Anda di halaman 1dari 45

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan

hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Pengertian

peternakan tidak hanya pada pemeliharaaan saja, memelihara hewan dengan jumlah

sedikit dan peternakan yang jumlah hewannya lebih banyak,perbedaannya terletak

pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan

penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor pemeliharaan hewan ternak

yang telah dikombinasikan secara optimal.

Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai

penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Adapun ciri-

ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok, kualitas

dagingnya maksimum, laju pertumbuhan cepat, cepat mencapai dewasa, efisiensi

pakannya tinggi, dan mudah dipasarkan. sapi potong adalah jenis sapi khusus

dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan

cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi-sapi ini umumnya dijadikan sebagai sapi

bakalan, dipelihara secara intensif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh

pertambahan bobot badan ideal untuk dipotong.

Usaha ternak sapi potong merupakan usaha yang dapat terus dilakukan karena

masih memberikan kontribusi bagi pendapatan keluarga dan telah mencapai skala

ekonomi (economic of scale) pada jumlah pemeliharaan lima sampai delapan ekor.

Namun secara pencapaian standar minimal kebutuhan hidup keluarga peternak belum

1
memenuhi harapan, sehingga diperlukan berbagai upaya seperti perbaikan

manajemen dan efisiensi biaya serta melakukan upaya pemberdayaan peternak dan

usahanya, baik oleh pemerintah, swasta maupun peternak itu sendiri. Ada indikasi

bahwa kenaikan skala usaha menyebabkan usaha semakin layak, terlihat dari

kelayakan secara finansial pada skala besardan pendapatan yang semakin meningkat.

Dengan demikian skala usaha peternakan sapi potong rakyat masih dapat terus

ditingkatkan sampai mencapai skala pemeliharaan yang layak secara ekonomi dan

finansial.

Stratifikasi sosial merupakan pemisihan masyarakat ke dalam kelompok

tertentu berdasarkan suatu kriteria atau sifat yang dibutuhkan. Stratifikasi sosial

menempatkan suatu kelompok atau individu memiliki tingkatan yang berbeda beda

secara hierarki, artinya suatu kelompok mempunyai kekuasan yang lebih tinggi atau

dianggap lebih baik dari kelompok lainnya. Stratifikasi Sosial sering juga disebut

dengan Pelapisan sosial.

Stratifikasi sosial merupakan konsep yang menunjukkan adanya pembedaan

dan/atau pengelompokkan suatu kelompok sosial (komunitas) secara bertingkat.

Misalnya, dalam komunitas tersebut ada strata tinggi, strata sedang dan strata rendah.

Pembedaan dan/atau pengelompokkan ini didasarkan pada adanya suatu simbol-

simbol tertentu yang dianggap berharga atau bernilai, baik berharga atau bernilai

secara sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya maupun dimensi lainnya dalam suatu

kelompok sosial (komunitas). Simbol-simbol tersebut misalnya, kekayaan,

pendidikan, jabatan, kesalehan dalam beragama, dan pekerjaan.

2
Dengan kata lain, selama dalam suatu kelompok sosial (komunitas) ada

sesuatu yang dianggap berharga atau bernilai, dan dalam suatu kelompok sosial

(komunitas) pasti ada sesuatu yang dianggap berharga atau bernilai, maka selama itu

pula akan ada stratifikasi sosial dalam kelompok sosial (komunitas) tersebut. Hal

inilah yang melatar belakangi dilakukannya praktek lapang sosiologi peternakan

mengenai bentuk dan peran stratifikasi sosial terhadap usaha ternak sapi potong.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukan praktek lapang sosiologi pernakan mengenai Bentuk

dan Peran Stratifikasi Sosial terhadap Usaha Ternak Sapi Potong, yaitu untuk

mengetahui Bentuk dan Peran Stratifikasi Sosial Terhadap Usaha Ternak Sapi Potong

di Desa Bulue’, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng.

. Kegunaan dari praktek lapang sosiologi peternakan mengenai bentuk

dan peran stratifikasi sosial terhadap usaha ternak sapi potong, yaitu agar mahasiswa

dapat mengetahui Bentuk dan Peran Stratifikasi Sosial Terhadap Usaha Ternak Sapi

Potong di Desa Bulue’, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng.

3
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Sapi Potong

sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai

penghasil daging atau biasa disebut sapi pedaging. Ciri-ciri sapi pedaging biasanya

bertubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok, kualitas dagingnya maksimum

dan mudah dipasarkan, laju pertumbuhan cepat, cepat mencapai dewasa dan efisiensi

pakannya tinggi dan pertumbuhan cepat. Sapi merupakan salah satu produsen daging

terbesar di Indonesia (Halim et al., 2014).

Sapi potong sebagian besar dihasilkan oleh usaha peternakan rakyat

kebututuhan daging sapi meningkat dari tahun ke tahun, demikian pula impor terus

bertambah dengan laju yang makin tinggi, baik impor daging maupun sapi bakalan.

Indonesia merupakan negara net importir produk peternakan, termasuk daging sapi.

Kondisi demikian menuntut para pemangku kepentingan (stakeholders) menetapkan

suatu strategi pengembangan peternakan sapi potong nasional untuk mengurangi

ketergantungan pada impor, dan secara bertahap mampu berswasembada dalam

menyediakan kebutuhan daging nasional (Priyanto 2011)

Pemeliharaan sapi potong pada kelompok tani ternak di pedesaan ditujukan

untuk menghasilkan pedet dan bakalan (cow-calf operation) serta usaha

penggemukan (fattening). Hasil penggemukan sapi potong belum mencapai optimal

yang diindikasikan kondisi BCS berkisar 3 sampai 6 dengan modus 4 (Peranakan

Ongole dan Sumba Ongole) dan 5 (Persilangan Simental dan Charolois). Penerapan

Good Farming Practice dengan perhatian khusus pada aspek pemilihan bibit dan

4
penguatan pakan sangat direkomendasikan untuk meningkatkan Produktivitas Sapi

Potong pada Kelompok Tani Ternak di pedesaan (sodiq 2012)

Pengembangan usaha ternak sapi potong ditujukan untuk meningkatkan

ketahanan pangan dan peningkatan daya beli masyarakat melalui perbaikan

pendapatan. Agar dapat mencapai tujuan tersebut strategi yang dipakai adalah

meningkatkan partisipasi masyarakat secara aktif, mendorong investasi usaha ternak

di pedesaan serta pemberdayaan masyarakat petani-ternak (Sudaryanto dan Jamal,

2000).

Definisi Stratifikasi Sosial

Kata stratifikasi sosial berasal dari Bahasa latin, yakni stratum yang berarti

tingkatan dan socius yang berarti teman atau masyarakat. Jadi, secara umum dapat

dikatakan bahwa stratifikasi sosial adalah tingkatan sosial yang ada dalam masyarakat

(Raharjo, 2009).

Dalam teori Karl Marx, stratifikasi sosial terjadi karena kesenjangan dalam

relasi atau hubungan kepemilikan alat-alat produksi atau adanya kesenjangan akses

terhadap alat-alat produksi dalam masyarakat. Jadi, menurut pandangan ini,

stratifikasi sosial disebabkan oleh relasi individu-individu yang berbeda terhadap alat

produksi, baik sebagai pemilik alat maupun produksi maupun sebagai tenaga kerja.

Marx mengkaji tiga bahasan utama mengenai stratifikasi sosial, yaitu kelas,

kepentingan kelas, dan perjuangan kelas (Pattinasarany, 2016).

Adanya penilaian yang berbeda dari suatu kelompok terhadap kelompok lain

berdasarkan sesuatu yang dianggap lebih, mengakibatkan timbulnya suatu pola

5
pengelompokan masyarakat yang disebut sebagai stratifikasi sosial atau pelapisan

sosial. Stratifikasi sosial adalah pembedaan / pengelompokan masyarakat kedalam

lapisan-lapisan sosial secara beringkat. Perwujudan pelapisan di dalam masyarakat

dikenal dengan istilah kelas-kelas sosial. Kelas-kelas sosial terdiri atas kelas sosial

tinggi (upper class) kelas sosial menengah (middle class) dan kelas sosial rendah

(lower class). Kelas sosial tinggi biasanya dimiliki oleh para pejabat atau penguasa

dan pengusaha kaya. Kelas sosial menengah biasanya mmeliputi kaum intelektual

seperti dosen, peneliti, mahasiswa, pengusaha kecil dan menengah serta pegawai

negeri. Sementara kelas sosial rendah merupakan kelmpok terbesar mayarakat,

biasanya meliputi buruh dan pedagang kecil (Maryati dan Suyati,2001).

Adapun pengertian stratifikasi sosial menurut para ahli berbeda antara satu

dengan yang lainnya, sebagaimana berikut:

a. Pitirim A. Sorokin, stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk/ masyarakat

ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hierarkis).

b. Robert M.Z. Lawang, stratifikasi adalah penggolongan orang-orang yang

termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarkis

menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.

c. P.J. Bouman, stratifikasi sosial adalah golongan manusia dengan ditandai suatu

cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa yang tertentu dan

karena itu menuntut gengsi kemasyarakatan.

d. Soerjono Soekamto, stratifikasi sosial adalah pembedaan posisi seseorang atau

kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.

6
e. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, stratifikasi sosial adalah sistem

perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat.

Pada intinya, pengertian di atas menyepakati bahwasanya pelapisan sosial

atau stratifikasi sosial (social stratification) sebagai bentuk pembedaan atau

pengelompokkan para anggota masyarakat secara vertikal/bertingkat (aji

2015).

Fungsi Stratifikasi Sosial

Dalam hidup bermasyarakat, secara tidak langsung setiap anggota masyarakat

digolongkan ke dalam beberapa lapisan berdasarkan kriteria tertentu, seperti harta,

kepemilikan tanah, pendidikan, dan lain-lain. Apakah fungsi dilakukannya

penggolongan atau stratifikasi tersebut? Dalam kenyataannya, stratifikasi sosial

mempunyai fungsi sebagai berikut (Wrahatnala, 2007) :

a. Stratifikasi sosial menyusun alat bagi masyarakat dalam mencapai beberapa

tugas utama. Hal ini dilaksanakan dengan mendistribusikan prestise maupun

privelese (hak yang dimiliki seseorang karena kedudukannya dalam sebuah

strata). Setiap strata ditandai dengan pangkat atau simbol-simbol yang nyata

yang menunjukkan rangking, peranan khusus, dan standar tingkah laku dalam

kehidupan. Semuanya diorganisir untuk melaksanakan tugasnya masing-

masing. Penghargaan masyarakat terhadap orang-orang yang menduduki dan

melaksanakan tugasnya dapat dipandang sebagai insentif yang dapat menarik

mereka untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.

7
b. Stratifikasi sosial menyusun, mengatur, serta mengawasisaling hubungan di

antara anggota masyarakat. Peranan, norma, dan standar tingkah laku dilibatkan

dan diperhatikan dalam setiap hubungan di antara strata yang ada di dalam

masyarakat. Stratifikasi sosial cenderung mengatur partisipasi individu dalam

kehidupan secara menyeluruh dalam suatu masyarakat. Ia memberi kesempatan

untuk memenuhi dan mengisi tempat-tempat tertentu, dan pada pihak lain ia

juga dapat membatasi ruang gerak masyarakat. Tetapi terlepas dari tinggi

rendahnya strata yang dimiliki seseorang, stratifikasi berfungsi untuk mengatur

partisipasinya di tempat-tempat tertentu dari kehidupan sosial bersama.

c. Stratifikasi sosial memiliki kontribusi sebagai pemersatu dengan

mengoordinasikan serta mengharmonisasikan unitunit yang ada dalam struktur

sosial itu. Dengan demikian, ia berperan dalam memengaruhi fungsi dari

berbagai unit dalam strata sosial yang ada.

d. Stratifikasi sosial mengategorikan manusia dalam stratum yang berbeda,

sehingga dapat menyederhanakan dunia manusia dalam konteks saling

berhubungan di antara mereka. Dalam kelompok primer, fungsi ini kurang

begitu penting karena para anggota saling mengenal secara dekat.Namun

demikian, ia menjadi sangat penting bagi kelompok sekunder. Hal ini

disebabkan para anggota tidak saling mengenal, sehingga sulit untuk

menetapkan aturan tingkah laku mana yang akan digunakan dalam

berhubungan dengan orang lain. Dengan adanya stratifikasi, kesulitan ini relatif

dapat diatasi.

8
Kingsley Davis dan Wilbert E. Moore menyebutkan bahwa stratifikasi sosial

berfungsi untuk memberi rangsangan agar manusia mau menempati status sosial.

Namun agar stratifikasi sosial berfungsi, masyarakat harus (1) memotivasi

anggotanya yang layak untuk posisi yang semestinya, (2) memotivasi pribadi-pribadi

yang menempati posisi tertentu untuk melakukan kewajiban yang ditetapkan

(Pudjiastiti, 2009).

Stratifikasi sosial merupakan perbedaan-perbedaan sosial dimana masyarakat

diurutkan secara bertingkat dalam matra ketidakseimbangan. Stratifikasi sosial

berfungsi untuk memberikan kesempatan dalam kehidupan (life change) atau gaya

hidup yang rata-rata sama dan mungkin memperlihatkan kesadaran tentang identitas

bersama, dan ciri-ciri ini lebih jauh membedakan mereka dari strata yang lain. Fungsi

stratifikasi sosial yakni :

1. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif, seperti menentukan penghasilan,

tingkat kekayaan, keselamatan dan wewenang pada jabatan/pangkat/ kedudukan

seseorang.

2. Sistem pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang

menyangkut prestise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yang

menerima anugerah penghargaan/gelar/kebangsawanan, dan sebagainya.

3. Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi,

keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, kepemilikan, wewenang atau

kekuasaan.

4. Penentu lambang-lambang (simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku,

cara berpakaian dan bentuk rumah.

9
5. Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan.

6. Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok, yang menduduki

sistem sosial yang sama dalam masyarakat.

Menurut teori fungsionl stratifikasi (functional theory of stratification),

menyatakan bahwa stratifikasi bersifat universal, karena masyarakat membutuhkan

orang-orang yang terbaik untuk menangani tugas-tugas penting dan mereka ini harus

mendapat penghargaan yang layak, atau karena ketertiban sosial dan integrasi itu

membutuhkan patokan stratifikasi. Stratifikasi sosial juga erat kaitannya dengan

pelapisan masyarakat menurut kelas, kasta, dan lain sebagainya (Raharnanto, 2018)

Menurut Herdiyanto (2005), stratifikasi social dapat berfungsi sebagai berikut:


1. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif, seperti imenentukan penghasilan,

tingkat kekayaan, keselamatan dan wewenang pada jabatan/ pangkat/ kedudukan

seseorang.
2. System pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang

menyangkut presitise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yang menerima

anugerah penghargaan/ gelar/ kebangsawan, dan sebagainya.


3. Criteria system pertentangan, yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi,

kenggotaan kelompok, kerabat tertentu, kepemilikan, wewenang atau kekuasaan.


4. Penentu lambang-lambang (symbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku,

cara berpakaian dan bentuk rumah.


5. Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan

6. Alat solidaritas di antara individu-individu atau kelompok yang menduduki system

social yang sama dalam masyarakat

Fungsi stratifikasi sosial yang berkaitan dengan pencapaian

tugas utama masyarakat sesuai dengan nilai keadilan adalah

10
menunjukkan peringkat yang berhubungan dengan peran-peran

khusus dalam masyarakat sontohnya seorang mandor, peringkat

sosialnya lebih tinggi daripada seorang buruh sebab peran mandor

lebih berat dibandingkan buruh (Waluya, 2007).

Fungsi dari stratifikasi sosial yaitu mendistribusikan hak-hak

istimewa yang objektif berdasarkan status dan kelas yang

dimilikinya, menentukan kedudukan suatu individu dalam suatu

masyarakat dan simbol dari kedudukan tersebut, mempertahankan

prestise (gengsi atau sesuatu yang lebih dihargai) dan penghargaan

jika berada dalam kelas-kelas sosial tertentu, dan sebagai alat

solidaritas antar individu (Tim Guru Kreatif, 2016).

Fungsi stratifikasi sosial yang berkaitan dengan pencapaian

tugas utama masyarakat sesuai dengan nilai keadilan adalah

menunjukkan peringkat yang berhubungan dengan peran-peran

khusus dalam masyarakat sontohnya seorang mandor, peringkat

sosialnya lebih tinggi daripada seorang buruh sebab peran mandor

lebih berat dibandingkan buruh (Waluya, 2007).

Jenis Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial campuran (merupakan kombinasi dari

stratifikasi terbuka dan tertutup). Misalnya anak raja atau keluarga

darah biru mengenyam pendidikan, memegang suatu jabatan, dan

lain sebagainya (Iriyanto, 2015).

11
Stratifikasi sosial memili jenis yaitu srtatifikasi sosial tertutup dan stratifikasi

sosial terbuka. Stratifikasi sosial tertutup dimana tiap-tiap anggota masyarakat

tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih

rendah. Sedangkan stratifikasi sosial terbuka yaitu stratifikasi dimana setiap anggota

masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang sat uke

tingkatan lain (Tim Guru Indonesia, 2010)

Adapun jenis-jenis Stratifikasi Sosial berdasarkan tipe-tipenya yaitu

(Anonymous, 2018):

1. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Ekonomi

Stratifikasi sosial yang berdasarkan ekonomi biasanya akan membentuk

sebuah lapisan-lapisan sosial masyarakat yang berdasarkan kekuasaan dan juga

kekayaan yang dimiliki. Biasanya stratifikasi sosial yang berdasakan ekonomi ini

memiliki sifat yang terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa suatu anggota dari lapisan

masyarakat dapat berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing, hal ini

merupakan salah satu contoh bentuk-bentuk struktur sosial.

Berikut ini adalah pendapat dari beberapa orang mengenai stratiikasi sosial

yang berdasarkan ekonomi :

A. Aristoteles

Menurut Aristoteles, stratifikasi sosial berdasarkan ekonomi terbagi menjadi 3

lapisan yaitu :

12
a. Sangat Kaya. Dalam lapisan paling atas ini berisikan anggota yang sangat

terbatas. Para anggotanya terdiri dari beberapa golongan bangsawan dan

pengusaha-pengusaha besar.

b. Golongan Kaya. Golongan ini merupaka golongan yang banyak memiliki

anggota. Biasanya golongan ini memiliki profesi yang membuat setiap

individu anggotanya memiliki status sosial yang tinggi. Beberapa contoh

dalam hal ini seperti para dokter, pedagang, pengacara, dan lain sebagainya.

c. Golongan Miskin. Menurut Aristoteles, golongan ini adalah golongan yang

memiliki jumlah anggota paling banyak di antra kedua golongan di atas. Hal

ini disebabkan oleh beberapa hal yang jelas dan nyata seperti fakta bahwa

angka kemiskinan di sebagian besar negara-negara yang ada di belahan dunia

manapun masih sangat tinggi sampai dengan sekarang.

B. Karl Marx

Menurut Karl Marx, stratifikasi sosial berdasarkan ekonomi juga terbagi

menjadi 3 lapisan yaitu :

a. Golongan Kapitalis atau Burjois. Golongan ini merupakan lapisan paling atas

yang beranggotakan sekelompok individu yang menguasai tanah dan juga

peralatan produksi. Ciri-ciri kapitalisme adalah seperti adanya hak

kepemilikan pribadi atas suatu benda, dan lain sebagainya.

b. Golongan Menengah. Golongan yang kedua ini merupakan golongan yang

cukup banyak anggotanya. Golongan ini merupakan golongan yang membela

golongan kapitalis atau burjois, sehingga terkadang para anggotanya juga

13
dimasukkan dalam kategori golongan kapitalis. Anggota dari golongan

menengah ini biasanya terdiri dari beberapa individu atau kelompok yang

dapat memanfaatkan suatu tanah atau peralatan produksi untuk kepentingan

mencapai tujuan tertentu. Tapi golongan ini hanya sebatas memanfaatkan

sumber yang ada saja, dan bukan merupakan pemilik dari hal tersebut.

Beberapa contoh sederhana dari anggota golongan menengah ini adalah para

pegawai pemerintahan.

c. Golongan Protelar. Ini adalah lapisan masyarakat paling bawah yang mana

tidak ada kaitannya dengan kedua golongan tersebut di atas secara langsung.

Golongan ini beranggotakan individu atau kelompok yang sedikitpun tidak

dapat menggunakan sebuah tanah ataupun alat-alat produksi.

2. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Sosial

Stratifikasi sosial yang kedua adalah stratifikasi yang lebih mudah untuk

dipahami karena hal ini dikelompokkan lagi berdasarkan bidang-bidang yang lebih

khusus dan detail. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai golongan tersebut :

A. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikannya, suatu masyarakat sosial dibedakan

menjadi 5 lapisan sosial, diantaranya sebagai berikut :

a. Pendidikan sangat tinggi. Lapisan masyarakat yang paling tinggi ini biasanya

terdiri dari beberapa individu yang mampu untuk mengenyam pendidikan

hingga tingkatan paling tinggi. Dalam hal ini biasanya terdiri dari beberapa

14
anggota yang memiliki gelar tinggi seperti Doktor (Dr.) dan juga Professor

(Prof.)

b. Pendidikan tinggi. Pada lapisan tertinggi kedua ini biasanya terdiri dari

beberapa anggota yang mampu mendapatkan pendidikan hingga ke jenjang

universitas tahap 1. Biasanya dalam hal ini, para anggota nya memiliki gelar

atas pendidikannya seperti Sarjana.

c. Pendidikan menengah. Dalam lapisan tertinggi urutan 3 ini adalah seseorang

atau kelompok yang mampu mengenyam pendidikan sampai ke jenjang

sekolah menengah. Biasanya dalam lapisan masyarakat ini terdiri dari

beberapa individu atau kelompok yang mampu lulus dari pendidikan di SMA

atau yang sederajat.

d. Pendidikan rendah. Pada lapisan masyarakat terendah nomor 2 ini

beranggotakan beberapa individu atau kelompok yang hanya mampu

mengenyam pendidikan sampai tingakatan SMP atau bahkan hanya sampai

SD saja.

e. Tidak berpendidikan. Ini adalah lapisan masyarakat paling bawah dimana

semasa hidupnya tidak pernah sekalipun mengenyam pendidikan. Hal ini

menyebabkan para anggotanya menjadi buta huruf.

B. Berdasarkan Keahlian atau Pekerjaan

Berdasarkan tingkat keahlian atau pekerjaannya, suatu masyarakat sosial

dibedakan menjadi 6 lapisan sosial, diantaranya sebagai berikut :

a. Elit. Lapisan yang paling tinggi ini beranggotakan individu atau kelompok

yang sangat sukses di bidangnya masing-masing. Hal ini menyebabkan para

15
anggotanya dikenal secara luas dan juga dihormati oleh semua kalangan

masyarakat.

b. Profesional. Lapisan tertinggi nomor 2 ini biasanya beranggotakan beberapa

individu atau kelompok yang memiliki gelar di dalam bidang pendidikan yang

biasanya mengisi beberapa jenis lembaga sosial dan berhasil dalam bidangnya

masing-masing.

c. Semi Profesional. Kemudian lapisan masyarakat nomor 3 teratas ini adalah

lapisan masyarakat yang beranggotakan para individu atau kelompok yang

mempunyai spesialisasi dalam bidangnya masing-masing namun tidak

memiliki gelar untuk menunjang dalam pekerjaannya. Dalam lapisan

masyarakat ini biasanya terdiri dari beberapa profesi seperti pegawai kantor,

teknisi berpendidikan menengah, dan masih banyak lagi.

d. Tenaga Terampil. Pada lapisan masyarkat ini terdiri dari beberapa individu

yang memiliki spesialisasi di bidangnya dan juga memiliki kemampuan teknis

yang baik seperti penjahit, buruh pabrik dan juga tukang pangkas rambut.

e. Tenaga Tidak Terdidik. Pada lapisan paling bawah ini beranggotakan beberapa

individu atau sekolompok orang yang tidak memiliki spesialisasi dan jarang

yang mengenyam pendidikan. Para anggota lapisan sosial ini biasanya

berprofesi sebagai tukang kebun, pembantu rumah tangga, dan masih banyak

lagi.

C. Berdasarkan Status Sosial di Pedesaan

16
Berdasarkan status sosial di pedesaan, lapisan masyarakat di pedesaan yang

mana merupakan salah satu contoh kondisi sosial masyarakat di suatu wilayah ini

dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :

a. Elit Desa. Lapisan masyarakat ini biasanya terdiri dari beberapa individu atau

sekelompok masyarakat yang memiliki status sosial yang tinggi dan juga

dipandang serta dihormati oleh warga seperti lurah, pegawai, guru, tokoh

politik, tokoh agama, dan lain sebagainya.

b. Massa. Lapisan masyarakat selanjutnya yang ada di pedesaan ini merupakan

lapisan masyarakat bawah atau biasa, yang biasanya anggotanya terdiri dari

beberapa individu atau kelompok yang memiliki pekerjaan biasa seperti buruh

tani, pedangang kecil, dan lain sebagainya.

3. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Politik

Dalam stratifikasi sosial yang berdasarkan atas kriteria politik ini biasanya

sedikit banyak dipengaruhi oleh kewenangan atau kekuasaan salah satu pihak baik itu

individu atau kelompok yang lebih berkuasa dari pada kelompok lainnya di dalam

masyarakat. Ciri identik lainnya secara sederhana adalah di dalam stratifikasi sosial

jenis ini biasanya terdapat kelompok yang menguasai dan juga adanya kelompok

yang dikuasai. Dalam hal bentuk kekuasaan, setiap masyarakat memiliki ciri khas nya

masing-masing, hal ini menyebabkan satu kelompok masyarakat akan berbeda

lapisan sosialnya dibandingkan dengan kelompok lainnya. Dalam hal kekuasaan,

biasanya juga sangat erat kaitannya dengan beberapa hal seperti adat istiadat, perilaku

dan juga kebiasaan yang berlaku di wilayah tersebut.

17
Berikut ini adalah tiga pola umum stratifikasi sosial berdasarkan kriteria

politik sebagaimana dikemukakakan oleh Mac Iver.

A. Tipe Kasta

Tipe kasta merupakan pemisahan sebuah lapisan masyarakat dengan

menerapkan pola pemisah yang kaku dan tegas. Dalam stratifikasi tipe kasta ini,

perubahan susunan lapisan sosial baik turun ataupun naik akan sangat sulit terjadi.

Hal ini dikarenakan dalam sistem kasta, seseorang sejak lahir sudah mendapatkan

status sosialnya dikarenakan sebuah garis keturunan yang merupakan salah

satu unsur-unsur budaya di dalam sebuah masyarakat. Dan hal ini merupakan salah

satu contoh realitas sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu suatu perubahan akan

sangat sulit terjadi di dalam sistem ini. Berikut ini adalah urutan susunan stratifikasi

sosial yang terdapat dalam sistem kasta:

a. Raja atau maharaja

b. Bangsawan

c. Pegawai pemerintahan

d. Pegawai rendah

e. Tukang atau pelayan

f. Petani dan buruh tani

g. Budak-budak

B. Tipe Oligarkis

Stratifikasi sosial tipe oligarkis ini memiliki sedikit kesamaan dengan tipe

kasta tetapi memiliki pola aturan yang sedikit lebih fleksibel. Hal ini juga bisa

dikatakan bahwa stratifikasi sosial tipe oligarkis memiliki batasan yang tegas tetapi

18
batasan kelas sosial di dalamnya ditentukan oleh beberapa hal seperti kebudayaan

masyarakat. Hal ini menyebabkan mobilitas suatu strata sosial baik naik atau turun

bisa saja terjadi. Hal ini juga memungkinkan seseorang dapat naik ke tingkat strata

sosial yang lebih tinggi atau juga turun ke dalam strata sosial yang lebih rendah.

Perbedaan lapisan sosial antara satu dengan yang lainnya juga terlihat tidak terlalu

mencolok. Berikut ini adalah urutan susunan stratifikasi sosial yang terdapat dalam

tipe oligarkis:

a. Raja atau penguasa

b. Bangsawan dari berbagai macam tingkatan

c. Orang-orang kaya dan pegawai tingkat tinggi (militer dan sipil)

d. Pengacara, tukang, petani, buruh tani dan lain sebagainya

C. Tipe Demokratis

Sesuai dengan namanya yaitu demokratis, di dalam stratifikasi sosial jenis ini

memiliki garis pemisah di antara masing-masing strata sosial sangatlah terbuka atau

hampir tidak ada. Hal ini memungkinkan seorang individu dapat naik ke tingkatan

strata sosial yang lebih tinggi ataupun turun ke dalam strata sosial yang lebih rendah

dengan sangat mudah. Di dalam stratifikasi sosial jenis ini, sebuah kelahiran tidak

menentukan seseorang untuk berada di dalam strata sosial jenis tingkat tertentu.

Beberapa faktor yang menjadikan penentu seseorang dapat bermobilisasi dalam

tingkatan status sosialnya adalah kemampuan individu dan juga keberuntungan.

19
Berikut ini adalah urutan susunan stratifikasi sosial yang terdapat dalam tipe

demokratis.

a. Pemimpin politik, Pemimpin partai, Kalangan orang kaya, dan pemimpin

organisasi besar.

b. Pejabat administratif dan kelas-kelas atas berdasarkan keahlian masing-

masing.

c. Para ahli teknik, petani, dan juga pedagang.

d. Pekerja rendahan dan petani rendahan.

Jadi perpindahan lapisan-lapisan masyarakat di dalamnya akan bebas berpindah dari

level satu ke level lainnya, baik meningkat atau menurun sesuai kemampuan ekonomi

setiap individu anggotanya. Beberapa hal di atas adalah 3 bentuk atau macam-macam

stratifikasi sosial yang ada pada sebuah kelompok masyarakat.

Dampak Stratifikasi Sosial

Dampak Stratifikasi Sosial adalah adanya kemauan dari setiap individu di

dalam masyarakat untuk bersaing untuk berpindah kasta, sehingga mendorong setiap

individu untuk bekerja keras. Pernyataan tersebut tergambar melalui peristiwa di

mana adanya dorongan untuk berjuang dan bersainguntuk mendapatkan kedudukan

yang lebih baik dapat diketahui melalui peristiwa berikut ini yang menjelaskan bahwa

Jos yang bekerja keras untuk merubah nasibnya berbeda dengan Hans yang

kekayaannya diperoleh oleh harta warisan (Afrisna, 2016)

20
Masyarakat yang berkelas-kelas tentunya memberikan pengaruh dan dampak

terhadap masyarakat itu sendiri, baik dampak positif maupun dampak negatif.

Dampat positif menyebabkan masyarakat berkompetisi dan dinamis. Dampak negatif

misalnya terjadinya kesenjangan sosial antara orang yang berstatus tinggi dengan

orang yang berstatus rendah. Kemudian disamping itu adanya stratifikasi sosial ini

juga mengakibatkan masyarakat berkompetisi untuk kemajuan mereka, baik secara

sehat maupun tidak sehat (Amran, 2014)

Menurut The King Eduka (2015), pengaruh stratifikasi sosial dalam

masyarakat yaitu eklusivitas, etnosentrisme, dan konflik sosial. Eklusivitas adalah

stratifikasi sosial yang membentuk lapisan. Lapisan sosial juga merupakan subculture

yang telah menjadikan mereka dalam lapisan-lapisan tertentu yang menunjukkan

eklusivitasnya masing-masing. Eklusivitas dapat berupa gaya hidup, perilaku, dan

juga kebiasaan mereka yang sering berbeda antara satu lapisan dengan lapisan yang

lain. Eklusivitas yang ada sering membatasi pergaulan antara kelas sosial tertentu,

mereka enggan bergaul dengan kelas sosial di bawahnya atau membatasi diri hanya

bergaul dengan kelas yang sama dengan mereka. Etnosentrisme, etnosentrisme

dipahami sebagai mengagungkan kelompok sendiri dapat terjadi dalam stratifikasi

sosial yang ada dalam masyarakat. Mereka yang berada dalam stratifikasi sosial atas

akan menganggap dirinya adalah kelompok yang paling baik dan menganggap rendah

dan kurang bermartabat kepada mereka yang berada pada stratifikasi sosial rendah.

Konflik sosial, perbedaan yang ada di antara kelas sosial dapat menyebabkan

terjadinya kecemburuan sosial maupun iri hati. Jika kesenjangan karena perbedaan

21
tersebut tajam tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik sosial antara sosial satu

dengan kelas sosial yang lain.

Dampak positif dari stratifikasi sosial yaitu orang akan

termotivasi dan terpacu untuk bisa meningkatkan kulitas dirinya,

kemudian mengadakan mobilitas sosial ketingkatan lebih tinggi,

sedangkan dampak negatif dari stratifikasi sosial yaitu dapat

menimbulkan kesenjangan sosial (The King Eduka, 2015).

1. Dampak positif Stratifikasi Sosial

Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju

karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang

untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.

Contoh: Seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan

kekayaan dimasa depan.

Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah

yang lebih baik.

Contoh: Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke

masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber

daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam

bidang pendidikan.

Transportasi jika ditilik dari sisi sosial lebih merupakan proses afiliasi budaya dimana

ketika seseorang melakukan transportasi dan berpindah menuju daerah lain maka

orang tersebut akan menemui perbedaan budaya dalam bingkai kemajemukan

22
Indonesia. Disamping itu sudut pandang sosial juga mendeskripsikan bahwa

transportasi dan pola-pola transportasi yang terbentuk juga merupakan perwujudan

dari sifat manusia. Contohnya, pola pergerakan transportasi penduduk akan terjadi

secara massal dan masif ketika mendekati hari raya. Hal ini menunjukkan perwujudan

sifat manusia yang memiliki tendesi untuk kembali ke kampung halaman setelah lama

tinggal di perantauan.

Pada umumnya perkembangan sarana transportasi di Indonesia berjalan sedikit lebih

lambat dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia dan Singapura. Hal

ini disebabkan oleh perbedaan regulasi pemerintah masing-masing negara dalam

menangani kinerja sistem transportasi yang ada. Kebanyakan dari Negara maju

menganggap pembangunan transportasi merupakan bagian yang integral dari

pembangunan perekonomian. Pembangunan berbagai sarana dan prasarana

transportasi seperti halnya dermaga, pelabuhan, bandara, dan jalan rel dapat

menimbulkan efek ekonomi berganda (multiplier effect) yang cukup besar, baik

dalam hal penyediaan lapangan kerja, maupun dalam memutar konsumsi dan

investasi dalam perekonomian lokal dan regional.

Kurang tanggapnya pemerintah dalam menanggapi prospek perkembangan ekonomi

yang dapat diraih dari tansportasi merupakan hal yang seharusnya dihindari. Sistem

transportasi dan logistik yang efisien merupakan hal penting dalam menentukan

keunggulan kompetitif dan juga terhadap pertumbuhan kinerja perdagangan nasional

dalam ekonomi global. Jaringan urat nadi perekonomian akan sangat tergantung pada

sistem transportasi yang andal dan efisien, yang dapat memfasilitasi pergerakan

barang dan penumpang di berbagai wilayah di Indonesia.

23
Seperti yang dijelaskan diatas seiring dengan berkembangnya sector industri dan

teknologi transportasi terjadi perubahan juga dari “kebutuhan” menjadi “gaya hidup”.

Seseorang enggan menggunakanangkutan kota dan lebih memilihberkendara sengan

kendaraan pribadi karena lebih efisian.maksudnya dapat sampai ditempat tujuantanpa

harus berganti kendaraan.Selain itu kendaraan pribadi memberi nilai lebih bagi

pemiliknya. Mereka yang mempunyai kendaraan lebih bagus atau mewah dari pada

yang lain maka akan berkedudukan diatas yang lainnya yang tidak mempunyai

kendaraan yang lebih mewah. Mewah tidaknya kendraan dan banyaknya kendaraa

pribadi yang dimiliki menempatkan pemiliknya pada status social yang lebih tinggi

(Muhsin, 2013)

2. Dampak negatif Stratifikasi Sosial

Pengaruh buruk dari stratifikasi sosial ini adalah munculnya eksklusivitas

dimana eksklusivitas adalah cara pandang yang menganggap diri sendiri sebagai

sosok yang terbaik dan spesial sehingga cenderung menganggap remeh orang lain,

sikap ini dapat kita lihat dimana muculnya golongan elit. Pengaruh buruk lainnya dari

stratifikasi sosial ini adalah munculnya sikap etnosentrisme yang dipahami sebagai

mengagungkan kelompok sendiri dapat terjadi dalam stratifikasi social yang ada

dalam masyarakat. Mereka yang berada dalam stratifikasi social atas akan

menganggap dirinya adalah kelompok yang paling baik dan menganggap rendah dan

kurang bermartabat kepada mereka yang berada pada stratifikasi social rendah. Pada

aspek negative ada tiga dampak negative stratifikasi social yaitu:

a. konflik antar kelas

b. konflik antar kelompok social

24
c. konflik antargenerasi

1. Konflik antar kelas

Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran

seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi

disebut kelas-kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas

sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik

antarkelas. Contohnya demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan upah,

menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.

2. Konflik antarkelompok sosial

Di dalam masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam. Di

antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologo, profesi, agama, suku,dan ras. Bila

salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain atau terjadi

pemaksaan, maka timbul konflik. Contoh: tawuran pelajar.

3. Konflik antargenerasi

Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-

nilai lama dan generasi mudah yang ingin mengadakan perubahan.

Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia

sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua (Muhsin, 2013).

25
METODELOGI PRAKTEK LAPANG

Waktu dan Tempat

Praktek Lapang Sosiologi Peternakan mengenai Bentuk dan Peran Stratifikasi

Sosial terhadap Usaha Ternak Sapi Potong dilaksanakan pada hari Jumat -Minggu, 30

Maret - 1 April 2018 bertempat di Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten

Soppeng.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam praktek ini adalah :

1. Data kualitatif

26
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk

angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data

misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah

dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah

gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman suara.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan

bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik

perhitungan matematika atau statistika.

Sumber Data

Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat yang dikumpulkan ada dua

jenis yaitu :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden (objek

penetilian). Data primer dapat diperoleh melalui: kuesioner, observasi, dan test.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui data yang telah diteliti dan

dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Data

sekunder diperoleh melalui: studi kepustakaan.

Metode Pengumpulan Data

27
Metode pengambilan data yang digunakan:

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik atau metode dalam mengumpulkan

data untuk keperluan penelitian ilmiah.Observasi ini menjadi salah satu dari teknik

pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, yang direncanakan dan

dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan

kesahihannya (validitasnya).

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu proses yang mengharuskan penafsiran dan

penyesuaian terus-menerus. Wawancara adalah salah satu cara untuk mencari fakta

dengan mengingat dan merekonstruksi sebuah peristiwa, mengutip pendapat dan

opini narasumber.

Kegiatan Yang Dilakukan

Kegiatan yang dilakukan dalam Praktek Lapang Sosiologi Peternakan

mengenai Bentuk dan Peran Stratifikasi Sosial Terhadap Usaha Ternak Sapi Potong

yang dilaksanakan pada Sabtu, 31 Maret 2018 pukul 08.00 sampai 17.00 WITA di

Desa Bulue Kec. Marioriawa, Kab. Soppeng yaitu mewawancarai lima responden

yang berbeda yaitu Andi sudirman, Hanawiyah, Hasni, Jumarni, dan Sana untuk

mencapai data terkait maksud dan tujuan Praktek Lapang Sosiologi Peternakan.

Observasi juga dilakukan dengan meninjau secara langsung rumah dan ternak

responden di Desa Bulue. Setelah mendapat lima responden dan mewawancarainya

28
saya kembali ke rumah untuk mendiskusikan hasil yang kami dapat dari masing-

masing responden yang berbeda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Praktek

Letak Geografis

29
Gambar 1. Peta Desa Bulue Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng

Desa Bulue merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Marioriawa.

Desa Bulue terletak pada ketinggian 35 meter dari permukaan laut dengan suhu udara

27°C. Secara umum, keadaan Desa Bulue dapat diuraikan sebagai berikut :

 Total Luas Wilayah Desa Bulue meliputi: 10.182,69 Ha

 Dengan Batas-batas sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Laringgi

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sering

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tellulimpoe

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Palanro

Kondisi Iklim

Iklim yang terjadi setiap tahun di Desa Bulue’ Kec. Marioriawa Kab. Soppeng

dapat diuraikan sebagai berikut :

30
a. Curah hujan

Curah hujan di Desa Bulue’ Kec. Marioriawa Kab. Soppeng adalah

1.788,00 mm

b. Jumlah bulan hujan

Jumlah bulan hujan di Desa Bulue’ Kec. Marioriawa Kab. Soppeng

adalah 5.00 bulan

c. Suhu rata-rata harian

Suhu rata-rata harian di Desa Bulue’ Kec. Marioriawa Kab. Soppeng

adalah 27◦C dengan kelembapan udara sebesar 81,00

Kondisi Demografi

Penduduk suatu wilayah merupakan sumber daya yang dapat berpengaruh

terhadap perkembangan pemmbangunan suatu wilayah. Oleh karena itu maka

peningkatan kualitas penduduk suatu wilayah sangat penting dilakukan.

Adapun Jumlah Penduduk di Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten

Soppeng dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Bulue, Kecamatan


Marioriawa, Kabupaten Soppeng.
No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk
.
1. Laki – laki 1780 Orang
2. Perempuan 1357 Orang
Total 3137 Orang
Sumber: Data Sekunder Desa Bulue Kec. Marioriawa Kab.Soppeng, 2018.

Tabel 1, Menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa Bulue,

Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng yaitu sebanyak 3.137 jiwa. Dari jumlah

tersebut, sebagian besar penduduk adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1.780

31
jiwa, sedangkan untuk penduduk yang berjenis kelamin Perempuan berjumlah 1.357

jiwa.

Potensi Pertanian Peternakan

Potensi pertanian peternakan penduduk di Desa Bulue’ Kec.Marioriawa Kab.

Soppeng dapat dilihat pada rincian di bawah ini.

Tabel 2. Potensi Pertanian Peternakan di Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa,


Kabupaten, Soppeng..
No Pertanian Luas lahan peternakan Jumlah
. (Ha) (ekor)
1. Jagung 5.00 Sapi 1.037
2. Ubi kayu 0.50 Kerbau 45
3. Ubi jalar 0.50 Kuda 25
4. Terong 0.50 Kambing 40
5. Tomat 0.50
6. Cabai 3.00
7. Kacang tanah 1.50
8. Kacang panjang 0.50
9. Padi 402,69
Sumber: Data Sekunder Desa Bulue Kec. Marioriawa Kab.Soppeng, 2018 .

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam sektor pertanian, padi

merupakan tanaman pertanian yang memiliki luas daerah paling luuas yaitu sekitar

402,69 Ha. Kemudian, ubi jalar dengan luas sekitar 0,50 Ha serta jenis pertanian yaitu

ubi kayu, terong, tomat dan kacang panjang. Sedangkan populasi ternak terbesar yaitu

asapi sebanyak 1.037 ekor kemudian, populasi hewan ternak kerbau dengan populasi

sebanyak 45 ekor, selanjutnya jenis ternak kambing yaitu 40 ekor serta jenis ternak

selanjutnya yaitu kuda sebanyak 25 ekor.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur

32
Jumlah Penduduk berdasarkan Umur di Desa Bulue Kec. Marioriawa Kab.

Soppeng dapat dilihat pada rincian tabel di bawah ini.

Tabel 3. Jumlah Penduduk berdasarkan Umur di Desa Bulue, Kecamatan


Marioriawa, Kabupaten, Soppeng..
No. Umur Jumlah(jiwa)
Laki-laki Perempuan
1. 0-21 tahun 475 456
2. 22-42 tahun 135 129
3. 43-63 tahun 299 297
Jumlah 909 882
Sumber: Data Sekunder Desa Bulue Kec. Marioriawa Kab.Soppeng, 2018.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah penduduk di Desa Bulue

Kec. Marioriawa Kab. Soppeng berdasarkan jenis kelamin yaitu berjumlah 1.791

jiwa, yang terdiri dari 909 jiwa laki-laki dan jenis kelamin perempuan 882 jiwa. Hal

ini menunjukkan bahwa di Desa Bulue, Kec. Marioriawa Kab. Soppeng memiliki

jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki yang lebih banyak dibandingkan dengan

jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan. Dari jumlah penduduk tersebut

terdiri dari berbagai jenis umur, mulai dari bayi hingga dewasa. Umur penduduk di

Desa Bulue Kec. Marioriawa , Kab. Soppeng terdiri dari umur belum produktif,

umur produktif dan umur yang sudah tidak produktif lagi.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Berdasarkan praktek lapang di Desa Massamaturu jumlah penduduk

berdasarkan mata pencaharian, rinciannya dapat dilihat pada table dibawah ini.

33
Tabel 4. Jumlah Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Bulue, Kecamatan
Marioriawa, Kabupaten, Soppeng.
No Jenis Pekerjaan Jumlah(orang)
1. Petani 331
2. Buruh tani 197
3. Buruh migran 3
4. Pegawai negeri sipil 42
5. Pengrajin 7
6. Pedagang barang kelontong 39
7. Peternak 9
8. Nelayan 2
9. Montir 2
10. Perawat swasta 4
11. Ahli pengobatan alternaatif 1
12 TNI 1
13. POLRI 1
14. Pengusaha kecil, menengah, dan besar 4
15. Guru swasta 6
16. Pedagang keliling 1
17. Tukang kayu 3
18. Tukang batu 8
19. Pembantu rumah tangga 1
20. Karyawan swasta perusahaan 22
21. Karyawan perusahaan pemerintah 10
22. Wiraswasta 97
23. Belum bekerja 368
24. Pelajar 611
25. Ibu Rumah tangga 755
26. Pensiunan 50
27. Perangkat desa 8
28. Sopir 8
29. Tukang jahit 1
30. Karyawan honorer 10
31. Pialang 1
Jumlah 2.660 orang
Sumber: Data Sekunder Desa Bulue Kec. Marioriawa Kab.Soppeng, 2018.

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa masyarakat Desa Bulue lebih banyak

yang berprofesi sebagai Ibu rumah tangga yaitu 755 orang, pelajar sebanyak 611

orang, belum bekerja 368, petani 331 orang, wiraswasta 97 orang, peternak 250

orang, buruh/ swasta sebesar 123 orang, pedagang 97 orang, pensiunan sebanyak 50

34
orang, ojek sebanyak 35 orang dan pegawai negeri sipil sebanyak 42 orang, pedagang

barang kelontong sebanyak 39 orang, karyawan swasta perusahaan sebanyak 22

orang, karyawan perusahaan pemerintah dan karyawan honorer sebanyak masing-

masing 10 orang, peternak sebanyak 9 orang, perangkat desa, sopir dan tukang batu

sebanyak masing-masing 8 orang, pengerajin sebanyak 7 orang, guru swasta

sebanyak 6 orang, perawat swasta dan pengusaha kecil, menengah dan besar masing-

masing 4 orang, tukang kayu dan buruh migran masing-masing sebanyak 3 orang,

nelayan dan montir masing-masing sebanyak 2 orang, ahli pengobatan alternatif, TNI,

POLRI, pedagang keliling, pembantu rumah tangga, tukang jahit dan pialang masing-

masing sebanyak 1 orang.

Sarana dan Prasarana

Berdasarkan praktek lapang di Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa,

Kabupaten, Soppeng sarana dan prasarana dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5. Sarana dan Prasarana di Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten,


Soppeng.
Sarana dan Prasarana Kondisi Jumlah(Unit)
Kesehatan
Puskesmas Pembantu Ada/baik 1
Rumah Bersalin Ada/baik 6
Posyandu Ada/baik 2
Pendidikan
Gedung SMP/ Sederajat Ada/baik 1
Gedung SD/ Sederajat Ada/baik 3
Gedung TK Ada/baik 2
Gedung Tempat Bermain Anak Ada/baik 1
Perpustakaan Desa/ Kelurahan Ada/baik 1
Peribadatan
Masjid Ada/baik 8
Langgar/ Surau/ Musholla Ada/baik 1
Air Bersih
Sumur pompa Ada/baik 109

35
Sumur gali Ada/baik 28
Hidran umum Ada/baik 0
PAH Ada/baik 3
Tangki Air Bersih Ada/baik 0
Embung Ada/baik 1
Mata Air Ada/baik 5
Bangunan Pengelolah Air Bersih Ada/baik 5
Sanitasi
Saluran drainase Ada/baik 1
Sumur resapan air RT Ada/baik 1
MCK umum Ada/baik 2
Pemilik jumlah jabatan keluarga Ada/baik 554 KK
Total 725
Sumber: Data Sekunder Desa Bulue Kec. Marioriawa Kab.Soppeng, 2018.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana di Desa Bulue,

Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng untuk Kesehatan seperti Puskesmas

Pembantu, Rumah Bersalin, dan Posyandu ada dan kondisinya baik yang jumlahnya

berturut – turut 1, 6, dan 2. Di bidang Pendidikan terdapat Gedung SMP, SD, TK,

Tempat Bermain Anak dan Perpustakaan Desa/ Kelurahan ada dengan kondisi yang

baik dengan jumlah berturut-turut 1,3,2,1 dan 1 unit. Di bidang Peribadatan terdapat

Masjid dan Langgar/ Surau/ Musholla dengan kondisi yang baik dengan jumlah

berturut – turut sebanyak 8, dan 1 unit. Untuk Air Bersih seperti Sumur Pompa,

Sumur Gali, Hidran Umum, Penampung Air Hujan, Tangki Air Bersih, Embung, Mata

Air dan Bangunan Pengolahan Air Bersih ada dengan kondisi yang baik pula dengan

jumlah berturut-turut 109, 28, 0, 3, 0, 1, 5 dan 5 unit. Sanitasi seperti Saluran

Drainase, Sumur Resapan Air RT, MCK umum, Pemilik Jumlah Jabatan Keluarga

dengan kondisi yang baik dengan jumlah berturut-turut 1,1,2 unit dan 554 KK di

Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng.

36
KEADAAN UMUM RESPONDEN

Identifikasi Responden berdasarkan tingkat Umur

37
Berdasarkan hasil Praktek Lapang Sosiologi Peternakan di Desa Bulue

mengenai identifikasi responden berdasarkan tingka tumur dapat dilihat pada rincian

table dibawah ini

Tabel 6. Identifikasi Responden Berdasarkan Umur di Desa Bulue, Kecamatan


Marioriawa, Kabupaten, Soppeng.
No. Umur Jumlah Presentase (%)
1. 20-25 1 20%
2. 26-35 - 0%
3. 36-45 1 20%
4. >46 3 60%
Jumlah 5 100 %
Sumber: Data Primer Hasil Praktek Lapang Sosiologi Peternakan,

2018.

Berdasarkan hasil praktek lapang diketahui bahwa umur peternak berkisar

antara 20 – >46 tahun, dengan persentase terbesar (60%) pada kelompok umur >46

tahun. Ini menunjukkan bahwa rata-rata peternak di Desa Bulue sebagian besar

berada pada usia tidak produktif.

Karmila (2013), menyatakan bahwa umur merupakan salah satu indikator

yang menunjukkan kemampuan fisik seseorang. Orang yang memiliki umur yang

lebih tua fisiknya lebih lemah dibandingkan dengan orang yang berumur lebih muda.

Umur seseorang dapat berpengaruh pada produktifitas kerja mereka dalam kegiatan

usaha. Umur juga erat kaitannya dengan pola fikir dalam menentukan sistem

manajemen yang akan di terapkan dalam kegiatan usaha (Karmila, 2013). Hal ini

penting karena petani atau peternak pada kategori umur tersebut memiliki

kemampuan fisik yang lemah tapi masih dapat mengelola usaha yang dilakukannya.

Hal ini pula menunjukkan bahwa sebagian besar berusia tidak produktif, masih

mampu menjalankan akftifitas usaha tani ternak, sehingga diperoleh hasil yang

38
menurun seiring dengan pertambahan umur. Hal ini sesuai dengan pendapat

Saediman (2011), bahwa tingkat produktifitas kerja seseorang akan mengalami

peningkatan sesuai dengan pertambahan umur, kemudian akan menurun kembali

menjelang usia tua.

Identifikasi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan Praktek Lapang Sosiologi Peternakan di Desa

Bulue, Kec.Marioriawa, Kab.Soppeng mengenai identifikasi

responden berdasarkan umur dapat dilihat pada rincian tabel

dibawah ini.

Tabel 7. Identifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Bulue,


Kecamatan Marioriawa, Kabupaten, Soppeng.
No. Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)
1. Laki-laki 1 20%
2. Perempuan 4 80%
Jumlah 5 100%
Sumber : Data Primer Hasil Praktek Lapang Sosiologi

Peternakan,2018.

Berdasarkan praktek lapang di Desa Bulue tentang identifikasi

responden berdasarkan jenis kelamin di dapat data bahwa jumlah

peternak perempuan lebih banyak dari peternak laki-laki dengan

jumlah presentase sebanyak 80 sehingga dapat diketahui bahwa

peran wanita dalam mengembangkan usaha pertanian atau

peternakan lebih dominan di bandingkan dengan laki-laki, dimana

perempuan memegang peran penting dalam pembangunan, dan

mengelola sumber daya yang ada dan adanya kemauan wanita

39
untuk bermandiri dalam bidang ekonomi yaitu berusaha membiayai

kebutuhan hidupnya dan mungkin juga kebutuhan hidup dari orang-

orang yang menjadi tanggungannya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Isti Fadah dan Istatuk (2004) yang mengungkapkan

peran wanita mengalami peningkatan partisipasi dalam kegiatan

ekonomi, pertama adanya perubahan pandangan dan sikap

masyarakat tentang sama pentingnya pendidikan bagi kaum wanita

dan pria, kedua adanya kemauan wanita untuk bermandiri dalam

bidang ekonomi yaitu berusaha membiayai kebutuhan hidupnya

dan mungkin juga kebutuhan hidup dari orang-orang yang menjadi

tanggungannya dengan penghasilan sendiri.

Identifikasi Responden berdasarkan tingkat Pendidikan

Berdasarkan Praktek Lapang di Desa Bulue tentang

identifikasi responden berdasarkan tingkat pendapatan dapat dilihat

pada rincian tabel dibawah ini.

Tabel 8. Identifikasi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa


Bulue,Kecamatan Marioriawa, Kabupaten, Soppeng.
No. Tingkat pendidikan Frekuensi (Orang) Presentase (%)
1. Tidak tamat SD - -
2. SD 3 60%
3. SMP - -
4. SMA 1 20%
5. DIPLOMA - -
6. S1 1 20%
7. S2 - -
Jumlah 5 100 %
Sumber : Data Primer Hasil Praktek Lapang Sosiologi Peternakan,

2018.

40
Berdasarkan hasil praktek lapang, tabel diatas menunjukkan

bahwa responden dengan tingkat penfdidikan terbanyak adalah

SD dengan jumlah 3 orang dengan presentase 60 % sedangkan

pada tingkat pendidikan yaitu SMA 1 dan S1 adalah satu orang, hal

ini menandakan bahwa mayoritas petani ternak masih memiliki

tingkat pendidikan yang rendah. Rendahnya pendidikan para petani

menunjukkan bahwa pengetahuan yang diperoleh hanya dari

kreativitas dan pengalaman sebelumnya yang pernah dimiliki,

dengan begitu maka akan menghambat petani atau peternak dalam

menerima informasi atau wawasan baru menegenai usaha tani

ternak . Hal ini sesuai dengan pendapat Murwanto (2008) yang

menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak merupakan

indikator kualitas penduduk dan merupakan peubah kunci dalam

pengembangan sumberdaya manusia. Dalam usaha peternakan

faktor pendidikan diharapkan dapat membantu masyarakat dalam

upaya peningkatan produksi dan produktifitas ternak yang

dipelihara. Tingkat pendidikan yang memadai akan berdampak

pada peningkatan kinerja dan kemampuan manajemen usaha

peternakan yang dijalankan.

Tingkat pendidikan suatu penduduk atau masyarakat sangat

penting artinya, karena dengan tingkat pendidikan seseorang juga

berpengaruh terhadap kemampuan berfikir seseorang, dalam artian

41
mengembangkan dan meningkatkan taraf hidup melalui kreatifitas

berfikir dan melihat setiap peluang dan menciptakan suatu

lapangan pekerjaan (Sari, 2014). Tingkat tinggi rendahnya

pendidikan penduduk akan menanamkan sikap yang menuju

penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Ibrahim, dkk.,

(2003), menyatakan bahwa petani yang berpendidikan tinggi

relative lebih cepat dalam melaksanakan suatu usaha. Mengelola

usaha peternakan faktor pendidikan tentunya sangat diharapkan

dapat membantu masyarakat dalam upaya peningkatan produksi

dan produktifitas ternak yang dipelihara atau diternakkan. Tingkat

pendidikan yang memadai tentunya akan berdampak pada

kemampuan manajemen usaha peternakan yang digeluti (Citra,

2010)

Identifikasi Responden berdasarkan jumlah Tanggungan

Berdasarkan praktek lapang di Desa Bulue mengenai identifikasi responden

berdasarkan tanggungannya dapat dilihat pada rincian table dibawah ini.

Tabel 9. Identifikasi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan di Desa Bulue,


Kecamatan Marioriawa, Kabupaten, Soppeng.
No. Nama Responden Jumlah Tanggungannya
(orang)
1. Andi sudirman 5
2. Hanawiyah 6

42
3. Hasni 3
4. Jumarni 3
5. Sana 4
Sumber : Data Primer Hasil Praktek Lapang Sosiologi Peternakan,

2018.

Berdasarkan hasil praktek lapang di peroleh hasil bahwa responden atas nama

Andi sudirman memiliki jumlah tanggungan sebanyak 5 orang, Hanawiyah memiliki

jumlah tanggungan sebanyak 6 orang, Hasni memiliki jumlah tanggungan sebanyak 3

orang, Jumarni memiliki jumlah tanggungan sebanyak 3 orang, dan Sana memiliki

jumlah tanggungan sebanyak 4 orang.

Identifikasi Responden berdasarkan pengalaman Beternak

Berdasarkan Hasil Praktek Lapang Sosiologi Peternakan di

Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng mengenai

Identifikasi Responden Berdasarkan Pengalaman Beternak dapat

dilihat pada rincian tabel dibawah ini.

Tabel 10. Identifikasi Responden Berdasarkan Pengalaman Beternak di Desa Bulue,


Kecamatan Marioriawa, Kabupaten, Soppeng.
Pekerjaan Lama Bekerja
N
Nama responden Pokok Sampingan Pokok Samping
o.
an
1. Muh. Tang Petani Peternak 10 10
2. Muh. Yunus Petani Peternak 17 17
3. Suriaman Petani Peternak 10 7
4. Hawi Petani Peternak 7 5
5. Inama IRT Peternak 54 22
Total 82 17
Sumber : Data Primer Hasil Praktik Lapang Sosiologi Peternakan, 2018.

DAFTAR PUSTAKA

Afrysna, Teresia. 2016. Stratifikasi Sosial dalam Roman “Reich Und Arm”. Vol 5.
No.2.

43
Aji, Rizqon H.S. 2015. Stratifikasi Sosial dan Kesadaran Kelas. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal: 32-48.

Amran, Ali. 2014. Stratifikasi Sosial Masyarakat dan Pengaruhnya Terhadap


Pembinaan Masyarakat Islam. Vol. VIII, No. 01, 15-29.

Anonymous. 2018. 3 Macam-Macam Stratifikasi Sosial Berdasarkan Tipe-tipenya.


Diakses pada tanggal 30 maret 2018 di https://materiips.com/macam-
macam-stratifikasi-sosial.

Iriyanto. 2015. Yes! Aku Lulus UN SMA/MA IPS. Penerbit B Spirit. Yogyakarta.

Maryati, K. dan J., Suyawati. 2001. Sosiologi 2. Penerbit Esis. Jakarta.

Muhsin, Dewi. 2013. Dampak Stratifikasi Sosial. Diakses pada tanggal 30 maret
2018 di http://dewimunas.blogspot.co.id/.
Pattinasarany, I., R. I. 2016. Stratifikasi dan Mobilitas Sosial. FISIP UI dan Yayasan
Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.

Priyanto, Dwi. 2011. Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong dalam
Mendukung Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2014.
Jurnal Litbang Pertanian, 30(3).
Pudjiastiti, P. 2009. Sosiologi XI. Grasindo. Jakarta.

Raharjo, A.,S.S. 2009. Buku Kantong Sosiologi SMA IPS. Pustaka Widyatama.
Yogyakarta.

Raharnanto, 2018. Fungsi Stratifikasi Sosial Dalam Kehidupan Masyarakat. Diakses


pada tanggal 30 maret 2018 di https://berartikel.wordpress.com/2018/02/.

Sodiq, Akhmad., dan Machfudin Budiono. 2012. Produktivitas Sapi Potong Pada
Kelompok Tani Pedesaan. Vol (12) No. 1: 28-33.
Sudaryanto, Tahlim., dan Eriza Jamal. 2000. Pengembangan Agribisnis Peternakan
Melalui Pendekatan Corporate Farming untuk Mendukung Ketahanan
Pangan Nasional. Hal: 35-46
The King Eduka. 2015. Target Nilai 10 UN. Penerbit Cmedia. Jakarta.

Tim Guru Indonesia. 2010. 99% Lulus UN SMA IPS 2011. Penerbit Cmedia Imprint
Kawan Pustaka. Jakarta.

Tim Guru Kreatif. 2016. 100% Siap Lolos SBMPTN Soshum. Grasindo. Jakarta.

44
Waluya, B. 2007. Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial Masyarakat. PT Setia
Purna Inves. Bandung.

Wrahatnala, Bondet. 2007. Sosiologi. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen


Pendidikan Nasional

45

Anda mungkin juga menyukai