Anda di halaman 1dari 76

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat sekarang ini, persaingan di dalam dunia kerja semakin ketat. Hal

tersebut disebabkan karena tingkat tingginya angka tenaga kerja serta terbatasnya

lapangan pekerjaan. Oleh sebab itu, untuk menyikapi hal tersebut, maka mutlak

dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

untuk bersaing. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia tersebut adalah pendidikan. Melalui penyelenggaraan pendidikan yang

berkualitas diharapkan dapat membentuk manusia-manusia yang akan mendukung

tercapainya sasaran pembangunan nasional sebagaimana termaktub dalam TAP

MPR No. II/MPR/1998 tentang GBHN yang menyatakan bahwa Pendidikan

Nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan

kehidupan bangsa dan kualitas sumber daya manusia, mengembangkan manusia

serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, berbudi luhur, memiliki pengetahuan, keahlian dan

keterampilan. Sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan di atas, pemerintah

mengeluarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

(selanjutnya disebut UU Sisdiknas).

Salah satu upaya untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM), yaitu

dengan menyelenggarakan pendidikan kejuruan atau Sekolah Menengah Kejuruan

1
2

(SMK). Penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk

meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan siap bekerja sesuai dengan bidangnya serta

menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi

tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan

kejuruannya (Permen Diknas No. 23 Tahun 2006).

Ketentuan di atas terlihat bahwa kompetensi sumber daya manusia

merupakan salah satu tujuan penting dari diselenggarakannya pendidikan

menengah kejuruan. Kompetensi dalam hal ini yaitu sebagaimana dijelakan dalam

ketentuan (Direktorat Pembinaan SMK 2005:11) yaitu suatu spesifikasi

pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari pengetahuan dan keterampilan

tersebut setingkat dengan industri pada standar kinerja yang dipersyaratkan dalam

pekerjaan.

Berdasarkan uraian di atas, SMK merupakan lembaga yang terkait dalam

mengembangkan keterampilan siswanya. Dengan dimilikinya suatu kompetensi

tertentu, lulusan SMK diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dunia kerja yang

lebih memilih angkatan kerja berkemampuan khusus. Dengan demikian, hal yang

paling mendasar dari penyelenggaraan pendidikan SMK yaitu keterampilan

siswanya pada bidangnya masing masing.

SMK Darussalam Makassar merupakan Sekolah yang berbasis teknologi

yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu sesuai

dengan kompetensi dan standar kinerja yang di persyaratkan, dituntut untuk


3

memiliki keterampilan yang berkualitas dalam memasuki dunia kerja serta mampu

mengembangkan sikap yang profesional dalam bidangnya.

Sekolah ini menerapkan kurikulum 2013, Penerapannya di berlakukan bagi

seluruh siswa, baik di kelas I, II, dan kelas III, Ini menunjukan bahwa proses

pembelajaran lebih ditekankan pada aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotorik.

SMK Darussalam Makassar memiliki 3 program studi (prodi) dalam jurusan

teknik otomotif yakni Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Teknik Sepeda Motor

(TSM), dan Teknik Alat Berat (TAB). Dari hasil observasi awal pada jurusan

otomotif selama 3 tahun terakhir, paket Tune Up motor bensin selalu dipilih oleh

pihak sekolah dalam melaksanakan ujian kompetensi, maka dari itu peneliti

melakukan penelitian untuk mengatahui seberapa besar tingkat keterampilan Tune

Up Motor Bensin di siswa jurusan otomotif apakah sangat tinggi atau sangat rendah.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengangkat judul “Tingkat Keterampilan Tune Up Motor Bensin Siswa Kelas 3

Jurusan Otomotif SMK Darussalam Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran tingkat keterampilan Tune Up Motor bensin kelas 3

SMK Darussalam Makassar ?

2. Seberapa tinggi tingkat keterampilan Tune Up motor bensin kelas 3 SMK

Darussalam Makassar ?
4

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui gambaran tentang tingkat keterampilan Tune Up motor

bensin kelas 3 jurusan otomotif SMK Darussalam Makassar.

2. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keterampilan Tune Up motor

bensin kelas 3 jurusan otomotif SMK Darussalam Makassar

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai sarana untuk menambah referensi dan sebagai bahan acuan untuk program

peningkatan mutu praktek sehingga dapat meningkatan kualitas sumber daya

manusia, khususnya kompetensi Tune Up motor bensin.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peserta didik, hasil ini diharapkan agar dapat memberikan informasi

tentang tingkat keterampilan praktek Tune Up motor bensin.

b. Bagi pihak sekolah, hasil ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam usaha

untuk peningkatan mutu belajar khsususnya mata pelajaran produktif.

c. Bagi guru, dapat mengetahui seberapa tinggi tingkat keterampilan praktek

siswanya dan juga sebagai masukan dalam proses mengevaluasi kompetensi

Tune Up motor bensin.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hakikat Keterampilan

a. Pengertian keterampilan

Istilah terampil biasanya digunakan untuk menggambarkan tingkat

kemampuan seseorang yang bervariasi. Istilah ini memiliki banyak pengertian pada

umumnya yang dimaksud dengan keterampilan adalah kemampuan gerak dengan

tingkat tertentu. Keterampilan merupakan sebuah derajat yang konsisten dalam

mencapai sebuah tujuan yang dilakukan secara efektif dan efisien yang ditentukan

oleh kecepatan, ketepatan, bentuk dan kemampuan menyesuaikan diri (Bani Tri

Umboro, 2009:13). Sedangkan menurut (Gordon 1994) Keterampilan adalah

kemampuan seseorang dalam mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan

tepat. Pendapat tentang keterampilan ini lebih mengarah pada aktivitas yang

bersifat psikomotorik. Seseorang disebut terampil apabila kegiatan yang dilakukan

ditandai dengan kualitas yang tinggi (cepat atau cermat ) dengan tingkat yang relatif

tepat. Terampil juga diartikan sebagai suatu perbuatan atau tugas dan sebagai

indikator dari suatu tingkat kemahiran. Suatu keterampilan yang dipandang sebagai

aktivitas gerak/suatu tugas akan terdiri dari sejumlah respon gerak dan persepsi

yang di dapat melalui belajar untuk tujuan tertentu (Hari Amirullah 2003:17).

Keterampilan diterjemahkan sebagai pengorganisasian suatu aktifitas dalam

hubungannya dengan objek atau situasi yang meliputi rangkaian keseluruhan

sensori, mekanisme gerak, (Pyke dalam Bani Tri Umboro, 2009:8).

5
6

Pada umumnya yang dimaksud dengan keterampilan adalah kemampuan

gerak dengan tingkat tertentu. Istilah keterampilan juga diartikan sebagai suatu

perbuatan/tugas dan sebagai indikator dari suatu tingkat kemahiran. Sebagai

indikator dari tingkat keterampilan maka, keterampilan diartikan sebagai kompetisi

yang diperagakan oleh seseorang dalam melaksanakan suatu tugas yang berkaitan

dengan pencapaian suatu tujuan. Keterampilan dasar sangat penting untuk diketahui

dalam mencapai prestasi yang maksimal, karena keterampilan yang baik dapat

menarik perhatian orang lain.

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi keterampilan

Notoadmodjo (2007) mengatakan keterampilan merupakan aplikasi dari

pengetahuan sehingga tingkat keterampilan seseorang berkaitan dengan tingkat

pengetahuan, dan pengetahuan dipengaruhi oleh :

1) Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik pengetahuan yang

dimiliki. Sehingga, seseorang tersebut akan lebih mudah dalam menerima dan

menyerap hal-hal baru. Selain itu, dapat membantu mereka dalam menyelesaikan

hal-hal baru tersebut.

2) Umur

Ketika umur seseorang bertambah maka akan terjadi perubahan pada fisik

dan psikologi seseorang. Semakin cukup umur seseorang, akan semakin matang

dan dewasa dalam berfikir dan bekerja.


7

3) Pengalaman
Pengalaman dapat dijadikan sebagai dasar untuk menjadi lebih baik dari

sebelumnya dan sebagai sumber pengetahuan untuk memperoleh suatu

kebenaran. Pengalaman yang pernah didapat seseorang akan mempengaruhi

kematangan seseorang dalam berpikir dalam melakukan suatu hal.

Ranupantoyo dan Saud. (2005) mengatakan semakin lama seseorang

bekerja pada suatu pekerjaan yang ditekuni, maka akan semakin berpengalaman

dan keterampilan kerja akan semakin baik.

Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan secara

langsung menurut Widyatun (2005), yaitu:

1) Motivasi

Merupakan sesuatu yang membangkitkan keinginan dalam diri seseorang

untuk melakukan berbagai tindakan. Motivasi inilah yang mendorong seseorang

bisa melakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang sudah diajarkan.

2) Pengalaman

Merupakan suatu hal yang akan memperkuat kemampuan seseorang dalam

melakukan sebuah tindakan (keterampilan). Pengalaman membangun seseorang

untuk bisa melakukan tindakan-tindakan selanjutnya menjadi lebih baik yang

dikarenakan sudah melakukan tindakan-tindakan di masa lampaunya.

3) Keahlian

Keahlian yang dimiliki seseorang akan membuat terampil dalam

melakukan keterampilan tertentu. Keahlian akan membuat seseorang mampu

melakukan sesuatu sesuai dengan yang sudah diajarkan.


8

2. Hakikat Tune Up

a. Pengertian Tune Up

Tune Up berasal dari kata Tune dan Up, artinya menyeting kembali. Tune

Up adalah sebuah pekerjaan untuk menstandarisasi semua komponen dan sistem

pada kendaraan seperti semula baik dengan cara penyetelan, pembersihan

bahkan penggantian bila diperlukan.

Pekerjaan Engine Tune Up atau Tune Up mesin adalah tindakan yang

dilakukan untuk mengembalikan kondisi mesin pada taraf kerja mesin yang

oiptimal, menyetel ulang, membersihkan atau mengganti bagian yang sudah

rusak. Istilah Tune Up mesin akhir-akhir ini berubah menjadi (Regular

checking). Kalau dulu perhatian orang hanya pada mesin saja, tapi sekarang

perhatian orang menyeluruh pada kondisi kendaraan. Dulu mesin perlu banyak

distel, sekarang nyaris tidak ada bagian yang distel. Kalau dulu ada stel, ganti

dan bersihkan, maka sekarang hanya bersihkan atau ganti. (Mardiyanto,

2010:26)

Dapat disimpulkan bahwa Tune Up adalah suatu pekerjaan yang biasanya

dilakukan secara rutin dan dapat berupa pemeriksaan, pengukuran, penyetelan,

perawatan sampai penggantian komponen jika diperlukan, serta bertujuan

memaksimalkan (Up) performa mesin.


9

Tujuan aktifitas Tune Up antara lain :

1) Mengembalikan performa kendaraan

2) Mencegah terjadinya berbagai kerusakan pada kendaraan

3) Melakukan pengecekan beberapa komponen mobil atau motor apakah

masih sehat atau harus diganti (Amri Muchta:2018)

b. Tujuan Tune Up

Diharapkan dengan dilakukannya Tune Up berkala dengan baik, maka akan

diperoleh keuntungan:

1) Usia komponen / kendaraan lebih lama.

2) Konsumsi bahan bakar lebih ekonomis.

3) Tenaga mesin optimal.

4) Kadar polusi/emisi gas buang kendaraan lebih rendah.

5) Keamanan/Keselamatan yang tinggi.

Manfaat dari Tune Up adalah membuat performa jadi lebih baik, jika

dilakukan perawatan rutin maka komponen mesin akan lebih awet dan terhindar

dari kerusakan yang lebih parah.

c. Tune Up mesin bensin konvensional

Pada umumnya pekerjaan Tune Up adalah proses teratur pemeriksaan,

diagnosis, pengujian, dan penyesuaian yang diperlukan secara berkala untuk

menjaga performa mesin atau mengembalikan mesin untuk efisiensi operasi

standar. Salah satu pekerjaan Tune Up adalah untuk engine konvensional. Jenis

engine ini merupakan sistem kerja komponen-komponen masih menggunakan


10

proses manual/analog/mekanik belum menggunakan kontrol pengendali

elektronik. Sistem pada engine konvensional, sistem kerjanya relatif sederhana

dibandingkan dengan Engine Electronic Fuel Injection (EFI). Pekerjaan Tune Up

untuk jenis Engine konvensional meliputi beberapa hal sebagai berikut:

pemeriksaan dwell angle, timming ignition, penyetelan putaran idle, celah katup,

celah platina, saringan udara, saringan bahan bakar, busi dan kabel busi,

pelumas/oli, air pendingin, air dan tegangan accu/baterai, kemudian dilanjutkan

dengan finally check. Jika dalam pengecekan ditemukan kondisi abnormal dapat

dilakukan pengecekan lebih lanjut.

a. Ruang lingkup pekerjaan Tune Up :

1) Sistem pelumas

a) Kualitas oli

b) Kuantitas oli

2) Sistem pendingin

a) Kuantitas air pendingin

b) Kondisi air pendingin

c) Kebocoran radiator

d) Tali kipas

3) Sistem kelistrikan dan pengapian

a) Pemeriksaan baterai

b) Pemeriksaan dan pengukuran busi

c) Pengukuran tahanan koil

d) Pemeriksaan platina
11

e) Penyetelan saat pengapian

f) Pemeriksaan sudut dwell

g) Pemeriksaan sudut pengapian

h) Pemeriksaan Vacum advancer

i) Pemeriksaan Sentrifugal advancer

4) Pemeliharaan saringan udara

5) Penyetelan katup

6) Penyetelan Stasioner (idle) karburator

b. Persiapan Peralatan

Peralatan merupakan komponen-komponen yang menunjang sebuah pekerjaan

yang akan dilakukan. Peralatan tersebut meliputi :

1) Vender cover,

2) Kunci ring 7, 8, 10, 12, 14, 17, dan 19.

3) Kunci sok 12, 14

4) Kunci T 10, 12, 14

5) Kunci busi

6) Kunci Moment

7) Obeng minus (-) dan plus (+)

8) Feller gauge

9) Multimeter

10) Tune Up tester

11) Spring scale

12) Mistar baja


12

13) Vaccum terster

14) Sikat baja

15) Ampelas

16) Nampan

17) Majun.

Penjelasan :

1) Vender cover merupakan alat yang berfungsi untuk melindungi kendaraan dari

kekotoran atau kecelakan kerja saat pekerjaan sedang berlangsung.

2) Kunci ring dalam pekerjaan Tune Up diperlukan kunci - kunci yang presisi

untuk membuka/melepas atau mengeraskan baut sehingga kepala baut/mur

tidak luka.

3) Kunci sok digunakan untuk kepala baut yang mempunyai moment cukup besar.

4) Kunci T digunakan untuk mengendorkan/mengeraskan baut yang cukup jauh

dari jangkauan.

5) Kunci Busi digunakan untuk mengendorkan/mengeraskan busi.

6) Kunci momen digunakan untuk mengukur kekuatan pengerasan suatu baut

pengikat.

7) Obeng, obeng yang dipakai biasanya mengandung magnet yang bertujuan

untuk menghindari baut yang dilepas terjatuh.

8) Filler gauge merupakan bilah ukur yang berfungsi untuk mengukur

clearance/celah suatu benda kerja.

9) Multi tester merupakan alat untuk mengukur besar tegangan, besar arus listrik

dan besar tahanan sebuah benda kerja.


13

10) Tune Up tester merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur tekanan

kompresi, besar sudut dwell dan putaran mesin.

11) Spring scale merupakan skala pemberat, digunakan untuk mengukur berat

atau gaya.

12) Vaccum tester merupakan alat yang berfungsi untuk memeriksa kerja vaccum

advancer pada distributor. Alat ini dipasangkan pada pipa vaccum yang

terdapat pada sisi distributor. (Ruswid:2010)

c. Peralatan khusus yang digunakan dan fungsinya :

1) Timing light : memeriksa waktu pengapian

2) Tacho meter : Mengukur putaran mesin

3) Dwell tester : Mengukur sudut dwell

4) Radiator and cap tester : Memeriksa kebocoran sistem dan radiator cap

5) Compression tester : Mengukur tekanan kompressi mesin

6) Multi tester : Memeriksa tahanan kabel tegangan tinggi

7) Fan belt tension gauge : Memeriksa tegangan fan belt

8) Feeler gauge : mengukur celah platina dan celah busi, dan celah katup

d. Langkah – langkah melaksanakan Tune Up

1) Pemeriksaan sistem pelumasan

Sistem pelumasan adalah suatu system yang berfungsi untuk melumasi

komponen-komponen mesin yang bergerak. Minyak pelumas yang digunakan

harus sesuai dengan standart SAE (Sociaty Automotive of Enginner). Minyak

pelumas yang dipakai untuk mesin bensin adalah SAE 40. Sedangkan pekerjaan

yang dilakukan pada sistem pelumas adalah :


14

a) Pemeriksaan kualitas (mutu), Pemeriksaan kualitas minyak pelumas

dilakukan dengan cara visual dari warna ataupun dengan kekotoran minyak

pelumas.

b) Pemeriksaan viscosity (kekentalan), pemeriksaan viskositas adalah

kekentalan minyak pelumas

c) Pengukuran kuantitas (jumlah), merupakan pemeriksaan jumlah minyak

pelumas pada karter. Jumlah minyak harus di garis F (Full), jika minyak

berada di bawah F maka minyak pelumas harus ditambah.

Gambar 2.1
Dipstick (tongkat pengukur oli)
(Sumber : Dedi Kurniawan:2012)

2) Pemeriksaan sistem pendingin

Sistem pendingin merupakan sistem yang berfungsi untuk menjaga suhu kerja

mesin sehingga mesin saat bekerja tidak mengalami overheating. Sistem pendingin

yang biasa dipakai adalah system pendinginan udara dan sistem pendingin air.
15

Pekerjaan sistem pendingin meliputi :

a) Pemeriksaan kuantitas yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

jumlah air pendingin pada radiator dan tangki cadangan (reservoir)

Gambar 2.2
Tangki air radiator
(Sumber : Ruswid:2010)

b) Pemeriksaan kebocoran yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk

mengetahui kebocoran ke dalam atau keluar, kebocoran yang terjadi akan

berakibat mesin overheating. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan

Tune Up tester. Tekanan standar pada radiator yaitu 1,2 kg/cm2

Gambar 2.3
Tune Up tester
(Sumber : Drs. Hari Krismanto, M.Pd:2008)
16

c) Pemeriksaan tutup radiator yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk

mengetahui kerja pembukaan tutup radiator. Fungsi tutup radiator untuk

menjaga suhu air agar tidak mendidih, dengan cara menaikkan tekanan pada

radiator. Saat suhu air panas katup akan membuka dan mengalirkan

sebagian air ke reservoir dan saat mesin dalam kondisi dingin maka air akan

dikembalikan ke radiator.

Gambar 2.4
Radiator cup tester
(Sumber : Ruswid:2010)

Cara kerja Tutup Radiator

1) Saat kondisi tekanan didalam radiator naik maka katup relieve valve (1)

akan membuka dan mengalirkan air pendingin ke reservoir.

Gambar 2.5
Katup Relieve membuka
(Sumber : Ruswid :2010)
17

2) Saat kondidi tekanan didalam radiator turun maka katup vaccum (2) akan

menghisap air dalam tangki reservoir dialirkan ke radiator.

Gambar 2.6
Katup vaccum mengalirkan air ke radiator
(Sumber : Ruswid :2010)

d) Pemeriksaan sirkulasi air pendingin yaitu pemeriksaan yang dilakukan

untuk mengetahui sirkulasi air pendingin manakala suhu mesin telah

mencapai suhu kerja.

e) Pemeriksaan tali kipas dilakukan untuk mengetahui tegangan tali kipas dan

kondisi fisik tali kipas. Ketegangan tali kipas yang berlebihan akan

menyebabkan bearing water pump atau bearing alternator cepat rusak.

Standar ketegangan tali kipas : 10 – 11 mm (Ruswid:2010)

Gambar 2.7
Tali kipas
(Sumber : Bintoro:2013)
18

3) Sistem kelistrikan

Sistem kelistrikan yang dimaksud dalam pekerjaan Tune Up ini adalah sistem

pengapian. Dimana sistem pengapian ini berfungsi untuk menyediakan nyala api

untuk mengawali suatu proses pembakaran dalam ruang bakar.

Pekerjaan yang harus dilakukan dalam sistem pengapian adalah :

a) Pemeriksaan dan pengukuran Baterai

Baterai merupakan sumber tegangan yang digunakan pada sistem pengapian

konvensional, baterai yang digunakan mempuyai kapasitas tegangan 12 volt.

Baterai terdiri dari sel positif (Pbo) dan sel negative (Pb), cairan yang digunakan

didalam batarai adalah asam sulfat (H2SO4) yang mempunyai berat jenis 1,25-1,27

pada suhu 20°.

Pada baterai pekerjaan yang dilakukan adalah :

(1) Pengukuran berat jenis elektrolit

Besarnya berat jenis elektrolit atau H2SO4 yang terdapat pada baterai dapat

digunakan untuk mengetahui kandungan listrik baterai, semakin lama baterai

digunakan akan semakin besar kandungan airnya hal ini menunjukan bahwa baterai

mulai kekuarang arus listrik. lepaskan semua sumbat ventilasi baterai dan ukur

berat jenis elektrolit pada setiap sel baterai dengan menggunakan hydrometer. Berat

jenis elektrolit yang baik jika nilainya 1,25 – 1,28 pada sekitar 20o C dan perbedaan

antara tiap sel 0,025. Jika berat jenis elektrolit baterai kurang dari spesifikasi, maka

baterai perlu di isi (charge).


19

Gambar 2.8
Memeriksa elektrolit menggunakan Hydrometer
(Sumber : Dedi Kurniawan:2012)

Kondisi Elektrolit :

Berat jenis pada Diagnosa Koreksi

suhu 20oC

Lebih dari 1.30 Terlalu tinggi Tambahkan air suling hingga

berat jenis 1,25-1,27

1.25 – 1.27 Baik

1.10 – 1.21 Kurang Strum accu

Dibawah 1.10 Rendah Setelah menyetrum accu, ukur

berat jenis

Tabel 2.1 kondisi elektrolit baterai


(Sumber : Ruswid :2010)

(2) Pengukuran tegangan baterai

Baterai mempunyai sell-sell, tiap sel mempunyai nilai 2 volt. Pengukuran tegangan

dilakukan dengan menggunakan voltmeter.

(3) Pemeriksaan jumlah elektrolit


20

Pemeriksaan jumlah elektrolit dilakukan agar jumlahnya tetap pada batas yang

dianjurkan. Jumlah elektrolit berada antara garis upper dan lower .

Gambar 2.9
Pemeriksaan Elektrolit
(Sumber : Ruswid :2010)

Hal penting :

Jika level elektrolit di dalam baterai lebih rendah dari batas level yang ada

pada bodi baterai, maka perlu ditambahkan air suling ke dalam baterai. Jangan

menggunakan air biasa atau air minum kemasan, karena akan mengurangi

kemampuan dan umur baterai.

1. Pemeriksaan Body baterai, Pemeriksaan body dilakukan untuk mengetahui

keretakan dan kebocoran baterai.

2. Pemeriksaan pole baterai, Pemeriksaan ini dilakukan untuk memperkecil

tahanan akibat dari adanya kerak pada pul baterai.

3. Membersihkan tutup baterai, Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk

menghidari tersumbatnya lubang tutup ventilasi. Fungsi lain dari tutup ini

adalah untuk memisahkan antara gas hydariogen dengan asam sulfat.

b) Pemeriksaan dan Pengukuran Busi


21

Busi merupakan salah satu bagian dari system pengapian yang berfungsi

untuk memercikan bunga api pada awal proses pembakaran campuran bahan bakar

dan udara. Baik buruknya kondisi busi akan mempengaruhi sempurna dan tidaknya

suatu proses pembakaran.

Langkah pemeriksaan :

(1) Lepaskan steker busi. Jangan menarik pada kabel busi, karena hubungan inti

arang kabel mudah terlepas dari steker.

(2) Bersihkan sekeliling busi dengan semprotan udara tekan atau kuas, untuk

mencegah kotoran masuk ke dalam silinder sewaktu busi dilepas.

(3) Lepaskan busi dengan menggunakan kunci busi. Perhatikan bahwa kunci

busi tidak miring. Kemiringan kunci busi dapat mengakibatkan isolator busi

pecah. Untuk busi yang posisinya dalam, gunakan kunci busi yang ada

magnetnya atau ada karet untuk memegang isolator, sehingga busi tidak

jatuh sendiri waktu diangkat.

(4) Periksa kondisi ulir dan lubang busi. Jika ulir busi rusak, maka busi harus

diganti baru. Sedangkan jika ulir lubang busi yang rusak, dapat diperbaiki

(5) Ukurlah celah elektroda dengan batang pengukur atau filler gauge. Jika

celah tidak sesuai spesifikasi, stel dengan membengkokkan pada elektroda

massa.
22

Gambar 2.10
Batang Pengukur Elektroda
(Sumber : Bintro:2013)

Catatan : spesifikasi standar celah elektroda adalah 0,80 mm (Bintoro:2013)

c) Pengukuran tahanan Koil

Koil merupakan komponen system pengapian yang berfungsi untuk menaikan

tegangan dari 12 volt menjadi + 20.000 volt. Pengukuran ini dilakukan utuk

mengetahui besarnya nilai tahanan primer dan sekunder pada koil, dimana tahanan

diluar spesifikasi menunjukan penurunan kualitas tegangan yang dihasilkan.

Pemeriksaan kabel tahanan tegangan tinggi :

(1) Pemeriksaan di lakukan pada tahanan di setiap penghantar / kabel tegangan

tinggi, mulai dari elektroda di dalam tutup distributor sampai steker busi. Jika

tahanan kabel lebih besar dari standar, kabel harus diganti baru. Penghantar /

kabel tegangan tinggi dengan tahanan yang terlalu besar ( lebih dari 20 kilo

Ohm ) mengakibatkan mesin sukar dihidupkan, maka kabel harus diganti.


23

Gambar 2.11
Pemeriksaan kabel tegangan tinggi

(Sumber : Bintoro:2013)

(2) Memeriksa kondisi isolator pada koil, rotor, tutup distributor dan steker busi.

Jika terdapat bagian yang terbakar, maka harus diganti baru.

Gambar 2.12
Pemeriksaan kondisi isolator
(Bintoro:2013)
24

(3) Memeriksa kondisi isolator kabel pengapian. Kabel yang retak atau terbakar

harus diganti baru, tidak boleh diisolasi, karena isolasi biasa tidak mampu

mengisolasi tegangan tinggi.

(4) Menghubungkan kembali kabel – kabel tegangan tinggi ke busi

Tutup distributor buatan Jepang biasanya terdapat nomor – nomor urutan

pengapian (Firing Order). Rumah distributor buatan Bosch terdapat tanda garis di

atas sisinya, yang menunjukkan ke silinder 1, sedangkan kabel-kabel tegangan

tinggi yang lainnya mengikuti urutan pengapian, sesuai dengan arah putaran rotor.

Contoh : Motor 4 silinder, urutan pengapian 1 -3 - 4 – 2

d) Pemeriksaan dan penyetelan Platina

Platina adalah satu komponen system pengapian konvensional yang befungsi

untuk memutus dan menghubungkan arus listrik ke masa. Platina terletak pada

breaker plate yang ditempatkan pada distributor. Besar celah platina diperlukan

untuk mendapatkan sudut dwell yang tepat.

(1) Pemeriksaan keausan kontak

Ada dua kondisi permukaan kondisi kontak pemutus yaitu :

(a) Kondisi baik

(b) Kondisi terbakar, maka kontak pemutus perlu diganti.


25

Gambar 2.13

Kondisi kontak pemutus


(Sumber : Ruswid :2010)

(2) Langkah kerja penyetelan celah kontak pemutus

(a) Sediakan filler gauge sesuai ukuran celah kontak pemutus

(b) Kendorkan baut platina dan atur celah sesuai dengan ukuran feller gauge.

(c) Keraskan baut pengikat platina.

Gambar 2.14
Penyetelan Platina
(Sumber : Ruswid :2010)
26

Hal Penting :

1. Besar celah kontak pemutus untuk kendaraan biasanya 0,4 mm - 0,5 mm.

2. Kontak pemutus biasanya diganti baru setiap 20.000 km.

3. Kontak yang lama dapat diratakan dengan kikir kontak atau kertas gosok, dan

selanjutnya dibersihkan dengan kertas yang bersih. Tetapi, kalau ketidakrataan

kontak besar, sebaiknya kontak pemutus diganti baru.

4. Jika kontak pemutus dalam waktu singkat aus, kondensator pengapian harus

diperiksa.

5. Penyetelan baru kontak pemutus mengakibatkan perubahan saat pengapian.

Maka setelah penyetelan kontak pemutus, pekerjaan berikutnya adalah

penyetelan saat pengapaian.

6. Hati-hati jika mengganti sekrup pengikat kontak pemutus. Jangan mengganti

sekrup pengikat kontak pemutus dengan sekrup baru yang yang lebih panjang!

Ujung sekrup yang terlalu panjang menghalangi kerja mekanisme advance

vakum. (Bintoro:2013)

e) Penyetelan Saat Pengapian

Saat pengapian adalah saat dimana tegangan induksi dialirkan ke busi. Saat

pengapian merupakan awal proses pembakaran yang hasil akhirnya akan

mendapatkan tekanan pembakaran maksimal. Saat pengapian yang terlalu awal,

mengakibatkan knocking atau detonasi, terdengat suara dalam mesin seperti

pukulan komponen mekanik . Knocking pada saat beban tinggi menghasilkan

temperatur dan tekanan pembakaran sesaat yang sangat tinggi, mengakibatkan

kerusakan pada torak, batang torak dan bantalannya


27

Jika saat pengapian terjadi tidak tepat maka tenaga maksimal tidak akan

terbentuk. Pengapian yang di berikan akan berubah - ubah sesuai dengan putaran

mesin, artinya apabila putaran mesin bertambah maka pengapian terjadi harus lebih

cepat dan sebaliknya jika putaran mesin turun maka pengapian akan terjadi lebih

mundur. Saat pengapian untuk konvensional juga bisa diatur apabila penggunaan

bahan baker mempunyai nilai oktan yang lebih tinggi.

Cara menyetel saat pengapian dengan timing light :

(1) Pasang Timing Light dan Tachometer

Hubungkan timing light ke baterai dan ke busi sedangkan tachometer setel

jumlah silinder, hubungkan kabel ke coil dan hubungkan kabel ke baterai.

(2) Lihat saat pengapian pada putaran idle. Tanda pengapian terletak pada puli

atau roda gaya. Jika tanda saat pengapian kotor, bersihkan terlebih dahulu.

(3) Apabila saat pengapian tidak tepat, setel saat pengapian dengan cara

kendorkan sekrup pengikat distributor sampai distributor dapat digerakkan.

Kemudian putar distributor sampai didapatkan saat pengapian yang tepat,

kemudian keraskan sekrup pengikat distributor kembali.

(4) Kontrol saat pengapian kembali, Kemudian kontrol juga dengan melepas

slang vacum dari distributor. Jika ada perbedaan antara saat pengapian

dengan dan tanpa slang vakum, berarti penyetelan karburator salah, atau

slang vakum pada karburator disambung salah.


28

Gambar 2.15

Penyetelan saat pengapian menggunakan Timing Light

(Sumber : Bintoro:2013)

Hal Penting :

1. Jika lampu timing dilengkapi dengan penyetel sudut, penyetel tersebut harus

ditepatkan pada posisi “OFF” atau 0 (Nol)

2. Saat pengapian dalam idle biasanya 5o – 10o p.e sebelum Titik Mati Atas

(Toyota Manual Book)

3. Penyetelan saat pengapian kebanyakan harus pada putaran idle yang

seharusnya. Bila putaran idle terlalu tinggi, saat pengapian akan otomatis

dimajukan oleh sistem advans pengapian, akibatnya penyetelan menjadi salah.

4. Putaran idle untuk motor 4 silinder biasanya 750-850 rpm, untuk motor 6

silinder 600 - 750 rpm.

5. Pada beberapa kendaraan-kendaraan buatan Jerman, Italia, kadang-kadang

penyetelan saat pengapian tidak pada putaran idle, lihat cara menyetel saat

pengapian dalam buku manual.

6. Saat pengapian perlu dikontrol setiap 10.000 km.


29

7. Penyetelan saat pengapian dapat dilakukan melalui oktan selektor, dengan

memutar baut penyetel. Hal tersebut biasa dilaksanakan jika kesalahan saat

pengapian hanya sedikit.

f) Pengukuran Sudut Dwell

Sudut dwell merupakan celah yang dibentuk platina dari mulai menutup

sampai mulai membuka atau dengan kata lain yang dimaksud sudut dwell adalah

lamanya platina menutup. Besar kecilnya platina akan mempengaruhi besar

kecilnya arus yang dimanfaatkan koil untuk membentuk kemagnetan yang

selanjutnya akan berpengaruh terhadap besar kecilnya tegangan induksi mutual

yang dihasilkan.

Langkkah pengerjaan :

(1) Lepas tutup distributor, rotor dan piringan tutup.

(2) Periksa celah kontak secara visual. Untuk kendaraan biasanya 0,4-0,5mm.

Jika celah kontak lebih besar atau lebih kecil, stel menurut metode yang

sudah dijelaskan pada penyetelan dengan fuler.

(3) Pasang pengetes dwell (Dwell Tester)

Gambar 2.16
Dwell Tester
(Sumber : Drs. Hari Krismanto, M.Pd:2008)
30

(4) Hubungkan kabel sekunder koil ke massa, untuk menghindarkan kerusakan

koil dan bagian-bagian elektronik.

(5) Start motor dan periksa sudut dwell. Jika salah, stel celah kontak sampai

mendapatkan hasil yang baik.

(6) Kontrol sudut dwel sekali lagi selama motor hidup (putaran idle).

Hal Penting :

1. Besar sudut dwel untuk motor 4 silinder biasanya 50-60º p.k, dan untuk motor

6 silinder 38 - 42º p.k. (Bintoro:2013)

2. Dengan sudut dwel terlalu kecil atau celah kontak pemutus yang terlalu lebar

dari standarnya, maka waktu penutupan kontak pemutus pendek, akibatnya

arus primer tidak mencapai maksimumnya dan kemampuan pengapian menjadi

kurang (bunga api pada busi lemah).

3. Sudut dwel terlalu besar, maka waktu penutupan kontak pemutus lama,

akibatnya arus primer dapat mencapai maksimumnya dan kemampuan

pengapian menjadi baik (bunga api pada busi kuat). Kelemahannya, kontak

pemutus menjadi panas dan kontak pemutus cepat aus.

4. Kadang-kadang terjadi perubahan sudut dwell, yang tergantung pada jumlah

putaran motor. Hal itu diakibatkan oleh kebebasan plat dudukan kontak dan

kebebasan poros governor. Kalau perubahannya lebih dari 50, distributor harus

di Overhaul, kecuali distributor buatan Delco (GM) dan Ducellier (Renault).

Distributor tersebut mengalami perubahan sudut dwell pada saat advance

vakum bekerja. Perubahan itu dikarenakan oleh konstruksinya.


31

g) Sudut pengapian

Sudut pengapian adalah sudut putar kam distributor mulai dari saat kontak

pemutus membuka (A) sampai kontak pemutus membuka pada tonjolan kam

berikutnya (C).

Gambar 2.17
Sudut pengapian
(Sumber : Bintoro:2013)

𝟑𝟔𝟎°
Sudut pengapian =
𝒛

Z = Jumlah silinder

Untuk motor 4 silinder :

360 =
α= 90° p.k (Derajat poros kam)
z

Secara empiris : Sudut dwel = 60% x sudut pengapian

360°
= 60% x (dengan toleransi kurang lebih 20°). (Bintoro:2013)
𝑧

h) Pemeriksaan Kerja Vaccum Advancer

Vaccum Advancer adalah komponen sistem pengapian yang berfungsi untuk

memajukan saat pengapian berdasarkan besarnya kevakuman yang terjadi di dalam

mesin. Pengajuan yang dimaksud adalah dengan cara memajukan platina melawan
32

arah putaran nok distributor untuk lebih cepat membuka sehingga bunga api akan

cepat timbul. Pengajuan akan terjadi saat mesin pada kondisi beban berat.

Ada dua cara pemeriksaan pada Vacum Advancer

(1) Pemeriksaan sederhana

(a) Lepas tutup distributor

(b) Lepas slang vakum yang menuju ke distributor pada karburator. Isap slang

dengan mulut dan perhatikan plat dudukan kontak pemutus harus

bergerak. Slang vakum tidak boleh retak atau longgar pada sambungannya.

Gambar 2.18
Pemeriksaan sederhana dengan menghisap selang vaccum
(Sumber : Bintoro:2013)

(2) Pemeriksaan dengan alat pengetes

(a) Pasang lampu timing dan tachometer

(b) Hidupkan mesin, kontrol/stel saat pengapian

(c) Tambah putaran motor sampai tepat 3500 rpm, kemudian lihat saat

pengapian.
33

(d) Lepas slang vaccum pada distributor, kemudian lihat kembali saat

pengapian dengan tepat 3500 rpm. Perbedaan saat pengapian dengan/

tanpa Vacum advancer harus 10º - 20º p.e.

Gambar 2.19
Pengukuran Vaccum Advancer menggunakan Timing light
(Sumber : Bintoro:2013)

i) Pemeriksaan Kerja Sentrifugal Advancer

Sentrifugal Advancer adalah perlengkapan komponen yang terpasang pada

distributor yang berfungsi untuk memajukan saat pengapian berdasarkan putaran

motor (advans sentrifugal), Sentrifugal Advancer berfungsi untuk memajukan saat

pengapian berdasarkan putaran motor, sehingga meskipun gerakan torak semakin

cepat, tekanan pembakaran maksimum tetap berada dekat setelah Titik Mati Atas

(TMA).
34

Gambar 2.20
Bagian - bagian Sentrifugal Advancer
(Sumber : Ruswid:2010)

Semakin cepat putaran mesin/motor, maka semakin cepat putaran poros

distributor dengan plat pembawa pemberat sentrifugal, sehingga bobot-bobot

sentrifugal semakin mengembang keluar. Akibatnya sisi lain dari kedua bobot

sentrifugal akan menekan dua sisi plat berkurva sehingga poros governor (kam)

diputar lebih maju dari kedudukan semula, maka tumit ebonit kontak pemutus

ditekan lebih awal sehingga kontak pemutus terbuka lebih awal daripada saat

putaran mesin lebih rendah atau saat pengapian menjadi lebih maju.

Pemeriksaan Sentrifugal Advancer

(1) Pemeriksaan secara sederhana

(a) Lepas tutup distributor


35

(b) Putar rotor dengan tangan, sesuai dengan arah putarannya. Rotor harus

dapat diputar 10-15 derajat dan dapat kembali sendiri dengan sendiri ke

posisi semula. Jika tidak, governor harus diperbaiki atau diganti baru.

Gambar 2.21
Pemeriksaan sederhana Sentrifugal Advancer
(Sumber : Bintoro:2013)

(2) Pemeriksaan dengan menggunakan lampu timing

1) Lepas slang vakum dari advans vakum

2) Pasang lampu timing dan takhometer

3) Lihat tanda saat pengapian pada idle, dan tambah putaran motor :

1) Di bawah 900 rpm governor belum boleh bekerja, saat pengapian tidak

boleh berubah.

2) Antara 900-1500 rpm, governor harus mulai bekerja. Untuk itu dapat

dilihat pada tanda pengapian yang mulai bergeser ke saat pengapian yang

lebih awal / bergerak berlawanan arah putaran motor.

3) Tambah putaran motor sampai 4500 rpm. Sekarang saat pengapian harus

ada advance / maju 15º-30º p.e.


36

Gambar 2.22
Pemeriksaan Sentrifugal Advancer menggunakan Timing Light
(Sumber : Hartono:2012)
Hal Penting :

1. Jangan menambah putaran motor lebih dari 4500 rpm, karena dapat

menimbulkan kerusakan motor.

2. Setelah pemeriksaan advans sentrifugal selesai, jangan lupa memasang

kembali slang vakum.

4) Pemeliharaan saringan udara

Saringan udara berfungsi untuk menyaring udara kotor yang masuk ke ruang

bakar, untuk menjaga kualitas udara yang masuk ke ruang bakar agar tetap bersih.

Langkah kerja pembersihan saringan udara :

(1) Lepas saringan udara

(2) Periksa kondisi saringan udara. Jika kotor sekali harus diganti baru.

(3) Jika saringan sedikit kotor, bersihkan saringan udara menggunakan air gun

dari arah dalam saringan.


37

Gambar 2.23
Pembersihan saringan udara
(Sumber : Drs. Hari Krismanto, M.Pd:2008)

(4) Pasang kembali rumah saringan udara. Pada waktu pemasangan, pastikan

kedudukan paking-pakingnya.

Hal Penting :

1. Saringan udara jenis kering harus diganti baru setiap 20.000 – 40.000 km.

2. Jika saringan/filter udara terlihat basah oleh oli, oli tersebut berasal dari

sistem ventilasi karter.

5) Penyetelan katup (Valve)

Mekanisme katup adalah suatu system yang berfungsi untuk mengatur

pembukaan dan penutupan saluran masuk atau buang. Penyetelan katup meliputi

penyetelan katup masuk (in) 0,20mm dan katup buang (ex). Dimana tujuan

penyetelan katup adalah untuk mengatasi pemuaian artinya bahwa katup bekerja

berhubungan dengan pana, maka batang katup akan cenderung memuai

memanjang. Jika celah katup tidak diberikan maka saat terjadi pemuaian akan
38

terjadi kebocoran tekanan kompresi yang berakibat pada lemahnya tenaga mesin

yang dihasilkan. (Ruswid:2010)

(1) Langka – langkah penyetelan katup :

(a) Posisikan mesin pada top kompresi 1 dengan cara memutar pully dan

menempatkan tanda V pully pada posisi 0º. Penentuan Kompresi pada

sebuah silinder dilakukan dengan cara melihat kondisi kedua katup (in &

ex) pada silinder tersebut tidak dalam keadaan bekerja (katup tidak tertekan

oleh rocker arm) .

(b) Cari besar celah katup di dalam buku data / manual. Besarnya celah katup

pada mesin panas / dingin biasanya tidak sama.

(c) Lepas tutup kepala silinder.

(d) Putar motor searah dengan putarannya sampai tanda TMA tepat. Tanda

TMA terletak pada puli motor (gambar) atau pada roda gaya.

Gambar 2.24
Puli/Pully Motor
(Sumber : Bintoro:2013)
39

(e) Tentukan posisi saat akhir langkah kompresi, apakah terjadi pada silinder

pertama atau silinder terakhir. Saat akhir langkah kompresi dapat diketahui

dari adanya celah pada kedua katupnya, karena posisi kedua katup tertutup.

(f) Stel katup, dimana setengah dari jumlah katup dapat distel. Pertama, silinder

yang berada pada posisi saat terakhir kompresi, kedua katupnya dapat distel.

Pada silinder berikutnya, katup masuk dapat distel. Pada silinder berikutnya

lagi, katup buang dapat distel, dan demikian juga untuk silinder berikutnya.

Katup-katup pada silinder terakhir tidak dapat distel.

(g) Setel katup dengan cara mengendorkan mur pengikat dan mengatur

besarnya celah melalui baut penyetel.

(2) Penyetelan katup mesin 4 dan 6 silinder

(a) Mesin 4 silinder, Jika silinder pertama pada saat akhir langkah kompresi,

maka katup yang dapat disetel ( X ) adalah :

Gambar 2.25
Penyetelan katup mesin 4 silinder
(Sumber : Bintoro:2013)
Keterangan :

M = katup masuk

B = katup buang

X = katup yang dapat di setel


40

(b) Mesin 6 silinder, Jika silinder keenam pada saat akhir langkah kompressi,

maka katup yang dapat di setel (X) adalah :

Gambar 2.26
Penyetelan katup mesin 6 silinder
(Sumber : Bintoro:2013)
(h) Kemudian penyetelan setengah dari jumlah katup yang belum distel

dilakukan dengan cara yang sama, yaitu setelah puli motor diputar satu

putaran lagi / tanda Titik Mati Atas (TMA) tepat.

(i) Pasang tutup kepala silinder.

6) Penyetelan putaran idle (stasioner) dan campuran bahan bakar

(1) Persyaratan penyetelan idle :

Sebelum menyetel idle, pastikan dahulu bahwa saat pengapian, celah katup, sistem

ventilasi karter dan saringan udara sudah dalam keadaan baik

Sewaktu penyetelan, mesin/motor harus pada temperatur kerja, tetapi jangan

terlalu panas. Penyetelan campuran idle harus dilaksanakan saat saringan udara

terpasang.

(2) Langkah kerja penyetelan idle

(a) Pasang Tachometer, dan hidupkan motor

(b) Jika rpm idle kurang dari spesifikasi, setel rpm idle 750 – 850 rpm untuk

mesin 4 silinder. Penyetelan dilakukan dengan memutar sekrup penyetel


41

katup gas yang terpasang pada mekanisme katup gas. Perhatikan : Jangan

tertukar antara sekrup penyetel katup gas dengan sekrup penyetel putaran

start dingin yang terletak pada mekanisme cuk.

Gambar 2.27
Sekrup penyetel pada karburator
(Sumber : Ruswid :2010)
(c) Stel campuran idle (campuran bensin dan udara) dengan sekrup penyetel

yang terletak pada daerah rumah katup gas. Cara menyetel seperti berikut.

 Putar sekrup penyetel kearah kiri (sekrup bergerak kearah luar), sampai

putaran motor mulai turun (titik 1 pada diagram dibawah).

 Kemudian, putar kembali sekrup penyetel kearah kanan (sekrup bergerak

kearah dalam) secara bertahap, sampai putaran motor mulai turun (titik 2

pada diagram dibawah). Selanjutnya putar kembali sekrup penyetel

kearah kiri (sekrup bergerak kearah luar) 1/4 sampai dengan 1/2 putaran

dan berhenti.
42

Gambar 2.28
Digram penyetelan idle
(Sumber : Ruswid :2010)
Yang dimaksud penyetelan secara bertahap tersebut adalah sebagai berikut :

putar sekrup penyetel tahap demi tahap setiap 1/2 putaran dan berhenti. Kemudian

tunggu sebentar dan perhatikan reaksi putaran motor dengan perasaan. Jika putaran

motor tetap, putar lagi sekrup penyetel 1/2 putaran dan berhenti. Kemudian tunggu

sebentar dan perhatikan reaksi putaran motor. Jika putaran motor terdengar / terasa

mulai turun, maka selanjutnya putar sekrup penyetel kearah kiri (sekrup bergerak

kearah luar) 1/4 sampai dengan 1/2 putaran. Dan itulah penyetelan campuran yang

benar tanpa alat khusus.

(d) Jika setelah penyetelan campuran, ternyata putaran motor tidak sesuai, maka

setel kembali putaran idle dan dan campuran idle.

Hal Penting

Jangan menyetel idle pada saat mesin/motor masih dingin atau sangat panas.

Karburator sering dilengkapi dengan katup termostatik, yang terbuka saat

temperatur karburator di atas 60ºC. Pada saat mesin/motor sangat panas sehingga

temperatur karburator di atas 60º C, maka katup termostatik terbuka, katup tersebut
43

mengalirkan udara tambahan ke saluran masuk, sehingga campuran menjadi tidak

terlalu kaya karena penguapan bensin saat mesin sangat panas. Oleh karena itu,

penyetelan idle tidak boleh dilakukan jika motor terlalu panas, karena campuran

bensin dan udara menjadi tidak sesuai kebutuhan idle.

Campuran idle yang terlalu kaya akan mengakibatkan pemakaian bahan bakar

menjadi boros. Sebaliknya dengan campuran idle yang terlalu kurus akan

mengakibatkan motor hidup tersendat-sendat pada idle dan pada beban rendah.

Bila sistem cuk dan campuran idle telah di stel dengan baik, maka saat motor

dingin perlu menggunakan cuk selama sekitar 1 menit untuk mencapai putaran

idle/stasioner dengan baik. Namun jika cuk tidak ditarik tetapi putaran motor saat

dingin sudah baik, berarti pada mesin/motor tersebut campuran idle telah disetel

terlalu kaya.

d. Tune Up Sepedea Motor EFI

Pemakaian sepeda motor secara terus-menerus berakibat kerja mesin dan

komponen-komponen di dalamnya sedikit demi sedikit akan mengalami

perubahan, sehingga dalam periode tertentu diperlukan suatu penggantian atau

penyetelan ulang dalam bentuk Tune Up atau servis berkala. (Julius Jama:2013)

Tune Up merupakan usaha untuk mengembalikan kondisi semula apabila

motor mengalami gangguan dan kerusakan akibat pemakaian secara terus -

menerus. Tujuan dari Tune Up adalah agar motor tetap menghasilkan tenaga yang

maksimal dan senantiasa dalam kondisi baik. Tune Up/servis berkala pada sepeda

motor ini dilakukan secara periodik yang meliputi :


44

1) Ruang lingkup pekerjaan Tune Up sepeda motor

a) Pemeriksaan pada mesin

(1) Pemeriksaan oli mesin

(2) Pembersihan saringan udara

(3) Penyetelan jarak renggang katup

(4) Pemeriksaan dan penyetelan kopling

(5) Pemeriksaan sistem FI

(6) Pemeriksaan jarak bebas throtle

b) Pemeriksaan Kelistrikan

(1) Pemeriksaan sistem pengisian

(2) Pemeriksaan lampu penerangan dan lampu tanda

(3) Pemeriksaan baterai

(4) Pemeriksaan busi

c) Perawatan pada Chassis

(1) Pemeriksaan kondisi dan kerja suspensi

(2) Pemeriksaan dan penyetelan sistem kemudi

(3) Pemeriksaan kondisi roda depan dan roda belakang

(4) Pemeriksaan dan penyetelan rem

(5) Pemeriksaan dan penyetelan gear set

2) Langkah – langkah Tune Up sepeda motor FI

a. Pemeriksaan pada mesin

1) Pemeriksaan dan penggantian oli mesin


45

Pemeriksaan jumlah oli pelumas mesin melalui stick oli,jumlah/tinggi

permukaan oli harus berada di antara tanda batas atas dan batas bawah pada stick

oli.

Gambar 2.29
Memeriksa pelumas mesin
(Sumber : Sudjarwo:2013)

Oli pelumas harus diganti apabila :

 Kekentalan/viskositas rendah/encer

 Jumlah oli kurang

 Warna oli berubah drastis/jarak tempuh sudah terpenuhi.

Penggantian oli mesin dilakukan sebagai berikut :

a) Melepas baut penampungan untuk menguras oli yang sudah tidak layak pakai

b) Kemudian menyemprot bak mesin menggunakan air gun agar sisa-sisa

kotoran yang ada dalam penampungan oli bisa keluar

c) Menutup kembali baut tempat menguras oli

d) Mengisi oli yang baru sesuai spesifikasi motor .

Oli pelumas mesin sepeda motor mempunyai SAE 20W/50 dengan API

SE/SF. Jumlah oli 0,8–1,5 ltr, tergantung spesifikasi motornya. Saat melakukan

pembongkaran ataupun turun mesin, jumlah oli yang diisikan ditambah 20% dari
46

jumlah penggantian oli pada kondisi normal. Misalnya pada saat penggantian oli

normal 0,8 ltr, maka saat turun mesin oli pelumas diisi kembali sebanyak 1 ltr.

2) Pemeriksaan dan pembersihan saringan udara

Terdapat dua jenis saringan udara yang digunakan pada sepeda motor, yaitu :

a) Saringan udara tipe kertas

Saringan udara tipe kertas yang kotor cukup dibersihkan saja, namun

apabila elemen saringan telah tersumbat maka saringan harus diganti. Cara

pembersihan saringan udara tipe kertas adalah dengan menggunakan udara

bertekanan, semprotkan udara bertekanan dari arah berkebalikan dengan arah aliran

udara kerja masuk ke silinder.

Gambar 2.30
Membersihkan saringan udara tipe kertas
(Sumber : Sudjarwo:2013)

b) Saringan udara tipe busa/spon.

Saringan udara tipe spon dapat dibersihkan dengan cara dicuci

menggunakan cairan pembersih yang tidak mudah terbakar, kemudian diperas dan

dikeringkan (cara memeras tidak boleh dipuntir, cukup ditekan pada kedua telapak

tangan atau di genggam/dikepal kencang, agar elemen saringan udara tidak

sobek/rusak). Setelah kering, elemen saringan udara direndam dalam minyak


47

pelumas kemudian diperas lagi untuk membuang kelebihan minyak dalam elemen

saringan udara.

Gambar 2.31
Pemebersihan saringan udara tipe spons
(Sumber : Sudjarwo 2013)

3) Pemeriksaan jarak renggang katup

Tekanan kompresi di dalam ruang bakar sangat dipengaruhi oleh penyetelan

celah katup. Jika celah katup lebih kecil dari standar berarti katup cepat membuka

dan lebih lama menutup, pembukaan yang lebih lama membuat gas lebih banyak

masuk. Akibatnya bensin lebih boros dan akibat dari keterlambatan katup menutup

adalah tekanan kompresi menjadi bocor karena pada saat terjadi langkah kompresi

(saat piston bergerak dari bawah keatas), katup belum menutup padahal seharusnya

pada saat itu katup harus menutup rapat hal ini mengakibatkan tenaga mesin

berkurang.

Selanjutnya apabila celah katup lebih besar dari standar berarti katup

terlambat membuka dan cepat menutup. Apabila hal ini terjadi pada katup masuk

maka pemasukan campuran bahan bakar udara berlangsung cepat sehingga jumlah

campuran yang masuk sedikit. Tekanan kompresi menjadi rendah karena jumlah
48

campuran bensin dan udara yang dikompresikan sedikit. Jika tekanan kompresi

rendah maka akan berakibat tenaga motor menjadi berkurang.

Langkah – langkah menyetel katup :

a) Membuka tutup katup dan tutup magnet

b) Memutar poros engkol searah putaran mesin, menepatkan poros engkol

pada sehingga piston pada posisi top (akhir langkah kompresi), dengan

memeriksa tanda “T” magnet tepat pada garis penyesuai pada blok magnet

dan kedua katup pada posisi tidak tertekan/bebas.

c) Memeriksa/menyetel celah katup dengan feeler gauge, alat penyetel katup

dan kunci ring. Penyetelan dilakukan dengan terlebih dahulu mengendorkan

mur kontra, kemudian memasang feeler gauge dan memutar sekrup

penyetel. Setelah dirasa setelan tepat, tahan sekrup penyetel dan kencangkan

mur kontra. Penyetelan celah katup tepat apabila saat feeler gauge ditarik

terasa agak seret namun tidak sampai tergores.

4) Pemeriksaan dan penyetelan kopling

Supaya kopling kembali bekerja secara optimal, maka secara berkala kopling

harus disetel. Penyetelan kopling yang dimaksudkan adalah penyetelan gerak bebas

mekanisme penggerak kopling, yang dibedakan menjadi dua tipe, yaitu :

a) kopling manual (kopling tangan)

Langkah penyetelan :

(1) Mengendorkan mur pengunci (pada tuas kopling ataupun pada kabel

kopling).
49

(2) Memutar mur penyetel sampai diperoleh gerak bebas tuas kopling yang

tepat (± 10 – 20 mm).

(3) Mengencangkan kembali mur pengunci.

Gambar 2.32
Penyetelan kopling tangan
(Sumber : Julius Jama:2008)
b) kopling otomatis (tunggal dan ganda).

Langkah Penyetelan :

(1) Mengendorkan mur pengunci

(2) Memutar baut penyetel kopling (adjuster bolt) searah

(3) putaran jam kurang lebih 1 putaran

(4) Putar balik baut penyetel kopling (berlawanan arah jarum jam) sampai

terasa ada sentuhan

(5) Putar kembali baut penyetel kopling searah jarum jam s/d. ¼ putaran

(6) Menahan baut penyetel kopling, kemudian

(7) mengencangkan mur pengunci.


50

Gambar 2.33
Menyetel free play pada kopling otomatis
(Sumber: Julius Jama:2008)

5) Pemeriksaan Electronic Fuel Injection (EFI)

a) Jadwal perawatan berkala sistem bahan bakar tipe injeksi

Jadwal perawatan berkala sistem bahan bakar tipe injeksi (EFI) sepeda

motor yang dibahas berikut ini adalah berdasarkan kondisi umum, artinya sepeda

mesin dioperasikan dalam keadaan biasa (normal). Pemeriksaan dan perawatan

berkala sebaiknya rentang diperpendek sampai 50% jika sepeda mesin dioperasikan

pada kondisi jalan yang berdebu dan pemakaian berat (diforsir).

b) Prosedur pendiagnosaan sendiri

(1) Letakkan sepeda motor pada standar utamanya.

(2) Malfunction indicataor lamp (MIL) akan berkedip-kedip sewaktu kunci

kontak diputar ke “ON” atau putaran mesin di bawah 2.000 putaran

permenit (rpm). Pada semua kondisi lain, MIL akan tetap hidup dan tetap

hidup.

(3) Putar kunci kontak ke posisi “ON”.

(4) Malfuction indicator (MIL) berkedip-kedip.


51

(5) Catat berapa kali MIL berkedip dan tentukan penyebab persoalan

(6) Jika MIL tidak hidup atau berkedip, sistem dalam keadaan normal.

(7) Jika ingin membaca memori EFI/PGM-FI untuk data kesukaran, lakukan

sebagai berikut:

(8) Untuk membaca data persoalan yang telah disimpan. Putar kunci kontak

ke posisi “OFF”.

(9) Lepaskan front top cover.

(10) Lepaskan connector cover (penutup konektor) dari data Link connector

(DLC) (konektor sambung data), seperti terlihat pada gambar di bawah ini

Gambar 2.34
Posisi Data Link Connector (DLC)
(Sumber : Beni Setya Nugraha, S.Pd.T:2005)
52

(11) Hubungkan Special Tool ke Data Link Connector (DLC)

Gambar 2.35
Pemasangan konektor DLC
(Sumber : Sudjarwo:2013)

(12) Putar kunci kontak ke posisi “ON”

(13) Jika ECM tidak menyimpan data memori pendiagnosaan sendiri, MIL

akan menyala terus ketika kunci kontak di putar ke posisi “ON”

(14) Catat berapa kali MIL berkedip dan tentukan penyebab persoalan

Hal Penting :

1) Pada sistem EFI atau PGM-FI Honda, MIL (Malfunction Indicator Lamp)

menunjukkan kode-kode masalah/persoalan yang terjadi pada sepeda motor.

Jumlah kedipannya dari 0 sampai 54. Jenis kedipan dari MIL ada dua, yaitu

kedipan pendek (0,3 detik) dan kedipan panjang (1,3 detik). Jika sebuah

kedipan panjang terjadi, dan kemudian dua buah kedipan pendek, berarti kode

persoalan itu adalah 12 karena satu kedipan panjang = 10 dan dua kedipan

pendek = 2 kedipan.

2) Jika ECU/ECM menyimpan beberap kode kegagalan/masalah, MIL

memperlihatkan kode kegagalan menurut urutan dari jumlah terendah sampai

tertinggi.
53

3) Jika terjadi kegagalan fungsi pada rangkaian MAP sensor, MIL akan berkedip

1 kali. Penyebab kegagalan pada rangkaian MAP sensor antara lain :

a) kontak longgar atau lemah pada sensor unit

b) terjadi rangkaian terbuka atau hubungan singkat (korslet) pada kabel MAP

sensor dari sensor unit, atau MAP sensor tidak bekerja dengan baik.

4) Jika terjadi kegagalan fungsi pada rangkaian suplai (daya) atau massa sensor

unit, MIL akan berkedip 1, 8 dan 9 kali. Penyebab kegagalannya antara lain:

a) kontak longgar atau lemah pada sensor unit

b) terjadi rangkaian terbuka atau hubungan singkat korslet) pada kabel daya atau

massa sensor unit, atau sensor unit tidak bekerja dengan baik. Sensor unit

adalah gabungan dari TP (throttle positioner), MAP (manifold absolute

pressure), dan IAT (intake air temperature) sensor.

5) Jika terjadi kegagalan fungsi pada rangkaian EOT (engine oil temperature)

sensor, MIL akan berkedip 7 kali. Penyebab kegagalan pada rangkaian EOT

sensor antara lain :

a) kontak longgar atau lemah pada EOT sensor

b) terjadi rangkaian terbuka atau hubungan singkat (korslet) pada kabel EOT

sensor, atau EOT sensor tidak bekerja dengan baik.

6) Jika terjadi kegagalan fungsi pada rangkaian bank angle sensor, MIL akan

berkedip 54 kali. Penyebab kegagalan pada rangkaian Bank Angle Sensor

antara lain :

a) kontak longgar atau lemah pada bank angle sensor


54

b) terjadi rangkaian terbuka atau hubungan singkat (korslet) pada kabel

Bank Angle Sensor, atau Bank Angle Sensor tidak bekerja dengan baik.

7) Jika terjadi kegagalan fungsi di dalam ECU/ECM, MIL akan berkedip 33

kali. Penyebab kegagalannya adalah karena ECU/ECM tidak bekerja

dengan baik.

8) Jika terjadi kegagalan fungsi pada data link (penghubung kabel data) atau

rangkaian MIL, MIL akan hidup terus. Penyebab kegagalannya antara lain :

a) kontak longgar atau lemah pada injektor

b) terjadi rangkaian terbuka atau hubungan singkat (korslet) pada kabel

injektor, injektor tidak bekerja dengan baik, atau ECU/ECM tidak

bekerja dengan baik.

9) Jika terjadi kegagalan fungsi pada rangkaian injektor, MIL akan berkedip

12 kali. Penyebab kegagalannya antara lain :

a. hubungan singkat pada kabel data link conector (DLC)

b. hubungan singkat pada kabel MIL, atau ECU/ECM tidak bekerja dengan

baik. (Julius Jama:2013)

6) Pemeriksaan jarak bebas Throttle

Speling atau jarak bebas putaran gas perlu di stel ulang. Tujuannya adalah

agar akselerasi tidak terlambat. Dalam arti begitu gas di plintir, skep karburator

langsung terangkat. Untuk itu pabrikan memiliki standar. Mengatur ulang putaran

grip gas juga berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya respon putaran mesin. Jika

setelan gas terlalu sempit, hal ini menjadi beresiko. Misalnya, grip gas baru diputar

sedikit (1 mm ) motor sudah bergerak. Atau jika setelannya melebihi standar yang
55

direkomendasikan putaran mesin terlambat. Hal ini sangat berpengaruh jika sedang

berada ditikungan.

Cek setiap 500 km dengan menggerakkan grip gas dahulu lalu ukur jarak

bebasnya. Beri tanda dengan spidol dipinggir grip gas. Jarak main yang

direkomendasi semua pabrikan adalah 3-7 mm. Sandainya kurang dari standar itu

tinggal di setel ulang. Lihat dua mur yang akan diset ulang sebagian besar 2 mur

penyetel gas motor ada dibawah hand grip. Misalnya motor bebek Honda, Yamaha,

Kawasaki, Suzuki, dll. Rata-rata penyetel di bungkus karet pelindung debu.

Kendurkan mur pengencang dan putar mur penyetel. Jika memutarnya searah

jarum jam, berarti semakin sempit jarak main di putar berlawanan semakin lebar.

Setelah diatur ulang kemudian cek gerak stang ke kanan dan kiri. Jarak main harus

sama meski stang digerakan ke kanan dan kiri.

b) Pemeriksaan kelistrikan

(1) Pemeriksaan sistem pengisian

Pemeriksaan kumparan generator

Periksa (ukur) dengan menggunakan multimeter (skala ohmmeter) tahanan

koil/kumparan pengisian (charging coil) dengan massa seperti gambar di

bawah:
56

Gambar 2.36
Pengukuran koil pengisian
(Sumber : Sudjarwo 2013)
Standar tahanan kumparan pengisian (pada suhu 20ºC):

(a) 0,2 – 1,5 Ohm untuk Honda Astrea

(b) 0,3 - 1,1 Ohm (Honda Supra PGM-FI)

(c) 0,6 - 1,2 Ohm (Suzuki Shogun)

(d) 0,32 – 0,48 Ohm (Yamaha Vega). (Beni Setya Nugraha:2015)

Hal Penting :

1) Jika hasil pengukuran terlalu jauh dari standar yang ditentukan, ganti

kumparan Stator Alternator (koil pengisian).

2) Warna kabel koil pengisian setiap merek sepeda motor berbeda, lihat buku

manual yang bersangkutan untuk lebih jelasnya.

3) Pengukuran tahanan tersebut bisa dilakukan dengan kumparan stator dalam

keadaan terpasang.

(2) Pemeriksaan sistem penerangan

(a) Pemeriksaan lampu kepala

Jika lampu kepala tidak menyala maka :


57

 Periksa bola lampu, ganti bila bola lampu putus.

 Periksa tahanan lighting coil (kumparan penerangan atau spul lampu).

Standar tahanan dan warna kabel kumparan penerangan berbeda setiap

merek sepeda motor, lihat buku manual masing-masing. Jika hasil

pengukuran terlalu dari standar, ganti kumparan penerangan atau stator

alternator.

 Periksa saklar (switch) lampu.

 Periksa saklar lampu jauh dekat (dimmer switch). Untuk memeriksa

tegangannya :

 Hubungkan multimeter (skala voltmeter) terminal (+) ke konektor lampu

lauh maupun lampu dekat secara bergantian (tergantung posisi saklar

dimmer tersebut).

 Hubungkan terminal (-) multimeter ke massa atau kabel yang menuju

massa.

 Hidupkan mesin

 Geser saklar ke posisi “ON”

 Geser saklar dimmer ke posisi ke lampu dekat dan ke lampu jauh secara

bergantian

 Multimeter harus menunjukkan tegangan sebesar tegangan baterai (12

Volt) pada sambungan konektor bola lampu depan tersebut

 Periksa seluruh sambungan kabel pastikan tidak ada kabel yang putus atau

longgar.

 Periksa kondisi tiap sirkuit/rangkaian sistem penerangan.


58

(b) Pemeriksaan lampu sein

Jika lampu sein tidak menyala maka dilakukan pemeriksaan :

 Periksa bola lampu, ganti bola lampu yang putus

 Periksa sekring, ganti sekring yang terbakar atau putus

 Periksa relay/flasher lampu sein

Jika seluruh sambungan dan kabel sistem lampu sein masih bagus, periksa

relay lampu sein dengan cara menghubung-singkatkan antara terminal

yang ada pada lampu sein menggunakan kabel jumper, kemudian periksa

nyala lampu sein dengan memposisikan saklar ke “ON “. Jika lampu sein

menyala berarti relay rusak dan harus diganti.

3) Pemeriksaan Baterai

a) Periksa kerusakan tempat baterai atau plat terhadap adanya pembentukan

sulfat (selubung putih).

Ganti baterai jika sudah rusak atau telah mengalami sulfasi.

b) Periksa tinggi permukaan elektrolit pada tiap sel, apakah masih berada

diantara batas bawah (lower level) dan batas atas (upper level). Jika rendah,

tambah air suling agar tinggi permukaan mencapai batas teratas (upper

level).

c) Periksa berat jenis (BJ) setiap sel dengan menghisap cairan elektrolit ke

dalam hydrometer.

Berat jenis:

 Muatan penuh : 1,270 – 1,290 pada suhu 20ºC

 Muatan kosong : di bawah 1,260 pada suhu 20ºC


59

d) Ukur tegangan baterai menggunakan multimeter Standar tegangan

(voltage) untuk baterai bebas perawatan (free maintanenace) :

 Bermuatan penuh : 13,0 – 13,2 V

 Bermuatan kurang : di bawah 12, 3 V

Gambar 2.37
Pembacaan berat jenis elektrolit menggunakan hydrometer
(Sumber : Julius Jama:2008)
4) Pemeriksaan busi

a) Periksa endapan karbon pada busi. Bila terdapat edapan karbon, bersihkan

busi dengan mesin pembersih atau menggunakan alat yang lancip

b) Ukur celah (gap) busi dengan menggunakan feeler gauge, bila celahnya

tidak sesuai spesifikasi, setel celah busi

Standar celah busi : 0,6 – 0,8 mm

b. Perawatan pada chassis

1) Pemeriksaan kondisi dan kerja suspensi

Getaran pada sepeda motor yang disebabkan oleh permukaan jalan yang tidak

rata perlu diredam untuk mengurangi kejutan-kejutan akibat gerak pegas.

Komponen yang berfungsi sebagai peredam kejut tersebut adalah sok breker. Oleh

sok breker gerak ayun naik turun badan sepeda motor diperlambat sehingga menjadi
60

lembut dan tidak mengejut. Itulah sebabnya sok breker disebut juga sebagai

peredam kejut.

Kerusakan shockbreaker umumnya disebabkan oleh kebocoran oli. Hal ini bisa

dilihat pada tabung sok brekernya. Jika tabung sok breker selalu basah oleh

rembesan oli maka hal itu berarti sok breker telah bocor. Sok breker harus diganti

jika sudah tidak baik kerjanya.

Pemeriksaan dan perawatan :

a) Jika selama sepeda motor dikendarai dan kadang sepeda motor oleng

kesalah satu sisi tanpa sebab yang jelas maka ada kemungkinan salah satu

dari sok brekernya rusak. Periksalah keadaan sok brekernya. Jika terdapat

rembesan oli pada tabungnya maka hal itu berarti bahwa sok breker bocor

sehingga tekanannya tidak sama. Kedua sok breker harus diganti.

b) Jika selama sepeda motor dikendarai pemegasannya terasa tidak nyaman

tetapi tekanan ban normal, tidak terlalu keras, mungkin disebabkan oleh sok

brekernya yang tidak bekerja. Periksa semua sok brekernya. Jika salah satu

sok breker rusak, ganti keduanya. Untuk pemeriksaan sok breker, tekanlah

sepeda motor tersebut ke bawah dan kemudian lepaskan tekanan tersebut

secara mendadak. Jika sepeda motor melenting dengan cepat bagian

badannya dan berayun-ayun maka kemungkinan besar sok brekernya sudah

tidak bekerja. Sok breker sepeda motor tersebut harus diganti.

c) Periksa keadaan pegas suspensinya. Ukur panjang pegas dalam keadaan

pegas terlepas. Jika panjang pegas melebihi ketentuan, pegas harus diganti.

(Agus Wahyudi.Pemeliharaan Sassis Sepeda Motor 2:2013)


61

2) Pemeriksaan dan penyetelan sistem kemudi

a) Menaikkan roda depan sehingga roda depan dalam posisi terangkat dan

kemudi bebas.

b) Memeriksa pergerakan kemudi. Jika kemudi berat atau tidak dapat

bergerak rata, periksa bantalan kemudi.

c) Roda depan masih dalam keadaan terangkat, gerakkan garpu depan ke

depan-belakang.

d) Apabila terdapat kekocakan, periksa bantalan kemudi.

3) Pemeriksaan kondisi roda

a) Pemeriksaan poros

Letakkan poros pada blok-V dan ukur keolengannya, keolengan

sebenarnya adalah 1/2 dari pembacaan total indikator. Toleransi keolengan

yang di izinkan adala 0,2 mm

b) Pemeriksaan bantalan roda (Wheel bearing)

Putar lingkaran dalam masing-masing bantalan dengan jari-jari. Bantalan

harus berputar dengan halus tanpa suara. Juga periksa bahwa lingkaran luar

bantalan duduk dengan erat pada hub (pusat roda). Lepaskan dan gantilah

bantalan jika tidak dapat berputar dengan halus, tanpa suara, atau jika

duduk dengan longgar pada hub.

c) Pemeriksaan keolengan roda

Periksa keolengan pelek/velg dengan menempatkan roda pada sebuah

pegangan untuk memutarkan roda. Putar roda dengan tangan, dan bacalah
62

keolengan menggunakan dial indicator. Keolengan yang diperiksa adalah

keolengan aksial dan keolengan radial.

d) Pemeriksaan kondisi ban

(1) Melepas ban dalam dari roda

(2) Bersihkan seluruh permukaan ban dalam dari kotoran dan benda-benda

asing yang menempel, bila perlu cuci dengan air bersih.

(3) Periksa kesesuaian ukuran dengan ban luar yang dipakai. Ban dalam dan

luar harus menggunakan ukuran yang sama.

(4) Periksa keliling penampang luar. Ban dalam yang keliling penampang

luarnya telah mengembang sampai 92% atau lebih, dibandingkan dengan

keliling penampang ban luar pada bagian dalam harus diganti baru.

(5) Periksa kondisi pentil (tube valve). Pentil yang sudah tidak bekerja

dengan baik (macet, karatan, bocor) tidak layak pakai dan harus diganti

baru. Batang pentil yang rusak (karatan/bocor) menunjukkan ban dalam

harus diganti. Pastikan tutup pentil ada dan terpasang.

(6) Periksa karet ban. Ban dalam yang sudah aus, melipat, sobek ataupun ada

bagian yang lunak karetnya harus diganti baru. Ban dalam dengan

tambalan yang sudah terlalu banyak juga harus diganti baru.

Catatan : Sewaktu memasang roda, perhatikan arah putaran roda jangan

sampai terbalik dengan cara melihat arah tanda panah pada ban.

4) Pemeriksaan dan penyetelan rem

a) Periksa gerak bebas dan keausan kanvas rem dengan melihat pada indikator

keausan kanvas rem


63

b) Mengganti kanvas rem apabila kanvas rem telah melewati batas indikator

keausannya.

c) Menyetel gerak bebas rem melalui mur penyetel pada kabel rem. Standar

jarak main bebas rem depan adalah 10-20 mm, sedangkan untuk rem

belakang adalah 20-30 mm.

d) Memeriksa jumlah/ketinggian permukaan minyak/cairan rem pada

reservoir master silinder rem (untuk rem penggerak hidrolik) dan

menambahkan minyak/cairan rem apabila jumlah/tinggi permukaan

minyak/cairan rem di bawah batas bawah yang diijinkan.

Gambar 2.38
Memeriksa jumlah minyak rem

(Sumber : Sudjarwo:2013)

e) Memeriksa kebocoran cairan rem dan membuang udara palsu pada sistem

rem penggerak hidrolik dengan cara membuka lubang keluaran angin yang

terdapat pada rumah rem (brake housing)

5) Pemeriksaan dan penyetelan gear set

a) Memeriksa kondisi keausan rantai roda dan sprocket. Memeriksa

kekocakan dan kelancaran pergerakan engsel rantai (pada pivot dan pin

rantai), pastikan pivot rantai tidak kocak, namun dapat bergerak dengan
64

lancar. Apabila sudah kocak ataupun tidak dapat bergerak dengan lancar

maka rantai roda dan sprocket perlu diganti. (Rantai roda/sprocket yang aus

harus diganti satu unit)

Gambar 2.39
Pemeriksaan Keausan Sprocket Dan Rantai Roda
(Sumber : Agus:2013)
b) Merawat/membersihkan rantai dengan menggunakan air sabun dan sikat

halus, kemudian dikeringkan dan dilumasi

c) Memeriksa arah pemasangan klip rantai dan menyetel kerenggangan

rantai.

d) Prosedur penyetelan kekencangan rantai roda :

(1) Kendorkan poros roda belakang

(2) Kendorkan mur pengunci (adjuster lock nut)

(3) Putar mur penyetel (cub) atau baut penyetel (sport) hingga didapatkan

main bebas rantai roda sesuai spesifikasi.

(4) Pastikan skala kiri dan kanan berada pada posisi yang sama

(5) Tarik rantai roda ke atas pada saat mengencangkan mur roda, untuk

memastikan kedua penyetel tidak berubah posisinya. Pastikan rantai


65

yang di tarik atau di setel pada bagian yang kencang, tidak boleh pada

bagian yang kendor.

(6) Untuk memeriksa kembali hasil penyetelan, lakukan pemeriksaan

ketegangan rantai roda pada pada titik tengah diantara kedua sprocket.

B. Penelitian Yang Relavan

1. Muhammad H. Zuhri, Inu H. Kusumah, Ridwan A.M. Noor dan Dede

Suhayat (2017) yang berjudul “Studi Evaluasi Tentang Pembelajaran

TUNE UP ENGINE Pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Berdasarkan

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia” penelitian ini bertujuan

untuk mengevaluasi siswa kelas XI TKR 5 SMKN 6 Bandung mata

pelajaran pemeliharaan mesin kendaraan ringan yang dinilai masih rendah.

Penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode kuantitatif.

Jenis penelitiannya menggunakan jenis penelitian evaluasi, model evaluasi

yang digunakan yaitu model evaluasi goal oriented evaluation, yaitu model

evaluasi yang diterapkan untuk mengevaluasi program yang jenisnya

pemrosesan dalam bentuk pembelajaran. Subjek penelitian adalah seluruh

siswa kela XI TKR 5 yang berjumlah 28 orang. Pengujian intrumen

penelitian menggunakan content validity rasio (CVR) dan content validity

index (CVI). Hasil pengujian pada instrumen Tune Up engine memiliki nilai

0,94 yang berarti nilai tersebut menunjukkan bahwa intrumen yang disusun

memiliki predikat sangat valid. Rata-rata ketercapaian Tune Up engine

berdasarkan SKKNI dari semua siswa adalah 37,75 sedangkan presentase

ketercapaian Tune Up engine dengan nilai tertinggi yaitu 73,2 % dan 71,4%
66

nilai terendahnya adalah 64,28% dan 62,5%.perincian ketercapaian Tune

Up engine setiap siswa dengan nilai tertinggi adalah 41 dan 40, nilai sedang

adalah 38 dan 39, sedangkan untuk nilai terendah yaitu 35. Pencapaian

standar Tune Up engine berdasarkan SKKNI yang ditetapkan adalah 56,

dilihat dari data yang didapat masih banyak indikator yang belum tercapai.

2. Indra Kustiawan, Wahid Munawar, Sriyono (2016) yang berjudul

“Evaluasi Implementasi Pembelajaran Keterampilan Tune Up Sepeda

Motor Pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan” . Metode penelitian yang

digunakan adalah penelitian deskriptif evaluatif dengan pendekatan

kuantitatif. Model evaluasi yang digunakan adalah model evaluasi stake,

yaitu penelitian untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dari sudut

perencanaan, pelaksanaan, dan hasil pembelajaran sehingga sesuai dengan

model stake. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata waktu pengerjaan

perawatan sepeda motor dari semua siswa adalah 121,58 menit. Presentase

ketercapaian waktu pengerjaan untuk siswa dengan nilai tertinggi adalah

32%. Siswa dengan nilai tertinggi adalah 105 dan 116,5 menit. Alokasi

standar waktu adalah 90 menit. Data menunjukkan tidak ada satupun siswa

yang memenuhi standar waktu hasil pengerjaan Tune Up sepeda motor.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teoritik diatas untuk dapat mengerjakan Tune Up yang

baik, seseorang dituntut untuk mempunyai kemampuan atau keterampilan dasar

Tune Up kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Hal ini dikarenakan teknik

dasar merupakan faktor yang sangat penting untuk menigkatkan keterampilan.


67

Selain itu penguasaan teknik dasar merupakan salah satu unsur yang ikut

menentukan lulus atau tidaknya siswa dalam ujian kompetensi kejuruan yang

diadakan disekolah.

Keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai

tujuan dengan efektif dan efisien ditentukan oleh kecepatan, ketepatan, bentuk dan

kemampuan menyesuaikan diri. Seseorang dikatakan terampil apabila kegiatan

yang dilakukan ditandai oleh kemampuannya untuk menghasilkann sesuatu dengan

kualitas yang tinggi (cepat atau cermat)

Tes keterampilan Tune Up motor bensin yang dilakukan siswa jurusan

otomotif SMK Darussalam khususnya prodi Teknik kendaraan ringan dan teknik

sepeda motor merupakan salah satu upaya yang dilakukan guru kejuruan untuk

mengetahui seberapa besar atau sejauh mana tingkat keterampilan para siswa dalam

menguasai keterampilan Tune Up kendaraan, sehingga dapat melancarkan jalannya

proses kegiatan agar lebih berhasil dalam mencapai tujuan dan dapat dijadikan

sebagai acuan untuk meningkatkan prestasi dibidang kejuruan khususnya Tune

Up motor bensin pada kendaraan di SMK Darussalam Makassar.


68

Adapun gambaran skema kerangka Pikir ilmiah yang sudah peneliti buat adalah

sebagai berikut :

SMK DARUSSALAM MAKASSAR


KELAS 3 JURUSAN OTOMOTIF

KETERAMPILAN TUNE UP
MOTOR BENSIN

TUNE UP MESIN BENSIN TUNE UP SEPEDA MOTOR


KONVENSIONAL FI

TINGKAT KETERAMPILAN TUNE UP MOTOR


BENSIN SISWA KELAS 3 JURUSAN OTOMOTIF
SMK DARUSSALAM MAKASSAR

Gambar 2.40

Skema Kerangka Pikir Ilmiah


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan salah satu cara yang dipergunakan untuk

menjawab suatu permasalahan yang dihadapi dalam suatu penelitian agar tercapai

suatu tujuan yang diinginkan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan

oleh (Surakhmad, 1985:131) bahwa “Metode merupakan cara utama untuk

mencapai suatu tujuan misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan

menggunakan teknik serta alat-alat tertentu”.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan satu variabel tanpa

membuat perbandingan dan menghubungkan dengan variabel lainnya. Penelitian

deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya

menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan

(Suharsimi Arikunto, 2006:234) Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode survey dengan teknis tes dan pengukuran. Terdapat 3 program studi

pada jurusan Teknik Otomotif SMK Darussalam Makassar yaitu Teknik Alat Berat

(TAB), Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Teknik Sepeda Motor (TSM), subyek

penelitian yang diambil yaitu kelas yang mempelajari materi Tune Up motor bensin

dalam hal ini hanya Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Sepeda Motor

(TSM) yang mempelajari Tune Up, Teknik Alat Berat (TAB) tidak termasuk dalam

kompetensi Tune Up motor bensin.

69
70

B. Tempat dan Waktu penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK Darussalam Makassar, yang beralamatkan

Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 19, Sudiang, Biring Kanaya, Kota

Makassar, Sulawesi Selatan 90242.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini terlaksana dimulai pada bulan September 2018 sampai bulan

oktober 2018 dengan pertemuannya setiap pelajaran produktif Alokasi

waktu setiap siswa yang melakukan praktek maksimal 60 menit.

C. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2006:55). Populasi

penelitian ini adalah seluruh siswa program keahlian Teknik Otomotif SMK

Darussalam Makassar yang berjumlah

Tabel 3.1 Data Siswa Jurusan Teknik Otomotif

Tingkatan Kelas Jumlah siswa

X X OTO 1 31 Orang

X OTO 2 30 Orang

X OTO 3 31 Orang

XI XI TKR 1 20 Orang

XI TKR 2 19 Orang
71

XI TSM 18 Orang

XI TAB 12 Orang

XII XII TKR 14 Orang

XII TSM 15 Orang

XII TAB 12 Orang

Total 202

(Sumber: SMK Darussalam, 2018)

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2013:118). Teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah teknik sampling purposive. Sugiyono (2015:67) menyatakan bahwa

sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Pemilihan kelompok subjek dalam sampling purposive didasarkan atas kriteria-

kriteria tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan tujuan penelitian.

Pada penelitian ini pengambilan sampel dengan teknik sampling purposive

dilakukan dengan beberapa kriteria tertentu sebagai berikut :

1) Sampel yang diambil adalah kelompok yang mempelajari materi Tune

Up

2) Dibutuhkan kelompok dengan tingkat yang sama yang mempelajari

Tune Up motor bensin yang dijadikan kelompok penelitian.

Sesuai uraian diatas maka kelas yang diambil sebagai subjek penelitian

yaitu kelas 3 TKR dan 3 TSM dikarenakan apabila hanya satu kelompok

yang dijadikan subjek maka sampel penelitian terlalu sedikit untuk


72

dijadikan sampel. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 29 orang

yang terdiri dari 2 kelas dengan jumlah masing-masing kelas 3 TKR

sebanyak 14 orang dan kelas 3 TSM sebanyak 15 orang.

D. Variabel Penelitian

Suharsimi Arikunto (1998:101), menyebutkan bahwa variabel yang

mempengaruhi disebut variabel bebas sedangkan variabel akibat disebut variabel

terikat. Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian. Dalam penelitian yang menjadi variabel penelitiannya adalah tingkat

keterampilan Tune Up motor bensin konvensioal dan Tune Up sepeda motor FI

siswa kelas 3 Jurusan Otomotif SMK Darussalam yang meliputi perawatan,

penyetelan dan penggantian.

E. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti pada saat

menggunakan metode (Suharsini Arikunto, 1991:104). Penelitian ini menggunakan

instrumen pengumpulan data untuk mengukur tingkat keterampilan Tune Up

kendaraan siswa SMK Darussalam Makassar melalui kompetensi dasar Tune Up

Motor Bensin Konvensional untuk program studi Teknik Kendaraan Ringan (TKR)

dan Tune Up Sepeda Motor FI untuk program studi Teknik Sepeda Motor (TSM).

adapun kisi-kisi instrumennya adalah sebagai berikut:


73

Tabel 3.2 Kisi – Kisi Instrumen Penelitian

No Komponen Indikator Skor

1. Proses Kerja Tune Up mesin bensin konvensional

Pemeriksaan air pendingin 6 - 10

Pemeriksaan tali kipas 6 - 10

Pemeriksaan oli mesin 6 - 10

Pemeriksaan vaccum advancer 6 - 10

Pemeriksaan sentrifugal advancer 6 - 10

Pemeriksaan busi 6 - 10

Penyetelan katup 6 - 10

Pemeriksaan dan penyetelan platina 6 - 10

Pemeriksaan sudut dwell 6 - 10

Pengukuran tekanan kompressi 6 - 10

Penyetelan RPM karburator 6 - 10

2. Proses Kerja Tune Up sepeda motor FI

Pemeriksaan sistem penerangan dan lampu 6 - 10

tanda/sein

Pemeriksaan kondisi dan kerja suspensi 6 - 10

Pemeriksaan dan penyetelan sistem kemudi 6 - 10

Pemeriksaan kondisi roda depan dan belakang 6 - 10

Pemeriksaan dan penyetelan gear set 6 - 10

Pemeriksaan dan penyetelan rem 6 - 10


74

Pemeriksaan dan penyetelan kopling 6 - 10

Pemeriksaan baterai 6 - 10

Pemeriksaan oli mesin 6 - 10

Pemeriksaan dan penyetelan busi 6 - 10

Penyetelan jarak renggang katup 6 - 10

Pemeriksaan sistem FI 6 - 10

Pemeriksaan jarak bebas throttle 6 - 10

Sumber: Kemendikbud 2017

Validitas instrumen penelitian dilakukan dengan menggunakan validitas isi.

Validitas isi menurut (Suharsimi.A, 2012:81) Merupakan suatu kondisi sebuah

instrumen yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi. Suatu

instrumen dikatakan memiliki validitas isi apabila isi alat ukur sesuai dengan materi

pembelajaran. Pengujian validitas isi suatu instrumen dapat dilakukan dengan

pertimbangan ahli (Expect Judgment), Orang yang memiliki kompetensi dalam

suatu bidang dapat dimintakan pendapatnya untuk menilai validitas isi suatu

instrumen. Pertimbangan juga dapat diminta dari profesional misalnya guru,

mekanik, dan sebagainya.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan observasi melalui

tes kinerja. Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah dasar-dasar Tune Up

Motor Bensin Konvensional untuk kelas Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan

Tune Up Sepeda Motor FI untuk Kelas Teknik Sepeda Motor (TSM). Tes kinerja
75

dilakukan untuk menilai ketercapaian hasil praktek tune up motor bensin sesuai

indikator kompetensi yang telah disediakan.

F. Teknik Analasisi Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik

deskriptif dengan persentase. Statistik ini ditujukan untuk mengumpulkan data,

menyajikan statistik deskriptif adalah bagian dari statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2012:207). Data dan menentukan

nilai yang sebenarnya tentang tingkat keterampilan tune up motor bensin siswa

kelas 3 jurusan otomotif di SMK Darussalam Makassar, selanjutnya dapat

dilakukan pemaknaan sebagai pembahasan atas permasalahan yang diajukan

dengan mengacu pada standar keterempilan tune up motor bensin yang telah

ditentukan.

Untuk menentukan kategori tersebut digunakan rumus statistik berdasarkan

mean dan standar deviasi yang dijabarkan oleh Anas Sudijono (2012:175).

Pengelompokan berdasarkan mean (M) dan Standar Deviasi (SD) diatas dapat

digunakan sebagai acuan untuk mengelompokkan hasil penelitian yang diperoleh.

Data-data yang diperoleh tiap-tiap item tes merupakan data kasar dari hasil tiap

butir yang dicapai siswa. Selanjutnya hasil kasar tersebut diubah menjadi nilai

dengan cara mengkonsultasikan data kasar dari tiap-tiap butir tes yang telah dicapai

oleh siswa dengan kategori yang telah ditentukan.


76

Berdasarkan kisi-kisi instrumen yang telah dibuat, kategori mengacu pada

pada Standar Deviasi Ideal dan Mean Ideal. maka pengkategorian dikelompokkan

menjadi 5 kategori yaitu: sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang, Rumus

pengelompokan Tes Keterampilan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Rumus Pengelompokan Hasil Tes Keterampilan

1. Mi - 1,5 SDi ≤ X Sangat Baik

2. Mi - 1,5 SDi < X ≤ M - 0,5 SDi Baik

3. Mi - 0,5 SDi < X ≤ M + 0,5 SDi Cukup

4. Mi + 0,5 SDi < X ≤ M + 1,5 SDi Kurang

5. Mi + 1,5 SDi < X Sangat Kurang

Keterangan :

X = Skor

Mi = Mean Ideal dengan rumus 1/2 (Skor Maks + Skor Min)

SDi = Standar Deviasi Ideal dengan rumus 1/6 (Skor Maks - Skor Min)

Setelah data dikelompokkan dalam setiap kategori, kemudian mencari persentase

masing-masing data dengan rumus persentase. Menurut Anas Sudjiono (2012:43)

rumus persentase yang digunakan adalah:

F
𝑃= X 100 %
N

Keterangan :

P = Persentase yang dicari

F = Frekuensi

N = Jumlah Responden

Anda mungkin juga menyukai