Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG UGD

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN

Trifianingsih,D; Santos, B.R: Brikitabela


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin

Email: dya3vee@yahoo.com

Intisari

Latar belakang: Perawat UGD dituntut untuk mampu bekerjasama dengan tim kesehatan lain serta
dapat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga pasien yang berkaitan dengan kondisi
kegawatdaruratan. Tuntutan-tuntutan dalam lingkungan kegawatdaruratan membuat perawat UGD
beresiko terhadap terjadinya stres. Stres yang dialami perawat akibat lingkungan yang dihadapinya
akan mempengaruhi kinerja dan kepuasan kerjanya. Stres yang dihadapi perawat akan sangat
mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien sehingga tingkat
kepuasan pasien tidak dapat tercapai.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dengan kinerja perawat di ruang
Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin Tahun 2017.

Metode: Jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan korelasional, desain penelitian analitik,
pendekatan cross sectional dan populasi penelitian adalah perawat pelaksana di Unit Gawat Darurat
dengan pengambilan sampel data menggunakan teknik purposive sampling jumlah sampel sebanyak 31
perawat. Alat ukur penelitian menggunakan kuesioner dengan menggunakan analisa data univariat
menggunakan distribusi frekuensi dan analisa data bivariat menggunakan spearman rho.

Hasil: Stres kerja pada perawat pelaksana mayoritas kategori stress ringan yaitu 20 responden
(64,51%) dan kinerja perawat mayoritas kategori baik yaitu 20 responden (64,51%) dan melalui uji
spearman rho didapatkan signifikan 0,001. Terdapat hubungan yang signifikan antara Stres kerja
dengan kinerja perawat Di Ruang Unit Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin. Diharapkan untuk
meningkatkan kinerja, harus ada dukungan dari managemen Rumah Sakit dengan mengelola
manajemen stres kerja dengan baik sehingga dapat meningkatkan kinerja perawat.

Kata Kunci: Stres kerja; Kinerja perawat


Referensi: 19 (2002-2016)
PENDAHULUAN konsentrasi, apatis, kelelahan, kecelakaan kerja
Stres kerja merupakan reaksi yang merugikan sehingga pemberian asuhan keperawatan tidak
terhadap tekanan yang berlebihan atau tuntutan di maksimal yang dapat mengakibatkan rendahnya
tempat kerja dan lingkungan kerjanya. Pekerjaan produktivitas organisasi. Dampak lain dari stres
yang berhubungan dengan rumah sakit atau kerja adalah sakit kepala, kemarahan, turunnya
kesehatan memiliki kecenderungan tinggi untuk fungsi otak, koping yang tidak efektif, dan
terkena stres kerja atau depresi pada perawat gangguan hubungan terhadap rekan kerja (Aiska,
sehingga mengakibatkan pelayanan menjadi 2014).
terganggu (Aiska, 2014). Stres kerja yang
berkepanjangan akan mengganggu efektivitas Danang (2012) menyatakan bahwa stres yang
kerja, menyebabkan peningkatan waktu sakit dan dialami perawat akibat lingkungan yang
omset pekerjaan yang lebih tinggi. Salah satu dihadapinya akan mempengaruhi kinerja dan
profesi yang rentan mengalami stres kerja dalam kepuasan kerjanya. Kinerja perawat merupakan
Departemen Emergensi adalah perawat Unit bagian integral yang tidak dapat dipisahkan
Gawat Darurat (UGD) (Aoki, 2010). karena stres yang dihadapi perawat akan sangat
mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan
Unit gawat darurat adalah salah satu unit di yang diberikan kepada pasien sehingga tingkat
rumah sakit yang merupakan tempat pertama kali kepuasan pasien tidak dapat tercapai (Pratama,
dikunjungi seorang pasien ketika dia ingin 2014).
mendapatkan pertolongan pertama. Di unit gawat
darurat setiap saat terdapat kasus dengan berbagai Mrayyan & Al-Faouri (2008) menyatakan kinerja
tingkat kegawatan yang harus segera mendapat perawat adalah melakukan pekerjaan sebaik
pelayanan. Perawat sebagai tenaga kesehatan mungkin sesuai dengan standar yang telah ada.
yang selalu kontak pertama kali dengan pasien Apabila kinerja perawat tidak sesuai yang
harus selalu cepat, tepat, dan cermat untuk diharapkan, tingkat absensi serta ketidakhadiran
mencegah kematian dan kecacatan (Kurnia, perawat akan berdampak pada penurunan kinerja
2012). perawat. Kinerja yang menurun salah satunya
dapat disebabkan oleh stres yang dialami perawat
Peran perawat sangat penting karena sebagai (Widodo, 2016). Menurut Gibson, 1997, ada 3
ujung tombak di Unit Gawat Darurat (UGD) dan faktor yang berpengaruh terhadap kinerja yaitu
rawat inap, perawat Unit gawat darurat (UGD) faktor individu (kemampuan dan keterampilan,
bekerja di suatu daerah staf dan dilengkapi untuk latar belakang, demografis), faktor psikologis
penerimaan dan perawatan orang dengan kondisi (persepsi, siap, kepribadian, belajar, motivasi),
yang membutuhkan perawatan medis segera, dan faktor organisasi (sumber daya,
termasuk penyakit serius dan trauma. Perawat kepemimpinan) (Nursalam, 2013).
juga dituntut untuk mampu bekerjasama dengan
tim kesehatan lain serta dapat berkomunikasi Hasil penelitian dari Rahman hidayat (2010) di
dengan pasien dan keluarga pasien yang berkaitan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit premier
dengan kondisi kegawatan kasus di ruang Surabaya mengatakan lebih setengah responden
tersebut. Tuntutan-tuntutan dalam lingkungan mengalami stres kerja dalam kategori sedang
kegawatdaruratan membuat perawat UGD (58,5%) dan kinerja perawat setengahnya
beresiko terhadap terjadinya stres (Barokah, termasuk dalam kategori cukup (50%) perawat
2011). mengalami stres kerja, dengan keluhan sering
pusing, lelah tidak ada istirahat karena beban
Dampak stres kerja bagi perawat diantaranya kerja yang tinggi. Akhirnya, bila stres kerja
dapat menurunkan kinerja keperawatan seperti menjadi terlalu besar, prestasi mulai menurun,
pengambilan keputusan yang buruk, kurang karena stres menggganggu pelaksanaan kerja.

2
Berdasarkan hasil uji Spearman Rank didapatkan validitas dan reliabilitas terhadap 20 responden di
ada hubungan yang bermakna antara stres kerja RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
dan kinerja perawat (p=0,001 dan r=-0,831).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti Analisa Data
tertarik untuk mengadakan penelitian tentang” Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
Hubungan antara stres kerja dengan kinerja analisis univariat dilakukan untuk mengetahui
perawat di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) distribusi frekuensi dan analisis bivariat pada
Rumah Sakit Ulin Banjarmasin penelitian ini menggunakan uji Spearman Rank
Corelation dengan tingkat kemaknaan 5% (α = 0,05).
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian kuantitatif menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
rancangan penelitian korelasional dengan desain Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa
penelitian yang digunakan adalah analitik dengan karakteristik responden berjenis kelamin
menggunakan pendekatan cross sectional, untuk perempuan memiliki proporsi yang lebih besar
mengetahui adanya hubungan antara stres kerja yaitu sebanyak 18 perawat (58,06%), hal ini
dengan kinerja perawat di Ruang Unit Gawat menunjukkan rata-rata responden di ruang UGD
Darurat. RSUD Ulin Banjarmasin berjenis kelamin
perempuan. Karakteristik responden berdasarkan
Variabel Penelitian usia diperoleh bahwa mayoritas responden
Penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel dengan rentang usia antara rentang usia 26-35
independen dan dependen yakni stres kerja tahun sebanyak 16 orang (51,61%). Sebagian
dengan kinerja perawat. besar responden dengan pendidikan D3
Keperawatan sejumlah 21 perawat (67,74%).
Sampel Penelitian Responden terbanyak adalah perawat yang
Populasinya adalah semua perawat di Ruang Unit bekerja selama masa kerja ≤10 tahun dengan
Gawat Darurat (UGD) RSUD Ulin Banjarmasin jumlah 21 perawat hasil persentase yang didapat
Kalimantan Selatan yang berjumlah 38 orang sebanyak 67,74%.
Perawat. Sampel dalam penelitian ini adalah
semua perawat pelaksana di ruang Unit Gawat Hasil perhitungan gambaran stres perawat
Darurat RSUD Ulin Banjarmasin berjumlah 31 menggambarkan stres kerja yang dialami perawat
orang perawat yang diambil menggunakan teknik di Unit Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin
pengampilan sample purposive sampling. dengan mayoritas perawat yang mengalami stres
ringan sebanyak 20 orang (64,51%). Sedangkan
Waktu dan Tempat Penelitian gambaran kinerja perawat diperoleh hasil
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 4 April mayoritas responden memiliki kinerja dalam
sampai dengan 27 April Tahun 2017 di Ruang kategori baik, yaitu sebanyak 20 orang (64,51%).
Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Ulin
Banjarmasin tahun 2017. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa responden
yang memiliki stres kerja dalam kategori ringan
Alat Pengumpulan Data dengan kinerja perawat dalam kategori baik
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur sebanyak 17 orang (54,8%). Sedangkan stres
variabel stres kerja adalah menggunakan kerja dalam kategori berat dengan kinerja baik
kuesioner yang dimodifikasi peneliti dari sebanyak 1 orang (3,22%). Pada uji hipotesis
penelitian Juniar Ernawaty (2005) dengan bentuk didapatkan p value 0,001 (p value < 0,05)
pertanyaan tertutup sedangkan untuk mengukur sehingga Ha diterima yang artinya ada hubungan
variabel kinerja perawat peneliti membuat yang signifikan antara stres kerja dengan kinerja
kuesioner sendiri berdasarkan teori menurut perawat. Hasil uji statistik diperoleh koefisien
Hafizurrachman (2009). Yang telah dilakukan uji korelasi (r) = -0,578 interprestasi nilai korelasi
kategori sedang dan signifikan karena nilai α diterima dengan kata lain dapat disimpulkan
lebih rendah dari taraf signifikan 0,05. Jadi secara statistik terdapat adanya hubungan antara
kesimpulannya ada hubungan yang berpola linier stres kerja dengan kinerja perawat yang bersifat
negatif antara stres kerja dengan kinerja perawat berlawanan. Artinya semakin rendah tingkat stres
di unit gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah kerja, maka semakin baik kinerja perawat di unit
Ulin Banjarmasin. Hasil uji korelasi ini gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah Ulin
mendukung hipotesis yang dibuat. Jadi Ha Banjarmasin.

Tabel 1.1. Karakteristik Responden Perawat Tabel 1.2. Gambaran Stres Kerja dan Kinerja
Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Perawat pelaksana di ruang UGD RSUD Ulin
Terakhir dan Status Pernikahan perawat Banjarmasin
pelaksana di ruang UGD RSUD Ulin
Banjarmasin Kategori Jumlah %
Stres Kerja Ringan 20 64,5
Karakteristik Responden Jumlah % Sedang 9 29,0
Jenis Laki-laki 13 41,9 Berat 2 6,5
Kelamin Perempuan 18 58,1 Kinerja Baik 20 64,5
Perawat Cukup 7 22,6
Usia 17-25 Tahun 9 29,0 Kurang 4 12,9
26-35 Tahun 16 51,6
36-45 Tahun 6 19,4 Tabel 1.2 menunjukkan gambaran tingkat stress kerja
Tingkat D3 Kep 21 67,7 dan kinerja perawat pelaksana di UGD RSUD Ulin
Pendidikan D4 Kep 3 9,7 Banjarmasin. Secara keseluruhan, Perawat pelaksana
S1 Kep & 7 22,6 yang merupakan responden penelitian memiliki
tingkat stress kerja yang ringan (64,5%) dengan
Ners
kinerja yang baik (64,5%).
Lama Kerja ≤ 10 Tahun 21 67,7
> 10 Tahun 10 32,3

Tabel 1.1 menunjukkan karakteristik responden


Perawat yang bekerja di Unit Gawat Darurat RSUD
Ulin Banjarmasin. Responden mayoritas adalah
Perempuan sebanyak 18 orang (58%) dengan usia
terbanyak berkisar antara 26-35 tahun (51,6%),
tingkat pendidikan yang masih banyak dikuasai oleh
mereka dengan gelar D3 Keperawatan (9.7%) dan
lama kerja yang masih banyak kurang dari atau sama
dengan 10 tahun (67.7%)

Tabel 1.3. Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja Perawat di Ruang UGD RSUD Ulin Banjarmasin.

Stres Kinerja Perawat


Baik Cukup Kurang Total
F % F % F % N %
Stres Ringan 17 54,8 3 9,67 0 0 20 64,5
Stres Sedang 2 6,45 3 9,67 4 12,9 9 29,0
Stres Berat 1 3,22 1 3,22 0 0 2 6,45
Jumlah 20 64,5 7 22,6 12,9 31 100
Korelasi (rs) = -0,578
Sig. (2-tailed) 0,001 < 0,05

Tabel 1.3 menunjukkan hubungan antara stress kerja kerja. Konflik kerja ini bisa terjadi di antara
dengan variable kinerja perawat di ruang UGD RSUD sesama perawat, perawat dengan pasien atau
Ulin Banjarmasin. Tabel menunjukkan bahwa terdapat keluarga pasien, perawat dengan pimpinan. Hal
korelasi sebesar -0.578 dengan nilai significancy ini terlihat dan diakui juga oleh perawat di UGD
0.001.
RSUD Ulin bahwa mereka lebih cenderung
terlibat konflik dengan pasien dan keluarga.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada Menurut Widodo (2016), mengatakan stres kerja
kecenderungan semakin rendah tingkat stres kerja dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
perawat akan diikuti dengan kinerja perawat yang Faktor internal terdiri dari pendidikan, kurang
semakin baik. Pada uji hipotesis didapatkan p value percaya diri, keterampilan, motivasi,
0,001 (p value < 0,05), hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan, kebutuhan gizi dan kesehatan,
hubungan antara stres kerja dengan kinerja hubungan interpersonal, sikap dan kreativitas
perawat yang bersifat berlawanan. Artinya semakin dalam bekerja. Sedangkan faktor eksternal adalah
rendah tingkat stres kerja, maka semakin baik kinerja karakteristik organisasi dan karakteristik
perawat di unit gawat darurat Rumah Sakit Umum pekerjaan. Stressor menyebabkan stres dalam
Daerah Ulin Banjarmasin. bekerja baik secara fisik maupun psikologis.
Sementara disatu sisi stressor mempengaruhi
Dari data ini terlihat bahwa terdapat kinerja perawat dalam menjalankan pekerjaannya
kecenderungan apabila stres kerja meningkat
maka kinerja perawat akan berpengaruh terhadap Apabila stres yang dialami perawat di unit gawat
asuhan keperawatan yang akan dilakukan. darurat berlangsung dalam waktu yang lama, hal
Menurut teori Schuller (2006), tidak selamanya itu akan menimbulkan dampak negatif. Widyasari
stres kerja berdampak pada negatif dapat pula (2002) dalam Maya (2012), menambahkan bahwa
berdampak positif. Semua itu tergantung pada ada tiga dampak negatif yang terjadi pada
kondisi psikologis dan sosial seseorang, sehingga individu sehubungan dengan stres kerja baik itu
reaksi terhadap setiap kondisi stres sangat secara fisiologis, psikologis, dan dari perilaku.
berbeda. Stres kerja yang berdampak positif Gejala fisiologis yang sering ditemui adalah:
yaitu, memiliki motivasi kerja yang tinggi (stres Sakit kepala ketika berhadapan dengan pekerjaan,
kerja yang dialami perawat menjadi motivator, adanya gangguan tidur, penurunan daya ingat dan
penggerak dan pemicu kinerja dimasa kesulitan dalam berkonsentrasi, adanya gangguan
selanjutnya), rangsangan untuk bekerja keras, dan otot, keletihan, dan mudah merasa lelah,
timbulnya inspirasi untuk meningkatkan peningkatan tekanan tadarh. Gejala psikologis
kehidupan yang lebih baik dan memiliki tujuan dari stres kerja adalah: Sangat sensitif dan mudah
karir yang lebih panjang, memiliki kebutuhan tersinggung, mudah marah dan tidak menghargai
berprestasi yang lebih kuat sehingga lebih mudah pekerjaan, frustasi dengan tuntutan pekerjaan
untuk menyimpulkan target atau tugas sebagai yang berat, jenuh dengan pekerjaan, kesulitan
tantangan, bukan sebagai tekanan. dalam mengatur waktu. Gejala perilaku yang
utama dari stres kerja adalah: terjadinya konflik
Lingkungan kerja di UGD RSUD Ulin antara sesama karyawan dan pimpinan,
Banjarmasin yang menegangkan akibat beban perlengkapan kerja yang tidak memadai dan
kerja yang berlebih dan beberapa tuntutan kerja terbatas, kegelisahan akibat pekerjaan yang
baik dari atasan maupun dari pasien dan dinilai berat dan sukar, merasa tidak adil dengan
keluarganya dapat menyebabkan stres. adanya pelimpahan kerja dari rekan sekerja.
Ketegangan kerja bisa menimbulkan juga konflik
Danang (2012) menyatakan bahwa stres yang perawat. Namun ketika perawat mengalami stres
dialami perawat akibat lingkungan yang kerja maka perawat akan melakukan mekanisme
dihadapinya akan mempengaruhi kinerja dan koping untuk menghadapi masalah yang
kepuasan kerjanya. Kinerja perawat merupakan diatasinya meskipun tidak semua stres kerja yang
bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dialami dapat teratasi (Lazarus dan Folkman,1984
karena stres yang dihadapi perawat akan sangat dalam Haryuni,2013). Penggunaan mekanisme
mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan koping di harapkan dapat berdampak pada
yang diberikan kepada pasien sehingga tingkat perilaku seseorang, salah satunya yaitu kinerja
kepuasan pasien tidak dapat tercapai (Pratama, perawat. Kinerja seseorang tentu akan lebih dekat
2014). tergantung dari bagaimana seseorang mengatasi
masalahnya yaitu mekanisme koping bukan dari
Dalam kinerja suatu perawat juga bisa ringan atau berat stres kerja yang dialami.
dipengaruhi oleh respon individu apabila individu Penggunaan mekanisme koping yang adaptif
tersebut mengalami stress maka hal ini juga akan dapat meningkatkan kualitas kinerja seseorang
mempengaruhi respon seseorang dalam bekerja. (Liu, et al. 2010 dalam Haryuni,2013). Hal inilah
Stres kerja yang timbul karena tuntutan yang menjadikan mekanisme koping sebagai
lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam faktor yang paling dominan mempengaruhi
menghadapinya dapat berbeda. Dari adanya stres kinerja perawat.
kerja pada perawat bisa mempengaruhi
konsentrasi dalam kinerja perawat itu sendiri Hal ini didukung oleh teori Robbins (2008) dalam
sehingga berpengaruh ketika mereka membantu Maya (2012) yang mengatakan bahwa
atau melayani pasien. Menurut teori Goldenson pengalaman kerja juga mempengaruhi tingkat
(1970) dalam Saam (2012) mengatakan bahwa stres karyawan. Orang yang bertahan lebih lama
stres adalah suatu kondisi atau situasi internal dalam organisasi adalah mereka yang tahan dan
atau lingkungan yang membebankan tuntutan resisten terhadap stres sehingga mampu akan
penyesuaian terhadap individu yang mampu mengembangkan mekanisme penanganan
bersangkutan. Keadaan stres cenderung stresnya sendiri.
menimbulkan usaha ekstra dan penyesuaian baru,
tetapi dalam waktu yang lama akan melemahkan KESIMPULAN
pertahanan individu dan menyebabkan
ketidakpuasan. Mengacu pada tujuan penelitian dan pembahasan hasil
penelitian dapat disimpulkan dari penelitian ini
sebagai berikut:
Hasil penelitian yang diperoleh di atas sesuai
1. Stres Kerja Perawat pelaksana yang bekerja di
dengan pendapat menurut Handoko (2001) dalam
ruang UGD RSUD Ulin Banjarmasin sebagian
Rahman (2010), stres yang dialami oleh perawat
besar memiliki stres kerja dengan kategori
dapat membantu (fungsional) dalam
stres ringan (64,51%).
meningkatkan prestasi kerja, tetapi dapat juga
2. Kinerja Perawat pelaksana yang bekerja di
sebaliknya, yaitu menghambat atau merusak
ruang UGD RSUD Ulin Banjarmasin sebagian
(infungsional) prestasi kerja. Kinerja tergantung
besar memiliki kinerja dengan kategori baik
pada seberapa besar tingkat stress yang dialami
(64,51%).
perawat.
3. Terdapat hubungan antara stres kerja dengan
kinerja perawat di Ruang UGD RSUD Ulin
Stres kerja juga dapat mempengaruhi kinerja
Banjarmasin Tahun 2017 dengan nilai p. value
perawat, hal ini sudah terlihat dari beberapa
adalah p= 0,001.
penelitian yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Park (2007), AbuAlRub (2008) serta Lu, et al.
(2010) dalam Haryuni (2013) mendapatkan hasil
yang sama yaitu terdapat hubungan yang
bermakna antara stres kerja dengan kinerja
SARAN DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari
penelitian yang telah dilakukan maka dapat Arikonto, S. (2010). Prosedur penelitian. Jakarta:
diusulkan beberapa saran sebagai berikut: Rineka Cipta.
Aiska, Selvia. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang
1. Bagi UGD RSUD Ulin Banjarmasin Berpengaruh Pada Tingkat Stres Kerja
a. Diharapkan untuk UGD RSUD Ulin Perawat Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia
Banjarmasin dapat mengoptimalkan tatanan Yogyakarta. Naskah pubikasi. Diakses
ruangan dan selalu menyediakan pada tanggal 9 September 2016 dari
perlengkapan medis agar tindakan http://etd.eprints.ums.ac.id
keperawatan dapat dilakukan dan tidak Aoki M., Keiwkarnka B., Chompikul J. 2010. Job
tertunda. Stress Among Nurses In Public Hospitals
b. Perlu diikutkan dalam pelatihan In Ratchaburi Province, Thailand. Journal
keperawatan ataupun seminar-seminar Of Public Health And Development. Vol.
keperawatan yang akan menambah 9 No. 1.
kemampuan dan keterampilan perawat Barokah, T. (2011). Faktor-Faktor Yang
dalam kinerja melaksanakan tindakan Berhubungan Dengan Tingkat Stres Kerja
keperawatan di Ruang UGD RSUD Ulin Perawat Instalasi Gawat Darurat Di
Banjarmasin RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi.
c. Diharapkan dapat meningkatkan Diakses pada tanggal 9 September 2016
pembinaan terhadap perawat, misalnya dari http://etd.eprints.ums.ac.id
dengan menetapkan target-target tertentu Bhatia, N, Jugal, K, Tanu, A, Jiloha, C.R. (2010).
untuk pencapaian tugas yang diberikan agar Occuptional Stress Amongst Nurses from
ada usaha untuk menghadapi tantangan Two Tertiary Care Hospital in Delhi.
sehingga menghasilkan kinerja yang lebih Australasian Medical Journal AMJ 2010,
baik dan akan diberikan reward tiap dalam 3, 11, 731-738.
1 tahun bagi semua perawat di ruang Unit Danang (2012). Manajemen Sumber Daya
Gawat Darurat misalnya berikan Manusia, Cetakan 1, CAPS, Yogyakarta.
inforcement ataupun memberikan Desima, Riza. (2013). Tingkat Stres Kerja
penghargaan. Perawat Dengan Perilaku Caring Perawat.
2. Tenaga perawat Ejournal keperawatan (e-Kep) vol. 4. No.
Diharapkan tenaga perawat dapat 1. Diakses pada tanggal 9 September
mempertahankan kinerja yang baik meskipun 2016 dari http://etd.eprints.ums.ac.id
terdapat beberapa responden mengalami stres Haryuni S, Ratnawatti R, Kapti E.R (2013).
kerja yang berat perlu konsultasi ataupun Hubungan antara stres kerja dengan
butuh berlibur bersama keluarga dan perlu ada kinerja perawat di Instalasi gawat darurat
keterbukaan antara sesama rekan kerja dalam rsud ngudi waluyo kabupaten blitar Dan
pemecahan masalah, perlu persamaan persepsi rsud mardi waluyo kota blitar. Jurnal
dengan cara mengikuti pelatihan atau seminar Keperawatan.Volume 4, Nomor 1.
sehingga dalam melaksanakan tindakan Diakses pada tanggal 9 September 2016
keperawatan berjalan dengan baik di UGD dari
RSUD Ulin Banjarmasin. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keper
awatan/article/view/2381
3. Bagi peneliti lain Hidayat, Rahman. (2010). Hubungan Faktor
Dapat dilakukan lebih lanjut penelitian Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Di
untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
menyebabkan stres kerja yang berhubungan Premier Surabaya.Skripsi. Diakses pada
dengan kinerja perawat UGD RSUD Ulin tanggal 9 September 2016 dari
Banjarmasin. http://etd.eprints.ums.ac.id
Kurnia, K.M. (2012). Pengaruh Beban Kerja Academy of hospitalAdministration.Vol 22
Fisik Dan Mental Terhadap Stres Kerja No 1&2.
Pada Perawat Di Instalasi Gawat Darurat Widodo D, Yanti R, Enny N. (2016). Hubungan
(IGD) RSUD Cianjur. Jurnal Kesehatan Tingkat Stres Kerja Dengan Kinerja
Masyarkat. Volume 1, Nomor 2, Tahun Perawat. Jurnal careVol. 4, No.1, tahun
2012, halaman 767-776. Online di 2016. Diakses pada tanggal 9 September
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jk 2016 dari http://etd.eprints.ums.ac.id
m. Widyasari. (2002Re). Psikologi kerja & strategi
Mrayyan M T and Al Faouri Ibrahim. 2008. koping. Jakarta : Penerbit Salemba
Career Commitment and Jobn Medika
Performance of Jordanian Nurses. Nursing Zukhri, Saifudin. (2012). Hubungan Antara
Forum. Vol 43 No 1. Kecerdasan Emosi Dan Tingkat Stress
Nursalam, (2013). Manajemen Keperawatan Kerja Pada Perawat Di Instalasi Gawat
Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Darurat. Ejournal keperawatan (e-Kep)
Profesional Edisi 2. Jakarta : Salemba vol. 3. No. 1. Diakses pada tanggal 9
Medika. September 2016 dari
Pascal L, Lucky K, Mulyadi. (2015). Perbedaan http://etd.eprints.ums.ac.id.
Tingkat Stres Kerja Perawat Instalasi
Gawat Darurat Dan Unit Rawat Inap Di
Rumah Sakit Pancaran Kasih Gmim Peneliti
Manado. Ejournal keperawatan (e- 1. Dyah Trifianingsih
Kep)vol. 3. No. 1. Diakses pada tanggal 9 Dosen STIKES Suaka Insan Banjarmasin
September 2016 dari 2. Bagus Rahmat Santoso
http://etd.eprints.ums.ac.id Dosen STIKES Sari Mulia Banjarmasin
Pratama, F.A. (2014). Beban Kerja Dan Masa 3. Brikitabela
Kerja Terhadap Tingkat Stres Kerja Pada Mahasiswa STIKES Suaka Insan
Perawat Intesive Care Unit. The sun Vol. Banjarmasin
1(3) desember 2014. Diakses pada tanggal
9 September 2016 dari
http://etd.eprints.ums.ac.id
Saam, Zulfan, M.S, Wahyuni, S. (2012).
Psikologi Keperawatan. Jakarta : Rajawali
Persada.
Sudhaker,C and Gomes L.A. (2010). Job Stress,
Coping Strategies and the Job Quality
Index of Nurses Working in Selected
Multispeciality Hospital toward Human
Resource Development. Journal of the

Anda mungkin juga menyukai