Anda di halaman 1dari 11

H

^_^ LOVELY MINHYUK ^_^


넌 내게 반했어 Neo naege banhaesseo

Selasa, 01 Maret 2016


PROTOKOL MC
PROTOKOL MC
PROTOKOLER DALAM KEGIATAN PUBLIK RELATION

DOSEN PENGAMPU:
HANDES,M,I.KOM

Oleh:
Maryamatulmunawarah

Prodi Komunikasi Penyiaran Islam


Jurusan Dakwah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN )
Pontianak
2013

Kata PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, karena telah
memberikan penulis berupa nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Demikian juga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Agung
Muhammad saw yang telah membawa islam hingga saat ini.

Dengan hidayah dan inayah Allah SWT, Alhamdulillah kami dapat


menyelesaikan makalah “Protokoler MC’’. Public relations merupakan bagian yang
penting dalam suatu perusahaan atau instansi yang langsung berhubungan dengan
konsumen atau masyarakat luas. Public relations tidak hanya berfungsi sebagai
penyampai pesan perusahaan terhadap konsumennya melainkan juga berfungsi
sebagai penghubung antara perusahaan dengan stake holder lainnya yaitu relasi,
pemerintah, jurnalis, dll. Tidak lupa pula kritik dan saran selalu kami harapkan baik
dari Dosen Pembimbing Mata Kuliah Metodologi Studi Islam maupun dari kawan-
kawan pembaca. Agar makalah kami nantinya menjadi lebih baik lagi.
A. PENGERTIAN PROTOKOL

Tugas-tugas keprotokolan sudah ada sejak jaman dahulu yang sistem


pemerintahannya berdasarkan kerajaan, Bangsa kita mengenal keprotokolan paling
tidak sejak jaman kerajaan Majapahit & Sriwijaya, dua kerajaan besar yang cukup
berkuasa saat itu. Protokol kerajaan melaksanakan tugasnya sebagai pengatur tata
cara penyambutan tamu kerajaan, kunjungan kerja raja dan berbagai kegiatan
upacara dan acara yang diselenggarakan oleh kerajaan.

Kata protokol sebenarnya berasal dari dua suku kata yakni protos dan kolla yang
dalam bahasa Yunani protos berarti pertama sedangkan kolla bermakna melekat atau
merekat. Dalam perjalanan sejarahnya pengertian protokol menjadi beberapa definisi
seperti:

1. Perekat atau lembar pertama yang dilekatkan pada suatu dokumen

2. Catatan resmi yang memuat kesimpulan internasional, yang dibuat pada akhir
sidang dan ditandatangai seluruh peserta

3. Dokumen yang berisikan hak dan kewajiban, kelonggaran dan kekebalan yang
dimiliki seorang diplomat.

Protokol mulanya dapat diartikan sebagai tata cara pergaulan antar pemerintah
atau negara yang diatur menurut kebiasaan, tradisi yang disepakati dan diorganisir
secara teratur. Dengan demikian, pengertian protokol secara luas adalah kumpulan
peraturan yang dianut oleh semua golongan dalam suatu tata acara atau upacara, baik
tertulis maupun tidak tertulis. Dalam bahasa lain protokol adalah norma atau aturan-
aturan atau kebiasaan-kebiasaan yang dianut dan diyakini dalam kehidupan
bermasyarakat, pemerintahan, berbangsa dan bernegara (Kesepakatan Rakertas
Protokol Nasional, 2004).

B. Hal-Hal yang diatur dalam Kegiatan Keprotokolan

Pertama, seseorang yang termasuk kelompok pemimpin yang berkedudukan


sebagai Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah atau Tokoh Masyarakat
tertentu. Kedua, ialah Lambing-Lambang Kehormatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang terdiri dari Lembaga Negara, Bendera & Lagu Kebangsaan,
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

C. PUBLIC RELATION

a. SEJARAH PUBLIC RELATIONS di INDONESIA


Public Relations (PR) secara konsepsional dalam pengertian “State of Being “ di
Indonesia baru dikenal pada tahun 1950-an, Setelah kedaulatan Indonesia diakui oleh
Kerajaan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949. Dimana pada saat itu, Indonesia
baru memindahkan pusat ibu kota dari Yogyakarta ke Jakarta. Tentu saja, proses
pembenahan struktural serta fungsional dari tiap elemen-elemen kenegaraan baik itu
legislatif, eksekutif, maupun yudikatif marak dilakaukan oleh pemerintah pusat.
Pemerintah menganggap penting akan adanya badan atau lembaga yang menjadi
pedoman dalam mengetahui“ Who we are, and what should we do,first? “. Oleh
sebab itu, dibentuklah Departemen Penerangan. Namun, pada kenyataannya,
departemen tersebut hanya berdedikasi pada kegiatan politik dan kebijaksanaan
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Dengan kata lain, tidak
menyeluruh.

Dengan alasan demikian, pada tahun 1962 , dari Presidium Kabinet PM Juanda,
menginstruksikan agar setiap instansi pemerintah harus membentuk bagian atau
divisi Humas (PR), ditahun itulah, periode pertama cikal bakal adanya Humas di
Indonesia. Namun, tidak berhenti disitu saja, PR berkembang sesuai dengan keadaan
yang terjadi. Dimulai dengan pengambilan kata “Humas” yang merupakan terjemahan
dari Public Relations. Maka tak heran, kita sering menemui penggunaan sebutan “
Direktorat Hubungan Masyarakat” atau “Biro Hubungan Masyarakat” bahkan “ Bagian
Hubungan Masyarakat “ sesuai dengan ruang lingkup yang dijangka.

Jika dikaitkan dengan state of being, dan sesuai dengan method of


communication, maka istilah Humas dapat dipertanggung jawabkan. Tetapi, jika
kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Hubungan Masyarakat itu, hanya mengadakan
hubungan dengan khalayak di luar organisasi, misalnya menyebarkan press release ke
massa media, mengundang wartawan untuk jumpa pers atau wisata pers, maka istilah
hubungan masyarakat tersebut tidaklah tepat apabila dimaksudkan sebagai
terjemahan dari public relations.

Itulah yang dialami oleh Indonesia, yang ternyata lupa akan aspek secara hakiki
dari PR itu sendiri. Seperti, Pertama, Sasaran PR adalah public intern (internal publik )
dan public ekstern (Eksternal Publik). Internal Publik adalah orang-orang yang
berbeda atau tercakup organisasi, seluruh pegawai mulai dari staff hingga jendral
manager. Eksternal Publik ialah orang-orang yang berada di luar organisasi yang ada
hubungannya dan yang diharapkan ada hubungannya. Seperti Kantor Penyiaran, PR
harus menjalin hubungan dengan pemerintah, asosiasi penyiaran Indonesia, sebagai
organisasi yang berhubungan, selain itu dengan berbagai macam perusahaan, biro
iklan, LSM, dan masyarakat luas, sebagai calon pembuatan relasi kerja sama.
Kedua, kegiatan PR adalah komunikasi dua arah( reciprocal two ways traffic
communications ). Artinya, dalam penyampaian informasi PR diharapkan untuk
menghasilkan umpan balik, sehingga nantinya dapat menjadi bahan evaluasi
perusahaan agar lebih baik. Ternyata, orientasi PR Indonesia belum seutuhnya dapat
dikatakan sebagai “ PR Sejati “. Sebab berbeda dengan konsep yang diterapkan oleh
bapak PR, Ivy L.Lee, yakni mempunyai kedudukan dalam posisi pemimpin dan diberi
kebebasan untuk berprakarsa dalam meyiapkan informasi secara bebas serta terbuka.

Maka tidak heran, di periode pertama tersebut, PR di Indonesia secara


struktural belum banyak yang ditempatkan dalam top management. Ironis memang,
dalam kenyataannya pemimpin perusahaan sering meminta kepala humas untuk
mendampingi ketika menghadapi publik eksternal. Selain itu kegiatan masih banyak
bersifat penerangan satu arah ke publik eksternal semata-mata.

Namun, perkembangan PR di Indonesia semakin maju, sehingga kini dapat


dikatakan sebagai “PR Sejati”. Hal ini, dikarenakan perkembangan teknologi yang
sangat pesat, sehingga membawa perubahan zaman. Terbukti di periode kedua, pada
tahun 1967-1971, terbentuklah Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas). Tata
kerja badan ini antara lain ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintah dan
pembangunan, khususnya di bidang penerangan dan kehumasan, serta melakukan
pembinaan dan pengembangan profesi kehumasan.

Di periode ketiga tahun 1972 dan 1987, munculnya PR kalangan profesional


pada lembaga swasta umum, yakni didirikannya Perhumas ( Public Relations
Associations of Indonesia ) pada tanggal 15 Desember 1972. Konvensi Humas di
Bandung tahun 1993, telah menetapkan Kode Etik Kehumasan Indonesia ( KEKI ).
Perhumas tercatat sebagai anggota International Public Relations Associations (IPRA)
dan Forum Asean Public Relations Organizations ( FAPRO ). Pada tanggal 10 April 1987
di Jakarta dibentuk suatu wadah profesi PR lainnya yang disebut Asosiasi Perusahaan
Public Relations Indonesia ( APPRI ), yang bergerak dalam konsultan jasa kehumasan.

Di periode keempat, tahun 1995 hingga sekarang, perkembangan PR sangat


pesat. Ternyata perkembangan PR tumbuh dikalangan swasta bidang professional
khusus (spesialisasi) Humas bidang idustri pelayanan jasa. Ditandai terbentuknya
Himpunan Humas Hotel Berbintang (H-3) pada tanggal 27 November 1995. Berdirinya
Forum Humas Perbankan (Forkamas) pada tanggal 13 September 1996.

Sehingga kini, dapat sinkron dengan rumusan Fungsi PR dari Departemen


Penerangan R.I, yaitu:
1. Melaksanakan Hubungan ke dalam, yaitu pemberian pengertian tentang segala
hal mengenai Departemen Penerangan terhadap “Internal Public” yaitu para
karyawan.

2. Melakukan hubungan ke luar, yaitu pemberian informasi tentang segala hal


mengenai Departemen Penerangan terhadap “External Public” yaitu
masyarakat pada umumnya.

3. Melakukan pembinaan serta bimbingan untuk mengembangkan Kehumasan


sebagai medium penerangan.

4. Meyelenggarakan Koordinasi Integrasi dan Sinkronisasi serta kerjasama


kegiatan Hubungan Masyarakat untuk penyempurnaan pelayanan penerangan
terhadap umum.

Seiring dengan meningkatnya persaingan bisnis yang cukup significant, mau


tidak mau dunia kerja perlu menyiapkan tenaga kerja yang profesional, kompeten,
dan siap bersaing sehat baik di lingkungan instansi pemerintahan, swasta atau
perusahaan nasional maupun internasional. Pencitraan organisasi (perusahaan) yang
merupakan bagian dari fungsi kegiatan public relations (PR), beserta penampilan dan
kualitas diri menjadi syarat mutlak yang diperlukan instansi/perusahaan dapat
bertahan menghadapi persaingan ketat di era global. PR memiliki sejumlah aktivitas.
Salah satu aktivitasnya yang mungkin agak jarang dibahas di buku-buku terkait PR
adalah kegiatan keprotokolan.

Padahal, secara spesifik gagalnya suatu kegiatan protokoler di suatu instansi


(perusahaan) akan berdampak negatif pada citra perusahaan yang berarti gagalnya PR
perusahaan. Berdasarkan pengalaman empirik penulis di dunia usaha dan industri,
perusahaan besar dan bonafid selalu memiliki tenaga PR profesional dalam arti
menguasai berbagai teknik pencitraan perusahaan yang meyakinkan khalayak luas
(publik). Salahsatu bentuk pencitraan itu melalui kegiatan keprotokolan yang dikelola
sedemikian rupa, sehingga mampu menjadi nilai tambah ekonomi (economics added
value) suatu perusahaan.

Dalam tulisan ini juga akan dibahas kaitan teknik protokoler dan pemandu
(pembawa) acara atau Master of Ceremony (MC) dalam PR secara umum, tidak hanya
yang biasa diselenggarakan oleh perusahaan tetapi termasuk juga oleh instansi
lainnya seperti di pemerintahan / kenegaraan. Kita ketahui bahwa kegiatan-kegiatan
yang bersifat protokoler dapat terjadi tidak hanya di instansi kepemerintahan tetapi
juga swasta (perusahaan) atau organisasi kemasyarakatan.

D. PENGERTIAN PUBLIC RELATIONS


Istilah Public Relationssecara mudah diartikan awam sebagai hubungan
masyarakat (Humas), yang hakekatnya memiliki konotasi lebih luas. Oleh karena itu
penulis lebih senang menggunakan istilahPublic Relations (PR) ketimbang Humas.
Argumentasi yang memperkuat pilihan penulis itu dapat disimak dari berbagai definisi
PR yang diketengahkan pada tulisan ini. Di sejumlah perusahaan besar (kecuali di
instansi pemerintahan) istilah Humas sudah lama ditinggalkan.

Mereka kemudian menggunakan istilah sepertiCorporate Communication,


Internal & External Communication, Corporate and Public Relations, dan beberapa
istilah lain yang mirip. Dari berbagai definisi tentang Public
Relations (catatan: relations pakai huruf s, bukan relation seperti yang sering kita
dengar) mengandung makna bahwa bidang kajian ini disamping sebagai suatu ilmu
juga dapat dikatakan sebagai suatu sistem, proses, seni, kebijakan, profesi, metode,
kegiatan, fungsi dan filsafat dari manajemen.

Citra yang positif dari suatu lembaga atau organisasi baik yang berorientasi
profit, semi profit maupun non profit tidak terlepas dari peran PR di organisasi
tersebut. Salah satu kegiatan PR adalah menyelenggarakan dan
mengimplementasikan tugas-tugas keprotokolan. Pembahasan mengenai
keprotokolan akan juga berkaitan dengan ulasan khusus tentang pemandu acara atau
sering juga disebut pembawa acara atau Master of Ceremony (MC) sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dan cukup penting dari suatu kegiatan keprotokolan.

E. HUBUNGAN MASYARAKAT DAN PROTOKOL

Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol, mempunyai tugas tugas


menghimpun, menyusun dan menyiapkan perumusan pedoman dan petunjuk teknis,
mengkoordinasikan bahan kebijakan dan penyelenggaraan di bidang hubungan
masyarakat dan protokol meliputi pemberitaan, dokumentasi dan protokol.

Hubungan Masyarakat dan Protokol mempunyai fungsi :

a. Pengumpulan data dan informasi sebagai bahan penyampaian berita (pers release)

b. Pelayanan informasi;

c. Pelaksanaan penghimpunan dokumentasi kegiatan Kepala Daerah

d. Pelaksanaan penghimpunan publikasi kegiatan Pemerintah Daerah

e. Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan badan atau organisasi


kewartawanan;

f. Pelaksanaan tugas sebagai juru bicara Pemerintah Daerah


g. Pelaksanaan urusan keprotokolan dan perjalanan dinas

h. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan;

i. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Asisten Pemerintahan


dan Kesejahteraan Rakyat.

Humas dan Protokol terdiri dari 3 Sub Bagian, yaitu :

1. Sub Bagian Pemberitaan, mempunyai tugas :

a. Mengumpulkan, mengolah, mendokumentasikan informasi dan kliping berita di


media massa;

b. Menyiapkan pemberian tanggapan berita di media massa, keterangan pers dan


konfirmasi;

c. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan jaringan dengan media massa;

d. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang


pers

e. Menyiapkan pelaksanaan jumpa pers Pemerintah Daerah;

f. Mempersiapkan bahan informasi penyelenggaraan Pemerintah Daerah

g. Mengelola stasiun radio untuk Pemerintah Daerah;

h. Mengelola dan mengembangkan media massa yang diterbitkan secara berkala


oleh Pemerintah Daerah

i. Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan;

j. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Bagian


Humas dan Protokol.

2. Sub Bagian Dokumentasi, mempunyai tugas :

a. Mendokumentasikan kegiatan Kepala Daerah dalam bentuk foto dan audio


visual;

b. Menghimpun dan mengolah hasil dokumentasi kegiatan Kepala Daerah;

c. Menyiapkan dokumentasi foto dan audio visual untuk konsumsi media cetak
dan elektronik;

d. Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan;


e. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Bagian
Humas dan Protokol

3. Sub Bagian Protokol, mempunyai tugas

a. Menyiapkan dan mengatur segala bentuk acara yang dilaksanakan Pemerintah


Daerah;

b. Menyiapkan dan mengatur penerimaan tamu-tamu Pemerintah Daerah yang


berhak menerima pelayanan secara protokoler baik dalam negeri maupun
manca negara

c. Menyiapkan dan mengkoordinasikan rapat-rapat dinas yang dilaksanakan oleh


Pemerintah Daerah

d. Menyiapkan pelantikan dan upacara hari-hari besar nasional;

e. Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan;

f. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Bagian


Humas dan Protokol.
DAFTAR PUSTAKA

http://baghumasprotokol.kerincikab.go.id/baca/info/527

http://www.uinmalang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2659:humas-pr-
dan-protokoler-bagian-2&catid=35:artikel&Itemid=210

http://mojokertokab.go.id/mjk/sub/humas/?page=profil

http://www.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2627:-humas-
public-relations-dan-protokoler-bagian-1&catid=35:artikel&Itemid=210
Wara MinHyuk di 20.43
Berbagi

Tidak ada komentar:


Posting Komentar



Beranda

Lihat versi web


Mengenai Saya

Anda mungkin juga menyukai