Anda di halaman 1dari 14

Makalah Manajemen Operasional

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini, membuat persaingan semakin
ketat antar perusahaan yang ada di dunia. Segala upaya dilakukan untuk menjadi yang
terbaik. Manajemen yang baik menjadi kunci kesuksesan dunia industri saat ini baik itu
manajemen produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan keuangan. Manajemen
operasional merupakan satu fungsi manajemen yang sangat penting bagi sebuah organisasi
atau perusahaan. Bidang ini berkembang sangat pesat terutama dengan lahirnya inovasi dan
teknologi baru yang diterapkan dalam praktik bisnis. Oleh karena itu banyak perusahaan yang
sudah melirik dan menjadikan aspek-aspek dalam manajemen operasi sebagai salah satu
senjata strategis untuk bersaing dan mengungguli kompetitornya. Dalam kewirausahaan,
manajemen operasi pun diperlukan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan perubahan atau
inovasi produk untuk menjadi lebih baik lagi. Seiring perkembangan industri yang semakin
maju perusahaan juga dituntut untuk memberikan kualitas yang terbaik baik dalam produk
maupun jasa yang dihasilkan tetapi tidak melupakan dampak lingkungan yang terjadi dari
segala aktivitas perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Penamaan Manajemen Operasional?
2. Apakah pengertian manajemen operasional itu?
3. Bagaimana penerapan operasi dan penentuan lokasi dalam kegiatan produksi?
4. Bagaimana ruang lingkup manajemen operasional?
5. Apa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Operasional Organisasi
atau Perusahaan?
6. Fungsi Manajemen Operasional Dalam Organisasi/Perusahaan?
7. Bagaimana struktur manajemen operasional?
8. Bagaimana langkah – langkah manajemen operasional?
9. Bagaimana strategi manajemen operasional?
C. Tujuan
1. Mengetahui Perkembangan Penamaan Manajemen Operasional.
2. Mengetahui pengertian dari manajemen operasional.
3. Mengetahui penerapan operasi dan penentuan lokasi dalam kegiatan produksi.
4. Mengetahui bagaimana ruang lingkup manajemen operasional.
5. Mengetahui faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Operasional Organisasi
atau Perusahaan.
6. Mengetahui fungsi Manajemen Operasional Dalam Organisasi/Perusahaan
Mengetahui struktur manajemen opeasional.
7. Mengetahui struktur manajemen operasional.
8. Mengetahui langkah – langkah manajemen operasional.
9. Mengetahui strategi manajemen operasional.

D. Manfaat
Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan mampu mengetahui apa itu
manajemen operasional, penerapan operasi dan penentuan lokasi dalam kegiatan produksi,
ruang lingkup, struktur, dan strategi manajemen operasional yang berperan dalam pencapaian
tujuan organisasi perusahaan.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Perkembangan Penamaan Manajemen Operasional
Manajemen Operasional memiliki tiga tahapan perkembangan teoretik dan setiap pase
perkembangan dimaksud memiliki nama yang khas. Pada mulanya bernama Manajemen
Pabrik (Manufacturing Management), kemudian menjadi Manajemen Produksi (Production
Management) dan terakhir bernama Manajemen Operasional (Operations Management).
1. Manajemen Pabrik
Menurut Adam dan Ebert (1992) manajemen pabrik lahir bersamaan dengan lahirnya
revolusi industri di Inggris sekitar tahun 1785 dan dipicu oleh pemikiran Adam Smith,
terutama tentang spesialisasi (asas pembagian kerja) dan efisiensi ekonomi. Manajemen
Pabrik diperlukan karena revolusi industri telah menggeser teknik pengolahan manual atau
kerja tangan (hand-making production system) menjadi kerja mesin (machine-made
production system).
Pemakaian mesin uap di pabrik yang ada di Inggris pada waktu itu (pada mulanya di pabrik
tekstil) telah melahirkan perubahan :
a. Mengganti proses kerja tangan dengan kerja mekanik (memakai mesin).
b. Mengubah sistem produksi pesanan menjadi produksi massa untuk memenuhi permintaan
pasar yang luas,
c. Perubahan lokasi produksi dari rumah tangga (home industry) ke perusahaan pabrik
(manufacturing company).
d. Perubahan sumber tenaga kerja dari anggota rumah tangga (keluarga) menjadi tenaga dari
pasar tenaga kerja.
Penggunaan tenaga kerja manusia dalam jumlah yang besar di pabrik yang berasal dari
luar rumah tangga memerlukan metode pengelolaan tenaga kerja manusia. Perubahan terjadi,
baik pada hubungan kerja maupun cara pengupahannya. Perubahan ini menyebabkan
diperlukannya Manajemen Pabrik.
Manajemen Pabrik pada dasarnya merupakan metode pengorganisasian faktor-faktor
produksi, termasuk sumber daya manusia, dalam usaha menghasilkan produk barang secara
massal dengan efisien. Tekanan utama Manajemen Pabrik terletak pada usaha menghasilkan
produk barang dengan efisien. Oleh karena itu orientasinya masih tunggal, yaitu berproduksi
untuk memperoleh keunggulan bersaing berdasarkan basis biaya. Manajemen Pabrik ini
berlangsung sampai sekitar tahun 1930-an, yaitu sampai dengan kebangkitan industri di
Jerman, khususnya industri mobil (Mercedez dan Mercy) yang mengutamakan mutu.
2. Manajemen Produksi (Production Management)
Era Manajemen Produksi mulai sejak 1930-an sampai 1970-an. Manajemen Produksi
lahir sejak pemikiran Taylor yang terkenal dengan sebutan manajemen ilmiah (scientific
management) diterima secara luas dan diterapkan di lapangan produksi. Pada mulanya,
produksi dengan orientasi pada mutu dipelopori oleh Jerman sehingga Jerman diterima
sebagai pelopor Manajemen Produksi. Era ini berlangsung hingga Jepang muncul sebagai
salah satu negara industri berteknologi tinggi dan menawarkan gaya manajemen khas Jepang,
yaitu Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management, TQM) dan Just In Time
Production System (JIT) pada awal tahun 1970-an. Gagasan Taylor mengenai produksi
terutama bertujuan untuk menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak berguna, yaitu gerakan
yang tidak memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan. Pada dasarnya
Manajemen Produksi juga melulu mengkaji tata produksi barang dan belum menaruh
perhatian pada produksi jasa. Namun demikian orientasi Manajemen Produksi sudah lebih
luas daripada Manajemen Pabrik. Manajemen Produksi sudah memperhatikan soal kualitas
keluaran disamping pada tekanan biaya atau efisiensi ekonomi. Sehubungan dengan itu, maka
orientasi Manajemen Produksi lazim disebut Q and C oriented (Quality and cost orientation).
Pada dasarnya Manajemen Produksi merupakan metode pengorganisasi-an faktor-
faktor produksi, termasuk sumber daya manusia, untuk digunakan dalam proses
menghasilkan produk barang secara massal yang memenuhi stanadard mutu tertentu secara
efisien.
3. Manajemen Operasional (Operations Management)
Manajemen Operasional lahir sejak 1970-an hingga sekarang. Sasaran yang hendak
dicapai Manajemen Operasional ialah mewujudkan efisiensi ekonomi (cost minimization)
dalam proses produksi, baik barang maupun jasa, kualitas yang tinggi (high quality), dapat
diserahkan ke pasar dalam waktu yang cepat (speed of delivery), dan peralatan produksi dapat
dengan segera dialihkan untuk mengerjakan produk lainnya (flexibility). Dengan demikian,
Manajemen Operasional sudah berbeda secara mendasar dengan Manajemen Pabrik dan
Manajemen Produksi. Manajemen Operasional mengkaji produksi barang dan jasa, sedang
Manajemen Pabrik dan Manajemen Produksi melulu membicarakan produksi barang.
Disamping itu, orientasi Manajemen Operasional sudah semakin luas dan lazim disebut
memiliki orientasi pada biaya, mutu, kecepatan penyerahan, dan keluwesan proses (QCDF
Orientation). Kepeloporan Jepang dibidang modernisasi Manajemen Produksi dipimpin oleh
Toyota yang menekankan proses pada usaha menghasilkan produk yang bermutu sesuai
pengharapan konsumen. Perwujudan kualitas adalah tanggung jawab semua personil, semua
jabatan, dan semua proses. Dengan demikian, tanggungjawab atas mutu bergeser dari para
inspektur mutu ke pada segenap personil perusahaan. Sejak saat itu, Jepang mengenalkan
konsep pengawasan melekat (built-in controlling) dan perbaikan terus menerus (keizen,
continuous improvement). Ke dua hal itu harus dilakukan oleh perusahaan sebagai antisipasi
terhadap tuntutan konsumen atas mutu keluaran yang semakin meningkat. Tiap pekerja
dididik dan dilatih untuk menghidarkan proses dari cacat (poke yoke, atau to avoid mistake)
dan mengawasi serta memeriksa sendiri pekerjaannya menuju terwujudnya proses dan
keluaran bebas cacat (zero defect).
Para manajer dilatih untuk dapat menerapkan pengendalian proses dengan
menggunakan metode statistik (statistical process control), kemudian setiap manajer melatih
bawahannya masing-masing sehingga seluruh lapisan personil perusahaan paham dan dapat
menerapkan metode pengendalian mutu dan proses secara statistik. Program pelatihan
dilakukan secara berkesinambungan sehingga pemahaman Produksi Modern (Modern
Production Management).
2. Defenisi Manajemen Operasional
Manajemen operasional adalah bentuk pengelolaan secara menyeluruh dan optimal
pada masalah tenaga kerja, barang-barang seperti mesin, peralatan, bahan-bahan mentah, atau
produk apa saja yang sekiranya bisa dijadikan sebuah produk barang dan jasa yang biasa
dijual belikan.
Sesuai dengan definisinya sendiri, manajeman yang berasal dari kata manage yang
berarti mengatur penggunaan. Jika disandingkan dengan kata operasional, artinya dalah
pengaturan pada masalah produksi atau operasional baik dalam bidang barang atau jasa.
Selanjutnya, secara definisi, manajemen operasional juga sebagai penanggung jawab
dalam sebuah organisasi bisnis yang mengurusi persoalan produksi. Baik dalam bidang
barang atau jasa. Dilihat dari definisi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama,
fungsi manajemen operasional, yakni dalam hal pengambilan keputusan mengenai
kebutuhan-kebutuhan operasional. Kedua, manajamen operasional mesti juga memperhatikan
mengenai sistemnya. Terutama sistem transformasi. Sistem ini termasuk juga dalam sistem
pengurusan mengenai membuat rancangan serta analisis dalam operasi nanti. Yang ketiga
atau terakhir mengenai hak pengambilan keputusan dalam sebuah manajemen operasional.
Sebagaimana dikehatui bahwa keputusan adalah hal yang terpenting bagi seseorang
agar bisa bersikap tegas dan tepat, demi lancarnya manajemen operasional yang tengah
dijalankan. Oleh karena itu, manjemen operasional sangat erat kaitannya dengan pe Unsur
Manajemen terdiri dari ; perencanaan, pelaksanaan, pengawasan.
 Tahap Perencanaan, meliputi ; Penentuan strategi operasi; penentuan lokasi pabrik; Riset dan
pengembangan produk; penentuan jumlah produk; penentuan luas dan pola
produksi;penyusunan layout & job design; serta penentuan standar kerja.
 Tahap Pelaksanaan, meliputi ; pengaturan bahan baku; pengturan proses produksi;
pemeliharaan dan penggantian fasilitas; perbaikan lingkungan kerja; dan perbaikan
kesejahteraan pekerja.
 Tahap Pengawasan, meliputi ; pengawasan kuantitas ; pengawasan kualitas; dan pengawasan
biaya produksi dan operasi.
ngambilan keputusan seorang pemimpin operasional.
Dalam perencanaan, manajer operasi menentukan tujuan subsistem operasi dari
organisasi dan mengembangkan program, kebijakan dan prosedur penentuan peranan dan
focus dari operasi termasuk perencanaan produk, perencanaan fasilitas dan perencanaan
penggunaan sumber daya produksi.
Dengan demikian, Manajemen Produksi atau Operasional menyangkut pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan proses produksi untuk mencapai tujuan organisasi atau
perusahaan.

3. Penerapan Operasi Dan Penentuan Lokasi Dalam Kegiatan Produksi


3.1 Sistem Produksi/Operasi
Sistem operasi merupakan sistem yang mengacu pada sistem transformasi yang
menghasilkan barang dan jasa. Gambaran sistem ini tidak hanya menjadi pijakan untuk
definisi jasa dan manufaktur sebagai sistem transformasi, tetapi juga dasar yang kuat untuk
rancangan dan analisis operasi.
Dalam sistem operasi, yang menjadi masukan adalah energi, material, tenaga kerja,
modal dan informasi. Sedangkan sistem operasi yang disandarkan pada kendali syari’at akan
memastikan berjalannya proses transformasi yang amanah, disamping jaminan halal atas
segala masukan yang digunakan serta semua keluaran yang dihasilkan.
Lingkungan eksternal mempengaruhi ketiga subsistem manajemen operasi. Sebagai
contoh, lingkungan eksternal menyediakan tenaga kerja, bahan mentah yang menjadi input.
Perubahan teknologi dapat mengubah proses transformasi. Produk yang dihasilkan oleh
organisasi dilempar kelingkungan eksternal, tetapi lingkungan eksternal juga mempengaruhi
output yang dihasilkan. Sebagai contoh, perubahan preferensi konsumen akan mengubah
produk yang dihasilkan organisasi menjadi produk yang lebih sesuai dengan preferensi
konsumen tersebut. Alat dan metode dapat mempengaruhi dan membantu proses
transformasi..
3.2 Penentuan Lokasi Perusahaan
Terdapat 2 kriteria dalam menentukan lokasi produksi:
Kriteria subyektif, keputusan lokasi produksi berdasarkan pertimbangan subyektif
pemilik perusahaan dimana keputusan subyektif ini akan sangat membantu tercapainya
keberhasilan dalam bisnis sekiranya keputusan subyektif ini didukung oleh berbagai faktor
yang memperkuat keputusan subjektif.
Kriteria obyektif, mempertimbangkan berbagai faktor yang akan mendukung
tercapainya keberhasilan. Seperti regulasi pemerintah seputar bisnis yang dijalankan, budaya
masyarakat, akses terhadap pasar dan pemasok, tingkat persaingan, akses transportasi dan
lain-lain.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Lokasi Kerja:
1) Biaya ruang kerja
Biaya untuk membeli ruang kerja dapat berbeda dari satu lokasi ke lokasi lain tergantung dari
letak tanah.
2) Ketersediaan dan biaya tenaga kerja
Perusahaa dapat memilih lokasi dimana terdapat banyak tenaga kerja dengan keahlian khusus
yang diperlukan. Biaya tenaga kerja sangat bervariasi tergantung dari lokasi perusahaan.
3) Insentif pajak
Insentif pajak diberikan untuk menambah lapangan kerja dan memperbaiki kondisi ekonomi
di daerah-daerah yang menawarkan kridit pajak.
4) Sumber permintaan
Biaya trasportasi dan jasa produk dapat dikurangi dengan memproduksi di lokasi yang dekat
sumber permintaan dari konsumen.
5) Akses trasportasi
Perusahaan lebih memilih lokasi dekat sumber utama transportasi agar para konsumen lebih
mudah mengakses perusahaan.
dalam menentukan lokasi bisnis manufaktur dan jasa ada beberapa cara antara lain.
1.Lokasi bisnis Manufaktur (penghasil barang)
Model-model penghitungannya:
 Dengan penghitungan biaya angkut dan jarak yang paling rendah
Contoh: perusahaan konveksi, lebih memilih lokasi didaerah kudus yang dekat dengan pasar
kliwon, untuk memasarkan produknya, bahan bakunya pun didaerah kudus banyak tersedia.
 Metode perbandingan biaya operasi
Memilih beberapa alternatif lokasi, kemudian diperbandingkan dan dipilih alternatif lokasi
dengan biaya operasi paling rendah.
 Dengan pendekatan kualitatif
Contoh: pabrik semen dan minyak, memilih lokasi yang dekat dengan bahan baku.
2.Lokasi bisnis jasa
Bisnis jasa lebih diprioritaskan yang lokasinya setrategis, karena tidak ada biaya angkut.
Namun bisnis jasa yang mendatangi konsumen seperti jasa sedot WC, tidak perlu strategis
yang terpenting adalah sarana komunikasinya kepada konsumen, cukup dengan menempel
nomor telephon.
3.3 Pengaturan Proses Produksi Atau Operasi

Keputusan mengenai proses produksi menjadi keputusan yang penting dalam


melakukan desain sistem produksi. Proses produksi diatur sesuai dengan keinginan dan
keadaan prusahaan,dengan memilih dari berbagai alternatif proses produksi sebagai berikut:
a. Secara umum,terdapat dua jenis proses produksi :
Pertama,sistem Produksi Intermiten
Sistem prosuksi dimana pengelolaan kegiatan produksi bersifat tidak terus menerus,
berkelanjutan dan menggunakan pola mulai selesai. Artinya,kepastian mengenai kapan
memulai proses produksi dan kapan menyelesaikan proses produksi jelas. Terdapaat dua
jenis pola produksi yang menggunakan sistem intermiten :
1. Produksi massal ( mass production)
Umumnya berlaku pada prusahaan manufaktur. Dilakukan melalui standar produksi tertentu,
prosedur tertentu dan jumlah unit produk tertentu yang secara rutin diproduksi
2. Pilihan masal (mass customization)
Bahwa produk yang dihasilkan oleh prusshaan memberikasn keleluasaan kepada konsumen
untuk memilih sesuai selera dan daya beli masing-masing. Perusahaan memproduksi variasi
produk yang lebih banyak,seperti HP,Komputer.
Kedua,sistem proses produksi yang terus menerus (continous production system)
Sistem produksi dimana pengelolaan kegiatan produksi bersifat terus menerus dan
untuk jangka waktu yang relatif panjang kemudian disimpan dalam gudang, disalurkan ke
penyalur dan dijual kepada konsumen. Contoh perusahaan manufaktur seperti perusahaan
kimia, minyak bumi dan tambang, sedangkan perusahaan jasa seperti ttransportasi
transportasi yang terus menerus memberatkan penumpang dari terminal.
b. Proses produksi Pelayanan
1. Produksi yang standar
Proses produksi yang didasarkan pada standar perusahaan. Standar tersebut di desain dari
informasi konsumen. Konsemen membeli sebagaimana barang yang distandardisasikan
tersebut.
2. Produksi menurut pesanan
Proses produksi dilakukan untuk membuat barang sebagaimana yang dipesan oleh konsemen.
Jadi bentuknya tidak distandardisasikan tetapi sangat bervariasi.
c. Sifat dan Teknis Produksi
Teknik produksi pada perusahaan manufaktur ada beberapa jenis yaitu:
a) Proses Ekstraktif merupakan proses produksi yang haanya mengambil dari alam dan
sudah terjadi produksi akhir, misalnya emas, batu bara, dan sebagainya.
b) Proses Analitis merupakan kegiatan produksi yang memisah misahkan bahan alam
menjadi produk akhir, misalnya minyak, semen dan sebagainya.
c) Proses sintetis merupakan kegiatan produksi dengan mencampur bahan-bahan kemudian
diolah menjadi produk akhir, misalnya makanan, minuman, dan obat-obatan.
d) Proses Pengubahan yaitu kegiatan produksi dengan mengubah bahan baku menjadi
produk akhir, misalnya elektronik.

3.4 Rancangan Pabrik Dan Sistem Produksi


Rancangan (Design) menunjukkan ukuran dan struktur pabrik atau kantor.Tata Letak
(Layout) adalah pengaturan mesin dan perlengkapan didalam pabrik atau kantor. Yang
dimaksud pabrik atau rumah produksi merupakan tempat dimana kegiatan produksi
dijalankan.
Keputusan mengenai desain rumah produksi merupakan keputusan yang menyangkut
bagaimana perusahaan mendesain tempat produksi dari mulai fasilitas, pekerjaan, ruang
kerja, gudang dan lain-lain. Sebagai contoh untuk perusahaan garmen, perlu ditentukan
dimana meletakkan bahan baku, menempatkan pekerja, mesin dan menyimpan hasil akhir.
Begitu juga dalam bisnis restoran, manajer perlu menentukan dimana letak kasir,meja makan,
dapur, toilet, hingga lokasi parkir.
Rancangan sistem produksi menyangkut bagaimana proses konversi dalam sistem
produksi dilakukan. Terdapat beberapa jenis rancangan dalam sistem produksi sebagai
berikut :
a. Rancangan Produksi
Adalah rancanga sistem produksi yang bersifat berkesinambungan dari awal hingga
akhir dan mengikuti satu pola proses produksi. Sebagai contoh, proses pembuatan kain dari
kapas hingga kain jadi. Tahapan proses pembuatan kain tersebut mulai dari bahan baku
berupa kapas disiapkan, kapas dipintal menjadi kain dalam mesin pintal, kain yang sudah jadi
melalui pembersihan, kemudian kain dan diwarnai dan dibersihkan lagi kemudian
dikeringkan, lalu kain melalui proses penggulungan kemudian digudangkan.
b. Rancangan Proses
Yaitu rancangan sitem produksi yang proses produksinya mengikuti jenis proses yang
harus dilakuakan dan tak selalu harus mengikuti seluruh proses yang ada. Contah, proses
pemariksaan kesehatann disebuah poliklinik. Proses dimulai dari pasien datang, mendafter ke
resepsionis lalu menunggu diruang tunggu. Proses selanjutnya sangat bergantung jasa apa
yang diinginkan oleh pasien, apakah perlu kedokter anak, ahli penyakit dalam atau
pemeriksaan gigi
c. Rancangan Posisi Tetap
Adalah sistem produksi dimana produk yang akan dibuat diletakkan disatu tempat, dan
berbagai fasilitas seperti mesin, alat produksi, dan tenaga kerjanya mengerjakan proses
produksi ditempat tersebut. Contah, pembuatan pesawat terbang, atau proses make up artis.
Keputusan mengenai rancangan dan tata letak mempengaruhi biaya operasi secara
langsung karena keputusan ini menentukan harga sewa, mesin dan perlengkapan. Hal ini
dapat berpengaruh pula pada pengeluaran untuk bunga karena mempengaruhi jumlah
pinjaman untuk memeli properti atau mesin.
Prinsip dalam penetapan layout, agar diperoleh : jarak angkut minimum, aliran matarian
seimbang dengan kapasitas, penggunaan ruang efektif, fleksibel untuk perubahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi rancangan dan tata letak adalah karakteristik lokasi.
Jika lokasi terdapat didaerah yang harga lahannya mahal, dapat dirancang gedung tingkat
tinggi agar mengurangi biaya lahan yang dibutuhkan, Proses prosuksi. Rancangan dan tata
letak akan dipengaruhi ketiga rancangan sistem proses produksi diatas,jenis produksi.
Rancangan dan tata letak akan dipengaruhi oleh sedikit banyaknya jenis produksi yang
dihasilkan, kapasitas produksi yang diinginkan. Rancangan dan tata letak harus mampu
disesuaikan dengan penambahan atau pengurangan kapasitas jumlah produksi yang
diinginkan.

3.5 Perencanaan Jumlah Produksi Dan Penentuan Standar


Perkiraan jumlah produk yang dibuat diwaktu yang akan datang dan penentuan
standar dapat dilakukan beberapa cara antara lain :
a) Penghitungan Forecast Produksi
Forecast produksi didasarkan forecast penjualan perusahaan. Forecast penjualan dapat
dilakukan dengan metode statistik dan metode pendapatan. Besarnya forecast produksi
dirumuskan :
b) Dasar Perhitungan BEP (Unit)
BEP (Break Even Point) adalah suatu keadaan pada titik atau jumlah penjualan itu
perusahaan tidak laba dan tidak rugi yang berarti total biaya (Total cost) sama dengan total
pendapatan (total revenue). Jumlah produk di buat harus lebih besar dari unit terjual pada
BEP.
Perhitungan BEP mempunyai asumsi, bahwa : Biaya dapat dipisah menjadi biaya tetap
dan variable; Haraga jual dan biaya varibel per unit dalam periode perhitungn selalu tetap;
Semua produksi terjual habis sehingga kuantitas penjualan sama dangan produksi.

c) Penentuan Standar Kinerja


Standar kerja yang harus ditetapkan meliputi :
 Standar Kualitas
Standar mengenai kualitas barang atau jasa yang dihasilkan, dapat dilakukan standar per
atribut dari barang dan jasa. Untuk menjamin kualitas barang perlu pengendalian mutu
terpadu. Standar kualitas ini mencakup rencana, proses produksi, monitoring dan tindak
lanjut.
 Standar Kuantitas
Standar mengenai jumlah barang yang harus dibuat dalam suatu periode tertentu untuk
mencapai tujuan dan pertumbuhan perusahaan.
 Standar Waktu Proses
Standar waktu yang dibutuhkan untuk proses produksi yang normal agar diperoleh efisiensi
yang maksimal.
 Standar Produktivitas (Productivity
Standar mengenai rasio antara output dari proses produksi dan input yang digunakan. Ukuran
productivity dapat diukur baik secara total maupun partial atau bagian-bagiannya. Ukuran
productivity antara lain sebagai berikut:
1. Total factor Productivity, dihitung denga membaagi Output perusahaan dengan Labor +
Capital + Material + Energy input + Businnes service.
2. Material Productivity, dihitung dengan membagi Output dengan material.
3. Labour Productivity, dihitung dengan membagi Output dengan jumlah Labor.

3.6 Pengelolaan Dalam Kegiatan Operasi


a. Pengaturan Bahan Baku
Pengatuaran bahan baku dilakaukan dalam mengefesienkan biaya pemasaran dan
penyimpanan yang akan dikeluarkan dalam satu periode dengan penerapan metode EOQ
(Economic Order Quantity) jika asumsinya dapat dipenuhi. Sedangkan untuk efesiensi biaya
penyimpanan ekstra (Ekstra Carrying Cost) dan penganti bahan baku (Stoc Out Cost)
dipergunakan metode ROP (Re Order Point).
Metode EOQ dan ROP memiliki asumsi yang sama yaitu : bahan baku selalau tersedia
pada leveransir; pola produksi yang stabil dalam perusahaan; tarif biaya pesan dan simpan
selalu tepat dalam satu periode; bahan baku yang dibeli tidak rusak akibat disimpan;
perusahaan memiliki gedang.
Juga bisa menggunakan metode JIT (just in time) yaitu metode pengelolaan bahan
baku tanpa harus memiliki gudang penyimpanan,karena bahan baku yang dibeli dari pemasok
langsung diproduksi.jika bahan baku akan habis,levelansir selalu menyediakan dan
menghantarkan sampai lokasi tempat produksi.dalam metode ini,levalinsir tidak boleh
terlambat,sebab akan mengganggu proses produksi.
b. Keputusan Operasi
Pengambilan keputusan merupakan tema pokok dalam operasi perusahaan.
 Keputusan berkaitan dengan proses
Keputusan mengenai proses fisik berkenaan dengan fasilitas yang akan dipakai untuk
memproduksi brang dan jasa.
 Keputusan berkaitan dengan kapasitas
Keputusan mengenai kapasitas diperlukan untuk menghasilkan jumlah produk yang tepat,
ditempat dan dalam waktu yang tepat pula.
 Keputusan berkaitan dengan kesediaan
Keputusan berkaitan kesediaan ini mencangkup apa yang akan dipesan, berapa banyak, dan
kapan dipesan.
 Keputusan berkaitan dengan tenaga kerja
Keputusan berkaitan dengan tenaga kerja mencangkup bagaimana rekrutmen, proses seleksi
diselesaikan, pelatihan dan pengembangan, supervisi, kompensasi dan PHK.
 Keputusan berkaitan dengan mutu
Keputusan yang menyangkut penentuan mutu produk harus menjadi orientasi bersama dalam
setiap proses operasi penetapan standar, desain peralatan, pemilihan orang-orang terlatih dan
pengawasan terhadap produk yang dihasilkan.

3.7 Pengawasan Kegiatan Produksi


Pengawasan dalam kegiatan produksi perlu dilakukan yaitu: pada kegiatan perencanaan
atau desainnya, proses produksinya, monitoringnya maupun tindak lanjut dari monitoring itu.
Pengawasan dilakukan pada seluruh aspek kegiatan yang berkaitan dengan produksi,
meliputi: pada kegiatan proses produksi; pada kualitas produksi atau jasa yang dihasilkan;
pada biaya produksi/operasi yang dikeluarkan; pada tenaga keerja yang melakukan kegiatan
produksi.
a. Pembelian Bahan Baku
Para menejer melakukan tugas-tugas berikut ketika persediaan barang. Pertama memilih
pemasok bahan baku dengan memperhatikan karekteristik seperti harga, kecepatan, kualitas,
layanan dan ketersediaan kredit. Kedua mencoba mendapatkan potongan/diskon menurut
volume. Ketiga menyerahkan produksi kepada pemasok.
b. Pengawasan Persediaan Bahan Baku
Pengawasan persediaan adalah proses pengelola persediaan pada tingkat yang meminimkan
biaya. Perencanaan kebutuhan bahan baku adalah proses untuk menjamin bahawa bahan baku
tersedia bila mana diperlukan.
c. Routing
Roting ialah urutan (rute) tugas yang perlu nuntuk menghasilkan sebuah produk. Bahan baku
biasanya dikirimkan ke masing-masing pos krja (work station) agar dapat dipakai sesuai
spesifikasi proses produksi. Bagian tertentu dari proses produksi diselesaikan disetiap pos
kerja. Proses routing biasanya dievaluasi secara periodik untuk menentukan apakah bias
ditingkatkan sehingga mendapat proses produksi yang lebih cepat dan murah.
d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah tindakan menentukan periode waktu untuk setiap tugas dalam proses
produksi. Jadwal produksi adalah rancangan untuk timing dan volume tugas produksi.
Penjadwalan dapat menunjukkan kapan setiap tugas harus diselesaikan. Cara untuk
menjadwalkan proyek khusus adalah teknik evaluasi dan peninjauan program (program
evaluation and review technique-PERT), menjadwalkan tugas dengan cara meminimkan
hambatan proses produksi.
e. Pengawasan Kualitas
Kualitas adalah dimana derajat dimana barang atau jasa memuaskan persyaratan atau harapan
pelanggan. Pengawasan kualitas merupakan proses untuk menentukan apakah kualitas barang
atau jasa memenuhi tingkat kualitas yang diharapkan dan mengidentifikasi perbaikan yang
perlu dilakukan pada proses produksi. Kualiatas dapat diukur dengan menilai beberapa
karakteristik yang meningkatkan kepuasan pelanggan.
Pengawasan dilakukan pada berbagai waktu dari aktivitas produksi meliputi: pada saat
menentukan desain atau rancangan produk; pada saat perencanaan proses produksi; pada
aktivitas monitoring; pada akhir proses produksi.
Cara Pengawasan
 Pengawasan Terhadap Produk
1. Dengan Sertifikasi
Sertifikasi terhadap produk dapat dilakukan dengan mengupayakan sertifikat
berdasar standart industri, asosiasi dan sebagainya.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemerikasaan laboratorium dilakukan untuk mengendalikan kualitas produk
terhadap unsur kimiawinya yang dikandung.
3. Penilaian Dari Pendapat Konsumen
Pendapat konsumen didapat dari survei kepada konsumen dengan mengedarkan
daftar pertanyaan untuk dijawab mengenai kualitas produk atau jasa yang dihasilkan
perusahaan.
 Pengawasan Terhadap Proses Produksi
a. Dengan Penerapan Gugus Kembali Mutu (GKM)
Proses produksi dengan membentuk gugus yang terdiri dari tiga sampai delapan
orang yang pekerjanya sejenis.
b. Perolehan Sertifikasi ISO
Sertifikat ISO diberikan kepada perusahaan yang memenuhi standart organisasi
ISO pada perencanaannya atau proses produksinya atau pengawasannya atau pada tindak
lanjutnya.
 Pengawasan Terhadap Tenaga Kerja Dengan Standart Produktifitas
Pengawasan ini dilakukan dengan membandingkan antara kinerja para tenaga kerja
dengan standart yang ditetapkan sebelumnya.
 Pengawasan Terhadap Standart Produksi
Dengan menegement control systems atau system pengendalian manejemen.
Caranya dengan selalu membandingkan antara anggaran atau standart yang lain dengan
realita pembelanjaan di bagian produksi.

Anda mungkin juga menyukai