat
ESBL (Extended Strain Beta Lactamase), dsb. Kesulitan penanganan akibat resistensi
bakteri
antiparasit lebih jarang digunakan tetapi tetap perlu dibuat pedoman penggunaannya
dengan
baik.
1.2 Tujuan
bijak.
kerja antimikroba
CMV : Cytomegalovirus
G PD :
6 Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase
PD : Pharmacodynamic
PK : Pharmacokinetic
BAB II
2 cara, yaitu:
lain.
(universal precaution).
sangat diperlukan untuk menetapkan jenis dan dosis antibiotika secara tepat.
Agar
c. Antibiotika harus tetap berada pada tempat ikatannya untuk waktu yang
cukup
d. Kadar hambat minimal. Kadar ini menggambarkan jumlah minimal obat yang
farmakokinetiknya, yaitu;
kesembuhan. Pada kelompok ini kadar antibiotika dalam darah di atas KHM
melampaui KHM maka semakin tinggi pula daya bunuhnya terhadap bakteri.
Ini mengandung arti bahwa rejimen dosis yang dipilih haruslah memiliki
kadar
dalam serum atau jaringan 10 kali lebih tinggi dari KHM. Jika gagal
mencapai
resistensi.
makanan dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan. Efek dari interaksi
yang
digoksin akan meningkatkan efek toksik dari digoksin yang bisa fatal bagi
pasien.
Data interaksi obat antibiotika dapat dilihat pada leaflet obat antibiotika
sebelum
digunakan.
4. Faktor Biaya
Antibiotika yang tersedia di Indonesia bisa dalam bentuk obat generik, obat
merek
generiknya. Apalagi untuk sediaan parenteral yang bisa 1000 kali lebih mahal
dari
BAB III
terhadap antibiotika.
langkah berikut:
secara bijak.
masyarakat.
c. Indikasi
3) Ketersediaan antibiotika.
terinfeksi.
d. Rute pemberian
e. Lama pemberian
pasien serta data penunjang lainnya (IFIC., 2010; Tim PPRA Kemenkes RI.,
2010).
- Membaik 0 Evaluasi
Diagnosis dan Terapi
- Tetap/Memburuk 0 Evaluasi
Diagnosis dan Terapi
c. Indikasi
2) Sensitivitas.
3) Biaya.
terkini.
e. Rute pemberian
2010).
tanda infeksi dengan tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi.
Diharapkan
dan PPA.
bersangkutan (EMPIRIS).
c. Toksisitas rendah.
e. Bersifat bakterisidal.
f. Harga terjangkau.
4. Rute pemberian
5. Waktu pemberian
6. Dosis pemberian
Untuk menjamin kadar puncak yang tinggi serta dapat
berdifusi dalam jaringan
dengan baik, maka diperlukan antibiotika dengan dosis yang cukup tinggi.
Pada
jari ngan target operasi kadar antibiotika harus mencapai kadar hambat
minimal 2
7. Lama pemberian
ditemukan.
Operasi Operasi yang membuka saluran cerna,
Kelas operasi kontaminasi
Kontaminasi saluran empedu, saluran kemih, saluran napas
memerlukan antibiotika terapi
sampai orofaring, saluran reproduksi kecuali
(bukan profilaksis).
ovarium atau operasi yang tanpa pencemaran
nyata (Gross Spillage).
Operasi Kotor Adalah operasi pada perforasi saluran cerna,
Kelas operasi kotor
saluran urogenital atau saluran napas yang
memerlukan antibiotika
terinfeksi ataupun operasi yang melibatkan
terapi.
daerahyang purulen (inflamasi bakterial).
Dapat pula operasi pada luka terbuka lebih
Indeks
Ratio
Kelas Operasi
0
1 2
Bersih 1,0%
2,3% 5,4%
Bersih-Kontaminasi 2,1%
4,0% 9,5%
Kontaminasi/Kotor 3,4%
6,8% 13,2%
kejadian ILO.
e. Indeks Risiko
f. Pemasangan implan
IDO.
mengatasi infeksi.
2008):
4. Hal-hal yang perlu perhatian (Bruton et. Al,; Cunha, BA., 2010):
superaditif.
yang baik untuk potensi suatu antibiotika, KHM tidak menunjukkan apa-apa
tentang
(Cmin), dan area under curve (AUC) pada kurva kadar serum
vs waktu. Walaupun
kadar, semakin ekstensif dan cepat tingkat bakterisidalnya. Karena itu, rasio
AUC 24
sangat bervariasi.
ditentukan oleh rasio AUC 24 jam/KHM. Untuk Vancomycin, diperlukan rasio AUC
dengan respon imun yang dimiliki, tetapi bila bakteri berkembang biak lebih cepat
daripada
aktivitas respon imun tersebut maka akan terjadi penyakit infeksi yang disertai
dengan tanda-
tanda inflamasi. Terapi yang tepat harus mampu mencegah berkembangbiaknya bakteri
lebih
lanjut tanpa membahayakan host. Antibiotika adalah obat yang digunakan untuk
mengatasi
a. Antibiotika Beta-lactam
1) Penicillin
Golongan Contoh
Aktivitas
penicillin G.
Aminopenicillin
Penicillin Anti-pseudomonas
IM = intramuskuler; IV = intravena
2) Cephalosporin
generasinya.
Generasi Contoh
Aktivitas
Cara Waktu
Ekskresi Penyesuaian Dosis
Obat
Pemberian Paruh (jam) Ginjal
(%) pada Gagal ginjal
Generasi I
Generasi II
Generasi III
Carbapenem
Monobactam
Generasi IV
Contoh: aztreonam.
ganokokus.
serebrospinal.
4) Carbapenem
Efek samping: paling sering adalah mual dan muntah, dan kejang pada
dosis
tinggi yang diberi pada pasien dengan lesi SSP atau dengan insufisiensi
ginjal.
5) Inhibitor beta-lactamase
ginjal.
b. Bacitracin
c. Vancomycin
a. Aminoglycoside
Obat ini mempunyai indeks terapi semput, dengan toksisitas serius pada
ginjal dan
Streptomycin 2-3 25
50
Neomycin 3 5-10
10
Diadaptasi dengan izin dari buku Fakta dan Perbandingan Obat. St. Louis
Lippincott, 1985:1372.
b. Tetracycline
golongan ini mempunyai spektrum luas dan dapat menghambat berbagai bakteri
spesies mikobakteria.
c. Chloramphenicol
ribosom 50S.
Efek samping : suspresi sumsum tulang, grey baby syndrome , neuritis optik
pada
H. Pylori .
pada pemberian oral, obat ini dibuat dalam sediaan salut enterik.
Erythromycin
lebih besar daripada obat induk. Sekitar 30% obat disekresi melalui
urin, dan
kali sehari.
sama.
mual, nyeri abdomen dan muntah. Efek samping yang lebih jarang termasuk
sakit kepala, ruam, nilai fungsi hati yang tidak normal
dan gangguan pada
e. Clindamyicin
f. Mupirocin
beberapa Gram-negatif.
Tersedia dalam bentuk krim atau salep 2% untuk penggunaan di kulit (lesi
kulit
pertama tidak dapat digunakan. Obat ini tidak efektif untuk infeksi Gonore
faring.
Efek samping: nyeri lokal, urtikaria, demam, pusing, mual, dan insomnia.
Folat
Carinii.
a. Quinolone
1) Nalidixic acid
2) Fluoroquinolone
b. Nitrofuran
Absorpsi melalui saluran cerna 94% dan tidak berubah dengan adanya
makanan.
timbul 1-3 minggu setelah pemberian obat pertama kali, bila sudah
pernah reaksi
Pencegahan Anafilaksis :
obat sebelumnya dan uji kulit (khusus untuk penicillin). Uji kulit
tempel (patcht
test) dapat menentukan reaksi tipe I dan obat yang diberi topikal
(tipe IV).
Disamping itu untuk reaksi tipe II dapat digunakan test Coombs indirek
dan untuk
reaksi tipe III dapat diketahui dengan adanya IgG atau IgM terhadap
obat.
d. Penderita perlu menunggu 20 menit setelah mendapat terapi parenteral
antibiotika
perwatan/IGD/kamar operasi.
b. Pada wanita yang aktif secara seksual, kejadian infeksi ini juga
tinggi, sehingga
asendens.
korban sulit.
Untuk anak dan ibu hamil dapat dilihat dalam PPA SMF.
ruangan.
sudah ditemtukan/disepakati.
2009):
3) Kesadaran baik.
kriteria berikut:
2005; Koda Kimble, 2009; Pedoman MESO Nasional; Lacy, 2010; WHO,
2004):
pasien.
tertentu.
counseling).
pasien yang dirawat di rumah sakit. Terdeteksinya jamur pada sediaan mikrobiologi
sering dianggap
berat dan fatal terjadi pada infeksi jamur sistemik. Infeksi jamur
sistemik merupakan masalah
kesehatan besar di berbagai negara di dunia saat ini dan lebih sering terjadi pada
kasus defisiensi imun
kondisi defisiensi imun lainnya) atau pasien yang lama dirawat di rumah sakit.
Secara teoritis semua
jamur memiliki peluang untuk menyebabkan infeksi sistemik, tetapi terdapat beberapa
spesies yang
Obat antifungi yang tersedia saat ini bertujuan untuk eradikasi spesies-
spesies tersebut, tetapi
Secara umum jamur terdapat dalam bentuk tidak aktif (vegetatif atau
kolonisasi) pada
permukaan tubuh (kulit dan mukosa) dan di lingkungan. Invasi jamur sampai
menimbulkan
penyakit tergantung pada jenis jamur, virulensi, jumlah jamur, dan daya tahan
tubuh inang.
pada permukaan kulit dan mukosa lain. Candida spp menjadi penyakit dan invasif
tergantung
pada virulensi spesies, imunitas inang (host), dan jumlah dari koloni jamur.
Flora normal lain
penyakit lain yang mendasari NKC serta makrofag yang tidak berfungsi
dengan baik akibat
5
Respir Rev.2011;20:156-174)
paling utama. Jamur mucor dapat berkolonisasi pada mukosa nasofaring dan
sinus paranasalis
pada inang defisiensi imun.6
organ. Gejala klinis spesifik yang terjadi tergantung pada organ yang
terkena. Bila Candida
kuman gram positif dan negatif pada anak dengan kanker; terutama kasus
dengan netropenia
3 4
ANC < 100 per mm . Faktor risiko lain adalah pemakaian obat-
obatan yang mempengaruhi
pnemoni.
jamur lain juga dapat menyebabkan fungemia dengan gejala klinis utama
yaitu demam dan
Gambaran darah tepi tidak khas pada fungemia atau dalam hal ini
adalah candidemia,
tetapi darah tepi yang menunjukkan lekopenia berat dengan ANC sangat
rendah < 100 /cmm
tersebut.
yaitu rusaknya barrier kulit atau mukosa dan perubahan sistem imun lokal
(imunologi mukosa
3. Antifungi
yang terpenting dan tersering timbul yaitu candida dan aspergillus. Pada
umumnya 1 antifungi
yang benar karena antifungi memiliki efek samping yang sering justru
berbahaya, disamping
Penggunaan
Penetrasi
Antifungi Dosis pada Efek samping
Indikasi
jaringan
pediatrik
Amphotericin B 0.25 mg/kgBB Antifungi Demam,
Kandidosis Serum neonatus
(dosis awal) spektrum luas menggigil,
invasif, mucor, 50%
0.5– 1.5 mg/ terapi spastisitas
Aspergillosis
kgBB IV empiris curiga terkait dg
jamur invasif proses selama
pada kasus pemberian.
Humor aqueus
febrile
25%
netropenia
CSF 3%
Nefrotoksik
(bentuk
Bentuk
liposomal lebih
amphotericin B
tidak
liposomal
nefrotoksik)
memiliki
penetrasi lebih
tinggi
IV: 3 – 6 mg/kg
BB single dose;
sd 12 mg /kg
BB/hari pada
infeksi serius
Chronic
pasien
pulmonary
transplantasi
histoplasmosis
Profilaksis
transplantasi
IV: 6-8
Resistensi
mg/kgBB tiap 12
terapi
jam untuk 1 hari
antifungi pada
7 mg/kgBB
Scedosporium,
tiap 12 jam
Angiospermu
m, dan
Fusarium. Spp
Penetrasi ke
CSF rendah
tetapi cukup
memberikan
efek terapetik
2
Caspofungin IV : 70 mg/m Candidosis Hepatotoksik
Invasif Penetrasi
loading dose invasif dan
candidosis, jaringan baik
50 mg/m2 sekali empiris pada Demam
candidemia
sehari febrile
netropenia Nyeri kepala
Ruam
Aspergilosis
invasif yang
Gejala
resisten
gastrointestinal
terhadap azole
Anemia
Empiris untuk
febrile
netropenia
Nyeri kepala
Mual
Vomit
Ruam
tulang
a. Histoplasmosis
bila gejala muncul dapat diberikan itrakonazol 200 mg per hari selama 6-12
minggu. Pada
diberikan bagi histoplasmosis pulmoner kronik. Itrakonazol 200 mg satu atau dua
kali sehari
imunokompromis dengan infeksi sedang hingga berat harus diberi amfoterisin B 0.7- 1
mg/kg
per hari. Kebanyakan pasien dapat diterskan oral itrakonazol begitu telah membaik.
b. Koksidiodomikosis
untuk tindakan supresi infeksi jangka panjang dan harus dilanjutkan selama beberapa
tahun.
Reseksi lesi pulmoner yang progesif kronik merupakan tindakan pelengkap kemoterapi
kalau
infeksi hanya terbatas pada paru dan pada satu lobus. Kavitas berdinding tipis yang
tunggal
c. Kandidiasis
kulit dan iritasi dengan pemakaian preparat antifungal yang dioleskan secara
topikal dalam
dalam bentuk krem atau lotion. Vulvovaginitis Candida memberikan respons yang lebih
baik
topikal, tetapi potensi preparat tersebut untuk menimbulkan efek merugikan yang
lebih besar.
dengan dosis 200 hingga 400 mg per hari juga berkhasiat untuk
esofagitis Candida tapi
banyak pasien yang kurang dapat menyerap obat tersebut dengan baik karena
mendapatkan
preparat antagonis reseptor H-2 atau karena menderita penyakit AIDS. Pada pasien
penyakit
AIDS, flukonazol dengan dosis 100 hingga 200 mg per hari merupakan preparat yang
paling
pemberian amfoterisin B intravena dengan dosis 0,3 mg/kg BB per hari selama 5
hingga 10
tindakan irigasi dengan larutan amfoterisin B, 50 g/mL, selama 5 hari. Jika tidak
ada kateter
pilihan pada kandidiasis diseminata, dosis 0,4 hingga 0,5 mg/kg BB per hari.
Candida yang
diisolasi dari pemeriksaan kultur darah yang diambil dengan benar harus dianggap
signifikan;
amfoterisi B intravena untuk mengatasi infeksi yang akut dan mencegah sekuele
lanjut. Pada
selama 2 minggu sering sudah memadai. Pemeriksaan funduskopi lewat pupil yang
dilatasi
permanen terjadi.
terhadap resipien cangkok sumsum tulang, terapi profilaksis setiap hari dengan
flukonazol,
Bidang terapi antivirus (baik dari segi jumlah obat antivirus maupun
pemahaman kita
kemajuan signifikan telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir dengan ditemukannya
obat
penggunaan klinis.
mengukur konsentrasi virus dalam darah (viral load) dan secara langsung dapat
menilai efek
antivirus dari regimen obat yang diberikan pada host. Pengukuran viral load
telah berguna
identifikasi pasien yang mana yang paling bermanfaat untuk diberikan pengobatan
antivirus.
konsentrasi terhadap efikasi obat, tampaknya lambat tetapi juga mulai berkembang.
Namun,
harus didampingi oleh kewaspadaan terhadap efek samping yang tak terduga.
a. Avian Influenza
imunomodulators.
antibiotikjika adaindikasi.
indikasi.
b. Influenza
sekunder. Zanamivir dapat diberikan lokal secara inhalasi, makin cepat obat
diberikan makin
baik. Untuk kasus dengan komplikasi yang sebelumnya mungkin menderita bronkitis
kronik,
diatasi dengan antibiotik yang tahan betalaktamase dan kortikosteroid dalam dosis
tinggi.
Kematian karena flu burung yang menjangkiti manusia 60% di China dan
mencapai
paru. Kematian karena terjangkit flu babi rendah terutama meliputi mereka dengan
penyakit
paru atau jantung kronik atau usia yang rentan seperti anak dan lansia.
I. Suspek SARS
Keadaan umum
Kesadaran
b. Terapi suportif
a. Terapi suportif
b. Antibiotik
ATAU
generasi baru
ATAU
Gatifloxacin
B. Berat
a. Terapi suportif
b. Antibiotik
ATAU
fluoroquinolone respirasi
Keterangan :
Bronkiektasis
Gizi kurang
4. Herpes Simpleks
gejala seperti eritema, vesikel yang berisi cairan, ulkus atau bekas
ulkus, dengan cara
pada infeksi HSV-1 dan HSV-2, yang tersedia dalam bentuk intravena, oral, dan
topikal.
telah terbukti efektif dalam memperpendek durasi gejala dan lesi mukokutan infeksi
HSV-1
selama kemoterapi induksi atau pada periode segera setelah sumsum tulang atau
transplantasi
organ padat. Asiklovir intravena (30 mg/kg perhari, diberikan sebagai infus 10-
mg/kg lebih
dari 1 jam dalam 8-jam interval) efektif dalam mengurangi tingkat kematian dan
morbiditas
HSV1 ensefalitis. Inisiasi awal terapi merupakan faktor penting dalam hasil. Efek
samping
kristalisasi senyawa dalam parenkim ginjal. Reaksi yang merugikan ini dapat
dihindari jika
imunokompromais) 5 kali selama 5 hari. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel
berikut :
Lama
Virus penyebab Rekomendasi Dewasa Interval
Keterangan
pemberian
Herpes simplex tiap 5 jam
Asiklovir 200 mg 5-
10 hari
virus non genital (5x/hari)
tiap 5 jam
Herpes labialis Asiklovir 5% topikal 5
hari
(5x/hari)
tiap 5 jam
Keratitis HSV Asiklovir 3% zalf 14
hari
(5x/hari)
mungkin jangka
panjang jika
Herpes simplex i.v: 5-10
diperlukan bila
Asiklovir 8 jam 7-
21 hari
encephalitis mg/kgbb
ensefalitis
rekuren
tiap 5 jam
1.Asiklovir p.o : 200 mg 5-
10 hari
Herpes simplex (5x/hari)
genetalia (awal) 2.
p.o : 500 mg 12 jam 5-
10 hari
Valasiklovir
seperti HSV
Herpes simplex
genital awal
genetalia (rekuren
atau
episode)
Famsiklovir p.o : 125 mg 12 jam 5
hari
Asiklovir p.o : 200 mg 8 jam > 6
bulan
Herpes simplex
Asiklovir p.o : 400 mg 12 jam > 6
bulan
genetalia (mencegah
Valasiklovir p.o : 500 mg 12-24 jam > 6
bulan
rekurensi)
Famsiklovir p.o : 250 mg 12 jam > 6
bulan
dapat dihindari dengan perawatan kulit yang baik, terutama dengan memotong kuku.
Pruritus
Pemberian aspirin untuk anak-anak dengan cacar air harus dihindari karena hubungan
antara
valacyclovir (1 gram 3 kali sehari), atau famciclovir (250 mg 3 kali sehari) selama
5-7 hari
mungkin bermanfaat untuk anak <12 tahun jika diberikan di awal penyakit (<24 jam)
dengan
baik dengan terapi antiviral oral, yang dibuktikan dengan penyembuhan yang cepat
dari lesi
dan resolusi nyeri terkait zoster dengan penggunaan acyclovir, valacyclovir, atau
famciclovir.
resolusi nyeri zoster lebih cepat daripada asiklovir. Dosisnya adalah 1 gram per
oral tiga kali
Pasien dengan zoster oftalmikus harus dirujuk segera ke dokter mata. Terapi untuk
kondisi ini
penghentian obat analgesik. Dosis prednisone secara oral adalah 60 mg perhari pada
hari 1 -7,
30 mg perhari pada hari 8-14, dan 15 mg perhari pada hari 15-21. Regimen ini hanya
cocok
untuk orang tua yang relatif sehat yang datang dengan nyeri sedang atau berat.
Pasien dengan
6. Cytomegalovirus
intraseluler oleh phosphotransferase virus yang dikodekan oleh gen CMV UL97,
gansiklovir
menunjukkan tingkat respons 70-90% pada pasien dengan AIDS yang diberikan
gansiklovir
untuk pengobatan CMV retinitis atau kolitis. Pada infeksi berat (misalnya CMV
pneumonia
jumlah sel T CD4+ yang ma sih rendah dan penyakit CMV, kekambuhan klinis dan
virologis
berhubungan dengan mutasi pada gen CMV UL97 (atau yang jarang, gen UL54).
menjadi gansiklovir di saluran cerna dan hati. Sekitar 60-70% dari dosis oral
valgansiklovir
14 sampai 21 hari (5 mg/kg IV dua kali sehari untuk gansiklovir atau 900 mg PO dua
kali
pasien dengan AIDS yang, saat menerima terapi antiretroviral, memiliki peningkatan
jumlah
perlindungan lokal yang baik, penyakit mata kontralateral dan penyakit yang telah
menyebar
luas tidak terpengaruh, dan ablasi retina di awal mungkin
terjadi. Kombinasi terapi
intraokular dan sistemik mungkin lebih baik daripada implan intraokular saja.
induksi yang disetujui adalah 60 mg/kg setiap jam 8 selama 2 minggu, walaupun 90
mg/kg
setiap 12 jam sama efektifnya dan tidak lebih beracun. Infus pemeliharaan harus
diberikan
90-120 mg/kg sekali sehari. Tidak ada preparat oral yang tersedia. Virus
resisten foscarnet
mungkin muncul bila terapi dilakukan dalam jangka panjang. Obat ini digunakan lebih
sering
BAB IV
DOKUMENTASI
4.1.1 Batasan
4.1.2 Tujuan
sakit yang diukur secara retrospektif dan prospektif dan melalui studi
validasi.
rumah sakit.
Jumlah DDD =
( Jumlah Kemasan x Jumlah Tablet per Kemasan x Jumlah Gram per
Tablet x 100 )
DDD Antibiotik dalam Gram
Perhitungan Denominator :
TAHUN : .......................
Ringkasan :
Mengetahui,
Malang,....................................................
Direktur Ketua
a. Strategi utama
b. Strategi pendukung
secara
individual
Bantuan Penggunaan teknologi 1. Komite antibiotika 1.
Data penting Investasi yang
teknologi informasi untuk membuat aturan-
yang cukup mahal.
informasi menerapkan strategi aturan yang
diperlukan
yang sudah dimasukkan ke
dapat mudah
dilaksanakan sistim komputer.
diperoleh
2. Personel yang 2.
Dapat
memberikan
membantu
persetujuan
strategi
penggunaan
lainnya.
antibiotika
(reviewer).
3. Programmer
computer
Streamlining Setelah tersedia hasil Tersedia laboratorium 1.
Biaya lebih Tidak semua
atau terapi pemeriksaan mikrobiologi yang
murah fasilitas kesehatan
ekskalasi mikrobiologi dan test memadai 2.
Mencegah tersedia
kepekaan terapi empiris
selection laboratorium
antibiotika diubah
pressure mikrobiologi
menjadi:
1. lebih sensitif
2. spektrum sempit
3. lebih aman
4. lebih murah
Daftar Pustaka
2. Bruckner DA, Kokkinos HM. Classification of fungi. In: Feigin RD, Cherry JD,
Demmler-
Harrison GJ. Kaplan SL. Feigin and Cherry’s Textbook of Pediatric Infectious
Diseases. Eds.
6th ed. 2009: 2715-7.
J.2002;19:151-7.
JPIDS;2012:26-34.
Rev.2011;20:156-74.
update.JAC.1999;43:321-31.
mycology.2014;52:555-64.
13. Rex JH, Walsh TJ, Nettleman M, Anaissie EJ, Bennet JE, Bow EJ. et al. Need for
alternative
CID.2001;33:95-106.
14. Freifeld AG, Bow EJ, Sepkowitz KA, Boeckh MJ, Ito JI, Mullen CA, et al.
Clinical practice
15. Eschenauer GA, Carver PL, Lin SW, Klinker KP, Chen YC, Potoski BA, et al.
Fluconazole
Antimicrob Chemother.2013;68:922-6.
16. Pappas PG, Kaufmann CA, Andes D, Benjamin DK, Calandra TF, Edwards JE. et al.
Clinical
17. Estrella MC. Combinations of antifungal agents in therapy-what value are they?
JAC;54:854-
69.
18. Bizerra FC, Ortigoza CJ, Souza AC, Breda GL, Telles FQ, Perlin DS,
Colombo AL.