PELAKSANAAN
EFISIENSI ENERGI
DI PDAM
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM
PEDOMAN
PELAKSANAAN
EFISIENSI ENERGI
DI PDAM
Disusun pada tahun 2014 oleh:
Direktorat Pengembangan Air Minum, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bekerjasama dengan
USAID IUWASH dan USAID ICED.
KATA PENGANTAR
Berdasarkan hasil analisis penilaian kinerja PDAM yang dilakukan pada tahun 2014 oleh
Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM), dari sekitar
350 PDAM di Indonesia baru 176 PDAM yang berstatus “sehat” sementara 104 PDAM
berstatus “kurang sehat” dan 70 PDAM masih berstatus “sakit”. Dalam rangka peningkatan
kinerja PDAM dan tingkat pelayanan air minum bagi masyarakat, maka salah satu upaya
yang perlu dilakukan oleh manajemen Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah
meningkatkan pengoperasian dan pemeliharaan Sistem Penyediaaan Air Minum (SPAM)
secara efektif dan efisien.
Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Direktorat Pengembangan Air Minum sangat menaruh perhatian besar dan mendukung
sepenuhnya upaya peningkatan efisiensi energi di PDAM seluruh Indonesia yang diharapkan
akan meningkatkan kinerja PDAM dan pelayanan air minum bagi masyarakat. Untuk itu,
Direktorat Pengembangan Air Minum bekerjasama dengan USAID IUWASH dan USAID ICED
menyusun buku Pedoman Pelaksanaan Efisiensi Energi untuk PDAM.
Dengan adanya buku pedoman ini, diharapkan PDAM dapat melaksanakan program
efisiensi energi secara mandiri, mulai dari melakukan Audit Energi, memilih dan
merencanakan kegiatan pelaksanaan efisiensi energi sesuai yang diperlukan serta menggali
dan menentukan alternatif sumber dana untuk pelaksanaan efisiensi energi.
Akhir kata, Kami berharap buku pedoman ini akan dapat menjadi acuan bagi pelaksanaan
efisiensi energi di PDAM seluruh Indonesia sehingga pihak pengelola PDAM di setiap daerah
dapat menekan biaya operasi dan pemeliharaan SPAM di PDAM. Dengan komitmen
bersama, semoga peningkatan kualitas pelayanan penyediaan air minum oleh PDAM kepada
seluruh masyarakat Indonesia akan segera tercapai.
iii
KATA PENGANTAR
Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat atau The United States Agency for
International Development (USAID) membantu Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan
akses air bersih bagi dua juta penduduk dan meningkatkan fasilitas sanitasi layak bagi
250.000 penduduk miskin perkotaan di Indonesia melalui proyek Indonesia Urban Water,
Sanitation and Hygiene (IUWASH) yang didanai oleh USAID.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi mayoritas PDAM di Indonesia adalah biaya listrik
atau energi yang masih tinggi untuk mengoperasikan sistem penyediaan air minum. PDAM
umumnya mengeluarkan biaya listrik atau energi lebih dari 30% dari total biaya operasional.
Biaya ini akan terus meningkat sehubungan dengan kenaikan tarif dasar listrik PLN yang
cenderung naik. Di sisi lain, mayoritas PDAM belum menggunakan listrik secara efisien.
Kondisi ini menyebabkan biaya produksi dan distribusi air minum menjadi tinggi dan
berdampak pada kenaikan tarif air minum yang harus dibayar oleh masyarakat. Jika masalah
ini dibiarkan berlarut, maka akan dapat menurunkan kinerja PDAM dan pelayanan air minum
kepada masyarakat.
Oleh karena itu, USAID sangat mendukung penerbitan buku “Pedoman Pelaksanaan Efisiensi
Energi di PDAM” yang disusun oleh Direktorat Pengembangan Air Minum - Direktorat
Jenderal Cipta Karya bersama USAID IUWASH dan proyek USAID Indonesia Clean Energy
Development (ICED), sebuah program bantuan teknis dalam pengelolaan berkelanjutan
sumber daya energi terbarukan dan pengurangan emisi gas rumah kaca.
Buku “Pedoman Pelaksanaan Efisiensi Energi di PDAM” ini diharapkan akan dapat
membantu PDAM dalam melakukan efisiensi energi sehingga kinerja PDAM dan kualitas
pelayanan air minum kepada masyarakat lebih meningkat.
Louis O’Brien
USAID IUWASH Chief of Party
DAFTAR ISI
1 PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................................................ 1
1.2 KARAKTERISTIK UMUM PEMAKAIAN ENERGI DI PDAM .......................................................... 2
1.3 PERMASALAHAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM ............................................................................ 3
1.4 SISTIMATIKA PEDOMAN AUDIT ENERGI DI PDAM .................................................................... 4
6 LAMPIRAN ................................................................................................................... 63
A. PERATURAN DAN PERUNDANGAN TERKAIT................................................................................. 63
B. TABEL-TABEL UNTUK PELAKSANAAN AUDIT ENERGI ................................................................ 65
vi
SINGKATAN
vii
NPSH Net Positive Suction Head
NPSHa Net Positive Suction Head absolute
NPSHr Net Positive Suction Head required
PDAM Perusahaan Daerah Air Minum
PIP Pusat Investasi Pemerintah
PLN Perusahaan Listrik Negara
RM Rekening Minimum
RPM Rotation Per Minute
SDM Sumber Daya Manusia
SEC Specific Energy Consumption
SPAM Sistem Penyediaan Air Minum
USAID United States Agency for International Development
VSD Variable Speed Drive
WBP Waktu Beban Puncak
viii
1
PENDAHULUAN
Untuk memenuhi target peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan air minum, tentunya
kondisi PDAM harus sehat sehingga mampu mengoperasikan SPAM secara efektif dan
efisien melalui manajemen internal PDAM yang kuat, namun menurut data hasil analisa
penilaian kinerja PDAM yang dilakukan oleh Badan Pendukung Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) tahun 2013 menunjukkan fakta yang mengejutkan dari
341 PDAM hanya 142 PDAM berstatus sehat, selebihnya 128 PDAM berstatus kurang sehat
dan 71 PDAM berstatus sakit.
Salah satu penyebab kurang sehatnya PDAM adalah tingginya pemakaian energi untuk
menggerakan motor pompa yang kurang atau tidak efisien. Kondisi ini mengakibatkan biaya
produksi dan distribusi air menjadi tinggi dan tarif air menjadi tinggi atau menurunkan
kinerja keuangan PDAM.
1
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Untuk mengetahui tingkat inefisiensi energi ini, maka perlu dilakukan Audit Energi sehingga
dapat diketahui berapa total pemakaian energi dan dibagian mana saja terjadi penggunaaan
energi berlebih dan bisa diterapkan langkah-langkah penghematan.
Beberapa tantangan yang dihadapi PDAM untuk menurunkan biaya energi, antara lain:
Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Direktorat Pengembangan Air Minum sangat menaruh perhatian
mengenai efisiensi energi dan sangat mendukung untuk meningkatkan efisiensi energi.
Untuk itu, Direktorat Jenderal Cipta Karya bersama USAID IUWASH dan USAID ICED
menyusun buku Pedoman Pelaksanaan Efisiensi Energi di PDAM.
Dengan adanya buku pedoman ini diharapkan PDAM dapat melaksanakan sendiri program
efisiensi enegi yang dimulai dari melakukan Audit Energi, identifikasi potensi penghematan
energi, alternatif sumber dana yang dapat dipakai untuk melaksanakan efisiensi energi,
implementasi dan monitoring program penghematan energi.
Buku pedoman ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi pelaksanaan efisiensi energi di
seluruh PDAM di Indonesia, dan pihak pengelola atau manajemen PDAM dapat menekan
biaya operasi dan pemeliharaan SPAM serta meningkatkan kualitas pelayanan penyediaan
air minum di PDAM kepada masyarakat.
Motor listrik penggerak pompa air yang digunakan umumnya adalah motor induksi tiga
phasa dengan kecepatan konstan. Sedangkan pompa air yang digunakan umumnya adalah
pompa air jenis sentrifugal. Pompa-pompa tersebut digunakan sebagai pompa intake dan
pompa distribusi.
Penggunaan energi listrik untuk menggerakan motor listrik dari pompa ini bisa mencapai
50-80 dari seluruh energi listrik yang digunakan PDAM, dan selebihnya untuk operasional
kantor dan penerangan.
2
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Gambar 1.1. berikut ini memperlihatkan salah satu tipikal penempatan pompa pada sistem
penyediaan air minum PDAM.
Gambar 1.1. Tipikal Penempatan Pompa pada Sistem Penyediaan Air Minum
Sumber energi yang umum digunakan oleh PDAM adalah dari energi listrik PLN. Namun
demikian ada beberapa PDAM dilengkapi dengan genset yang digunakan sebagai cadangan
atau saja.
Permasalahan pada pemakaian listrik untuk penggerak pompa-pompa air dari hasil
beberapa pengamatan di lapangan diperoleh gambaran sebagai berikut:
• Konsumsi listrik untuk keperluan penggerak keseluruhan pompa air pada PDAM
diperkirakan mencapai lebih dari 60% dari keseluruhan konsumsi listrik PDAM.
• Overdesign, beberapa konfigurasi motor-pompa air dilakukan dengan safety-factor
yang tinggi yang mengakibatkan motor bekerja berada dibawah titik kerja optimal-
3
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Bab I : Pendahuluan
Menyajikan mengenai latar belakang disusunnya Pedoman Audit Efisiensi Energi
di PDAM, karakteristik umum pemakaian energi di PDAM dan permasalahan
efisiensi energi di PDAM.
4
2
PENGERTIAN DAYA
DAN EFISIENSI PADA
SISTEM PEMOMPAAN
2.1 UMUM
Hal yang perlu dipahami dalam melakukan perhitungan audit energi adalah daya dan
efisiensi pemakaian daya. Untuk itu pada bab ini akan diuraikan secara singkat mengenai
pengertian daya, energi dan efisiensi pemakaian daya pada sistem pemompaan.
2.2 DAYA
Ada tiga jenis daya listrik, yaitu:
• Daya Input (P) atau daya masukan yaitu daya listrik yang dimasukkan kedalam motor
pompa dalam besaran kW;
• Daya Poros atau shaft power (Pp), yaitu daya mekanis yang diterima dari motor untuk
memutarkan poros, kemudian digunakan untuk memutar impeller pompa;
5
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
• Daya Hidrolis (Phid), yaitu daya yang dipakai untuk mendorong air dari satu titi ke titik
lainnya dan karena adanya hambatan dari sistem perpipaan, maka terbentuk tekanan
(head) tertentu.
Gambar 2.1. Daya Listrik (P), Daya Poros (Pp) dan Daya Hidrolis (Phid)
pada tipikal sistem pompa air.
Daya input dapat dihitung dari data hasil pengukuran rata-rata arus (Ampere) dari voltase
antar phasa (Volt) dari ketiga phasa, dan faktor daya (cos φ). Rumus yang dipakai untuk
motor tiga phasa seperti:
P = 1, 73 x Vp x I x cos φ /1000
6
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Daya poros (Pp) dapat dihitung dari hasil perkalian efisiensi motor (ηm) dan daya input motor
(Pi), sesuai rumus berikut:
Ps = ηm x P
ηm dapat diambil dari data name plate atau dari data efisiensi motor yang didapatkan dari
supplier (lihat Lampiran).dengan memperhitungkan faktor beban (load factor), dan besaran
putaran (Rpm) motor.
Berbeda dengan pompa, karakteristik efisiensi pada motor terhadap beban, sampai dengan
load factor 50%, masih relatif stabil, dibandingkan dengan efisiensi pompa.
Rumus umum: Ph = Q x H x g x ρ
pH : dalam satuan kW
Q : dalam satuan m³/dt,
H : dalam satuan meter
g : dalam satuan m/s²
ρ : dalam satuan kg/l
Dengan nilai:
• g = 9,8 m/s2
• ρ = 1 kg/l
Ph = 0,163 x Q x Htotal
7
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
2.4 EFISIENSI
Pada umumnya, hampir di semua PDAM, poros motor dan poros pompa segaris dan ter-
koppel baik, maka daya poros motor dianggap sama dengan daya poros pompa. Jika ter-
koppel dengan cara lain, misalnya menggunakan pulley atau gear box maka harus dihitung
lagi efisiensi antar poros.
Setiap perubahan dari satu jenis daya ke jenis daya lainnya akan ada kehilangan atau
kerugian daya, sehingga timbul istilah efisiensi.
Dalam pengertian efisiensi, istilah efisiensi daya dan efisiensi energi dapat dikatakan
indentik, karena daya-daya yang digunakan terjadi dalam kurun waktu yang sama. Istilah
daya dihitung dalam kW, sedang istilah energi dihitung dalam kWh. Jadi misalnya kinerja daya
sebesar 2 kW dalam waktu 1 jam memerlukan energi 2 kWH.
Secara umum efisiensi pemakaian energi dari peralatan dapat dihitung dengan rumus:
SEC ini merupakan benchmark bagi PDAM untuk penilaian efisiensi energi. Makin kecil nilai
SEC, pemakaian energinya makin efisien.
Selain itu nilai SEC, dapat menjadi indikator dari pompa dalam penilaian konsumsi
energinya.
8
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Efisiensi pada sistem pompa sangat tergantung kepada efisiensi masing-masing komponen
sistem. Energi listrik yang masuk kedalam sistem pompa, pertama-tama akan masuk
kedalam motor listrik. Dengan motor listrik energi listrik tersebut ditransformasikan menjadi
energi mekanik putaran poros. Tidak semua energi listrik yang disuplai ke motor listrik dapat
ditransfromasikan menjadi energi mekanik putaran poros motor listrik. Transformasi ini
sangat tergantung kepada efisiensi motor listrik. Karena itu efisiensi motor listrik (ηm)
didefinisikan sebagai efisiensi perubahan dari daya listrik ke daya mekanis pada poros.
Selanjutnya energi mekanik poros motor listrik ditransmisikan ke poros pompa menjadi
energi mekanik pompa. Efisiensi transmisi (ηtr) energi mekanik poros ini sangat tergantung
kepada tipe atau jenis transmisi. Umumnya jenis transmisi yang digunakan adalah transmisi
langsung dimana poros motor listrik disambungkan langsung ke poros pompa. Efisiensi
transmisi langsung dapat dianggap 100%, namun demikian jika transmisi yang digunakan
adalah transmisi tidak langsung, misalnya menggunakan gearbox maka efisiensi transmisi
harus dihitung.
Gabungan dari seluruh efisiensi tersebut disebut Efisiensi Total Pompa (ηt) adalah efisiensi
perubahan dari daya listrik ke daya hidrolis atau sering disebut dengan istilah efisiensi kawat
ke air (wire to water).
Jadi kesimpulannya, dalam audit energi, ketiga data dari daya tersebut diatas sangat
diperlukan untuk menghitung efisiensi energi pada sistem perpompaan. Jika data efisiensi
ini dapat ditemukan, misalnya dengan cara pengukuran/perhitungan atau diambil dari
kumpulan data teknis, maka kerugian energi dapat dihitung, dan dianalisa untuk usaha
peningkatan efisiensi pemakaian energi.
Phidrolis
Efisiensi pompa total, ηt = –––––––––––– x 100%
Pinput motor
Phidrolis
Efisiensi pompa = ηp = –––––––––– x 100%
ηm x Pi
9
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Pada tabel 2.1. tertera berbagai kapasitas motor dengan RP yang berlainan, sesuai dengan
jumlah pole pada stator, dan klasifikasinya.
Dimana:
Frekuensi = 50 Hz dan jumlah pole beragam, 2, 4 dan 6.
10
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
50 HZ
IE1-Standard Efficiency IE2-High Efficiency IE3-Premium Efficiency
kW 2-pole 4-pole 6-pole 2-pole 4-pole 6-pole 2-pole 4-pole 6-pole
0.75 72.1 72.1 70.0 77.4 79.6 75.9 80.7 82.5 78.9
1.1 75.0 75.0 72.9 79.6 81.4 78.1 82.7 84.1 81.0
1.5 77.2 77.2 75.2 81.3 82.8 79.8 84.2 85.3 82.5
2.2 79.7 79.7 77.7 83.2 84.3 81.8 85.9 86.7 84.3
3 81.5 81.5 79.7 84.6 85.5 83.3 87.1 87.7 85.6
4 83.1 83.1 81.4 85.8 86.6 84.6 88.1 88.6 86.8
5.5 84.7 84.7 83.1 87.0 87.7 86.0 89.2 89.6 88.0
7.5 86.0 86.0 84.7 88.1 88.7 87.2 90.1 90.4 89.1
11 87.6 87.6 86.4 89.4 89.8 88.7 91.2 91.4 90.3
15 88.7 88.7 87.7 90.3 90.6 89.7 91.9 92.1 91.2
18.5 89.3 89.3 88.6 90.9 91.2 90.4 92.4 92.6 91.7
22 89.9 89.9 89.2 91.3 91.6 90.9 92.7 93.0 92.2
30 90.7 90.7 90.2 92.0 92.3 91.7 93.3 93.6 92.9
37 91.2 91.2 90.8 92.5 92.7 92.2 93.7 93.9 93.3
45 91.7 91.7 91.4 92.9 93.1 92.7 94.0 94.2 93.7
55 92.1 92.1 91.9 93.2 93.5 93.1 94.3 94.6 94.1
75 92.7 92.7 92.6 93.8 94.0 93.7 94.7 95.0 94.6
90 93.0 93.0 92.9 94.1 94.2 94.0 95.0 95.2 94.9
110 93.3 93.3 93.3 94.3 94.5 94.3 95.2 95.4 95.1
132 93.5 93.5 93.5 94.6 94.7 94.6 95.4 95.6 95.4
160 93.8 93.8 93.8 94.8 94.8 94.8 95.6 95.8 95.6
200 94.0 94.0 94.0 95.0 95.1 95.0 95.8 96.0 95.8
220 94.0 94.0 94.0 95.0 95.1 95.0 95.8 96.0 95.8
250 94.0 94.0 94.0 95.0 95.1 95.0 95.8 96.0 95.8
300 94.0 94.0 94.0 95.0 95.1 95.0 95.8 96.0 95.8
330 94.0 94.0 94.0 95.0 95.1 95.0 95.8 96.0 95.8
375 94.0 94.0 94.0 95.0 95.1 95.0 95.8 96.0 95.8
Catatan:
Cara menghitung RPM sinkron:
120 x Frek
RPM = –––––––––––
Jumlah pol
11
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Ada beberapa metode cara perhitungan efisiensi motor, tergantung dari kondisai motor dan
peralatan ukur yang tersedia, misalnya metode slip dapat dipakai, jika tersedia selain power
meter juga rpm meter (stroboscope) dan motor belum pernah digulung ulang. Sedangkan
metode yang akan dibahas dibawah ini hanya memerlukan data ampere, voltage, faktor daya
dari motor.
Pada dasarnya efisiensi motor dapat dihitung dengan cara menghitung dulu besaran faktor
beban dari motor itu (load factor).
Salah satu cara yang mudah tanpa menghentikan operasional pompa dan akurasinya cukup
acceptable (akurasi sekitar ± 10% ) serta data ukur yang diperlukan sudah tersedia dari data
hasil pengukuran kelistrikan, yaitu besaran arus (ampere), Volt antar phasa, dan faktor daya.
dari data name plate. Adapun cara yang dipakai sesuai dengan apa yang disebut dengan
teknik Voltage Compensated Amperage Ratio, yaitu:
I ukur x V ukur
Faktor Beban ( LF ) = –––––––––––––––
Ir x Vr
12
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Setelah faktor beban motor diketahui, maka efisiensi motor dapat dihitung memakai rumus
seperti berikut:
Pr x Faktor Beban
Efisiensi motor = ηm = ––––––––––––––––––– x 100%
Pi
Catatan: Penggunaan metode ini hanya dapat dipakai jika arus amper hasil pengukuran
tidak lebih kecl dari 60% dari arus yang tertera pada name plate motor.
13
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Gambar 2.3. Grafik Hubungan beban Q dengan efisiensi dan Head pada pompa
b. Adanya Kavitasi
Jika tekanan pada bagian suction dari pompa lebih kecil dari tekanan uap air, maka
beberapa bagian dari zat cair ini akan menguap, yang menimbulkan gelembung
gelembung kecil pada air. Jika tekanan pada bagian dari pompa ini turun, maka
gelembung gelembung ini akan pecah, yang dapat menimbulkan tekanan kejut. Jika
tekanan ini cukup besar, dapat menimbulkan kerusakan pada impeller pompa dan
menurunkan efisiensi pompa.
Gambar 2.4. memperlihatkan prinsip perpipaan disisi suction pompa, dengan tangki air
tebuka atau sungai, seperti pada kodisi pada umumnya di instalasi PDAM. Tergantung
dari level permukaan air di bak tersebut terhadap pompa, maka nilai s dapat positif
ataupun negatif.
14
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
p
Perhitungan NPSHa
S =Head
S =Head Pompa
negatif
Gambar 2.4. Skema sistem perpipaan di sisi suction dari pompa untuk perhitungan NPSHa
Dalam sistem perpompaan ada istilah NPSH (Net Positive Suction Head). Besaran NPSH
menggambarkan tekanan absolut yang ada dimulut pompa pada waktu pompa sedang
beroperasi. Karena dalam hal ini, tekanan indentik dengan head, maka besaran tekanan
dalam satuan meter.
Supaya pompa dapat berkinerja secara optimal, produsen pompa akan memberikan
data NPSHr (Net Positive Suction Head required) sebagai patokan. Sedang untuk
mendapatkan supply air, pompa harus disambungkan dengan perpipaan ke bak air
pengumpul. Sistem perpipaan ini akan mempengaruhi tekanan absolut dimulut pompa
tadi, yang disebut NPSHa (Net Positive Suction Head absolute). Agar tidak terjadi kavitasi,
nilai NPSHa ini harus lebih besar dari nilai NPSHr.
Sesuai dengan gambar 2.4. di atas, nilai NPSHa dapat dihitung sebagai berikut:
NPSHa = p + s – v - f
Dimana:
p = tekanan absolut = 10 m (fluid surface pressure)
s = nilai static suction dalam meter, nilainya negatif atau positif tergantung dari
posisi pompa terhadap permukaan air yang diisapnya, lihat gambar.2.4
v = tekanan uap air, pada temperatur 20˚ C = 0,233 m
f = Kehilangan tekanan akibat adanya gesekan pada pipa (friction losses)
15
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Contoh perhitungan:
p = 10 meter
s = - 1,5 meter
Kehilangan tekanan pada aksesori pipa = 3,8 meter
NPSHr = 4 meter (dari data karakteristik pompa)
Sedangkan NPSHa = 10 – 1,5 – 0,233 – 3,8 meter = 3,17 meter.
• Tegangan yang tidak stabil pada motor (V-Unbalance) akan menurunkan kinerja
dan usia motor 3 phasa dari umur teknis.
• Tegangan yang tidak stabil pada terminal stator motor menyebabkan phasa ketidak
stabilan arus (I-Unbalance)
• Ketidakstabilan arus mengakibatkan ketidak stabilan torsi, yang mengakibatkan
terjadinya getaran dan stres mesin, meningkatkan energy losses dan motor menjadi
lebih panas, yang pada ahirnya akan menyebabkan usia insulasi gulungan motor
menjadi pendek.
• Motor listrik akan menjadi lebih panas ketika beroperasi pada pasokan daya dengan
tegangan yang tidak stabil.
Untuk memperbaiki kondisi yang mungkin terjadi seperti disebutkan diatas perlu dievaluasi
daya listrik dari sumber daya yang digunakan/PLN seperti yang diuraikan lebih lanjut pada
butir 4.3.
Menurut syarat yang dikeluarkan oleh produsen motor listrik di Amerika (NEMA), yang sering
dipakai acuan dari pengalaman praktis, untuk mendapatkan kinerja motor yang optimal,
diperlukan kualitas dan kuantitas pasokan energi sebagai berikut:
16
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Selain itu, penggulungan ulang dari motor, juga akan jadi penyebab turunnya efisiensi
motor. Karena pada umumnya reparatur motor tidak pernah bisa melakukan penggulungan
ulang seperti disain aslinya, dan reparatur tidak pernah melakukan pengukuran efisiensi
motor akibat penggulungan ulang, maka disarankan dilakukan kajian sebelum dilakukan
penggulungan ulang, dan memperhitungkan kerugian energi bila tidak dilakukan
penggulungan ulang dibandingkan dengan keuntungan finansal akibat penggulungan
ulang.
Dari sudut biaya energi, untuk motor kapasitas kecil sebaiknya diganti dari pada digulung
ulang.
Jika posisi kWh meter listrik berada pada sisi primer, maka kerugian energi dalam trafo ini
akan ikut menjadi beban pelanggan, misalnya untuk pelanggan golongan tarif I2 keatas.
Sedang jika posisi kWh meter ini berada di sisi sekunder dari trafo, kehilangan energi pada
trafo tidak menjadi beban pelanggan.
Kehilangan energi pada trafo terutama terjadi pada kumparan primer dan sekundernya,
yang berubah jadi panas dan sebagian lagi ada energi yang diperlukan untuk menimbulkan
medan magnet pada kern trafo.
Secara umum dapat disimpulkan, bahwa efisiensi trafo daya ini akan mencapai titik
optimum, jika beban trafo berada sekitar 40-60 % dari beban nominalnya.
Jadi penurunan efisiensi pada trafo akan terjadi jika beban trafo jauh berada dibawah daya
nominal tafo. Hal ini sering terjadi jika kapasitas trafo terlalu tinggi, tidak sesuai dengan
kebutuhannya, yang disebabkan karena perencanaan yang tidak tepat.
17
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
mendeteksi semua peralatan yang diduga dapat menimbulkan panas berlebihan, termasuk
bila ada panas berlebihan pada instalasi panel starter motor pompa dan lain-lain.
Kerugian efisiensi, atau kerugian energi pada kabel dapat terjadi karena salah desain,
misalnya:
• Kesalahan penentuan jenis dan ukuran kabel yang tepat sesuai data kabel,
• Kesalahan penentuan kondisi temperatur lingkungan,
• Kesalahan pada cara instalasi kabel yang benar,
• Karena adanya perubahan pada kapasitas peralatan yang tidak diperhitungkan.
3 x Ia² x R x l x h x LF
Rugi energi kabel = ––––––––––––––––––––
n x 1000
Dimana:
Ia = arus listrik pada kabel
R = tahanan dalam Ohm pada saluran, diambil dari data kabel
L = panjang kabel
h = jam operasi kabel
LF = Load Factor
n = jumlah saluran litrik dalam kabel
Pada umumnya, kebocoran energi pada kabel relatif kecil, karena ukuran kabel sudah
diperhitungkan dengan beban optimal dari kabel serta faktor-faktor lingkungannya, yaitu
antara lain cara peletakan kabel, temperatur lingkungan. Pada pemasangan kabel, derating
faktor dari beban normal untuk tiap kondisi harus diperhitungkan agar tidak terjadi panas
berlebihan.
Persoalan akan timbul jika ada kenaikan beban dan perubahan kondiisi lingkungannya,
diluar persaratan instalasi kabel yang telah diperhitungkan.
18
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Berdasarkan posisi trafo terhadap posisi meteran pengukur pusat, pemakaian energi serta
alur energi, ada dua katagori:
• Katagori pertama, trafo daya berada dimuka meter pusat, Pada katagori ini kerugian
energi pada trafo tidak ikut terukur, Keadaan ini biasanya terdapat jika PDAM
mengambil energi listrik pada tegangan rendah (level 380 volt)
• Katagori kedua trafo daya berada dibelakang meter pusat. Pada katagori ini energi
diambil pada level tegangan menengah (20 kV). Kerugian energi dalam trafo pada
katagori ini menjadi tanggungan pelanggan. Untuk mengurangi rugi-rugi di trafo
daya ini, pelanggan harus berusaha agar faktor beban dari trafo daya selalu tinggi.
Jika sambungannya tidak sempurna, akan menjadi sumber kenaikan temperatur, yang
dapat berakibat voltage drop pada motor, yang dapat mengganggu kinerja motor, dan
lebih jauh lagi kemungkinan terjadinya kebakaran akibat panas yang berlebihan.
19
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
20
3
PROGRAM EFISIENSI
ENERGI DI PDAM
3.1 UMUM
Pada prinsipnya, kegiatan penghematan energi merupakan rangkaian tahapan kerja yang
bersifat kontinyu dan dinamis, yang terdiri dari langkah-langkah dengan tahapan kegaiatan
sebagai berikut:
• Lakukan audit energi
• Evaluasi peluang dan membuat rekomendasi peningkatan efisiensi energi
• Lakukan studi kelayakan keuangan, untuk rekomendasi biaya sedang dan biaya tinggi,
• Implementasi efisiensi energi
• Lakukan monitoring, dan kembali siklus audit
Untuk jelasnya langkah kegiatan penghematan energi dapat dilihat pada gambar 3.1.
21
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Audit energi merupakan salah satu kegiatan awal dalam rangka penerapan konservasi dan
pengelolaan energi didalam suatu sistem produksi, seperti halnya PDAM didalam
menyediakan pelayanan air minum.
Audit energi ditujukan untuk mengevaluasi berapa besar energi yang dikonsumsi serta
menghitung menentukan energi yang terbuang atau tidak dibutuhkan dan mengidentifikasi
langkah-langkah yang dapat diambil untuk memanfaatkan energi lebih efisien. Hasil
penemuan harus teranalisa, serta potensi dan besarnya pengurangan biaya energi harus
terdefinisi. Tujuan utama adalah mengurangi konsumsi daya dan biaya melalui perubahan
fisik atau operasional.
Secara umum, pelaksanaan audit energi dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis utama:
• Survei Energi (Walkthrough Audit)
• Audit Energi Awal (Preliminary Audit)
• Audit Energi Rinci (Detail Audit)
22
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Perbedaan utama dari ketiga jenis audit tersebut adalah pada objek dan lingkup pekerjaan,
siapa dan bagaimana mengerjakannya, persiapan yang diperlukan serta jadwal aktivitas
audit dan pelaporan serta rekomendasi yang diberikan.
Selain itu juga dilakukan peninjauan lapangan, tanpa melakukan pengukuran, untuk
mendapatkan gambaran besarnya obyek yang akan diaudit dan peluang konservasi energi.
Selain itu juga dilakukan peninjauan lapangan, tanpa melakukan pengukuran, untuk
mendapatkan gambaran besarnya obyek yang akan diaudit dan peluang konservasi energi.
Tingkat ini akan memberikan informasi penghematan dan biaya proyek yang lebih
mendetail dengan tingkat akurasi yang tinggi, dan layak sebagai dasar pengambilan
keputusan proyek-proyek bermodal besar.
23
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Jika SPAM di suatu PDAM belum pernah melaksanakan Audit Energi, maka disarankan untuk
menerapkan Survei Energi terlebih dahulu. Selain biaya yang murah, survei ini pada
dasarnya diperlukan untuk mengetahui secara kasar potensi penghematan energi di SPAM
yang diaudit.
Bagi PDAM yang telah melaksanakan Survei Energi atau Audit Energi awal sebelumnya maka
Audit Energi Rinci diperlukan untuk memeriksa kembali dengan teliti potensi penghematan
yang berhasil diidentifikasi.
Preparing Recommendations
Post Audit Activities
and Issuing a Report
24
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
25
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
26
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Peninjauan lapangan
Kondisi peralatan fasilitas dan instalasi penunjangnya
Peninjauan, Denah serta lingkungannya
Pengukuran
Pengukuran
Debit (flow rate)
Lapangan Tekanan (head)
Kelistrikan (daya, faktor daya, volt dan ampere, frekuensi)
Efisiensi pompa
Efisiensi pompa total (ηt)
Efisiensi pompa individual (ηp)
Perhitungan
Efisiensi motor penggerak pompa
Pemakaian Energi Spesifik (SE )
Kerugian Energi di kabel atau peralatan lainnya.
27
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
3.4.4 PERSIAPAN
Pada tahap persiapan perlu dilakukan beberapa kegiatan yang akan menunjang
keberhasilan audit energi, yaitu :
• Menentukan sasaran dan lingkup audit
• Menyiapkan rencana kegiatan dan jadwal kegiatan, kebutuhan personal, peralatan
dan biaya
• Menyiapkan personial, peralatan dan formulir yang diperlukan untuk mencatat hasil
pengukuran dan menganalisa hasil pengukuran
a. Data Produksi Air, Biaya Pengolahan Air, Pemakaian dan Biaya Konsumsi Listrik
• Data hasil produksi air bulanan selama dua tahun terakhir
• Data pemakaian dan biaya listrik bulanan baik listrik PLN maupun daya listrik dari
genset cadangan sesuai dengan kurun waktu diatas
Contoh tabel yang dapat digunakan untuk mencatat data produksi dan konsumsi listrik
dapat dilihat pada Lampiran B.1, sedangkan contoh tabel penggunaan energi genset
bulanan dapat dilihat pada Lampiran B.2.
28
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Data spesifikasi teknis pompa dan motor yang diperlukan adalah data yang tertera pada
name plate pompa dan motor pompa, terlihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Data Spesifikasi Teknis Pompa dan Motor Pompa yang Diperlukan
Pengukuran yang perlu dilakukan untuk dapat menganalisa dan menghitung efisiensi
pompa dan motor penggeraknya adalah sebagai berikut:
29
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
• Pada pompa: debit air (l/dt atau m³/min) dan head total (selisih tekanan disisi
discharge dan disisi suction). yang dikonversikan ke meter.
• Kelistrikan pada motor penggeraknya mencakup daya input ke motor dalam daya
listrik (kW), voltase (volts), arus (ampere), faktor daya (cos φ.), frekuensi (Hz).
Pada perhitungan efisiesi pompa sendiri (individual pump efficiency) juga diperlukan data
efisiensi dari motor penggeraknya.
Hasil Pengukuran
Data pompa Data motor
• Daya Pompa :
- P (kW)
• Kapasitas/discharge pompa
- S (kVA)
- Q (kVAr)
• Voltage
• Tekanan/head pompa pada pipa Suction - Vp
- V(unb) %
• Tekanan/head pompa pada pipa
• Arus (Ampere)
discharge
• Lifting head pada pompa sumur • Cos φ
• Rotasi/Speed (RPM)
• Temperatur (0C)
a. Pengukuran Debit
Pengukuran debit dapat dilakukan dengan beberapa
cara, tergantung dari kondisi perpipaan dan
keberadaan peralatan ukur. Misalnya penggunaan alat
debit dengan meter terpasang, ataupun data dari
Scada dapat dipakai dengan memperhatikan
pengoperasian pompa (operasi paralel atau sendiri).
Alat ini dapat mengukur debit air dalam berbagai besaran, misalnya l/dt maupun m³/h, serta
kecepatan aliran air dalam pipa. Alat ini dapat mengukur aliran cairan untuk berbagai ukuran
pipa dari jenis bahan seperti bahan plastik, besi cor maupun logam lainnya, yang biasa
dipakai untuk mengalirkan air.
30
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
b. Pengukuran Head/Tekanan
Alat yang digunakan untuk mengukur besarnya head
adalah manometer. Alat ini dipakai untuk mengukur
tekanan air. Besaran yang ditunjukkan biasanya dalam
bar atau kg/cm² yang dapat dikonversikan ke meter. 1
bar = 1 kg/cm² = 10 m.
Rumus umum dari perhitungan Total head untuk perhitungan efisiesi pompa adalah:
Ht = hd -hs
Dimana:
hd = total discharge head
hsd = discharge static head
hpd = discharge surface pressure head
hfd = discharge friction head
hs = total suction head
hss = suction static head
hps = suction surface pressure head
hfs = suction friction head
Semua tekanan dihitung dengan nilai over pressure bukan tekanan absolut.
Pada sisi discharge, manometer berada dekat dengan outlet pompa dan hpd = nilai
yang ditunjukkan manometer dikonversikan ke meter, dan hfd nilainya kecil, sedang di
sisi isap (suction) nilai hps = 0 dan nilai hfs juga kecil (pipa pendek, diameter besar),
maka hd = nilai penunjukkan manometer dan hs = hss maka perhitungan total head
sepert tertera pada diagram gambar 3.6. di bawah ini.
31
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
hd
hs Htot = hd – hs
Htot = hd + hs
hs
Demikian juga dengan total head dari sumur dalam (gambar 3.8.), rugi-rugi (losses) dari
pipa dan aksesorinya dianggap kecil dibanding dengan panjang pipa sumur, sehingga
nilainya diabaikan.
32
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Htot= Hli + hd
Hli
Dimana:
Hli= Lifting head = jarak
vertikal diukur dari
permukaan air sumur
waktu pompa sedang
Pompa sumur submersible
berjalan sampai dengan
posisi discharge
manometer di pipa
discharge.
Gambar 3.8. Htot pada sumur dalam
c. Pengukuran Tegangan, Arus, Daya, Faktor Daya dan Konsumsi Energi Listrik
Dalam ilmu kelistrikan, daya yang diserap oleh motor ada tiga jenis, yaitu daya aktif
(kW), daya apparent atau daya nyata (kVA ) dan daya reaktif (kVAr).
33
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Gambar 3.10. Peralatan pengukuran lain yang digunakan untuk Audit Energi.
(a) Thermal Imager, (b) Digital Stroboscope dan (c) Pengukur Kedalaman Air Sumur.
Semua data hasil pengukuran lapangan untuk analisa dicatat dalam lampiran B.4. atau
lampiran B.5. (khusus untuk pompa sumur dalam).
Disamping pengukuran debit dan head pompa serta pengukuran kelistrikan pada motor
penggeraknya, diperlukan pendataan hasil peninjuan secara visual dan pengukuran dari
kondisi fisik pompa dan motor pompa, panel listrik, perkabelan, perpipaan dan alat ukur
yang terpasang pada sistem perpompaan, seperti terlihat pada tabel 3.5.
• Kondisi fisik pompa pompa diperlukan, antara lain untuk melihat kemungkinan
adanya kebocoran pada pompa.
• Jika diperkirakan adanya proses kavitasi disisi suction, maka data desain perpipaan
sangat diperlukan.
• Sedang data kabel yang lengkap diperlukan jika dicurigai adanya voltage drop
diujung kabel melebihi 5 % dari voltase diawal kabel, atau jika dirasakan adanya
panas berlebihan pada kabel.
• Demikian juga dengan kondisi panel. Thermal imager, akan sangat membantu untuk
menala adanya panas berlebihan. Misalnya pada panel listrik akan segera dapat
dideteksi komponen listrik panel yang tidak berfungsi dengan baik, sehingga dapat
segera diambil tindakan yang tepat.
• Kondisi alat ukur terpasang, antara lain manometer dan meter air, untuk melihat
apakah alat-alat tersebut berfungsi dengan baik.
34
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Data spesifik
Kondisi Fisik
Alat Ukur
Pompa dan Motor Panel listrik Perkabelan Perpipaan
Terpasang
Pompa
Kondisi Fisik Pompa, Kondisi Panel & Kondisi insulasi Kondisi instalasi, Kondisi manometer
kemungkinan komponennya kabel, temperatur jenis, diameter pipa di sisi suction dan
adanya kebocoran kabel discharge
Kondisi Fisik motor Sambungan antar Dimensi, misal Kondisi acessories Meteran pada
Pompa komponen listrik PVC kabel 3x35 pipa, belokan, valve panel starter motor
mm² pompa
Kondisi alat ukur, Nominal load dan panjang pipa Kondisi VSD dan
Volt, Amper, kW, pada temperatur di sisi suction / peralatannya, jika
cos φ, HC normal keluaran ada
Sign lamp Tahanan
Ohm/meter
Temperatur dalam Panjang kabel
panel
SEC digunakan sebagai indikator dari pompa dalam penilaian konsumsi energinya.
Untuk menghitung konsumsi energi dan efisiensi energi, dapat digunakan tabel seperti yang
terlihat pada lampiran B.6.
35
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
36
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
• Pada saat dilakukan pengukuran, semua valve harus terbuka penuh, tidak terjadi
throttling
• Pemasangan ultrasonic flow meter untuk pengukuran debit harus sedemikian rupa,
mengikuti persyaratan dari pabriknya. Misalnya cara penempatan kedua sensor
harus pada bagian pipa yang lurus, tidak berdekatan dengan belokan pipa, valve
maupun asesori pipa lainnya. Selain itu penempatan sensor juga tergantung dari
besaran diameter pipa. Untuk melakukan pengukuran debit dengan ulltra sonic flow
meter ini, sebaiknya dipelajari buku petunjuknya secara seksama, karena setiap tipe
dan merek tertentu, mempunyai cara-cara tersendiri dalam melakukan input data
yang diperlukan. Kesalahan input data ini akan menjadikan hasil ukur yang tidak
akurat.
37
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
38
4
SUMBER DAYA, BIAYA
ENERGI LISTRIK DAN
PENGHEMATAN BIAYA
39
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Yang dimaksud dengan Faktor Daya = cos φ adalah perbandingan antara nilai Daya Aktif (P)
dengan Daya Nyata (S). Jadi cos φ = P/S
Dalam prakteknya, salah satu cara untuk melakukan penurunan Daya Reaktif adalah dengan
memasang kapasitor. Daya kapasitor ini akan menentang daya reaktif.
Dalam kaitan dengan faktor daya ini, PLN telah memberikan batasan maksimum nilai faktor
daya cos φ adalah 0,85. Jika Faktor Daya lebih kecil dari 0,85, maka pelanggan akan terkena
denda. Untuk menghindarinya, disarankan untuk memasang instalasi kapasitor daya pada
sistem kelistrikannya.
• Tiga Phasa:
- P = 1,73 x Up x I x cos φ
- Q = 1,73 x Up x I X sin φ
- S = 1,73 x Up x I
- cos φ = P/S
- Tg φ = Q/S
40
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
• Dimana:
- U = Voltase (volt)
- Up = Voltase antar phasa (volt)
- P = Daya Efektif/aktif (kW)
- S = Daya Nyata (kVA)
- Q = Daya Reaktif (kVar)
- φ = Sudut (derajat)
- cos φ = Faktor Daya (dalam desimal)
Tarif listrik PLN yang diberlakukan PLN kepada PDAM adalah tarif golongan industri,
sedangkan mayoritas pelanggan PDAM membayar tarif air minum golongan rumah tangga.
Kondisi ini menimbulkan beban keuangan bagi PDAM.
Kebijakan PLN lain yang menambah beban keuangan PDAM, adalah Sejak tahun 2005 PLN
memberlakukan tarif disinsentif bagi pemakaian listrik pada waktu beban puncak, dimana
waktu beban puncak PLN adalah bersamaan dengan waktu puncak pemakaian air minum
oleh pelanggan PDAM (pukul 18.00 - 22.00), sehingga biaya listrik yang ditanggung PDAM
meningkat 35%. Biaya listrik yang tinggi menjadi beban sangat berat yang melemahkan
kinerja keuangan PDAM.
Tarif PLN untuk PDAM adalah tarif untuk golongan industri dan pada umumnya termasuk
pada golongan I-2/TR atau golongan I-3/TM. Pada golongan tarif ini, PDAM dikenakan 2 jenis
biaya yaitu Biaya Beban dan Biaya Pemakaian. Tabel 4.1. memperlihatkan Tenaga Listrik dari
PLN golongan industri yang berlaku sejak 1 Oktober 2013.
41
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Tabel 4.1. Tarif Tenaga Listrik Untuk Industri (berlaku mulai 1 October 2013)
REGULER
GOL
No. BATAS DAYA BIAYA BEBAN BIAYA PEMAKAIAN (Rp/kWh)
TARIF
(Rp/kVA/bulan) DAN BIAYA kVARh (Rp/kVARh)
Blok I : 0 sd. 30 kWh :
1. I-1/TR 450 VA 26.000
Blok II : di atas 30 kWh :
Blok I : 0 sd. 72 kWh :
2. I-1/TR 900 VA 31.500
Blok II : di atas 72 kWh :
3.500 VA sd.
5. I-1/TR *). 1.112
14 kVA
Blok WBP : K x 972
Di atas 14 kVA
6. I-2/TR **). Blok LWBP : 972
sd. 200 kVA
kVARh : 1.057
Blok WBP : K x 803
7. I-3/TM Di atas 200 kVA **). Blok LWBP : 803
kVARh : 864
30.000 kVA Blok WBP dan LWBP = 723
8. I-4/TT ***).
ke atas kVARh : 723
Catatan:
*). Diterapkan Rekening Minimum (RM)
RM1 = 40 (jam nyala) x Daya tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian
**). Diterapkan Rekening Minimum (RM)
RM2 = 40 (jam nyala) x Daya tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian LWBP
***). Diterapkan Rekening Minimum (RM)
RM3 = 40 (jam nyala) x Daya tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian WBP dan LWBP
Jam Nyala: kWh per bulan dibagi dengan kVA tersambung
****). Biaya kelebihan pemakaian Daya Reaktif (kVARh) dikenakan dalam hal faktor Daya rata-rata setiap bulan
kurang dari 0,85 (delapan puluh lima per seratus).
K: faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan karakteristik beban sistem kelistrikan
setempat (1,4 < K < 2) ditetapkan oleh Direksi Perusahaan Perseroan (Persero)
PT Perusahaan Listrik Negara.
WBP: Waktu Beban Puncak
LWBP: Luar Waktu Beban Puncak
42
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
• Biaya Pemakaian Minimum, yaitu bila pemakaian kurang dari 40 jam, maka
perhitungan rekening minimum adalah 40 (jam nyala) x daya tersambung (kVA) x
biaya pemakaian WBP dan LWBP.
• Pajak Penerangan Jalan, yaitu Pajak Daerah yang nilainya sekitar 3% dari jumlah
Biaya Pemakaian Tenaga Listrik.
• Biaya Pemakaian/Sewa Trafo, hanya dikenakan untuk konsumen tertentu dan atas
dasar kesepakatan kedua belah pihak.
• Meterai
Dari komponen rekening listrik tersebut, maka komponen yang perlu diperhatikan adalah:
• Biaya beban daya terpasang/tersambung
• Beban pemakaian, meminimalkan pemakaian listrik pada Waktu Beban Puncak
(WBP)
• Denda, memaksimalkan nilai cos φ dengan memperkecil daya reaktif
43
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Nilai minimum yang ditetapkan PLN untuk tidak kena beban reaktif adalah: 0,85.
Atas dasar analisis tersebut, maka sistem terkena denda untuk beban energi Reaktif.
Supaya tidak terkena denda, maka harus dilakukan usaha meningkatkan cos φ
minimum = 0,85 sesuai dengan persyaratan PLN
44
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
• Biaya Pemakaian
Dari biaya pemakaian ini bisa dianalisa pemakaian daya adalah 193.993 kWh, yang
terdiri dari pemakaian daya pada saat:
Makin besar pemakaian energi pada saat WBP, maka nilai rekening yang diterima
PDAM akan makin besar.
• Biaya Beban
Sesuai dengan daya terpasang/tersambung sebesar 555 kVA, maka biaya yang
dibebankan pada rekening PLN sebesar 555 kVA dikalikan dengan tarif berdasarkan
golongan atau batas beban tersebut.
Sebenarnya Daya terpakai selalu berubah-ubah sesuai dengan pemakaian pada saat
tersebut, dan Daya terpakai bisa mendekati nol, yaitu pada saat sistem berhenti
total. Perolehan nilai Daya Terpakai hanya dapat diketahui pada saat pengukuran.
Artinya saat dilakukan pengukuran, ternyata penggunaan Daya Nyata adalah (277,5
+ 217,277) = 494,777 kVA. Nilai tersebut lebih kecil dari daya terpasang (555 kVA).
Jika Daya Nyata lebih besar dari Daya Terpasang, maka akan terjadi “tripping”, yaitu
terputusnya aliran air secara tidak sengaja.
45
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
46
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Contoh pengaruh biaya dengan pengaturan pemakaian listrik adalah dapat dilihat pada
tabel 4.3. dan tabel 4.4. berikut ini:
Tabel 4.3. memperlihatkan spesifikasi dari dua pompa terpasang yang beroperasi secara
bergantian.
Tabel 4.3. Spesifikasi Pompa Terpasang
Pada tarif golongan Industri maupun golongan Bisnis, tarif listrik pada waktu beban puncak
(WBP) adalah antara 1.4 – 2 kali tarif luar waktu beban puncak (LWBP).
47
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Pada tabel 4.4. terlihat bila pompa beroperasi bergantian dan masing-masing pompa
beroperasi 20 jam/hari pada saat LWBP dan 4 jam pada saat WBP, maka pompa P1 yang
beroperasi saat LWBP selama 20 jam adalah Rp 12,9 juta/hari dengan volume air
dipompakan 16.060 m3, dan saat operasi pada jam WBP selama 4 jam adalah Rp 1,6 juta/hari
dengan volume air di pompakan 3.212 m3.
Sedangkan pompa P2 yang beroperasi saat LWBP selama 20 jam adalah Rp 12,3 juta/hari
dengan volume air dipompakan 15.340 m3, dan saat operasi pada jam WBP selama 4 jam
adalah Rp 1,6 juta/hari dngan volume air di pompakan 3.068 m3.
Melihat biaya energi pada saat WBP, maka perlu dipertimbangkan pergeseran waktu
operasional pompa. Bilamana untuk tarif golongan I-3 /TM tarif LWBP = Rp 803/kWh dan
dengan asumsi k – 1,5, maka tarif WBP = Rp 1.205/kWh.
Bila operasional pompa pada saat beban puncak dihentikan, akan menghemat biaya listrik
pada saat WBP sebesar 30 x Rp 1,6 juta = Rp 48 juta/ bulan. Bila operasional pada saat WBP
dihentikan, berarti akan ada kekurangan air yang dipompa sekitar 3.068 – 3.212 m³/hari.
Untuk ini perlu pengaturan operasional pompa secara paralel, selama 4 jam disaat jam
LWBP. Dengan demikian akan ada sedikit tambahan kWH saat LWBP dan biayanya sebesar
Rp 1,1 juta/hari, tetapi akan ada penghematan biaya pada saat WBP sebesar Rp 1,6 juta/hari,
atau Rp 48 juta/bulan (30 x Rp 1,6 juta).
48
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Sebagai contoh untuk menghitung kebutuhan daya kapasitif, supaya faktor daya dari cos φ1
= 0,6 menjadi cos φ2 = 0,85. dengan P = 193.992 kWh.
Qkap = P x ( tg φ1 – tg φ2 )
= P (1,333 – 0,620)
= 193.922 x 0,713
= 138.266 kVAr
Secara teknis perbandingan keuntungan dan kelemahan dari tiap alternatif pemasangan
kapasitor dapat dilihat pada tabel 4.5.
49
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Tabel 4.5. Keuntungan dan Kelemahan Penempatan Lokasi Intalasi Kapasitor Daya
Penempatan
Keuntungan Kelemahan
Kapasitor
• Biaya instalasi dan material per kVAr Biaya total akan lebih mahal, jika
jadi lebih murah instalasi bekerja secara otomatis
Di Panel induk • Bekerja lebih akurat untuk mengikuti kebutuhan
kompensasi kVAr secara keseluruhan,
dengan automatic switching
Q2/Q1 = n2/n1
H2/H1 = (n2/n1)²
P2/P1 = (n2/n1)³
Sehingga jika n (putaran impeller) nilainya diturunkan 10%, maka flow rate (debit) Q akan
turun 10%, H turun 19% dan P turun 27%.
Pada pompa sentrifugal prinsip mengubah-ubah putaran impeller dipakai untuk mengatur
debit dan head. Pengaturan putaran dapat digunakan cara mekanis maupun elektronis. Cara
elektronis lebih banyak dipakai karena kemudahan dalam cara pengaturan putaran yang
kontinyu dan dapat di atur secara otomatis terhadap fluktuasi head. Jadi head dapat dibuat
konstant dan debit yang berubah. Pengaturan ini dilakukan dengan menggunakan variable
speed drive (VSD) pada sistem perpompaan. Pemasangan pada pompa ini sangat disarankan,
terutama pompa berkapasitas besar, dengan variasi beban debit yang cukup tinggi, sehinga
regulasi dengan cara throttling maupun by-pass valve dapat dihindari. Karena operasi pompa
50
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
dapat diatur secara otomatis, jadi cara manual operasi paralel pompa juga tidak diperlukan
lagi.
a. Mempunyai sistem starting yang halus dan arus start lebih kecil dari arus
nominal motor dibanding dengan sistem star delta starter atau sistem direct on
line (DOL).
b. Akselerasi dapat dikontrol dan di monitor secara digital.
c. Kecepatan putaran dapat diset kapan saja atau diset untuk dikendalikan oleh
pressure digital melalui program logic control sehingga pengoperasian berlaku
secara otomatis.
d. Hemat energi, karena energi yang diperoleh dari konsumsi listrik seperlunya
(hemat energi hingga 30 %).
e. Dapat memperpanjang umur pengoperasian pompa.
Jadi secara umum dapat disimpulkan, bahwa penggunaan VSD ini merupakan usaha untuk
menyesuaikan kinerja pompa dengan beban dengan pemakaian energi yang optimal.
Kinerja VSD akan lebih baik lagi jika fluktuasi beban pompa makin besar, sehingga
penggunaan throttling dan by-pass valve yang membuang banyak energi, dapat dihindari.
Selanjutnya perlu diperhatikan kondisi motor pompa yang akan digunakan harus
mempunyai insulasi yang baik dan dari jenis kelas B.
Tabel 4.6. Rekomendai Tindakan pada Penurunan Efisiensi Total Pompa (ηt)
Khusus untuk pompa sumur (submersible pump), data nilai efisiensinya dikurangi 10%,
jadi penggantian pompa direkomendasikan jika ηt ≤ 40 %.
Tergantung kondisi yang ada, pergantian pompa sebaiknya dilakukan dengan pompa
sejenis dengan Q dan H yang sama, agar sistem perpipaan yang ada masih dapat
digunakan.
51
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
S = Pi x t x ( 1 - ηa / ηo )
Dimana:
S = Penghematan dalam kWh
t = Jumlah jam operasi misalnya per bulan atau per tahun
ηa = Efisiensi pompa lama
ηo = Efisiensi pompa baru
52
5
PEMBIAYAAN
PROGRAM EFISIENSI
ENERGI DI PDAM
5.1 UMUM
Walaupun program peningkatan efisiensi energi sangat membantu manajemen PDAM
untuk meningkatkan kinerja keuangan PDAM, namun pada kenyataanya program ini tidak
dapat dilaksanakan oleh PDAM, antara lain karena manajemen PDAM belum meyakini
pentingnya dan keuntungan dari pelaksanaan efisiensi energi, serta belum memahami cara
dan tahapan melaksanakan program peningkatan efisiensi energi.
Faktor lain yag sangat mempengaruhi tidak dilaksanakannya program efisiensi adalah
keterbatasan dana pada sebagian besar PDAM untuk melaksanakan program efisiensi
energi, serta tidak mengetahui alternatif sumber pendanaan yang dapat digunakan untuk
pelaksanaan efisiensi energi termasuk kelebihan dan kelemahan dari masing-masing
alternatif sumber pendanaan.
53
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Tabel 5.1. memperlihatkan alternatif sumber pendanaan dan kelebihan dan kelemahan serta
pemanfaatan sumber dana secara umum.
Jenis Sumber
Kelemahan Kelebihan Pemanfaatan Dana
Pendanaan Pendanaan
54
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Jenis Sumber
Kelemahan Kelebihan Pemanfaatan Dana
Pendanaan Pendanaan
55
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Tabel 5.2. menunjukan tabel alternatif sumber dana untuk pembiayaan tahap audit efisiensi
energi dan tabel 5.3. alternatif sumber dana untuk pembiayaan implementasi efisiensi
energi.
Tabel 5.2. Alternatif Sumber Dana Untuk Audit Energi
Catatan:
*** : prioritas pertama
** : prioritas kedua
* : prioritas ketiga
Catatan:
*** : prioritas pertama
** : prioritas kedua
* : prioritas ketiga
56
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Bagi Pemerintah Daerah atau PDAM yang tertarik untuk melakukan audit energi,
Direktorat Jendral Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) -
Kementerian ESDM melalui Program Kemitraan Konservasi Energi memberikan fasilitas
audit energi secara cuma-cuma.
Permintaan
Dirjen EBTKE dengan alamat:
Formulir Kosong
Gedung Direktorat Jenderal EBTKE
Pemerintah Daerah Jl. Pegangsaan Timur No. 1A, Menteng
Jakarta 10320
Pengiriman Telp. (021) 319 24572 (ext. 824)
PengisianFormulir Formulir Kosong Fax. (021) 319 24594
Tanda Tangan di atas materai
Pengajuan Aplikasi
Fomulir Audit Energi
Bermaterai
57
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Beberapa lembaga keuangan yang menyediakan dana untuk program efisiensi energi,
antara lain: Pusat Investasi Pemerintah (PIP), PT. Sarana Multi Infrastruktur, International
Finance Corporation (IFC), Asian Green Capital, Industrial Decisions Inc. (IDI) dan IFU.
Sedangkan beberapa bank Domestik dan Asing yang tertarik untuk memberikan
pendanaan pada program efisiensi energi diantaranya adalah: BNI, Bank Mandiri, BRI,
BCA, Permata Bank, BRI Syariah, Bank Muamalat, Bank Exim, ADB, World Bank, Bank
MUFJ.
58
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Gambar 5.1. Model umum pendanaan program energi efisiensi dengan ESCO
59
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
60
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Negara Donor yang memberikan pendanaan pada program efisiensi energi di Indonesia
diantaranya adalah: USAID (USA), AusAID (Australia), AFD (Perancis), JICA (Jepang), EEP
(Finlandia), DANIDA (Denmark).
• Pemerintah Pusat
• Pemerintah Daerah
• Negara Donor
• CSR
Secara khusus persyaratan penerima hibah program efisiensi energi tergantung dari sumber
pemberi hibah tersebut. Persyaratan Pemerintah Pusat mungkin berbeda dengan
persyaratan dari Pemerintah Daerah, demikian juga persyaratan dari satu Pemerintah
Daerah akan berbeda dengan persyaratan Pemerintah Derah Lainnya.
Tidak berbeda halnya persyaratan dari sutau negara Donor atau CSR akan berbeda dengan
negara Donor atau CSR lainnya.
Sedangkan persyaratan umum yang diperlukan untuk mendapatkan dana hibah dari
Pemerintah, Donor/CSR adalah:
• Adanya permintaaan bantuan program dari Pemerintah Daerah dan atau dari
manajemen PDAM ke Pemerintah Pusat/Donor/CSR untuk program penurunan
efisiensi energi, atau permintaan dari manajemen PDAM ke Pemerintah Daerah
• Adanya komitment manajemen PDAM secara tertulis untuk melaksanakan
efisiensi energi hasil audit energi
• Untuk penggunaan sumber dana untuk audit efisiensi energi, diperlukan
beberapa pertimbangan / persyaratan teknis sebagai berikut:
61
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
• Adanya permintaaan bantuan program dari Pemerintah Daerah dan atau dari
manajemen PDAM ke Pemerintah Pusat/Donor/CSR untuk program
implementasi penurunan efisiensi energi, atau permintaan dari manajemen
PDAM ke Pemerintah Daerah
• Adanya komitment manajemen PDAM secara tertulis untuk dan melakukan
pemeliharaan sistem pemompaan sesuai kaidah teknis
62
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
6
LAMPIRAN
B. Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air
Pada tahun 2011, Presiden mengeluarkan Instruksi Presiden nomor 13 tahun 2011
tentang Penghematan Energi dan Air, yang mengamanatkan lembaga Pemerintah
untuk melakukan langkah-langkah dan inovasi penghematan energi dan air, dan
membentuk Tim Gugus Tugas Penghematan Energi dan Air untuk mengawasi
pelaksanaan penghematan energi tersebut.
63
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
Pemakaian Tenaga Listrik yang secara rinci memberi arahan bagaimana cara
melaksanakan penghematan energi yang dimaksud.
Merujuk pada lingkup penghematan energi yang tertuang dalam peraturan tersebut di
atas, buku pedoman ini diarahkan untuk memberikan panduan dengan ruang lingkup
sebagai berikut:
a. Penghematan Energi, yaitu energi listrik dan Bahan Bakar Minyak (BBM)
b. Penghematan dengan objek sistem tata udara, tata cahaya, dan peralatan
elektronik pendukung, serta
c. Program sosialisasi penghematan energi di gedung pemerintahan
64
B. TABEL-TABEL UNTUK PELAKSANAAN AUDIT ENERGI
B. TABEL-T ABEL U NTU K PELA KSANA AN AU DIT ENE RGI
LAMPIRAN B.1.
CONTOH TABEL PENGGUNAAN ENERGI PLN DAN PRODUKSI AIR
TAHUN 201….
65
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
66
LAMPIRAN B.2.
CONTOH TABEL PENGGUNAAN ENERGI GENSET
TAHUN 201….
Pemakaian Genset
No Bulan Energi Biaya Total Biaya Keterangan
(kWh) (Rp/kWh) (Rp.)
1 Januari
2 Februari
3 Mart
4 April
5 Mei
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
6 Juni
7 Juli
8 Agustus
9 September
10 October
11 November
12 Desember
TOTAL
LAMPIRAN B.3.
CONTOH TABEL DATA SEKUNDER POMPA DAN MOTOR
PDAM ………..……
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11
12.
Catatan Pengisian:
* Fungsi Pompa : Pompa air baku atau pompa back wash atau pompa distribusi, dll.
* Jenis Pompa : Pompa centrifugal atau pompa submersible, dll.
* Merek Pompa : Nama pabrik pembuat pompa
* Tipe Pompa : Tipe pompa yang digunakan
67
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
68
LAMPIRAN B.4.
CONTOH TABEL DATA HASIL PENDATAAN DAN PENGUKURAN POMPA DAN
MOTOR POMPA
PDAM ………..……
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11
12.
Catatan Pengisian:
* Fungsi Pompa : Pompa air baku atau pompa back wash atau pompa distribusi, dll.
* Jenis Pompa : Pompa centrifugal atau pompa submersible, dll.
* Merek Pompa : Nama pabrik pembuat pompa
* Tipe Pompa : Tipe pompa yang digunakan
LAMPIRAN B.5.
CONTOH TABEL DATA HASIL PENDATAAN DAN PENGUKURAN POMPA
SUMUR BOR
PDAM ………..……
69
PEDOMAN PELAKSANAAN EFISIENSI ENERGI DI PDAM
70
LAMPIRAN B.6.
CONTOH TABEL PERHITUNGAN EFISIENSI POMPA
PDAM ………..……
6.
7.
8.
9.
10.
11
12.
Catatan Pengisian:
* Fungsi Pompa : Pompa air baku atau pompa back wash atau pompa distribusi, dll.
* Jenis Pompa : Pompa centrifugal atau pompa submersible, dll.
* Merek Pompa : Nama pabrik pembuat pompa
* Tipe Pompa : Tipe pompa yang digunakan
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM (DITPAM)
Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru, Jakarta 12110
Tel. +62-21-72796158
USAID - INDONESIA URBAN WATER, SANITATION USAID - INDONESIA CLEAN ENERGY DEVELOPMENT (ICED)
AND HYGIENE (IUWASH) Gedung Tifa, Lantai 5
Mayapada Tower Lantai 10, Suite 01 Jl. Kuningan Barat 26 Jakarta Selatan 12760
Jl. Jend. Sudirman Kav. 28Jakarta 12920 Tel. +622152964445
Tel. +62-21 522 - 0540 Fax. +622152964446
Fax. +62-21 522 – 0539