Penelaah Materi
M. Syaifuddin
Penyunting Bahasa
Yumiati
Layout
Renaldo Rhesky N
Kata Pengantar
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) memiliki ciri utama keterpisahan ruang dan waktu antara
mahasiswa dengan dosennya. Dalam PJJ, keberadaan bahan ajar memiliki peran
strategis. Melalui bahan ajar, mahasiswa secara mandiri mampu belajar, berefleksi,
berinteraksi, dan bahkan menilai sendiri proses dan hasil belajarnya.
Paket bahan ajar PJJ S1 PGSD ini tidak hanya berisi materi kajian, tetapi juga
pengalaman belajar yang dirancang untuk dapat memicu mahasiswa untuk dapat
belajar secara aktif, bermakna, dan mandiri. Paket bahan ajar ini dikemas secara
khusus dalam bentuk bahan ajar hybrid yang meliputi:
Seluruh paket bahan ajar ini dikembangkan oleh Konsorsium PJJ S1 PGSD yang
terdiri dari 23 Perguruan Tinggi (PT), yaitu Universitas Sriwijaya, Universitas
Katolik Atmajaya, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri
Yogyakarta, Universitas Negeri Malang, Universitas Muhammadiyah Malang,
Universitas Tanjungpura, Universitas Nusa Cendana, Universitas Negeri Makassar,
Universitas Cendrawasih, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA,
Universitas Pattimura, Universitas Muhammadiyah Makassar, Universitas Negeri
Gorontalo, Universitas Negeri Jember, Universitas Lampung, Universitas Lambung
Mangkurat, Universitas Pendidikan Ganesha, Universitas Mataram, Universitas
Negeri Semarang, Universitas Kristen Satya Wacana, Universitas Negeri Solo, dan
Universitas Haluoleo. Proses pengembangan bahan ajar ini difasilitasi oleh
SEAMOLEC.
Semoga paket bahan ajar ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang terlibat
dalam penyelenggaraan program PJJ S1 PGSD di tanah air.
Muchlas Samani
NIP. 0130516386
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi ……………………………………………………………………… i
Tinjauan Mata Kuliah ………………………………………………………... vii
ii Daftar Isi
Tes Formatif 2 : ....................................................................................... 3.32
Subunit 3 : Geometri Pengukuran................................................... 3.33
Latihan : ....................................................................................... 3.45
Rangkuman : ....................................................................................... 3.46
Tes Formatif 3 : ....................................................................................... 3.47
iv Daftar Isi
Tes Formatif 1 : ....................................................................................... 7.15
vi Daftar Isi
Tinjauan Mata Kuliah
Unit 2 membahas mengenai konsep dasar aljabar. Unit ini terdiri dari dua
subunit yaitu persamaan dan pertidaksamaan, barisan dan deret.
Unit 3 membahas mengenai konsep dasar geometri dan pengukuran. Unit ini
terdiri dari tiga subunit yaitu bangun datar, bangun ruang, dan
pengukuran pada bangun datar dan bangun ruang geometri.
Unit 4 membahas mengenai konsep dasar trigonometri. Unit ini terdiri dari
dua subunit yaitu teorema pythagoras dan perbandingan trigonometri.
Unit 5 membahas mengenai konsep dasar peluang. Unit ini terdiri dari dua
subunit yaitu permutasi dan kombinasi, peluang suatu kejadian.
Unit 6 membahas mengenai penalaran matematika. Unit ini terdiri dari dua
subunit yaitu logika matematika dan kuantifikasi.
Pendahuluan
M ateri yang akan Anda pelajari pertama kali pada mata kuliah pemecahan
masalah matematika adalah konsep dasar aritmetika. Kompetensi dasar yang
harus dikuasai setelah mempelajari unit ini adalah Anda mampu menggunakan
konsep dasar aritmetika khususnya konsep dalam perpangkatan dan akar bilangan
serta barisan dan deret dalam menyelesaikan masalah matematika atau masalah
lainnya. Oleh karena itu dalam unit ini akan dipelajari konsep perpangkatan dan akar
bilangan serta barisan dan deret aritmetika dan geometri. Unit ini terbagi menjadi dua
subunit yaitu subunit pertama berisi perpangkatan dan akar bilangan sedangkan
subunit kedua berisi barisan dan deret. Bahan ajar mengenai materi ini, selain
disediakan dalam bentuk bahan ajar cetak juga disediakan dalam bentuk bahan ajar
berbasis web.
Materi yang dibahas pada unit ini merupakan materi prasyarat yang harus
dikuasai untuk mempelajari materi pemecahan masalah matematika. Oleh karena itu,
pelajari unit ini sampai Anda menguasai dengan baik dan benar. Kerjakan semua
latihan yang diberikan dan lihat kembali hasil pekerjaan Anda tersebut, kemudian
bandingkan dengan pembahasan yang tersedia. Jika mengalami kesulitan, jangan
segan untuk bertanya kepada rekan yang Anda anggap mampu atau dosen pengampu
mata kuliah ini. Setelah Anda selesai mengkaji materi dan berlatih mengerjakan soal-
soal, kerjakan tes formatif yang ada dalam setiap subunit untuk mengukur tingkat
penguasaan Anda terhadap materi. Cobalah Anda kerjakan sendiri, kemudian
bandingkan jawaban Anda tersebut dengan kunci jawaban tes formatif yang ada pada
bagian akhir unit. Jika tingkat penguasaan Anda masih dibawah standar yang
disyaratkan, pelajari kembali materi terutama di bagian yang Anda kurang mengerti.
Selamat belajar dan tetap bersemangat, semoga Anda sukses.
Perpangkatan
a × a × ..... × a = an
n faktor
n
Bentuk umumnya adalah a , di mana a disebut bilangan pokok atau bilangan dasar,
sedangkan n disebut pangkat atau eksponen.
Contoh :
• 23 (dibaca dua pangkat tiga) = 2 × 2 × 2 = 8
• 52 (dibaca lima pangkat dua) = 5 × 5 = 25
Selanjutnya kita akan mempelajari beberapa sifat yang berlaku dalam perpangkatan.
Terdapat 6 sifat operasi perpangkatan yaitu:
1. (a × b )n = an × bn
2. a m × a n = a m + n
3. a m : a n = a m −n
4. (a : b )n = an : bn
5. (a )
m n
= a m×n
1
6. a −n = dengan a ≠ 0
an
Bukti kebenaran dari sifat-sifat di atas dapat Anda lakukan setelah Anda mempelajari
unit 7 mengenai penalaran induktif dan deduktif. Sementara ini Anda dapat
1-2 Unit 1
menggunakan sifat-sifat tersebut untuk menyelesaikan soal-soal mengenai
perpangkatan.
Pada perpangkatan, bilangan pokok dapat berupa bilangan bulat maupun
pecahan, demikian juga untuk pangkat atau eksponen. Pangkat juga dapat berupa
bilangan nol. Dalam perpangkatan, kedua komponen (bilangan pokok dan pangkat)
sama pentingnya. Namun demikian, perubahan hasil perpangkatan terutama
ditentukan oleh nilai pangkatnya. Oleh karena itu pembedaan nilai pangkat akan
dibahas secara khusus.
Pangkat dapat berupa bilangan nol, bilangan bulat (positif dan negatif),
bilangan pecahan (rasional) dan bilangan irrasional. Bilangan irrasional tidak dibahas
pada bahan ajar ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat skema berikut ini.
Bagaimana jika suatu bilangan dipangkatkan dengan nol? Sembarang bilangan bila
dipangkatkan nol akan menghasilkan nilai 1, tidak perduli apakah bilangan pokoknya
merupakan bilangan positif atau negatif.
Contoh :
• 50 = 1
0
⎛1⎞
• ⎜ ⎟ =1
⎝7⎠
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya perpangkatan bilangan adalah bentuk
perkalian berulang atau berganda. Berdasarkan Skema Pangkat Bilangan, pangkat
1
a−n =
an
di mana n adalah bilangan bulat positif.
Sembarang bilangan bila dipangkatkan -1 akan menghasilkan kebalikan bilangan itu
sendiri. Contoh :
1 1
• 3−1 = 1 =
3 3
1-4 Unit 1
−1
⎛1⎞ 1
• ⎜ ⎟ = =8
⎝8⎠ 1
8
−1
⎛3⎞ 8
• ⎜ ⎟ =
⎝8⎠ 3
Terlihat bahwa bila bilangan pokoknya adalah bilangan bulat, maka pangkat -1 nya
adalah pecahan / kebalikannya. Secara umum berlaku
−1
⎛a⎞ 1 b
⎜ ⎟ = =
⎝b⎠ a a
b
Sembarang bilangan bila dipangkatkan -2 akan menghasilkan kuadrat kebalikan
bilangan itu sendiri.
Contoh :
1 1
• 2− 2 = 2 =
2 4
−2
⎛1⎞ 1 1
• ⎜ ⎟ = = =9
⎝ 3⎠
2
⎛1⎞ 1
⎜ ⎟ 9
⎝ 3⎠
−2
⎛2⎞ 1 1 25 1
• ⎜ ⎟ = = = =6
⎝5⎠
2
⎛2⎞ 4 4 4
⎜ ⎟ 25
⎝5⎠
Bila bilangan pokok berbentuk pecahan dipangkatkan -2, maka hasilnya dapat
berupa bilangan bulat ataupun bilangan pecahan.
n
Definisi : a (dibaca : akar n dari bilangan a) adalah bilangan yang apabila
dipangkatkan dengan n hasilnya sama dengan a.
1
n
a dapat juga ditulis a n
1
Contoh : Akar bilangan 2 atau sama dengan pangkat pecahan
2
1 1
2×
• 2
4 = 4 = 42 = 2 2
=2
( )
1 1 1
2×
4 4 4 42 22 2 2 2
2
• 2 = = = 1 = = =
( )
1 1
9 9 9 2× 3
92 32 2
3 2
1
Akar bilangan 3 atau sama dengan pangkat pecahan
3
1 1
3×
• 3
8 = 83 = 2 3
=2
( )
1 1 1
3×
8 3
8 83 23 3 2 3
2
• 3 = = 1 = = =
( )
3 1 1
27 27 3× 3
27 3 33 3
3 3
Latihan
Selanjutnya kerjakan latihan berikut untuk memantapkan pemahaman Anda
terhadap materi.
(
b. 5 −5 × m × n 6 ) : (5
−2 −7
× m8 × n9 )
2. Nyatakan perpangkatan berikut dalam pangkat positif.
(
a. c −7 × m 5 × n −9 ) (c−2 −10
× m 8 × n −9 )
b. (c ) : (c × m 8 × n −9 )
−7 −2 2
× m 5 × n −9 −10
1-6 Unit 1
3. Hitunglah perpangkatan berikut ini.
a. 2 −3
1
b. 8 3
Bagaimana Saudara, apakah Anda mengalami kesulitan? Tentu saja tidak, namun
demikian Anda dapat membandingkan jawaban yang Anda temukan dengan
pembahasan berikut ini.
sehingga diperoleh (5 ) : (5 × 5 ) = 5 3 2 5 4 6
: 59 = 56 − 9 , kemudian menggunakan
sebagai berikut.
(c 14
× m −10 × n18 )(c −10 × m 8 × n −9 ) menggunakan sifat 5
c 4 × m −2 × n 9 menggunakan sifat 2
c ×n 4 9
menggunakan sifat 6
m2
b. Analog dengan pengerjaan a, perpangkatan
(c −7
× m 5 × n −9 ) : (c
−2 −10
× m 8 × n −9 )
2
akan dinyatakan dalam pangkat
positif berikut ini.
(c14
× m −10 × n18 ) : (c −20 × m16 × n −18 ) menggunakan sifat 5
c 34 × m −26 × n36 menggunakan sifat 3
b. 8 3 = 3 8 = 2
1-8 Unit 1
Rangkuman
n faktor
di mana a disebut bilangan pokok atau bilangan dasar, sedangkan n disebut pangkat
atau eksponen. Berikut beberapa sifat operasi perpangkatan yaitu:
1. (a × b )n = an × bn
2. a m × a n = a m + n
3. a m : a n = a m − n
4. (a : b )n = an : bn
5. (a )
m n
= a m×n
1
6. a −n = dengan a ≠ 0
an
Setiap bilangan yang dipangkatkan dengan bilangan nol, hasilnya merupakan
bilangan 1, sedangkan setiap bilangan yang dipangkatkan dengan 1, hasilnya
merupakan bilangan itu sendiri.
Akar suatu bilangan merupakan perpangkatan dengan pangkat bilangan pecahan.
n
Bentuk umum akar bilangan adalah a (dibaca : akar n dari bilangan a) yaitu
bilangan yang apabila dipangkatkan dengan n hasilnya sama dengan a.
1
n
a dapat juga ditulis a n
adalah …….
x5
A. xy 6 C. x −5 y −5
B. x 5 y −5 D. x −9 y 6
3
⎛ 5 −3 ⎞ ⎛ 1 ⎞
3. Bentuk perpangkatan ⎜⎜ − 2 ⎟⎟ ⎜ 3 ⎟ jika dinyatakan dalam pangkat positif
⎝x ⎠ ⎝x ⎠
adalah ……
1 x3
A. 4 C.
x 59
1 x18
B. D.
59 x 59
4. Nilai dari ⎜
(
⎛ 5 2 × 5 −3 )
−3
⎞⎛ 1 ⎞
⎟⎜ ⎟ adalah …….
⎜ 53 ⎟⎝ 5 −3 ⎠
⎝ ⎠
A. 5 −7 C. 5 3
B. 0 D. 512
5. Bilangan 32 merupakan penyederhanaan dari perpangkatan ……
A. (2 2 × 2 −1 ) C. 2 0 × 2 4
3
B. 4 4 × 2 −3 D. (4 2 × 2 −1 )
2
n
6. Arti dari a adalah ……
−n 1
A. a n
C. a
1 - 10 Unit 1
−
1
n
D. a n
B. a
⎛ 16 ⎞⎛ 27 ⎞
7. Nilai dari ⎜⎜ 2 ⎟⎜ 3
⎟⎜
⎟ adalah ……
⎟
⎝ 9 ⎠⎝ 8 ⎠
A. 1 C. 6
B. 2 D. 8
B. ( 5 )( 3 )
3 3
D. ( 125 )( 81 )
3 4
4
⎛⎛ 2 ⎞ ⎛ 2 ⎞⎞
9. Nilai dari ⎜ ⎜ ⎟ : ⎜⎜ 2 ⎟⎟ ⎟ adalah ……
⎜⎝ 3 ⎠ ⎟
⎝ ⎝ 3 ⎠⎠
4 20
A. C.
9 85
12 64
B. D.
72 729
⎛ 3 ⎞⎛ 1 ⎞
10. Bilangan yang merupakan nilai dari ⎜⎜ 2 ⎟⎟⎜⎜ 2 ⎟⎟ adalah ……
⎝ 4 ⎠⎝ 27 ⎠
1 1
A. C.
6 18
1 1
B. D.
12 24
B arisan dan deret yang akan dibahas di sini khususnya barisan dan deret
aritmetika serta geometri. Dalam subunit ini juga akan dibahas mengenai notasi
sigma yang menjadi dasar untuk penulisan deret.
Barisan
Sebelum kita mempelajari barisan, coba Anda amati pola bilangan pada
himpunan berikut ini.
1. Himpunan bilangan asli : {1, 2, 3, 4, 5, …}
2. Himpunan bilangan bulat : {…, -2, -1, 0, 1, 2, …}
3. Himpunan bilangan asli ganjil : {1, 3, 5, 7, 9, …}
4. Himpunan bilangan asli genap : {2, 4, 6, 8, 10, …}
Setiap anggota himpunan di atas dapat diurutkan sehingga mempunyai keteraturan
atau pola. Penulisan beberapa anggota himpunan secara terurut seperti di atas akan
dapat menyatakan anggota himpunan yang lain yang mempunyai pola sama.
Urutan bilangan yang mempunyai pola atau keteraturan tertentu disebut
barisan. Pada contoh himpunan di atas, diperoleh barisan bilangan seperti berikut ini.
1. Barisan bilangan asli 1, 2, 3, 4, 5, …
2. Barisan bilangan bulat …, -2, -1, 0, 1, 2, …
3. Barisan bilangan (asli) ganjil 1, 3, 5, 7, 9, …
4. Barisan bilangan (asli) genap 2, 4, 6, 8, 10, …
Nama barisan dicirikan oleh bilangan-bilangan yang membentuk barisan tersebut.
Adapula barisan yang diberi nama sesuai dengan penemunya.
Contoh : Barisan bilangan Fibonacci 1, 1, 2, 3, 5, 8, … yang ditemukan pada tahun
1200 oleh Leonardo Fibonacci.
Masing-masing bilangan pada suatu barisan disebut suku barisan dan
dipisahkan dengan tanda koma. Suku pertama dilambangkan dengan u1 , suku kedua
dilambangkan dengan u 2 dan seterusnya. Jadi secara umum suatu barisan yang
terdiri dari n suku ditulis dalam bentuk sebagai berikut.
u1 , u 2 , u 3 ,..., u n
Indeks pada barisan di atas menyatakan banyaknya suku dan disebut panjang barisan.
Untuk n bilangan asli berhingga, barisan itu disebut barisan berhingga.
1 - 12 Unit 1
Pada contoh barisan bilangan yang telah disebutkan di atas, dua barisan
bilangan pertama mempunyai pola yang sama yaitu suku barisan diperoleh dari suku
sebelumnya ditambah 1. Perbedaan kedua barisan tersebut terletak pada suku
awalnya saja. Suku barisan bilangan pada contoh keempat dan kelima diperoleh
dengan menambah suku sebelumnya dengan bilangan 2. Perbedaan pada suku awal
akan memberikan perbedaan pada suku-suku berikutnya.
Selanjutnya kita akan mempelajari barisan aritmetika dan geometri. Untuk
memahami pengertian barisan aritmetika, coba Anda perhatikan contoh-contoh
barisan berikut ini.
Contoh :
1. Barisan 2, 4, 6, 8, …
2. Barisan 4, 1, -2, -5, …
1 1
3. Barisan 3, 2 , 2, 1 , …
2 2
Pada setiap barisan di atas, apakah Anda bisa melihat bahwa selisih dua suku yang
berurutan selalu tetap (konstan)? Barisan dengan ciri seperti itu disebut barisan
aritmetika dan selisih dua suku yang berurutan disebut beda dan dilambangkan
dengan b. Coba Anda tentukan beda masing-masing barisan pada contoh di atas
kemudian cocokkan jawaban Anda dengan pembahasan berikut ini.
1. Beda barisan 2, 4, 6, 8, … dapat diketahui dengan cara mengurangkan suku
barisan (kecuali suku awal) dengan suku sebelumnya. Jadi beda barisan
tersebut adalah b = 4 − 2 = 6 − 4 = 8 − 6 = 2 .
2. Beda barisan 4, 1, -2, -5, … adalah b = 1 − 4 = (−2) − 1 = (−5) − (−2) = −3 .
1 1 1 1 1 1
3. Beda barisan 3, 2 , 2, 1 , … adalah b = 2 − 3 = 2 − 2 = 1 − 2 = − .
2 2 2 2 2 2
Jika kita ingin menentukan suku ke sekian dari suatu barisan aritmetika,
berarti kita harus mempunyai rumus untuk suku ke-n dari barisan aritmaetika.
Misalkan suku awal dan beda dari barisan aritmetika dilambangkan dengan a dan b .
Untuk menentukan rumus suku ke-n suatu barisan aritmetika, perhatikan bagan
berikut ini.
Gambar 1.2
1 - 14 Unit 1
2. Diketahui suku ke-10 dari suatu barisan aritmetika adalah 41 dan suku ke-5
sama dengan adalah 21 maka u10 = a + (10 − 1)b = a + 9b = 41 dan
u 5 = a + (5 − 1)b = a + 4b = 21 . Dari sini diperoleh
a + 9b = 41
a + 4b = 21
5b = 20
b = 4 sehingga a + 4(4) = 21
a=5
Jadi rumus ke-n barisan tersebut adalah u n = 5 + (n − 1)4 = 4n + 1 sehingga
suku ke-125 adalah u125 = 4(125) + 1 = 500 + 1 = 501 .
Kita kembali ke kasus sang raja dan juara catur. Berapa kg beras yang diminta juara
catur? Banyak kotak pada papan catur adalah 64. Jadi kita akan menentukan suku ke-
64 dari barisan 1, 2, 4, 8, 16, …sebagai berikut.
u 64 = u1 r 64−1
= 1.2 63
= 2 63
Ternyata banyak sekali beras yang diminta juara catur yaitu sebanyak 2 63 kg.
Latihan 2
Saudara, Anda telah belajar mengenai barisan geometri. Pemahaman Anda
terhadap konsep ini akan lebih meningkat jika Anda berlatih menyelesaikan soal-soal
berkaitan dengan barisan geometri. Berikut ini soal tentang barisan geometri,
silahkan Anda menyelesaikan soal-soal tersebut.
1. Tentukan rasio, rumus ke-n dan suku ke-10 dari tiap barisan geometri berikut
ini.
a. 2, 6, 18, 54, …
b. 32, 16, 8, 4, …
c. 4, -8, 16, -32, …
d. 3 , 6, 12 3 , 72, …
2. Suku pertama dari suatu barisan geometri sama dengan 4 dan suku ke-4 sama
dengan 12. Tentukan rasio dan suku ke-8.
1 - 16 Unit 1
Pedoman Jawaban Latihan
Bagaimana Saudara, apakah Anda menemui kesulitan? Untuk melihat seberapa jauh
pemahaman Anda mengenai barisan geometri, silahkan cocokkan penyelesaian yang
Anda buat dengan pembahasan penyelesaian soal berikut ini.
6
1. a. Rasio pada barisan geometri pada 1a adalah r = = 3 . Suku pertama dari
2
barisan geometri itu adalah u1 = 2 maka rumus suku ke-n u n = 2.3 n −1 .
Dari rumus tersebut dapat ditentukan suku ke-10 sebagai berikut.
u10 = 2.310 −1 = 2.39 = 2.19683 = 39366
Jadi suku ke-10 barisan geometri 2, 6, 18, 54, ...... adalah 39366.
16 1
b. Rasio barisan geometri pada 1b adalah r = = . Suku pertama dari
32 2
barisan tersebut adalah u1 = 32 maka rumus suku ke-n barisan tersebut
n −1
⎛1⎞
u n = 32⎜ ⎟ . Dari rumus tersebut ditentukan suku ke-10 sebagai
⎝2⎠
berikut.
10 −1 9
⎛1⎞⎛1⎞ ⎛ 1 ⎞ 1
= 32⎜ ⎟ = 32⎜
u10 = 32⎜ ⎟ ⎟=
⎝2⎠⎝2⎠ ⎝ 512 ⎠ 16
1
Jadi suku ke-10 barisan geometri 32, 16, 8, 4, ..... adalah .
16
−8
c. Rasio barisan geometri pada 1c adalah r = = −2 . Suku pertama dari
4
barisan tersebut adalah u1 = 4 maka rumus suku ke-n u n = 4(− 2 )
n −1
. Dari
rumus tersebut dapat ditentukan suku ke-10 dari barisan sebagai berikut.
u10 = 4(− 2 ) = 4(− 2 ) = 4(− 512 ) = −2048
10 −1 9
Jadi suku ke-10 dari barisan 4, -8, 16, -3, dan seterusnya sama dengan -
2048.
6 6 3
d. Rasio barisan geometri pada 1d adalah r = = = 2 3 . Suku
3 3
pertama barisan adalah u1 = 3 maka rumus rumus suku ke-n
( )
un = 3 2 3
n −1
. Dari rumus ini dapat ditentukan suku ke-10 dari barisan
sebagai berikut.
( )
u10 = 3 2 3
10 −1
( ) ( )( 3 )
9
= 3 2 3 = 29
10
( )
= 512 35 = 512(243) = 124416
( 3)
7 1
7
u 8 = u1 r 8−1 = 4 × 3
= 4 × 3 3 = 4 × 3 2 × 3 3 = 363 3 .
Bagaimana Saudara, apakah penyelesaian Anda benar semua? Sejauh mana
pemahaman Anda mengenai barisan geometri? Jika menurut Anda, pemahaman
mengenai konsep ini kurang, jangan segan untuk mepelajari kembali konsep ini
sebelum kita mempelajari konsep berikutnya. Konsep yang akan kita pelajari
selanjutnya adalah mengenai konsep notasi sigma yang menjadi landasan dalam
penulisan deret bilangan. Jika Anda sudah siap, kita akan lanjutkan dengan
mempelajari konsep notasi sigma berikut ini.
Notasi Sigma
Notasi sigma banyak digunakan dalam matematika khususnya bidang
statistika. Penggunaan notasi sigma di dalam statistika antara lain digunakan dalam
menentukan mean, simpangan baku, dan ragam. Sebelum membahas notasi sigma,
perhatikan jumlah lima bilangan ganjil berikut ini.
1+3+5+7+9
Menurut Anda bagaimanakah pola lima bilangan tersebut? Pola barisan tersebut
adalah sebagai berikut.
Suku ke-1 = 1= 2(1) – 1
Suku ke-2 = 3 = 2(2) – 1
Suku ke-3 = 5 = 2(3) – 1
Suku ke-4 = 7 = 2(4) – 1
Suku ke-5 = 9 = 2(5) – 1
Jadi secara umum pola barisan bilangan di atas adalah 2k – 1 dengan k = 1, 2, 3, 4, 5.
Penjumlahan lima bilangan asli yang ganjil di atas dapat disingkat dengan
menggunakan notasi sigma. Lambang notasi sigma adalah Σ yang merupakan huruf
1 - 18 Unit 1
kapital Yunani yang berarti penjumlahan. Notasi ini pertama kali diperkenalkan oleh
Leonhard Euler pada tahun 1755. Jadi penulisan 1 + 3 + 5 + 7 + 9 dengan
menggunakan notasi sigma adalah sebagai berikut.
5
∑ (2k − 1)
k =1
Lambang k = 1 disebut batas bawah dan k = 5 disebut batas atas. Secara umum
bentuk notasi sigma didefinisikan sebagai berikut.
n
∑a
k =1
k = a1 + a 2 + a3 + ... + a n
Latihan 3
Selanjutnya silahkan Anda berlatih menyelesaikan soal-soal berikut ini.
1. Tuliskan tiap penjumlahan berikut ini dengan menggunakan notasi sigma.
a. 3 + 5 + 7 + 9 + 11
b. 1 + 4 + 9 + 16 + 25 + 36
2 3 4 5 6
c. 1 + + + + +
3 5 7 9 11
2. Setiap notasi sigma berikut ini, tuliskan dalam suku-suku penjumlahan
kemudian hitunglah jumlahnya.
6
a. ∑ (3i + 1)
i =1
5
b. ∑ (1 − 4k )
k =1
4
c. ∑2
i =1
i
∑k
k =1
2
.
a. = 4 + 7 + 10 + 13 + 16 + 19
= 69
1 - 20 Unit 1
5
b. = (− 3) + (− 7 ) + (− 11) + (− 15) + (− 19 )
= −55
4
∑2
i =1
i
= 21 + 2 2 + 2 3 + 2 4
c. = 2 + 4 + 8 + 16
= 30
Pada notasi sigma, terdapat beberapa sifat yang sangat berguna dalam melakukan
penghitungan atau manipulasi aljabar. Sifat-sifat tersebut sebagai berikut.
Sifat 1.
n
Contoh :
5
∑ 2 = 21+424+22 +424+32
i =1 5 suku
= 5(2)
= 10
Sifat 2.
n n
∑ Aui = A∑ ui
i =1 i =1
Contoh :
4
∑ 2u
i =1
i = 2u1 + 2u 2 + 2u 3 + 2u 4
= 2(u1 + u 2 + u 3 + u 4 )
4
= 2∑ u i
i =1
Sifat 3.
n n n
∑ (ui ± vi ) = ∑ ui ± ∑ vi
i =1 i =1 i =1
Sifat 4.
m n n
∑ ui +
i =1
∑ ui = ∑ ui
i = m +1 i =1
∑ ui = ∑ ui+1 = ∑ ui−1
i =1 i =0 i=2
Deret
Jika suku-suku dalam suatu barisan dijumlahkan maka penjumlahan berurut
dari suku-suku barisan tersebut disebut deret. Apakah Anda telah mendengar
mengenai cerita tentang matematikawan yang bernama Carl Friederich Gauss?
Ketika Gauss masih di sekolah dasar, dia diminta oleh gurunya untuk menjumlahkan
100 bilangan asli pertama. Gauss menggunakan teknik menghitung sederhana tetapi
keefektifan cara menghitung yang dilakukan Gauss tidak diragukan lagi. Ia
memisalkan S adalah jumlah 100 bilangan asli yang pertama seperti berikut ini.
S = 1 + 2 + 3 + ... + 100
S = 100 + 99 + 98 + ... + 1
2 S = 101 + 101 + 101 + ... + 101
2 S = 100(101) = 10100
S = 5050
Teknik menghitung Gauss ini, selanjutnya digunakan untuk mendapatkan rumus
jumlah n suku pertama deret aritmetika berikut ini.
1 1
S n = n(a + U n ) atau S n = n[2a + (n − 1)b]
2 2
Salah satu sifat penting dari S n adalah S n − S n −1 = u n .
Latihan 4
Anda telah mendapatkan rumus jumlah n suku pertama deret aritmetika, maka
sekarang selesaikan soal berikut.
1 1
1. Tentukan jumlah 10 suku pertama pada deret aritmetika 1 + 2 + 2 + ...
2 2
2. Jika pada suatu deret aritmetika, diketahui suku ke-5 sama dengan 40 dan
suku ke-8 sama dengan 25, maka tentukan jumlah 12 suku pertama dari deret
aritmetika tersebut.
1 - 22 Unit 1
Pedoman Jawaban Latihan
Cocokkan jawaban Anda dengan pembahasan berikut.
1 1 1
1. Dari deret aritmetika 1 + 2 + 2 + ... diketahui suku pertama a = 1 dan
2 2 2
1
beda b = . Nilai suku pertama dan beda tersebut kita masukkan ke dalam
2
rumus jumlah n suku pertama dari barisan aritmetika, sehingga diperoleh:
1
S n = n[2a + (n − 1)b]
2
⎡ ⎛ 1⎞ 1⎤
= (10) ⎢2.⎜1 ⎟ + (10 − 1) ⎥
1
2 ⎣ ⎝ 2⎠ 2⎦
⎡ ⎛ 3 ⎞ ⎛ 1 ⎞⎤
= 5⎢2⎜ ⎟ + 9⎜ ⎟⎥
⎣ ⎝ 2 ⎠ ⎝ 2 ⎠⎦
⎛ 9⎞
= 5⎜ 3 + ⎟
⎝ 2⎠
⎛ 15 ⎞
= 5⎜ ⎟
⎝2⎠
75
=
2
Anda telah berlatih menyelesaikan soal berkaitan dengan deret aritmetika. Sekarang
Anda akan mempelajari deret geometri. Secara umum, jumlah n suku pertama dari
suatu deret geometri adalah
Sn =
(
a r n −1 )
dengan r > 1 atau S n =
a 1− rn ( )
dengan r < 1 .
(r − 1) (1 − r )
Seperti pada deret aritmetika, deret geometri berlaku juga S n − S n −1 = u n .
Latihan 5
Selanjutnya selesaikan soal berikut.
1. Tentukan jumlah 6 suku pertama deret geometri 1 + 2 + 4 + ...
2. Jika jumlah deret geometri 2 + 2 2 + 2 3 + ... + 2 n = 254 maka tentukan nilai n.
Sn =
(
a r n −1)
(r − 1)
S6 =
(
1. 2 6 − 1 64 − 1
=
)= 63
2 −1 1
Jadi jumlah 6 suku pertama deret 1 + 2 + 4 + ... adalah 63.
2. Deret geometri 2 + 2 2 + 2 3 + ... + 2 n = 254 mempunyai a=2 dan
2
2
r= = 2 > 1 . Menentukan nilai n dari deret geometri tersebut sebagai
2
berikut.
1 - 24 Unit 1
Sn =
(
a r n −1)
(r − 1)
254 =
(
2 2n −1 )
2 −1
254
= 2n − 1
2
127 + 1 = 2 n
128 = 2 n
n=7
Jadi nilai n yang memenuhi deret geometri 2 + 2 2 + 2 3 + ... + 2 n = 254 adalah
7.
∑a
k =1
k = a1 + a 2 + a3 + ... + a n
Sn =
(
a r n −1 )
dengan r > 1 atau S n =
a 1− rn (
dengan r < 1 .
)
(r − 1) (1 − r )
1 - 26 Unit 1
Tes Formatif 2
∑k 2
+1
k =1
B.
5
∑k 2
+1
D. ∑ 2 + 5 + 10 + 17 + 26
k =1
3
7. ∑k
k =1
2
+ k = .......
A. 12 C. 20
B. 14 D. 28
1 - 28 Unit 1
Kunci Tes Formatif
2. D.
(x 2
y −3 )
−2
= x − 4 . y 6 .x −5 = x −9 . y 6
x5
3
⎛ 5 −3 ⎞ ⎛ 1 ⎞ 5 −9 5 −9 x 3
3. C. ⎜⎜ − 2 ⎟⎟ ⎜ 3 ⎟ = −6 3 = −3 = 9
⎝x ⎠ ⎝ x ⎠ x .x x 5
4. C. ⎜
(
⎛ 5 2.5 −3 )
−3
⎞⎛ 1 ⎞ 5 −1 −3
⎟⎜ ⎟=
( )
= 53
⎜ 53 ⎟⎝ 5 −3 ⎠ 5 0
⎝ ⎠
5. B. 4 4 × 2−3 = (22 ) × 2 −3 = 28 × 2 −3 = 25 = 32
4
6. C.
⎛ 16 ⎞⎛ 27 ⎞ ⎛ 4 ⎞⎛ 3 ⎞
7. B. ⎜⎜ 2 ⎟⎜ 3 ⎟
⎟⎜ 8 ⎟ = ⎜⎝ 3 ⎟⎠⎜⎝ 2 ⎟⎠ = 2
⎝ 9 ⎠⎝ ⎠
8. D. ( 125 )( 81) = 5.3 = 15
3 4
4
⎛⎛ 2 ⎞ ⎛ 2 ⎞⎞ 4
4
⎛ 1
⎞ 4 −2 2
⎛2⎞ ⎜⎛ 2 ⎞ 2 ⎟ ⎛2⎞ ⎛2⎞ ⎛2⎞ 4
9. A. ⎜ ⎜ ⎟ : ⎜⎜ 2 ⎟⎟ ⎟ = ⎜ ⎟ : ⎜ ⎜ ⎟ ⎟ = ⎜ ⎟ .⎜ ⎟ = ⎜ ⎟ =
⎜⎝ 3 ⎠ ⎟ ⎝3⎠ ⎜⎝ 3 ⎠ ⎟ ⎝3⎠ ⎝3⎠ ⎝3⎠
⎝ ⎝ 3 ⎠⎠ ⎝ ⎠
9
⎛ 1 ⎞⎛
⎟⎜ 1 ⎞⎟
1
⎛ 3 ⎞⎛ 1 ⎞ ⎜ 3 2 32 1 1
10. A. ⎜⎜ 2 ⎟⎟⎜⎜ 2 ⎟⎟ = ⎜ 1 ⎟⎜ 1 ⎟
= = =
( )
⎟⎜⎝ 33 2 ⎟⎠ 2.3 2 2.3 6
3
⎝ 4 ⎠⎝ 27 ⎠ ⎜ 4 2
⎝ ⎠
18. D. Deret tersebut merupakan deret aritmetika dengan suku awal a = 2 dan
beda b = 3, sehingga jumlah suku ke-n adalah
1 1
S n = n[2a + (n − 1)b] = n[2.2 + (n − 1).3]
2 2
1 1 3n 2 + n
= n[4 + 3n − 3] = n[3n + 1] =
2 2 2
n −1
⎛1⎞ 1
19. C. u n = 30⎜ ⎟ diketahui u1 = 30 dan r = < 0 maka jumlah 6 suku
⎝2⎠ 2
pertama dari deret tersebut adalah
⎛ ⎛ 1 ⎞6 ⎞
30⎜1 − ⎜ ⎟ ⎟ 30⎛⎜1 − 1 ⎞⎟
⎜ ⎝2⎠ ⎟
S6 = ⎝ ⎠ = ⎝ 64 ⎠ = 60⎛ 63 ⎞ = 945
⎜ ⎟
⎛ 1⎞ 1 ⎝ 64 ⎠ 16
⎜1 − ⎟
⎝ 2⎠ 2
20. B. Diketahui u 3 = a + 2b = 11 dan u10 = a + 9b = 39 . Dari kedua persamaan
tersebut diperoleh suku pertama a = 3 dan beda b = 4 sehingga rumus
umum suku ke-n barisan aritmetika tersebut adalah
u n = 3 + (n − 1)4 = 4n − 1 .
1 - 30 Unit 1
Daftar Pustaka
Wirodikromo, S. 1996. Matematika. Jakarta : Erlangga
1 - 32 Unit 1
Unit 2
KONSEP DASAR ALJABAR
P ada unit ini kita akan mempelajari beberapa konsep dasar dalam aljabar seperti
persamaan dan pertidaksamaan yang berbentuk linear dan kuadrat, serta
mengkaji sistem persamaan linear dengan dua peubah. Kompetensi yang harus
dikuasai setelah Anda mempelajari konsep dasar aljabar adalah mampu
menggunakan konsep dasar aljabar dalam menyelesaikan masalah matematika
maupun masalah pada bidang lain yang terkait dengan konsep tersebut. Unit ini
terdiri dari tiga subunit yaitu persamaan, pertidaksamaan, dan sistem persamaan
linear. Masing-masing subunit akan dilengkapi dengan latihan-latihan sederhana
untuk membantu Anda dalam memahami konsep yang telah dipelajari. Media yang
dapat Anda gunakan dalam mempelajari konsep dasar aljabar ini, selain melalui
bahan ajar cetak, Anda juga dapat mempelajarinya dengan mengakses web yang
telah disediakan. Unit ini merupakan salah satu prasyarat pengetahuan yang harus
Anda kuasai untuk mengkaji dan memecahkan masalah matematika terutama
masalah matematika di bidang aljabar dalam kehidupan sehari-hari.
Kajilah materi dalam setiap subunit sampai tuntas. Kerjakanlah latihan dan
tugas-tugas yang ada di setiap subunit. Setelah Anda selesai mempelajari satu
subunit, kerjakanlah tes formatif untuk mengukur tingkat penguasaan Anda. Cobalah
mengerjakan sendiri tes formatif tersebut agar Anda benar-benar mengetahui
seberapa besar penguasaan Anda terhadap materi yang baru dipelajari. Jika Anda
belum mencapai tingkat penguasaan yang disyaratkan, pelajari kembali materi pada
subunit yang bersangkutan. Jangan segan untuk bertanya atau meminta bantuan
kepada orang yang Anda anggap mampu atau kepada dosen pengampu mata kuliah
ini. Anda bisa melakukan latihan menyelesaikan soal berulang-ulang baik soal yang
tersedia dalam bahan ajar cetak maupun dalam bahan ajar web.
Selamat mempelajari unit ini, semoga Anda berhasil.
Persamaan
S ubunit 1 berisi bahasan mengenai persamaan linear dan kuadrat dan bagaimana
menentukan penyelesaiannya. Persamaan merupakan salah satu konsep
matematika yang digunakan dalam menentukan suatu model matematika dan
penyelesaiannya terkait dengan pemecahan masalah matematika dalam bidang
aljabar.
Sebelum kita membahas mengenai persamaan, terlebih dahulu akan dibahas
mengenai beberapa istilah yang dipakai dalam subunit ini. Istilah-istilah tersebut
antara lain: variabel, koefisien, konstanta, dan suku. Selain istilah-istilah tersebut
juga akan dibahas beberapa manipulasi aljabar yang akan digunakan untuk
menyelesaikan persamaan dan pertidaksamaan. Pertama-tama kita akan membahas
mengenai variabel. Variabel adalah sebuah lambang yang menyatakan atau mewakili
sebarang bilangan real. Variabel biasa dinotasikan dengan huruf kecil, seperti : x, y,
a, u, dan lain sebagainya. Jika beberapa variabel yang sama dijumlahkan akan
diperoleh perkalian antara bilangan yang menyatakan banyaknya variabel dan
variabel tersebut.
Contoh :
Jika 5 + 5 = 2 × 5 maka hal ini berlaku juga untuk a + a = 2 × a atau disingkat
menjadi 2a. Demikian juga karena operasi perkalian mempunyai sifat komutatif,
yaitu 2 × 3 = 3 × 2 maka sifat tersebut berlaku juga dalam perkalian dengan variabel,
yaitu 2 × a = a × 2 = 2a.
2-2 Unit 2
Jika dua suku yang sama dijumlahkan atau lebih maka akan diperoleh perkalian
antara bilangan yang menyatakan banyaknya suku dengan suku tersebut.
Contoh : Jika 2y + 2y + 2y maka diperoleh 3 × 2y = 6y.
Jika dua suku yang memuat variabel sama atau lebih maka untuk
menyederhanakannya, kita dapat menggunakan aturan distributif.
Contoh : Jika 3m + 7m maka diperoleh (3 + 7)m = 10m.
Jadi kesimpulannya, dua suku atau lebih dapat dijumlahkan atau dikurangkan jika
suku-suku tersebut memuat variabel yang sama. Sebaliknya, dua suku atau lebih
tidak dapat dijumlahkan atau dikurangkan jika suku-suku tersebut memuat variabel
yang berbeda.
Contoh : 4k – 3m, 2x + 7y dan lain sebagainya.
Pada setiap suku aljabar dapat dikenakan operasi perkalian dan pembagian seperti
pada bilangan.
Contoh :
a. 3 × 6y = (3 × 6)y = 18y
b. 10t : 5 = (10 : 5)t = 2t
Sifat-sifat operasi hitung pada bilangan yang telah kita kenal adalah sifat komutatif,
assosiatif dan distributif. Sifat-sifat tersebut juga berlaku pada pengerjaan operasi
hitung pada suku aljabar.
Contoh :
a. u × v = v × u = uv
b. a × (b × c) = (a × b) × c
c. 2u (a + b) = (2u × a) + (2u × b) = 2au + 2bu
e. 2a × 3b = (2 × a) × (3 × b)
= (2 × 3) × (a × b) Menggunakan sifat assosiatif
= 6ab
f. 8ab + 6ba = 8ab + 6ab Menggunakan sifat komutatif
= (8 + 6)ab Menggunakan sifat distributif
= 14ab
h. 7gh + 12gl + 8hg – 4gl = 7gh + 8gh +12gl – 4gl
= (7 + 8) gh + (12 – 4)gl
= 15gh + 8gl
2-4 Unit 2
bilangan 5 pada kesamaan tersebut maka diperoleh x + 10 = 15. Jadi x + 10 = 15
menjadi kalimat matematika yang terbuka. Kalimat matematika x + 10 = 15 disebut
persamaan .
Jadi persamaan adalah suatu pernyataan atau kalimat matematika terbuka
yang menyatakan hubungan sama dengan antara ruas kiri dan ruas kanan dan dibatasi
dengan tanda ”=”.
Persamaan x + 10 = 15 memuat variabel x dimana nilai x adalah 5 jika
kalimat terbuka tersebut diubah menjadi pernyataan yang benar. Nilai x = 5 disebut
penyelesaian dari persamaan x + 10 = 15. Jadi menyelesaikan persamaan berarti
menemukan bilangan di mana jika setiap variabel dalam persamaan tersebut diganti
dengan bilangan itu maka diperoleh pernyataan yang bernilai benar.
Persamaan yang akan kita bahas dalam unit ini adalah persamaan linear dan
kuadrat. Kita akan mengkaji dan menyelesaikan persamaan linear dan kuadrat
tersebut.
Persamaan linear adalah suatu persamaan yang pangkat tertinggi pada
variabelnya adalah 1. Secara simbolik, persamaan linear adalah persamaan yang
berbentuk ax + b = 0 dengan a, b ∈ R di mana R adalah himpunan bilangan real dan
a ≠ 0.
Contoh :
a. x + 5 = 9
b. 2x + 7 = 11
x
c. =7
3
d. 7x – 4 = 4x + 17
e. 2(4x +1) = 18
Bagaimana menentukan nilai x yang memenuhi persamaan di atas? Menentukan nilai
x dalam persamaan linear berarti menyelesaikan persamaan linear tersebut. Untuk itu
terlebih dulu Anda harus memahami konsep berikut ini.
Jika kedua ruas dalam suatu persamaan dikurangi atau ditambah dengan suatu
bilangan yang sama maka hal tersebut tidak akan merubah nilai kebenaran dari
persamaan tersebut. Demikian juga jika kedua ruas dikalikan atau dibagi dengan
suatu bilangan yang sama juga tidak akan merubah nilai kebenaran dari persamaan
itu.
Bagaimana Saudara, apakah Anda telah paham dengan konsep tersebut?
Cobalah Anda membuat contoh untuk menjelaskan konsep ini. Kemudian
bandingkan dengan contoh berikut ini.
Dengan demikian suatu persamaan tidak akan berubah penyelesaiannya jika kedua
ruas persamaan tersebut diberi perlakuan berikut ini.
1. Ditambah atau dikurangi dengan bilangan yang sama.
2. Dikali atau dibagi dengan bilangan yang sama asal bukan nol.
Persamaan baru yang diperoleh dengan persamaan aslinya dikatakan ekuivalen dan
keduanya mempunyai penyelesaian yang sama.
Sekarang kita telah siap untuk menyelesaikan persamaan linear pada contoh
yang telah diberikan di atas.
a. Penyelesaian persamaan linear x + 5 = 9 adalah sebagai berikut.
x+5–5=9–5 Kedua ruas dikurangi dengan 5
x=4
Jadi penyelesaian persamaan linear x + 5 = 9 adalah x = 4.
b. Selanjutnya kita akan menentukan penyelesaian persamaan linear 2x + 7 = 11.
2x + 7 – 7 = 11 – 7 Kedua ruas dikurangi dengan 7
2x = 4
2x : 2 = 4 : 2 Kedua ruas dibagi dengan 2
(2 : 2)x = 2
x=2
Jadi penyelesaian persamaan linear 2x + 7 = 11 adalah x = 2.
2-6 Unit 2
b. Untuk contoh yang keempat, penyelesaian persamaan linear 7x – 4 = 4x + 17
adalah sebagai berikut.
7x – 4 = 4x + 17
7x – 4 + 4 = 4x + 17 + 4 Kedua ruas ditambah dengan 4
7x = 4x + 21
7x – 4x = 4x – 4x + 21 Kedua ruas dikurangi dengan 4x
(7 – 4 )x = 21
3x = 21
3x : 3 = 21 : 3 Kedua ruas dibagi dengan 3
(3 : 3)x = 7
x=7
c. Penyelesaian persamaan linear untuk contoh terakhir yaitu 2(4x + 1) = 18 adalah
sebagai berikut.
2(4x + 1) = 18
8x + 2 = 18 Menggunakan aturan distributif
8x + 2 – 2 = 18 – 2 Kedua ruas dikurangi dengan 2
8x = 16
8x : 8 = 16 : 8 Kedua ruas dibagi dengan 8
(8 : 8)x = 2
x=2
Jadi penyelesaian persamaan linear 2(4x + 1) = 18 adalah x = 2.
2-8 Unit 2
2x 2
× 3 = 24 × 3 Kedua ruas dikalikan dengan 3
3
2 x 2 = 72
2 x 2 72
= Kedua ruas dibagi dengan 2
2 2
x 2 = 36
x = −6 atau x = 6
2x 2
Jadi penyelesaian persamaan kuadrat = 24 adalah x = −6 atau x = 6 .
3
Perhatikan bahwa ada dua nilai x yang memenuhi persamaan x 2 = 36 yaitu x = −6
atau x = 6 . Jadi ingatlah bahwa persamaan x 2 = a akan mempunyai dua nilai x yaitu
x = − a dan x = a . Penyelesaian persamaan linear seperti di atas merupakan
penyelesaian persamaan linear dengan menggunakan aturan akar kuadrat.
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Persegi yang baru terbentuk mempunyai panjang dan lebar masing-masing (x +
2) dan (x + 3), sehingga ukuran luasnya (x + 2)(x + 3). Jadi persamaan kuadrat
x 2 + 5 x + 6 = 0 sama dengan persamaan (x + 2)(x + 3) = 0 . Dengan demikian
untuk menyelesaikan persamaan kuadrat tersebut akan lebih mudah. Dengan
menggunakan aturan faktor nol diperoleh (x + 2) = 0 atau ( x + 3) = 0 . Jadi
penyelesaian persamaan kuadrat x 2 + 5 x + 6 = 0 adalah x = −2 atau x = −3 .
Jadi secara umum, jika x1 dan x 2 merupakan penyelesaian suatu persamaan kuadrat
maka persamaan kuadrat tersebut adalah x 2 + ( x1 + x 2 ) x + x1 x 2 = 0 . Cara
menyelesaikan persamaan kuadrat di atas disebut menyelesaikan persamaan kuadrat
dengan cara menfaktorkan.
2 - 10 Unit 2
− (−7) ± (−7) 2 − 4.2.(−6)
x=
2.2
7 ± 49 + 48
x=
4
7 ± 97
x=
4
7 ± 9,8489
x=
4
7 + 9,8489 7 − 9,8489
x= atau x=
4 4
x = 4,2122 atau x = −0,7122
Tes Formatif 1
Kerjakanlah tes formatif ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi persamaan dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu
jawaban yang Anda anggap benar.
2 - 12 Unit 2
A. -8 C. 1
2 D. 8
B.
3
2 - 14 Unit 2
Subunit 2
Pertidaksamaan
Gambar 2.4
Jika keduanya dikurangi dengan 2, maka akan diperoleh
Gambar 2.5
Jadi jika kedua ruas pertidaksamaan 10 > 6
dikurangi dengan 2 maka diperoleh 10 – 2 = 8
Gambar 2.6
Jadi jika kedua ruas pertidaksamaan 10 > 6 dikalikan dengan 2 maka diperoleh
10 × 2 = 20 dan 6 × 2 = 12 dimana 20 > 12. Secara umum, jika kedua ruas
pertidaksamaan dikalikan dengan bilangan positif yang sama maka hal ini tidak akan
mengubah tanda pertidaksamaan di antara ruas kiri dan ruas kanan. Bagaimana jika
kedua ruas pertidaksamaan tersebut dikalikan dengan bilangan -2? Menurut Saudara,
apakah akan merubah tanda pertidaksamaan? Mari kita selidiki bersama-sama.
Kedua ruas pertidaksamaan 10 > 6 dikalikan dengan -2 maka diperoleh
10 × (-2) = -20 dan 6 × (-2) = -12 dimana -20 < -12. Jadi ternyata jika kedua ruas
pertidaksamaan dikalikan dengan bilangan negatif yang sama maka hal ini akan
merubah tanda pertidaksamaan di antara ruas kiri dan ruas kanan. Perubahan tersebut
dari ”<” menjadi ”>” dan sebaliknya serta dari ”≤” menjadi ”≥”. Demikian juga
berlaku jika kedua ruas pertidaksamaan dibagi dengan bilangan negatif yang sama,
akan merubah tanda pertidaksamaan di antara ruas kiri dan kanan dari
pertidaksamaan tersebut. Dengan cara yang sama seperti pada perkalian, cobalah
Anda menjelaskan konsep ini.
Sekarang kita mengkaji dan membahas penyelesaian pertidaksamaan linear.
Contoh : Tentukan penyelesaian pertidaksamaan
a. x + 3 > 7
b. x + 8 ≤ 6
x
c. ≤2
3
d. 3 − 2( x − 4) > 2 + 3( x − 2)
Penyelesaian pertidaksamaan linear di atas adalah sebagai berikut.
2 - 16 Unit 2
a. Penyelesaian pertidaksamaan linear x + 3 > 7
x +3−3 > 7 −3 Kedua ruas dikurangi dengan 3
x>4
Jadi penyelesaian pertidaksamaan x + 3 > 7 adalah semua bilangan yang kurang
dari 4 yang dinotasikan dengan himpunan {x; x > 4}. Akan lebih jelas jika
penyelesaian tersebut disajikan dengan garis bilangan berikut ini.
Gambar 2.7
Perhatikan lingkaran di nilai 4 pada garis bilangan. Daerah di dalam lingkaran
tersebut tidak diarsir. Hal ini menyatakan bahwa nilai x yang memenuhi
pertidaksamaan x + 3 > 7 adalah semua bilangan yang lebih dari 4 tetapi tidak
sama dengan 4 ( x ≠ 4) .
b. Penyelesaian pertidaksamaan linear x + 8 ≤ 6 .
x +8−8 ≤ 6−8 Kedua ruas dikurangi dengan 8
x ≤ −2
Jadi penyelesaian pertidaksamaan x + 8 ≤ 6 adalah {x; x ≤ −2} . Jika penyelesaian
ini disajikan dalam bentuk garis bilangan, akan diperoleh
Gambar 2.8
Perhatikan lingkaran di nilai -2 pada garis bilangan. Daerah di dalam lingkaran
diarsir. Hal ini menyatakan bahwa nilai x yang memenuhi pertidaksamaan
x + 8 ≤ 6 adalah semua bilangan yang kurang dari -2 termasuk bilangan -2 itu
sendiri.
x
c. Penyelesaian pertidaksamaan linear ≤ 2 .
3
x
×3≤2×3 (Kedua ruas dikalikan dengan 3)
3
x≤6
Gambar 2.9
d. Penyelesaian pertidaksamaan linear 3 − 2( x − 4) > 2 + 3( x − 2) .
3 − 2 x + 8 > 2 + 3x − 6 (Menggunakan sifat distributif)
11 − 2 x > 3 x − 4
11 − 11 − 2 x > 3 x − 4 − 11 (Kedua ruas dikurangi dengan 11)
− 2 x > 3x − 15
− 2 x − 3 x > 3 x − 3 x − 15 (Kedua ruas dikurangi dengan 3x)
− 5 x > −15
− 5 x − 15
< (Kedua ruas dibagi dengan -5)
−5 −5
x<3
Jadi penyelesaian pertidaksamaan linear 3 − 2( x − 4) > 2 + 3( x − 2) adalah
{x; x < 3} .
Bahasan selanjutnya mengenai pertidaksamaan kuadrat. Pertidaksamaan
kuadrat adalah pertidaksamaan yang mempunyai pangkat tertinggi 2 pada
variabelnya.
Contoh : x 2 + 6 x + 5 > 0
Gambar 2.10
2 - 18 Unit 2
Selanjutnya kita akan menguji daerah mana yang memenuhi peridaksamaan
x 2 + 6 x + 5 > 0 dengan cara memasukkan sebarang bilangan yang terletak pada
masing-masing daerah ke pertidaksamaan x 2 + 6 x + 5 > 0 .
Misalnya untuk bilangan -6 diperoleh (− 6) + 6(−6) + 5 = 5 maka semua bilangan
2
yang terletak di daerah yang memuat bilangan -6, jika dimasukkan ke dalam
pertidaksamaan x 2 + 6 x + 5 > 0 akan menghasilkan bilangan positif. Selanjutnya
untuk bilangan -2 diperoleh (−2) 2 + 6(−2) + 5 = −3 maka semua bilangan yang
terletak di daerah yang memuat bilangan -2, jika dimasukkan ke dalam
pertidaksamaan x 2 + 6 x + 5 > 0 akan menghasilkan bilangan negatif. Analog untuk
bilangan 0, akan menghasilkan bilangan positif. Jadi bilangan yang memenuhi
pertidaksamaan x 2 + 6 x + 5 > 0 adalah semua bilangan yang terletak pada daerah
yang memuat bilangan -6 atau 0. Dengan kata lain, penyelesaian pertidaksamaan
x 2 + 6 x + 5 > 0 adalah himpunan {x; x < −5 atau x > −1} . Penyelesaian tersebut
dapat disajikan dalam bentuk garis bilangan seperti berikut ini.
Gambar 2.11
2 - 20 Unit 2
Gambar 2.12
Anda perhatikan lingkaran pada nilai x = −2 dan x = 2 berlubang. Hal ini
menyatakan bahwa nilai x = −2 dan x = 2 tidak memenuhi pertidaksamaan
2x 2 > 8 .
2. Kedua ruas pertidaksamaan − 2 x 2 + 32 ≤ 0 dikurangi dengan bilangan 32
sehingga diperoleh − 2 x 2 ≤ −32 . Selanjutnya kedua ruas dibagi dengan -2.
Ingat bahwa pembagian yang dilakukan pada kedua ruas pertidaksamaan
akan mengubah tanda pertidaksamaan. Jadi diperoleh x 2 > 16 . Selanjutnya
pertidaksamaan x 2 > 16 dianggap persamaan x 2 = 16 sehingga diperoleh
nilai x = −4 dan x = 4 . Pengujian akan dilakukan dengan memasukkan nilai
x = −5 , x = 0 , dan x = 5 sebagai berikut.
− 2 x 2 + 32 ≤ 0 − 2 x 2 + 32 ≤ 0 − 2 x 2 + 32 ≤ 0
− 2(−5) 2 + 32 ≤ 0 − 2(0) 2 + 32 ≤ 0 − 2(5) 2 + 32 ≤ 0
− 18 ≤ 0 32 ≤ 0 − 18 ≤ 0
Pernyataan benar Pernyataan salah Pernyataan benar
Berdasarkan pengujian di atas diperoleh himpunan penyelesaian
pertidaksamaan − 2 x 2 + 32 ≤ 0 adalah {x ; x ≤ −4 atau x ≥ 4} dan jika
dinyatakan dalam garis bilangan sebagai berikut.
Gambar 2.13
3. Pertidaksamaan − x − 4x + 5 > 0
2
dianggap menjadi persamaan
− x 2 − 4 x + 5 = 0 sehingga dengan cara memfaktorkan diperoleh
− x 2 − 4x + 5 = 0
(− x + 1)(x + 5) = 0
− x + 1 = 0 atau x + 5 = 0
− x = −1 atau x = −5
x = 1 atau x = −5
Selanjutnya kita lakukan pengujian dengan memasukkan nilai x = −6 , x = 0 ,
dan x = 2 ke dalam pertidaksamaan − x 2 − 4 x + 5 > 0 sebagai berikut.
− x 2 − 4x + 5 > 0 − x 2 − 4x + 5 > 0 − x 2 − 4x + 5 > 0
− (− 6 ) − 4(− 6 ) + 5 > 0
2
− (0 ) − 4(0 ) + 5 > 0
2
− (2 2 ) − 4(2) + 5 > 0
− 36 + 24 + 5 > 0 5>0 − 4−8+5 > 0
−7 > 0 −7 > 0
Gambar 2.14
4. Pertidaksamaan x + 6 x + 9 ≥ 0 dianggap sebagai persamaan x 2 + 6 x + 9 = 0
2
Gambar 2.15
Kita sudah mempelajari pertidaksamaan linear dan kuadrat. Semoga apa yang
disajikan dalam subunit ini dapat dipahami dengan baik. Selanjutnya silahkan Anda
menguji tingkat penguasaan terhadap materi dengan mengerjakan tes formatif pada
subunit ini. Selamat mengerjakan.
2 - 22 Unit 2
Rangkuman
Tes Formatif 2
Kerjakanlah tes formatif berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi pertidaksamaan dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah
satu jawaban yang Anda anggap benar.
7x − 6
4. Berikut ini yang merupakan penyelesaian pertidaksamaan ≤5
x
adalah .......
A. {x; x ≥ 3} ⎧ 11⎫
C. ⎨ x; 0 ≤ x ≤ ⎬
B. {x; x ≤ 3} ⎩ 7⎭
⎧ 11⎫
D. ⎨ x; x ≥ 0 atau x ≤ ⎬
⎩ 7⎭
A. x − 8 < 4 x + 16 B. x − 8 > 4 x + 16
C. x − 8 ≥ 4 x + 16 D. x − 8 ≤ 4 x + 16
7x + 1
6. Himpunan penyelesaian pertidaksamaan < 3x − 1 ditunjukkan oleh
2
........
A.
2 - 24 Unit 2
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
2 - 26 Unit 2
Subunit 3
D alam subunit ini, kita akan mempelajari sistem persamaan linear yang paling
sederhana yaitu sistem persamaan linear dengan dua variabel atau peubah.
Sistem persamaan linear disebut juga persamaan linear simultan. Untuk mempelajari
materi ini perhatikan contoh permasalahan dalam kehidupan sehari-hari berikut ini.
Contoh :Diketahui Ari membeli 10 buku dan 5 pensil dengan harga Rp. 12.500,-.
Sedangkan Dita membeli 5 buku dan 2 pensil dengan harga Rp. 6.000,-. Berapa
harga sebuah buku dan sebuah pensil? Untuk menyelesaikan permasalahan di atas,
kita buat tabel berikut.
Tabel 2.1
Banyak buku Banyak pensil Harga
Ari 10 5 Rp. 12.500,-
Dita 5 2 Rp. 6.000,-
Misalkan x menyatakan harga sebuah buku dan y menyatakan harga sebuah pensil.
Berdasarkan tabel dapat dibentuk persamaan-persamaan berikut.
10 x + 5 y = 12500
5 x + 2 y = 6000
Persamaan-persamaan di atas mempunyai dua variabel (yaitu x dan y) dan pangkat
tertinggi pada variabel tersebut sama dengan satu, sehingga persamaan-persamaan itu
disebut persamaan linear dengan dua variabel atau peubah. Dua persamaan linear
yang diperoleh merupakan kalimat matematika yang menyatakan permasalahan di
atas. Dengan kata lain kedua persamaan tersebut merupakan model matematika dari
permasalahan yang diberikan. Materi mengenai model matematika akan dipelajari
lebih lanjut di unit 8. Jadi nampak bahwa kedua persamaan tersebut erat kaitannya,
sehingga kedua persamaan itu dinamakan sistem persamaan linear. Untuk
membedakan apakah sekumpulan persamaan linear merupakan suatu sistem atau
bukan biasanya pada sekumpulan persamaan tersebut diberi tanda “{“. Jadi dari
permasalahan di atas diperoleh sistem persamaan linear dengan dua peubah yaitu
⎧10 x + 5 y = 12500
⎨
⎩ 5 x + 2 y = 6000
Pada contoh tadi, kita diminta menentukan harga sebuah buku dan sebuah pensil. Hal
ini berarti kita menentukan nilai x dan y yang memenuhi sistem persamaan
⎧10 x + 5 y = 12500
⎨
⎩ 5 x + 2 y = 6000
Misalkan nilai x = p dan y = q yang memenuhi sistem persamaan linear di atas,
artinya jika nilai x dan y pada sistem persamaan linear diganti dengan p dan q maka
diperoleh pernyataan yang benar. Jika nilai x dan y tersebut ditulis sebagai pasangan
berurutan ( p, q ) , pasangan berurutan ini disebut penyelesaian sistem persamaan
linear tersebut. Pada contoh di atas penyelesaian sistem persamaan linear
⎧10 x + 5 y = 12500
⎨
⎩ 5 x + 2 y = 6000
adalah (1000,500). Kita akan menguji apakah (1000,500) merupakan penyelesaian
dengan cara memasukkan nilai x = 1000 dan y = 500 ke dalam sistem persamaan
linear sebagai berikut.
⎧10(1000) + 5(500) = 10000 + 2500 = 12500 benar
⎨
⎩ 5(1000) + 2(500) = 5000 + 1000 = 6000 benar
Ternyata dengan memasukkan nilai-nilai tersebut diperoleh pernyataan yang benar,
maka (1000,500) merupakan penyelesaian persamaan tersebut. Jadi menyelesaikan
sistem persamaan linear adalah bagaimana mencari nilai pengganti variabel nilai x
dan y sehingga diperoleh pernyataan yang benar.
2 - 28 Unit 2
1. Penambahan atau pengurangan ruas-ruas persamaan ke ruas-ruas persamaan
lain dalam sistemnya.
2. Perkalian setiap ruas dengan sebarang bilangan yang bukan nol.
3. Pengubahan urutan persamaan dalam sistemnya.
Penjelasan mengenai hal ini langsung menggunakan contoh-contoh penyelesaian
sistem persamaan linear yang akan dibahas selanjutnya.
Selanjutnya kita akan membahas penyelesaian sistem persamaan linear
dengan metode substitusi. Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua peubah
dengan menggunakan metode substitusi, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
1. Dipilih salah satu persamaan linear yang sederhana, kemudian nyatakan x
sebagai y atau sebaliknya.
2. Masukkan (substitusikan) x atau y yang diperoleh pada langkah satu ke
persamaan yang lain sampai diperoleh nilai x dan y.
Bagaimana cara menyelesaikan sistem persamaan linear dua peubah dengan metode
substitusi, akan lebih jelas dengan mempelajari contoh-contoh berikut ini.
Contoh : Tentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua peubah berikut ini
dengan metode substitusi.
⎧ x + y = −8
⎨
⎩2 x − y = −1
Penyelesaian :
Kita pilih persamaan x + y = −8 , kemudian kita nyatakan x sebagai y sehingga
diperoleh x = −8 − y . Persamaan x = −8 − y kita masukkan ke dalam persamaan
2 x − y = −1 sehingga diperoleh
2 x − y = −1
2(−8 − y ) − y = −1
− 16 − 2 y − y = −1
− 3 y = −1 + 16
− 3 y = 15
y = −5
Dari sini diperoleh
x = −8 − y
= −8 − (−5)
= −8 + 5
= −3
Latihan 1
Bagaimana Saudara, apakah Anda telah memahami cara menyelesaikan sistem
persamaan linear dengan menggunakan metode substitusi? Silahkan Anda berlatih
menyelesaikan sistem persamaan linear dua peubah pada soal-soal berikut. Setelah
Anda selesai mengerjakannya, cocokkan jawaban Anda dengan pembahasan yang
ada.
Tentukan penyelesaiann sistem persamaan linear berikut dengan metode substitusi.
a. b.
⎧2 x − 3 y = 4 ⎧2 x − 3 y = 7
⎨ ⎨
⎩ x + 2y = 9 ⎩ 3x − y = 7
2 - 30 Unit 2
b. Dari persamaan 3x − y = 7 , variabel y dinyatakan dalam x diperoleh y = 3x − 7 .
Persamaan y = 3x − 7 disubstitusikan ke persamaan 2 x − 3 y = 7 sehingga
diperoleh
2x − 3y = 7
2 x − 3(3 x − 7) = 7
2 x − 9 x + 21 = 7
− 7 x = 7 − 21
− 7 x = −14
x=2
Selanjutnya nilai x = 2 disubstitusikan ke persamaan y = 3x − 7 diperoleh
y = 3x − 7
= 3(2) − 7
= 6−7
= −1
⎧2 x − 3 y = 7
Jadi penyelesaian sistem persamaan linear ⎨ adalah (2,−1) .
⎩ 3x − y = 7
Latihan 2
Setelah Anda memahami penyelesaian sistem persamaan linear dua peubah dengan
metode eliminasi, silahkan kerjakan soal-soal berikut kemudian cocokkan jawaban
Anda dengan pembahasan yang ada.
Tentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua peubah berikut dengan metode
eliminasi.
a. b. c.
⎧2 x + 3 y = 2 ⎧2 x + 4 y − 5 = 0 ⎧4 x + 5 y = 6
⎨ ⎨ ⎨
⎩4 x + 3 y = 6 ⎩ x − 2y − 6 = 0 ⎩3 x − 4 y = −11
2 - 32 Unit 2
4x + 3y = 6
4x + 6 y = 4
−
− 3y = 2
2
y=−
3
⎧2 x + 3 y = 2 ⎛ 2⎞
Jadi penyelesaian sistem persamaan linear ⎨ adalah ⎜ 2,− ⎟ .
⎩4 x + 3 y = 6 ⎝ 3⎠
⎧2 x + 4 y − 5 = 0
b. Penyelesaian sistem persamaan linear ⎨ adalah sebagai berikut.
⎩ x − 2y − 6 = 0
2x + 4 y − 5 = 0 ×1 2x + 4 y − 5 = 0 ×1
x − 2y − 6 = 0 × 2 x − 2y − 6 = 0 × 2
2x + 4 y − 5 = 0 2x + 4 y − 5 = 0
2 x − 4 y − 12 = 0 2 x − 4 y − 12 = 0
+ −
4 x = −17 8y + 7 = 0
17 1 8 y = −7
x = − = −4
4 4 7
y=−
8
⎧2 x + 4 y − 5 = 0 ⎛ 1 7⎞
Jadi penyelesaian sistem persamaan linear ⎨ adalah ⎜ − 4 ,− ⎟ .
⎩ x − 2y − 6 = 0 ⎝ 4 8⎠
⎧4 x + 5 y = 6
c. Penyelesaian sistem persamaan linear ⎨ adalah sebagai berikut.
⎩3 x − 4 y = −11
4x + 5 y = 6 ×4 4x + 5 y = 6 ×3
3 x − 4 y = −11 × 5 3 x − 4 y = −11 × 4
16 x + 20 y = 24 12 x + 15 y = 18
15 x − 20 y = −55 12 x − 16 y = −44
+ −
31x = −31 31 y = 62
x = −1 y=2
⎧4 x + 5 y = 6
Jadi penyelesaian sistem persamaan linear ⎨ adalah (− 1,2) .
⎩3 x − 4 y = −11
Tidak semua sistem persamaan linear dua peubah mempunyai penyelesaian. Contoh
berikut merupakan sistem persamaan yang dimaksud.
⎧2 x + 4 y = 5
Contoh : Tentukan penyelesaian sistem persamaan linear ⎨ .
⎩ x + 2y = 6
Penyelesaian :
2x + 4 y = 5 ×1 2x + 4 y = 5
x + 2y = 6 × 2 2 x + 4 y = 12
−
0 = 12
Dari pengerjaan di atas diperoleh pernyataan yang salah artinya tidak ada nilai x dan
y yang memenuhi sistem persamaan linear tersebut. Jadi sistem persamaan linear
⎧2 x + 4 y = 5
⎨ tidak mempunyai penyelesaian.
⎩ x + 2y = 6
2 - 34 Unit 2
Rangkuman
Persamaan yang mempunyai dua variabel dan pangkat tertinggi pada variabel
tersebut sama dengan satu disebut persamaan linear dengan dua variabel/ peubah.
Sistem persamaan linear merupakan sekumpulan persamaan linear yang mempunyai
hubungan, misalnya sekumpulan persamaan tersebut merupakan kalimat matematika
yang menyatakan suatu permasalahan matematis. Bentuk umum sistem persamaan
linear dengan dua peubah adalah sebagai berikut.
⎧a1 x + b1 y = c1
⎨
⎩ a 2 x + b2 y = c 2
dengan a1 , a 2 , b1 , b2 , c1 , dan c 2 merupakan bilangan-bilangan real. Setiap persamaan
dalam suatu sistem persamaan disebut ruas persamaan.
Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel adalah bagaimana mencari nilai
pengganti untuk variabel nilai x dan y sehingga diperoleh pernyataan yang benar.
Manipulasi aljabar berikut ini tidak akan mengubah ada tidaknya penyelesaian sistem
persamaan.
1. Penambahan atau pengurangan ruas-ruas persamaan ke ruas-ruas persamaan
lain dalam sistemnya.
2. Perkalian setiap ruas dengan sebarang bilangan yang bukan nol.
3. Pengubahan urutan persamaan dalam sistemnya.
Manipulasi aljabar tersebut digunakan dalam menyelesaikan sistem persamaan linear
dua variabel.
Ada dua metode penyelesaian sistem persamaan linear yaitu metode
substitusi dan eliminasi. Terkadang kedua metode tersebut digunakan sekaligus
dalam menyelesaikan sistem persamaan linear. Suatu sistem dikatakan tidak
mempunyai penyelesaian jika tidak terdapat nilai x dan y yang memenuhi sistem
persamaan linear tersebut.
2 - 36 Unit 2
Kunci Tes Formatif
2 - 38 Unit 2
7x + 1
16. B. Kedua ruas pertidaksamaan < 3 x − 1 dikalikan dengan bilangan 2
2
diperoleh
7x + 1 < 6x − 2
7 x − 6 x < −2 − 1
x < −3
17. B. Penyelesaian pertidaksamaan 3 x + 5 x > 2 adalah:
2
3x 2 + 5 x > 2
3x 2 + 5 x − 2 > 0
(3x − 1)(x + 2) > 0
Andaikan pertidaksamaan menjadi persamaan sehingga diperoleh
(3x − 1)(x + 2) = 0
3 x − 1 = 0 atau x + 2 = 0
3 x = 1 atau x = −2
1
x=atau x = −2
3
Selanjutnya selidiki daerah pada garis bilangan yang merupakan
penyelesaian dari pertidaksamaan 3 x + 5 x > 2 sebagai berikut.
2
2 - 40 Unit 2
− b ± b 2 − 4ac
x=
2a
− 6 ± 62 − 4.1.(−2)
=
2
− 6 ± 36 + 8
=
2
1
= −3 ± 44
2
= −3 ± 11
Dengan mengambil sebarang bilangan yang terletak di antara bilangan
− 3 + 11 dan − 3 − 11 , misalnya x = 2 yang disubstitusikan ke
pertidaksamaan x 2 + 6 x − 2 ≤ 0 diperoleh 14 ≤ 0 yang merupakan
pernyataan salah. Jadi himpunan penyelesaian pertidaksamaan tersebut
{
adalah x ; − 3 − 11 ≤ x ≤ −3 + 11 . }
Kunci Tes Formatif 3
21. Dari persamaan 3x + 6 y = 4 , variabel x dinyatakan dalam y sehingga
diperoleh 3 x = 4 − 6 y . Persamaan tersebut disubstitusikan ke persamaan
9 x − 2 y = 2 sehingga diperoleh
9x − 2 y = 2
3(3x) − 2 y = 2
3(4 − 6 y ) − 2 y = 2
12 − 18 y − 2 y = 2
− 20 y = 2 − 12
− 20 y = −10
− 10 1
y= =
− 20 2
1
Selanjutnya y = disubstitusikan ke persamaan 3 x = 4 − 6 y sehingga
2
diperoleh
⎧2 6
⎪x + =4
⎪ y
22. Penyelesaian sistem persamaan linear ⎨ dengan menggunakan
⎪9 − 2
=2
⎪⎩ x y
metode eliminasi adalah sebagai berikut. Pertama kita akan mengeliminasi
variabel y agar diperoleh nilai x sebagai berikut.
2 6 2 6
+ = 4 x1 + =4 x9
x y x y
9 2 9 2
− =2 x3 − =2 x2
x y x y
Diperoleh Diperoleh
2 6 18 54
+ =4 + = 36
x y x y
27 6 18 4
− =6 − =4
x y x y
+ −
29 58
= 10 = 32
x y
29 = 10 x 32 y = 58
29 58
x= = 2,9 y=
10 32
⎧2 6
⎪x + y = 4
⎪ ⎛ 29 58 ⎞
Jadi penyelesaian sistem persamaan linear ⎨ adalah ⎜ , ⎟ .
⎪9 − 2 = 2 ⎝ 10 32 ⎠
⎪⎩ x y
⎧0,5 x − 0,6 y = −2
23. Penyelesaian sistem persamaan linear ⎨ dengan
⎩1,5 x − 0,8 y = 7
menggunakan metode substitusi dan eliminasi sekaligus, sebagai berikut.
2 - 42 Unit 2
Agar lebih mudah melakukan penghitungan, sistem persamaan linear di atas
dikalikan dengan bilangan 10 sehingga diperoleh
⎧5 x − 6 y = −20
⎨
⎩15 x − 8 y = 70
Dengan metode eliminasi diperoleh
20 x − 24 y = −80
45 x − 24 y = 210
−
25 x = 290
290 3
x= = 11
25 5
3
Selanjutnya nilai x = 11 disubstitusikan ke salah satu persamaan,
5
misalkan kita substitusikan ke persamaan 5 x − 6 y = −20 sehingga
diperoleh
5 x − 6 y = −20
⎛ 58 ⎞
5⎜ ⎟ − 6 y = −20
⎝ 5⎠
58 − 6 y = −20
− 6 y = −20 − 58
− 6 y = −78
− 78
y= = 13
−6
⎧0,5 x − 0,6 y = −2
Jadi penyelesaian sistem persamaan linear ⎨ adalah
⎩1,5 x − 0,8 y = 7
⎛ 3 ⎞
⎜11 ,13 ⎟ .
⎝ 5 ⎠
24. Penyelesaian sistem persamaan linear dengan menggunakan metode
eliminasi kemudian substitusi adalah sebagai berikut.
x + 3y Nilai y = 3 disubstitusi ke ruas
=9 ×1
2 3 persamaan kedua, yaitu:
x + 2y 1
=5 ×
3 2
Diperoleh
2 - 44 Unit 2
Daftar Pustaka
2 - 46 Unit 2
Unit 3
KONSEP DASAR GEOMETRI DAN
PENGUKURAN
Edy Ambar Roostanto
Pendahuluan
P ada unit ini kita akan mempelajari beberapa konsep dasar dalam Geometri dan
Pengukuran yang terdiri dari bangun datar geometri yaitu segitiga, segiempat
dan segilima serta bangun ruang seperti prisma, tabung, limas dan kerucut. Selain itu
dalam unit ini Anda diajak untuk mengukur dan menghitung keliling, luas dan
volume bangun- bangun geometri di atas. Dengan mempelajari konsep dasar dalam
geometri dan pengukuran ini, kompetensi yang akan dicapai adalah Anda mampu
menggunakan konsep dasar geometri dan pengukuran dalam menyelesaikan masalah
dalam matematika atau bidang lain yang terkait dengan konsep tersebut. Unit ini
terdiri dari tiga subunit yaitu bangun datar, bangun ruang, dan pengukuran bangun
datar dan bangun ruang. Masing-masing subunit dilengkapi dengan latihan-latihan
yang berguna untuk memantapkan pemahaman Anda terhadap materi yang baru
dipelajari. Media yang dapat digunakan dalam mempelajari konsep dasar geometri
dan pengukuran ini selain bahan ajar cetak, Anda juga dapat mempelajarinya dengan
mengakses web yang telah disediakan. Unit ini merupakan salah satu prasyarat
pengetahuan yang harus Anda kuasai untuk mengkaji dan memecahkan masalah
matematika terutama masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari di bidang
geometri.
Unit ini dapat Anda kuasai dengan baik dengan mencatat poin-poin
penting dan mengerjakan latihan-latihan yang telah disediakan. Setelah Anda selesai
mempelajari materi dalam satu subunit maka kerjakanlah tes formatif yang ada di
setiap akhir subunit untuk mengukur tingkat penguasaan Anda terhadap materi dalam
subunit tersebut. Jika Anda merasa belum mencapai tingkat penguasaan yang
disyaratkan, maka pelajari lagi materi dalam subunit tersebut. Jangan segan bertanya
kepada orang yang Anda anggap bisa membantu. Anda dapat melakukan latihan
berulang–ulang baik dari bahan ajar cetak maupun dalam bahan ajar web.
S ub unit ini berisi bahasan tentang bangun datar dan karakteristiknya. Bangun
datar yang akan dipelajari adalah segitiga, segiempat dan segilima. Bangun datar
yang akan dipelajari pertama kali adalah bangun datar segitiga.
Segitiga
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak melihat contoh benda-benda di
sekitar kita yang menggunakan bentuk dasar segitiga. Misalnya contoh berikut ini.
3 - 2 Unit 3
Gambar 3.2 Penamaan segitiga
Setiap pertemuan dua sisi menghasilkan sudut. Sudut dapat dinyatakan
dengan simbol ∠. Titik sudut adalah titik pertemuan dua sisi. Cara memberi nama
sudut bisa dengan tiga huruf dengan huruf tengahnya menunjukkan titik sudut
segitiga, misalnya ∠ABC, berarti titik sudutnya B, ∠BAC berarti titik sudutnya A.
Selain itu Anda bisa menyebut sudut dengan satu huruf saja, misalnya ∠A, ∠B atau
∠C, walaupun cara ini tidak selalu tepat pada keadaan tertentu. Anda bisa
memperhatikan contoh berikut.
Pada gambar 3.3, bila kita hanya menyebut sudut Q akan sangat
membingungkan karena ada 5 kemungkinan sudut dengan titik sudutnya titik Q,
yaitu ∠PQR, ∠RQS sudut tumpul–terkecil, ∠RQS sudut refleks- terbesar, ∠PQS
bagian atas dan ∠PQS bagian bawah. Maka memberi nama dengan satu huruf untuk
kejadian seperti di atas sangat tidak dianjurkan. Cara lain lagi menyebut sudut yaitu
dengan memberi tanda pada gambar berupa busur dan diberi nama dengan satu
huruf, bisa dengan huruf Latin tertentu, huruf Yunani seperti α (alpha), β (beta),
γ(gamma) dan sebagainya.
Perhatikan contoh di bawah ini.
Pada segitiga di atas AB = AC. Hal ini mengakibatkan kedua sudut alasanya
yaitu ∠ABC dan ∠ACB sama besar.
3 - 4 Unit 3
c. Segitiga samasisi
Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang.
Pada segitiga di atas AB = BC = AC, hal ini berakibat ketiga sudutnya sama
besar yaitu 60°. Pada kesempatan mendatang kita akan membicarakan hal ini
lebih lanjut.
Pada segitiga di atas ∠PQR, ∠QRP, dan ∠QPR semuanya lancip, tidak ada
satupun sudut pada segitiga lancip ini yang tidak lancip.
b. Segitiga tumpul
Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya tumpul. Perlu
ditegaskan di sini hanya satu sudut saja yang tumpul. Anda pasti juga masih
ingat bahwa sudut tumpul adalah sudut diantara 90° dan 180°.
Pada segitiga di atas ∠BCA adalah sudut tumpul, dan hanya satu-satunya
yang tumpul.
c. Segitiga siku-siku
Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya siku-siku.
SEM
BA
RANG
Lancip Siku-siku
sama kaki Tumpul samakaki samakaki
3 - 6 Unit 3
SAMA
SISI
Lancip
samasisi
Dari Tabel 3.1 sudah cukup jelas bagaimana terbentuknya jenis segitiga
berdasarkan penggabungan dari kedua kelompok tersebut. Tampak bahwa tidak
pernah dapat digambarkan segitiga tumpul samasisi dan siku-siku samasisi.
Silahkan Anda cari alasannya mengapa demikian.
Gambar 3.13
Tentukan besar sudut :
a. ∠CDA b. ∠CDB c. ∠CBD d. ∠CBE
3 - 8 Unit 3
Penyelesaian :
a. ∠CDA = 180° – 60° – 40° = 80° c. ∠CBD=180° – 30° – 100° = 50°
b. ∠CDB= 180° – 80° = 100° d. ∠CBE = 180° – 50° = 130°
Gambar 3.14
Penyelesaian :
Pada gambar di atas Anda tidak menemukan satu informasi satupun
tentang ukuran sudut pada gambar itu. Kita bisa menginterpretasikan
besarnya sudut dari ukuran panjang sisinya. Pada segitiga PSR diketahui
ketiga sisinya sama panjang, berarti segitiga PSR adalah segitiga
samasisi. Sehingga :
a. ∠RPS = 60° (karena segitiga samasisi )
b. ∠RSP = 60° (karena segitiga samasisi )
c. ∠PRS = 60° (karena segitiga samasisi )
d. ∠RSQ = ∠SPR + ∠PRS = 60° + 60° = 120°
atau bisa juga ∠RSQ = 180° – ∠PSR = 180° – 60° = 120°
180 0 − ∠RSQ 180 0 − 120 0
e. ∠SRQ = = = 60° (karena segitiga
2 2
sama kaki)
f. ∠SQR = ∠SRQ = 60° (karena segitiga samakaki)
g. ∠RQT = 180° – ∠SQR = 180° – 60° = 120°
3 - 10 Unit 3
Segiempat
Berikutnya kita mempelajari segiempat yang sering kita temukan dalam
kehidupan sehari-hari. Berikut ini berbagai obyek dalam kehidupan sehari-hari yang
bentuknya menggunakan model segiempat.
a. b. c.
.
Layar Monitor Amplop Surat
Gambar 3.16 Benda yang Memiliki Bentuk Dasar Segiempat
Coba sebutkan contoh benda-benda di sekitar Anda yang memiliki bentuk dasar
segiempat! Banyak bukan?
Jadi begitu pentingnya bangun segiempat ini untuk kita pelajari sifat-sifat dan
karakteristiknya. Pertanyaannya adalah apakah segiempat itu? Apa yang dapat
Anda jelaskan tentang segiempat? Silahkan Anda coba merumuskan pengertian
segiempat. Apakah segiempat semua sudutnya selalu siku-siku? Simak dengan
cermat gambar di bawah ini.
Gambar 3. 17 Segiempat
Bentuk bangun pada gambar 3.17 termasuk juga ke dalam kelompok
segiempat walaupun tidak memiliki sudut yang siku-siku. Lalu apa definisi
segiempat tersebut? Sama seperti saat kita mendefinisikan segitiga, maka segiempat
Segiempat di atas diberi nama segiempat ABCD. Berikut ini adalah cara memberi
nama yang salah pada segiempat.
Segiempat di atas diberi nama ABCD, tetapi urutan huruf ditulis tidak melingkar
searah atau berlawanan arah, penulisan urutan hurufnya melompat dan ini
menimbulkan kesalahan berikutnya.
Setiap pertemuan dua sisi menghasilkan sudut. Titik sudut adalah titik
pertemuan dua sisi. Jika dua titik sudut yang tidak terletak pada satu sisi
dihubungkan dengan sebuah ruas garis, maka ruas garis itu disebut diagonal.
Perhatikan segiempat berikut ini.
3 - 12 Unit 3
segiempat. Marilah kita simak satu persatu masing-masing bangun dan kita cermati
sifat-sifatnya beserta hubungan antara satu dengan yang lain.
Sifat 1 dan 2 dimiliki oleh persegi panjang sehingga dapat dikatakan bahwa
persegi adalah bentuk khusus dari persegi panjang. Kita dapat membuat definisi baru
untuk persegi yaitu persegi panjang yang semua sisinya sama panjang. Persegi dan
persegi panjang bukanlah dua bangun datar yang berbeda sama sekali namun satu
menjadi bagian yang lain. Tidak pernah disyaratkan bahwa persegi panjang ukuran
panjang dan lebarnya harus berbeda. Hanya disyaratkan bahwa sisi-sisi yang
berhadapan sama panjang.
Jenis segiempat yang lain adalah jajar genjang. Jajar genjang adalah
segiempat yang sisi-sisi berhadapannya sejajar. Definisi tersebut sangat singkat
sehingga tidak pernah disyaratkan tentang panjangnya. Coba perhatikan gambar di
bawah ini!
3 - 14 Unit 3
Sisi AB // sisi DC dan sisi AD // sisi
BC. Tanda // berarti sejajar. Dari
definisi jajar genjang ini kita dapat
menemukan beberapa sifat penting
pada jajar genjang.
Gambar 3.24 Jajar Genjang
Sifat 2 : Diagonal-diagonal pada belah ketupat saling membagi dua sama panjang.
Pada gambar 3.28, diagonal AC membagi dua diagonal BD sama panjang,
yaitu DO = BO. Demikian pula diagonal BD membagi dua diagonal AC
sama panjang yaitu AO = OC.
3 - 16 Unit 3
Sifat 3 : Diagonal-diagonal belah ketupat membagi sudut-sudut menjadi dua
bagian sama besar.
Pada gambar 3.28, ∠DAO = ∠BAO =∠BCO =∠DCO, demikian juga
∠ABO =∠CBO =∠CDO = ∠ADO karena diagonal AC dan BD
membagi dua sudut-sudutnya sama besar.
Belah ketupat sebenarnya merupakan bentuk khusus dari jajar genjang. Dengan
demikian semua sifat yang dimiliki jajar genjang akan dimiliki belah ketupat.
Sifat 2 : Sudut-sudut yang berhadapan yang dilalui diagonal terpendek sama besar.
Pada gambar 3.30, ∠LKN = ∠LMN
Dari bagan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Segiempat terdiri atas dua
golongan besar yaitu layang-layang dan trapesium. Layang-layang terbentuk dengan
syarat ada dua pasang sisi berdekatan yang masing-masing pasangannya sama
panjang, dan ini tidak disyaratkan untuk sisi yang berhadapan, sehingga dapat sama
atau tidak sama panjang, dapat sejajar atau tidak sejajar. Sedangkan trapesium hanya
mensyaratkan sepasang sisi yang berhadapan sejajar, dan tidak pernah disyaratkan
tentang panjangnya atau dua sisi lain yang tidak selalu sejajar, yang berarti dapat
juga sejajar. Jika pada layang-layang sisi yang berhadapannya sejajar maka akan
terbentuk jajar genjang. Sedangkan trapesium jika sepasang sisi berhadapan yang
lain sejajar maka akan terbentuk juga jajar genjang. Di sini dapat dikatakan jajar
genjang adalah bentuk khusus dari layang-layang dan trapesium.
3 - 18 Unit 3
Sebuah jajar genjang hanya mensyaratkan sisi-sisi yang berhadapan sejajar,
dan tidak pernah membatasi tentang panjang sisinya, dapat sama atau dapat pula dua
pasang sisi itu berbeda panjangnya. Jika kebetulan semua panjang sisinya sama
maka akan terbentuk jajar genjang khusus yang disebut belah ketupat. Pada jajar
genjang juga tidak disyaratkan tentang berapa derajat besarnya tiap sudut. Jika pada
keadaan khusus besarnya sudut masing-masing pada jajar genjang adalah 90° atau
siku-siku maka terbentuklah persegi panjang.
Pada belah ketupat juga tidak disyaratkan tentang besarnya masing-
masing sudut. Jika tiap sudutnya siku-siku maka akan terbentuk persegi. Demikian
pula persegi panjang dalam pembentukannya tidak pernah disyaratkan tentang
ukuran sisinya. Ukuran panjang dan lebar tidak harus berbeda. Artinya dapat berbeda
panjangnya, dapat juga sama panjang. Jika persegi panjang semua sisinya sama
panjang maka akan terbentuk persegi. Sehingga dapat dikatakan persegi adalah
bentuk khusus dari belah ketupat dan persegi panjang.
Dari pembahasan diatas kita dapat mendefinisikan sebuah segiempat melalui
segiempat lain. Misalnya persegi yang akan didefinisikan melalui jajar genjang.
Persegi adalah jajar genjang yang tiap sisinya sama panjang dan tiap sudutnya siku-
siku. Coba berilah contoh lain.
Segilima
Segilima adalah bangun datar yang dibatasi oleh lima buah ruas garis. Kita
dapat melihat model segilima dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut.
Segilima paling umum digunakan sebagai bingkai suatu logo organisasi, partai
politik atau kelompok masyarakat lain. Segilima lebih banyak diterapkan dalam
karya-karya seni, hiasan-hiasan dinding, ornamen dan lain sebagainya. Segilima
beraturan ini dinilai memiliki keindahan tertentu. Kita akan mencoba membahas
sifat-sifat khas yang terdapat pada segilima.
Sifat 2 : Segilima yang semua sisinya sama disebut segilima beraturan. Pada
segilima beraturan tiap sudut dalamnya adalah 108°.
Perhatikan segilima di bawah ini.
1
Pada segilima di samping, ∠AOB = × 360°= 72°
5
180 0 − 72 0
∠OAB = = 54°
2
∠EAB = 2 x ∠OAB = 2 × 54° = 108°
Gambar 3.34 Besar Sudut Dalam Segilima
3 - 20 Unit 3
Latihan 2
Dengan demikian Anda sudah menyelesaikan pembahasan tentang segi empat dan
segilima. Selanjutnya kerjakan latihan berikut untuk memantapkan pemahaman Anda
tentang materi yang baru dipelajari.
1. Tentukan nilai x dan y pada gambar persegi panjang berikut!
Segilima merupakan bangun datar yang dibatasi oleh lima ruas garis. Jumlah
besar sudut dalam pada segilima adalah 540°. Segilima yang semua sisinya sama panjang
dan sudut dalamnya sama besar disebut segilima beraturan. Pada segilima beraturan besar
tiap sudutnya 108°.
3 - 22 Unit 3
Tes Formatif 1
.
5. Untuk belah ketupat berikut tentukan nilai x dan y!
Bangun Ruang
Kubus
Dalam kehidupan sehari-hari Anda selalu berkecimpung dengan bangun
ruang, yaitu bangun yang memiliki tiga dimensi yaitu panjang, lebar dan tinggi.
Salah satu dari bangun ruang itu adalah kubus. Anda dapat melihat contoh benda di
sekitar kita yang berbentuk kubus.
Anda dapat menyebutkan contoh-contoh benda lain di sekitar kita yang berbentuk
kubus. Lalu apa yang dimaksud dengan kubus?
Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang datar berbentuk
persegi yang kongruen. Kita dapat memberi nama kubus dengan menggunakan
delapan huruf abjad A…Z seperti berikut ini.
3 - 24 Unit 3
melihat gambarpun Anda dapat menentukan posisi titik satu terhadap yang lain
cukup dengan mencermati namanya.
Bidang pembatas pada kubus disebut sisi. Pada kubus ABCD.EFGH di atas, bidang
ABCD, BCGF, ADHE adalah contoh sisi. Coba Anda sebutkan sisi yang lain dalam
kubus tersebut. Pertemuan dua sisi disebut rusuk, misalnya AB, BC, CG. Coba
sebutkan rusuk yang lain. Titik temu ketiga rusuk disebut titik sudut, seperti A, B, C
dan seterusnya. Ruas garis yang menghubungkan dua titik yang sebidang namun
tidak terletak dalam satu rusuk disebut diagonal sisi, seperti AC, BG, AH dan
sebagainya, coba sebutkan contoh diagonal sisi yang lain.
Pada gambar di atas, daerah yang diarsir disebut bidang diagonal, yaitu bidang yang
dibatasi oleh dua rusuk berhadapan dan dua diagonal sisi yang berhadapan. Bidang
tersebut adalah EBCH. Coba Anda sebutkan bidang diagonal yang lain.
Masih dalam gambar yang sama (Gambar 3.37), ruas garis FD, EC disebut diagonal
ruang, yaitu ruas garis yang menghubungkan dua titik yang tidak terletak dalam sisi
yang sama. Coba Anda sebutkan diagonal ruang yang lain. Dengan memperhatikan
gambar 3.37, lengkapilah tabel berikut.
Balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam sisi berupa persegi panjang,
yang masing-masing sisi berhadapannya kongruen. Balok memiliki unsur-unsur
yang sama dengan kubus. Namun pada balok panjang rusuknya tidak selalu sama
panjang.
Perhatikan gambar di bawah ini. Bidang pembatas disebut sisi. Pada gambar di
samping ABCD dan EFGH kongruen, BCGF
dan ADHE kongruen, ABFE dan DCGH
kongruen. Pertemuan dua sisi disebut rusuk,
misalnya AB, BC, CG. Panjang rusuk AB =
DC = EF = HG. Panjang rusuk FB = GC =
Gambar 3.39 Balok EA = DH dan panjang rusuk BC = FG = EH =
AD.
Titik temu ketiga rusuk disebut titik sudut, seperti A,B,C dan seterusnya. Ruas garis
yang menghubungkan dua titik yang sebidang namun tidak terletak dalam satu rusuk
disebut diagonal sisi, seperti AC, BG, AH dan sebagainya. Coba Anda sebutkan
contoh yang lain, dan tentukan pasangan diagonal sisi yang sama panjang.
3 - 26 Unit 3
Pada gambar di samping daerah yang
diarsir disebut bidang diagonal, yaitu
bidang yang dibatasi oleh dua rusuk
berhadapan dan dua diagonal sisi yang
berhadapan. Bidang tersebut di antaranya
adalah EBCH.
Gambar 3.40 Bidang Diagonal
Coba sebutkan bidang diagonal lain dan tentukan pasangan bidang diagonal
kongruen yang lain. Masih dari gambar di atas, ruas garis FD, EC disebut diagonal
ruang, yaitu ruas garis yang menghubungkan dua titik yang tidak terletak dalam sisi
yang sama. Coba Anda sebutkan diagonal ruang yang lain.
Prisma
Dalam kehidupan sehari-hari kita juga sering menemukan benda-benda yang
berbentuk prisma. Perhatikan gambar di bawah ini .
Nama suatu prisma tergantung dari jenis bangun datar alasnya yaitu prisma segi
……..(tiga, empat, lima dan seterusnya).
Tabung
Tabung merupakan bentuk khusus dari prisma dengan alas berbentuk
lingkaran. Berikut contoh konkrit tabung.
Carilah contoh lain benda
benda di sekitar kita yang
berbentuk tabung.
Limas
Limas sering disebut juga piramida. Bangun ruang ini juga sering kita
temukan bentuk konkritnya dalam kehidupan sehari-hari. Perhatikan gambar di
bawah ini .
3 - 28 Unit 3
Atap Rumah Adat UjungAatas Sebuah Tugu
Gambar 3.44 Benda dengan Bentuk Dasar Limas
Silahkan Anda mencari contoh benda lain yang mempunyai bentuk dasar limas. Lalu
apa yang dimaksud dengan limas? Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh
sebuah segitiga atau segi banyak sebagai alas dan beberapa buah bidang berbentuk
segitiga yang bertemu pada satu titik puncak.
Kerucut adalah bentuk khusus dari limas dengan alas berbentuk lingkaran.
Kerucut hanya memiliki satu rusuk
yaitu pertemuan antara 2 sisi, selimut
kerucut dan sisi alas.
Latihan 1
1. Gambarlah balok ABCD.EFGH, kemudian sebutkan
a. lima diagonal sisi b. semua diagonal ruang
2. Mengapa tabung merupakan bentuk khusus dari prisma ?
3. Mengapa kerucut merupakan bentuk khusus dari limas ?
2. Tabung merupakan bentuk khusus dari prisma karena semua sifat yang
dimiliki prisma dimiliki oleh tabung misalnya memiliki sepasang sisi yang
sejajar yang kongruen, dalam hal ini lingkaran tutup dan alas. Tetapi hal ini
3 - 30 Unit 3
tidak berlaku sebaliknya. Tidak semua sifat yang dimiliki tabung harus
dimiliki prisma.
3. Kerucut merupakan bentuk khusus dari limas, karena semua sifat yang
dimiliki limas dimiliki oleh kerucut misalnya memilki satu alas dan satu titik
sudut puncak. Tetapi hal ini tidak berlaku sebaliknya. Tidak semua sifat yang
dimiliki kerucut harus dimiliki limas.
Rangkuman
Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang datar
berbentuk persegi yang kongruen. Bidang pembatas disebut sisi. Pertemuan dua
sisi disebut rusuk. Titik temu ketiga rusuk disebut titik sudut. Ruas garis yang
menghubungkan dua titik sudut yang sebidang dan tidak terletak dalam rusuk yang
sama disebut diagonal sisi. Bidang yang dibatasi oleh dua rusuk berhadapan dan
dua diagonal sisi yang berhadapan disebut bidang diagonal. Prisma adalah bangun
ruang yang dibatasi oleh dua sisi berhadapan yang sejajar dan kongruen dan sisi-
sisi lain yang tegak lurus dengan kedua sisi berhadapan tersebut. Tabung
merupakan bentuk khusus dari prisma dengan alas berbentuk lingkaran. Limas
adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah segitiga atau segi banyak sebagai
alas dan beberapa buah bidang berbentuk segitiga yang bertemu pada satu titik
puncak. Kerucut adalah bentuk khusus dari limas dengan alas berbentuk lingkaran.
3 - 32 Unit 3
Subunit 3
Geometri Pengukuran
S etiap benda di sekitar kita selalu memiliki ukuran, baik benda dengan bentuk
dasar bangun datar maupun bangun ruang. Dari ukuran panjang sisi atau rusuk
kita dapat menentukan ukuran lain yaitu luas permukaan dan volume pada bangun
ruang.
Pengertian Luas
Luas suatu bangun datar adalah banyaknya persegi dengan sisi 1 satuan
panjang yang menutupi seluruh bangun datar tersebut. Perhatikan gambar di bawah
ini.
Banyaknya persegi yang menutupi persegi
panjang pada gambar 3.48 adalah 36 buah, maka
dikatakan luas persegi panjang tersebut 36 satuan
luas. Berikut ini akan dibahas luas beberapa
Gambar 3.48
bangun datar.
Luas Persegi Panjang
Karena persegi merupakan bentuk khusus dari persegi panjang maka luas
persegi adalah p × l juga. Namun karena keempat sisi persegi sama panjang dan kita
simbolkan sisi itu sendiri dengan s, maka luas persegi = s2.
Contoh : Diketahui persegi dengan panjang sisi 5 cm. Tentukan luas persegi
tersebut!
Penyelesaian : Luas persegi = 52 cm2 = 25 cm2.
3 - 34 Unit 3
alasnya selalu tegak lurus. Dengan demikian tidak ada masalah saat Anda harus
menentukan tinggi segitiga tumpul berikut ini.
Tinggi dari segitiga di samping dapat
ditentukan dengan memperpanjang alas ke
kiri seperti gambar. Dari gambar, CD adalah
tinggi dan AB disebut alas
(i) (ii)
Gambar 3.53 Jajar Genjang
Pada jajar genjang di atas, jika kita pindahkan segitiga A ke kanan trapesium
B, maka akan terjadi bangun seperti gambar (ii). Dengan demikian luas jajar
genjang di atas adalah alas × tinggi. Untuk keliling jajar genjang didapatkan
dengan menjumlahkan semua sisinya.
5 cm 6 cm
10 cm
Luas jajar genjang di atas = 10 × 5 cm2 = 50 cm2
Keliling jajar genjang = 2 × 6 cm + 2 × 10 cm = 12 cm + 20 cm
= 32 cm
Contoh : Sebuah belah ketupat dengan panjang kedua diagonal 16 cm dan 12 cm,
serta panjang sisinya 10 cm. Tentukan luas dan keliling belah ketupat
tersebut!
3 - 36 Unit 3
Penyelesaian :
1
Luas = × 16 cm × 12 cm = 96 cm2
2
Keliling belah ketupat = 4 × 10 cm = 40 cm
Gambar 3. 56 Trapesium
Penyelesaian :
1
Luas trapesium di atas adalah × (14 + 6 ) × 3 cm2= 30 cm2
2
Keliling trapesium di atas adalah 14 cm + 6 cm + 2 × 5 cm = 30 cm
3 - 38 Unit 3
Luas Dan Keliling Lingkaran
Pada lingkaran perbandingan antara keliling dengan diameter menghasilkan
22
bilangan yang tetap yaitu atau dengan nilai pendekatannya, ≈3,14 yang kemudian
7
disebut phi atau dalam huruf Yunani ditulis : π.
K
Jadi : = π , sehingga keliling lingkaran (K) = π d = 2π r dengan d adalah panjang
d
diameter dan r jari-jari lingkaran.
Luas lingkaran dapat ditemukan dengan cara memotong lingkaran dalam juring-
juring sampai tak berhingga banyaknya. Sehingga jika dijajar membentuk persegi
1
panjang dengan panjang keliling lingkaran yaitu πr dan lebarnya r. Perhatikan
2
gambar di bawah ini !
Sehingga luas lingkaran sama dengan
luas persegi panjang di samping yaitu
πr × r = π r2
Gambar 3.57 Luas Lingkaran
Contoh : Sebuah lingkaran memiliki jari-jari 7 cm. Tentukan keliling dan luas
lingkaran tersebut!
Penyelesaian :
22
Keliling lingkaran = 2 × × 7 cm = 44 cm
7
22
Luas lingkaran = × (7 cm)2 = 154 cm2
7
Pengertian Volume
Volume suatu benda adalah banyaknya kubus
yang rusuknya 1 satuan panjang yang setara dengan
isi benda itu. Kubus yang rusuknya 1 satuan panjang
Gambar 3.58 ini disebut kubus satuan sebagai pembanding terhadap
Kubus Satuan benda yang diukur atau dihitung volumenya. Kubus
satuan pada gambar 3.58 memiliki volume 1 cm3.
Gambar3.59 Balok
Panjang pada balok menunjukkan banyaknya kubus satuan pada dimensi ini.
Demikian pula dengan lebar dan tinggi. Sehingga volume balok adalah panjang ×
lebar × tinggi = p × l × t, jika p menyatakan panjang, l menyatakan lebar, dan t
menyatakan tinggi. Luas permukaan balok adalah jumlah luas dari seluruh bidang
sisinya.
Luas permukaan balok = 2 × p × l + 2 × l × t + 2 × p × t
= 2( pl + lt + pt)
Contoh : Sebuah balok memiliki ukuran 5cm × 4 cm × 8 cm. Tentukan volume dan
luas permukaannya !
Penyelesaian :
Volume = 5 × 4 × 8 cm3 = 160 cm3
Luas permukaan = 2 × (5 × 4 + 4 × 8 + 5 × 8 ) cm3
= 2 × ( 20 + 32 + 40 ) cm3
= 2 × 92 cm3 = 184 cm3
3 - 40 Unit 3
Luas permukaan kubus = 6 (4)2 cm2
= 6 × 16 cm2
= 96 cm2
Volume kubus = (4)3 cm3
= 64 cm3
Penyelesaian:
1
Volume prisma di atas = × 6 cm × 8 cm × 15 cm
2
= 360 cm3
1
Luas permukaan prisma = 2× ×6×8 + 6×15 + 8×15 + 10×15 cm2
2
= 48 + 90 + 120 + 150 cm2
= 408 cm2
Sedangkan untuk menentukan luasnya, kita buka tabung tertutup tersebut dan
terbentuklan sebuah persegi dan dua lingkaran seperti gambar berikut.
Contoh : Sebuah tabung dengan jari-jari alas 5 cm dan tinggi 12 cm. Hitunglah luas
permukaan dan volumenya jika π= 3,14 !
Penyelesaian :
Luas permukaan = 2 × 3,14 × 52 + 2 × 3,14 × 5 × 12
= 157 + 376,8
= 533,8 cm2
Volume = 3,14 × 52 × 12
= 942 cm3
3 - 42 Unit 3
Dengan membuat semua diagonal ruang pada
kubus di samping, maka kubus akan terbagi
menjadi 6 buah limas yang sama besar sehingga
volumenya sama. Jadi volume satu buah limas
1
adalah volume kubus. Jika rusuk kubus s , maka
6
volume limas adalah:
Gambar 3.64. Kubus 1
× luas alas × 2 × tinggi limas
6
1
= × luas alas × tinggi limas
3
1
Secara umum volume limas adalah × luas alas × tinggi.
3
Luas permukaan limas adalah jumlah seluruh sisi limas. Untuk setiap limas sisi
tegaknya berupa segitiga.
Luas permukaan limas = luas alas + jumlah luas segitiga pada sisi tegak.
Contoh : Sebuah limas persegi dengan panjang sisi alas 9 cm dan tinggi 10 cm .
Hitunglah volumenya!
Penyelesaian :
1
Volume limas = × 9 × 9 × 10 cm3 = 270 cm3
3
Contoh : Suatu limas persegi dengan panjang sisi 12 cm dan tinggi pada sisi
tegak adalah 10 cm. Hitunglah luas permukaannya!
Penyelesaian :
Luas permukaan = luas alas + 4 × luas segtiga
1
= 12 × 12 + 4 × × 12 × 10 cm2
2
= 144 + 240
= 384 cm2
Jika kerucut dibuka bagian selimutnya akan terlihat sebuah juring lingkaran.
Huruf r menyatakan jari-jari alas kerucut dan s disebut garis pelukis maka
diperoleh
Luas selimut (juring) Panjang busur
=
Luas lingkaran Keliling lingkaran
Luas selimut (juring) 2 π r
=
π s2 2π s
Luas selimut (juring) r
=
π s2 s
π s2 × r
Luas selimut kerucut =
s
Luas selimut kerucut = π r s
Contoh : Sebuah kerucut tingginya 6 cm, jari-jari alas 8 cm dan panjang garis
pelukisnya 10 cm. Tentukan volume dan luas permukaan kerucut!
Penyelesaian :
1
Volume = × 3,14 × 82 × 6 = 401,92 cm3
3
3 - 44 Unit 3
Luas permukaan = 3,14 × 8 (8 + 10) = 452,16 cm2
Latihan
1. Layang-layang dengan panjang diagonal masing-masing 6 cm dan 12 cm.
Tentukan luas layang-layang tersebut.
2. Sebuah limas dengan alas berbentuk persegi yang panjang sisinya 4 cm dan
tingginya 9 cm. Tentukan volume limas tersebut!
3. Sebuah kerucut mempunyai jari-jari alas sebesar 7 cm, tinggi 24 cm, dan
panjang garis pelukis 25 cm. Tentukan volume dan luas permukaan kerucut
tersebut!
Selanjutnya Anda dapat mempelajari kembali intisari sub bab ini dalam rangkuman
berikut.
Jika sebuah persegi memiliki panjang sisi s maka luas persegi = s2 dan
keliling persegi 4 × s. Jika persegi panjang dengan panjang p dan lebar l maka
Luas = p × l dan Keliling = 2 × ( p + l). Jika segitiga dengan panjang alas a
1
dan tinggi t maka Luas = × a × t dan Keliling = jumlah panjang semua sisi.
2
Jika panjang alas jajar genjang a dan tingginya t maka Luas = a × t dan
Keliling = jumlah panjang semua sisi. Jika panjang diagonal belah ketupat
1
masing-masing d1 dan d2 maka Luas = × d1 × d2 dan Keliling = jumlah
2
panjang semua sisi. Jika panjang diagonal layang-layang masing-masing d1
1
dan d2 maka Luas = × d1 × d2 dan Keliling = jumlah panjang semua sisi.
2
Jika panjang sisi sejajar trapesium a dan b serta tingginya t maka Luas =
(a + b) × t : 2 dan Keliling = jumlah panjang semua sisi. Jika panjang jari-jari
lingkaran r maka Luas = π × r2 dan Keliling = 2 × π × r. Jika kubus memiliki
panjang rusuk s maka Volume = s3 dan Luas permukaan = 6 s2.
Jika balok memiliki panjang p , lebar l dan tinggi t maka Volume = p × l × t
dan Luas permukaan = 2 (p×l + p×t + l×t). Jika prisma segi n (3,4,5,…)
memilki tinggi t maka Volume = Luas alas × t dan Luas permukaan = jumlah
luas semua sisi. Jika sebuah tabung memilki jari-jari alas r dan tinggi t maka
Volume = π r 2 t dan Luas permukaan =2 π r2 + 2π r t. Jika sebuah limas segi
1
n (3,4,5,…) memiliki tinggi t maka Volume = × Luas alas × t dan Luas
3
permukaan = jumlah luas semua sisi. Jika sebuah kerucut memilki panjang
1
jari-jari alas r, garis pelukis s dan tinggi t maka Volume = π r2 t dan Luas
3
permukaan =π r2 + π r s = π r(r + s) dengan π r s adalah luas selimut kerucut
dan =π r2 adalah luas alas.
3 - 46 Unit 3
Tes Formatif 3
1.
a = 90° : 2 = 45°
b = 180° – 45° – 82° = 180° – 127° = 53°
x = 90° – 53° = 37°
y = 180° – 53° = 127°
.
2. Perhatikan gambar !
y = 90° – 51° = 39°
x = 70°
4. Perhatikan gambar !
x1 = (180° – 100°) : 2 = 40°
x2 = (180° – 26°) : 2 = 77°
x = x1 + x2 = 40° + 77= 117°
.
5. Perhatikan gambar !
x = (180° – 35°) : 2 = 145° : 2 = 72,5
y = 35°
3 - 48 Unit 3
Kunci Tes Formatif 2
2. Kubus merupakan bentuk khusus dari balok karena dibatasi oleh persegi
panjang yang sepasang –sepasang kongruen. Dalam keadaan ini persegi
merupakan bentuk khusus dari persegi panjang.
3. Diagonal ruang kubus sama panjang karena merupakan sisi miring dari
sebuah segitiga siku-siku yang selalu disusun oleh rusuk kubus dan
diagonal sisi kubus, sehingga selalu menghasilkan segitiga yang kongruen.
4. Diagram hubungan antar bangun ruang :
3 - 50 Unit 3
Daftar Pustaka
Cholik, A. 2004. Matematika SMP kelas VII. Jakarta : Erlangga
Cholik, A. 2004. Matematika SMP kelas IX. Jakarta : Erlangga
Suwarsono. Matematika untuk Sekolah Lanjutan. Yogyakarta : Widya Utama
Yee, P. 2002. New Syllabus Mathematics. Shinglee
Bidang diagonal : Bidang yang dibentuk oleh dua rusuk berhadapan dan dua diagonal
sisi yang sejajar
Diagonal : Ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak sesisi atau
serusuk
Diagonal ruang : Ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak sesisi
Diagonal sisi : Ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak serusuk
Garis pelukis : Panjang jari-jari juring lingkaran pembentuk selimut kerucut
Rusuk : Pertemuan dua sisi pada bangun ruang
Sisi pada bangun datar : Ruas garis atau kurva pembatas suatu bangun datar
Sisi pada bangun ruang : Bidang pembatas suatu bangun ruang
3 - 52 Unit 3
Unit 4
KONSEP DASAR TRIGONOMETRI
R. Edy Ambar Roostanto
Pendahuluan
P ada unit ini kita akan mempelajari beberapa konsep dasar dalam trigonometri.
Namun sebelum membahas konsep tersebut, Anda diajak untuk mengingat
kembali teorema Pythagoras. Bahasan dalam trigonometrri ini meliputi
perbandingan-perbandingan trigonometri seperti sinus, cosinus dan tangen, dan
terapannya pada masalah sehari-hari. Kompetensi yang diharapkan dicapai setelah
Anda mempelajari unit ini adalah mampu menggunakan konsep dasar trigonometri
dalam menyelesaikan masalah matematika atau masalah dalam bidang lain. Unit ini
terdiri dari dua subunit yaitu Teorema Pythagoras dan Perbandingan Trigonometri.
Masing-masing subunit ini akan dilengkapi dengan latihan-latihan yang berguna bagi
Anda untuk membantu pemahaman konsep yang telah dipelajari. Media yang dapat
Anda gunakan dalam mempelajari konsep dasar trigonometri ini selain melalui bahan
ajar cetak ini, Anda juga dapat mempelajarinya dengan mengakses web yang telah
disediakan.
Unit ini dapat Anda kuasai dengan baik dengan mencatat poin-poin
penting dalam unit ini dan mengerjakan latihan-latihan yang telah disediakan.
Setelah Anda selesai mempelajari satu sub unit maka kerjakanlah tes formatif yang
ada di setiap akhir sub unit yang berguna untuk mengukur tingkat penguasaan Anda
terhadap sub unit tersebut. Jika Anda merasa belum mencapai tingkat penguasaan
yang disyaratkan, maka pelajari lagi materi dalam sub unit tersebut. Jangan segan
bertanya kepada orang yang Anda anggap bisa membantu Anda. Latihan dapat Anda
lakukan berulang – ulang baik dari bahan ajar cetak maupun dalam bahan ajar web.
Teorema Pythagoras
P erhatikan segitiga ABC yang masing masing panjang sisinya adalah 3 satuan, 4
satuan dan 5 satuan seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
4 -2 Unit 4
Pada gambar di samping
berlaku a 2 + b 2 = c 2 .
Tentukan nilai x
Gambar 4.3
Penyelesaian :
Dengan menggunakan Teorema Pythagoras diperoleh x 2 = 4 2 + 8 2 = 16 + 64 = 80
sehingga x = 80 = 4 5 .
Gambar 4.4
Penyelesaian :
Dengan menggunakan Teorema Pythagoras diperoleh
y = 13 − 5 = 169 − 25 = 144 sehingga y = 144 = 12 .
2 2 2
Gambar 4.5
Jika panjang AB = BC , CD = 6 cm dan AD =10 cm. Tentukan panjang AB dan
BC
Penyelesaian :
Gambar 4.6
Tentukanlah panjang diagonal AC dari persegi panjang di atas!
Penyelesaian :
Panjang diagonal pada persegi panjang sama panjang sehingga AC = BD. Padahal BD
selain menjadi diagonal persegi panjang BD merupakan hypothenusa dari
segitiga ABD. Sehingga dengan menggunakan dalil Pythagoras
2 2 2
diperoleh BD = AD + AB . Selanjutnya dari sini diperoleh
BD2 = 52 + 122 = 25 +144 = 169 sehingga BD = √169 = 13.
Jadi panjang diagonal AC adalah 13 cm.
Contoh 5 : Sebuah segitiga sama sisi memiliki panjang sisi 6 cm. Tentukan luas
segitiga tersebut.
Penyelesaian :
Perhatikan gambar di bawah ini !
Gambar 4.7
Pada gambar di atas AB = BC = AC = 6 cm dan AD = 3 cm, sehingga menurut dalil
Pythagoras diperoleh BD2 = AB 2 − AD 2 atau BD = AB 2 − AD 2 . Dari sini
diperoleh BD = 6 2 − 32 = 36 − 9 = 27 = 9 × 3 = 3 3 . Jadi Luas segitiga
1
sama sisi tersebut adalah × 6 × 3 3 = 9 3 cm2.
2
4 -4 Unit 4
Contoh 6 : Seorang tukang cat akan mengecat tembok. Untuk mengecat bagian
tembok pada ketinggian 6 m dia membutuhkan tangga. Tangga harus
menyandar di tembok dan bagian bawah tangga harus berada paling jauh
2 m dari tembok, jika melebihi itu tangga akan patah. Berapa panjang
tangga terpanjang yang dibutuhkan?
Penyelesaian :
Perhatikan kondisi kejadian di atas dalam gambar berikut ¡
Gambar 4.8
Panjang tangga = 62 + 22 m
= 36 + 4 m
= 40 m
= 4 × 10 m
= 2 10 m
= 2 × 3,16 m
= 6,32 m
Latihan
Selanjutnya Anda dapat mengerjakan latihan berikut ini. Setelah Anda selesai
mengerjakannya, Anda dapat membandingkan pekerjaan Anda tersebut dengan
pembahasan yang disediakan.
1. Sebuah segitiga siku-siku ABC, siku – siku di A dengan AB = 2 cm dan AC
= 1 cm . Tentukan panjang BC!
2.
Jika AD = AB = BC dan DC= 6 cm
Tentukan panjang BD !
72
Jadi panjang BD = .
5
3. Misalkan panjang sisi persegi adalah AB = BC = CD = AD =x dengan
panjang diagonal sama dengan 8 cm. Dengan dalil Pythagoras diperoleh
x 2 + x 2 = 8 2 atau 2 x 2 = 64 sehingga x 2 = 32 . Jadi panjang sisi persegi
tersebut adalah x = 4 2 . Dari sini akan diperoleh luas persegi ABCD
yaitu sisi kali sisi sama dengan 32 cm2.
4. Perhatikan gambar berikut !
4 -6 Unit 4
= 25 m = 5 cm
Rangkuman
Pada segitiga siku-siku berlaku jumlah kuadrat sisi siku-siku sama dengan
kuadrat sisi hypothenusanya atau secara simbolik ditulis a2 + b2 = c2 dimana c
merupakan panjang sisi miring dan a serta b panjang sisi-sisi yang lain dari
segitiga siku-siku tersebut.
Tes Formatif 1
Perbandingan Trigonometri
M ateri yang dibahas dalam sub unit ini adalah perbandingan trigonometri yang
sangat berguna dalam pengukuran – pengukuran panjang dengan melibatkan
segitiga siku-siku, jika diketahui satu sisi dan salah satu sudutnya. Ada tiga
perbandingan dalam trigometri yaitu sinus yang disingkat sin, cosinus disingkat cos
dan tangen disingkat tan. Sebenarnya apa itu cosinus, sinus, dan tangen? Untuk
menjelaskan hal tersebut, perhatikan gambar berikut ini.
R
Sin ∠Q, cos ∠Q, dan tan ∠Q merupakan nilai
perbandingan sisi-sisi pada segitiga PQR dengan aturan
a r
tertentu. Perhatikan ΔPQR pada gambar 4.10. Sisi r
P b Q disebut hypothenusa karena di depan sudut siku-siku, sisi
Gambar 4.10 a disebut sisi depan karena didepan sudut Q yang
dimaksud, dan sisi b disebut sisi samping karena di
sampingsinus,
Dari gambar tersebut didefinisikan sudutkosinus
Q yangdan
dimaksud.
tangen berikut ini.
sisi depan a
sin ∠Q = =
sisi hypothenusa r
sisi samping b
cos ∠Q = =
sisi hypothenusa r
sisi depan a
tan ∠Q = =
sisi samping b
Nilai –nilai trigonometri untuk sudut-sudut dari 0° sampai dengan 90° dapat Anda
lihat pada tabel yang berada pada bagian lampiran yang terdapat pada bagian akhir
bab ini.
4 -8 Unit 4
Contoh 1 : Perhatikan gambar di bawah ini ! Tentukan sin x, cos x dan tan x.
Gambar 4.11
Penyelesaian :
3
sin x° = = 0,6
5
4
cos x° = = 0,8
5
3
tan x° = = 0,75
4
1
Gambar 4.12
Penyelesaian :
Dengan menggunakan dalil Pythagoras diperoleh a2 = 22 - 12 = 3 sehingga a=√3.
3
Selanjutnya diperoleh sin x = dan tan x = √3.
2
Contoh 3 : Tentukan nilai sin, cos, dan tan pada sudut segitiga siku-siku sama kaki!
Penyelesaian :
Perhatikan gambar segitiga siku-siku sama kaki berikut.
Gambar 4.13
= 2a 2
=a 2
Sehingga
AB a 1 1 2 1
sin ∠C = = = = × = 2
AC a 2 2 2 2 2
BC a 1 1 2 1
cos ∠C = = = = × = 2
AC a 2 2 2 2 2
AB a
tan ∠C = = =1
BC a
Karena pada segitiga siku-siku sama kaki pada gambar 4.13 ∠C =∠A maka nilai
trigonometri untuk sudut A sama dengan sudut C. Perlu dipahami di sini bahwa besar ∠C
dan ∠A adalah 45°. Mengapa demikian? Coba Anda cari alasannya. Hal ini berarti
sebenarnya yang kita cari adalah sin 45° dan cos 45°. Jika Anda perhatikan juga bahwa sin
1
∠C dan cos ∠C sama besar. Hal ini berarti sin 45° = cos 45° = 2.
2
Gambar 3.14
Tentukan panjang p dan q bila diketahui cos 50° = 0,643 dan sin 50° = 0,766!
Penyelesaian
q
Diketahui cos 50° = sehingga q = 12 cos 50° = 12 × 0,643 = 7,716 cm.
12
p
Selanjutnya sin 50°= sehingga p = 12 sin 50° = 12 × 0,766 = 9,192 cm.
12
4 - 10 Unit 4
Gambar 3.15
Diketahui sin 42° = 0,699 dan cos 42° = 0,743. Tentukan besarnya b (sisi hypothenusa)!
Penyelesaian :
Karena yang diketahui panjang sisi depan maka kita gunakan sinus sehingga diperoleh sin
5 5 5 5000
42° = atau b = = = = 7,474. Jadi nilai b sama dengan 7,474 cm.
b sin 42 o
0,669 669
Contoh 6 : Sebuah tangga yang panjangnya 4 m bersandar pada tembok. Tangga tersebut
membentuk sudut 70° dengan lantai. Hitunglah jarak ujung bawah tangga dengan tembok!
Penyelesaian
Perhatikan gambar yang mengilustrasikan kejadian di atas!
Gambar 3.16
Diketahui panjang tangga 4 m berarti sisi hypothenusa diketahui dan jarak ujung
bawah tangga dengan tembok merupakan sisi samping. Dengan demikian kita
gunakan perbandingan cosinus. Andaikan jarak ujung bawah tangga dengan tembok
= d maka
d
cos 70° = sehingga d = 4 × cos 70° = 4 × 0,342 = 1,368
4
Jadi jarak ujung bawah tangga dan tembok adalah 1,368 m
Latihan
1. Tentukan nilai sin x, cos x dan tan x dari gambar di bawah ini !
4 - 12 Unit 4
Pedoman Jawaban Latihan
1. Pada gambar panjang sisi samping bawah adalah 1 − a 2 maka diperoleh sin
a 1− a2 a
x= = a , cos x = = 1 − a 2 dan tan x = .
1 1 1− a2
2. Jika cos x = 0,2 berarti diperoleh gambar segitiga siku-siku sebagai berikut.
t
Andaikan tinggi tiang = t, maka tan 45° = sehingga t = 8 tan 45° = 8.
8
t 8
Andaikan jarak Rudi ke tiang bendera = d, maka tan 60° = =
d d
8 8
sehingga d = o
= = 4,62. Jadi jarak Rudi ke tiang bendera 4,62
tan 60 1,732
m sehingga jarak kedua orang tersebut adalah 8 m + 4,62 m = 12,62 m
Pada sebuah segitiga siku siku QPR dengan sudut siku-siku di P seperti tampak
pada gambar di bawah, berlaku perbandingan trigonometri yaitu
sisi depan a
sin ∠Q = = R
sisi miring r
sisi samping b
cos ∠Q = = a r
sisi miring r
sisi depan a
tan ∠Q = =
sisi samping b
P b Q
Tes Formatif 2
1. Diketahui segitiga PQR dengan sudut siku-siku di Q. Nyatakan sin ∠P, cos
∠P, dan tan ∠R dalam perbandingan sisinya.
2. Jika sin x = 0,4 maka tentukan nilai tan x.
3. Jika tan x = a maka tentukan nilai cos x.
4. Jika sin x + 5 = 5,5 maka tentukan nilai cos x + 1
5. Seseorang berada pada ketinggian 25 m di sebuah gedung bertingkat sedang
mengamati mobilnya pada sudut 50° terhadap horisontal. Tentukan jarak
mobil tersebut terhadap gedung!
4 - 14 Unit 4
Kunci Tes Formatif
Gambar 4.9
Panjang kawat yang dibutuhkan adalah sama dengan
4× 24 2 + 7 2 = 4 × 576 + 49 = 4 × 625 = 4 × 25 = 100 m
1
Dengan demikian cos x = .
a2 +1
4. Diketahui sin x + 5 = 5,5 sehingga sin x = 0,5 maka diperoleh
4 - 16 Unit 4
25
5. Andaikan jarak mobil ke gedung adalah d maka diperoleh tan 50 o =
d
25 25
sehingga d = o
= = 20,97. Jadi jarak mobil ke gedung adalah
tan 50 1,192
20,99 m.
4 - 18 Unit 4
Glosarium
Pendahuluan
P ada unit lima ini kita akan membahas peluang. Peluang merupakan salah satu
cabang matematika yang mempelajari cara menghitung tingkat keyakinan
seseorang terhadap terjadi atau tidaknya suatu peristiwa. Selain peluang, materi lain
yang akan dibahas dalam unit ini adalah permutasi dan kombinasi yang merupakan
salah satu teknik untuk menghitung peluang. Dengan demikian unit ini terdiri dari
dua subunit. Subunit pertama membahas permutasi dan kombinasi, sedangkan
subunit kedua membahas peluang. Kompetensi dasar yang harus dikuasai setelah
Anda mempelajari unit ini adalah mampu menggunakan konsep peluang dalam
menyelesaikan masalah dalam matematika atau bidang lainnya yang terkait dengan
peluang. Media pembelajaran yang digunakan selain bahan ajar cetak juga bahan ajar
yang telah tersedia di website. Konsep peluang merupakan salah satu syarat
pengetahuan untuk mempelajari statistika. Tetapi dalam unit ini, masalah-masalah
yang akan dibahas dalam peluang dan terkait dengan statistika tidak dibicarakan.
Konsep-konsep yang dipelajari adalah konsep dasar yang digunakan dalam
memecahkan masalah terkait dengan peluang.
Agar materi yang terdapat pada unit ini dapat dipahami dengan baik, setelah
mempelajari satu subunit atau satu konsep, cobalah Anda mengerjakan contoh atau
latihan soal yang ada, kemudian cocokkan jawaban Anda tersebut dengan
pembahasannya. Jika Anda mengalami kesulitan, bertanyalah pada teman atau tutor
Anda. Setiap subunit dilengkapi dengan tes formatif yang berguna untuk mengukur
tingkat pemahaman Anda terhadap materi. Pelajari setiap konsep dengan sungguh-
sungguh sampai Anda benar-benar memahaminya.
S ubunit ini akan membahas mengenai bagaimana teknik membilang atau disebut
juga kaidah pencacahan khususnya permutasi dan kombinasi. Materi awal yang
dipelajari adalah konsep faktorial yang digunakan dalam menentukan permutasi atau
kombinasi. Sebelum kita mempelajari konsep-konsep tersebut terlebih dahulu simak
masalah pengaturan berikut ini.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi masalah pengaturan
suatu obyek yang terdiri dari beberapa unsur. Pengaturan atau penyusunan tersebut
ada yang memperhatikan urutan dan ada yang tidak memperhatikan urutan.
Pengaturan dengan memperhatikan urutan dalam matematika disebut permutasi,
sedangkan yang tidak memperhatikan urutan disebut kombinasi. Berapa banyak
pengaturan atau penyusunan yang mungkin terjadi ditentukan dengan menggunakan
kaidah pencacahan. Dalam kaidah pencacahan, banyaknya penyusunan tersebut dapat
ditentukan dengan menggunakan salah satu atau gabungan dari metode berikut ini
yaitu teknik membilang, permutasi dan kombinasi. Kita akan mempelajari dan
berlatih menggunakan teknik membilang terlebih dahulu. Perhatikan contoh berikut
ini.
Misalnya tersedia dua celana berwarna biru dan hitam serta 3 baju berwarna kuning,
merah dan putih. Berapa banyak pasangan warna celana dan baju yang dapat
dibentuk?
Banyaknya pasangan warna celana dan baju yang dapat dibentuk dapat ditentukan
dengan beberapa cara seperti berikut.
a. Dengan menggunakan diagram pohon.
Diagram pohon adalah suatu diagram yang berbentuk pohon dalam hal ini
digunakan untuk mempermudah kita dalam menghitung banyaknya
kemungkinan susunan pasangan baju yang terjadi.
5 -2 Unit 5
Gambar 5.1 Diagram Pohon
Dari diagram pohon di atas, tampak bahwa terdapat 6 pasangan warna yang
dapat dibentuk dari 2 warna celana dan 3 warna baju. Jadi 6 pasangan
tersebut diperoleh dengan cara mengalikan bilangan yang menyatakan
kemungkinan warna celana dengan bilangan yang menyatakan
kemungkinan warna baju. Dengan kata lain 2 × 3 = 6.
Berikut ini diberikan salah satu sifat faktorial yang sangat berguna dalam
mempermudah peghitungan terkait dengan faktorial.
Sifat 1.
n!= n.(n − 1)!
= n.(n − 1)(
. n − 2 )!
10!
Contoh penggunaan sifat ini sebagai berikut. Misalkan kita akan menghitung
6!
10! 10.9.8.7.6!
maka diperoleh = = 10.9.8.7 = 5040 .
6! 6!
1. Permutasi
Seperti yang telah dikemukakan di atas, permutasi adalah pengaturan atau
penyusunan beberapa unsur dengan memperhatikan urutan. Contoh masalah dalam
kehidupan sehari-hari adalah pengaturan atau penyusunan kepanitiaan yang terdiri
dari ketua, bendahara dan sekretaris. Jelas bahwa pada masalah tersebut urutan akan
sangat mempengaruhi, sehingga urutan menjadi pertimbangan khusus. Definisi
permutasi disajikan sebagai berikut. Permutasi sekumpulan obyek/unsur adalah suatu
pengaturan dengan memperhatikan urutan dari semua obyek atau sebagian. Dengan
kata lain, permutasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia (dengan tiap
unsur berbeda dan r ≤ n ) adalah susunan dari r unsur itu dalam suatu urutan.
5 -4 Unit 5
Banyaknya permutasi biasa dilambangkan dengan n P r . Rumus umum
banyaknya permutasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia adalah sebagai
berikut.
n!
n Pr =
(n − r )!
Pada definisi permutasi di atas dikatakan bahwa n unsur yang tersedia berbeda. Jika
unsur-unsur yang tersedia memuat unsur yang sama, bagaimanakah cara menentukan
banyaknya permutasi yang memuat unsur sama? Untuk menjelaskan hal ini,
perhatikan contoh berikut ini.
Contoh : Berapa banyak permutasi dari 3 huruf yang diambil dari huruf A, A, dan B?
Pada contoh di atas, unsur yang tersedia terdapat 3 huruf. Dari 3 huruf tersebut
terdapat 2 unsur yang sama yaitu A. Andaikan kedua unsur yang sama tersebut kita
anggap berbeda dengan membubuhkan indeks 1 dan 2 pada kedua huruf A tersebut,
maka akan diperoleh 6 susunan atau permutasi yaitu
A1 A2 B A2 A1 B A1 BA2 A2 BA1 BA1 A2 BA2 A1
Jika kita hilangkan indeks pada huruf A maka tinggal dipunyai 3 susunan saja yaitu:
AAB ABA BAA
Jadi banyaknya permutasi dari 3 unsur yang memuat 2 unsur yang sama adalah
2.3
P= = 3 . Secara umum rumus untuk permutasi n unsur yang memuat k, l, m, dan
2
seterusnya unsur yang sama adalah sebagai berikut.
n!
P=
k!l!m!...
Latihan 1
Selanjutnya selesaikan soal berikut yang terkait dengan rumus permutasi.
1. Hitunglah 6 P1 , 4 P4 , dan 7 P3 .
2. Hitunglah permutasi 6 unsur yang diambil dari 7 unsur yang tersedia.
3. Berapa banyak susunan huruf yang dapat dibentuk dari huruf-huruf M, A, D,
dan U .
4. Berapa banyak susunan huruf yang terdiri dari 2 huruf yang diambil dari
huruf-huruf H, U, T, A, N, dan G.
5. Di dalam suatu kelas akan dilakukan pemilihan panitia keakraban siswa yang
terdiri dari ketua, wakil ketua, dan bendahara. Jumlah siswa dalam kelas
tersebut 30 orang. Berapa banyak susunan panitia yang mungkin terjadi?
5!.6 4! 4!.5.6.7
= = = 1.2.3.4 =
5! 0! 4!
=6 = 24 = 5.6.7 = 210
5 -6 Unit 5
Banyaknya siswa 30 orang dan banyak panitia yang akan dibentuk ada 3,
maka n = 30 dan r = 3. Jadi banyak susunan panitia yang mungkin terjadi
adalah:
30!
P3 =
(30 − 3)!
30
27!.28.29.30
=
27!
= 28.29.30
= 24360
6. Coba Anda perhatikan bahwa huruf-huruf B, A, T, U, B, A, R, dan A
memuat beberapa unsur yang sama yaitu huruf A sebanyak 3 dan huruf B
sebanyak 2, maka banyak susunan huruf yang dapat dibentuk adalah
8! 3!.4.5.6.7.8
P= =
3!.2! 3!.2
= 2 .5 .6 .7 .8
= 3360
2. Kombinasi
Kombinasi merupakan pengaturan atau penyusunan beberapa unsur tanpa
memperhatikan urutan. Misalnya kita akan mengirimkan tim lomba cerdas cermat
yang terdiri dari 3 orang. Masalah tersebut jelas tidak memperhatikan atau
mempertimbangkan urutan. Jadi definisi kombinasi disajikan berikut ini. Kombinasi
sekumpulan unsur adalah suatu pengaturan dari semua atau sebagian unsur dengan
tidak memperhatikan urutan. Dengan kata lain, kombinasi r unsur yang diambil dari
n unsur yang tersedia (dengan tiap unsur berbeda dan r ≤ n ) adalah susunan dari r
unsur itu tanpa memperhatikan urutan.
Banyaknya kombinasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia
dinyatakan dengan nCr dan ditentukan dengan rumus berikut ini.
n!
n Cr =
r!(n − r )!
Latihan 2
Silahkan Anda berlatih menggunakan rumus di atas dengan mengerjakan soal-soal di
bawah ini. Setelah Anda selesai mengerjakan, cocokkan jawaban Anda dengan
pembahasannya.
1. Hitunglah 10 C 4 dan 20 C3 .
5 -8 Unit 5
4!
C3 =
4
(4 − 3)!.3!
3!.4
= =4
1!.3!
4. a. Banyaknya bola putih yang tersedia 7 buah diambil dua bola secara acak maka
banyaknya pasangan bola yang diperoleh dapat ditentukan dengan
menggunakan konsep kombinasi berikut ini.
7! 7!
C2 = =
7
(7 − 2)!.2! 5!.2!
5!.6.7
=
5!.1.2
6.7
=
2
= 3.7 = 21
b. Banyaknya bola merah yang tersedia 5 buah diambil dua bola secara acak
maka banyaknya pasangan bola yang diperoleh dapat ditentukan dengan
menggunakan konsep kombinasi berikut ini.
5!
5 C2 =
(5 − 2)!.2!
3!.4.5
= = 2.5 = 10
3!.2
c. Banyaknya bola putih yang tersedia 7 buah dan bola merah 5 buah. Banyaknya
pasangan bola yang diperoleh satu putih dan satu merah dapat ditentukan
dengan menggunakan konsep kombinasi berikut ini.
Banyak cara terambil satu bola putih adalah
7! 7!
7 C1 = =
(7 − 1)!.1! 6!.1!
6!.7
=
6!.1
=7
Banyaknya cara terambil satu bola merah adalah
5!
5 C1 =
(5 − 1)!.1!
4!.5
=
4!.1
=5
Rangkuman
Tes Formatif 1
23!
2. Tentukan nilai dari .
20!(5 − 4)!
A. 1,15 C. 10626
5 - 10 Unit 5
B. 23 D. 212520
3. Pada suatu arisan yang diikuti oleh 20 orang akan diundi sehingga 3 orang
diantaranya akan memperoleh hadiah yang nilainya sama. Untuk menghitung
banyaknya cara yang mungkin terjadi pada kasus di atas, digunakan rumus
……
A. faktorial C. perkalian
B. kombinasi D. permutasi
5. Banyaknya cara menyusun nomor telephon yang terdiri dari 6 angka yang
mungkin dibuat untuk dijual ke konsumen adalah …….
A. 20160 C. 151200
B. 60480 D. 900000
6. Banyak cara menyusun bilangan ganjil yang terdiri dari 4 angka adalah …….
A. 4500 C. 9000
B. 5000 D. 10000
7. Suatu lomba diikuti oleh 15 peserta yang memperebutkan 3 piala yaitu piala juara
I, II, dan III. Banyaknya susunan pemenang yang mungkin dari lomba tersebut
adalah …….
A. 210 C. 2730
B. 273 D. 3276
8. Dari 20 manik-manik akan dibuat sebuah gelang yang terdiri dari 15 manik-
manik. Banyaknya cara menyusun manik-manik tersebut adalah …….
A. 13680 C. 310080
B. 15504 D. 1860480
9. Di dalam sebuah kantong terdapat 10 mata uang logam yang terdiri dari 6 mata
uang logam Rp.100,- dan 4 mata uang logam Rp. 500,-. Dari kantong tersebut
diambil 3 mata uang logam sekaligus. Banyak cara terambil 3 mata uang logam
10. Banyak cara menyusun secara berjajar 4 bendera merah, 2 bendera hijau dan 2
bendera kuning adalah …….
A. 16 C. 420
B. 64 D. 840
5 - 12 Unit 5
Subunit 2
Peluang
S ubunit 2 membahas peluang yang terdiri dari peluang suatu kejadian tunggal dan
peluang kejadian majemuk. Untuk membahas topik tersebut diperlukan beberapa
konsep mengenai percobaan atau eksperimen, ruang sampel dan kejadian. Peluang
menyangkut ketidakpastian. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemui
ketidakpastian. Peristiwa yang memuat ketidakpastian, biasanya digambarkan
dengan kata-kata yang mengandung makna kemungkinan, kesempatan, atau peluang.
Contoh :
1. Pada bulan-bulan tertentu kota Jakarta mengalami musim hujan.
2. Berdasarkan hasil ujian harian yang diperoleh, Bobi mempunyai peluang
untuk menjadi juara kelas.
3. Sinta dan Jodi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi juara lomba
matematika di sekolahnya.
4. Besok pagi matahari terbit dari arah Timur.
Coba Anda perhatikan contoh-contoh tersebut. Peristiwa manakah yang mungkin
terjadi? Tingkat keyakinan bahwa peristiwa itu terjadi ditentukan melalui kata-kata
yang dipilih untuk mengungkapkan kemungkinan tersebut. Untuk contoh ke-4, Anda
pasti setuju bahwa contoh tersebut tidak mungkin terjadi. Saudara, pada subunit ini
kita akan membahas tentang tingkat keyakinan bahwa suatu peristiwa terjadi atau
tidak. Cabang matematika yang mempelajari cara-cara penghitungan derajat
keyakinan untuk menentukan terjadi atau tidaknya suatu peristiwa disebut ilmu
peluang atau probabilitas.
Menurut pandangan intuitif, peluang suatu peristiwa adalah angka yang
menunjukkan seberapa besar kemungkinan peristiwa itu akan terjadi. Peluang yang
kecil menunjukkan kemungkinan terjadi peristiwa itu sangat kecil. Misalnya seorang
peramal cuaca meramalkan bahwa kemungkinan akan terjadi hujan kurang dari 10%
maka kita akan merasa tidak perlu membawa payung jika akan ke luar rumah karena
kita menganggap bahwa kemungkinan akan hujan sangat kecil. Jadi salah satu
manfaat mengetahui peluang suatu peristiwa adalah untuk membantu pengambilan
keputusan yang tepat.
Konsep peluang berkaitan dengan percobaan atau eksperimen. Percobaan di
sini didefinisikan sebagai pengamatan terhadap beberapa aktivitas atau proses yang
memungkinkan timbulnya paling sedikit dua peristiwa tanpa memperhatikan
Contoh :
No. Percobaan Hasil Percobaan
1. Pengukuran waktu reaksi kimia Lama reaksi
2. Interview petani Penghasilan bulanan
3. Pengamatan sekumpulan hasil produksi Banyak produk yang cacat
4. Pelemparan mata uang logam 1 kali Sisi gambar atau angka
Contoh :
1. Percobaan pengukuran tinggi badan seseorang yang tingginya antara 165 cm
dan 170 cm. Dari percobaan tersebut tentukan:
5 - 14 Unit 5
a. ruang sampel dan jenis ruang sampel
b. himpunan A jika A merupakan tinggi seseorang 167 cm dan 169 cm.
c. Himpunan B jika B merupakan kejadian tinggi seseorang yang sama
dengan 190 cm.
2. Percobaan melempar dadu satu kali.
5 - 16 Unit 5
1. Peluang Kejadian
Jika suatu percobaan dilakukan, biasanya perhatian kita pada kejadian-
kejadian sejati dimana kejadian-kejadian tersebut bukanlah kejadian yang pasti
terjadi atau kejadian yang tidak mungkin terjadi. Persoalannya, apakah kita dapat
menghitung kecenderungan terjadinya kejadian-kejadian tersebut. Untuk itu kita
memerlukan alat untuk mengukurnya. Alat tersebut adalah peluang kejadian. Berikut
ini adalah definisi peluang menurut definisi klasik. Misalkan suatu percobaan
menghasilkan n titik sampel yang mempunyai kesempatan muncul sama dan tidak
mungkin terjadi bersama-sama. Kejadian A muncul sebanyak k kali maka peluang
kejadian A adalah
n( A) k
P ( A) = =
n( S ) n
dengan n( A) adalah banyaknya anggota kejadian A dan n( S ) adalah banyaknya
anggota ruang sampel.
Jika kita akan menghitung peluang kejadian dengan menggunakan definisi ini, maka
ada tiga hal yang harus diperhatikan.
a. Jika suatu percobaan dilakukan tanpa suatu keterangan tertentu, maka
dianggap bahwa setiap hasil percobaan yang mungkin mempunyai peluang
yang sama.
b. Jika suatu percobaan dengan hasil yang mungkin cukup banyak maka akan
lebih mudah jika banyaknya hasil yang mungkin dari percobaan tersebut
dihitung terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
kaidah pencacahan baik dengan teknik membilang, permutasi atau kombinasi.
c. 0 ≤ n( A) ≤ n dan 0 ≤ P( A) ≤ 1
Latihan Peluang Kejadian
Berikutnya silahkan Anda mengerjakan soal-soal di bawah ini.
1. Pada percobaan melempar sebuah dadu satu kali, berapa peluang kejadian
munculnya mata dadu ganjil?
2. Diketahui dalam suatu kotak terdapat 5 bola putih dan 3 bola merah. Dari
kotak tersebut diambil sebuah bola secara acak. Berapa peluang kejadian
terambilnya bola putih?
3. Jika pada kotak dalam soal nomor 2, diambil dua bola sekaligus secara acak,
berapa peluang kejadian terambil bola semuanya putih.
5 - 18 Unit 5
B ∪ C = {2,3,4,5,6} di mana banyaknya anggota adalah n( B ∪ C ) = 5 . Dengan
menggunakan definisi peluang klasik, peluang kejadian tersebut adalah
n( B ∪ C ) 5
P( B ∪ C ) = = . Secara umum untuk menghitung peluang kejadian
n( S ) 6
majemuk seperti tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan teori himpunan,
tetapi dalam subunit ini hal tersebut tidak akan dibahas. Rumus menghitung peluang
gabungan dua kejadian adalah sebagai berikut. Misal A dan B adalah sebarang dua
kejadian yang terdapat dalam ruang sampel, maka peluang kejadian A ∪ B adalah
P( A ∪ B) = P( A) + P( B) − P( A ∩ B)
Contoh : Dari hasil penelitian yang dilakukan pada suatu wilayah terhadap
kepemilikan TV dan radio, diperoleh data sebagai berikut.
20% penduduk memiliki TV
40% penduduk memiliki radio
15% penduduk memiliki TV dan radio
Jika di wilayah tersebut dipilih satu orang secara acak, berapa peluang ia memiliki
TV atau radio?
Penyelesaian :
20
Misalkan A kejadian penduduk yang terpilih memiliki TV maka P ( A) = , B
100
40
kejadian penduduk yang terpilih memiliki radio maka P ( B ) = dan C kejadian
100
15
penduduk yang terpilih memiliki TV dan radio maka P ( A ∩ B ) = . Peluang
100
penduduk yang terpillih memiliki TV atau radio dapat ditentukan sebagai berikut.
P ( A ∪ B ) = P( A) + P( B) − P ( A ∩ B )
20 40 15 45
= + − =
100 100 100 100
Jadi peluang penduduk yang terpilih memiliki TV atau radio adalah 45%.
Tes Formatif 2
Kerjakanlah tes formatif berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi peluang dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu
jawaban yang Anda anggap benar.
1. Ruang sampel dari percobaan melempar dua mata uang logam adalah …….
A. {A,G} C. {AA, AG, GG}
B. {A, G, A, G} D. {AA, AG, GA, GG}
2. Kejadian munculnya sisi gambar dan angka pada percobaan melempar dua mata
uang logam dinyatakan oleh …….
A. {G, A} C. {AG}
B. {G, A, G, A} D. {AG, GA}
5 - 20 Unit 5
3. Kejadian yang pasti terjadi merupakan …….
A. himpunan bagian dari ruang sampel
B. himpunan bagian sejati
C. kejadian yang tidak sejati
D. kejadian sejati
5. Pada percobaan melempar dadu satu kali, peluang muncul sisi ganjil adalah
…….
1 5
A. C.
6 6
3 7
B. D.
6 6
6. Diketahui percobaan menyusun bilangan ganjil yang terdiri dari 3 angka. Peluang
tersusun bilangan yang habis dibagi 5 adalah …….
90 100
A. C.
450 500
180 200
B. D.
450 500
7. Pada setumpuk kartu bridge, diambil dua kartu sekaligus. Peluang terambil kartu
berwarna merah adalah …….
12 24
A. C.
52 52
13 26
B. D.
52 52
8. Di dalam sebuah kotak terdapat 12 gelas yang terdiri dari 6 gelas berwarna putih,
6 gelas berwarna hijau. Dari kotak tersebut diambil 5 gelas sekaligus. Peluang
terambilnya semua gelas berwarna putih adalah …….
6 720
A. C.
792 792
9. Dari soal nomor delapan, peluang terambil 3 gelas putih dan 2 gelas hijau adalah
…….
35 300
A. C.
792 792
150 600
B. D.
792 792
10. Diketahui percobaan melempar dua dadu satu kali. Peluang muncul sisi-sisi dadu
yang jumlahnya sama dengan 12 atau yang hasil kalinya sama dengan 12 adalah
.......
5 7
A. C.
36 36
6 8
B. D.
36 36
5 - 22 Unit 5
Kunci Tes Formatif
Kunci Tes Formatif 1
9! 3!.4.5.6.7.8.9
1. C. = = 4.5.6.7.8.9 = 60480 .
3! 3!
23! 20!.21.22.23
2. C. = = 21.22.23 = 10626 .
20!(5 − 4)! 20!.1!
3. B. Karena dalam masalah tersebut hadiahnya bernilai sama
4. D.
10! 7!.8.9.10 18!
10 P3 = = 18 C 5 =
(10 − 3)! 7! (18 − 5)!.5!
= 8.9.10 = 720 13!.14.15.16.17.18
=
13!.5!
14.15.16.17.18
= = 8568
1.2.3.4.5
9 10 5
7. Angka pertama dapat diperoleh dari 9 angka yang mungkin (angka nol tidak
mungkin), angka kedua dapat diperoleh dari 10 angka yang mungkin,
sedangkan angka ketiga dapat diperoleh dari 5 angka yang mungkin (karena
ada syarat bahwa bilangan yang dibentuk harus ganjil), maka banyak anggota
ruang sampel adalah 9 × 10 × 5 = 450. Selanjutnya akan dihitung banyak
anggota kejadian tersusun bilangan yang habis dibagi lima dengan cara yang
sama yaitu
9 10 1
5 - 24 Unit 5
8. Perhatikan pada angka ketiga hanya ada satu kemungkinan yaitu angka 5 agar
bilangan yang tersusun merupakan bilangan ganjil dan habis dibagi 5. Jadi
banyak anggota kejadian tersusun bilangan yang habis dibagi 5 adalah 9 × 10
× 1 = 90. Peluang tersusun bilangan yang habis dibagi lima dari penyusunan
90
bilangan ganjil yang terdiri dari 3 angka adalah .
450
9. D. Jumlah setumpuk kartu bridge adalah 52 kartu yang terdiri dari 13
kartu hati berwarna merah, 13 kartu daun berwarna hitam, 13 kartu diamond
berwarna merah dan 13 kartu keriting berwarna hitam. Dari setumpuk kartu
tersebut diambil dua kartu sekaligus. Ditanyakan peluang terambil kedua
kartu berwarna merah. Banyak kartu merah adalah 26 kartu, maka peluang
26
terambil 2 kartu merah adalah .
52
10. A. Banyaknya anggota ruang sampel dapat dihitung dengan
menggunakan rumus kombinasi yaitu:
12! 7!.8.9.10.11.12
12 C 5 = =
11.
(12 − 5)!.5! 7!.5!
8.9.10.11.12
= = 792
2.3.4.5
12. Selanjutnya banyaknya anggota kejadian terambil 5 gelas putih semua
dihitung dengan cara sebagai berikut.
6! 5!.6
13. 6 C5 = = =6
(6 − 5)!.5! 1!.5!
6
14. Maka peluang terambil 5 gelas putih adalah .
792
15. C. Banyaknya anggota ruang sampel sama dengan nomor 8 yaitu 792.
Selanjutnya menghitung banyak anggota kejadian terambil 3 gelas putih dan
2 gelas hijau adalah 6 C 3 × 6 C 2 . Sehingga diperoleh
6! 6!
C3 × 6 C2 = ×
6
(6 − 3)!.3! (6 − 2)!.2!
3!.4.5.6 4!.5.6
16. = ×
3!.3! 4!.2!
4.5.6 5.6
= × = 300
2.3 2
300
17. Jadi peluang terambil 3 gelas putih dan 2 gelas hijau adalah .
792
5 - 26 Unit 5
Daftar Pustaka
Raharjo, M. 2004. Peluang. [Online]. Tersedia di:
http://www.p3gmatyo.go.id/download/SMA/peluang.pdf [19 Januari 2007]
5 - 28 Unit 5
Unit 6
PENALARAN MATEMATIKA
Clara Ika Sari Budhayanti
Pendahuluan
Pengantar Logika
S ubunit ini akan membahas mengenai obyek logika yaitu pernyataan dan
bagaimana menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan yang didasarkan
pada teori korespondensi dan koherensi. Materi berikutnya adalah mengenai
komposisi pernyataan dan nilai kebenarannya. Sifat-sifat operasi logika termasuk
beberapa ekuivalensi juga dibahas dalam subunit ini. Silahkan Anda mulai
mempelajari unit ini dengan sungguh-sungguh dengan mengkaji definisi dan obyek
logika berikut ini.
Logika merupakan salah satu ilmu yang penting untuk dipelajari. Aplikasi
logika seringkali ditemukan tidak hanya dalam bidang matematika tetapi juga dalam
ilmu-ilmu lain meskipun tidak secara formal disebut belajar logika. Logika dalam
matematika digunakan untuk membuktikan teorema-teorema, dalam ilmu komputer
digunakan untuk menguji kebenaran dari program, dalam ilmu pengetahuan alam
digunakan untuk menarik kesimpulan dari eksperimen-eksperimen dan dalam ilmu
sosial digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-
hari. Pengertian logika dirumuskan oleh para ahli dengan rumusan yang berbeda-
beda, tetapi arti dan maknanya tidak jauh berbeda. Salah satunya menurut Soekadijo,
logika adalah suatu studi yang sistematik tentang struktur pernyataan dan syarat-
syarat umum mengenai penalaran yang sahih dengan menggunakan metode yang
mengesampingkan isi atau bahan pernyataan dan hanya membahas bentuk logisnya
saja. Logika yang mengesampingkan isi dari pernyataan dan hanya melihat
bentuknya saja terutama pada saat penalaran, sering dikenal dengan istilah logika
formal, logika simbolik, logika modern, atau logika matematika. Salah satu ciri dari
logika matematika adalah penalarannya berdasarkan penalaran deduktif. Penalaran
ini akan dibahas lebih lanjut pada unit 7.
Dengan melihat definisi di atas, menurut Anda, apa yang akan kita pelajari
dalam logika? Dikatakan bahwa logika merupakan studi tentang struktur pernyataan.
Jadi dalam logika, obyek yang dibicarakan adalah pernyataan. Pernyataan yang
bagaimanakah? Setiap ilmuwan akan berusaha menghasilkan teori yang benar. Suatu
teori tidak akan berarti jika tidak bernilai benar. Oleh karena itu benar tidaknya suatu
pernyataan yang memuat teori menjadi hal penting untuk dibicarakan. Jadi dalam
logika, kita mengesampingkan isi atau arti dari pernyataan tetapi yang kita pelajari
6 – 2 Unit 6
adalah benar atau salah suatu pernyataan dan bagaimana menentukan kebenaran
pernyataan tersebut. Bagaimana kriteria kebenaran yang digunakan dalam logika?
Teori yang terkait dengan kebenaran ini adalah teori korespondensi dan teori
koherensi.
Teori korespondensi menyatakan bahwa suatu pernyataan bernilai benar jika
hal-hal yang termuat dalam pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya. Misalnya “Ibukota propinsi Jawa Timur adalah Surabaya”.
Pernyataan tersebut bernilai benar karena sesuai dengan kenyataan. Teori-teori dalam
bidang IPA banyak didasarkan pada teori korespondensi ini. Sedangkan pada
matematika, teori tidak hanya berdasarkan fakta semata tetapi juga berdasarkan pada
rasio dan aksioma. Dari sini muncul teori koherensi. Teori koherensi menyatakan
bahwa suatu kalimat bernilai benar jika pernyataan yang termuat dalam kalimat
tersebut bersifat koheren, konsisten atau tidak bertentangan dengan pernyataan-
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya “Jumlah besar sudut-sudut
suatu segitiga adalah 180 0 ”. Kalimat ini bernilai benar karena kalimat tersebut
konsisten dengan aksioma yang telah disepakati kebenarannya dan konsisten dengan
teorema atau dalil sebelumnya yang telah terbukti benar.
Berdasarkan uraian di atas, obyek di dalam logika adalah kalimat atau
pernyataan yang bernilai benar atau salah tetapi tidak keduanya. Setiap pernyataan
adalah kalimat tetapi sebuah kalimat belum tentu merupakan pernyataan. Kalimat-
kalimat yang bersifat ”menerangkan sesuatu” atau disebut juga kalimat deklaratif
saja yang dapat digolongkan sebagai pernyataan. Jadi pernyataan adalah kalimat
deklaratif yang bernilai benar atau salah tetapi tidak keduanya. Istilah pernyataan
disebut juga proposisi atau kalimat tertutup. Berikut ini contoh pernyataan dan bukan
pernyataan.
Contoh : 1. x + 2 = 8 adalah kalimat dengan variabel x.
2. ”Ini warna favorit saya” adalah kalimat dengan variabel ”ini”.
3. Donal bebek adalah salah satu tokoh kartun.
4. Segilima mempunyai tepat 4 sisi.
Kalimat pada contoh 1 dan 2, merupakan contoh kalimat yang bukan pernyataan
karena kita tidak dapat menentukan nilai kebenaran dari kalimat tersebut. Kalimat
tersebut memuat variabel. Kalimat jenis ini disebut kalimat terbuka. Bagaimanakah
cara menentukan nilai kebenarannya? Jika variabel pada kalimat tersebut diganti
dengan hal tertentu, maka nilai kebenaran kalimat terbuka tersebut dapat ditentukan.
Misalnya pada kalimat pertama yaitu ” x + 2 = 8 ”, nilai x diganti dengan bilangan 6
maka diperoleh kalimat 6 + 2 = 8 yang benar. Pada contoh kedua, variabel ”ini”
diganti dengan ”ungu” maka diperoleh kalimat ”Ungu adalah warna favorit saya”.
6 – 4 Unit 6
pernyataan tunggal yang diperoleh dengan cara menggabungkan pernyataan-
pernyataan dengan menggunakan kata perangkai atau penghubung. Kata perangkai
atau penghubung dalam logika sering juga disebut operasi-operasi logika. Dengan
menggunakan kata-kata perangkai tersebut diperoleh 5 macam komposisi pernyataan
dalam logika yaitu ingkaran, konjungsi, disjungsi, implikasi dan biimplikasi. Berikut
merupakan uraian dari komposisi pernyataan-pernyataan tersebut.
1. Ingkaran
Ingkaran dalam logika merupakan pernyataan yang dibentuk dengan
meletakkan kata ”tidak benar” pada pernyataan semula. Di beberapa buku, ingkaran
juga disebut negasi. Ingkaran suatu pernyataan mempunyai nilai kebenaran yang
merupakan kebalikan dari nilai kebenaran pernyataan semula. Jika pernyataan
bernilai benar maka ingkaran pernyataan tersebut bernilai salah, demikian
sebaliknya. Notasi atau simbol operasi ingkaran adalah ” ∼”.
Contoh : Tidak benar bahwa ibukota Indonesia adalah Jakarta.
Jika p : Ibukota Indonesia adalah Jakarta maka kalimat “Tidak benar bahwa ibukota
Indonesia adalah Jakarta” merupakan negasi atau ingkaran dari pernyataan p dan
dinotasikan dengan ∼p. Pernyataan ∼p juga dapat dinyatakan dengan pernyataan
“Ibukota Indonesia bukan Jakarta”. Pada contoh tersebut nilai kebenaran dari
pernyataan p adalah benar sehingga pernyataan ∼p bernilai salah.
Bagaimana Saudara, apakah Anda sudah memahami uraian di atas? Untuk lebih
jelasnya Anda bisa membaca tabel kebenaran dan contoh berikut ini. Tabel
kebenaran adalah sebuah tabel yang menyatakan nilai kebenaran suatu pernyataan
majemuk yang diperoleh dari nilai kebenaran yang mungkin dari setiap pernyataan
yang membentuknya.
Kata penghubung dalam konjungsi disebut juga kata penghubung penyertaan, karena
harus menyertakan semua komponen-komponennya. Dalam kehidupan sehari-hari,
kata penghubung yang mempunyai arti sama dengan ”dan” antara lain ”yang”,
”tetapi”, ”meskipun”, ”maupun”.
3. Disjungsi
Disjungsi merupakan komposisi pernyataan yang dibentuk dengan cara
menggabungkan dua pernyataan dengan kata penghubung ”atau”. Notasi untuk kata
perangkai ”atau” adalah ” ∨ ”.
Contoh : Sinta makan nasi atau minum teh. Dari kalimat ini ada empat kemungkinan
yang terjadi yaitu
(1) Sinta benar makan nasi dan juga minum teh. Jika ini kenyataannya maka
pernyataan ”Sinta makan nasi atau minum teh” bernilai benar.
(2) Sinta makan nasi tetapi tidak minum teh. Jika ini kenyataannya maka
pernyataan ”Sinta makan nasi atau minum teh” bernilai benar karena Sinta
makan nasi walaupun tidak minum teh.
(3) Sinta tidak makan nasi tetapi minum teh. Jika ini kenyataannya maka
pernyataan ”Sinta makan nasi atau minum teh” bernilai benar karena Sinta
minum teh walaupun tidak makan nasi.
6 – 6 Unit 6
(4) Sinta tidak makan nasi dan tidak minum teh. Jika ini kenyataannya maka
pernyataan ”Sinta makan nasi atau minum teh” bernilai salah karena tidak
sesuai kenyataannya.
Berdasarkan uraian di atas, disjungsi bernilai benar jika salah satu atau kedua
pernyataan yang membentuknya bernilai benar. Dengan kata lain, disjungsi bernilai
salah jika kedua pernyataan yang membentuknya bernilai salah. Hal ini ditunjukkan
oleh tabel kebenaran berikut ini.
Disjungsi disebut juga alternatif karena cukup salah satu saja komponen yang benar
maka disjungsinya benar.
4. Implikasi
Implikasi adalah komposisi pernyataan yang menggunakan kata perangkai
”jika...maka...”. Lambang yang digunakan untuk menyatakan implikasi adalah
” p → q ”. Pernyataan pertama disebut anteseden atau syarat dan pernyataan kedua
disebut akibat atau konsekuen. Implikasi bernilai salah jika anteseden bernilai benar
dan konsekuen bernilai salah. Nilai kebenaran yang mungkin untuk implikasi
ditunjukkan oleh tabel berikut ini.
6 – 8 Unit 6
5. Biimplikasi
Biimplikasi merupakan komposisi pernyataan yang menggunakan kata
perangkai ”jika dan hanya jika”. Kata perangkai tersebut dinotasikan dengan
lambang ” ↔ ”. Biimplikasi bernilai benar jika kedua pernyataan yang
membentuknya, kedua-duanya bernilai benar atau kedua-duanya bernilai salah.
Untuk lebih jelasnya, Anda dapat melihat tabel di bawah ini.
Contoh : Suatu segitiga adalah segitiga sama sisi jika dan hanya jika ketiga sisinya
sama panjang. Jika p : suatu segitiga adalah segitiga sama sisi dan q : ketiga sisi
segitiga sama panjang maka pernyataan majemuk di atas dapat dinyatakan dengan
simbol p ↔ q .
Latihan
Bagaimana Saudara, apakah Anda telah memahami konsep yang telah kita
pelajari di atas? Silahkan Anda mengerjakan contoh-contoh soal berikut ini guna
memantapkan pemahaman materi yang sudah Anda peroleh.
1. Di antara kalimat-kalimat berikut ini, manakah yang merupakan pernyataan?
a. 2 + 3 = 7
b. Buka buku pelajaran Matematika halaman 12
c. 5 + 7 < 10
d. Bulan merupakan satelit bumi
e. x + 5 > 9 untuk setiap x bilangan real
2. Tentukan ingkaran dari pernyataan-pernyataan berikut ini.
a. Ibu kota negara Jepang adalah Tokyo.
b. 3 + 5 = 7.
c. Pada saat kemarau, suhu di Jakarta panas sekali.
d. 2 × 5 = 10.
6 – 10 Unit 6
Pernyataan ini merupakan disjungsi karena menggunakan kata
penghubung ”atau”. Menurut tabel kebenaran disjungsi, pernyataan
tersebut bernilai benar karena salah satu komponen pembentuknya
bernilai benar.
c. r → s : Jika persegi panjang adalah suatu persegi maka bilangan 7
merupakan bilangan ganjil.
Pernyataan ini merupakan implikasi karena menggunakan kata
penghubung ”jika... maka...”. Anteseden dari implikasi bernilai salah
sedangkan konklusinya bernilai benar maka implikasi tersebut bernilai
benar.
d. s ↔ t : Bilangan 7 merupakan bilangan ganjil jika dan hanya jika
bilangan 8 merupakan bilangan genap.
Pernyataan ini merupakan biimplikasi karena menggunakan kata
penghubung ”jika dan hanya jika”. Setiap komponen yang membentuk
pernyataan ini bernilai benar maka biimplikasi tersebut bernilai benar.
6 – 12 Unit 6
kemudian perkalian atau pembagian, dan selanjutnya penjumlahan atau pengurangan.
Sedangkan urutan dalam menentukan nilai kebenaran suatu komposisi pernyataan
adalah sebagai berikut.
1. Tanda kurung
2. Ingkaran
3. Konjungsi
4. Disjungsi
5. Implikasi
6. Biimplikasi
Untuk menjelaskan hal tersebut kita dapat mengkaji contoh berikut ini.
Contoh : Diketahui p dan q pernyataan-pernyataan yang benar sedangkan s dan t
pernyataan-pernyataan yang salah. Tentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk ∼p
↔ q ∨ s → ∼t ∧ ∼p.
Penyelesaian : Kita buat tabel kebenaran untuk pernyataan majemuk tersebut sebagai
berikut.
Tabel 6.7 Tabel Kebenaran Pernyataan ∼p ↔ q ∨ s → ∼t ∧ ∼p
p q s t ∼p ∼t ∼t ∧ ∼p q ∨ s q ∨ s → ∼t ∧ ∼p ∼p ↔ q ∨ s → ∼t ∧ ∼p
B B S S S B S B S B
Anda dapat melihat bahwa penentuan nilai kebenaran dalam tabel di atas
menggunakan urutan pengerjaan. Jadi pernyataan ∼p ↔ q ∨ s → ∼t ∧ ∼p bernilai
benar jika p dan q pernyataan-pernyataan yang benar sedangkan s dan t pernyataan-
pernyataan yang salah.
Rangkuman
6 – 14 Unit 6
Tes Formatif 1
10. Jika pernyataan p dan q bernilai benar, sedangkan pernyataan s bernilai salah
maka pernyataan majemuk yang bernilai salah berikut ini adalah …….
A. (s ∨ p ) → q C. ( p → q ) ∧ s
B. s → ( p ∧ q ) D. (s → p ) ∧ q
6 – 16 Unit 6
Subunit 2
Pernyataan Berkuantor
Berdasarkan diagram Venn, apakah Anda dapat melihat bahwa suatu pernyataan
berkuantor dapat diubah menjadi pernyataan implikasi? Pada contoh kalimat “Semua
artis adalah cantik” ekuivalen dengan implikasi “Jika x adalah artis maka x cantik”.
Kuantor eksistensial adalah kuantor yang dinyatakan dengan menggunakan
kata terdapat, ada beberapa atau sekurang-kurangnya satu. Lambang kuantor
6 – 18 Unit 6
eksistensial adalah ∃ dibaca “terdapat …”, “ada beberapa…” atau “sekurang-
kurangnya satu …”. Misal P(x) suatu kalimat terbuka. Pernyataan ∃x P( x) dibaca
”Ada x sedemikian sehingga berlaku P (x) ”. Berikut ini contoh dan penjelasan
mengenai pernyataan yang memuat kuantor eksistensial.
Contoh : Jika kalimat terbuka x + 3 > 5 dibubuhkan kuantor eksistensial maka
diperoleh (∃x)( x + 3 > 5) dibaca ”Sekurang-kurangnya ada satu x yang memenuhi
x + 3 > 5 ”. Pernyataan ini bernilai benar karena dengan mengambil x = 4 diperoleh
pernyataan yang benar yaitu 4 + 3 > 5 .
Kita akan kaji pernyataan berkuantor yang ditunjukkan dengan diagram Venn
berikut ini. Pernyataan “Ada pria yang baik” menunjukkan bahwa ada himpunan pria
dan himpunan manusia yang baik. Jika pernyataan tersebut bernilai benar maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa ada manusia yang merupakan anggota himpunan pria dan
juga anggota himpunan manusia baik. Jadi kedua himpunan tersebut tidak saling
asing. Misalkan Himpunan semestanya adalah himpunan manusia yang
dilambangkan dengan M,P himpunan pria, dan B himpunan manusia baik maka
diperoleh diagram Venn sebagai berikut.
Berikut ini diberikan contoh lain dari ingkaran pernyataan berkuantor dengan
menggunakan diagram Venn untuk menunjukkan pernyataan berkuantor tersebut.
Contoh : Diberikan pernyataan berkuantor “Tiada siswa yang senang mendapat nilai
jelek”, di mana pernyataan tersebut bernilai benar. Jika S himpunan siswa dan J
himpunan manusia yang senang mendapat nilai jelek, maka pernyataan tersebut
dapat ditunjukkan dengan diagram Venn sebagai berikut.
Jadi negasi pernyataan yang memuat kuantor universal akan mengubah kuantor
universal menjadi kuantor eksistensial, demikian juga sebaliknya. Dengan
menggunakan simbol logika hal ini dikatakan sebagai berikut.
1. ∼[(∀x) P(x)] ≡ (∃x) [∼P(x)]
2. ∼[(∃x) P(x)] ≡ (∀x) [∼P(x)]
6 – 20 Unit 6
Latihan
Selanjutnya silahkan Anda berlatih mengerjakan soal latihan berikut ini agar
pemahaman Anda mengenai pernyataan berkuantor semakin mantap. Setelah selesai
mengerjakan, cocokkan jawaban Anda dengan pembahasan di bawahnya.
Tentukan negasi dan nilai kebenaran dari pernyataan berkuantor berikut ini.
1. Untuk setiap x bilangan real berlaku x 2 + 1 > 0
2. Terdapat x bilangan real dimana x 2 = 1
3. Tiada kucing yang mirip dengan anjing
4. Ada harimau yang jinak
6 – 22 Unit 6
Tes Formatif 2
Kerjakanlah tes formatif berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi pernyataan berkuantor dengan cara memberi tanda silang (X) pada
salah satu jawaban yang Anda anggap benar.
1. Berikut ini yang merupakan pernyataan berkuantor eksistensial adalah …….
A. Jika x = y maka x + z = y + z .
B. Setiap orang mempunyai mata.
C. Beberapa hewan berkaki empat.
D. Semua x bilangan real berlaku x 2 > 0 .
3. Pernyataan berkuantor universal berikut ini yang bernilai benar adalah …….
A. Setiap bilangan real lebih dari nol.
B. Ada bilangan real yang lebih dari nol.
C. Setiap bilangan real jika dikuadratkan lebih dari nol.
D. Ada bilangan real yang jika dikuadratkan lebih dari nol.
6. Diagram Venn dari pernyataan “Tidak ada manusia yang berekor” adalah
…….
A. C.
B. D.
8. Pernyataan himpunan dari pernyataan “Tidak ada gajah yang kecil” adalah ….
A. A ⊂ B C. A ∪ B = S
B. B ⊂ A D. A ∩ B = ∅
6 – 24 Unit 6
B. Semua bilangan bulat x dimana x 2 = −1
C. Semua bilangan bulat x dimana x 2 ≠ −1
D. Tidak ada bilangan bulat x dimana x 2 ≠ −1
10. Berikut ini yang merupakan negasi dari pernyataan (∃x ∈ Β )( x + 3 > 0) di mana B
adalah himpunan bilangan bulat adalah …….
A. (∃x ∈ Β )( x + 3 < 0 )
B. (∀x ∈ Β )(x + 3 < 0 )
C. (∃x ∈ Β )( x + 3 ≤ 0 )
D. (∀x ∈ Β )( x + 3 ≤ 0 )
6 – 26 Unit 6
Daftar Pustaka
Karso,dkk. 1993. Materi Pokok Pendidikan Matematika 4. Jakarta : Universitas
Terbuka, Departemen pendidikan dan Kebudayaan
6 – 28 Unit 6
Unit 7
PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF
Clara Ika Sari Budhayanti
Pendahuluan
U nit penalaran induktif dan deduktif ini akan membahas mengenai penarikan
kesimpulan dan penalaran indukti deduktif. Dalam penalaran induktif dan
deduktif diperlukan aturan-aturan penalaran yang terdapat pada subunit penarikan
kesimpulan. Kompetensi dasar yang harus dicapai setelah mempelajari unit ini
adalah mampu menggunakan penalaran induktif dan deduktif dalam menyelesaikan
masalah matematika atau dalam membuktikan kebenaran dari beberapa konsep atau
teori sederhana di bidang matematika. Penalaran ini tidak hanya digunakan saat
mempelajari unit ini tetapi juga menjadi pedoman dalam menyelesaikan masalah
matematika di bidang lain dalam matematika. Seperti yang telah diungkapkan dalam
unit 6 bahwa penalaran tidak mutlak penting untuk matematika saja tetapi juga
penting untuk ilmu-ilmu yang lain.
Seperti pada unit-unit yang lain, agar materi dalam unit ini dapat dipahami
dengan baik dan benar, kajilah setiap materi dengan sungguh-sungguh dan
kerjakanlah latiha-latihan yang ada di dalam unit ini. Jika ada kesulitan atau
ketidakpahaman mengenai materi ini, diskusikan bersama teman atau bertanyalah
pada dosen atau tutor Anda. Setelah selesai mempelajari satu subunit, kerjakan tes
formatif untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi tersebut. Jika
Anda belum mencapai standar penguasaan yang disyaratkan, pelajari kembali materi
dimana Anda tidak menguasai dengan benar.
Penarikan Kesimpulan
7 – 2 Unit 7
Definisi : Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar tanpa
memandang nilai kebenaran dari komponen-komponen pembentuknya. Contoh
sederhana tautologi diberikan berikut ini.
Definisi : Kontradiksi adalah pernyataan majemuk yang selalu bernilai salah tanpa
memandang nilai kebenaran dari komponen-komponen pembentuknya. Berikut ini
contoh kontradiksi.
Dari definisi dan contoh dari tautologi dan kontradiksi, jelas bahwa ingkaran dari
suatu tautologi merupakan kontradiksi. Demikian juga sebaliknya, ingkaran dari
kontradiksi merupakan tautologi. Suatu pernyataan yang bukan merupakan tautologi
maupun kontradiksi disebut kontingensi. Dalam mempelajari penarikan kesimpulan
konsep mengenai tautologi ini merupakan konsep terpenting karena digunakan untuk
membuktikan apakah suatu penarikan kesimpulan sah atau tidak. Oleh karena itu
sebelum kita mempelajari penarikan kesimpulan, ada baiknya kita memperdalam
pemahaman mengenai konsep ini dengan mengerjakan soal-soal berikut ini.
Latihan : untuk setiap pernyataan majemuk berikut ini, buktikan bahwa pernyataan
tersebut merupakan tautologi.
1. ( p ∧ q ) ↔ (q ∧ p )
Kita akan membuktikan apakah tiga pernyataan di atas merupakan tautologi atau
bukan dengan menggunakan tabel kebenaran.
1. Pembuktian pernyataan ( p ∧ q ) ↔ (q ∧ p ) merupakan tautologi dengan tabel
kebenaran yang disajikan dalam tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Tabel Kebenaran ( p ∧ q ) ↔ (q ∧ p )
p Q p∧q q∧ p ( p ∧ q ) ↔ (q ∧ p )
B B B B B
B S S S B
S B S S B
S S S S B
7 – 4 Unit 7
Dari tabel 4 di atas, terbukti bahwa pernyataan p ∨ (q ∨ r ) ↔ ( p ∨ q ) ∨ r
merupakan tautologi. Jika anda perhatikan kolom kelima dan kolom ketujuh pada
tabel 4, dapat dikatakan bahwa p ∨ (q ∨ r ) ≡ ( p ∨ q ) ∨ r yang merupakan aturan
asosiatif. Jadi untuk membuktikan ekuivalensi p ∨ (q ∨ r ) ≡ ( p ∨ q ) ∨ r dapat
dengan cara membuktikan pernyataan p ∨ (q ∨ r ) ↔ ( p ∨ q ) ∨ r merupakan
tautologi.
Selanjutnya kita siap mempelajari penarikan kesimpulan dalam hal ini kita akan kaji
terlebih dahulu bentuk penarikan kesimpulannya yaitu argumen. Berikut ini
diberikan contoh penarikan kesimpulan.
Kedua contoh di atas mempunyai bentuk yang sama. Bentuk argumen tidak
memperhatikan kalimat atau pernyataan. Argumen tersebut memiliki bentuk sebagai
berikut.
p→q
p
∴ q
Argumen dengan bentuk seperti di atas disebut modus ponens. Salah satu
cara untuk mengetahui validitas suatu argumen adalah dengan menggunakan konsep
tautologi. Caranya adalah sebagai berikut. Kita bentuk pernyataan majemuk yang
merupakan implikasi dimana antesedennya merupakan konjungsi premis-premis dari
argumen tersebut dan kesimpulan dari argumen menjadi konsekuennya.
Jadi untuk membuktikan bahwa argumen tersebut sah atau valid bentuk
argumen di atas diubah menjadi bentuk implikasi sehingga diperoleh
(( p → q ) ∧ p ) → q . Bentuk implikasi tersebut harus dibuktikan benar tanpa
memandang nilai kebenaran dari komponen-komponen pembentuknya. Berarti
dengan tabel kebenaran kita akan buktikan apakah pernyataan tersebut termasuk
tautologi atau bukan. Jika merupakan tautologi maka argumen tersebut sah atau
valid. Sebaliknya jika bukan merupakan tautologi maka argumen itu tidak valid.
Pembuktian dengan menggunakan tabel kebenaran berikut ini.
Tabel 6. Tabel Kebenaran (( p → q ) ∧ p ) → q
P Q p→q ( p → q ) ∧ p (( p → q ) ∧ p ) → q
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B
7 – 6 Unit 7
Setiap kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan p dan q akan menghasilkan nilai
kebenaran pernyataan (( p → q ) ∧ p ) → q yang selalu benar dengan kata lain
pernyataan tersebut merupakan tautologi. Jadi argumen yang berbentuk modus
ponens merupakan argumen yang valid. Hal ini berarti cara penarikan kesimpulan
dengan menggunakan modus ponens merupakan penarikan kesimpulan yang sah atau
valid.
Pernyataan [(p → q) ∧ ∼q] → ∼p selalu bernilai benar, tanpa memandang benar atau
tidak pernyataan yang menjadi komponen pembentuk pernyataan [(p → q)
∧ ∼q] → ∼p. Jadi pernyataan [(p → q) ∧ ∼q] → ∼p merupakan tautologi. Dengan
demikian bentuk argumen dengan jenis modus tolens merupakan penarikan
kesimpulan yang sah atau valid.
Bentuk penarikan kesimpulan yang ketiga adalah argumen yang disebut silogisme.
Untuk memahami argumen bentuk ini, Anda perhatikan contoh berikut.
Ketiga bentuk argumen yang telah kita pelajari di atas, selanjutnya digunakan
sebagai dasar penarikan kesimpulan yang sah. Selain menggunakan ketiga bentuk
argumen tersebut, jika diperlukan kita dapat menggunakan semua aturan-aturan di
dalam logika asalkan aturan-aturan tersebut telah dibuktikan kebenarannya. Berikut
ini salah satu contoh soal mengenai penarikan kesimpulan.
7 – 8 Unit 7
Contoh : Perhatikan premis-premis berikut ini.
Premis 1 : Jika Anita mendapat A pada ujian akhir maka Anita mendapat A untuk
mata kuliah itu.
Premis 2 : Jika Anita mendapat A untuk mata kuliah itu maka ia dinominasikan
menerima beasiswa.
Premis 3 : Anita tidak dinominasikan menerima beasiswa.
Dari premis-premis tersebut, kesimpulan apa yang dapat ditarik? Kita akan
menyelesaikan masalah di atas. Silakan Anda ikut mencoba untuk
menyelesaikannya. Agar kita dapat lebih mudah melihat bentuk dari penarikan
kesimpulan yang kita buat maka kita akan ubah premis-premis di atas dalam simbol
logika dengan memisalkan pernyataan-pernyataan yang membentuk premis-premis
sebagai berikut.
p : Anita mendapat A untuk ujian akhir
q : Anita mendapat A untuk mata kuliah itu
r : Anita dinominasikan menerima beasiswa
Dengan pemisalan tersebut akan diperoleh terjemahan secara simbol logika sebagai
berikut.
Premis 1 p→q
Premis 2 q→r
Premis 3 ∼r
Dari premis 1 dan 2, dengan menggunakan silogisme diperoleh p → r . Dari
pernyataan p → r dan premis ketiga yaitu ∼r diperoleh ∼p dengan menggunakan
modus tolens. Jadi dari ketiga premis tersebut dapat ditarik kesimpulan∼p. Jadi Anita
tidak mendapat A untuk ujian akhir.
Latihan
Bagaimana Saudara, apakah ada bagian yang sulit untuk Anda dalam penarikan
kesimpulan di atas? Agar Anda lebih terampil membuat kesimpulan dari premis-
premis yang diketahui, cobalah Anda kerjakan soal-soal berikut dan jika Anda sudah
selesai, cocokkan pekerjaan Anda tersebut dengan pembahasan yang ada pada
penyelesaian soal.
7 – 10 Unit 7
p∧q
b. Akan dibuktikan argumen bentuk adalah sah dengan menggunakan
∴p
tabel kebenaran dari pernyataan ( p ∧ q ) → p .
p q p∧q ( p ∧ q) → p
B B B B
B S S B
S B S B
S S S B
p∧q
Jadi argumen dengan bentuk adalah sah. Argumen jenis ini sering
∴p
disebut simplifikasi dan digunakan untuk membuktikan argumen lain.
7 – 12 Unit 7
f. Dengan cara yang sama dengan penyelesaian soal d kita akan buktikan
argumen soal e sah.
Pernyataan Asal Alasan
(1) p→q Premis 1
(2) r→s Premis 2
(3) q → ∼s Premis 3
(4) p → q (1) & (3) Silogisme
q → ∼s
∴ p → ∼s
(5) s → ¬p (4) p → q ≡ ∼q → ∼p
2. Dari premis-premis yang diketahui akan diubah dalam bentuk simbol logika
dengan memisalkan
p : Andy sakit
q : Andy masuk sekolah
r : Andy lelah
Sehingga dari sini diperoleh
∼p → q
∼r → q
p ∧ ∼r
∴q
Kita akan membuktikan bahwa penarikan kesimpulan di atas sah. Pembuktian
akan dilakukan dengan cara menurunkan pernyataan-pernyataan baru dari
premis-premis yang diketahui. Penurunan pernyataan-pernyataan tersebut
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
7 – 14 Unit 7
p→q
∼q
∴ ∼p
Tes Formatif 1
7. Berikut ini argumen yang tidak sah atau valid adalah …….
p→q p→q
A.
q q→s
C.
∴ p ∴p→s
B. p→q p
∼q q
D.
∴ ∼p ∴p∧q
7 – 16 Unit 7
8. Jika diketahui premis-premis dari suatu penarikan kesimpulan yang
berbentuk sebagai berikut.
Premis 1 : p ∨ q
Premis 2 : s ∧ t
Kesimpulan yang dapat ditarik dari kedua premis tersebut sehingga menjadi
argumen yang valid adalah …….
A. t ∨ ( p ∧ q ) C. t ∨ ( p ∨ q )
B. t ∧ ( p ∧ q ) D. t ∧ ( p ∨ q )
1 Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas
berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat pernyataan baru yang bersifat
umum berdasar pada beberapa pernyataan khusus yang diketahui atau dianggap
benar. Jadi dengan kata lain dalam penalaran induktif telah terjadi proses berpikir
yang berusaha menghubungkan fakta-fakta khusus yang sudah diketahui menuju
kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum. Kesimpulan ditarik dengan jalan
mensintesa kasus-kasus yang digunakan sebagai premis-premis. Kesimpulan tidak
mungkin mengandung nilai kepastian mutlak dalam hal ini terdapat aspek
probabilitas. Penalaran induktif bersifat a posteriori yaitu kasus-kasus yang dijadikan
premis merupakan hasil pengamatan inderawi. Berikut ini diberikan contoh
penggunaan penalaran induktif.
7 – 18 Unit 7
Contoh : Diberikan suatu permasalahan mengenai jumlah besar sudut segitiga
sebagai berikut.
Tunjukkan bahwa jumlah besar sudut-sudut suatu segitiga sama dengan 180 0
Contoh di atas menunjukkan tentang adanya segitiga-segitiga yang berbeda atau juga
bisa dengan segitiga-segitiga khusus namun mengarah ke hasil yang sama yaitu
jumlah besar sudut-sudut suatu segitiga sama dengan 180 0 . Jadi dapat kita simpulkan
bahwa dari kasus-kasus khusus yang kita ketahui benar, juga benar untuk semua
kasus yang serupa dengan kasus-kasus kusus tersebut dalam hal-hal tertentu. Hal ini
dapat digambarkan dengan diagram berikut ini.
Pernyataan bahwa jumlah besar sudut-sudut setiap segitiga sama dengan 180 0
bernilai benar karena sesui atau cocok dengan keadaan yang sesungguhnya. Artinya
tidak ada satupun segitiga yang jumlah besar sudut-sudutnya bukan 180 0 . Penentuan
nilai kebenaran seperti ini berdasarkan teori korespondensi. Apakah Anda masih
ingat?
Pada kegiatan ini terjadi proses berpikir yang berusaha menghubung-
hubungkan fakta-fakta khusus yang sudah diketahui menuju kepada suatu
2 Penalaran Deduktif
7 – 20 Unit 7
Pada gambar di atas, sudut A1 sama dengan sudut B2 dan sudut A2 sama dengan
sudut B1. Selanjutnya kita akan membuktikan bahwa jumlah sudut-sudut suatu
segitiga sama dengan 180 0 . Perhatikan segitiga ABC di bawah ini, dimana melalui
titik C dibuat garis m yang sejajar dengan garis AB.
7 – 22 Unit 7
Jarak Ayun Waktu Ayun
1 unit 1 detik
4 unit 2 detik
9 unit 3 detik
16 unit 4 detik
7 – 24 Unit 7
Rangkuman
7 – 26 Unit 7
Kunci Tes Formatif
2. Akan dibuktikan bahwa jumlah dua bilangan ganjil adalah bilangan genap
dengan menggunakan penalaran deduktif sebagai berikut. Misalkan dipunyai
dua bilangan ganjil yaitu 2n + 1 dan 2k + 1 dengan n dan k bilangan asli. Dua
bilangan ganjil tersebut kita jumlahkan sehingga diperoleh
(2n + 1) + (2k + 1) = 2n + 2k + 2
= 2(n + k ) + 2
7 – 28 Unit 7
n dan k bilangan asli maka n + k = m juga merupakan bilangan asli.
Selanjutnya diperoleh (2n + 1) + (2k + 1) = 2m + 2 = 2(m + 1) . Bilangan m
merupakan bilangan asli maka m + 1 juga merupakan bilangan asli. Setiap
bilangan asli jika dikalikan dengan 2 maka hasil kalinya adalah bilangan
genap. Jadi terbukti bahwa jumlah dua bilangan ganjil adalah bilangan genap.
3. Akan dibuktikan dalil Pythagoras dengan menggunakan penalaran induktif.
Untuk membuktikan dalil Pythagoras, dibuat sebarang segitiga siku-siku,
misalnya seperti gambar di bawah ini dengan ukuran 3-4-5.
7 – 30 Unit 7
Daftar Pustaka
Hasibuan, Z.A, Aminah, S. Inductive Reasoning. [Online]. Tersedia di :
http://www.cs.ui.ac.id/kuliah/Scientific-Writing/inductive%20Reasoning.ppt [9
Februari 2007]
7 – 32 Unit 7
Unit 8
PEMODELAN MATEMATIKA
Bitman Simanullang
Clara Ika Sari Budhayanti
Pendahuluan
S ebelum mempelajari unit ini, diharapkan anda telah memahami materi yang
disajikan pada unit-unit sebelumnya. Kompetensi-kompetensi yang telah anda
kuasai pada unit-unit tersebut akan diterapkan pada unit yang akan dibahas
berikutnya. Dalam unit 8 anda akan mempelajari pemodelan matematika. Dalam unit
ini, Anda akan mempelajari masalah-masalah kontekstual yang sering dihadapi
dalam kehidupan keseharian dan perlu dicari solusinya. Dalam hubungan itulah perlu
pemahaman yang tepat tentang pemodelan matematik dan pemecahannya.
Kompetensi dasar yang harus Anda kuasai setelah mempelajari unit ini adalah
mampu membuat model matematika dan menyelesaikan model tersebut.
Seperti pada unit-unit sebelumnya, unit 8 ini dilengkapi dengan latihan dan
tes formatif. Setelah Anda tuntas mempelajari materi dalam unit ini, Anda dapat
melihat tingkat penguasaan materi Anda dengan mengerjakan tes formatif tersebut.
Jika Anda mengalami kesulitan, jangan segan bertanya pada dosen Anda atau Anda
bisa mendiskusikannya bersama rekan-rekan Anda. Selesai Anda mengerjakan tes
formatif, silahkan mencocokan penyelesaian Anda dengan kunci jawaban yang telah
disediakan beserta pedoman pemberian skornya. Apabila nilai Anda kurang dari
yang dipersyaratkan, jangan segan untuk mempelajari ulang unit ini terutama pada
materi yang belum Anda kuasai. Selain bahan ajar cetak ini, Anda bisa mempelajari
dan berlatih menyelesaikan soal yang terkait dengan materi ini melalui web. Silahkan
Anda memanfaatkan semua fasilitas dan sumber belajar yang disediakan.
Pemodelan Matematika
8-2 Uni 8
akan berakibat kepada kesulitan pada bagian metodologi dasar yaitu membuat model
matematika dari unsur masalah yang diberikan. Hubungan dari unsur-unsur masalah
nyata, abstraksi dan model dari masalah nyata yang diberikan sulit dirumuskan.
Berdasarkan kenyataan di atas perlu dicari jalan keluar agar persoalan tersebut
sedapat mungkin lebih mudah diatasi. Dalam subunit ini akan dibahas masalah-
masalah matematika sederhana yang berkaitan dengan proses pembentukan model
matematika dari suatu masalah.
8-4 Uni 8
2. Klasifikasi Pembentukan Model
Suatu model seringkali dikelompok-kelompokkan antara lain berdasar upaya
memperolehnya, keterkaitan pada waktu atau, sifat keluarannya. Model yang
disamarkan atas upaya memperolehnya misalnya adalah model teoritik, meknistik,
dan empiris. Model teoritik digunakan bagi model yang diperoleh dengan
menggunakan teori-teori yang berlaku. Model mekanistik digunakan bila model
tersebut diperoleh berdasar maknisme pembangkit fenomena. Model empirik
digunakan bagi model yang diperoleh hanya dari pengamatan tanpa didasarkan pada
teori atau pengetahuan yang membangkitkan fenomena tersebut. Model mekanistik
dapat digunakan untuk lebih mengerti tentang proses pembangkit fenomena,
biasanya lebih sedikit parameternya, serta luas kawasan berlakunya. Bila mekanisme
fenomena tersebut sukar dipahami, maka model empirik akan sangat berguna.
Model yang didasarkan akan keterkaitan pada waktu adalah model statik dan
dinamik. Model statik adalah model yang tidak terkait pada waktu sedangkan model
dinamik tergantung pada waktu. Bila perubahan dalam model dinamik terjadi atau
diamati secara kontinu dalam waktu, maka model tersebut dikatakan sebagai model
diskrit. Bila keluaran suatu model dapat ditentukan secara pasti, yang tentunya
berpadanan dengan hasil dari fenomenanya, maka model disebut sebagai model
deterministik. Jika tidak, berarti ada ketidakpastian dari keluarannya, yang biasanya
disebut sebagai variabel acak, maka model tersebut dikatakan sebagai model
stokastik. Jadi, dalam model stokastik keluarannya tidak sepenuhnya dapat
dispesifikasikan oleh bentuk model dan parameternya, tapi mengandung variabel lain
yang tak dapat ditentukan secara pasti. Umumnya tak ada kepastian sesuainya
keluaran suatu model, tetapi bila ketidakpastian itu dapat diabaikan maka model
deterministik tersebut cukup memadai untuk digunakan.
8-6 Uni 8
kemudian kembali ke tahap berikutnya.
Tahap 7. Model memadai.
Bila model yang dibuat sudah memadai, maka tahap berikutnya dapat
dilakukan. Model tersebut dapat digunakan untuk mencari solusi masalah yang
diinginkan. Model suatu masalah akan sangat terkait dengan tujuan yang
diinginkan. Masih terdapat kemungkinan bahwa model yang kita anggap
memadai saat ini, dengan makin bertambahnya informasi yang terkumpul, suatu
waktu nantinya mungkin dianggap tidak lagi memadai. Apalagi pengamatan yang
kita lakukan hanyalah merupakan sebagian informasi yang tersedia. Dalam tahap
ini dilakukan interpretasi keluaran dari model dan dikonsultasikan pada bahasa
masalah senula.
Keseluruhan tahapan di atas dapat dilihat pada Bagan 8.2.
Bagan 8.1
Contoh 1 :Sebuah bidang berbentuk persegi panjang dengan selisih panjang dan lebar
sama dengan 4 dm. Jika luas bidang 96 dm2, formulasikanlah suatu fungsi untuk
menyatakan luas bidang tersebut.
Penyelesaian :
Step 1) Diketahui: Bidang berbentuk persegi panjang,
Selisih panjang dan lebar sama dengan 4 dm,
Luas bidang 96 dm2.
Ditanyakan: Formulasi matematik yang menyatakan luas bidang.
Step 2) Misalkan panjang bidang adalah x, sehingga lebar bidang tersebut adalah x
– 4. Sedangkan luas bidang adalah 96 dm2, dan luas bidang ini adalah
panjang kali lebar.
Step 3) Diagramnya
Panjang x
Lebar x–4
Luas L(x) Panjang kali lebar
Contoh 2 : Jumlah dua buah sudut 180 derajat. Besar salah satu sudut 1 ½ kali besar
sudut lainnya. Formulasikan suatu sistem persamaan yang menyatakan hubungan
antara unsur-unsur masalah yang diketahui guna mencari besarnya masing-masing
sudut.
Penyelesaian :
Step 1) Diketahui: Jumlah dua sudut adalah 180 derajat.
Besar salah satu sudut sama dengan 1 ½ kali besar sudut lainnya.
Ditanyakan: Formulasi sistem persamaan yang menyatakan hubungan antara
8-8 Uni 8
unsur-unsur masalah.
Step 2) Misalkan ukuran sudut terkecil adalah x, dan sudut terbesar adalah y.
Jumlah kedua sudut; x + y adalah 180 derajat.
Step 3) Gambar sudutnya.
x+y 1800
x y
Step 4) Karena jumlah sudut x dan y adalah 180o maka persamaannya adalah
1
x + y = 180 . Sudut terbesar y = 1 x . Jadi model matematika dari masalah di
2
atas diperoleh sistem persamaan linear dengan dua variabel yaitu
⎧ x + y = 180
⎪
⎨ 1
⎪⎩ y = 1 2 x
Contoh 3 : Sebuah kebun berbentuk persegi panjang ingin dipagari dengan 100 meter
pagar kawat. Jika salah satu sisi kebun adalah tembok yang tidak perlu dipagari,
rumuskanlah suatu fungsi yang menyatakan luas kebun untuk dipagari kawat
berdasarkan informasi yang ada pada masalah itu..
Penyelesaian :
Step 1) Diketahui: Sebuah kebun berbentuk persegi panjang.
Kawat yang tersedia 100 meter.
Salah satu sisi panjang tak perlu diberi pagar.
Ditanyakan: Model matematik yang menyatakan luas kebun.
Step 2) Misalkan panjang dan lebar kebun masing-masing adalah x dan y meter.
Bagian kebun yang ingin dipagari adalah 2 x + y meter. Karena panjang
pagar kawat yang tersedia adalah 100 meter, diperoleh hubungan
2 x + y = 100 .
Step 3) Gambar kebun sebagai berikut.
tembok
x meter
y meter
Latihan
1. Selisih dua bilangan bulat positif adalah 42, dan jumlahnya 86. Tentukanlah
model matematika untuk masalah tersebut.
2. Sebidang tanah berbentuk jajar genjang, panjang alasnya 7 meter lebih
panjang dari tingginya. Jika luas tanah itu adalah 30 m2, carilah persamaan
yang menyatakan luas tanah tersebut.
3. Dalam suatu lomba Matematika, Fisika dan Bahasa Inggris tercatat jumlah
peserta sebanyak 41 siswa. Peserta lomba matematika tercatat 7 siswa lebih
banyak dari penggemar Fisika, sedangkan peserta lomba Fisika 2 siswa lebih
banyak dari peserta lomba Bahasa Inggris. Tuliskan model matematika yang
menyatakan jumlah peserta lomba tersebut.
4. Sebuah bidang berbentuk persegi panjang, panjangnya 15 meter lebih besar
dari lebarnya. Jika keliling 70 meter, tuliskan formulasi matematika yang
menyatakan keliling bidang itu.
5. Pada waktu Ani lahir umur ayahnya adalah 29 tahun. Jika jumlah umur ayah
dan Ani adalah 61 tahun, tulislah formulasi matematika yang menyatakan
jumlah umur keduanya.
8 - 10 Uni 8
2. Misalkan tinggi jajar genjang adalah x meter , maka panjang alasnya adalah x + 7
meter. Rumus luas bangun jajar genjang adalah panjang alas kali tinggi, dan
diketahui luas tanah yang berbentuk jajar genjang tersebut adalah 30 meter
persegi, maka persamaan yang menyatakan luas tanah adalah ( x + 7) x = 30 .
3. Misalkan jumlah peserta lomba Bahasa Inggris adalah x siswa. Peserta lomba
Fisika lebih banyak 2 siswa dari peserta lomba Bahasa Inggris maka ditulis
peserta lomba Fisika sebanyak x + 2 dan peserta lomba Matematika 7 siswa lebih
banyak dari peserta Fisika berarti peserta lomba Matematika sebanyak ( x + 2) + 7 .
Karena peserta lomba seluruhnya 41 siswa, maka persamaan yang menyatakan
jumlah peserta lomba adalah x + ( x + 2) + {( x + 2) + 7} .
4. Misalkan lebar tanah yang berbentuk persegi panjang adalah x meter. Diketahui
panjang tanah tersebut adalah 15 meter lebih besar dari lebarnya, sehingga ukuran
panjang tanah adalah x + 15 meter. Rumus keliling bangun persegi panjang adalah
2 kali ukuran panjang ditambah 2 kali ukuran lebar sehingga diperoleh
K ( x) = 2( x + 15) + 2 x . Karena keliling tanah diketahui adalah 70 meter, maka
formulasi matematika yang menyatakan keliling tanah adalah
2( x + 15) + 2 x = 70 atau 4 x + 30 = 70 .
5. Misalkan umur Ani x tahun maka umur ayah adalah x + 29 tahun. Jika jumlah
umur Ani dan ayahnya 61, maka formulasi matematikanya adalah
x + ( x + 29) = 61 atau 2 x + 29 = 61 .
8 - 12 Uni 8
Tes Formatif 1
Kerjakanlah tes formatif ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi pemodelan matematika dengan cara memberi tanda silang pada (X)
pada salah satu jawaban yang Anda anggap benar.
3. Salah satu manfaat yang diperoleh dari model matematika adalah .......
A. menambah konstanta pada pemahaman masalah nyata
B. membuat hubungan pada variabel-variabelnya
C. menambah kecepatan dan kejelasan gagasan dalam waktu singkat.
D. mengadakan perawatan secara pasti
9. Suatu bangun persegi panjang diketahui lebar 2/3 kali ukuran panjang,
sedangkan panjangnya 6a + 9 dm. Jika luas bangun tidak lebih dari 160 dm2,
nyatakanlah model matematika yang menyatakan luas tersebut.
A. (6a + 9)(3a + 6) ≤ 160 2
C. (6a + 9) ≤ 160
3
B. (2a + 3)(3a + 3) ≤ 160 2
D. (6a + 9)(6a + 9) ≤ 160
3
10. Ibu Ani mempunyai uang sebesar Rp. 5 juta, dan akan ditabung di dua bank.
Bunga bank pertama 5% per tahun, dan pada bank kedua 7 % per tahun. Pada
akhir tahun ibu Ani menerima bunga uang dari kedua bank itu sebesar Rp.
310.000,-. Tulislah persamaan yang menyatakan jumlah tabungan pada
masing-masing bank.
A. 0,5 x + 0,7(5 + x) = 310.000 C. 0,5 x + 0,7(5 − x) = 0,31
B. 0,7 x + 0,5( x − 5) = 310.000 D. 0,07 x + 0,05 x = 0,31
8 - 14 Uni 8
Subunit 2
Bagan 8.1
Untuk mempelajari topik ini, akan lebih baik jika pembahasan langsung
dengan menggunakan contoh. Berikut ini diberikan contoh masalah matematika
dengan pemodelan beserta penyelesaian model matematika di bidang aritmetika,
aljabar, geometri dan pengukuran, trigonometri dan peluang.
Contoh : Diketahui volume sebuah kubus yaitu 27 cm3, tentukan panjang rusuk
kubus tersebut.
Penyelesaian :
Rumus volume suatu kubus adalah sisi ksli sisi kali sisi atau disingkat dengan s3
yang diketahui sama dengan 27 cm3 atau s3 = 27 sehingga panjang sisi atau rusuk
dari kubus tersebut adalah sama dengan 3 cm.
Contoh : Pertambahan penduduk di kota Lima, tiap tahun mengikuti aturan barisan
geometri. Tahun 2005 pertambahannya sebanyak 6 orang dan pada tahun 2007
sebanyak 54 orang. Tentukan pertambahan penduduk pada tahun 2010.
Penyelesaian :
Misalkan pertambahan penduduk pada tahun 2005 adalah u1 = 6 dan pertambahan
penduduk pada tahun 2007 adalah u 3 = 54 . Pertambahan penduduk di kota Lima
mengikuti aturan barisan geometri maka diperoleh
u 3 = 54
u1 r 3−1 = 54
6r 2 = 54
r2 = 9
r = −3 atau r = 3
Untuk nilai r = −3 tidak mungkin merupakan penyelesaian masalah karena akan
mendapatkan hasil negatif. Jadi yang digunakan adalah nilai r = 3 . Menentukan
pertambahan penduduk pada tahun 2010 berarti menentukan u 6 yaitu sama dengan
u 6 = u1 r 6−1 = 6 × 35 = 1458 . Jadi pertambahan penduduk kota Lima pada tahun 2010
adalah sebanyak 1458 orang.
8 - 16 Uni 8
2 Aljabar
Berikut ini akan dibahas masalah-masalah matematika, pemodelan dan
penyelesaian model matematikanya untuk bidang aljabar. Tidak semua masalah
matematika dalam bidang aljabar dibahas, hanya untuk masalah-masalah yang
menyangkut persamaan, pertidaksamaan baik linear maupun kuadrat serta sistem
persamaan linear dengan dua varibel saja. Masalah-masalah tersebut dipilih karena
kita telah mempelajari konsep mengenai persamaan, pertidaksamaan baik linear
maupun kuadrat serta sistem persamaan linear dengan dua varibel pada unit 2. Jadi
model matematika dalam bidang ini merupakan penyelesaian persamaan,
pertidaksamaan atau sistem linear dengan dua variabel. Seperti yang telah dijelaskan
pada unit 2, penyelesaian persamaan, pertidaksamaan atau sistem persamaan adalah
suatu konstanta atau nilai yang memenuhi persamaan, pertidaksamaan atau sistem
persamaan tersebut. Bagaimana cara menentukan atau mencari nilai tersebut sudah
dibahas pula. Jadi kita telah mempunyai alat yang diperlukan dalam menyelesaikan
model matematika di bidang tersebut. Silahkan Anda mulai mengkaji penyelesaian
model matematika di bidang aljabar melalui contoh-contoh berikut ini.
8 - 18 Uni 8
Contoh : Dalam suatu pertandingan harga karcis pada kelas utama dijual
Rp 25.000.- per orang, sedangkan kelas ekonomi Rp.10.000,-. Jika banyak karcis
yang terjual 860 lembar, dengan pemasukan Rp. 13,4 juta, tentukanlah jumlah
penonton kelas utama.
Penyelesaian :
Diketahui : harga karcis kelas utama Rp. 25.000,-, kelas ekonomi
Rp.10.000, dan karcis terjual 860 lembar, dengan pemasukan Rp. 13,4
juta.
Ditanyakan: Jumlah penonton kelas utama.
Misalkan jumlah penonton kelas utama adalah x, dan kelas ekonomi y. Banyak
karcis yang terjual 860 lembar sehingga diperoleh persamaan x + y = 860 yang
memberikan pemasukan sebesar Rp. 13,4 juta. Untuk mempermudah melihat
masalah dibuat diagramnya sebagai berikut
Kelas Jumlah Tiket Harga
Utama x 25000
Ekonomi y 10000
Jumlah 860 13,4 juta
Berdasarkan tabel di atas diperoleh model matematika untuk masalah di atas yang
merupakan sistem persamaan linear dengan dua variabel yaitu
⎧ x + y = 860 ⎧ x + y = 860
⎨ atau ⎨
⎩25000 x + 10000 y = 13400000 ⎩25 x + 10 y = 13400
Penyelesaian sistem linear tersebut di atas adalah sebagai berikut.
x + y = 860 × 10 10 x + 10 y = 8600
25 x + 10 y = 13400 × 1 25 x + 10 y = 13400
15 x = 4800
x = 420
Untuk nilai x = 420 diperoleh nilai y yaitu
x + y = 860
420 + y = 860
y = 440
Jadi jumlah penonton kelas utama sebanyak 420 orang dan penonton kelas ekonomi
sebanyak 440 orang.
Contoh : Diberikan sebuah kotak dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi masing,
masing sama dengan 60, 54 dan 42 cm. Diberikan pula beberapa kubus kecil dengan
panjang rusuk sama dengan 6 cm. Tentukan berapa banyak kubus yang dapat
dimasukkan dalam kotak.
Penyelesaian :
Diketahui : panjang, lebar dan tinggi suatu kotak yaitu 60, 54 dan 42 cm
sehingga diperoleh volume kotak itu sebesar 60 × 54 × 42 = 136080
cm3. Diketahui pula panjang rusuk sebuah kubus yaitu 6 cm sehingga
volume kubus tersebut adalah 6 × 6 × 6 = 216 cm3.
Ditanyakan : banyak kubus yang dapat dimasukkan dalam kotak.
Banyak kubus yang dapat dimasukkan dalam kotak dapat ditentukan dengan cara
sebagai berikut. Misalnya banyak kubus tersebut adalah n maka
volume kotak 136080
n= = = 630
volume kubus 216
Jadi banyaknya kubus yang dapat dimasukkan dalam kotak tersebut adalah sebanyak
630 kubus.
4 Trigonometri
Dalam bidang trigonometri, masalah-masalah yang akan dipelajari model
matematika dan penyelesaiannya adalah masalah yang terkait dengan dalil
Pythagoras dan perbandingan trigonometri. Contoh masalah dan bagaimana
pemodelan matematika dalam trigonometri adalah sebagai berikut.
Contoh : Sebuah tempat air minum berbentuk tabung dengan tinggi tabung 15 cm
dan jari-jari alasnya 4 cm. Pada tabung tersebut diletakkan sedotan dengan posisi
seperti pada gambar.
sedotan
8 - 20 Uni 8
cm dan 4 cm sehingga diameter tabung adalah 8 cm.
Ditanyakan : panjang sedotan yang diletakkan pada tabung.
Misalkan panjang sedotan tersebut adalah x, maka dengan menggunakan dalil
Pythagoras, kita dapat menentukan nilai x yaitu sebagai berikut.
x 2 = 8 2 + 15 2 = 64 + 225 = 289
x = 17
Jadi panjang sedotan yang dicari adalah 17 cm.
5 Peluang
Masalah matematika yang terkait dengan peluang akan kita kaji hanya khusus
yang terkait dengan masalah permutasi dan kombinasi serta konsep peluang
sederhana berikut ini.
Contoh : Dalam sebuah ruangan pertunjukkan teater, masih tertinggal 5 kursi kosong,
tetapi masih ada 9 orang yang akan memasuki ruangan pertunjukan tersebut.
Tentukan ada berapa cara kursi kosong tersebut dapat diduduki oleh kesembilan
orang tersebut.
Penyelesaian :
Masalah di atas tidak mempertimbangkan urutan orang yang akan menduduki kelima
kursi di ruang pertunjukan, maka masalah tersebut merupakan masalah kombinasi.
Dari sini diperoleh
9! 9.8.7.6.5! 9.8.7.6
9 C5 = = = = 126
(9 − 5)!.5! 5!.4! 4.3.2.1
Jadi banyak cara 5 kursi kosong di ruangan pertunjukan dapat diduduki oleh
kesembilan orang tersebut adalah sebanyak 126 cara.
Contoh : Suatu kelas terdiri atas 28 siswa putra dan 12 siswa putri. Kelas tersebut
akan memilih seorang ketua kelas dimana baik siswa putra maupun putri mempunyai
hak yang sama untuk dipilih. Tentukan berapa peluang terpilih ketua kelas seorang
siswa putri.
Penyelesaian :
Diketahui banyaknya siswa putri sebanyak 12 orang dan jumlah seluruh siswa dalam
kelas tersebut ada sebanyak 30 orang maka peluang terpilih ketua kelas seorang
12 2
siswa putri adalah sebesar atau .
30 5
Rangkuman
8 - 22 Uni 8
Tes Formatif 2
1. Dari suatu tempat yang sama, Iwan berjalan sejauh 4 m ke arah Selatan dan
Indra berjalan sejauh 6 m ke arah Barat. Tentukan jarak antara Iwan dan
Indra setelah melalui perjalanan tersebut.
1
2. Diketahui sebuah bilangan dimana bilangan tersebut jika ditambahkan
3
1
dengan bilangan yang sama akan maka hasil yang diperoleh adalah 15.
2
Tentukan model matematika dan penyelesaian dari masalah tersebut.
3. Diketahui waktu yang ditempuh sebuah mobil lebih 2 dari kecepatannya.
Jika mobil tersebut menempuh jarak 80 km maka berapa lama mobil tersebut
berjalan.
4. Sebuah segitiga siku-siku diketahui mempunyai panjang sisi miring sama
dengan 13 cm. Panjang sisi salah satu sisi tegaknya kurang 7 dari sisi yang
lain. Tentukan panjang masing-masing sisi tegak segitiga tersebut.
5. Pada suatu hari Ambar membeli 4 kg apel dan 2 kg jeruk dengan harga Rp.
50.000,-. Pada hari yang sama Dinar membeli 2 kg apel dan 3 kg jeruk
dengan harga Rp. 35.000,-. Tentukan harga apel dan jeruk per kilogramnya.
10. B. Misal jumlah uang yang ditabung pada Bank I sama dengan x dan Bank II
sama dengan y maka x + y = 5 . Bunga di Bank I sama dengan 5% dan Bank II
sama dengan 7% yang pada akhir tahun sama dengan Rp. 310.000,- maka
diperoleh model matematika untuk masalah tersebut yaitu
0,5 x + 0,7(5 − x) = 0,31 .
8 - 24 Uni 8
Kunci Tes Formatif 2
1. Dari masalah tersebut, dapat digambarkan perjalanan Iwan dan Indra sebagai
berikut.
6m
4m
Dengan dalil Pythagoras diperoleh model matematika dari masalah di atas yaitu
x = 6 2 + 4 2 . Jadi jarak antara Iwan dan Indra adalah
6 2 + 4 2 = 36 + 16 = 52 = 2 13 m.
2. Misalkan bilangan yang hendak dicari adalah x maka model matematika untuk
1 1
masalah tersebut adalah x + x = 15 . Penyelesaian model matematika di atas
3 2
sebagai berikut.
Kedua ruas persamaan dikalikan dengan 6 sehingga diperoleh
2 x + 3 x = 90
5 x = 90
x = 18
Jadi bilangan yang dicari adalah 18.
3. Diketahui waktu tempuh mobil lebih 2 dari kecepatannya. Formula untuk
kecepatan adalah jarak = kecepatan dikali waktu maka diperoleh model
matematika untuk masalah tersebut yaitu x( x + 2) = 80 . Penyelesaian model
matematika tersebut adalah sebagai berikut.
x 2 + 2 x = 80
x 2 + 2 x − 80 = 0
( x − 8)( x + 10) = 0
x − 8 = 0 atau x + 10 = 0
x = 8 atau x = −10
Jadi kecepatan mobil tersebut adalah x = 8 km/jam atau x = −10 km/jam.
Karena waktu tidak mungkin negatif maka dari dua nilai tersebut dipilih x = 8
sehingga diperoleh waktu sama dengan 8+2 = 10 jam.
x 13 cm
x−7
Dengan menggunakan dalil Pythagoras diperoleh model matematika untuk
masalah di atas yaitu x 2 + ( x − 7) 2 = 13 2 . Penyelesaian dari model tersebut
sebagai berikut.
x 2 + ( x − 7) 2 = 13 2
x 2 + x 2 − 14 x + 49 = 169
2 x 2 − 14 x − 120 = 0
x 2 − 7 x − 60 = 0
( x − 12)( x + 5) = 0
x − 12 = 0 atau x + 5 = 0
x = 12 atau x = −5
Nilai x = −5 tidak mungkin maka panjang sisi segitiga tersebut adalah 12 cm
dan 12 – 7 = 5 cm.
5. Untuk menentukan model matematika dari masalah tersebut, dimisalkan harga
1 kg apel adalah x dan harga 1 kg jeruk adalah y. Dari sini diperoleh model
matematika yang berbentuk sistem linear sebagai berikut.
⎧4 x + 2 y = 50000
⎨
⎩2 x + 3 y = 35000
Berikutnya sistem tersebut akan diselesaikan dengan metode eliminasi seperti
di bawah ini.
4 x + 2 y = 50000 × 1 4 x + 2 y = 50000
2 x + 3 y = 35000 × 2 4 x + 6 y = 70000
4 y = 20000
y = 5000
Selanjutnya diperoleh
8 - 26 Uni 8
4 x + 2(5000) = 50000
4 x = 50000 − 10000
4 x = 40000
x = 10000
Jadi harga 1 kg apel sama dengan Rp. 10.000,- dan 1 kg jeruk sama dengan Rp.
5.000,-.
8 - 28 Uni 8
Glosarium
Abstraksi : gambar atau hal yang mewakili suatu obyek nyata, sesuatu tanpa
memperhatikan jenis obyek sebenarnya. Misalnya, dalam sebuah
soal cerita digunakan simbol x, y, dll., untuk mewakili suatu obyek.
Dalam hal ini symbol x atau y merupakan abstraksi dari obyek yang
dibicarakan.
Idealisasi : sesuatu hal dipandang lengkap, utuh, sempurna walaupun dalam model
itu tidak seperti sesungguhnya. Misalnya, seorang siswa menggambar
bangun segita, akan tetapi pada bagian salah satu sisi tidak tepat lurus
seperti yang lainnya.Namun dalam pemahaman kita, gambar itu sudah
lengkap(ideal).
Pendahuluan
U nit 9 dari bahan ajar cetak ini merupakan pemantapan dari semua konsep yang
telah kita kaji bersama dari unit 1 sampai dengan 8. Dalam unit ini akan
dibahas mengenai pemecahan masalah matematika. Sebenarnya pada unit 8 kita telah
mempelajari pemecahan masalah matematika dimana pemecahan masalah-masalah
matematika tersebut termasuk pada pemecahan masalah rutin. Pada unit ini selain
akan dibahas mengenai pemecahan masalah matematika rutin juga akan dibahas
pemecahan masalah matematika yang tidak rutin beserta contoh-contohnya.
Kompetensi dasar yang harus Anda kuasai setelah mempelajari unit ini, tentu saja
mampu memecahkan masalah matematika baik rutin maupun tidak rutin dengan
menggunakan konsep di bidang aritmetika, aljabar, geometri dan pengukuran,
trigonometri dan peluang serta menggunakan penalaran matematika yang tepat dan
benar.
Unit ini dilengkapi dengan latihan-latihan agar Anda semakin memahami
konsep yang dibicarakan. Pelajari unit ini dengan tuntas kemudian kerjakan tes
formatif untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi ini. Kunci
jawaban untuk tes formatif telah disediakan di akhir unit sehingga Anda dapat segera
membandingkan pekerjaan Anda dengan kunci jawaban sehingga Anda dapat
mengetahui apakah tingkat penguasaan Anda terhadap materi ini sudah memenuhi
standar yang dipersyaratkan. Jika Anda belum mencapai standar tersebut, jangan
segan untuk mempelajari ulang materi ini terutama pada konsep yang benar-benar
belum Anda kuasai. Bertanyalah pada dosen atau rekan yang Anda anggap mampu,
jika Anda mengalami kesulitan. Jangan segan pula untuk memanfaatkan sumber
belajar lain yang mendukung seperti bahan ajar berbasis web yang telah disediakan.
S ubunit 1 dari unit 9 akan membahas mengenai pengertian masalah dan contoh-
contohnya. Pemecahan masalah merupakan salah satu topik yang penting dalam
mempelajari matematika. Banyak ahli matematika mengatakan bahwa matematika
searti dengan pemecahan masalah yaitu mengerjakan soal cerita, membuat pola,
menafsirkan gambar atau bangun, membentuk konstruksi geometri, membuktikan
teorema dan lain sebagainya. Dengan demikian belajar untuk memecahkan masalah
merupakan prinsip dasar dalam mempelajari matematika (National Council of
Supervisors of Mathematics, 1978).
Beberapa ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah
merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Namun tidak setiap
pertanyaan otomatis merupakan suatu masalah. Suatu pertanyaan disebut masalah
tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki penjawab. Dapat terjadi bahwa bagi
seseorang, pertanyaan itu dapat dijawab dengan menggunakan prosedur rutin tetapi
bagi orang lain untuk menjawab pertanyaan tersebut memerlukan pengorganisasian
pengetahuan yang telah dimiliki secara tidak rutin. Jadi suatu pertanyaan dapat
menjadi masalah bagi seseorang tetapi bisa hanya menjadi pertanyaan biasa bagi
orang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Schoenfeld (1985) yaitu bahwa definisi
masalah selalu relatif bagi setiap individu. Kategori pertanyaan menjadi masalah atau
pertanyaan hanyalah pertanyaan biasa ditentukan oleh ada atau tidaknya tantangan
serta belum diketahuinya prosedur rutin pada pertanyaan tersebut. Hal ini dikatakan
oleh Cooney, 1975 bahwa suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika
pertanyaan itu menunjukkan adanya tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh
suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh si pelaku. Coba Anda simak dua
contoh masalah berikut ini. Dari kedua contoh tersebut, contoh manakah yang
menurut Anda menjadi masalah buat Anda?
Contoh 1 : Dalam sebuah lomba matematika, Chandra menjadi juara pertama dan
memperoleh skor 100. Dalam lomba tersebut jawaban yang benar akan mendapat
skor 3 dan jawaban yang salah atau kosong akan dikurangi 1. Tentukan banyak soal
dalam lomba tersebut jika diketahui perbandingan jawaban Chandra yang benar dan
jumlah skor adalah 1 : 2.
9 – 2 Unit 9
Contoh 2 : Sebuah restoran memberikan kupon berhadiah untuk menarik minat
pelanggan. Setiap orang yang membeli makanan di restoran tersebut akan diberikan
sebuah kupon yang di balik kupon tersebut tertera salah satu bilangan-bilangan 9, 12,
42, 57, 69, 21, 15, 75, 24, atau 81. Pembeli yang berhasil mengumpulkan beberapa
kupon dengan jumlah bilangan-bilangan di balik kupon sama dengan 100 akan diberi
hadiah TV 21 inch. Pemilik restoran menyediakan 10 buah TV. Tentukan berapa
banyak TV yang harus diserahkan kepada pelanggannya.
Menurut Saudara, dari dua contoh di atas manakah yang menjadi masalah bagi
Anda?
9 – 4 Unit 9
Rangkuman
Tes Formatif 1
Kerjakanlah tes formatif ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi pemecahan masalah matematika dengan cara memberi tanda silang
pada (X) pada salah satu jawaban yang Anda anggap benar.
9 – 6 Unit 9
9. Pemecahan masalah matematika dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu
pemecahan masalah rutin dan tidak rutin. Hal ini dikemukakan oleh .......
A. Cooney
B. Poyla
C. Silver
D. Troutman
10. Usaha untuk mencari dan menemukan cara atau jalan untuk mencapai tujuan
yang berupa solusi dari suatu masalah merupakan definisi dari .......
A. pemecahan masalah
B. prosedur pemecahan masalah
C. strategi pemecahan masalah
D. validasi pemecahan masalah
P ada subunit 1 telah mengenai pengertian masalah. Ada dua jenis masalah yaitu
masalah rutin dan tidak rutin. Masalah matematika yang merupakan masalah
rutin adalah masalah yang disusun berkaitan secara langsung dengan konsep-konsep
yang diberikan pada suatu topik. Sedangkan masalah tidak rutin adalah masalah yang
disusun dengan maksud untuk memperluas wawasan sebagai aplikasi suatu konsep
dalam memecahkan masalah nyata yang dihadapi, baik masalah yang berhubungan
secara langsung dengan konsep tertentu maupun dengan disiplin ilmu yang lain.
Dalam subunit 2 akan dibahas mengenai strategi pemecahan masalah.
Secara umum strategi pemecahan masalah yang sering digunakan adalah
strategi yang dikemukakan oleh Polya (1973). Menurut Poyla untuk mempermudah
memahami dan menyelesaikan suatu masalah, terlebih dahulu masalah tersebut
disusun menjadi masalah-masalah sederhana, lalu dianalisis (mencari semua
kemungkinan langkah-langkah yang akan ditempuh), kemudian dilanjutkan dengan
proses sintesis (memeriksa kebenaran setiap langkah yang dilakukan). Pada tingkatan
masalah tertentu, langkah-langkah Polya di atas dapat disederhanakan menjadi
empat langkah yaitu memahami masalah, membuat rencana penyelesaian,
melaksanakan rencana dan melihat kembali. Berikut ini bagan yang dapat
menjelaskan proses pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Poyla.
Memahami masalah
Melaksanakan rencana
9 – 8 Unit 9
Bagan di atas menekankan dinamisme dan sifat siklis dari pemecahan masalah yang
asli. Pemecah masalah mulai dari masalah itu sendiri dan berusaha memahaminya.
Kemudian pemecah masalah membuat rencana dan di dalam proses perencanaan
mungkin akan menemukan sesuatu yang dibutuhkan untuk memahami masalah lebih
baik. Setelah rencana terbentuk, pemecah masalah akan melaksanakan rencana
tersebut. Dalam pelaksanaan bisa jadi diperoleh solusi, tetapi bisa jadi tidak. Jika
tidak diperoleh solusi maka pemecah masalah bisa kembali membuat rencana baru
atau kembali ke tahap memahami masalah. Jika masih mengalami kemacetan,
pemecah masalah bisa mengajukan masalah baru yang mungkin relevan atau
menyerupai masalah tersebut.
Selanjutnya kita akan membahas langkah-langkah pemecahan masalah
matematika yang dikemukakan oleh Poyla, satu persatu sebagai berikut.
1. Memahami masalah
Pada langkah pertama ini, pemecah masalah harus dapat menentukan apa
yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Untuk mempermudah pemecah masalah
memahami masalah dan memperoleh gambaran umum penyelesaiannya dapat dibuat
catatan-catatan penting dimana catatan-catatan tersebut bisa berupa gambar, diagram,
tabel, grafik atau yang lainnya. Dengan mengetahui apa yang diketahui dan
ditanyakan maka proses pemecahan masalah akan mempunyai arah yang jelas.
2. Merencanakan cara penyelesaian
Untuk dapat menyelesaikan masalah, pemecah masalah harus dapat
menemukan hubungan data dengan yang ditanyakan. Pemilihan teorema-teorema
atau konsep-konsep yang telah dipelajari, dikombinasikan sehingga dapat
dipergunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi itu. Jadi diperlukan
aturan-aturan agar selama proses pemecahan masalah berlangsung, dapat dipastikan
tidak akan ada satupun alternatif yang terabaikan. Untuk keperluan ini, bila perlu
perlu pemecah masalah mengikuti langkah-langkah berikut.
a. mengumpulkan data/informasi dengan mengaitkan persyaratan yang
ditentukan untuk analisis
b. jika diperlukan analisis informasi yang diperoleh dengan mengunakan
analogi masalah yang pernah diselesaikan
c. apabila ternyata “macet”, perlu dibantu melihat masalah tersebut dari sudut
yang berbeda.
Jika hubungan data dan yang ditanyakan sulit untuk dilihat secara langsung, ikutilah
langkah-langkah berikut.
a. Membuat sub masalah. Hal ini akan sangat berguna pada masalah yang
kompleks.
9 – 10 Unit 9
Contoh : Pak Heri mempunyai 6 buah drum yang sama dengan jari-jari alasnya sama
dengan 50 cm. Keenam drum tersebut akan diikat menjadi satu dengan posisi seperti
pada gambar berikut. Tentukan panjang tali yang diperlukan untuk mengikat keenam
drum tersebut.
Penyelesaian :
Tahap 1. Memahami masalah
Dari gambar dicari informasi penting yang akan digunakan dalam
memecahkan masalah. Dengan menggunakan garis pertolongan sehingga diperoleh
gambar di bawah ini, kita akan mengumpulkan informasi yang diperlukan.
Tali yang digunakan untuk mengikat drum, menurut gambar di atas merupakan
gabungan dari garis lurus, garis lengkung dan garis miring. Panjang jari-jari alas
drum sama dengan 50 cm.
Tahap 2. Membuat rencana
Karena tali yang diperlukan merupakan gabungan dari garis lurus, garis
lengkung dan garis miring, maka akan dihitung panjang garis-garis tersebut sebagai
berikut. Selanjutnya hasil yang diperoleh dijumlahkan untuk mendapatkan panjang
tali yang diperlukan untuk mengikat keenam drum.
Tahap 3. Melaksanakan rencana
Pada tahap ini, kita akan menghitung panjang garis lurus, garis lengkung
dan garis miring sebagai berikut.
Panjang tali yang berbentuk garis lengkung adalah
1
• Panjang garis lengkung di sisi atas, kiri dan kanan = 2 × keliling lingkaran
8
1
= keliling lingkaran
4
1
• Panjang garis lengkung di sisi kiri = keliling lingkaran
4
9 – 12 Unit 9
matematika. Jadi ruang lingkup pertama dalam proses pemecahan masalah adalah
pengetahuan matematika sebagai dasar.
Ruang lingkup proses pemecahan masalah matematika yang kedua adalah
terkait dengan algoritma. Algoritma adalah sebuah prosedur, yang dapat
diaplikasikan pada soal latihan dimana jika prosedur tersebut benar maka dapat
dipastikan akan memberikan jawaban yang benar untuk soal tersebut. Algoritma
merupakan hal penting dalam matematika, tetapi proses penggunaan algoritma
bahkan untuk algoritma yang rumit bukan pemecahan masalah. Proses membentuk
algoritma dan generalisasinya dalam aplikasi khusus dapat merupakan pemecahan
masalah. Jadi pemecahan masalah dapat membuat pemecah masalah membangun
algoritma sendiri. Contoh pembentukan algoritma disini antara lain membangun
proses dalam faktorisasi persamaan kuadrat, proses membagi ruas garis hanya
dengan menggunakan konstruksi Euclidean.
Ruang lingkup yang ketiga dalam pemecahan masalah adalah penggunaan
strategi heuristic. Heuristic adalah strategi, teknik dan aturan-aturan dalam
pemecahan masalah. Teori pemecahan masalah matematika merupakan fokus mayor
dalam aturan heuristic. Poyla dalam How to Solve It menyatakan bahwa pemecahan
masalah matematika jauh lebih kompleks dibandingkan teori manapun yang telah
dibangun sejauh ini. George Polya (1973) melalui pengalaman mengajar selama 40
tahun sebagai guru matematika menganjurkan strategi heuristic dalam pemecahan
masalah matematika. Strategi ini dimaksudkan agar dalam proses pemecahan
masalah dapat dibuat keputusan (decide) berdasarkan analogi, keputusan induktif,
peragaan dan mensketsa gambar masalah. Strategi ini menuntut kemampuan
menemukan hubungan yang ada dan tepat dalam suatu masalah. Polya menganjurkan
dalam pemecahan masalah matematika perlu dipersiapkan sejumlah contoh soal yang
bervariasi yang dimulai dari contoh sederhana, kemudian melalui proses
pemecahannya dapat ditemukan metode yang paling baik sebagai konsekuensi dari
pemecahan masalah sederhana itu hingga langkah-langkah solusi yang dilakukan
berikutnya. Pemecahan masalah menurut Polya merupakan proses pendidikan yang
cukup baik asalkan jawaban itu dipresentasikan. Strategi heuristic Polya terdiri atas
tujuh macam yaitu
1. Generate and Test.
Suatu proses pemecahan masalah yang dilakukan terlebih dahulu secara acak
(apa yang terpikirkan sebagai jawaban yang mungkin), kemudian terhadap solusi-
solusi acak itu dilakukan pengecekan (validasi) kemudian diambil generalisasi solusi.
Langkah-langkahnya adalah
a. pilih jawaban yang mungkin
9 – 14 Unit 9
dimengerti bagaimana masing-masing elemen yang ada saling berhubungan satu
sama lain yang akan berakibat pada penemuan pengetahuan baru.
Seperti yang telah dikemukakan pada subunit 1 bahwa ada dua jenis
pemecahan masalah matematika. Jenis pertama adalah pemecahan masalah rutin dan
yang kedua adalah pemecahan masalah yang tidak rutin atau tidak biasa. Berikut ini
kita akan membahas proses kedua pemecahan masalah tersebut. Tabel berikut
mengilustrasikan proses kedua pemecahan masalah tersebut.
Pemecahan masalah rutin sebenarnya telah kita pelajari pada unit 8. Pada unit 8 telah
dibahas bagaimana menterjemahkan masalah atau soal cerita ke dalam model
matematika sehingga dapat diselesaikan secara matematis. Oleh karena itu dalam
unit ini kita hanya akan membahas pemecahan masalah yang tidak rutin.
9 – 16 Unit 9
b. Temukan solusi dengan menggunakan lebih dari satu strategi
c. Lihat kembali perhitungan, kesimpulan dan lain sebagainya.
Materi mengenai strategi pemecahan masalah telah selesai kita bahas.
Rangkuman berikut ini, semoga dapat membantu Anda memahami materi secara
garis besar.
Rangkuman
9 – 18 Unit 9
5. Diberikan masalah sebagai berikut.
Pak Ketut menggunakan mobil dengan daya angkut 750 kg barang
untuk keperluan belanja. Suatu hari ia membeli 3 kwintal gula dan 7
karung beras yang masing-masing berisi 50 kg. Sisa daya angkut mobil
akan diisi dengan terigu. Berapa kg terigu yang dapat dibeli oleh pak
Ketut?
Dalam memecahkan masalah tersebut, seorang siswa menuliskan seperti
berikut ini.
Diketahui : daya angkut mobil 750 kg
3 kwintal gula sama dengan 300 kg
7 karung beras masing-masing 50 kg sama dengan 350 kg
Ditanyakan : berapa kg terigu sehingga jumlah kg barang sama dengan
750 kg.
Proses yang dilakukan siswa tersebut merupakan tahap pemecahan masalah
yaitu tahap .......
A. memahami masalah
B. merencanakan cara penyelesaian
C. melaksanana rencana
D. melihat kembali
6. Dari masalah yang diberikan pada soal 5, diketahui siswa lain menuliskan
seperti berikut ini.
Misalkan banyak terigu yang dibeli adalah x maka x + 300 + 350 = 750 .
Apa yang dilakukan siswa tersebut adalah .......
A. memahami masalah
B. membentuk algoritma
C. generalisasi algoritma
D. menggunakan strategi
9 – 20 Unit 9
C. aljabar
D. peluang
9 – 22 Unit 9
Daftar Pustaka
Cooney, T. J. 1975. Dynamics of Teaching Secondary School Mathematics. Boston:
Houghton Mifflin Company
Poyla, G. 1973. How to Solve It. Princeton, NJ: Princeton University Press
9 – 24 Unit 9