Anda di halaman 1dari 16

Makalah Keperawatan Radiologi

“Teknik Pemeriksaan Lopografi”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Radiologi
Yang Diampu Oleh Ibu Agustina Dwi Prastanti

Disusun oleh :
KELAS 1 D
KELOMPOK 2
1) Saras Mukti Shoumi (P1337430217002)
2) Wahyu Herna Kurniawati (P1337430217011)
3) Hasari Kusuma Diyany (P1337430217033)
4) Meidianto Wicaksono (P1337430217039)
5) Septiana Cut Dian (P1337430217045)
6) Reyhan Annafis (P1337430217052)
7) Dea Rizky Yana (P1337430217053)
8) Yosia Pratama Sari (P1337430217056)
9) Nurul Latifatil Hidayati (P1337430217072)

PROGRAM STUDI S1 TERAPAN TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG 2017/2018

i|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Teknik
Pemeriksaan Lopografi” dengan tepat waktu. Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih
kepada Dosen Mata Kuliah Keperawatan Radiologi yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memberikan pengetahuan dan menambah wawasan bagi
pembaca agar lebih mengetahui dan memahami hal-hal mengenai teknik pemeriksaan
lopografi.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi kepada Mahasiswa
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang. Dan tentunya makalah
ini masih sangat jauh dari sempurna. Untuk itu kepada dosen
pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami
di masa yang akan datang.

Semarang, 25 April 2018

Kelompok 2

ii | P a g e
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………....... i


KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..... ii
DAFTAR ISI ………………………………………….......………………………..... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………. 2
C. Tujuan …………………………………………………………………….......... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ….………….....………............................................................................ 3
B. Tujuan Pemeriksaan…………………................................................................... 3
C. Persiapan Pasien..................................................................................................... 4
D. Persiapan Alat & Bahan......................................................................................... 4
E. Teknik Pemeriksaan Lopografi ............................................................................. 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ……………………………………………………………………... 12
B. Saran ...................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….........………………. 13

iii | P a g e
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sinar-x meupakan salah satu jenis radiasi pengion yang banyak digunakan dalam dunia
Kedokteran. Sifat sinar-x yang mampu menembus objek bermanfaat untuk mengetahui
kelainan fisik dan fungsi suatu organ yang tidak dapat dilihat dari luar. Kemampuan sinar-x
menembus objek dapat dipengaruhi oleh kerapatan jaringan & ketebalan objek serta nomor
atom objek yang difoto. Untuk organ yang memiliki ketebalan jaringan dan kerapatan jaringan
yang hampir sama, dalam pemeriksaan dengan sinar-x akan sulit dibedakan, seperti
pemeriksaan organ-organ traktus digentivus. Maka dari itu untuk mendapatkan gambaran yang
baik dengan informasi diagnostik yang optimal dapat dilakukan pemeriksaan dengan
menggunakan media kontras.
Sistem pencernaan manusia adalah sistem memproses makanan yang masuk ke tubuh
menjadi energi untuk menjalani aktivitas kita sehari-hari. Sistem pencernaan berfungsi untuk
menjaga metabolisme tubuh. Dengan adanya sistem pencernaan dalam tubuh kita, kita dapat
menikmati berbagai makanan dan menghasilkan energi untuk beraktifitas. Pada sistem
pencernaan terdapat colon atau usus besar. Usus besar merupakan salah satu organ abdominal
yang berperan untuk menyerap air, tempat tinggal bakteri coli, menyimpan dan eliminasi sisa
makanan. Sehingga jika terjadi kelainan dapat mengganggu jalannya pencernaan. Berbagai
patologi dapat terjadi pada usus besar adalah colitis, diverticulum, volvulus, hemaroidinterna,
neoplasma, dan ileus. Setelah mengretahui patologinya, dokter akan melakukan tindakan
colostomy.
Lopografi adalah pemeriksaan radiografi pada colon yang dilakukan post colostomy
yang menggunakan folley cateter, dan dimasukkan melalui lubang ans buatan yang tidak
mengeluarkan feses.
Colostomy adalah tindakan pembedahan untuk membuat suatu lubang buatan antara
colon dengan permukaan kulit pada dinding perut.

1|Page
B. Tujuan
1. Apa definisi pemeriksaan Lopografi?
2. Apa tujuan pemeriksaan Lopografi?
3. Bagaimana persiapan pasien pada pemeriksaan Lopografi?
4. Apa saja alat & bahan yang dipersiapkan pada pemeriksaan Lopografi?
5. Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi pada pemeriksaan Lopografi?

C. Rumusan Masalah
1. Mengetahui definisi pemeriksaan Lopografi
2. Mengetahui tujuan pemeriksaan Lopografi
3. Mengetahui persiapan pasien pada pemeriksaan Lopografi
4. Mengetahui saja alat & bahan yang dipersiapkan pada pemeriksaan Lopografi
5. Mengetahui teknik pemeriksaan radiografi pada pemeriksaan Lopografi

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Teknik pemeriksaan Lopografi adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari usus
dengan memasukkan media kontras positif kedalam usus melalui lubang buatan pada daerah
abdomen.

B. Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan Lopografi adalah untuk melihat anatomi dan fisiologi kolon bagian
distal sehingga dapat membantu menentukan tindakan medis selanjutnya.

3|Page
C. Persiapan Pasien
Pemeriksaan Lopografi tidak memerlukan persiapan khusus. Hanya saja pada saat
pemeriksaan diharuskan untuk membebaskan daerah yang diperiksa dari benda-benda yang
dapat menimbulkan artefak dan pasien diminta puasa 4 jam sebelum dilakukan pemeriksaan,
hal ini dikarenakan anus buatan yang berada pada dinding abdomen sehingga feces mudah
dikeluarkan.

D. Persiapan Alat & Bahan


a. Persiapan Alat
Persiapan alat pada pemeriksaan Lopografi, meliputi :
1. Pesawat x – ray
2. Kaset dan film sesuai dengan kebutuhan
3. Marker
4. Standar irigator dan irigator set lengkap dengan kanula rectal
5. Vaselin dan jelly
6. Sarung tangan
7. Penjepit atau klem
8. Kain kassa
9. Bengkok
10. Apron
11. Plester
12. Tempat mengaduk media kontras
b. Persiapan bahan
Kontras media (+) : barium sulfat (1000 ml untuk kontras tunggal dan 400ml
untuk kontras ganda), Kontras media(-) : udara
1. Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan konsentrasi
antara 70 – 80 W/V % (Weight /Volume). Banyaknya larutan (ml) tergantung pada
panjang pendeknya colon distal.
2. Air hangat untuk membuat larutan barium.
3. Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula dimasukkan
kedalam anus.

4|Page
E. Teknik Pemeriksaan Radiografi
a. Foto Polos Abdomen
Bertujuan untuk melihat persiapan pasien sudah maksial atau belum
b. Inform Consent
Dilakukan setelah dipastikan bahwa pemeriksaan dapat dilanjutkan.
c. Pemasukan Media Kontras
Barium dimasukkan melalui stoma (lubang colon distal) diikuti ngan fluoroskopi
sampai mengisi daerah kolon dan dapat ditandai dengan keluarnya kontras melalui
stoma. Untuk keperluan informasi yang lebih jelas pasien dirotasikan ke kanan dan ke
kiri serta dibuat radiograf full filling untuk melihat keseluruhan bagian usus dengan
proyeksi antero posterior.
d. Proyeksi Radiograf
1) Proyeksi AP
 Posisi Pasien :
Pasien pada posisi supine, dengan bantal di kepala, kedua tangan lurus
di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah.
 Posisi Objek :
- MSP tubuh pasien berada di tengah meja pemeriksaan
- Objek diatur dengan menentukan batas atas processus xypoideus dan batas
bawah adalah symphisis pubis.
- Memastikan tidak ada rotasi.
 Pengaturan Sinar dan Eksposi :
- CR : Vertikat tegak lurus terhadap kaset
- CP : Pertengahan kedua crista iliaca.
- FFD : Minimal 100 cm.
- Eksposi : Ekspirasi tahan nafas
- Kriteria : Menunjukkan seluruh colon terlihat, termasuk fleksura dan
colon sigmoid.

5|Page
2) Proyeksi PA
 Posisi Pasien :
Pasien pada posisi prone di atas meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus
disamping atas tubuh dan kaki lurus ke bawah.
 Posisi Objek
- MSP tubuh pasien berada tepat dipertengahan meja pemeriksaan.
- Objek diatur diatas meja pemeriksaan dengan batas atas processus
xypoideus dan batas bawah sympisis pubis tidak terpotong
 Pengaturan Sinar dan Eksposi :
- CR : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
- CP : Pertengahan kedua crista iliaca.
- FFD : Minimal 100 cm.
- Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.
- Kriteria : Menunjukkan seluruh colon terlihat, termasuk fleksura dan
rectum.

6|Page
3) Proyeksi LPO
 Posisi Pasien :
Pasien diposisikan supine kemudian dirotasikan ke arah kiri kurang lebih
35o – 45o terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri digunakan untuk bantalan dan
tangan kanan di depan tubuh berpegangan pada tepi meja pemeriksaan. Kaki
kiri lurus sedangkankaki kanan di tekuk untuk fiksasi.
 Posisi Objek :
MSP tubuh dengan meja pemeriksaan dengan abdominal margins kiri
dan kanan sama jauhnya dari garis tengah meja pemeriksaan.
 Pengaturan Sinar dan Eksposi :
- CR : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
- CP : 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua crista
iliaka
- FFD : Minimal 100 cm.
- Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.

4) Proyeksi RPO
 Posisi Pasien :
Pasien diposisikan supine kemudian dirotasikan ke arah kanan kurang
lebih 35o – 45o terhadap meja pemeriksaan. Tangan kanan lurus di samping
tubuh dan tangan kiri fleksi didepan tubuh berpegangan pada tepi meja
pemeriksaan. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit ditekuk untuk
fiksasi.
 Posisi Objek :
MSP tubuh dengan meja pemeriksaan dengan abdominal margins kiri
dan kanan sama jauhnya dari garis tengah meja pemeriksaan.

7|Page
 Pengaturan Sinar dan Eksposi :
- CR : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
- CP : 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah kedua crista iliaka
- FFD : Minimal 100 cm.
- Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.
- Kriteria : Menunjukkan tampak gambaran fleksura lienalis dan colon
asenden

5) Proyeksi RAO
 Posisi Pasien :
Pasien diposisikan prone di atas meja pemeriksaan lalu pasien
diposisikan 35o – 45o terhadap meja pemeriksaan.
 Posisi Objek :
- MSP tubuh berada tepat di garis tengah meja pemeriksaan. Kedua tangan
lurus di samping atas tubuh dan kaki lurus ke bawah.
- Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan
tubuh berpegangan pada tepi meja.
- Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit di tekuk untuk fiksasi.
- Batas atas Proc. Xypoideus dan batas bawah Sympisis Pubis
 Pengaturan Sinar dan Eksposi :
- CR : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
- CP : 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah kedua crista iliaka
- FFD : Minimal 100 cm.
- Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.

8|Page
- Kriteria :
Menunjukkan tampak gambaran fleksura hepatika kanan tampak
sedikit superposisi bila dibandingkan dengan proyeksi PA dan tampak juga
daerah sigmoid dan olon asenden.

6) Proyeksi LAO
 Posisi Pasien :
Pasien diposisikan prone di atas meja pemeriksaan lalu pasien
diposisikan 35o – 45o terhadap meja pemeriksaan.
 Posisi Objek :
- MSP tubuh berada tepat di garis tengah meja pemeriksaan. Kedua tangan
lurus di samping atas tubuh dan kaki lurus ke bawah.
- Tangan kiri lurus di samping tubuh dan tangan kanan menyilang di depan
tubuh berpegangan pada tepi meja.
- Kaki kiri lurus ke bawah dan kaki kanan sedikit di tekuk untuk fiksasi.
- Batas atas Proc. Xypoideus dan batas bawah Sympisis Pubis
 Pengaturan Sinar dan Eksposi :
- CR : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
- CP : 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua crista
iliaka
- FFD : Minimal 100 cm.
- Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.
- Kriteria :
Menunjukkan tampak gambaran fleksura lienalis tampak sedikit
superposisi bila dibandingkan dengan proyeksi PA dan tampak juga
daerah colon desenden.
9|Page
7) Proyeksi Lateral
 Posisi Pasien : Pasien diposisikan recumbent.
 Posisi Objek :
- MSP tubuh pasien diatur pada pertengahan kaset.
- Genu sedikit fleksi untuk fiksasi.
- Batas atas Proc. Xypoideus dan batas bawah Sympisis Pubis
 Pengaturan Sinar dan Eksposi :
- CR : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
- CP : Setinggi SIAS pada MCP pasien.
- FFD : Minimal 100 cm.
- Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.
- Kriteria :
Daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rectosigmoid pada
pertengahan radiograf.

10 | P a g e
8) Proyeksi AP Axial (Butterfly Positions)
 Posisi Pasien : Supine di atas meja pemeriksaan
 Posisi Objek :
- MSP tubuh berada pada pertengahan meja pemeriksaan
- Kaki diluruskan, tangan diletakkan di dada pasien.
- Batas atas Proc. Xypoideus dan batas bawah Sympisis Pubis
 Pengaturan Sinar dan Eksposi :
- CR : 30o – 40o chepalad
- CP : 2 inchi inferior pertengahan kedua crista iliaca pada MSP
- FFD : Minimal 100 cm.
- Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.
- Kriteria :
Memperlihatkan daerah rectosigmoid lebih jelas, dengan
superposisi yang berkurang dibandingkan proyeksi AP

11 | P a g e
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teknik pemeriksaan lopografi adalah teknik pemeriksaan secara radiologis pada daerah
colon dengan memasukkan kateter foley beberapa cm pada daerah stoma. Tujuan pemeriksaan
lopografi adalah untuk melihat anatomi dan fisiologi colon sehingga dapat membantu
menentukan tindakan medis selanjutnya. Dengan melihat jalur dan dimana muara dari media
kontras dapat diketahui adakah kelainan pada colon atau tidak. Dengan begitu maka dapat
diketahui apakah stoma dapat ditutup kembali atau tindakan medis yang tepat untuk dilakukan
kepada pasien selanjutnya.
Untuk pemeriksaan lopografi ini tidak diperlukan persiapan khusus seperti pemeriksaan
colon in loop yang mengharuskan pasiennya harus puasa 1 hari sebelum pemeriksaan dimulai.
Hal ini dikarenakan loopografi hanya digunakan untuk mengevaluasi saluran cerna post
colostomy. Untuk pasien lopografi hanya diperlukan puasa 4 jam sebelum pemeriksaan.
Adapun proyeksi dari teknik pemeriksaan lopografi:
1. Proyeksi AP
2. Proyeksi PA
3. Proyeksi LPO
4. Proyeksi RPO
5. Proyeksi RAO
6. Proyeksi LAO
7. Proyeksi Lateral
8. Proyeksi AP Axial (Butterfly Positions)

B. Saran
Pada pemeriksaan Loopografi biasanya terjadi pada anak-anak. Sehingga dibutuhkan
keterampilan dan kecekatan untuk melakukan pemeriksaan tersebut. Agar dosis radiasi yang
diterima hendaknya seminimal mungkin.

12 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Ballinger, P. W. (1995). Merril of Atlas Radiographic and Radiologic Procedures,


Eight Edition Vol.II. Missouri: Mosby,Inc.
Bontrager, K. L. (2001). Text book of Radiographic and Related Anatomy.Missouri:
Mosby,Inc.

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai