Anda di halaman 1dari 8

A.

Definisi Oksigenasi

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling vital. Oksigen


dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel sehingga dapat
mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai sel jaringan atau organ. Oksigenasi
merupakan oksigen (o2) ke dalam sistem (kimia atau fisika). Penambahan oksigen ke
dalam tubuh dapat dilakukan secara alami dengan cara bernafas. Pernafasan atau
respirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu dan lingkungannya. Pada
saat bernafas, tubuh menghirup udara untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan
menghembusakan udara untuk mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan. Oksigen
yang di hirup akan diangkut melalui pembuluh darah ke sel-sel tubuh. Sedangkan
karbondioksida akan diangkut melalui pembuluh darah ke paru-paru untuk kemudian
dikeluarkan dari tubuh.

Gangguan Pernapasan (pertukaran gas) adalah kondisi yang berpotensi


mengancam jiwa dimana paru-paru tidak dapat menyediakan cukup oksigen ke tubuh
seseorang. Gangguan pernapasan merupakan kondisi yang berpotensi mengancam jiwa
dimana paru-paru tidak dapat menyediakan cukup oksigen ke tubuh seseorang.

B. Fisiologi Oksigenasi

a) Inspirasi adalah bagian aktif dari proses pernapasan yaitu masuknya udara ke dalam
tubuh. Inspirasi diprakarsai oleh pusat kontrol pernapasan di medula oblongata (Brain
stem). Aktivasi medulla menyebabkan kontraksi diafragma dan otot-otot intercostal
sehingga rongga dada membesar dan penurunan tekanan rongga pleura yaitu rongga
tipis yang berisi cairan di viseral dan parietal dari paru-paru kiri maupun kanan (rongga
paru-paru).

Saat manusia melakukan aktivitas biasa, tubuh akan menggunakan pernafasan dada
yang dipengaruhi oleh kontraksi otot-otot antar tulang rusuk bagian luar yang akan
menyebabkan tulang-tulang rusuk naik terdorong ke atas menjadikan rongga dada
membesar, dan volume paru-paru pun akan membesar. Hal ini mendorong udara dari
luar dapat masuk ke dalam tubuh melalui hidung, tenggorokan, bronkus, bronkiolus,
dan alveolus.

1
b) Ekspirasi adalah bagian dari proses pernapasan yaitu mengeluarkan udara dari dalam
tubuh. Udara kadaluarsa berupa karbon dioksida dan uap air hasil peristiwa
metabolisme tubuh akan dibuang dalam proses ini. Ekspirasi juga diprakarsai
oleh pusat kontrol pernapasan di medula oblongata (Brain stem) namun kebalikan dari
proses inspirasi.

Otot-otot antar tulang rusuk sebelah luar dan otot diafragma mengendur yang akan
membuat rongga dada turun sehingga volume udara di paru-paru mengecil. Dengan
mengecilnya volume udara di paru-paru maka tekanan udara di dalam paru-paru
meningkat dan akan mendorong karbondioksida dari ruang alveolus perlahan naik ke
tabung-tabung pernafasan dan keluar melalui hidung.

Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu ventilasi,
difusi dan transportasi.

1. Ventilasi merupakan salah satu proses pertukaran udara antara atmosfer dengan
alveoli. Proses ini terdiri dari inspirasi yaitu masuknya udara ke paru-paru, dan
ekspirasi yaitu keluarnya udara dari paru-paru. Dan ventilasi ini terjadi karena
adanya suatu perubahan tekanan intra pulmonal, pada saat inspirasi tekanan intra
pulmonal lebih rendah daripada tekanan atmosfer sehingga udara yang ada di
atmosfer akan terhisap ke dalam paru-paru.
2. Difusi dalam respirasi yaitu salah satu proses pertukaran gas antara darah pada
kapiler paru dengan alveoli. Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan
tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Salah satu ukuran
difusi adalah tekanan parsial. Difusi sendiri terjadi melalui membran respirasi yang
merupakan dinding alveolus yang sangat tipis sekali dengan ketebalan rata-rata 0,5
mikron. Di dalamnya terdapat jalinan kapiler yang sangat banyak dengan diameter
8 angstrom. Dalam paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveoli dan bila dibentangkan
dindingnya maka luasnya mencapai 70 m2 pada orang dewasa normal.
3. Transportasi oksigen ke sel-sel yang membutuhkan melalui darah dan
pengangkutan karbondioksida sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru. Sekitar 97
– 98,5% Oksigen ditransportasikan dengan cara berikatan dengan Hb
(HbO2/oksihaemoglobin,) sisanya larut dalam plasma. Sekitar 5 – 7%
karbondioksida larut dalam plasma, 23 – 30% berikatan dengan Hb

2
(HbCO2/karbaminahaemoglobin) dan 65 – 70% dalam bentuk HCO3 (ion
bikarbonat).

C. Gangguan Pemenuhan Oksigenasi

a. Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam


tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di sel, sehingga
dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis)., kelelahan, kecemasan,
pusing, kelemahan, penurunan tingkat kesadaran, peningkatan tanda-tanda vital, dan
dispnea (kesukaran bernafas).
b. Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasimetabolisme tubuh yang
melampau tinggi dengan pernapasan lebihcepat dan dalam, sehingga terjadi
peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru. Proses ini di tandai adanya peningkatan
denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasiCO2.
c. Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkankarbondioksida dengan
cukup pada saat ventilasi alveolar, sertatidak cukupnya jumlah udara yang memasuki
alveoli dalam penggunaan oksigen. Gejalanya nyeri kepala, penurunan kesadaran,
disorientasi, dan ketidakseimbangan elektrolit.
d. Ortopnea, merupakan kesulitan bernapas kecuali pada posisi duduk atau berdiri dan
pola ini sering ditemukan pada seseorang yangmengalami kongesif paru-paru.
e. Dispnea, merupakan sesak dan berat saat bernapas. Hal ini dapat disebabkan oleh
perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan pengaruh
psikologis.

D. Patofisiologi Gangguan Pemenuhan Oksigenasi

Gangguan Pernapasan (pertukaran gas) adalah kondisi yang berpotensi


mengancam jiwa dimana paru-paru tidak dapat menyediakan cukup oksigen ke tubuh
seseorang. Gangguan pernapasan merupakan kondisi yang berpotensi mengancam jiwa
dimana paru-paru tidak dapat menyediakan cukup oksigen ke tubuh seseorang.
Gangguan pertukaran gas juga adalah kelebihan dan kekurangan oksigen dan atau
eliminasi karbondioksida di membrane kapiler-alveolar. (Zul Dahlan, 2000).

3
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan
oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang
adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi, difusi, dan difusi. Gagal nafas terjadi
bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat
memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel
tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia)
dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia).
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder
terhadap hipoventilasi.

Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah
gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural maupun
fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah
terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan
penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi
terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas
akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur
paru alami kerusakan yang ireversibel.

Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan
memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul
kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg). Gagal nafas
penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuatdimana terjadi obstruksi jalan
nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang
otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke,
tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan
menekan pusat pernafasan. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah
ke gagal nafas akut. TBC juga masuk dalam kasus ini. Karena TBC merupakan penyakit
infeksi yang menular dan masuk dalam gangguan pertukaran gas.

4
E. Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian
Proses pengumpulan data secara sistematis
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Identitas pasien berisi nama, umur, agama, jenis kelamin, status, pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no register
dan diagnosa medis pasien.
b. Identitas Penanggung jawab
Identitas penanggung jawab berisi nama, umur, hubungan dengan pasien,
pekerjaan dan alamat penanggung jawab pasien. Baik itu keluarga atau wali.
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat ini
Keadaan pasien mengenai keluhan utama pasien, alasan masuk ke rumah sakit
dan upaya yang dilakukan keluarga untuk mengatasinya.
b. Status Kesehatan Masa Lalu
Keadaan pasien apakah pasien pernah mengalami sakit sebelum masuk ke
rumah sakit atau sebelum di rawat di rumah sakit.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan apakah keluarga memiliki penyakit keturunan atau menurun atau tidak.
d. Diagnosa medis dan therapy
Obat apa yang diberikan kepada pasien dalam kasusnya.
3. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
b. Pola Nutrisi-Metabolik
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola kognitif dan persepsi
f. Pola persepsi – konsep diri
g. Pola tidur dan istirahat
h. Pola peran hubungan
i. Pola seksual reproduksi
j. Pola toleransi stress koping

5
k. Pola nilai kepercayaan
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum
b. Tanda-tanda vital
c. Keadaan fisik
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan Radiologi
c. Hasil konsultasi
d. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
II. Analisa data
a. Data subjektif
 Klien mengatakan sesak dan berat saat bernapas
 Klien mengatakan pusing
 Klien mengatakan penglihatan kabur
b. Data objektif
Inspeksi : kulit kebiruan (sianosis), klien terlihat gelisah
Palpasi : arteri meningkat
Auskultasi : bunyi nafas tambahan pada klien

* Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia


* Kaji Tanda – tanda vital.

III. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Gangguan pernapasan (pertukaran gas)

IV. Intervensi
Hari/Tgl No Dx Rencana Keperawatan Ttd
Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Gangguan Setelah 1. Manajemen 1. Agar perawat
pernapasan dilakukan Jalan Nafas dapat
asuhan Identifikasi mengobservasi

6
(pertukaran keperawatan kebutuhan tindakan
gas) ….x 24 jam aktual/potensial selanjutnya
gangguan pasien untuk untuk pasien
pertukaran memasukkan
gas dengan alat membuka
kriteria: jalan nafas
1. Pasien
tidak sesak 2. Kelola 2. Untuk
dan berat saat nebulizer memastikan
bernapas ultrasonic tabung
2. Pasien sebagaimana nebulizer yang
tidak merasa mestinya akan
pusing digunakan
3.Penglihatan dengan pasien
pasien tidak baik.
kabur 3. Instruksikan
4. Warna kulit klien 3. untuk
pasien tidak bagaimana agar memberikan
pucat bisa melakukan edukasi pada
(normal) batuk efektif pasien agar
bisa
melakukan
batuk efektif
dengan baik
4. Kolaborasi
Motivasi 4. berkolaborasi
pasien untuk dengan pasien
bernafas pelan, untuk
dalam, berputar memotivasi
dan batuk pasien batuk
atau bernafas.

7
V. Implementasi
VI. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah gangguan pernapasan (pertukaran gas) dengan menilai
kemampuan bernapas atau batuk diantaranya :
a. Proses bernapas menjadi normal
b. Batuk tidak berdahak lagi
c. Kulit tidak pucat atau kebiruan lagi.

Anda mungkin juga menyukai