UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS FARMASI
2018
KASUS
Mr. MY (60 tahun) merupakan seorang pasien yang dirawat di rumah sakit dengan
ditemani oleh putrinya. Berat badannya 90 kg dengan tinggi badan 180 cm sehingga indeks
massa tubuhnya (IMT) adalah 27,7 yang mengindikasikan bahwa pasien beresiko obesitas.
Ketika datang ke rumah sakit, pasien mengeluh sesak napas selama 2 minggu dan memburuk
sampai sekarang. Selain itu, pasien mengalami ortopnea, kelelahan, paroksismal dyspnea
nocturnal serta kaki nya bengkak.
Mr. MY telah mengetahui kasus gagal jantung sejak 3 tahun yang lalu dan dia juga
didiagnosis dengan hipertensi selama 5 tahun. Sebelum dirawat di rumah sakit, pasien
mengonsumsi furosemid 40mg, aspirin 150mg, metoprolol 50mg, amlodipine 10mg, dan
simvastatin 40mg untuk hipertensi dan gagal jantungnya. Pasien tidak alergi terhadap obat apa
pun dan dia tidak meminum obat tradisional di rumah. Riwayat keluarganya mengungkapkan
bahwa ayahnya telah meninggal karena penyakit jantung iskemik 4 tahun yang lalu. Adapun
riwayat sosialnya, ia merokok 2-3 batang sehari selama 35 tahun. Selain itu, Mr. MY juga
seorang peminum (sesekali).
Pemeriksaan laboratorium seperti hitung darah lengkap, tes fungsi hati, urea dan tes
elektrolit dan enzim jantung dilakukan saat masuk. Konsentrasi kreatininnya ditemukan
menjadi 143μmol / L. Oleh karena itu, kreatinin klirens yang dihitung adalah 68,8 ml / menit.
Selain itu, ada juga darah yang ditemukan di urin dan echocardiography menunjukkan bahwa
pasien memiliki sinus tachycardia. Selain itu, tes EKG dilakukan pada hari 1 dan hasilnya
menunjukkan bahwa ada inversi gelombang-T. INR pasien adalah 1,04 yang lebih rendah dari
normal sementara APTT ditemukan sedikit lebih tinggi (59,4 detik). Glukosa darah acak Mr.
MY ditemukan normal selama rawat inap.
Mr. MY didiagnosis menderita gagal jantung kongestif (CCF) dengan kelebihan cairan.
Pasien juga menderita hipertensi. Rencana manajemen termasuk intravena frusemid 40mg dua
kali sehari, aspirin 150mg sekali sehari, simvastatin 40mg sekali di malam hari dan ramipril 5
mg sekali sehari dan Sibutramin HCl 10 mg 1x1. Selain itu, pasien diminta untuk membatasi
asupan cairannya hingga 500 ml per hari dan terapi oksigen diberikan kepada pasien pada aliran
tinggi menggunakan masker wajah ketika pasien mengalami sesak nafas.
.
PENYELESAIAN KASUS
A. Subjektif
1) Jenis kelamin : Pria
2) Umur : 60 tahun
3) Gejala :sesak nafas, ortopnea, kelelahan, paroksismal dyspnea
nocturnal serta kaki nya bengkak
4) Riwayat penyakit : hipertensi
5) Riwayat sosial : merokok 2-3 batang sehari selama 35 tahun. Selain itu, Mr. MY
juga seorang peminum (sesekali).
6) Riwayat Pengobatan: furosemid 40mg, aspirin 150mg, metoprolol 50mg,
amlodipine 10mg, dan simvastatin 40mg
7) Rencana pengobatan: intravena furosemid 40mg dua kali sehari, aspirin 150mg
sekali sehari, simvastatin 40mg sekali di malam hari dan ramipril 5 mg sekali sehari,
Sibutramin HCl 10 mg 1x1.
B. Objektif
Tekanan darah 159/100mmHg
Denyut nadi 85 denyut/menit
Ekokardogram menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel
Sinar X menunjukan pasien mengalami kardiomegali
Kreatinin klirens 68,8 ml / menit.
Glukosa darah acak normal
C. Assesment
1) Hasil diagnosis dokter: pasien didiagnosis mengalami gagal jantung kongestif
dengan kelebihan cairan. Selain itu pasien juga masih mengalami hipertensi.
2) Tanda fisik
BMI = 27,7 (Berdasarkan WHO, pasien termasuk beresiko obesitas)
3) Tanda vital
Tekanan darah 159/100 mmHg (Termasuk hipertensi stage 2)
4) Hasil Lab
Kreatinin klirens 68,8 ml / menit.
(Dirjen Binfar & Alkes, 2011).
Berdasarkan klasifikasi tersebut, pasien termasuk pada kategori gagal ginjal tipe
ringan.
Glukosa darah acak normal
ACC/AHA/HFSA Focused Update of the 2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of
Heart Failure (Journal of the American College of Cardiology). Published on April 28,
2017, available at: Yancy, et. al. ACC/AHA/HFSA 2017 Heart Failure Focused Update
National Heart Foundation of Australia and the Cardiac Society of Australia and New Zealand
(Chronic Heart Failure Guidelines Expert Writing Panel). Guidelines for the prevention,
detection and management of chronic heart failure in Australia. Updated October 2011
Dirjen Binfar & Alkes. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta : Kemenkes RI.